• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 10 TAHUN 2019 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 10 TAHUN 2019 TENTANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 10 TAHUN 2019

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAIMANA,

Menimbang : a. bahwa Retribusi Perizinan Tertentu telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu;

b. bahwa telah dilakukan peninjauan kembali terhadap tarif Retribusi dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian maka tarif Retribusi Perizinan Tertentu perlu diubah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaram Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209;

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

(2)

2

Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Radja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang

(3)

3

Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana Nomor 06

Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Kaimana Tahun 2011 Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAIMANA dan

BUPATI KAIMANA, MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 ditambahkan tiga puluh lima angka baru yaitu angka 18 sampai dengan angka 53 sehingga berbunyi sebagai berikut :

(4)

4

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kaimana.

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kaimana yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kaimana. 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat

Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Distrik.

6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

9. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

10. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

12. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau

(5)

5

penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

15. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

16. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.

17. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 18. Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan

penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam suatu tempat.

19. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan, pedalaman dan/atau laut.

20. Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian baik membangun bangunan baru maupun menambah, merubah, merehabilitasi dan/atau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk pekerjaan menggali,

(6)

6

menimbun, atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut. 21. Mengubah Bangunan adalah pekerjaan mengganti

dan atau menambah bangunan yang ada, termasuk membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut.

22. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimana bangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak dari bangunan. 23. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut

IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemohon untuk membangun baru, bangunan yang sudah ada, memperluas bangunan dan atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku.

24. Gangguan adalah segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak menyenangkan atau mengganggu kesehatan, keselamatan, ketentraman dan/atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus-menerus.

25. Indeks Lokasi adalah angka indeks yang ditetapkan berdasarkan lokasi atau letak dan kondisi lingkungan. 26. Indeks Gangguan adalah angka indeks besar kecilnya

gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh perusahaan industri.

27. Izin Gangguan yang selanjutnya disebut izin adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

28. Perusahaan adalah Badan Hukum atau Perorangan yang melakukan kegiatanusaha secara teratur dalam suatu usaha tertentu untuk mencari keuntungan. 29. Industri adalah kegiatan mengolah bahan baku

menjadi bahan setengah jadi atau bahan baku menjadi bahan jadi.

30. Tempat Usaha adalah luas bangunan utama dan bangunan penunjang untuk kegiatan usaha.

31. Denah Lokasi adalah nilai yang ditetapkan berdasarkan letak lokasi sesuai dengan jalan/ruas jalan atau sungai menurut klasifikasi.

32. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data subyek dan obyek retribusi, penentuan besarnya retribusi terhutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.

(7)

7

33. Petugas Pemungut yang selanjutnya disebut Pemungut adalah perorangan atau satuan unit kerja Pemerintah Kabupaten yang diberi wewenang untuk memungut retribusi yang ditunjuk oleh Bupati.

34. Angkutan Penumpang Umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

35. Angkutan Kota yang selanjutnya disebut Angkot adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah atau wilayah ibukota Kabupaten dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

36. Angkutan Perdesaan yang selanjutnya disebut Angkudes adalah angkutan dari satu tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota kabupaten dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terkait dalam trayek.

37. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

38. Persetujuan Izin Trayek adalah persetujuan yang diberikan kepada calon pemilik izin trayek untuk permohonan baru atau kepada pemilik izin trayek untuk permohonan perubahan izin yang meliputi pengalihan kepemilikan dan penggantian kendaraan. 39. Mobil Penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

40. Mobil Bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

41. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan/atau tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan, permukiman, dan simpul yang berbeda.

42. Kartu Pengawasan adalah dokumen perjalanan kendaraan angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan yang sekurang-kurangnya memuat nomor, nomor surat keputusan, nama pemilik, trayek yang dilayani, masa berlaku izin, nomor kendaraan, nomor uji dan kode trayek.

43. Surat Keputusan Izin Trayek adalah surat keputusan yang diberikan sebagai pemberian izin trayek kepada pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan

(8)

8

angkutan umum pada satu atau beberapa trayek dalam wilayah daerah.

44. Izin Insidentil adalah izin yang diberikan kepada angkutan penumpang umum yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraannya menyimpang dari izin trayek yang dimiliki.

45. Izin Trayek Gilir adalah izin yang diberikan kepada kendaraan angkutan kota sebagai pergantian jalur trayek yang ditetapkan secara berkala.

46. Alat Penangkap Ikan adalah sarana dan Perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.

47. Kapal Penangkap Ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.

48. Usaha Perikanan adalah kegiatan ekonomi yang berkesinambungan yang dilakukan perorangan, koperasi dan badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil.

49. Usaha pembudidayaan perikanan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan atau membiakan ikan dan jenis hasil perikanan lainnya serta memanen hasilnya dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan untuk tujuan komersial.

50. Wilayah pengelolaan perikanan adalah perairan dan perikanan sebatas wilayah hukum Daerah Kabupaten Kaimana sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perairan Indonesia dengan batas 4 mil.

51. Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat/cara apapun termasuk yang menggunakan Kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkannya untuk tujuan komersil.

52. Kapal perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk penangkapan ikan, termasuk melakukan survei atau eksplorasi perikanan.

53. Retribusi Izin Usaha Perikanan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan, pembudidayaan ikan dan pengepul hasil perikanan.

(9)

9

2. Ketentuan Bagian Kesatu RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Paragraf 1 Pasal 3 dan Pasal 4 diubah, Paragraf 4 Struktur dan Besarnya Tarif Pasal 12 diubah, sehingga keselurahan Pasal 3,pasal 4 dan pasal 12 berbunyi :

Bagian kesatu

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Paragraf 1

Nama dan Objek Retribusi Pasal 3

Setiap pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi dengan nama retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Pasal 4

(1) Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Penyelenggaraan bangunan terdiri atas: 1. Pembangunan bangunan gedung baru; 2. Perubahan luas bangunan;

3. Bangunan gedung yang sudah dibangun akan tetapi belum mempunyai izin mendirikan bangunan, yang terdiri :

a) Bangunan yang sedang dibangun; b) Bangunan yang sudah jadi.

4. Pelestarian/pemugaran;

5. Perubahan fungsi bangunan; dan 6. Perubahan bentuk bangunan. b. Prasarana bangunan gedung

c. Penyelenggaraan bangunan bukan gedung: 1. Tower dan atau menara telekomunikasi; 2. Reklame jenis billboard dan megatron; 3. Anjungan Tunai Mandiri (ATM);

4. Sclulpture/tugu, tiang bendera; dan

5. Accesoris jalan meliputi ; shelter, jembatan penyebranan, gapura .

6. Jembatan dan/atau talud;

(10)

10

8. Penanaman tangki, landasan tangki, dan bangunan pengolah air;

9. Dinding penahan tanah dan pagar;

10. Pelataran untuk parkir, lapangan tenis, lapangan basket, lapangan futsal dan lapangan golf;

d. Pembuatan Duplikat.

(3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

(4) Dikecualikan dari objek Retribusi adalah :

a. Tempat peribadatan, sarana kepentingan sosial yang bersifat nirlaba, dan rumah sangat sederhana.

b. Bangun bangunan berupa : tiang bendera, pergola tanaman hias; bak sampah; shelter bis; sumur resapan dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

c. Bangunan Milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Paragraf 4

Struktur Dan Besarnya Tarif Pasal 12

Struktur dan besaran tarif retribusi Izin Mendirikan Bangunan tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(11)

11

3. Ketentuan Bagian Kedua Retribusi Izin Gangguan Paragraf 1 Nama dan Objek Retribusi Pasal 13 sampai dengan pasal 16 dihapus sehingga berbunyi:

Bagian Kedua

RETRIBUSI IZIN GANGGUAN Paragraf 1

Nama dan Objek Retribusi Pasal 13 Dihapus . Pasal 14 (1) Dihapus. (2) Dihapus . Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Pasal 15

Dihapus.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 16 (1) Dihapus. (2) Dihapus. (3) Dihapus. (4) Dihapus.

4. Ketentuan Bagian Ketiga RETRIBUSI IZIN TRAYEK Paragraf 1 Nama dan Objek Retribusi Pasal 17 dan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Ketiga

RETRIBUSI IZIN TRAYEK Paragraf 1

Nama dan Objek Retribusi Pasal 17

Dengan nama Retribusi Izin Trayek, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek kepada Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan

(12)

12

penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah Daerah.

Pasal 18

(1) Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

(2) Objek Retribusi izin trayek sebagaima pada ayat 1 (satu) meliputi Izin Trayek, Penerbitan Kartu Pengawasan Kendaraan, dan Izin Insidentil.

5. Ketentuan Bagian Ketiga RETRIBUSI IZIN TRAYEK Paragraf 3 struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 20 diubah sehingga berbunyi :

Paragraf 3

Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 20

Struktur dan besaran tarif retribusi Izin trayek tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

6. Ketentuan Bagian Keempat RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN Paragraf 1, Nama dan objek Retribusi Pasal 21 dan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi :

Bagian Keempat

RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN Paragraf 1

Nama dan Objek Retribusi Pasal 21

Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin untuk melakukan usaha Perikanan dalam wilayah perairan Kabupaten.

Pasal 22

(1) Obyek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pelayanan pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha perikanan. (2) Kegiatan Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi : a. usaha budidaya Ikan;

(13)

13

b. usaha budidaya Mutiara; c. usaha Keramba;

d. usaha rumput laut; e. bagang/Sero Gantung; f. pengiriman Hasil perikanan; g. Pembelian Taripang;

h. Lola dan Batulaga; i. Cangkang Mutiara; j. Gelembung Ikan.

(3) Dikecualikan dari obyek retribusi adalah kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan tradisional dengan menggunakan sebuah kapal perikanan yang tidak bermotor atau bermotor luar, atau bermotor dalam berukuran dibawah 5 (lima) Gross Tonnage (GT), dan/atau mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 40 (empat puluh) daya kuda (DK).

7. Ketentuan Bagian Keempat Retribusi Izin Usaha Perikanan Paragraf 3 struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 24 diubah sehingga berbunyi :

Paragraf 3

Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 24

Struktur dan besaran tarif retribusi Izin Usaha Perikanan tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

8. Diantara Pasal 26 dan Pasal 27 di sisipkan 1 (satu) Pasal yaitu pasal 26A yang berbunyi:

Pasal 26A

(1) Setiap orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan usaha di Daerah wajib memiliki izin gangguan dari Pemerintah Daerah.

(2) Tata cara memperoleh izin gangguan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(14)

14

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kaimana.

Ditetapkan di Kaimana

pada tanggal 13 Agustus 2019 BUPATI KAIMANA,

CAP/TTD MATIAS MAIRUMA Diundangkan di Kaimana

pada tanggal 13 Agustus 2019

SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA CAP/TTD

RITA TEURUPUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA TAHUN 2019 NOMOR 27

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA, PROVINSI PAPUA BARAT ( 24 / 8 /2019)

Salinan sesuai dengan aslinya

A.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM

SITI ROHMA, SH PEMBINA

(15)

15 LAMPIRAN I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 10 TAHUN 2019

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN 1. Besarnya koefisien :

a. Koefisien luas bangunan

No Luas Bangunan Koefisien

1 2 3

1. Bangunan tertutup dengan atap/dinding 1,00 2. Bangunan tertutup dengan atap tanpa dinding 0,70

3. Bangunan teras/rabat 0,50

4. Bangunan plat beton terbuka 0,75 5. Bangunan kolam berlantai konstruksi beton 0,75 6. Bangunan biasa tanpa lantai konstruksi 0,10

7. Bangunan gedung 1,20

8. Bangunan kolam khusus (kolam buaya, dll) 1,25 9. Bangunan menara/tower, siklop 1,25 10. Bangunan utama yang melampaui luas

berdasarkan kepadatan bangunan (70%) 1,75 b. Koefisien tingkat/tinggi bangunan

No Tingkat Bangunan Koefisien

1 2 3

1. Bangunan 1 lantai 1

2. Bangunan lantai selanjutnya koefisien

bertambah 0,5 setiap tambahan n lantai, n – pertambahan

1,00 + 0,5 n 3. Jumlah lantai bangunan sejenisnya setiap

bertambah tower/menara 1m = 0,3

4. Tinggi 1 m koefisien bertambah x dimana x = 0,3 bangunan gudang-gudang pabrik dan sejenisnya yang tinggi dindingnya lebih dari 4 meter, dimana Y = 1,2,3 dst

(16)

16 c. Koefisien guna bangunan

No Guna Bangunan Koefisien

1 2 3 1. Bangunan social 0,5 2. Bangunan perumahan : - Non permanen - Semi permanen - Permanen 0,5 1,00 1,50

3. Bangunan fasilitas umum 1,00

4. Bangunan pendidikan 1,00

5. Bangunan kelembagaan/kantor 1,50 6. Bangunan perdagangan dan jasa 2,00

7. Bangunan industry 2,00

8. Bangunan khusus (bandara dan pelabuhan) 2,50

9. Bangunan campuran 2,75

10. Bangunan menara/tower 3,00

11. Bangunan lain-lan 3,00

d. Koefisien lokasi bangunan

No Lokasi Bangunan Koefisien

1 2 3

1. Bangunan di tepi jalan (utama) 1,75 2. Bangunan di tepi jalan kolektor (penghubung) 1,50 3. Bangunan di tepi jalan antar lingkungan (lokal) 1,25 4. Bangunan di tepi jalan lingkungan 1,00 5. Bangunan di tepi jalan setapak/gang (roda dua) 0,75 e. Koefisien kondisi bangunan

No Kondisi Bangunan Koefisien

1 2 3

1. Bangunan permanen 1,00

2. Bangunan semi permanen (max 15 tahun) 0,90 3. Bangunan semi permanen (max 6 tahun) 0,40 4. Bangunan darurat (max 1 tahun) 0,10

(17)

17

2. Besarnya retribusi adalah hasil perkalian atara koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan harga dasar Ijin Mendirikan Bangunan. 3. Besarnya harga dasar Ijin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) adalah Rp. 5.000,-/m²

Ditetapkan di Kaimana

pada tanggal 13 Agustus 2019 BUPATI KAIMANA,

CAP/TTD MATIAS MAIRUMA Salinan sesuai dengan aslinya

A.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM

SITI ROHMA, SH PEMBINA

(18)

18 LAMPIRAN II

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 10 TAHUN 2019

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU TARIF RETRIBUSI IZIN TRAYEK

No Jenis Izin Jenis Angkutan Daya Angkut Tarif (Rp)

1 2 3 4 5

1. IZIN TRAYEK UNTUK PERMOHONAN BARU a. Angkutan

Perdesaan Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 85.000,-/kend /tahun

Bus 9 s/d 25 seat Lebih dari 25 seat 100.000,-/kend/ tahun 145.000,-/kend/ tahun b. Angkutan

Kota Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 90.000,-/kend/ tahun

Bus 9 s/d 25 seat Lebih dari 25 seat 110.000,-/kend/ tahun 150.000,-/kend/ tahun c. Angkutan

Perbatasan Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 80.000,-/kend/ tahun

Bus 9 s/d 25 seat Lebih dari 25 seat 105.000,-/kend/ tahun 145.000,-/kend/ tahun d. Angkutan bandara Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 200.000,-/kend/ tahun 2. IZIN TRAYEK UNTUK PERMOHONAN DAFTAR ULANG

a. Angkutan

Perdesaan Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 45.000,-/kend/ tahun

Bus 9 s/d 25 seat Lebih dari 25 seat 60.000,-/kend/ tahun 105.000,-/kend/ tahun b. Angkutan

Kota Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 50.000,-/kend/ tahun

Bus 9 s/d 25 seat Lebih dari 25 seat 70.000,-/kend/ tahun 110.000,-/kend/ tahun c. Angkutan

Perbatasan Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 80.000,-/kend/ tahun

Bus 9 s/d 25 seat Lebih dari 25 seat 105.000,-/kend/ tahun 145.000,-/kend/ tahun

(19)

19 d. Angkutan

bandara Mobil Penumpang Umum 1 s/d 8 seat 100.000,-/kend/ tahun

3.

IZIN ANGKUTAN BARANG a. Angkutan

barang

umum Pick up/Truk/Box

500 kg -3.000 kg 120.000,-/kend/ tahun Lebih dari 3.000 kg 160.000,-/kend/ tahun b. Angkutan Barang Khusus

Mobil Tangki Air

3.000-5.000 kg 130.000,-/kend/ tahun Lebih dari 5.000

kg 145.000,-/kend/ tahun Mobil Pengaduk

Semen 3.000-5.000 kg 150.000,-/kend/ tahun Lebih dari 5.000

kg 165.000,-/kend/ tahun Angkutan Alat

Berat (truk/trailer) 5.000 Kg-10.000 Kg 255.000,-/kend/ tahun Angkutan Peti

Kemas 3.000-5.000 kg 150.000,-/kend/ tahun

c. Angkutan Barang Berbahaya Angkutan Minyak/ Gas 3.000-5.000 kg 130.000,-/kend/ tahun Lebih dari 5.000 kg 145.000,-/kend/ tahun Angkutan Barang Mudah meledak (Truk khus pengangkut barang berbahaya dan beracun (B3) 500 Kg-3.500 Kg 120.000,-/kend/ tahun Lebih dari 3.500 kg 160.000,-/kend/ tahun Angkutan Bahan Kimia, Bahan mudah menular dan bahan radioaktif 500 Kg-3.500 Kg 120.000,-/kend/ tahun Lebih dari 3.500 kg 160.000,-/kend/ tahun Angkutan Umum dengan Kendaraan Bermotor Roda Dua (perusahaan

Angkutan)

1 – 50

Kendaraan 75.000,-/kend/ tahun 50-100

Kendaraan 95.000,-/kend/ tahun 100 -200

Kendaraan

95.000,-/kend/ tahun Lebih dari 200

Kendaraan 125.000,-/kend/ tahun

4. IZIN OPERASI

Angkutan Taksi

Sedan/station

wagon 75.000,-/kend /tahun Van 60.000,-/kend /tahun Angkutan Lingkungan Mobil Penumpang Umum RD3 25.000,-/kend /tahun

(20)

20 Mobil Penumpang Umum RD4 45.000,-/kend /tahun 5. IZIN INSIDENTIL

Mobil Penumpang 1 s/d 8 seat 5.000/kend/ sekali jalan Mobil Bus 9 s/d 25 seat 15.000/kend/ sekali jalan Mobil Bus Lebih dari 25

seat

20.000/kend/ sekali jalan 6. KARTU PENGAWASAN Angkutan Taksi

1 s/d 8 seat 25.000/tahun 9 s/d 25 seat 30.000/tahun Lebih dari 25

seat 50.000/tahun Ditetapkan di Kaimana

pada tanggal 13 Agustus 2019 BUPATI KAIMANA,

CAP/TTD MATIAS MAIRUMA Salinan sesuai dengan aslinya

A.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM

SITI ROHMA, SH PEMBINA

NIP. 19750620 200012 2 008

(21)

21 LAMPIRAN III

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 10 TAHUN 2019

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

TARIF RETRIBUSI USAHA PERIKANAN

No Jenis Izin Besarnya tarif (Rp)

1. Surat Izin Usaha Pengolahan dan

Pengawetan Ikan/skala Unit Pengolahan Ikan

1.000.000,-/izin/tahun 2. Surat keterangan tanda pencatatan kapal

perikanan

1. Bagan 500.000/unit/tahun

2. Sero 100.000/unit/tahun

4. Surat Izin Usaha Pembudidayaan Ikan dan Non Ikan 1. Di air tawar a. Di atas 0.5 – 2 Ha 150.000/tahun b. Di atas 2 - 5 Ha 250.000/tahun c. Di atas 5 – 10 Ha 500.000/tahun d. Di atas 10 Ha 750.000/tahun 2. Di air payau

a. Ikan dan Udang

1. Di atas 1 – 4 Ha 250.000/tahun 2. Di atas 4 - 10 Ha 450.000/tahun 3. Di atas 10 Ha 800.000/tahun b. Kepiting 1. Di atas 1 – 4 Ha 150.000/tahun 2. Di atas 4 - 10 Ha 300.000/tahun 3. Di atas 10 Ha 500.000/tahun 3. Budidaya Keramba a. Di atas 1 – 2 Ha 500.000/tahun b. Di atas 2 Ha 1.000.000/tahun

5 Surat Izin Usaha Pembudidaya Mutiara 1. Di air tawar a. Di atas 0.5 – 2 Ha 450.000/tahun b. Di atas 2 - 5 Ha 700.000/tahun c. Di atas 5 – 10 Ha 1.000.000/tahun d. Di atas 10 Ha 1.450.000/tahun 2. Di air Laut a. Di atas 0.5 – 2 Ha 1.000.000/tahun b. Di atas 2 - 5 Ha 2.000.000/tahun c. Di atas 5 – 10 Ha 3.000.000/tahun d. Di atas 10 Ha 5.500.000/tahun

7 Usaha Rumput Laut

a. Di atas 0.5 – 2 Ha 150.000/tahun

b. Di atas 2 - 5 Ha 200.000/tahun

(22)

22

d. Di atas 10 Ha 500.000/tahun

8 Pengiriman Hasil Perikanan

1. Hasil Penangkapan Ikan campuran di laut atau perairan umum

a. 100 Kg s/d 500 Kg 75.000/ijin

b. Diatas 500 Kg s/d 1 ton 200.000/ ijin c. Diatas 1 ton s/d 3 ton 300.000/ ijin d. Diatas 3 ton s/d 5 ton 500.000/ ijin e. Diatas 5 ton s/10 ton 1.000.000/ ijin f. Diatas 10 ton s/15 ton 1.500.000/ ijin g. Diatas 15 ton s/20 ton 2.000.000/ ijin h. Diatas 20 ton s/25 ton 2.500.000/ ijin i. Diatas 25 ton s/50 ton 5.000.000/ ijin j. Diatas 50 ton s/100 ton 10.000.000/ ijin k. Diatas 100 ton 12.500.000/ ijin 2. Hasil Penangkapan Udang/kepiting/

cumi di laut atau perairan umum

a. 50 Kg s/d 100 Kg 150.000/ ijin

b. Diatas 100 Kg s/d 125 kg 250.000/ ijin c. Diatas 125 Kg s/d 150 kg 350.000/ ijin d. Diatas 150 kg s/d 200 kg 450.000/ ijin

e. Diatas 200 kg 500.000/ ijin

3. Hasil Pembudidayaan Ikan

a. 100 Kg s/d 500 Kg 75.000/ijin

b. Diatas 500 Kg s/d 1 ton 200.000/ ijin c. Diatas 1 ton s/d 3 ton 300.000/ ijin d. Diatas 3 ton s/d 5 ton 500.000/ ijin e. Diatas 5 ton s/10 ton 1.000.000/ ijin f. Diatas 10 ton s/15 ton 1.500.000/ ijin g. Diatas 15 ton s/20 ton 2.000.000/ ijin h. Diatas 20 ton s/25 ton 2.500.000/ ijin i. Diatas 25 ton s/50 ton 5.000.000/ ijin j. Diatas 50 ton s/100 ton 10.000.000/ ijin

k. Diatas 100 ton 12.500.000/ ijin

4. Hasil Pembudidayaan Mutiara

a. Sampai dengan 500 gr 400.000/ijin b. Diatas 500 gr s/d 1 kg 650.000/ ijin c. Diatas 1 kg s/d 5 kg 700.000/ ijin d. Diatas 5 kg s/d 10 kg 850.000/ ijin e. Diatas 10 kg s/d 15 kg 2.500.000/ ijin f. Diatas 15 kg s/d 20 kg 3.500.000/ ijin g. Diatas 20 kg s/d 25 kg 4.500.000/ ijin h. Diatas 25 kg s/d 50 kg 7.500.000/ ijin i. Diatas 50 kg s/d 100 kg 15.000.000/ ijin j. Diatas 100 kg 20.000.000/ ijin

5. Hasil Pengolahan atau pengawetan ikan

a. 100 Kg s/d 500 Kg 50.000/ ijin

b. Diatas 500 Kg s/d 1 ton 100.000/ ijin c. Diatas 1 ton s/d 3 ton 150.000/ ijin d. Diatas 3 ton s/d 5 ton 200.000/ ijin

(23)

23

e. Diatas 5 ton s/10 ton 300.000/ ijin f. Diatas 10 ton s/15 ton 500.000/ ijin g. Diatas 15 ton s/20 ton 750.000/ ijin h. Diatas 20 ton s/25 ton 1.500.000/ ijin i. Diatas 25 ton s/50 ton 2.000.000/ ijin

j. Diatas 100 ton 2.500.000/ ijin

6. Pengiriman Taripang

a. 0 Kg s/d 500 Kg 100.000/ ijin

b. Diatas 500 Kg s/d 1 ton 200.000/ ijin c. Diatas 1 ton s/d 3 ton 350.000/ ijin d. Diatas 3 ton s/d 5 ton 500.000/ ijin

e. Diatas 5 ton 750.000/ ijin

7. Pengiriman Lola dan Batulaga 500.000/ ijin 8. Cangkang Mutiara

a. Diatas 10 Kg s/d 500 Kg 50.000/ ijin b. Diatas 500 Kg s/d 1 ton 100.000/ ijin c. Diatas 1 ton s/d 3 ton 200.000/ ijin d. Diatas 3 ton s/d 5 ton 350.000/ ijin

e. Diatas 5 ton 500.000/ ijin

9. Pengiriman Gelembung Ikan a. 0 kg s/d 75 kg b. 75 kg s/d 100 kg c. 100 kg s/d 150 kg d. 150 kg s/d 200 kg e. > 200kg 100.000/ ijin 150.000/ ijin 200.000/ ijin 250.000/ ijin 350.000/ ijin Ditetapkan di Kaimana

pada tanggal 13 Agustus 2019 BUPATI KAIMANA,

CAP/TTD MATIAS MAIRUMA Salinan sesuai dengan aslinya

A.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM

SITI ROHMA, SH PEMBINA

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan dari segi texture, mean menunjukan bahwa soft roll experimen dengan penggunaan air fermentasi strawberry mempunyai tingkat kesukaan lebih tinggi (mean =

Oleh sebab itu periset tertarik buat melaksanakan pencatatan atas laporan keuangan yang sudah terbuat oleh owner UMKM Kerajinan Kayu Tohu Srijaya tercatat,

Jika dilihat dari sumber air minum tersebut, persentase status gizi balita yang kurus/ sangat kurus sedikit lebih banyak pada kelompok yang menggunakan sumber air minum yang buruk

Ibu Siswati Saragi, S.Sos, M.SP, selaku administrator Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan yang

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dirokemendasikan yaitu: (1) bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, hendaknya mengadakan pelatihan atau studi lebih

Metode pelaksanaan kegiatan sebagai langkah solusi antara lain dengan melakukan pembersihan saluran irigasi dan beberapa bagian pada jalur trekking yang

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kosmopolitan dengan sikap masyarakat terhadap perburuan dan perdagangan orangutan dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:.

Bahwa dia terdakwa pada hari Minggu tanggal 23 Oktober 2011 sekira pukul 02.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam bulan Oktober