• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BONE MARJUNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BONE MARJUNI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MARJUNI

Nomor Stambuk : 105610475913

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI DINAS PENDAPATAN

DAERAH KABUPATEN BONE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh MARJUNI

Nomor Stambuk : 105610475913

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

MARJUNI. Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) Di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone, dibimbing oleh H. Muhlis Madani dan H. Samsir Rahim.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone, 2) Mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone.

Metode penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif dengan sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data serta kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dalam mengelolah pajak bumi dan bangunan di Dispenda Kabupaten Bone dilihat dari pengelolaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan masih sering terjadi masalah yang menyebabkan pendapatan daerah menjadi lambat. Proses pengelolaan di Dispenda Kabupaten Bone sering terjadi permasalahan dibidang pelaksanan yang meliputi pendaftaran, pendataan, pembayaran dan penagihan. Permasalahan yang sering terjadi yaitu masyarakat masih kurang menyadari tentang perpajakan dan seakan tidak peduli untuk membayar pajak. Serta SPPT kadang tidak sampai kemasyarakat diakibatkan lokasi tempat tinggal wajib pajak susah dijangkau. Serta masih kurangnya tindakan penagihan yang dilakukan pihak Dispenda Kabupaten Bone sehingga petugas penagihan masih sering melakukan tindak kecurangan dalam pemungutan wajib pajak. Dalam hal ini wajib pajak disarankan membayar sendiri ke bank atau kantor pos yang telah ditunjuk secara resmi oleh Dispenda Kabupaten Bone.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. H. Samsir Rahim, M.Si selaku Pembimbing II yang senang tiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE. MM. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos. MPA selalu Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

(8)

vii

5. Teman- teman Administrasi Negara angkatan 2013 tanpa terkecuali, bersama kita telah melalui semester-semester yang berat terima kasih untuk kebersamaannya yang tak ternilai, semangat,motivasi, dan batuannya dalam menyelesaiakn skripsi ini.

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku ayahanda Jumadia dan Mardina yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan baik moril maupun materi demi membantu kelancaran dibangku perkulihan saya selama ini. Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada adik saya Wirawan beserta kelurga besarku yang senantiasa memberikan nasehat, bantuan, dan do’a yang tulus dan iklas.

Akhirnya, segala kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan . Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran yang membangun sehingga penulis dapat berkarya lebih baik lagi dimasa mendatang. Harapan penulis semoga skeipsi ini dapat dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Amin

Makassar, 22 Juni 2019 Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ……… ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas ... 7

B. Konsep Pengelolaan ... 9

C. Konsep Pajak ... ... 15

D. Pajak Bumi Dan Bangunan ... 20

E. Kerangka Pikir... ... 24

(10)

ix BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 39

D. Informan Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

G. Pengabsahan Data ……….. ... 32

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 34

B. Penyajian Data Dan Hasil Penelitian ... 52

C. Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone ... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 76 Lampiran ... 78

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target Penerimaan PBB-P2 Di Dispenda Kabupaten Bone .. 4

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Dispenda Kabupaten Bone ... 40

Tabel 4.2 Target dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 di Dispenda Kabupaten Bone ... 52

Tabel 4.3 Daftar Pokok dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 Perkecamatan Tahun 2017 ... 54

Tabel 4.4 Formulir Pelayanan PBB-P2 Dispenda Kabupaten Bone ... 59

Tabel 4.5 Jangka Waktu Pelaksanaan Penagihan PBB-P2 ... 64

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Undang-undang yang memebahas tentang ketentuan umum serta tata cara perpajakan harus dilandasi dan dibarengi dengan falsafah pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang di dalamnya harus tertuang cara menjunjung tinggi hak atas warga dan Negara. Undang-undang yang memuat isi ketentuan umum serta tata cara perpajakan mempunyai prinsip bagi undang-undang pajak materai, kecuali bagi undang-undang yang yang telah mengatur sendiri tentang tata cara perpajakan. Otonomi daerah di mulai dengan peyerahan kewenangan yang dikelola dari pemerintah pusat pindah ke pemerintah daerah. Penyerahan berbagai kewenangan dan urusan pemerintah pusat yang dipindahkan ke pemerintah daerah dan harus disertai pengalihan sumber dana pembiayaan.

Berdasarkan undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang membahas tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah ini, maka Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) yang sebelumnya dikelola pemerintah pusat dan dipindahkan pengelolaannya kepemerintah daerah. Sesuai dengan Pasal 182 ayat (1) Undang-Undang Pajak Daerah Retribusi Daerah menyatakan bahwa pelimpahan pengelolaan PBB-P2 paling lambat pada tahun 2014 akan dialihkan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah. Sesuai dengan prinsip hukum, keadilan serta kesederhanaan tujuan dilakukannya perubahan Undang-Undang tentang tata cara perpajakan mengacu pada kebijakan pokok, yaitu:

(13)

1). Meningkatkan efesiensi pengelolaan pajak guna mendukung penerimaan negara; 2). Meningkatkan pelayanan dan kepastian hukum serta keadilan bagi masyarakat untuk meningkatkan daya saing dibidang penanaman modal, dan tetap mendukung pengusaha kecil dan pengusaha menengah kebawah; 3).

Meningkatkan keadilan dan keseimbangan hak dan kewajiban; 4).

Menyederhanakan tata cara prosedur administrasi perpajakan; 5). Meningkatkan prinsip self assessment yang baik dan konsisten.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang membahas tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah maka pemerintah daerah mendapat tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang bersumber dari pajak daerah sehingga jenis pajak Kabupaten/Kota yang saat ini dikelola berupa Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan Logam serta Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan, serta Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan. Wacana untuk pelimpahan pengelohan PBB-P2 dari pemerintah pusat kepemerintah daerah sudah berlangsung lama tapi baru terwujud ketika sudah adanya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yang membahas tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah. Sistem pemungutan PBB-P2 dahulu dilakukan dan di administrasikan oleh pemerintah pusat lalu hasilnya dibagikan kembali kepada pemerintah daerah untuk pembangunan daerahnya.

Mekanisme pembagian hasil Pajak Bumi dan Bangunan berpedoman pada Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 yang membahas Perimbangan Keuangan Pusat serta Keuangan Daerah. Berikut ini hasil pembagiannya: a). 10% untuk

(14)

pusat, b). 16,2% untuk propinsi, c). 64,8% untuk kabupaten. Oleh karena itu untuk mengefektipkan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan maka diperlukan adanya sebuah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan sesuai dengan konsep fungsi manajemen yang diciptakan oleh George R. Terry (1992). Keempat fungsi manajemen tersebut di tambahkan oleh Bachrul Elmi yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pertama perencanaan, mencakup penentuan pokok-pokok tujuan, sasaran, target serta strategi yang akan dilakukan guna meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan perkotaan. Kedua pelaksanaan yakni penerapan mekanisme pemungutan, monitoring masa Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan. Dan ketiga yaitu pengawasan pemantauan di lapangan terutama apa saja yang menjadi aturan saat mengelola Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan.

Pada dasarnya yang menjadi penghambat dalam mengelolah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) di Kabupaten Bone adalah masalah hambatan Internal dan Eksternal. Hambatan internal berupa relative rendahnya sumber daya manusia saat pengelolaan di Dispenda Kabupaten Bone ditambah dengan kurangnya koordinasi antar unit pengelola ke unit-unit terkait. Hambatan eksternal disebabkan oleh perkembangan intelektual moral masyarakat sebagai wajib pajak, seta rendahnya income perkapita dan adanya upaya pelarian pajak dalam bentuk meringankan beban pajak yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, masyarakat Kabupaten Bone masih perlu di beri pengarahan bahwa pajak itu bukan semata-mata merupakan kewajiban setiap warga negara, tetapi

(15)

juga merupakan hak setiap masyarakat untuk ikut serta dalam pembiayaan negara melalui pembangunan. Berdasarkan kenyataan sekarang ini, bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Bone mata pencahariannya adalah petani, pedagang, pelayan dan ada sebagian PNS, tapi partisipasi dalam membayar Pajak masih kurang. Sehingga dana yang dikumpulkan dari masyarakat melalui pajak sering menemui kendala seperti membayar pajak tidak tepat waktu bahkan sering menunggak sehingga mengkibatkan pelaksanaan pembangunan sering tersendak atau tidak lancar proses pembangunannya.

Tabel 1. Penentuan target/pokok penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) tiga tahun terakhir dapat dilihat tabel dibawah ini.

N0 Tahun Target/Pokok (Rp) Realisasai (Rp) Presentase

1 2015 17.378.448.295 16.603.057.476 95.54

2 2016 17.504.627.746 16.554.911.086 94.57

3 2017 17.695.564.015 16.554.547.118 93.55

Sumber data: Dispenda Kabupaten Bone Tahun 2018

Tabel diatas menunjukkan adanya permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan PBB-P2 di Dispenda Kabupaten Bone, jika dilihat dari nilai persentase yang tidak pernah mencapai target/pokok pencapaian setiap tahunnya. Persentase merupakan parameter yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan pajak dengan cara membandingkan realisasi pendapatan dengan rencana/target pendapatan. Pada tahun 2015 presentasenya 95.54%, tahun 2016 persentasinya 94.57% dan tahun 2017 persentasenya 93.55%. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Bone dalam tiga

(16)

tahun terakhir sejak tahun 2015 sampai tahun 2017 menunjukkan persentase yang selalu menurun.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ” Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) Di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone.”

2. Rumusan Masalah

Pemerintah Pusat mengalihkan pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan kepada Pemerintah Daerah. Maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone ? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam Pengelolaan Pajak

Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone ?

3. Tujuan Penilitian

Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah diatas, maka Tujuan dari penelitian ini, adalah :

1. Untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dispenda Kabupaten Bone.

(17)

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dispenda Kabupaten Bone.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Akademik

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian yang dilakukan dengan cara mengaplikasikan semua teori yang didapat selama duduk dibangku perkuliahan dalam pembahasan masalah mengenai Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB-P2) di Dispenda Kabupaten Bone.

2. Praktis

Dalam Penelitian ini, mempunyai manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Bone untuk mengevaluasi segala proses Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan dari segi efektivitas maupun dari segi yang menghambat demi kelancaran proses penyusunan strategi yang lebih baik dimasa mendatang.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Efektivitas

Keberhasilan organisasi pada umumnya diukur dengan konsep efektivitas, apa yang dimaksud efektivitas, terdapat perbedaan pendapat diantara yang menggunakannya, baik dikalangan akademisi dikalangan dan praktisi. Efektivitas organisasi mencakup beberapa individu dan kelompok, efektivitas individu menekankan hasil kerja karyawan atau anggota dari organisasi. Tugas yang dilakukan biasanya ditentukan oleh bagian dari pekerjaan serta posisi dalam organisasi. Efektivitas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari anggotanya. Sebagian hal efektivitas kelompok lebih besar dari pada kontribusi tiap individu.

Kata efektif berasal dari kata “efek” yang digunakan sebagai hubungan sebab dan akibat. Efektivitas digunakan sebagai suatu sebab akibat untuk variable lain serta tujuan yang sudah direncanakan dari awal akan tercapai karena melalui sebuah proses kegiatan.

Adapun pengertian efektivias menurut para ahli :

1. Robbins menjelaskan bahwa efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian organisasi karena tujuan jangka pendek (tujuan) serta jangka panjang (cara). Ini menggambarkan konstituensi strategis, minat serta mengevaluasi tingkat kehidupan suatu organisasi.

2. Siagian (Dalam Indrawijaya 2010:175) menjelaskan pengertian tentang efektivitas yang berkaitan pelaksanaan suatu pekerjaan, “penyelesaian

(19)

pekerjaan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak, terutama menjawab berbagai pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya, serta berapa biaya yang dikeluarkan.

3. Sedarmayanti, (2009: 59). “ efektivitas adalah sebuah ukuran yang memberikan penjelasan seberapa jauh kita dapat mencapai target. Pengertian lebih berorientasi kepada hasil pengeluaran sedangkan masalah masukan tidak terlalu diperhatikan. Apabila efisiensi di kaitkan dengan efektivitas jadi walaupun ada peningkatan efektivitas belum tentu efisieni meningkat”.

4. Azhar Susanto yang mengutip dari Mc Leod (Mc Leod dalam Susanto, 2007:41) dalam bukunya berjudul System Informasi Manajemen mengatakan bahwa: “Efektivitas yaitu informasi yang disampaikan sesuai kebutuhan yang diperlukan guna mendukung proses bisnis, didalamnya sudah ada informasi yang harus disajikan secara tepat dan mudah dipahami sesuai kebutuhan dan ketentuan”.

Yang dimaksud rancaangan sistem ialah menggunakan sistem terbuka, yaitu pandangan terhadap organisasi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan lingkungannya. Dengan rancangan ini perhatian lebih diarahkan pada persoalan mengenai berhubungan, struktur, dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Sistem ini mencakup tiga komponen, ialah input, proses, dan output. Sebagai sistem, suatu organisasi menerima input dari lingkungannya kemudian memprosesnya, dan selanjutnya memberikan output kepada lingkungannya.

(20)

B. Konsep Pengelolaan

Pengelolaan sama halnya dengan manajemen sehingga mudah dipahami sebagai proses serta membeda-bedakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memanfaatkan ilmu maupun seni sehingga bisa menyelesaikan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Manajemen sangat dibutuhkan oleh organisasi karena tanpa manajemen yang baik semua usaha yang dilakukan akan sia-sia dalam pencapaian tujuan. Ada beberapa alasan utama diperlukan manajemen yakni. Pertama, mencapai tujuan organisasi serta pribadi. Kedua, menjaga keseimbangan antara tujuan yang saling bertentangan, dan ketiga, mencapai efisiensi dan efektifitas suatu organisasi kerja yang diukur dengan cara yang berbeda, salah satu cara yaitu menetapkan optimalisasi pencapaian tujuan organisasi melalui tindakan pengelolaan. Ketiga alasan tersebut di atas memberikan proporsi bahwa manajemen merupakan suatu tujuan yang harus dicapai, yang saling mendukung untuk tercapainya kegiatan efisiensi dan efektifitas dari suatu pencapaian tindakan pengelolaan yang dilakukan oleh suatu organisasi. Begitulah yang dilakukan pemerintah dalam mengelolah pajak untuk mengoptimalkan penerimaan keuangan suatu daerah, dalam pengelolaan pajak tersebut sangat terkait dengan fungsi manajemen terutama mengenai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya.

1. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari Planning, Organizing,Actuating, dan Controlling yang biasanya disingkat POAC. Masing-masing fungsi saling

(21)

boleh terlepas satu sama lainnya. Hal ini berarti proses penyelenggaraan manajemen yang dilakukan pemerintah kepada masing-masing unit kerja kantor atau organisasi adalah satu kesatuan sistem.

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan penentuan beberapa tindakan dalam mencapai hasil yang diharapkan.

“perencanaan merupakan seluruh proses pemikiran yang telah direncanakan secara matang dan akan dikerjakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya serta sebagai landasan pokok menjadi fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan”

Sedangkan Simbolong mengemukakan pengertian dari perencanaan yakni:

“ Sebagai perumusan dari masalah-masalah tentang apa dan bagaimana cara mengerjakan yang akan dilaksanakan selalu siap untuk tindakan-tindakan berikutnya”

Dalam menyusun rencana yang baik, dibutuhkan data serta informasi yang benar dari hasil penelitian dilapangan. Suatu rencana berorientasi dimasa yang akan datang, dibutuhkan beberapa hal yang harus diingat dalam hubungannya dengan proses perencanaan itu. Hal-hal ini biasa disebut dalam teori administrasi dan manajemen sebagai planning premises. Untuk membuat suatu perencanaan yang baik, terlebih dahuluharus memahami pertanyaan pokok, yakni apa (what), menjawab tentang tujuan apakah yang hendak dicapai. Bagaimana (how), yaitu cara yang dipergunakan demi tercapainya tujuan. Mengapa (why),

(22)

digunakan untuk mengetahui apa sebabnya. Lalu (where) menunjukkan dimana tempat kegiatan usaha yang akan dilaksanakan. Lalu pertanyaan (whe)n menunjukkan kapan rencana dilaksanakan, serta (who) menunjukkan siapa yang akan melaksanakan.

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian yaitu pengelompokan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, termasuk dalam menentukan susunan organisasi, tugas dan fungsinya. Pengorganisasian sebagai fungsi organik dari administrasi dan manajemen yang perlu dilakukan setelah perencanaan, dan menghasilkan organisasi sebagai kesatuan yang bulat.

Adapun menurut Simbolong yang menjelaskan arti pengorganisasian yaitu:

“pengorganisasian dilakukan setelah adanya rencana serta diatur dan ditentukan mengenai tugas pekerjaannya, jenis pekerjaan, unit kerjanya, alat-alatnya, bagaimana keuangannya, fasilitasnya, serta siapa yang akan melakukannya”.

Struktur organisasi yaitu susunan komponen /unit kerja yang ada dalam organisasi, serta menunjukkan adanya pembagian unit kerja dan menunjukkan fungsi dan kegiatan yang berbeda selain itu organisasi juga memperlihatkan kemampuan dalam pekerjaan menyampaikan laporan.

c. Pengarahan (Actuating)

Pengarahan yaitu usaha yang dilakukan guna menggerakkan para anggota kelompok sehingga mereka berkeinginan dan selalu berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan.

(23)

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan termasuk sebagai fungsi organik dari manajemen, yakni memiliki hubungan yang erat dengan perencanaan. Menurut Harold Kontz perencanaan serta pengawasan saling berkaitan dan saling membutuhkan. Jelas bahwa tanpa rencana, pengawasan sulit dilaksanakan karena tidak adanya panduan/pedoman untuk melaksanakan pengawasan itu. Begitu pula sebaliknya tanpa pengawasan kemungkinan timbulnya penyelewengan atau penyimpangan tanpa ada yang mencegahnya.

2. Factor-faktor penghambat dalam Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2)

Hambatan pengelolaan pajak daerah dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni hambatan internal dan eksternal (Abdul Halim, 2001;43).

1. Hambatan internal

Hambatan internal yaitu pengelolaan pajak yang lebih banyak disebabkan oleh relative rendahnya perkembangan intelektual serta moral para aparat pengelola didaerah kota/kabupaten ditambah dengan kurangnya komunikasi antar pengelola ke unit-unit terkait.

2. Hambatan eksternal

Hambatan eksternal disebabkan oleh perkembangan moral masyarakat sebagai wajib pajak, rendahnya pendapatan perkapita dan adanya upaya pelarian pajak dalam bentuk meringankan beban pajak supaya tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam upaya peningkatan penerimaan pajak daerah, pemerintah daerah dapat menempuh upaya intensifikasi pajak daerah.

(24)

Intensifikasi pajak daerah digunakan sebagai usaha yang dilakukan pemerintah kota/kabupaten untuk meningkatkan hasil penerimaan pajak daerah yang diaplikasikan dalam bentuk;

Upaya Pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dari sektor pajak. antara lain:

1. Sosialisasi pajak;

Yaitu dengan sosialisasi secara massal kepada pembayar pajak untuk memperlihatkan lebih jelas kemana larinya uang pajak yang dibayar masyarakat. Misalnya, adanya mekanisme kontrol secara langsung dari masyarakat terhadap proyek pembangunan yang diusulkan langsung oleh masyarakat yang semuanya menggunakan uang pajak dari masyarakat. 2. Pengetatan sanksi bagi wajib pajak;

Pengetatan sanksi yaitu upaya penerapan hukum supaya tegas dan adil kepada masyarakat, untuk memenuhi peraturan yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Tujuan dari pengetatan sanksi supaya menyadarkan masyarakat agar membayar pajak secara tepat waktu supaya mencapai target penerimaan pajak. Misalnya, sanksi apabila tidak membayar pajak dapat dikenakan dalam berbagai bentuk:

a. Tindak pidana menyangkut harta dan kekayaan melalui proses penahanan dan hukuman penjara;

b. Tindakan perdata yang sama dengan pengembalian hutang pribadi yang dilakukan melalui penyitaan dan penjualan kekayaan;

(25)

d. Menghentikan pelayanan misalnya memutuskan pelayanan air atau listrik. (Prakosa, 2003:27).

3. Perbaikan sistem administrasi dan pelayanan perpajakan;

Dalam melaksanakan penggelolaan dan pemungutan pajak tergantung pada tingkat kemampuan yang dibutuhkan dan tersedianya tenaga kerja di tingkat daerah tertentu masih kurang, meskipun ada alternatif seperti menyewa konsultan atau bantuan tenaga dari suatuinstansi lain.

4. Menciptakan iklim pajak yang baik;

Iklim perpajakan yang baik terjadi jika kepatuhan masyarakat untuk membayar menjadi semakin tinggi. Maka dari itu diperlukan strategi di bidang perpajakan yang diarahkan untuk mengubah masyarakat meliputi:

a. Pola pikir; b. Kebiasaan; c. Emosi.

5. Tata organisasi perpajakan yang memadai.

Instansi pajak perlu melakukan strategi untuk menunjang terciptanya iklim pajak yang baik dilingkungannya sendiri sehingga meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk selalu membayar pajak. Usaha yang dapat dilakukan antara lain:

a. Mengelola perpajakan secara baik dan benar.

b. Memelihara integritas aparat pajak terhadap sikap yang jujur, sopan, dalam melayani sehingga menumbuhkan kepercayaan wajib pajak. c. Mencegah timbulnya penghindaran atau penggelapan pajak.

(26)

C. Konsep Pajak 1. Pengertian Pajak

Pajak yaitu kontribusi yang wajib dibayar kepada Negara baik secara pribadi maupun badan dan bersifat memaksa seseuai dengan Undang-undang yang berlaku serta tidak mengharapkan imbalan secara langsung karena akan digunakan untuk membangun Negara demi kesejahteraan rakyat.

S.I Djajadiningrat dalam buku (perpajakan teori dan kasus : 1; 2013) pajak adalah suatu kewajiban menyetorkan sebagian dari harta kita untuk Negara karena suatu keadaan berdasarkan kedudukan atau perbuatan sesuai dengan peraturan pemerintah dan dapat dipaksakan, dan tidak mengharapkan jasa timbal balik dari Negara.

Rochmat Soemitro, menyatakan pajak adalah iuran dari rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang atau peraturan dan tidak mendapatkan jasa secara langsung. Definisi tersebut disempurnakan menjadi “Pajak adalah peralihan kekayan dari pihak rakyat untuk Negara guna membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya.

Dari definisi diatas dapat kesimpulan bahwa ;

a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta dapat dipaksakan; b. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah;

c. Pajak diperuntukkan ketika pengeluaran pemerintah apabila dari pemasukan mendapat surplus digunakan untuk membiayai public;

(27)

2. Jenis-Jenis Pajak

Kemudian pajak daerah itu dibagi menjadi dua jenis dan beberapa objeknya sesuai (Pasal 2 Undang-Undang No 28 Tahun 2009), yaitu:

a. jenis pajak provinsi terbagi atas: 1. Pajak kendaraan bermotor;

2. Bea balik nama kendaraan bermotor; 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor; 4. Pajak air permukaan;

5. Pajak rokok.

b. jenis pajak kabupaten/kota terbagi atas: 1. Pajak hotel;

2. Pajak restoran; 3. Pajak hiburan; 4. Pajak reklame;

5. Pajak penerangan jalan;

6. Pajak mineral bukan logam dan batuan; 7. Pajak parkir;

8. Pajak air tanah;

9. Pajak sarang burung wallet;

10. Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan perkotaan; 11. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Selanjutnya daerah dilarang untuk melakukan pemungutan pajak selain dari jenis-jenis pajak dan objeknya yang telah disebutkan diatas.

(28)

3. Fungsi pajak

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya tentang ciri-ciri pajak maka disini kita akan membahas fungsi pajak, berikut ini fungsi dari pajak:

a. Fungsi penerimaan (budgeter)

Pajak berguna sebagai sumber dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan sumber keuangan negara serta pemerintah berusaha memasukkan untuk khas Negara. Upaya tersebut dilakukan sebagai pemasukan Negara yang berasal dari beberapa macam pajak.

b. Fungsi mengatur (regular)

Pajak sebagai alat yang digunakan untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam bidang keuangan.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak berjalan lancar dan tidak menimbulkan hambatan/perlawanan maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Pemungutan pajak harus adil

Adil yang dimaksud yaitu memberikan hak bagi masyarakat wajib pajak jika ada yang ingin mengajukan keberatan/penundaan dalam pembayaran. b. Pemungutan berdasarkan peraturan perundang-undangan

Di Indonesia sendiri pajak diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2. Yang memberikan jaminan hukum dan hak untuk menyatakan keadilan bagi Negara maupun warganya.

(29)

c. Tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan diharapkan tidak mengganggu kelancaran kegiatan

perdagangan sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam perekonomian masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efisien

Biaya pemungutan pajak dilaksanakan secara cermat sehingga bisa sesuai dengan hasil pemungutannya.

5. Pengelompokan Pajak

Ada beberapa bagian pengelompokan pajak diantaranya:

a. Menurut golongannya, dalam pengelompokan ini terbagi atas pajak secara langsung dan pajak tidak langsung.

b. Menurut sifatnya, dalam pengelompokan ini terbagi atas pajak subjektif dan pajak objektif.

c. Menurut lembaga pemungutannya, pengelompokan ini terbagi atas pajak pusat dan pajak daerah.

6. Sistem Pemungutan Pajak a. Official assessment system

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi hak dan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan sendiri seberapa besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Cirri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan seberapa besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus/pemerintah;

(30)

2. Wajib pajak bersifat pasif;

3. Utang pajak muncul setelah adanya dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh pemerintah/fiskus.

b. Self Assessment System

Yaitu sistem pemungutan yang memberi hak dan kewenangan kepada wajib pajak guna menentukan sendiri seberapa besar pajak yang terutang.

Cirri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan seberapa besar pajak terutang yang ada pada wajib pajak itu sendiri.

2. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, melaporkan dan menyetor sendiri wajib pajak yang terutang.

3. Pemerintah/fiskus tidak ikut campur langsung tapi hanya mengawasi.

7. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

Kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh Wajib Pajak (Mardiasmo, 2011:56), yaitu:

1. Mendaftarkan diri masing-masing untuk mendapatkan pelayanan NPWP. 2. Melaporkan usahanya agar dikukuhkan sebagai PKP.

3. Menghitung serta membayar sendiri wajib pajak dengan benar.

4. Mengisi SPT serta memasukkan keKantor Pelayan Pajak sesuai batas waktu yang telah ditetapkan.

(31)

8. Sanksi Pajak

Sanksi perpajakan merupakan jaminan ketentuan perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Dengan kata lain sanksi dilakukan untuk mencegah agar Wajib Pajak patuh dan tidak melanggar aturan perpajakan. (Menurut Mardiasmo, 2011:59-60) sanksi dibagi dalam dua yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Berikut ini pembagian sanksi perpajakan :

a. Sanksi administrasi yaitu sanksi pembayaran kerugian kepada Negara berupa bunga dan kenaikan;

b. Sanksi pidana yaitu berupa sanksi siksaan/penderitaan dan sanksi hukuman penjara.

D. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

1. Dasar hukum

Dalam Negara kesatuan republik Indonesia ini, kehidupan rakyat serta perekonomian dan bumi, perairan serta kekayaan alam yang berada didalamnya mempunyai fungsi bagi masyarakat sesuai pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, karena mendapat hak dari Negara maka wajib menyerahkan sebagian apa yang didapatnya kepada Negara melalui pembayaran pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan bisa di jelaskan sebagai berikut, pajak Negara dikenakan kepada wajib pajak karena menggunakan bumi/ bangunan sesuai dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan saat ini telah diubah menjadi Undang-Undang No. 14 Tahun 1994.

(32)

2. Pengalihan Pengelolaan PBB

Ada beberapa alasan pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) kepada pemerintah daerah (Departemen Keuangan, 2009), yaitu:

a. Transparansi dan akuntabilitas dapat dinilai lebih mudah diwujudkan apabila pengelolaan PBB dialihkan kepada tiap daerah masing-masing. Hal ini diharapkan lebih baik karena langsung berhadapan dengan persoalan didaerah yang bersangkutan, jika kita melihat kebutuhan daerah kebanyakan dana yang didapat dari pusat tidak transparan dan efisien. b. Objek pajak PBB-P2 bersifat tidak pasti, serta tidak bisa direlokasi

kedaerah lain sehingga lebih mudah apabila dijadikan pajak daerah.

c. Objek PBB-P2 berada di daerah kabupaten/kota, sehingga pemerintah daerah lebih paham dan mengetahui karakteristik masyarakatnya sehingga lebih mudah dalam menagih PBB-P2 daerahnya.

Pemerintah pusat lebih memilih untuk mengalihkan PBB-P2 menjadi pajak daerah didasarkan karena adanya beberapa kenyataan (Supriyanto, 2012), antara lain:

a. Kebanyakan Negara maju sudah menyerahkan pajaknya untuk diurus oleh pemerintah daerah;

b. Minyak dan gas bumi (migas) tidak bisa diharapkan lagi sebagai APBN karena indonesia bukan lagi pengekspor minyak bumi, bahkan sebaliknya.

(33)

c. Direktoral jenderal pajak telah membuat Kantor Pelayan Pajak Pratama disejumlah daerah sehingga pemungutan pajak bumi dan bangunan menjadi lebih efisien.

3. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

PBB yaitu pajak yang berupa benda objek seperti bumi/tanah dan/atau bangunan. Dimana keadaan subyek atau wajib pajak tidak ikut menentukan sendiri seberapa besarnya pajak yang harus dibayar.

Bumi adalah seluruh permukaan bumi meliputi tanah dan perairan seperti rawa-rawa, tambak, serta laut yang berada diwilayah Republik Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang dilekatkan secara utuh pada tanah atau perairan.

Termasuk pengertian bangunan adalah :

a. Lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan. b. Jalan tol

c. Kolam renang

d. Pagar mewahtempat olah raga e. Galangan kapal, dermaga. f. Taman mewah

g. Tempat penampungan minyak, air dan gas. h. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Adapun cara untuk menghitung besarnya Pajak bumi dan bangunan yaitu sebgai barikut:

(34)

a. Tarif pajak adalah sebesar 0,5%

b. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) berupah tanah (Bumi dan bangunan) c. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang besarnya adalah 20% X NJOP d. Rumus untuk menghitung PBB adalah:

PBB = 0,5% X 20% X NJOP

(35)

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 yang membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) yang sebelumnya dikelolah oleh pemerintah pusat dan sekarang sudah dikelolah oleh pemerintah daerah.

Gambar. 1. Kerangka Pikir Fungsi manajemen Menurut

George R. Terry 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pengarahan 4. Pengawasan

Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone.

Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).

FaktorPenghambat dalam Pengelolaan (PBB-P2)

1. Faktor internal 2. Faktor eksternal

(36)

F. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian 1. Fokus Penelitian

Model implementasi yang digunakan dalam fokus penelitian ini adalah model implementasi kebijakan George R. Terry, yang memiliki variabel-variabel sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yaitu sebagai perumusan dari masalah-masalah tentang apa serta bagaimana cara mengerjakan yang akan dilakukan dan selalu siap untuk tindakan-tindakan berikutnya.

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian dilakukan setelah adanya rencana serta diatur dan ditentukan mengenai tugas pekerjaannya, jenis pekerjaan, unit kerjanya, alat-alatnya, bagaimana keuangannya, fasilitasnya, serta siapa yang akan melakukannya.

c. Pengarahan (Actuating)

Pengarahan yaitu usaha yang dilakukan untuk menggerakkan para anggota kelompok sehingga mereka berkeinginan dan selalu berusaha guna mencapai sasaran yang telah ditentukan.

d. Pengawasan (Controlling)

Perencanaan dan pengawasan saling berkaitan dan saling membutuhkan. Jelas bahwa tanpa rencana, pengawasan sulit dilaksanakan karena tidak adanya panduan/pedoman untuk melaksanakan pengawasan

(37)

itu. Begitu pula sebaliknya tanpa pengawasan kemungkinan timbulnya penyelewengan atau penyimpangan tanpa ada yang mencegahnya.

e. Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) Di Dispenda Kabupaten Bone. Yaitu faktor internal dan eskternal, factor internal berupa dalam pengelolaan pajak yang lebih banyak disebabkan oleh relative rendahnya efektifitas organiasi/SDM pengelola didaerah kota/kabupaten ditambah dengan kurangnya komunikasi antar unit pengelola ke unit-unit terkait. Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh moral masyarakat sebagai wajib pajak, rendahnya income perkapita dan adanya upaya pelarian pajak dalam bentuk meringankan beban pajak yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Deskripsi Fokus

Peneliti mendeskripsikan beberapa konsep yang bisa dijadikan landasan penelitian dan berhubungan langsung dengan fokus penelitian.

a. Menurut Nawawi Zaidan, Fungsi manajemen terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling yang biasanya disingkat POAC.

Masing-masing fungsi saling berkaitan dan membentuk suatu sistem di mana masing-masing unsurnya tidak boleh terlepas satu sama lainnya. b. Menurut Simbolong mengemukakan arti dari pengorganisasian yakni :

Perencanaan yaitu sebagai perumusan dari masalah-masalah tentang apa serta bagaimana cara mengerjakan yang akan dilakukan dan selalu siap untuk tindakan-tindakan berikutnya.

(38)

c. Menurut Harold Kontz perencanaan serta pengawasan saling berkaitan dan saling membutuhkan. Jelas bahwa tanpa rencana, pengawasan sulit dilakukan karena tidak ada panduan/pedoman untuk melaksanakan pengawasan itu. Begitu pula sebaliknya tanpa pengawasan kemungkinan timbulnya penyelewengan atau penyimpangan tanpa ada yang mencegahnya.

d. Menurut (Abdul Halim, 2001;43). Hambatan penerimaan pajak daerah dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal dalam pengelolaan pajak yang lebih banyak disebabkan oleh relative rendahnya efektifitas organiasi/SDM pengelola didaerah kota/kabupaten ditambah dengan kurangnya komunikasi antar unit pengelola ke unit-unit terkait. Hambatan eksternal disebabkan oleh moral masyarakat sebagai wajib pajak, rendahnya income perkapita dan adanya upaya pelarian pajak dalam bentuk meringankan beban pajak tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama 2 bulan setelah seminar proposal di laksanakan.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone, karena tempat tersebut merupakan instansi pemerintah yang berwenang dalam mengelolah PBB yang selama ini menjadi masalah dalam sistem pengelolan dalam bidang perpajakan di daerah Kabupaten Bone.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu kegiatan yang meliputi pengumpulan data menjawab pertanyaan yang menyangkut dengan keadaan pada saat waktu berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi Pemerintah Daerah Kabupaten Bone dalam mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan.

2. Tipe Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berguna untuk memberikan suatu gambaran mengenai

(40)

Efektivitas Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata serta tindakan selebihnya yaitu data tambahan misalnya dokumen dan lain-lainnya. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui 2 sumber data, yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu informan yang dianggap berpotensi memberikan informasi yang akurat sesuai kondisi sebenarnya di lapangan melalui wawancara.

2. Data sekunder, adalah data pendukung yang di peroleh dari literature dan dokumen serta laporan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

D. Informan Penelitian

Menurut Sugiono, informan merupakan orang yang tinggal atau berdomisili dilingkungan lokasi penelitian, sehingga dia bisa memberikan informasi secara akurat mengenai latar kondisi tempat penelitian. Adapun cara penentuan informan yaitu menggunakan teknik purposive sampling, teknik penentuan informan berdasarkan tujuan tertentu sesuai dengan kriteria masalah yang akan diteliti.

Adapun informan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kepala DISPENDA

2. Kepala Bindang Pendaftaran dan Pendataan 3. Kepala Bagian Umum dan Perencanaan 4. Bidang Keuangan dan Perlengkapan

(41)

5. Bidang Pengelolaan Data dan Informasi 6. Bidang Penagihan dan Pelayanan PBB-P2 7. Masyarakat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Observasi yakni pencatatan yang dilakukan terhadap masalah yang akan diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian untuk memperoleh keterangan yang lebih epektif dan akurat tentang hal-hal yang akan diteliti mengenai pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan di Dispenda Kabupaten Bone.

2. Wawancara

Wawancara yaitu kegiatan dilakukan saat berada dilokasi penelitian seperti Tanya jawab kepada pegawai maupun masyarakat secara mendalam guna mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti dan masalah penelitian yang difokuskannya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagaimana cara kita mengkaji dokumen dengan baik seperti buku referensi, pasal-pasal serta peraturan perundang-undangan

(42)

mengenai penelitian guna melengkapi materi berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan.

F. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dilakukan terus menerus dengan memeriksa semua data yang didapat dari berbagai sumber. Seperti data dari hasil wawancara yang ditulis dalam catatan serta dokumentasi dan sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan. Didalam melakukan analisis data peneliti berpedoman pada tahapan yang dirumuskan oleh Miles dan Huberman yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu pemusatan perhatian guna penyerderhanaan, transformasi terhadap data-data yang muncul dilapangan selama melakukan penelitian serta memilih data yang dibutuhkan sesuai permasalahan pusat penelitian di lapangan.

2. Penyajian data yaitu cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi dalam bentuk tabel, grafik, naratif, guna mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang ditampilkan dalam bentuk tabel serta uraian penjelasan.

3. Tahap terakhir yaitu memberikan kesimpulan tentang arti pola penjelasan tentang konfigurasi serta alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara teliti agar pada saat melakukan verifikasi peninjauan kembali pada catatan dilapangan sehingga data dapat diuji secara valid.

(43)

G. Pengabsahan Data

Menurut Moleong (2009), dalam menetapkan keabsahan data dibutuhkan teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan dilakukan berdasarkan beberapa criteria yaitu sebagai berikut:

1. Teknik Memeriksa Kredibilitas Data a. Triangulasi

Triangulasi merupakan cara untuk mengecek kebenaran data serta membandingkan data yang didapat dari sumber lain yang berada dilapangan, dengan menggunakan sumber data, metode, serta teori. Berikut ini cara yang dilakukan peneliti untuk mengetahuinya:

1. Mengajukan pertanyaan yang bervariasi; 2. Memeriksa dengan berbagai sumber data;

3. memanfaatkan metode agar pengecekan kepercayan data dapat dilakukan.

b. Kecukupan referensial

Kecukupan referensial yaitu bagaimana cara kita melakukan berbagai cara untuk mengumpulkan catatan, bahan dan rekaman yang digunakan sebagai referensi dan sebagai patokan jika sewaktu-waktu ada penafsiran data.

2. Keteralihan Data

Teknik unyuk memeriksa keteralihan data akan dilakukan dengan teknik “uraian rinci”, dengan cara melaporkan hasil penelitian sesuai dengan gambaran lokasi penelitian, serta uraian secara lengkap dan cermat antara penerima dan

(44)

pengirim. Upaya untuk mendapatkan itu semua maka peneliti melakukannya dengan tabulasi data serta disajikan dalam hasil dan pembahasan.

3. Kebergantungan

Dalam penelitian ini, kebergantungan dilakukan agar pemeriksaan semua proses penelitian. Karena sering terjadi dilapangan peneliti tidak turun meneliti, tapi bisa memberikan/mendapatkan data.

Peneliti yang dilakukan seperti ini harus diuji dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tapi datanya ada, jadi penelitian tersebut tidak dependable.

4. Kepastian Data (confirmability)

Dalam penelitian kualitatif uji kepastian data agak mirip uji kebergantungan, sehingga saat menguji bisa dilakukan secara bersama, dalam menguji kepastian (confirmability) harus dilakukan secara teliti jangan sampai proses tidak dilakukan tetapi hasilnya ada.

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Bone

Kabupaten Bone merupakan salah satu daerah yang ada di pesisir timur Sulawesi Selatan dan memiliki posisi strategis untuk perdagangan barang dan jasa secara administrasi terdiri dari 27 Kecamatan, 328 desa, dan 44 kelurahan. Terletak 174 km kearah timur Kota Makassar, dan berada pada posisi 4°13' - 5°6' LS dan 119°42'-120°30' BT dengan luas wilayah 4.559 km2 dengan garis pantai sepanjang 138 km yang membentang dari selatan ke utara. Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu sebelah utara berbatasan langsung Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo, sebelah selatan berbatasan langsung Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai, sebelah barat berbatasan langsung kabupaten Barru dan Kabupaten Maros, sebelah timur berbatasan langsung dengan Teluk Bone.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, penduduk Kabupaten Bone Tahun 2017 sebanyak 738.515 jiwa, yang terdiri dari 352.081 laki-laki serta 386.434 perempuan, dengan luas wilayah 4.559 km2. Dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone yaitu 162 jiwa per km2. Kabupaten Bone termasuk kabupaten yang luas di Sulawesi Selatan, keberadaan penduduk dalam jumlah besar sering dianggap sebagai pemicu masalah kependudukan seperti kemiskinan dan pengangguran.

(46)

Wilayah Kabupaten Bone beriklim sedang, dengan kelembapan udara berkisar antara 95%-99% dengan temperatur 26 °C – 34 °C. Selain itu terdapat juga dua wilayah peralihan, yaitu Kecamatan Libureng dan Kecamatan Bontocani yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian wilayah timur. Kabupaten Bone juga terdapat pegunungan dan bukit yang dicelahnya terdapat aliran sungai, dan disekitarnya terdapat lembah yang dalam ketika musim hujan, tetapi sebagian mengalami kekeringan ketika musim kemarau datang kecuali sungai yang besar, seperti sungai salomekko,cenrana,palakka dan lekoballo.

2. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

Berdasarkan perda Kabupaten Bone No. 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bone. Hal ini merupakan penjabaran dari peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi perangkat daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57 Tahun 2007 tentang petunjuk teknis penataan organisasi perangkat daerah.

Struktur organisasi Dispenda Kabupaten Bone yaitu sebagai berikut : 1. Kepala Dinas

2. Sekretaris

a. Sub Bagian Umum dan kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Program

3. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Penepatan. a. Sub Bidang Pelayanan PBB-P2

(47)

b. Sub Bidang Pendaftaran dan Pendataan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah lainnya.

c. Sub Bidang Penetapan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Lainnya. 4. Bidang Penagihan.

a. Sub Bidang Pengihan PBB-P2

b. Sub Bidang Penagihan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah lainnya c. Sub Bidang Pengelolaan Pasar

5. Bidang Pembukuan Dan Pelaporan

a. Sub Bidang Pembukuan Penerimaan PBB-P2

b. Sub Bidang Pembukuan Penerimaan Pajak daerah, Retribusi daerah dan Pedapatan Daerah Lainnya

c. Sub Bidang Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga 6. Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional.

a. Sub Bidang Perencanaan serta Pembinaan Teknis Pemungutan b. Sub Bidang Penggalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah c. Sub Bidang Koordinasi Pendapatan Daerah dan Penyuluhan 7. Kelompok Jabatan Pelaksana dan Jabatan Fungsional.

8. Unit Pelaksan Teknis (UPT) Dinas.

Dalam menjalankan tugas pokok serta funsi Dinas Pendapatan Daerah di tunjang oleh sumber daya aparatur sebanyak 73 orang PNS serta di bantu sekitar 25 orang non PNS (tenaga kontrak). Dari jumlah tersebut terdiri dari 36 laki-laki dan 37 perempuan, dilihat dari golongan I yaitu 3 orang, golongan II yaitu 30 orang, golongan III yaitu 36 orang, dan golongan IV yaitu 4 orang.

(48)

Dispenda Kabupaten Bone merupakan unsur pelaksana yang mempunyai tugas untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam mengelola Pendapatan Daerah Kabupaten Bone. Adapun yang menjadi kewenangan Dispenda Kabupaten Bone dalam Pendapatan Asli Daerah yaitu penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah serta pendapatan daerah sah yang lainnya.

Adapun jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang dikelola oleh Dispenda Kabupaten Bone yaitu :

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

3. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

Dispenda Kabupaten Bone mempunyai visi, yaitu : Terwujudnya Instansi yang Profesional dalam Pengelolaan Pendapatan Daerah yang Optimal, Efisien dan Efektif.

(49)

Visi ini mengandung frase yang optimal, efisien, efektif serta akuntabel. Rincian frase ini yaitu sebagai berikut:

1. Instansi yang profesianal adalah instansi yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan keuangan daerah, kreatif dan inovatif dalam pengembangan pendapatan daerah untuk membangun Bone yang sejahtera. Optimal artinya mengelola sumber-sumber pendapatan daerah dengan memperkuat sumber-sumber yang telah ada dan menggali serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan yang belum terolah dengan memanfaatkan potensi SDM yang ada.

2. Efisien adalah pengelolaan sumber-sumber pendapatan dengan mengunakan sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang optimal

3. Efektif adalah pengelolaan sumber-sumber pendapatan pada situasi dan kondisi waktu yang telah ditetapkan mampu meraih hasil sesuai dengan target dan harapan pemerintah daerah.

Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone adalah sebagai berikut: a. Mengoptimalkan pengelolaan pendapatan daerah baik yang dikelola

lansung maupun tdak langsung.

b. Mengefesiensikan penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung operasional dan menyempurnakan system dan prosedur pengelolaan pendapatan daerah.

c. Meningkatkan tenaga teknis tenaga pengelola daerah sebagai ujung tombak dalam pengelolaan pendapatan daerah.

(50)

d. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pemungutan pendapatan daerah dapat dipertanggungjawabkan.

e. Meningkatkan pemahaman, kepatuhan masyarakat dalam pembayaran pajak serta retribusi daerah.

f. Mengoptimalkan penegakan hukum atas pelanggaran ketentuan perpajakan.

4. Tugas Pokok serta Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

Adapun tugas pokok serta fungsi serta kewenangan Dispenda Kabupaten Bone didasarkan pada keputusan Bupati Nomor 54 Tahun 2008, yaitu : pelaksanaaan urusan rumah tangga dalam bidang pendapatan daerah, sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Meyiapkan bahan pembinaan berdasarkan kebijaksaan umum yang ditetapkan oleh Bupati;

b. Menyiapkan bahan penyusunan serta program petunjuk teknis pengelolaan pendapatan daerah;

c. Menyiapkan bahan perumusan Peraturan Perundang-undangan mengenai pendapatan daerah;

d. Menyiapkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan anggaran;

e. Melakukan pendaftaran serta pendataan objek dan subjek pendapatan asli daerah;

f. Menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan; g. Memelihara dan melaksanakan pembukuan dan pelaporan; dan h. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh bupati.

(51)

40 KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL SEKRETARIAT

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PROGRAM BIDANG PENDAFTARAN, PENDAPATAN DAN PENETAPAN

BIDANG PENAGIHAN

SUB BIDANG PENAGIHAN PBB-P2

SUB BIDANG PENAGIHAN RETRIBUSI DAERAH DAN PAJAK DAERAH LAINNYA

SUB BIDANG PENGELOLAAN

PASAR SUB PELAKSANA PELAYANAN

PBB-P2

SUB BIDANG PENDAFTARAN DAN PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH

DAN PAJAK DAERAH LAINNYA

SUB BIDANG PENETAPAN RETRIBUSI DAERAH DAN PAJAK

DAERAH LAINNYA

BIDANG PEMBUKUAN DAN PELAPORAN

BIDANG PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

OPERASIONAL

SUB BIDANG PEMBUKUAN PENERIMAAN PBB-P2

SUB BIDANG PERENCANAAN DAN PEMBINAAN PEMUNGUTAN SUB BIDANG PEMBUKUAN

PENERIMAAN PAJAK DAERAH, RETRIBUSI

DAERAH DAN PENDAPATAN DAERAH

SUB BIDANG PENGGALIAN DAN PENIGKATAN PENDAPATAN DAERAH

SUB BIDANG PELAPORAN DAN PENGELOLAAN

BENDA BERHARGA

SUB BIDANG KOORDINASI PENDAPATAN DAERAH

DAN PENYULUHAN UPT

(52)

5. Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone

Dinas Pendapatan Daerah mempunyai fungsi membantu bupati dalam melaksanakan tugas penunjang urusan pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Kabupaten Bone mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan fungsi penunjang dalam urusan pemerintahan dibidang pendapatan daerah.

b. Pelaksanaan kebijakan fungsi penunjang dalam urusan pemerintahan dibidang pendapatan daerah.

c. Pelaksanaan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan tugas dukungan fungsi penunjang dalam urusan pemerintahan dibidang pendapatan daerah.

d. Pembinaan teknis penyelenggaran fungsi penunjang dalam urusan pemerintahan dibidang pendapatan daerah.

e. Pelaksanaan fungsi yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekertariat

Sekertariat Dispenda Kabupaten Bone mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit-unit organisasi di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah. Adapun fungsi sekertariat yaitu sebagai berikut:

(53)

a. Penyusunan kebijakan teknis administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta program;

b. Penyusunan rencana strategis;

c. Pengorganisasian penyusunan rencana anggaran, program, dan kegiatan Dinas Pendapatan Daerah;

d. Pelaksanaan pembinaan urusan umum dan administrasi kepegawaian; e. Pelaksanaan urusan keuangan dan penyusunan rencana;

f. Pelaksanaan urusan perlengkapan serta pengelolaan barang milik daerah;

g. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan pengawasan program dan kegiatan secretariat; dan

h. Pelaksanaan fungsi yang diberikan kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1). Sub Bagian Umum dan kepegawaian mempunyai tugas: a). Melaksanakan urusan persuratan;

b). Melaksanakan urusan rumah tangga;

c). Melaksanakan pengelolaan pemeliharaan barang inventaris; d). Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian; e). Melaksanakan penerapan dan peraturan disiplin pegawai; f). Melaksanakan pengelolaan data serta arsip kepegawaian; g). Melaksanakan tugas yang diberikan oleh sekertaris. 2). Sub Bagian keuangan mempunyai tugas:

(54)

b). Melaksanakan pengelolaan keuangan, pembayaran gaji pegawai; c). Melaksanakan tata laksana dan pengelolaan data keuangan;

d). Melaksankan verifikasi akuntansi, pelaporan keuangan serta pertanggangjawaban keuangan;

e). Melaksanakan penerimaan dan penyetoran uanghasil pemungutan pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

f). Melaksanakan pengendalian pelaporan keuangan dan pengawasan pembukuan perbendaharaan pengeluaran dan penerimaan;

g). Menyiapkan dan menyusulkan pejabat pengelola keuangan;

h). Melaksanakan pengadaan barang jasa dan pembuatan laporan evaluasi pengadaan serta permanfaatan barang; dan

i). Melaksanakan tugas yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugasnya.

3). Sub Bagian Program dipimpin oleh kepala Sub Bagian Program yang mempunyai tugas:

a). Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan anggaran; b). Menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis (RENSTRA); c). Menyusun rencana kerja (RENJA);

d).Menyusun dokumen laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP);

e). Melaksanakan monitoring dan evaluasi program dan anggaran; f). Membuat Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah (LPPD) dan

(55)

g). Menyusuan laporan pelaksanaan program dan anggaran secara berkala

h). Melaksanakan tugas yang dibeikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya;

3. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Penetapan

Bidang pendaftaran, pendataan dan penetapan mempunyai tugas lain yaitu membantu Kepala Dinas ketika melaksanakan perencanaan, pengorganisasiaan, pembagian tugas, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan tugas dibidang pendaftaran, pendataan dan penepatan pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Adapun tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

a). Sub bidang pelayanan PBB-P2, mempunyai tugas:

1. Melaksanakan pelayanan pendaftaran, pendataan, penilaian dan penetapan serta pengelolaan data informasi PBB-P2;

2. Menerima kelengkapan permohonan pelayanan PBB-P2 serta melakukan penelitian kantor dan lapangan terhadap dokumen permohonan wajib pajak;

3. Mendistribusikan dan menerima formulir pendaftaran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh wajib pajak; 4. Melaksanakan pendataan, penilaian, perhitungan dan evaluasi

penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB-P2;

5. Mengolah data formulir pendaftaran SPOP PBB-P2 dan menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhitung (SPPT) PBB-P2 kepada wajib pajak,

(56)

6. Melakukan perhitungan data hasil pelayanan PBB-P2 serta perubahan blok;

7. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Bidang pendaftaran, pendataan dan penetapan sesuai dengan tugasnya.

b). Sub bidang Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas yaitu:

1. Mendistribusikan dan menerima formulir pendaftaran Retribusi Daerah;

2. Memeriksa dan meneliti pengisian serta dokumen kelengkapan formulir pendaftaran yang diterima;

3. Melaksanakan pendataan dan penilaian Objek Retribusi Daerah dan pajak lainnya;

4. Melakukan perhitungan dalam rangka penerbitan Surat

Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);

5. Melaksanakan pengelolaan data dan penyimpanan data base tentang pendaftaran serta pendataan objek pajak;

c). Sub bidang penetapan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah lainnya mempunyai tugas yaitu:

1. Melakukan penelitian data dan perhitungan untuk penetapan retribusi pajak daerah lainnya;

2. Melaksanakan penelitian dan validasi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

(57)

3. Melaksanakan pembuatan serta penerbitan Surat Ketetapan Retribusi Daerah dan pajak daerah lainnya;

4. Melaksanakan pembuatan daftar ketetapan pajak daerah perjenis maupun perwajib pajak;

5. Melaksanakan koordinasi dengan Sub. Bidang penagihan sebagai bahan penerbitan Surat Ketetapan dan penetapan bagi wajib pajak daerah yang bermohon;

6. Melaksanakan pengolahan data serta pemberian informasi tentang Penetapan Retribusi Daerah dan pajak daerah lainnya;

4. Bidang Penagihan

Bidang penagihan mempunyai tugas lain membantu kepala dinas melaksanakan perencanaan, pengoorganisasian, pembagian tugas, evaluasi dan pelaporan dalam pelaksanaan tugas di bidang penagihan PBB-P2, Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Lainnya.

a). Sub Bidang Penagihan PBB-P2 mempunyai tugas yaitu:

1. Menyiapkan dan mendistribusikan surat dan dokumentasi yang sangat berhubungan dengan penagihan PBB-P2.

2. Melaksanakan dan memproses dokumen yang masuk serta mengisi kartu pengawasan tunggakan;

3. Melaksanakan penagihan piutang PBB-P2;

4. Melaksanakan restitusi administrasi kelebihan pembayaran PBB-P2 dalam bentuk uang tunai atau pemindahbukuan;

(58)

5. Melaksanakan pengolahan data dan pemberian informasi tentang penagihan PBB-P2.

b). Sub Bidang Penagihan Retribusi Daerah dan Pajak Lainnya, yaitu: 1. Menyiapkan dan mendistribusikan surat dan dokumentasi yang

sangat berhubungan dengan penagihan retribusi daerah dan lainnya. 2. Melayani surat-surat keberatan sebagai bahan penerbitan surat

ketetapan dan penetapan bagi wajib pajak;

3. Melaksanakan pengolahan data pemberian informasi tentang penagihan retribusi daerah dan pajak daerah lainnya.

c). Sub Bidang Pengelolaan Pasar memiliki tugas:

1. Menyiapkan surat-surat yang berkaitan pengelolaan pasar; 2. Melaksanakan pemeliharaaan sarana dan prasarana pasar; 3. Membuat data base nama-nama pasar setiap pasar;

4. Melaksanakan perencanaan target penerimaan perpasar;

5. Mencatat penerimaan dan pengendalian pendapatan asli daerah yang bersumber dari pasar;

6. Melaksanakan penagihan dan penyetoran uang retribusi pasar melalui masing-masing coordinator pemungut.

5. Bidang Pembukuan dan Penagihan

Bidang Pembukuan dan Penagihan mempunyai tugas lain membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan perencanaan, pengoorganisasiaan, pembagian tugas, evaluasi pelaporan pelaksaan tugas dibidang pembukuaan penerimaan dan

(59)

pelaporan pajak daerah dan retribusi daerah serta pengelolaan benda berharga lainnya.

a). Sub Bidang pembukuan Penerimaan PBB-P2 mempunyai tugas:

1. Melaksanakan penerimaan Daftar Hipuna Ketetapan Pajak (DHKP) PBB-P2 dalam bentuk soft copy;

2. Menyandingkan laporan posisi kas penerimaan PBB-P2 dengan laporan penerimaan kecamatan;

3. Melaksanakan verifikasi terhadap laporan penerimaan pokok PBB-P2 dengan pihak bank penerima dan kecamatan;

4. Melaksanakan identifikasi, verifikasi dan validasi piutang PBB-P2; 5. Mencatat penerimaan PBB-P2 yang lunas kedalam buku jenis pajak; 6. Menyiapkan rekapitulasi penerimaan PBB-P2 perbulan, triwulan

dan pertahun;

b). Sub Bidang Pembukuan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Pendapatan Daerah Lainnya yaitu:

1. Melaksanakan penerimaan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) serta surat-surat ketetapan pajak lain yang telah dibayar lunas; 2. Mencatat penerimaan pajak daerah serta retribusi daerah yang lunas

kedalam buku jenis pajak;

3. Mencatat penerimaan pendapatan daerah lainnya;

4. Melaksanakan verifikasi terhadap penerimaan pajak daerah serta retribusi daerah dengan menyandingkan laporan dari instansi pengelola pendapatan asli daerah;

(60)

5. Melaksanakan verifikasi terhadap penerimaan pendapan lainnya; 6. Menyiapkan rekapitulasi penerimaan Pajak daerah dan retribusi

daerah serta pendapatan daerah lainnya perbulan, pertriwulan dan pertahun.

c). Sub Bidang Pelaporan dan Pengelolaan Benda Berharga memiliki tugas:

1. Membuat laporan perjenis dan laporan persatuan Kerja Perangkat Desa (SKPD) realisasi penerimaan pendapatan daerah setiap bulan dan laporan data tunggakan pada akhir tahun;

2. Membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan realisasi penerimaan serta tunggakan pendapatan daerah;

3. Menerima serta mencatat tanda terima dari benda berharga bukti penerimaan benda berharga bukti pengeluaran/pengambilan benda berharga pengelola pendapatan asli daerah;

4. Menghitung sisa persediaan benda berharga;

5. Membuat laporan penerimaan uang hasil pemungutan kedalam kartu persediaan benda berharga.

6. Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional

Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional mempunyai tugas lain membantu kepala dinas melaksanakan perencanaan, pengooordinasiaan, pembagian tugas, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan dan pengendalian operasioanal pengelolaan pajak daerah.

(61)

a) Sub Bidang perencanaan dan pembinaan teknis pemungutan mempunyai tugas :

1. Melaksanakan pengelolaan data tentang penerimaan pendapatan daerah;

2. Menyiapkan bahan dan mengonsep rencana penerimaan pendapatan daerah;

3. Melaksanakan hubungan tata kerja, pembinaan teknis pemungutan dengan instansi terkait menyangkut pengelolaan pajak daerah; 4. Menyiapkan bahan evaluasi penerimaan pendapatan daerah.

b) Sub Bidang Pengalian dan Peningkatan Pendapatan Daerah mempunyai tugas:

1. Melaksanakan pengawasan terhadap realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah serta pendapatan daerah lainnya;

2. Mengumpulkan dan mengelola data semua sumber-sumber pendapatan daerah;

3. Melaksanakan kegiatan intensifikasi serta ekstensifikasi dalam penerimaan pendapatan daerah;

4. Membuat rumusan rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah serta pendapatan daerah lainnya;

5. Membuat rumusan rancangan peraturan Bupati tentang system dan prosedur pemungutan pajak daerah;

6. Menerima dan menangani pengaduan masyarakat berkaitan pelayanan dalam pengelolaan pendapatan daerah.

(62)

c) Sub Bidang Koordinasi Pendapatan Daerah dan Penyuluhan mempunyai tugas :

1. Melaksanakan koordinasi dengan satuan unit kerja perangkat daerah;

2. Menyiapkan bahan koordinasi bagi hasil pajak dengan instansi pemerintah provinsi;

3. Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi pemerintah pusat berkaitan dengan dana perimbangan dan pendapatan daerah.

4. Melaksanakan sosialisai, penyuluhan tentang pengelolaan pajak daerah kepada wajib pajak;

7. Kelompok Jabatan Pelaksana dan Jabatan Fungsional

Kelompak jabatan pelaksana melaksanakan tugas yang diatur oleh Peraturan Bupati, sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional memiliki tugas melakukan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Unit Pelaksana Tugas (UPT) Dinas

Unit pelaksan tugas (UPT) Dinas mempunyai tugas yaitu membantu Kepala Dinas sesuai dengan bidang teknis yang diurusi, serta pembentukan UPT Dinas berdasarkan dengan Peraturan Bupati.

Gambar

Tabel 1. Penentuan target/pokok penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan  Perkotaan (PBB-P2) tiga tahun terakhir dapat dilihat tabel dibawah ini
Tabel 4.2. Target dan Realisasi penerimaan  pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan  Perkotaan (PBB-P2) tiga Tahun terakhir di Dispenda Kabupaten Bone
Tabel 4.4. Formulir pelayan PBB-P2 yang digunakan dalam pengelolaan PBB-P2  di Dispenda Kabupaten Bone
Tabel 4.5. Jangka waktu pelaksanaan penagihan PBB-P2
+3

Referensi

Dokumen terkait

kepada penulis dalam menyelesaika Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan

Dengan keringanan ini pemerintah cukup membantu dalam pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak (WP) agar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan agar

Besar kecilnya insentif tersebut dapat mempengaruhi sikap dan perilaku (disposisi) pelaku kebijakan. Insentif tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk rewards and

Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak

Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Norma Sosial, Kepercayaan pada Pemerintah dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melakukan Pembayaran Pajak

Pajak daerah merupakan iuran pajak yang dipungut atau dibebenkankepada wajib pajak oleh pemerintah daerah berdasarkan dengan Undang – Undang, dimana Kantor Dinas Pelayanan

disingkat SPPT adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak (Pasal I

Pajak daerah merupakan iuran pajak yang dipungut atau dibebenkankepada wajib pajak oleh pemerintah daerah berdasarkan dengan Undang – Undang, dimana Kantor Dinas Pelayanan Pajak Daerah