• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. penggunaan ideal, atau dengan kata lain, menurut Gobel (2013) efisiensi adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. penggunaan ideal, atau dengan kata lain, menurut Gobel (2013) efisiensi adalah"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.2. OptimalitasTenaga Kerja

Definisi optimalitas adalah tindakan untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Menurut Sinulingga (2014), efisiensi adalah sebuah ukuran yang menjelaskan seberapa baik sumber daya secara aktual digunakan relatif terhadap situasi penggunaan ideal, atau dengan kata lain, menurut Gobel (2013) efisiensi adalah pengalokasian sumber daya yang dimiliki suatu organisasi secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan efektivitas adalah suatu ukuran yang menjelaskan seberapa baik hasil yang dicapai relatif terhadap sasaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan definisi yang diuraikan tersebut, maka optimalitas tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai pengalokasian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk reparasi kapal di UGK agar mencapai efektivitas maupun efisiensi yang mampu meningkatkan aktivitas produktif pekerja.

2.1.8. Pengalokasian Tenaga Kerja

Menurut wikipedia alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya (tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang optimal. Berdasarkan definisi tersebut maka pengalokasian tenaga kerja adalah penentuan penggunaan tenaga kerja demi mencapai hasil yang efektif dan efisien.

(2)

1. Kondisi ekonomi dan sosial

Dalam aspek ini perusahaan menyiapkan dan mengembangkan strateginya. 2. Dimensi teknologi

Dimensi teknologi terdiri dari prosedur proses dan produk (kualitas dan keragaman kriteria).

3. Dimensi sosial dan demografi

Dimensi sosial dan demografi merupakan karakteristik operator, seperti formasi, kompetensi individu, pengalaman, lama bekerja di perusahaan. 4. Investasi

Investasi merupakan penanaman modal untuk installasi yang sudah ada maupun meramalkan untuk intallasi yang baru.

5. Hukum dan peraturan.

Hukun dan peraturan berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi 6. Produksi dan organisasi kerja

Produksi dan organisasi kerja meliputi organisasi kerja (kriteria untuk pembagian dan pengkoordinasian aktivitas).

(3)

Adapun variabel yang mempengaruhi pengalokasian tenaga kerja menurut Gilmez (2011) adalah ketersediaan operator, jenis operasi dan rata-rata produksi, sedangkan menurut Ozcan (2011) adalah waktu satandar dan beban kerja. Dan menurut Chandra (2013) adalah jenis output, upah pekerja, total idle time yang diperbolehkan dan jenis aktivitas. dalam penelitian ini adapun variabel yang dipertimbangkan untuk pengalokasian tenaga kerja adalah volume reparasi kapal, beban kerja, waktu standar dan ukuran kapal.

2.1.9. Human Factor Engineering

Human factor secara umum didefinisikan studi tentang manusia dan

interaksinya dengan produk, lingkungan, peralatan dan pembentukan tugas dan aktivitas. Menurut Salvendy (2012) bidang human factor terbagi atas:

1. Human factor in system design

2. Human factor in manufacturing

3. Human factor in process control

4. Human factor in transportation

Fokus penelitian ini adalah faktor manusia dalam sistem desain (human factor in

design system)

Satu masalah yang dihadapi oleh ahli human factors dalam sistem desain para manajer proyek, manajer, dan desainer meyakinkan bernilainya menggabungkan pengetahuan faktor manusia dan keahlian ke dalam proses desain sistem. Dalam beberapa instansi, masalah faktor manusia diabaikan atau kegiatan faktor manusia dibatasi untuk tahap evaluasi . Ini dibatasi sebagai fenomena "too little , too late".

(4)

Pembatasan faktor manusia menjadi masukan ke tahap evaluasi membatasi utilitas dan kontribusi efektivitas faktor manusia. Salah satu kontribusi diabaikan karena akan terlalu mahal atau memakan waktu untuk mengubah sistem desain (too late) atau perubahan minor yang dibuat untuk desain untuk membayar layanan informasi untuk masalah manusia (too little). Dalam kasus lain ada realisasi terbatas untuk kontribusi faktor manusia. Agar faktor manusia menjadi efektif, ahli human factor harus terlibat selama proses desain.

Desain sistem dapat dikonseptualisasikan sebagai proses pemecahan masalah yang melibatkan perumusan masalah, pembangkitan solusi untuk masalah, analisis altenatif, dan pemilihan alternatif yang paling efektif. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan tahap dalam sistem desain. Proses desain dibedakan dalam empat fase:

1. System planning. Kebutuhan sistem identifikasi dan tujuan sistem didefinisikan. 2. Preliminary design. Konsep sistem alternatif diidentifikasi, dan prototipe

dikembangkan dan diuji.

3. Detail design. Full-scale engineering dikembangkan.

4. Production and testing. Sistem dibangun dan melalui pengujian dan evaluasi. Untuk memaksimalkan efektivitas sistem, ahli human factors perlu dilibatkan dalam semua tahap proses. Tambahan untuk ahli human factors, seorang operator representatif juga harus disertakan.

Aturan dasar tentang faktor manusia dalam sistem desain adalah penerapan prinsip-prinsip perilaku, data, dan metode untuk proses desain. Dalam faktor manusia

(5)

aturan ini melibatkan sejumlah kegiatan. Kegiatan ini meliputi spesifikasi input pekerjaan, peralatan dan desain interface, kriteria kinerja manusia, pemilihan operator dan pelatihan, dan input mengenai pengujian dan evaluasi.

Human factor engineering adalah aplikasi ilmu pengetahuan yang

memanfaatkan penelitian tentang kemampuan, keterbatasan dan perilaku manusia dan menggunakan pengetahuan dasar untuk mendesain peralatan, produk dan sistem. Mengaplikasikan prinsip human factor agar desain aman, nyaman, dan efektif untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

Desain kerja merupakan ilmu pengetahuan baru yang berhubungan dengan desain pekerjaan, stasiun kerja dan lingkungan kerja agar sesuai dengan operator lebih baik. Di Amerika ilmu pengetahuan tersebut lebih dikanal dengan human factor

engineering sementara di Eropa lebih dikenal dengan istilah ergonomi (Freivalds,

2009).

2.1.10. Beban Kerja

Wibawa (2012) mengatakan kesesuaian beban kerja yang diatur oleh perusahaan terhadap kondisi pekerja perlu diperhatikan. Beban kerja yang berlebih dapat menimbulkan suasana kerja yang kurang nyaman bagi pekerja karena dapat mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian dalam pekerjaan. Sebaliknya kekurangan beban kerja dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur beban kerja pekerja adalah sebagai berikut:

(6)

Menurut Anggara (2011) beban kerja yang baik, sebaiknya mendekati 100% atau dalam kondisi normal. Beban kerja 100% tersebut berarti bahwa selama jam kerja, pekerja mampu bekerja secara terus menerus dalam kondisi yang normal. Sebagai contoh misalnya hasil perhitungan beban kerja pekerja adalah 110%, arti pernyataan tersebut adalah selam bekerja dalam waktu tertentu pekerja menerima beban sebesar 110%.

2.1.11. Study Kerja (Work Study)

Studi kerja (work study) adalah pemeriksaan sistematis dari metode pelaksanaan aktivitas sehingga dapat memperbaiki efektivitas penggunaan sumber daya dan menyiapkan standar performansi untuk aktivitas yang dilaksanakan. Work

study kemudian bertujuan memeriksa cara suatu aktivitas dilaksanakan, simplifikasi

atau modifikasi dari metode operasi untuk mengurangi pekerjaan yang tidak perlu atau pekerjaan yang berlebihan, atau pemborosan penggunaan sumber daya, dan menyiapkan waktu standar untuk aktivitas yang ada. Hubungan antara produktivitas dan work study sangat jelas. Jika work study dapat mengurangi waktu aktivitas sampai 20%, hanya dengan menata ulang urutan atau penyederhanaan metode operasi dan tanpa pengeluaran tambahan, kemudian produktivitas akan meningkat dengan nilai yang sesuai. Untuk mengapresiasi bagaimana work study bertindak mengurangi biaya dan mengurangi waktu beberapa aktivitas, tindakan penting untuk menguji secara lebih dekat apa detail waktunya. Work study sukses karena sistematis antara

(7)

penyelidikan masalah dipertimbangkan dan dalam pengembangan solusinya (Kunawaty, 1992).

Alasan work study manjadi alat yang bernilai bagi management:

1. Work study berarti mencapai produktivitas perusahaan atau unit operasi melalui

reorganosasi kerja, suatu metode yang secara normal melibatkan sedikit modal tambahan atau tidak ada modal tambahan pada fasilitas dan peralatan.

2. Work study adalah sistematis. Ini memastikan bahwa tidak ada faktor yang

mempengaruhi efisiensi suatu operasi diabaikan, walaupun dalam analisis praktek dasar atau dalam pengembangan yang baru, dan bahwa semua fakta tentang operasi tersedia.

3. Work study adalah cara yang paling akurat saai ini menyusun pengaturan standar

performansi, dimana efektivitas perencanaan dan pengendalian produksi diandalkan.

4. Work study dapat berkontribusi untuk memperbaiki keamanan dan kondisi

pekerjaan di area kerja dengan mengekspose operasi-operasi yang berbahaya dan mengembangkan metode yang lebih aman suatu operasi.

5. Penghematan yang dihasilkan dari penerapan work study yang benar dimulai sejak pertama kali dan kontinu sepanjang kebersinambungan operasi diperbaiki. 6. Work study adalah tool yang dapat dipakai dimana-mana. Work study dapat

digunakan dengan baik meskipun pekerjaan selesai atau pabrik beroperasi, tidak hanya dalam perusahaan manufaktur tetapi juga bisa digunakan di kantor, toko,

(8)

laboratorium dan industri-industri pelayanan seperti distribusi pengecer, restoran dan dikebun.

7. Work study relatif murah dan mudah dipakai.

8. Work study adalah satu-satunya tool yang paling tajam untuk penyelidikan

keberadaan manajemen.

2.1.11.1. Teknik-teknik Work Study dan Keterkaitannya

Istilah work study mencakup beberapa teknik, khususnya method study dan

work measurement. Method study adalah catatan sistematis dan pemeriksaan kritis

terhadap cara pengerjaan sesuatu agar terjadi perbaikan. Work measurement adalah aplikasi teknik-teknik desain untuk untuk menetapkan waktu pekerja yang qualified untuk menjalankan pekerjaan pada rata-rata pekerjaan yang didefinisikan. Kedua

mothod study dan work measurement terdiri dari sejumlah teknik yang berbeda.

Walaupun methods study sangat menekankan penggunaan work measurement ketika waktu standar untuk output diatur, methods study biasanya perlu menggunakan salah satu teknik dari work measurement, seperti work sampling, dalam menentukan mengapa waktu tidak efektif terjadi dan apa kelanjutannya, sehingga manajemen dapat mengambil tindakan untuk menguranginya. Sebaliknya, time study mungkin digunakan untuk membandingkan keefektifan dari alternatif metode kerja sebelum memutuskan metode terbaik diterapkan. Teknik-teknik work study dan keterkaitannya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Teknik-Teknik Work Study dan Keterkaitannya Sumber: Kunawaty, 1992

(9)

2.1.11.2. Work Measurement.

Work measurement dalam bahasa indonesia biasa disebut dengan pengukuran

kerja mengacu pada sekumpulan aktivitas, empat teknik yang berhubungan dengan evaluasi pekerjaan yaitu (Wignojosoebroto, 2008):

1. Direct time study

2. Predetermined data system

3. Standart data system

4. Work sampling

Alternatif pengukuran kerja tersebut dalam pengukuran statistik menentukan bagaimana pekerja mengalokasikan waktu mereka diantara beberapa kegiatan. Karena menekankan waktu, pengukuran kerja (work measurement) disebut dengan

time study. Menurut Groover (2007) time study memiliki makna yang sempit,

sementara work measurement memiliki makna luas.

Teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Pengukuran secara langsung.

Pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur sedang berlangsung. Cara tersebut termasuk dalam pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja

(work sampling).

b. Pengukuran secara tidak langsung.

Pengukuran dilakukan secara tidak langsung dimana pengamat tidak harus melakukan perhitungan waktu kerja di tempat pekerjaan yang diukur.

(10)

Pengukuran ini dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel waktu yang tersedia dengan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen gerakan. Cara ini dapat dilakukan dalam aktivitas data waktu baku dan data waktu gerakan

(11)

2.1.11.3. Work Sampling

Work Sampling (sampling pekerjaan) adalah suatu prosedur pengukuran waktu

kerja yang dikembangkan berdasarkan prinsip hukum probabilitas, yang dilakukan pada waktu tertentu secara acak. Suatu sampel atau contoh yang diambil secara acak dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki populasi distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh grup populasi tersebut. Dengan sampling pekerjaan (work sampling) sedapat mungkin kita dapat mengetahui tingkat pemanfaatan waktu kerja individu atau regu operator dan mengurangi atau bahkan menghilangkan kegiatan-kegiatan non-produktif yang ada.

Pengambilan sampel dibenarkan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang tidak memungkinkan kita untuk melakukan pengamatan terhadap seluruh anggota populasi. Sampling kerja sangat cocok digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus waktu yang relatif panjang. Sampling dilakukan secara sesaat-sesaat pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Oleh karena itu penggunaan tabel acak sangat diperlukan dalam metode ini.

Secara garis besar metoda sampling kerja ini akan dapat digunakan untuk hal sebagai berikut:

1. Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, karyawan/operator, atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh adalah untuk menentukan persentase dari jam atau hari dimanamesin atau operator benar-benar terlibat dalam aktivitas kerja, dan

(12)

persentase dimana sama sekali tidak ada aktivitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle )

2. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana orang bekerja atau tidak bekerja terutama untuk pekerjaan manual.

3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses/operasi kerja seperti halnya yang biasa dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

Sebelum melakukan sampling, terlebih dahulu kita harus melakukan langkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi (aplikasi tabel acak). Setelah itu barulah kita melakukan sampling yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan kerja.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggung jawabkan secara statistik, perlu ditempuh langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu:

1. Menetapkan tujuan pengukuran yaitu untuk apa sampling dilakukan, yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Tetapi jika pengukuran dimaksudkan untuk

(13)

memperkirakan secara kasar bilamana pemesan barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinannya tidak perlu terlalu besar.

2. Jika Sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada lakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.

3. Memilih operator–operator yang representatif untuk diukur karena operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari pabrik tetapi operator tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.

4. Melakukan pelatihan bagi operator yang dipillih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu sehingga penukuran yang kita lakukan berjalan dengan baik.

5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.

6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran pengamatan. 7. Melakukan pemisahan kegiatan menjadi elemen–elemen pekerjaan yang akan

diukur.

8. Menentukan waktu pengamatan melalui bilangan acak dari tabel bilangan

random atau dari komputer.

Adapun beberapa aplikasi dari metode sampling pekerjaan untuk berbagai kegiatan dan kebutuhan antara lain sebagai berikut:

(14)

2. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu tunggu (delay allowance) 3. Aplikasi sampling kerja untuk aktivitas perawatan (maintainance)

4. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (office work)

5. Aplikasi sampling kerja untuk mengamati kegiatan pemimpin perusahaan

2.1.11.3.1. Sampling Pendahuluan

Pada langkah ini dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktivitas operator yang diamati untuk selang waktu yang diambil secara acak. Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk itu sebuah sampling pekerjaan juga menuntut penghitungan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan. Waktu yang akhirnya diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung.

2.1.11.3.2. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan

Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas teknik

sampling selama ini dikenal lewat formulasi-formulasi tertentu dengan

mempertimbangkan dua faktor utama yaitu:

1. Tingkat ketelitian (degree of accuracy) dari hasil pengamatan 2. Tingkat keyakinan (level of convidence) dari hasil pengamatan

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan seberapa besar keyakinan si pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Contohnya data dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian

(15)

5% artinya bahwa penyimpangan yang diperbolehkan dari rata-rata sebenarnya adalah sebesar 5% dan pengukur yakin bahwa data yang diperoleh itu benar sebesar 95%. Tingkat ketelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S = tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).

p = persentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal).

N=jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja. K = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan.

Catatan:

tingkat kepercayaan 68% harga k = 1 tingkat kepercayaan 95% harga k = 2 tingkat kepercayaan 99% harga k = 3

Apabila setelah dihitung, ternyata harga N’ lebih kecil daripada harga sebenarnya, maka pengamatan berhenti karena dianggap telah mencukupi. Sebaliknya jika harga N’ tersebut lebih besar dari harga sebenarnya, maka lakukan langkah pengamatan dari awal (Wignojosoebroto, 2008).

2.1.4. Rating Performance dan Allowance

Rating performance dapat didefinisikan sebagai sebuah yang proses selama

penelitian waktu seorang analis membandingkan performansi (kecepatan atau tempo) operator yang sedang diobservasi dengan konsep performansi normal. Performance

(16)

rating diharapkan mampu menormalkan kembali waktu kerja setelah dilakukan

pengukuran. Ketidak normalan waktu kerja diakibatkan oleh operator yang bekerja tidak wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak semestinya. Penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga p akan lebih besar dari satu (p>1); sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal makla harga p akan lebih kecil dari satu (p<1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p akan sama dengan satu (p=1). Pemberian rating dalam penelitian ini berdasarkan westinghouse system’s rating karena dianggap lebih lengkap. Hal yang diperhatikan dalam pemberian rating seorang operator menurut westinghouse system adalah skill, effort, working condition

dan consistency (Barnes, 1980). Tabel performance rating dengan system

westinghouse dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

Allowance atau kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal seprti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan

(17)

mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi kerja normal, pria membutuhkan 2-2.5% dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal).

2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique.

Rasa lelah tercerminn antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun.

Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan

performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari

normal dan ini akan menambah lelah. Bila hal ini terus berlangsung maka anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali walaupun diinginkan.

Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan lelah adalah melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan lelah, dan lain sebagainya.

3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tak dapat dihindarkan

(18)

kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan dilakukan dengan suatu teknik sampling tersendiri karena besarnya hambatan untuk kejadian semacam ini sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat, bahan dan sebagainya.

Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan (Sutalaksana, 2006). Tabel allowance dapat dilihat pada Lampiran.

2.1.5. PenetapanWaktuBaku

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut untuk mendapatkan waktu baku. Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pada prinsipnya data waktu baku berisi dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah diteliti (diukur) pada waktu yang lalu. Dengan demikian jika pekerjaan tersebut diulang, waktu yang pantas untuk menyelesaikannya sudah diketahui. Dalam pembentukan waktu baku, untuk setiap elemen-elemen pekerjaan harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(19)

Sebagai contoh, waktu untuk mengambil bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak, berat, dan bentuk bahan.

2.1.6. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Standar Berdasarkan Waktu Standar.

Waktu standar sangat diperlukan terutama sekali untuk man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja). Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan. Setelah waktu baku/ waktu standar telah diketahui serta data sudah seragam dan sudah mencukupi maka dilanjutkan dengan penghitungan jam kerja produktif dan waktu total pengerjaan produk, untuk menetukan jumlah kebutuhan tenaga kerja standar. jumlah tenaga kerja optimal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2.1.7. Teknik Reparasi Kapal

Teknik reparasi kapal terdiri dari:

1. Slipway adalah landasan yang memiliki kelandaian tertentu yang dibangun

dipantai untuk meluncurkan kelaut ataupun menaikkan kapal dari dan ke daratan dan terbuat dari plat baja. Slipway yang dimilki UGK adalah 2 unit. Slipway dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(20)

2. Drydock adalah kolam sempit yang memiliki pintu, atau tempat yang dapat

digenangi air sehingga kapal dapat terapung di dalamnya, kemudian melalui saluran yang ada, air dibuang keluar sampai kering. Dinding dan landasan

drydock terbuat dari beton bertolang dan pintu terbuat dari baja. Drydock yang

dimilki UGK adalah 1 unit. Drydock dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Drydock

3. Floating repair adalah teknik reparasi yang dikerjakan di atas dermaga.

Floating repair digunakan pada saat tertentu saja. Seperti kapal yang sudah lebih masa kontrak reparasi tidak dapat dilanjutkan pekerjaan karena spare part belum tersedia, kemudian kapal yang sudah lama berada di atas drydock harus di dinaikkan ke floating repair untuk reparasi bagian atas kapal, karena lama pengerjaan kapal di drydock maksimal 1 bulan.

2.3. Review Hasil Penelitian

Penelitian atau research yang berkenaan dengan pengaloasian tenaga kerja dilakukan oleh beberapa ahli. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Cai, dkk (2012) yang berjudul A Tree-Based Tabu Search Algorithm For The Manpower Allocation

(21)

digunakan adalah TimeWindows and Job-Teaming Constraints. Hasil dari penelitian ini adalah Solusi optimal dapat diperoleh dari salah satu pohon dengan memecahkan model aliran biaya minimum untuk setiap jenis pekerja.

Penelitian lain dilakukan oleh Mello (2013) yang berjudul Work Allocation In

Complex Production Process: A Methodology For Decision Support. Adapun metode

yang digunakan adalah Studi Times dan Motion, Scenario. Hasil penelitian ini adalah pendekatan berbasis Penelitian Tindakan digunakan untuk mengembangkan metode, berdasarkan generasi skenario alternatif menawarkan berbagai kemungkinan untuk alokasi kerja.

Rinawati dkk melakukan penelitian menentukan waktu standar dan jumlah tenaga kerja yang optimal pada produksi batik cap. Masalah yang dihadapi adalah lamanya waktu penyelesaian 1 lot produksi pada satu departmen. Metode yang digunakan adalah study waktu dan pengukuran kerja. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pengalokasian tenaga kerja yang optimal setiap departemen mampu menurunkan biaya pengeluaran sebesar 12%.

Penelitian lain dilakukan oleh Arsi dan Partiwi (2012) Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Surabaya, penelitian dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya manusia yang merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan. Peneliatian tersebut melakukan analisis beban kerja untuk menentukan jumlah optimal karyawan dan pemetaankompetensi karyawan berdasar pada job description. Metode yang digunakan adalah metode perhitungan beban tugas per jabatan sesuai dengan KEP/75/M.PAN/7/2004 dan NASA-TLX. Hasil penelitian diperoleh bahwa

(22)

bayar, juru beli, petugas kepegawaian, dan staff akademik. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan pemetaan kompetensi karyawan berdasarkan job

description dan dalam pengklasifikasian kompetensinya sesuai dengan jenjang

klasifikasi KKNI. Hasil dari pemetaan ini merupakan kompetensi yang dibutuhkan pada setiap jabatan.

Penelitian lain dilakukan oleh Chandra (2013), menganalisis pengalokasian tenaga kerja di perusahaan manufaktur. Dalam penelitian ini berfokus pada peningkatan produktivitas dengan menggunakan metode work study. Peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari sudut pandang peningkatan produksi dan pengurangan finansial perusahaan tetapi juga harus memperhatikan pengalokasian tenaga kerja yang sesuai dalam perusahaan baik jumlah tenaga kerja maupun skill yang dimiliki tenaga kerja. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah metode

study waktu dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya dan meningkatkan

efisiensi sumber daya manusia.

Penelitian lain dilakukan oleh Helianty (2014), menganalisis alokasi pegawai yang dibutuhkan di Institut Teknologi Nasional. Metode yang digunakan adalah work

load analysis. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah belum ada ketentuan

baku standar jumlah tenaga kependidikan. Hasil yang diperoleh adalah di ketiga unit Biro telah terjadi kelebihan pegawai, jumlah yang ada sekarang melebihi jumlah pegawai yang diperlukan. Sementara di unit kerja selain Biro jumlah yang tersedia telah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga dapat memberikan gambaran kepada manajemen Institut dalam melakukan perencanaan kebutuhan pegawai untuk

(23)

periode kedepan. Selain perencanaan jumlah pegawai dari hasil studi ini juga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis beban kerja pada setiap unit kerja.

Penelitian lain dilakukan oleh Hidayat dan Partiwi (2013), menentukan jumlah tenaga kerja yang optimal pada cleaning pabrik personal wash PT. Unilever Indonesia. Masalah yang ditemukan adalah banyaknya jumlah karyawan yang menganggur pada saat jam kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah

stopwatch time study dan NASA-TLX. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 2

karyawan. Alternatif penggabungan kedua adalah dengan menggabungkan area engineering dan area drier 6. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Alternatif penggabungan ketiga adalah dengan menggabungkan area CMS/Proses dan area BDM. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Alternatif penggabungan keempat adalah dengan menggabungkan area boiler dan substore. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Alternatif penggabungan kelima adalah dengan menggabungkan area boiler dan RMS. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Semua alternatif penggabungan dapat dilakukan bersamaan kecuali alternatif keempat dan kelima.

Wibawa (2012) melakukan penelitian menganalisis beban kerja sebagai pertimbangan pemberian insentif pekerja. Masalah yang diteliti adalah terjadi perbedaan persentase produktif yang cukup jauh antara operator welder di PT. Barata Indonesia. Metode yang digunakan adalah workload analysis. Hasil yang diperoleh adalah besarnya beban kerja yang diterima oleh pekerja digunakan untuk menentukan jumlah pekerja serta besarnya insentif yang diberikan kapada para pekerja yang memiliki beban kerja lebih dari batas maksimum yaitu sebesar 100%. Hasil perhitungan beban kerja diperoleh bahwa beban kerja yang diterima oleh 6 orang operator tergolong beban kerja tinggi karena diatas 100%, sedangkan 9 orang lainnya

(24)

memiliki beban kerja dibawah 100%. Usulan rekomendasi perbaikan yang diberikan terkait dengan kondisi beban kerja yang tinggi adalah tidak menambah jumlah pekerja tetapi memberikan insentif bagi pekerja yang menerima beban kerja diatas 100%.

Ridha (2013) melakukan penelitian menentukan jumlah tenaga kerja di PT. X yang merupakan perusahaan industri yang memproduksi cat, memiliki bagian produksi Water Based dan sistem produksi bersifat make to order. Permasalahan yang terjadi adalah banyaknya tenaga kerja bagian Water Based yang menganggur hal ini disebabkan oleh penentuan tenaga kerja yang tidak tepat. Metode yang digunakan untuk pemecahan permasalahan dalam penentuan jumlah tenaga kerja adalah analisis beban kerja (ABK), Analisis beban kerja dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan job

description. Ketersedian jumlah tenaga kerja matching colour sebesar 7 tenaga kerja

dan hasil usulan jumlah tenaga kerja sebesar 4 tenaga kerja, Hasil perhitungan beban kerja menunjukan adanya kelebihan tenaga kerja yang mengakibatkan tenaga kerja mengganggur. Hal tersebut dibutktikan dengan tingkat utilitas ketersedian tenaga kerja 40,13 % dan tingkat utilitas usulan tenaga kerja 80,77%. Hasil usulan jumlah tenaga kerja tersebut berhasil meningkatkan tingkat utilitas.

(25)

2.4. Resume Hasil-Hasil Penelitian

Resume hasil-hasil penelitian yang telah pada penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Resume Hasil Penelitian Terdahulu

No. Judul Metode Hasil

1. Stochastic Manpower Allocation And

Cell Loading In CellularManufacturing Systems

Model

matematika Tingkat risiko meningkat, angka yang lebihrendah dari tenaga kerja yang ditugaskan untuk sel. Utilisasi harapan sel menurun sebagai varian dari permintaan dan waktu proses meningkat. Pendekatan ini memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan alokasi tenaga kerja sehubungan dengan tingkat risiko yang diinginkan.

2. An Effort To Apply Work And Time

Study Techniques In A Manufacturing Unit For Enhancing Productivity

Work study Metode study waktu dapat meningkatkan

produktivitas, mengurangi biaya dan

meningkatkan efisiensi sumber daya manusia

3. Determining Hospital Workforce

Requirements

Workload

Indicators of Staffing Need (WISN),

Metode WISN dapat memunculkan secara lengkap untuk bagian mata yang tak terlatih, oleh karena itu, kebutuhan untuk melatih inti dari orang-orang yang mahir dalam metodologi WISN dan mampu membuat perhitungan yang diperlukan untuk pengalokasian staf lokal.

(26)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Nama Judul Metode Hasil

4. Cai, dkk 2012 A Tree-Based Tabu

Search Algorithm For The Manpower

Allocation Problem With Timewindows And Job-Teaming Constraints

TimeWindows and

Job-Teaming Constraints Solusi optimal dapat diperoleh dari salah satu pohon dengan

memecahkan model aliran biaya minimum untuk setiap jenis pekerja

5. Mello, 2013 Work Allocation In

Complex Production Process: A Methodology For Decision Support

Studi Times dan Motion,

Scenario Pendekatan berbasis Penelitian Tindakan digunakan untuk mengembangkan metode, berdasarkan generasi skenario alternatif menawarkan berbagai kemungkinan untuk alokasi tenaga kerja.

6. Dohn, 2011 Optimizing Manpower

Allocation For

Ground Handling Tasks In Airports Using Column Generation

Branch-And-Price Approach

Prektek masalah Alokasi Tenaga Kerja dengan time Windows, Job-Teaming Constraints dan sejumlah tim berhasil

dipecahkan untuk

optimalitas menggunakan

pendekatan Branch-and-Price

7. Rinawati (2012) Menentukan waktu standar dan jumlah tenaga kerja yang optimal pada produksi batik cap

Study waktu Pengalokasian tenaga kerja yang optimal setiap departemen mampu menurunkan biaya pengeluaran sebesar 12%.

(27)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Nama Judul Metode Hasil

8. Arsi dan Partiwi (2012) Analisis

Beban Kerja untuk Menentuk an Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Kompeten si Karyawan Berdasar Pada Job Descriptio n (Studi Kasus: Jurusan Teknik Industri, ITS, Surabaya) Metode perhitungan beban tugas per jabatan sesuai dengan

KEP/75/M.PAN/7/2004 dan NASA-TLX

Terdapat beban kerja yang berlebih pada jabatan sekretaris jurusan, kasubag, juru bayar, juru beli, petugas kepegawaian, dan staff akademik. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan pemetaan kompetensi karyawan berdasarkan job description dan dalam pengklasifikasian kompetensinya sesuai dengan jenjang klasifikasi KKNI

9. Helianty (2014) Analisis Kebutuha n Jumlah Pegawai Berdasark an Analisis

Analisis beban kerja Ketiga unit Biro telah terjadi kelebihan pegawai, jumlah yang ada sekarang melebihi jumlah pegawai yang diperlukan. Sementara di unit kerja selain Biro jumlah yang tersedia telah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan

(28)

Beban Kerja.

10. Hidayat dan Partiwi (2013) Perhitun

gan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Cleaning Pabrik Personal Wash PT. Unilever Indonesi a

Stopwatch time study dan

NASA-TLX Penggabungan area berdasarkan alternatif-alternatif yang ada dapat mengefisienkan tenaga kerja 1 sampai 2 orang karyawan

(29)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Nama Judul Metode Hasil

11. Wibawa (2012) Analisis Beban Kerja Dengan Metode Workload Analysis Sebagai Pertimba ngan Pemberia n Insentif Pekerja (Studi Kasus Di Bidang PPIP PT. Barata Indonesia (Persero) Gresik)

Workload analysis Besarnya beban kerja yang diterima oleh pekerja digunakan untuk menentukan jumlah pekerja serta besarnya insentif yang diberikan kapada para pekerja yang memiliki beban kerja lebih dari batas maksimum yaitu sebesar 100%

12. Ridha (2013) Usulan Kebutuh an Jumlah Tenaga Kerja di Bagian Water Based

Analisis beban kerja (ABK)

Ketersedian jumlah tenaga kerja matching colour sebesar 7 tenaga kerja dan hasil usulan jumlah tenaga kerja sebesar 4 tenaga kerja, Hasil perhitungan beban kerja menunjukan adanya kelebihan tenaga kerja yang mengakibatkan tenaga kerja

mengganggur.

(30)

PT.X Berdasar kan Analisis Beban Kerja 56

Gambar

Gambar 2.3. Drydock
Tabel 2.1. Resume Hasil Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes) merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) berdasarkan pada beban kerja

Perhitungan jumlah tenaga kerja berdasarkan beban kerja akan dihitung dengan penentuan beban kerja berdasarkan aktifitas dan kegiatan pegawai dalam waktu tertentu yang diamati

Knowles dan Moon (2006: 5) menyatakan bahwa terdapat dua jenis metafora, yaitu metafora kreatif dan metafora konvensional. 1) Metafora kreatif adalah metafora yang digunakan

Metode Pengamatan yaitu metode pengumpulan data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis dengan pegawai Akademik pada Amik Sigma Palembang ini dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana kontestasi wacana yang mempengaruhi latar belakang isyu ketidakadilan dalam proses pemberdayaan petani organik, melihat

Kecerdasan emosional berkaitan erat dengan kinerja pera-wat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, dilihat dari cross tabulasi antara kecerdasan emosional dengan

Soft starting motor induksi 3 fasa hampir sama dengan metode auto trafo, namun terdapat perbedaan pada rugi-rugi,dan nilai slip , pada auto trafo terdapat slip