• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada beberapa hal yang menjadi dasar mengapa seluruh elemen masyarakat perlu disatupadukan untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut antara lain:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ada beberapa hal yang menjadi dasar mengapa seluruh elemen masyarakat perlu disatupadukan untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut antara lain:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

H a l 1 | 11

A. Gambaran Umum

Pembangunan memerlukan upaya berkesinambungan agar mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Pembangunan yang berganti-ganti arah cenderung tidak efisien dan membingungkan masyarakat sehingga sulit untuk mencapai tujuan jangka panjang pembangunan. Walaupun tidak dimungkiri bahwa dalam setiap upaya pembangunan senantiasa terdapat kekurangan dan kelemahan, namun agar tujuan jangka panjang pembangunan tersebut dapat terwujud maka seyogyanya kekurangan dan kelemahan tersebut dievaluasi dan diperbaiki dalam setiap kurun waktu tertentu agar nantinya berjalan lebih baik dan sesuai dengan harapan.

Demikian pula dengan pembangunan di Kabupaten Sambas sebagai salah satu Kabupaten yang terletak di kawasan perbatasan negara, perlu untuk dilaksanakan secara berkesinambungan agar dapat mencapai tujuan pembangunan jangka panjang sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJPD Kabupaten Sambas yakni mencapai visi Sambas Terunggul Di Kalimantan Barat Tahun 2025. Jika kesinambungan dalam pembangunan tersebut tidak dilakukan maka sulit rasanya mencapai tujuan tersebut. Walaupun secara umum, Kabupaten Sambas memiliki modal dasar yang cukup mumpuni untuk mencapai visi tersebut.

Sebagaimana kita ketahui, ada empat modal dasar yang menjadi dasar dalam mencapai visi Sambas Terunggul Di Kalimantan Barat Tahun 2025, yaitu:

1. Wilayah yang luas, letak yang strategis, ketersedian sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.

2. Kondisi daerah yang kondusif bagi penyelenggaraan proses pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

3. Memiliki beragam seni dan budaya yang hidup dalam masyarakat serta panorama alam yang indah.

4. Perbatasan Negara yang memberi peluang hubungan kerjasama internasional untuk kepentingan ekonomi sosial maupun budaya.

Modal dasar yang sudah ada tersebut perlu dioptimalkan agar visi yang sudah ditetapkan dapat terwujud. Hal yang penting adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengolah dan membangun daerah ini agar cita-cita menjadi Kabupaten yang terunggul di Kalimantan Barat dapat terwujud. Pembangunan kualitas sumber daya manusia inilah yang telah menjadi prioritas pembangunan dalam beberapa tahun belakangan. Upaya ini harus terus dilanjutkan dengan penekanan dan pengupayaan yang lebih kuat. Lebih dari pada itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Sambas perlu dilanjutkan sebagai bagian dari upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan visi jangka menengah yakni Kabupaten Sambas yang maju, mandiri, sejahtera dan berkualitas berlandaskan gotong royong sebagai ciri masyarakat Kabupaten Sambas sebagaimana tercermin dalam berbagai khazanah budaya asli masyarakat Sambas seperti belale’, bepakat, maupun

betaruf. Untuk mewujudkan itu, perlu disatupadukan seluruh elemen masyarakat agar harapan peningkatan kualitas sumberdaya manusianya (sebagaimana tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia dan lain-lain) dapat dicapai.

Ada beberapa hal yang menjadi dasar mengapa seluruh elemen masyarakat perlu disatupadukan untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut antara lain:

(2)

H a l 2 | 11

1. Dari kondisi umum dapat dilihat bahwa Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah yang cukup luas. Saat ini PemerintahanKabupaten Sambas t erbagimenjadi 19 Kecamatan dan 193 Desa serta1 Unit Pemukiman Transmigrasi. Kabupaten Sambas memiliki panjang pantai ±128,5 km dan panjang perbatasan negara ±97 km, serta memiliki luas daratan 6.395,70Km²atausekitar4,36persen dari luas wilayah ProvinsiKalimantanBarat dengan dikelilingi perairan laut seluas 1.467,84 Km². Kecamatan terluasadalah Kecamatan SajinganBesardenganluas 1.391,20 km² yang artinya lebih luas dari Kabupaten Gresik di Jawa Timur atau Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah. Bahkan satu kecamatan ini saja mendekati separuh luas Provinsi DI Yogyakarta. Sedangkan kecamatan yang terkecil di Kabupaten Sambas adalah Kecamatan Salatiga dengan luas sebesar 82,75 Km². Kecamatan ini bila dibandingkan, luasnya hampir dua kali lipat luas Kota Surakarta di Jawa Tengah atau Kota Cimahi di Jawa Barat. Bahkan Kecamatan terkecil di Kabupaten Sambas ini hampir mendekati luas Pemerintahan Kota Pangkal Pinang di Bangka Belitung dan lebih luas dari Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan atau Kota Pariaman di Sumatera Barat.

2. Dilihat dari potensinya lahan tanaman pangan di Kabupaten Sambas cukup luas. Sampai dengan tahun 2013, lahan pertanian di Kabupaten Sambas mencapai 386.957ha atau 45,94 persen dari total luas wilayah. Lahan sawah diperkirakan mencapai seluas 68.473 ha dan lahan bukan sawah seluas 318.483 ha. Luas lahan pertanian untuk sawah terluas berada di Kecamatan Teluk Keramat yaitu 6.896 ha, diikuti Kecamatan Tebas6.110 ha, Kecamatan Jawai 5.483 ha, Kecamatan Selakau4.643 ha, dan terkecil di Kecamatan Sajingan Besar1.579 ha, sedangkan lahan pertanian bukan sawah terluas berada di Kecamatan Paloh seluas 61.020 Ha, diikuti Kecamatan Subah seluas 47.381 ha, Kecamatan Teluk Keramat seluas 38.817 Ha, Tebas seluas 30.844 Ha dan terkecil Kecamatan Semparuk 2.051 ha. Sementara itu, luas lahan bukan pertanian terluas di Kecamatan Sajingan Besar seluas 128.035 ha, Kecamatan Paloh89.790 ha, Kecamatan Teluk Keramat 32.730 ha, Kecamatan Subah 14.524 ha, dan terkecil Kecamatan Jawai Selatan 221 ha.

3. Sementara itu berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka ada beberapa kawasan strategis yang memerlukan kerja keras semua pihak untuk dibangun secara optimal yaitu:

a. Dari aspek ekonomi:

i. Kawasan Perbatasan Negara yang meliputi Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar; ii. Kawasan Perkotaan Sambas;

iii. Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) yang meliputi Kecamatan Tebas dan Kecamatan Galing;

iv. Kawasan Minapolitan budidaya di Kecamatan Jawai Selatan dengan hinterland Kecamatan Pemangkat dan Kecamatan Jawai; dan

v. Kawasan Minapolitan penangkapan di Kecamatan Pemangkat dengan hinterland Kecamatan Selakau;

b. Dari aspek sosial budaya yaitu :

i. Kawasan Waterfront City dan Komplek Istana Kesultanan Sambas (Istana Alwatzikoebillah, Masjid Jami‟, dan Makam Raja-raja Kesultanan Sambas); dan

(3)

H a l 3 | 11

ii. Kawasan Wisata meliputi: Pantai Sinam di Kecamatan Pemangkat, Pantai Putri Serayi di Kecamatan Jawai Selatan, Danau Sebedang di Kecamatan Sebawi, Pantai Temajuk di Kecamatan Paloh, dan Riam Merasap di Kecamatan Sajingan Besar. c. Dari kriteria kawasan strategis:

i. Kawasan Industri Semparuk (KIS);

ii. Terminal khusus dan kawasan industri Tanjung Api di Kecamatan Paloh.

iii. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Subah dengan hinterland terletak di Kecamatan Sajad dan Kecamatan Sejangkung.

iv. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Gerbang Mas Perkasa Sebunga dengan hinterland di Kecamatan Paloh, Galing, dan Sejangkung.

d. Dari aspek fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu: i. Kawasan Kebun Raya Sambas di Kecamatan Subah;

ii. Kawasan ekosistem Tanjung Belimbing di Kecamatan Paloh; dan iii. Kawasan ekosistem Gunung Bentarang di Kecamatan Sajingan Besar.

4. Dilihat dari kondisi demografinya, jumlah penduduk Kabupaten Sambas merupakan yang kedua terbesar di Kalimantan Barat setelah Kota Pontianak. Pada tahun 2013 penduduk Kabupaten Sambas diperkirakan sebanyak 515.571 jiwa dengan populasi penduduk laki-laki diperkirakan berjumlah 255.474 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 260.097 jiwa. Kepadatan penduduk sekitar 81 jiwa/km² atau 2.802 jiwa per desa. Penyebaran penduduk di Kabupaten Sambas tidak merata antar kecamatan yang satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan kerja keras dan konsep pembangunan yang khusus untuk menanganinya secara komprehensif mengikuti karakteristik wilayah masing-masing. Kecamatan Pemangkat merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 411 jiwa/km². Sebaliknya Sajingan Besar dengan luas sekitar 21,75% dari total wilayah Kabupaten Sambas hanya dihuni 8 jiwa/km². Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sambas sebesar 1,26 persen. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Sajingan Besar adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Sambas yakni sebesar 3,52 persen, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Jawai Selatan yaitu sebesar -0,01 persen. Kecamatan Tebas berada pada urutan pertama dari jumlah penduduk yaitu sebesar 65.908 jiwa, namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk masih berada di bawah laju pertumbuhan rata-rata Kabupaten Sambas yaitu 1,16 persen.

5. Dilihat dari angkatan kerja dan perekonomian, penduduk yang berumur 15 tahun keatas berjumlah 246.525 orang, terdiri dari yang bekerja berjumlah 239.044 orang dan pengangguran terbuka berjumlah 7.481 orang sedangkan bukan angkatan kerja berjumlah 86.928 orang. Tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang bekerja di lapangan usaha pertanian/perkebunan sebanyak 5.406 orang bertambah sebesar 3.502 orang dari tahun 2010, namun terjadi penurunan dari tahun 2011. Sementara itu penduduk yang dipekerjakan pada sektor pertambangan berkurang dari 72 orang pada tahun 2012 menjadi 41 orang pada tahun 2013. Namun pada sektor Industri, Bangunan, Perdagangan, jasa perusahaan, jasa sosial perorangan mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sedangkan sektor listrik dan pengangkutan mengalami penurunan. Pada tahun 2013 Nilai PDRB Kabupaten Sambas ADHK tercatat 3.481.218,92 juta rupiah. Jika dilihat dari kontribusi sektoral, sektor pertanian

(4)

H a l 4 | 11

masih merupakan kontributor utama Nilai PDRB Kabupaten Sambas ADHK. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran juga masih cukup dominan. Hal yang perlu mendapat perhatian terkait ketenaga-kerjaan di Kabupaten Sambas adalah tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang masih rendah. Berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) salah satu informasi yang diperoleh adalah mengetahui persentase penduduk usia 10 tahun keatas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki. Tahun 2013 di Kabupaten Sambas terdapat sekitar 38,71 % yang tidak memiliki ijazah SD dan sekitar 30,43 % memiliki ijazah SD/SDLB/MI.

Sebagai daerah agraris dengan jumlah penduduk mayoritas penduduk Kabupaten Sambas bermata pencaharian pokok pertanian, maka struktur perekonomianKabupaten Sambas masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ekonomi berikutnyayang menjadi penggerak perekonomian Kabupaten Sambas setelah sektor pertanian adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini merupakan kegiatan penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa. Kontribusi terbesar ketigadalam pembentukan PDRB Kab Sambas adalah sub sektor industri pengolahan. Peranan sektor ini terhadap PDRB Kab Sambas tahun 2013 mencapai 10,89 %. Pada tahun 2014 nilai PDRB Kabupaten Sambas menurut lapangan usaha ADHB diperkirakan mencapai 8.825.376,88 juta rupiah, tahun 2015 diperkirakan mencapai 9.531.321,57 juta rupiah, sedangkan tahun 2016 diperkirakan mencapai 10.237.246,26 juta rupiah.Berdasarkan hasil proyeksi, pada tahun 2014, 2015 dan 2016 kontribusi terbesar dalam PDRB ADHB masih berasal dari sektor pertanian, dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, serta sektor industri pengolahan masing-masing. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas dari tahun ke tahun terus tumbuh pada angka yang cukup baik. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sedikit mengalami pelambatan. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi tercatat 5,88 % pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menjadi 5,99 %.

6. Hal terpenting yang perlu dicermati dalam hal pembangunan di Kabupaten Sambas adalah capaian pembangunan sumberdaya manusia. Sebagai contoh, Angka melek huruf Kabupaten Sambas tahun 2013 sebesar 91,59 % meningkat dari tahun 2012 yang sebesar 91,57 %. Namun demikian peningkatan tersebut masih memerlukan upaya keras agar lebih baik dari daerah lain di Kalimantan Barat. Sebagai gambaran, pada tahun 2013 Angka Melek Huruf tertinggi berada di Kota Pontianak yaitu 96,07 %; diikuti oleh Kabupaten Landak 94,23 %; Kabupaten Kapuas Hulu92,67 %; Kabupaten Melawi 92,45 %; Kota Singkawang92,17 % dan terendah Kabupaten Kayong Utara yaitu 89,07 %. Data tahun 2013 menunjukkan rata-rata lama sekolah tertinggi berada di Kota Pontianak yaitu 9,86 tahun; diikuti Kota Singkawang 7,70 tahun; Kabupaten Landak 7,55 tahun dan Kabupaten Kapuas Hulu 7,29 tahun. Sementara angka terendah berada di Kabupaten Kayong Utara yaitu 6,02 tahun, Kabupaten sambas menduduki urutan kedua terendah yaitu 6,22 tahun. Selama periode 2004-2013 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Sambas mengalami peningkatan relatif lambat. Rata-rata lama sekolah untuk Provinsi naik dari 6,4 tahun pada tahun 2004 menjadi 7,17 tahun pada tahun 2013. Begitu pula rata-rata lama sekolah untuk Kabupaten Sambas naik dari 5,7 tahun pada tahun 2004 menjadi 6,22 tahun pada tahun 2013. Sebagai perbandingan, dalam kurun waktu

(5)

H a l 5 | 11

delapan tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah untuk Kabupaten Bengkayang sebesar 1,34 tahun, Pemkot Singkawang sebesar 1,49 tahun, Prov Kalbar sebesar 0,74 tahun dan Kabupaten Sambas hanya sebesar 0,51 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pemerintah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk. Menurut hasil Susenas tahun 2013 pula, APM SD di Kabupaten Sambas sebesar 96,15 % yang berarti dari 100 penduduk usia 7-12 tahun sekitar 97 orang merupakan murid SD yang berusia 7-12 tahun (jenjang usia SD) APM untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA masing-masing sebesar 54,72 % dan 54,20 %.

Dari aspek kesehatan, Jumlah kasus kematian bayi (berumur kurang 1 tahun) masih cukup tinggi. Pada tahun 2013 AKB tercatat sebesar 108 jiwa. Meningkat 26 kasus kematian dari tahun 2012 sebanyak 82 jiwa. Meningkatnya angka kematian bayi ini dikarenakan beberapa hambatan diantaranya kompetensi Tenaga Kesehatan yang tersedia di Puskesmas PONED belum memadai untuk penatalaksanaan kegawatdaruratan neonatal, sehingga system rujukan belum optimal, Pendidikan Ibu dan kesehatan reproduksi masih rendah. Faktor pendidikan ibu juga mempunyai pengaruh dari kasus kematian ibu, sebanyak 6,7% ibu tidak sekolah, 80% tamat SD dan 13,3% Tamat SMA. Pendidikan menentukan kuatnya preferensi perempuan dalam memilih dan menentukan tenaga penolong persalinan, Usia kawin muda, adanya faktor „4 T‟ yaitu terlalu muda <20 tahun 1 org, terlalu tua >35 tahun 5 orang, terlalu banyak anak 4 orang, terjadinya anemia, penyakit menular yaitu Tuberkulosis (TB) serta gangguan pembekuan darah (DIC). Anemia pada ibu hamil tahun 2013 sebanyak 15,82 %. Anemia pada ibu hamil berdampak pada kesehatan ibu dan anak dan Keterbatasan akses karena hambatan geografi dan transportasi menjadi penyebab masih adanya persalinan di rumah dan persalinan di bantu oleh dukun. Persalinan di rumah sebesar 46,67%, dan persalinan di RSUD sebesar 46,67%. Kondisi geografis berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian. Indikator kinerja lainnya adalah jumlah kasus kematian ibu. Jumlah kasus ini pada tahun 2013 menurun menjadi 15 kasus dari 10.636 kelahiran hidup dibandingkan pada tahun sebelumnya yang berjumlah 17 kasus. Kasus kematian ibu pada tahun 2013 ini belum dapat mencapai target RPJMD yang ditargetkan dapat menekan jumlah kasus kematian ibu sebanyak 13 kasus. Dengan hambatan yang menyebabkan masih tingginya kasus kematian ibu adalah hampir serupa dengan persoalan yang dialami oleh tingginya jumlah kasus kematian bayi. Untuk persentase balita gizi buruk, pada tahun 2013 sebesar 2,77%. Penanganan balita gizi buruk meningkat jika dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 4% dan dapat mencapai target RPJMD. Berbagai upaya telah dilakukan seperti pemantauan status gizi balita oleh petugas surveilens gizi sampai ke tingkat desa dengan melibatkan sektor terkait dan masyarakat.

7. Dilihat dari kondisi infrastruktur, kondisi jalan yang ada di Kabupaten Sambas secara umum masih perlu perhatian semua pihak baik pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten sendiri agar kondisi jalan tersebut mampu menjadi sarana transportasi dan penggerak roda ekonomi dan sosial. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Pengairan Energi Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sambas, total panjang jalan Kabupaten Sambas berdasarkan status pengawasan dan kondisi jalan yaitu sebesar 1.807.404 Km, yang terdiri dari jalan nasional 94,502 Km (5,23 %), Jalan Propinsi 74,300 Km (4,11%), Jalan Kabupaten 696,633 Km (38,54 %), Jalan Desa 722,326 Km(39,96 %) dan Jalan Strategis

(6)

H a l 6 | 11

Nasional 219.643 Km (12,15 %). Dari Total panjang tersebut kondisi baik 691.865Km (Nasional 41.240 Km, Propinsi 50.900 Km, Kabupaten 276,918 Km, Desa 284.571 Km, Strategis Nasional 38.236 Km), kondisi sedang 384.171 Km (Nasional 5.999 Km, Propinsi 7.000 Km, Kabupaten 88.348 Km, Desa 210.918, Strategis Nasional 71.906 Km), kondisi rusak 332.489Km (Nasional 39.563 Km, Propinsi 11.400 Km, Kabupaten 115.780 Km, Desa 123.272 Km, Strategis Nasional 42.474 Km) dan kondisi rusak berat 398.879 Km (Nasional 7.700 Km, Propinsi5,000 Km,Kabupaten215.587 Km, Desa 103.565 Km, Strategis Nasional 67.027 Km ). Panjang jalan Kabupaten di wilayah Kabupaten Sambas mencapai 696.633 Km. dari Panjang Jalan tersebut 46,16 % jalan sudah diaspal; 12,87 % jalan kerikil dan 40,97 % jalan tanah. Bila ditinjau dari kondisinya 39,75 % jalan di Kabupaten Sambas kondisinya sudah baik; 12,68 % kondisi sedang; 16,62 % kondisi rusak dan 30,95 % kondisi rusak berat. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik untuk memasak/minum maupun mencuci/mandi. Bagi daerah Kabupaten Sambas, khususnya di daerah pedalaman secara tradisional penggunaan air bersih masih bersumber dari sungai/danau dan air hujan. Akan tetapi di sebagian kecamatan air bersih dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM. Pada tahun 2013 banyaknya air minum yang disalurkan mengalami kenaikan sebesar 0,73% yaitu dari 807.047 m3 pada tahun 2012 menjadi 812.903 m3 di tahun 2013 dengan nilai penjualan naik sekitar 14,15 % menjadi 4.058.030 juta rupiah. Kebutuhan air bersih untuk masak/minum bagi penduduk Kabupaten Sambas sebagian besar bergantung pada sumber air hujan baik penduduk di perkotaan maupun pedesaan yaitu sekitar 86,32 %. Selain itu cukup banyak masyarakat pedesaan yang mempergunakan air minum dari air sungai yang mencapai sekitar 4,63 %, sedangkan masyarakat perkotaan cukup banyak yang mempergunakan air leding meteran (1,65 %). Penggunaan air isi ulang di daerah perkotaan sekitar 6,82 % dan di daerah pedesaan sekitar 0,97 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai memperhatikan kualitas sumber air minum.

Seluruh persoalan diatas sesungguhnya sudah mendapat perhatian dan upaya yang serius dari Pemerintah Kabuapten Sambas dalam beberapa tahun terakhir. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut justru harus dilanjutkan dan dipertajam agar hasilnya lebih cepat terlihat. Sekali lagi, untuk melanjutkan pembangunan tersebut perlu kita Satukan Elemen masyarakat agar Harapan meningkatkan IPM (melalui percepatan pembangunan Infrastruktur) segera terwujud.

B. Visi dan Misi

Dalam menetapkan visi dan Misi Kabupaten Sambas tahun 2016-2020, dilakukan pertimbangan sebagai berikut:

1. Amanah Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor: 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sambas Tahun 2005-2025 , bahwa untuk mewujudkan Sambas Terunggul di Kalimantan Barat Tahun 2025, perlu didukung oleh: (1) Komitmen dari kepemimpinan daerah yang kuat dan demokratis; (2) Konsistensi kebijakan pemerintah; (3) Keberfihakan kepada rakyat; dan (4) Peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif.

(7)

H a l 7 | 11

2. Visi yang ingin diwujudkan harus sesuai sesuai dengan nilai-nilai luhur masyarakat serta didukung dengan potensi laut dan lahan pertanian yang masih besar.

3. Potensi, permasalahan, dan peluang yang dimiliki Kabupaten Sambas, aspirasi, dan dinamika yang berkembang, maka disusunlah suatu motto yang merupakan dasar untuk mempermudah mewujudkan visi untuk masa 5 tahun kedepan, yaitu: “Sehati Bela Terpikat Terigas”. Adapun makna dari motto: “Sehati Bela Terpikat Terigas” adalah:

- Sehati (seia sekata, selaras, sinergis): mengandung arti bahwa seluruh elemen masyarakat (semua stakeholder pembangunan dan semua sektor) bahu membahu, bersatupadu, bergotong royong (bersinergi, bergandeng tangan) meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Sambas.

- Bela (bersama lanjutkan), mengandung arti bahwa dengan semangat kebersamaan dan bekerja sama seluruh komponen masyarakat Sambas berkomitmen untuk melanjutkan dan meningkatkan apa yang telah dicapai dengan baik pada masa pemerintahan sebelumnya. - Terpikat Terigas, mengandung arti bahwa seluruh komponen masyarakat Sambas akan

bahu membahu berpartisipasi aktif dalam seluruh aspek dan tujuan pembangunan, yaitu:

 Tingkatkan Ekonomi Rakyat, untuk membangun kemandirian.

 Religius, untuk membangun kepribadian.

 Pendidikan, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

 Ilmu pengetahuan, untuk membangun peradaban besar dan utama.

 Kesehatan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas lahiriyahnya.

Semua itu akan diwujudkan melalui suatu Pemerintahan Daerah yang tertib dan terukur pada aspek:

 Ekonomi kerakyatan yang sinergis dengan investasi.  Religius.

 Ilmu pengetahuan dan teknologi.

Good Governance.

 Amanah dan berakhlaqul-karimah, serta

Social control and social participation.

B.1. Visi

Berdasarkan pertimbangan di atas serta dengan memperhatikan potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang dihadapi 5 tahun mendatang serta dinamika yang berkembang pada masa 5 tahun sebelumnya, maka visi Kabupaten Sambas untuk periode 2016-2020 adalah:

“TERWUJUDNYA SAMBAS YANG MAJU, MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKUALITAS MELALUI SEHATI BELA TERPIKAT TERIGAS” Adapun makna dari visi tersebut yaitu:

1. Sambas yang maju adalah adalah suatu kondisi dimana terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatnya perekonomian daerah, infrastruktur semakin memadai yang mendukung perekonomian daerah dan seluruh aktivitas masyarakat, lingkungan hidup terkendali, berkembangnya kawasan-kawasan strategis, meningkatnya kerjasama pembangunan, dan terciptanya kepemerintahan yang baik. Kondisi ini ditandai

(8)

H a l 8 | 11

diantaranya dengan tingginya tingkat pendidikan masyarakat tercermin dari jumlah penduduk yang dapat menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi, jumlah tenaga ahli dan profesional dengan produktivitas tinggi. Di bidang kesehatan, masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memiliki kemampuan jasmani dan rohani yang sehat. Hal ini tercermin dari tingginya angka harapan hidup, rendahnya angka kesakitan dan seluruh aspek kehidupan berjalan sesuai dengan norma-norma keagamaan.Ditinjau dari perkembangan ekonomi, kemajuan pembangunan daerah tercermin pada pencapaian laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan termasuk distribusinya. Lebih tinggi pendapatan rata-rata dan lebih merata distribusinya, suatu daerah dikatakan lebih makmur, dan dengan demikian daerah tersebut lebih maju. Perekonomian daerah yang maju dapat diukur dari meningkatnya hasil produksi, meningkatnya investasi, dan meningkatnya kontribusi industri dalam perekonomian. Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan antar sektor, terutama sektor pertanian, industri, dan perdagangan, serta pemanfaatan sumber daya alam secara rasional, efisien dan berwawasan lingkungan. Lembaga dan pranata ekonominya telah tersusun dan tertata, serta berfungsi dengan baik sehingga mendukung perekonomian daerah yang efisien dengan produktivitas yang tinggi.

2. Sambas yang mandiri adalah suatu kondisi dimana perekonomian masyarakat berkembang dengan baik, kreatif, dan inovatif yang ditandai dengan meningkatnya investasi dan kapasitas ekonomi masyarakat baik karena faktor intensifikasi maupun ekstensifikasi, serta membaiknya infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.Kemandirian ini juga tercermin dengan meningkatnya pelaksanaan otonomi daerah, semakin berkurangnya ketergantungan pembiayaan pembangunan kepada pemerintah pusat, terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat dan meningkatnya sektor perekonomian masyarakat sehingga terbukanya peluang pasar dan peluang kerja di daerah.

3. Sambas yang sejahtera adalah suatu kondisi dimana kebutuhan dasar dan sekunder masyarakat terpenuhi, dengan didukung oleh suasana kehidupan yang agamis, berbudaya, bermoral, aman, dan damai.

4. Sambas yang berkualitas adalah suatu kondisi dimana hasil-hasil pembangunan selalu memberikan manfaat yang besar-besarnya bagi seluruh masyarakat Kabupaten Sambas. Hal ini tercermin diantaranya dengan tingginya pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan penurunan angka kemiskinan, meningkatnyadaya beli masyarakat, meningkatnya angka harapan hidup dan meningkatnya rata-rata lama sekolah. Selain itu, Sambas Berkualitas juga dimaknai sebagai masyarakat Kabupaten Sambas yang berkemampuan untuk berprestasi, berinovasi, dan berkompetisi dalam berbagai bidang usaha.

B.2. Misi

Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Sambas Tahun 2016-2020 tersebut, maka misi pembangunan Kabupaten Sambasadalah sebagai berikut:

(9)

H a l 9 | 11

1. Mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumberdaya lokal dengan mempertahankan azas pembangunan berkelanjutan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat yang berkeadilan dan merata bagi seluruh masyarakat, dalam suasana kehidupan yang religius.

3. Meningkatkan infrastruktur kawasan strategis yang memadukan dan mensinergikan pusat-pusat iteraksi kegiatan masyarakat, pengusaha dan pemerintah.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjaga keaslian dan kelestarian sumberdaya alam.

5. Mengembangkan kepemerintahan yang baik (good governance) sebagai perekat rasa kebangsaan (nasionalisme).

C. Agenda dan Program Pembangunan

Untuk melaksanakan misi pembangunan Kabupaten Sambas dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Sambas Tahun 2016-2020, agar lebih terarah dan terencana, maka disusun agenda dan program pembangunan dari setiap misi sebagai berikut:

Misi 1: Mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumberdaya lokal dengan mempertahankan azas pembangunan berkelanjutan, dengan Agenda dan Program Pembangunan sebagai berikut:

A. Agenda Mewujudkan Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera (GERBANG RAJA), dengan program prioritas:

1. Program Pengembangan Tanaman Pangan Rakyat untuk mendukung tercapainya swasembada dan kedaulatan pangan nasional.

2. Program Pembangunan dan pengadaan prasarana dansarana pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan .

3. Program Pengembangan Tanaman Hortikultura Rakyat (Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran).

4. Program Pengembangan Peternakan dan Perikanan Rakyat.

5. Program Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai = Gerakan Masa Depan).

6. Program Pengembangan Perkebunan Rakyat (Pengembangan Tanaman Karet, Kelapa Dalam, Lada, Kakao dan Tebu).

7. Program Pengembangan Kehutanan Rakyat/Tahura (Pengembangan Tanaman Hutan Rakyat dan Pengembangan Tanaman Rotan).

8. Program Pengembangan Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil (Penembangan Kerajinan Anyaman Rotan, Kerajinan Anyaman Bambu, dan Kerajinan Tenun Sambas), koperasi dan perdagangan.

9. Program Pengembangan Pusat Jajan Serba Ada (PUJASERA). 10. Program Penanggulangan Kemiskinan.

11. Program Minapolitan (Budidaya dan Tangkap).

12. Program Permukiman Nelayan Terencana dan Terintegrasi (PANCING). 13. Program Pemberdayaan Masyarakat.

(10)

H a l 10 | 11

Misi 2: Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat yang berkeadilan dan merata bagi seluruh masyarakat, dalam suasana kehidupan yang religius, dengan Agenda dan Program Pembangunan sebagai berikut:

A. Agenda Percepatan Peningkatkan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan, dengan program prioritas:

1. Bidang Pendidikan

a. Penyediaan tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan yang memadai melalui rekrutmen dan distribusi secara proporsional.

b. Peningkatan kualitas tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan. c. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan berkualitas. d. Pembebasan biaya masuk sekolah bagi siswa jenjang pendidikan dasar dan

menengah (diprioritaskan bagi yang tidak mampu). e. Beasiswa bagi siswa tidak mampu.

f. Penumbuhan budi pekerti bagi siswa. 2. Bidang Kesehatan

a. Program Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat b. Peningkatanrasio dan kapasitas SDM kesehatan

c. Peningkatan upaya promotif dan preventif, serta upaya kesehatan berbasis masyarakat

d. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.

Misi 3: Meningkatkan infrastruktur kawasan strategis yang memadukan dan mensinergikan pusat-pusat interaksi kegiatan masyarakat, pengusaha dan pemerintah, dengan Agenda dan Program Pembangunan sebagai berikut:

A. Agenda Membangun Pelayanan Infrastruktur Dasar, dengan program prioritas: 1. Program Percepatan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh

(Pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan, Kawasan Perbatasan).

2. Program Percepatan Peningkatan Infrastruktur Kawasan “Utama” (Kawasan Pusat Pemerintahan, Kawasan Pusat Pendidikan, Kawasan Pusat Perdagangan). 3. Program Percepatan Pembangunan Peningkatan Pemeliharaan Jalan dan

Jembatan (Jalan Kabupaten, Jalan yang menghubungkan antar Desa, Pembangunan/Rehabilitasi Jembatan).

4. Program Percepatan Peningkatan Kualitas Air Bersih, Sanitasi, dan Pengelolaan Persampahan.

5. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman.

6. Program Pengembangan Energi Terbarukan (PLTS, PLTMH). 7. Program Pengembangan Transportasi Terpadu.

B. Agenda Membangun Infrastruktur Penunjang Produksi dan Olah Raga, dengan program prioritas:

(11)

H a l 11 | 11

1. Program Pengembangan Infrastruktur Kawasan Strategis/Kawasan Sentra Produksi, Pariwisata dan Kawasan Pusat Olah Raga (Irigasi, Drainase, Jalan Akses menuju objek wisata, pasar tradisional, sarana dan prasarana olah raga). Misi 4: Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjaga keaslian dan kelestarian

sumberdaya alam, dengan Agenda dan Program Pembangunan sebagai berikut: A. Agenda Mewujudkan Pelestarian Lingkungan, dengan program prioritas:

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan. 2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan Hidup. 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

4. Program Penyelamatan Aset Ekonomi Rakyat (Penyelamatan Lahan, Tanaman, dan Peralatan dari ancaman banjir, kekeringan, kebakaran, dan serangan hama penyakit).

Misi 5: Mengembangkan kepemerintahan yang baik (good governance) sebagai perekat rasa kebangsaan (nasionalisme), dengan Agenda dan Program Pembangunan sebagai berikut: A. Agenda Meningkatkan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan program prioritas:

1. Program Pengembangan kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa.

2. Program Peningkatan Kinerja Pemerintah Daerah. 3. Program Pengembangan Model Pelayanan Prima. 4. Program Peningkatan Kesejahteraan Aparatur.

5. Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik.

6. Program Percepatan Terwujudnya Daerah Otonomi Baru/Kabupaten Sambas Pesisir.

B. Agenda Menguatkan Rasa Berkebangsaan (Nasionalisme), kegotongroyongan, kepedulian, serta nilai-nilai religius dengan program prioritas:

1. Program Pengembangan Wawasan Berkebangsaan. 2. Program peningkatan kesadaran hukum.

Dengan adanya partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam pembangunan serta dengan adanya keselarasan/bersinerginya (sehati, seia sekata) program pembangunan, baik antar sektor maupun antar pelaku pembangunan serta dengan ridho Alllah SWT, maka insya Allah Kabupaten

Sambas Yang Maju, Mandiri, Sejahtera dan Berkualitas melalui Sehati Bela

Terpikat Terigas dapat terwujud.

Sambas, 26Juli 2015

Calon Bupati Sambas dan Wakil Bupati Sambas Periode 2016-2020,

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum membuat grafik terlebih dahulu dibuat perhitungan penghasilan total pada berbagai tingkat volume kegiatan (penjualan/ produksi) dalam jarak kapasitas tertentu.

Berdasarkan analisis LQ maka semua subsektor pertanian di Provinsi Gorontalo merupakan komoditas unggulan dengan nilai lebih dari satu.. Subsektor peternakan ditahun 2011

Pada Proyek Pengembangan Bandara Ahmad yani paket satu atau pembuatan jalan utama mengalami permasalahan dalam penyediaan bahan baku pasir untuk pengecoran beton, pasir

Contoh untuk masing-masing mode penyisipan dapat dilihat pada Gambar 5, yaitu Gambar 5(a) sebagai hasil dari pembagian citra menjadi blok dan merupakan masukan

berhak mendapat upah atas pekerjaan yang dilakukannya sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (30) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang

The purpose of this research is to describe there is a significant difference between the writing ability of news item text of the Tenth Grade Students of SMA N 2

Dumasar kana standar kompetensi eusi tea lulusan SMA/SMK/MA dipiharep boga standar kompetensi lulusan anu mampuh ngaregepkeun, maham, jeung mere tanggapan kana