• Tidak ada hasil yang ditemukan

13738231 Penyusunan Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "13738231 Penyusunan Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENJELASAN PEDOMAN PENYUSUNAN

RTRW KABUPATEN

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, setiap daerah kabupaten perlu menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sebagai arahan pelaksanaan pembangunan, sejalan dengan penerapan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menitikberatkan kewenangan pelaksanaan pembangunan pada Pemerintah Kabupaten, termasuk pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten. Penyediaan rujukan mengenai proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten dalam bentuk suatu buku pedoman diperlukan untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan perencanaan.

Dalam era otonomi daerah ini, maka setiap kabupaten memiliki wewenang untuk menyusun dan menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) nya sendiri. Pemerintah Pusat dalam hal ini berperan dalam memberikan bantuan teknis kepada daerah. Bantuan tersebut berupa pedoman untuk menyusun RTRW bagi tiap-tiap daerah. Saran :

Penyediaan rujukan mengenai proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten diperlukan untuk membantu daerah dalam menyusun RTRW Kabupaten yang pada akhirnya akan mencapai tujuan-tujuan perencanaan.

Tujuan perencanaan wilayah secra umum adalah sebagai berikut :

1. Mendayagunakan sumberdaya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal.

2. Mengurangi kesenjagan antar wilayah atau regional imbalances.

3. Mewujudkan pembangunan wiayah yang berkelanjutan.

4. Mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Ciri utama perencanaan wilayah adalah komprehensif atau menyeluruh, di mana memadukan sektor-sektor serta sub wilayah yang tercakup dalam wilayah

(3)

rencana. Sektor-sektor dalam wilayah rencana harus dikembangkan secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan sehingga mencapai hasil yang optimum.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan dalam kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. Tujuan dari pedoman ini adalah memberikan acuan bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyusun RTRW Kabupaten.

Cukup jelas.

1.3 RUANG LINGKUP PEDOMAN Pedoman ini meliputi kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten yang

bersifat umum, baku dan minimal harus dipenuhi dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten.

Pedoman ini merupakan dasar penyusunan RTRW Kabupaten yang mencakup mulai dari persiapan penyusunan hingga proses legalisasi RTRW Kabupaten sebagai Peraturan Daerah

Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten ini berisikan persyarakat minimum yang harus dipenuhi dalam suatu RTRW Kabupaten yang akan dihasilkan. Namun pedoman ini tidak memberikan metodologi yang baku terhadap penyusunan RTRW, hal ini dimaksudkan agar dapat menampung aspirasi dari daerah, di mana seperti diketahui bahwa tiap-tiap daerah memiliki karakteristik dan kondisi lokal yang berbeda-beda.

1.4 SISTEMATIKA PEDOMAN Pedoman ini disusun dengan mengikuti sistematika 5 (lima) bab, yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika dari Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

(4)

Bab 2 Ketentuan Umum

Bab ini berisikan pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam buku pedoman ini, kedudukan RTRW Kabupaten dalam jenjang perencanaan, dan pengertian mengenai RTRW Kabupaten itu sendiri yang mencakup skala dan jangka waktu perencanaan, tujuan dan sasaran, fungsi, dan kedalaman substansinya.

Bab 3 Proses dan Mekanisme Penyusunan RTRW Kabupaten

Bab ini menjelaskan proses penyusunan RTRW Kabupaten disertai dengan penjelasan mengenai kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan tersebut, dan proses legalisasi RTRW Kabupaten.

Bab 4 Substansi Data dan Analisis

Penyusunan RTRW Kabupaten

Bab ini menjabarkan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan RTRW Kabupaten disertai dengan data/peta yang dibutuhkan dalam analisis tersebut.

Bab 5 Substansi RTRW Kabupaten

Bab ini menjelaskan substansi dari RTRW Kabupaten sebagai produk atau keluaran proses penyusunan rencana.

(5)

BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN

Pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam penataan ruang dan dijelaskan di bawah ini meliputi ruang, tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang, wilayah, kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu.

Seluruh pengertian dasar yang berkaitan dengan Penataan Ruang yang terdapat dalam Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten ini sudah tercantum dalam UU NO 24/1998 tentang Penataan Ruang.

2.1.1 Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnnya

hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Definisi Ruang sudah terdapat dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

2.1.2 Tata Ruang

Tata ruang adalah wujud dari struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak direncanakan.

Definisi Tata Ruang sudah terdapat dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

2.1.3 Penataan Ruang

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang.

Definisi Penataan Ruang sudah terdapat dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

2.1.4 Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Adapun

Definisi Rencana Tata Ruang sudah terdapat dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang

(6)

yang dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan secara hirarkis dan saling berhubungan satu dengan lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya.

Penataan Ruang.

2.1.5 Wilayah

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

2.1.6 Kawasan

Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, yang

dijelaskan sebagai berikut:

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Selain itu, dikenal kawasan perdesaan,

Definisi Wilayah sudah terdapat dalam UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Pendefinisian kawasan terbagi menjadi dua yaitu pendefinisian kawasan menjadi kawasan lindung – kawasan budidaya, dan pendefinisian kawasan menjadi kawasan perkotaan - perdesaaan – tertentu. Pendefinisian kawasan di atas merupakan pendefinisian berdasarkan dua dimernsi yang berbeda. Pembagian kawasan menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya merupakan pendefinisan kawasan berdasarkan fungsi ruangnya. Kawasan lindung merupakan kawasan yang lahannya tidak dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan produksi atau

(7)

kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu yang dijelaskan sebagai berikut:

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaa, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.

permukiman karena diperuntukkan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan tidak diperkenankan untuk dijadikan permukiman manusia, secara lebih jelas dapat dilihat pada Keppres No 32/90 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Sedangkan kawasan budidaya merupakan kawasan yang dapat dibudidayakan untuk berbagai macam kegiatan produksi dan permukiman.

Pembagian kawasan menjadi kawasan perkotaan, perdesaan, dan tertentu merupakan pendefinisian kawasan berdasarkan fungsi ruangnya Kawasan perkotaan memiliki kegiatan utama non pertanian, sedangkan kawasan perdesaan kegiatan utamanya adalah pertanian. Kawsan tertentu adalah kawasan yang memiliki nilai strategis dalam skala nasional dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.

2.2 KEDUDUKAN RTRW NASIONAL, RTRW PROPINSI, DAN RTRW KABUPATEN

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan

RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan RTRW Kabupaten memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya baik dari segi substansi maupun operasionalnya. Keterkaitan tersebut disebabkan karena wilayah kabupaten terdapat dalam suatu wilayah propinsi, dan

(8)

matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan RTRW Kabupaten) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya.

RTRW Nasional adalah strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara yang meliputi tujuan nasional dan arahan pemanfaatan ruang yang memperhatikan keterkaitan antar pulau dan antar propinsi. RTRW Nasional disusun pada tingkat ketelitian skala 1:1.000.000 dengan jangka waktu perencanaan selama 25 tahun.

RTRW Propinsi merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah propinsi yang berfokus pada keterkaitan antar kawasan/kabupaten/kota karena perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari wilayah lain di sekitarnya. RTRW Propinsi disusun pada tingkat ketelitian skala 1:250.000 dengan jangka waktu perencanaan selama 15 tahun. Pada jenjang berikutnya, RTRW Kabupaten disusun oleh daerah otonom kabupaten, dengan memperhatikan RTRW lainnya, pada tingkat ketelitian internal yang lebih dalam pada skala kabupaten dan akan dijelaskan pada bagian berikut.

dalam ruang wilayah negara. Jadi dalam penyusunan RTRW Kabupaten perlu juga memperhatikan keselarasannya dengan RTRW Propinsi dan Nasional.

RTRW Nasional menitikberatkan pada strategi pembangunan nasional dengan memberikan indikasi kawasan andalan dan kawasan tertentu yang dapat memacu pembangunan. Kawasan andalan adalah kawasan yang mempunyai nilai strategis dalam rangka mendukung perttumbuhan daerah sehingga pengembangannya perlu dilakukan secara bersama-sama oleh Pusat dan Daerah.

RTRW Propinsi ditandai dengan kawasan-kawasan fungsional yang terdapat dalam wilayah propinsi dan mendapat prioritas pengembangan.

Sedangkan penentuan kawasan prioritas pada tingkat kabupaten harus memperhatikan kawasan prioritas dalam RTRW Propinsi dan kawasan andalan/tertentu dalam RTRW Nasional. Kawasan prioritas dalam RTRW Propinsi dapat mencakup kawasan yang berada di luar kawasan andalan. Kawasan prioritas kabupaten maupun propinsi ditetapkan oleh masing-masing pemerintah kabupaten dan propinsi.

(9)

2.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

2.3.1 Skala dan Jangka Waktu RTRW Kabupaten

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten adalah rencana tata ruang dalam wilayah administrasi kabupaten dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:100.000 berjangka waktu perencanaan 10 tahun.

RTRW Kabupaten disusun berdasarkan perkiraan kecenderungan dan arahan perkembangan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya.

Penyusunan RTRW Kabupaten dilakukan dengan berazaskan kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan kaitannya dengan propinsi dan kabupaten sekitarnya.

Tingkat ketelitian peta dal mRTRW Kabupaten adalah 1:100.000 hingga 1:50.000. Jangka waktu perencanaannya adalah 10 tahun, jadi penyusunan tata ruang yang baru untuk wilayah kabupatn dilaksanakan setiap 10 tahun. Namun RTRW Kabupaten dapat disempurnakan atau ditinjau kembali dalam waktu kurang dari 10 tahun apabila dinilai perlu sebagai akibat dari dinamika pembangunan. Maka pihak yang terlibat dapat merujuk pada Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten.

Keterpaduan berarti bahwa rencana yang dihasilkan dapat menciptakan satu kesatuan perkembangan di segala sektor.

Keterkaitan berarti bahwa rencana yang dihasilkan dapat menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara sektor yang satu dengan yang lain.

Keseimbangan berarti perkembangan suatu sektor seimbang dengan perkembangan sektor lainnya

2.3.2 Tujuan dan Sasaran RTRW Kabupaten

Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan

(10)

lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Sasaran dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah:

● Terkendalinya pembangunan di

wilayah kabupaten baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat;

● Terciptanya keserasian antara

kawasan lindung dan kawasan budidaya;

● Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah kabupaten;

● Terdorongnya minat investasi

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten.

● Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

2.3.3 Fungsi RTRW Kabupaten Fungsi dari RTRW Kabupaten adalah:

● Sebagai matra keruangan dari

pembangunan daerah;

● Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;

● Sebagai alat untuk mewujudkan

keseimbangan perkembangan antar

Fungsi utama dari RTRW Kabnupaten ini yaitu untuk mewujudkan struktur dan pola tata ruang yang dinamis sehingga tercipta kesinambungan baik dalam imternal kabupaten maupun dalam konstelasi wilayah yang lebih luas. Yang dimaksud sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah ini yaitu bahwa RTRW kabupaten menjadi ceerminan

(11)

wilayah kabupaten dan antar kawasan serta keserasian antar sektor;

● Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta;

● Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan;

● Sebagai dasar pengendalian

pemanfaatan ruang;

● Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.

dalam struktur dan pola tata ruang dalam pembangunan yang dilaksanankan di daerah. RTRW Kabupaten juga berfungsi sebagai dasar kebijakan dalam struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam wilayah kabupaten tersebut. Selain itu RTRW Kabupaten juga berfungsi sebagai pengendali atau pengontrol dalam pemanfaatan ruang yang telah dilakukan.

2.3.4 Kedalaman Substansi RTRW Kabupaten

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten disusun dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan ketelitian atau skala petanya. Unit analisis yang digunakan di dalam RTRW Kabupaten adalah unit kecamatan sedangkan sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan sekunder.

Unit kecamatan dijadikan unit analisis dalam RTRW Kabupaten. Untuk prasarana jalan, unit primer yaitu untuk jalan regional atau menghubungkan dua atau lebih kabupaten/kota. Sedangkan jalan sekunder merupakan jalan lokal atau digunakan dalan internal kabupaten itu sendiri. Jaringan sistem primer merupakan jaringan utama yang langsung berhubungan dengan sumber. Jaringan primer pada sistem transportasi adalah jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan yang berhirarki sama. Sistem primer pada jaringan jalan terdiri dari arteri primer dan kolektor primer.

Jaringan sekunder merupakan hasil penyambungan atau distribusi dari jaringan primer. Jaringan sekunder pada sistem transportasi terdiri dari arteri sekunder dan

(12)

kolektor sekunder. Jaringan sekunder tersebut menghubungkan pusat-pusat yang hirarkinya berbeda.

2.3.5 Produk RTRW Kabupaten

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten disajikan dalam beberapa produk yang terdiri dari:

1 Buku Data dan Analisis;

2 Buku Rencana;

3 Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:100.000.

Produk RTRW kabupaten dibagi menjadi tiga bagian yaitu Buku Data dan Analisis, Buku Rencana, dan Album Peta dengan skala 1:100.000-1:50.000.

BAB 3 PROSES DAN MEKANISME PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

3.1 PROSES PENYUSUNAN RENCANA Proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten meliputi tahapan-tahapan berikut:

● Persiapan penyusunan;

● Peninjauan kembali RTRW

Kabupaten sebelumnya;

● Pengumpulan data dan informasi;

● Analisis;

● Konsepsi atau perumusan konsep rencana;

● Legalisasi rencana menjadi

Peraturan Daerah.

Terdapat enam tahapan dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten yaitu tahap persiapan penyusunan sebagai tahap awal. Kemudian dilanjutkan dengan tahap peninjauan kembali RTRW kabupaten tersebut yang telah disusun pada periode sebelumnya apabila ada. Kemudian tahap pengumpulan data. Dilanjutkan degan tahap analisis. Kemudian tahap penyusunan konsep rencana yang akan digunakan dalam pengembangan wilayah kabupaten tersebut. Dan yang terakhir adalah tahap legalisasi atau pengesahan dari RTRW tersebut sebagai finalisasi dari penyusunan RTRW Kabupaten.

(13)

3.1.1 Persiapan Penyusunan

Dalam tahapan persiapan ini, dilakukan beberapa kegiatan yang akan menunjang kelancaran penyusunan RTRW Kabupaten, yaitu :

1. Menyusun kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR) termasuk di dalamnya agenda pelaksanaan dan tenaga ahli yang diperlukan;

2. Membentuk tim pelaksana yang terdiri dari tim pengarah, tim teknis, dan tim supervisi;

3. Menyiapkan kelengkapan

administrasi;

4. Menyiapkan pengadaan jasa konsultansi;

5. Menyusun program kerja dan tim ahli apabila akan dilakukan secara swakelola;

6. Persiapan teknis, antara lain meliputi perumusan substansi secara garis besar, penyiapan checklist data dan kuesioner, penyiapan metode pendekatan dan peralatan yang diperlukan;

7. Perkiraan biaya penyusunan

RTRW Kabupaten.

Kerangka acuan kerja atau TOR yang telah disusun dijadikan dasar dari agenda kerja dan progeram-program yang akan dilaksanakan dalam proses penyusunan ini. Tim pelaksanan penyusunan RTRW Kabupaten bisa dari pemerintah (daerah), swasta (konsultan), masyarakat, LSM, dan sebagainya.

Untuk tim pengarah dan tim sueprvisi sebaiknya dari pihak pemerintah. Sedangkan untuk tim teknis dapat dari pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat sesuai dengan komitmen masing-masing.

3.1.2 Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Sebelumnya

(14)

Apabila kabupaten sudah mempunyai RTRW Kabupaten dan diperlukan suatu peninjauan kembali maka dilakukan evaluasi terhadap RTRW tersebut yang mencakup aspek-aspek berikut:

● Kelengkapan data;

● Metodologi yang digunakan;

● Kelengkapan isi rencana dan peta rencana;

● Tinjauan terhadap pemanfaatan

rencana;

● Tinjauan pengendalian;

● Kelembagaan;

● Aspek legalitas;

● Proses penyusunan rencana.

Evaluasi tersebut pada dasarnya untuk menilai tingkat kesahihan rencana, pengaruh faktor eksternal, dan simpangan rencana sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten dan digunakan sebagai masukan bagi penentuan langkah-langkah perbaikan rencana.

Maksud dari dilakukannya peninjauan kembali terhadap RTRW Kabupaten yang sebelumnya yaitu untuk mengevaluasi bagaimana RTRW pada periode yang sebelumnya diimplementasikan. Kesalahan-kesalahan dan simpangan-simpangan apa saja yang muncul dalam pelaksanaannya. Kemudian juga menentukan bagaimana antisipasi dari kesalahan-kesalahan yang terjadi tersebut. Selain itu juga dimaksudkan untuk menilai tingkat keakuratan rencana dalam pengimplementasiannya.

3.1.3 Pengumpulan Data dan Informasi Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah dan kecenderungan perkembangannya. Data dan informasi tersebut berdasarkan runtun waktu (time series) selama sepuluh tahun terakhir hingga saat tahun penyusunan. Data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah

(15)

secara umum mencakup:

● Data dan peta kebijaksanaan

pembangunan;

● Data dan peta kondisi sosial ekonomi;

● Data dan peta sumberdaya manusia;

● Data dan peta sumberdaya buatan;

● Data dan peta sumberdaya alam;

● Data dan peta penggunaan lahan;

● Data pembiayaan pembangunan;

● Data kelembagaan. 3.1.4 Analisis

Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan kebijaksanaan pembangunan wilayah yang ada. Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi sekarang dan kecenderungan di masa depan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan dalam proses pengumpulan data dan informasi. Aspek-aspek yang dianalisis meliputi:

● Analisis kebijakan dan strategi

pengembangan kabupaten;

● Analisis regional;

● Analisis ekonomi dan sektor

unggulan;

● Analisis sumberdaya manusia;

● Analisis sumberdaya buatan;

● Analisis sumberdaya alam;

● Analisis sistem permukiman;

Analisis akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab 4.

(16)

● Analisis penggunaan lahan;

● Analisis pembiayaan pembangunan;

● Analisis kelembagaan.

3.1.5 Perumusan Konsep RTRW Kabupaten

Perumusan konsep RTRW Kabupaten diawali dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi potensi dan masalah pemanfaatan ruang tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang namun juga potensi dan masalah yang akan mengemuka di masa depan. Identifikasi dari potensi dan masalah tersebut membutuhkan terjalinnya komunikasi antara perencana dengan masyarakat yang akan terpengaruh oleh rencana.

Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang harus mencerminkan visi dari masyarakat setempat. Selanjutnya, dilakukan perumusan strategi dan kebijakan tata ruang kabupaten. Rumusan konsep RTRW Kabupaten yang dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:100.000 mencakup:

● Rencana Struktur dan Pola

Pemanfaatan Ruang;

● Rencana Pengelolaan Kawasan

Lindung dan Kawasan Budidaya;

● Rencana Pengelolaan Kawasan

Perdesaan, Kawasan Perkotaan, dan

Konsep merupakan jiwa dari pengembangan wilayah. Konsep dijadikan dasar dalam merencanakan tata raung suatu wilayah. Artinya konsep harus disusun dengan baik dan sesuai dengan kondisi wilayah yang bersangkutan agar pembangunan daerah dapat berjalan dengan optimal.

Dari visi dan misi kabupaten (biasanya terdapat dalam Propeda) dapat diturunkan menjadi Analisis SWOT Kabupaten tersebut, dengan memperhitungkan faktor eksternal dan internalnya. Setelah dilakukan analisis, dapat dsusun tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh kabupaten yang bersangkutan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian dari tujuan dan sasaran tersebut, maka dapat dihasilkan konsep pengembangan wilayahnya.

Alternatif konsep atau strategi pengembangan wilayah yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. Development from Above atau top

down

● Esensi perkembangan dari wilayah inti atau sektor dinamis kemudian menjalar ke wilayah atau sektor lain.

● Unit ekonomi yang dominan dapat menjalari unit ekonomi lainnya.

(17)

Kawasan Tertentu;

● Rencana Sistem Prasarana

Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan, dan Prasarana Pengelolaan Lingkungan;

● Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya;

● Rencana Sistem Kegiatan

Pembangunan.

teknologi tinggi.

● Namun konsep ini tidak dapt

diterapkan di kabupaten yang belum berkembang karena hirarki kotanya masih belum jelas.

● Membutuhkan jangka waktu

perencanaan yang lama.

2. Development from Below atau bottom up

● Reaksi atas anggapan bahwa konsep top down tidak dapat diterapkan di kabupaten yang belum berkembang.

● Dasar dari pengembangan yaitu

kesejahteraan.

● Perkembangan didasarkan pada

potensi masyarakat lokal.

● Indikatornya dapat dilihat dari

tercukupinya kebutuhan dasar.

● Yang dikembangkan adalah sektor

pertanian (ekstensifikasi).

● Hanya dapat diterapkan di kabupaten yang jumlah penduduknya besar agar dapat mengolah sumberdaya alam di daerah tersebut.

● Tidak perlu mendatangkan kerja dari luar.

● Harus jauh dari pusat kota untuk mencegah terjadinya backwash effeck, dan mencegah terjadinya urbanisasi.

3. Local Economic Development

(18)

yaitumaksimisasi potensi lokal namun tetap memperhitungkan pengaruh luar.

● Kekuatan lokal tanpa memgabaikan perkembangan global.

● Kerja sama modal oleh pemerintah lokal yang sifatnya kewirausahaan.

● Yang perlu dikembangkan adalah

kelembagaan terlebih dahulu, baru kemudian infrastrukturnya.

● Melalui penggalakkan investasi lokal dan stimulasi pengusaha.

● Memanfaatkan ekonomi global untuk menumbuhkan ekonomi lokal.

3.2 KELEMBAGAAN DALAM PROSES PENYUSUNAN

Bentuk-bentuk kelembagaan yang terlibat dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten dapat berbeda antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya sesuai dengan ciri, kondisi, dan kebutuhan kabupaten serta seiring dengan penerapan Otonomi Daerah. Walaupun demikian, kelembagaan penataan ruang yang melibatkan berbagai pihak tersebut secara umum dapat dikelompokkan sebagai lembaga formal pemerintahan, lembaga fungsional, dan organisasi kemasyarakatan.

3.2.1 Lembaga Formal Pemerintahan Unit yang diberikan tanggung jawab utama atas penataan ruang di daerah pada umumnya adalah lembaga yang ditunjuk oleh Bupati yang biasanya berada di Bappeda, Dinas

Kelembagaan dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten melibatkan berbagai pihak yang dapat dikelompokkan menjadi :

1. Lembaga Formal Pemerintahan Bappeda, Dinas Kimpraswil.

2. Lembaga Fungsional Tim

Penyusun RTRW Kabupaten , tim pengarah penataan ruang daerah, tim pelaksana teknis RTRW Kabupaten. 3. Organisasi Kemasyarakatan LSM,

(19)

PU/Kimpraswil atau Dinas Tata Ruang. 3.2.2 Lembaga Fungsional

Dalam penyusunan RTRW Kabupaten, perlu dibentuk tim adhoc yang mempunyai tugas memberikan arahan terhadap pihak yang menyusun RTRW Kabupaten dan sekaligus sebagai penanggungjawab substansi rencana. Tim ini umumnya melibatkan unsur-unsur dari pemerintah yang terdiri Bappeda, Dinas PU/Kimpraswil/Tata Ruang, BPN, BKPMD, perguruan tinggi, dan instansi terkait lainnya. Sebagai contoh, beberapa Daerah Kabupaten telah memiliki Tim Koordinasi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten (TKPRK), yang terdiri atas tim pengarah penataan ruang daerah dan tim pelaksana/teknis penyusunan rencana tata ruang.

Tugas tim pengarah :

● Memberikan arahan kepada tim

pelaksana penyusunan RTRW Kabupaten.

● Memberikan masukan, komentar, dan tanggapan atas laporan yang disusun.

● Menyiapkan bahan untuk penyusunan Perda.

Tugas tim pelaksana antara lain :

● Menyiapkan anggaran.

● Menyiapkan jadwal kegiatan

● Menyiapkan program kerja

● Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi.

● Menyiapkan kerangka acuan kerja.

● Mengendalikan konsultan

penyusunan RTRW Kabupaten (jika dilakukan secara dikontrakkan).

(20)

3.2.3 Organisasi Kemasyarakatan Selain lembaga-lembaga di atas, dalam penyusunan RTRW Kabupaten perlu organisasi-organisasi kemasyarakatan. Contoh dari organisasi kemasyarakatan adalah

Forum Pemerhati Penataan Ruang.

Gambar 3.1 Mekanisme Keterkaitan Masyarakat, Pemerintah, dan Tim Penyusun dalam Proses Penyusunan RTRW Kabupaten

Hubungan antara masyarakat dengan pemerintah yaitu pemerintah memberikan informasi mengenai proses penyusunan RTRW Kabupaten melalui pengumuman kepada masyarakat. Setelah itu masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses penyusunannya mulai dari tahap awal hingga akhir, berupa pemberian masukan, tanggapan, kritik, maupun sanggahan.

Hubungan antara tim penyusun RTRW Kabupaten dengan pemerintah yaitu Tim Penyusun bisa berasal dari instansi-instansi pemerintah atau ahli-ahli perencanan tat ruang yang berasal dari pemerintah. Selain itu pemerintah juga perlu memberi dukungan terhadap berlangsungnya proses penyusunan RTRW Kabupaten ini.

Hubungan antara tim penyusun dengan masyarakat yaitu tim penyusun RTRW Kabupaten juga dapat berasal dari kalangan masyarakat (konsultan, LSM,para pemuka,dsb). Masyarakat juga perlu memberi dukungan dalam pelaksanaan penyusunan RTRW Kabupaten tersebut.

3.3 PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN Dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten, peran serta masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses dimulai dari tahap persiapan sampai pada tahap pengesahan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten harus selalu

Bentuk partisipasi masyarakat yang dapat diusulkan adalah informing. Informing di sini maksudnya pemerintah dan perencana berkewajiban untuk menginformasikan perihal penyusunan RTRW kepada masyarakat dan masyarakat berhak untuk ikut serta dalam penyusunannya. Namun

Masyarakat Pemerintah

Tim Penyusun RTRW Kabupaten

(21)

mengundang masyarakat untuk ikut terlibat dalam setiap tahapan penyusunan RTRW Kabupaten.

Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten dapat berupa:

● Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan;

● Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan;

● Pemberian masukan dalam

perumusan RTRW Kabupaten;

● Pemberian informasi atau pendapat dalam pernyusunan strategi penataan ruang;

● Pengajuan keberatan atau sanggahan terhadap rancangan RTRW Kabupaten;

● Kerjasama dalam penelitian dan

pengembangan;

● Bantuan tenaga ahli.

wewenang dalam pengambilan keputusan berada di tangan pemerintah (pemerintah daerah), masyarakat dapat memberikan usulan, masukan, keberatan, dan sebagainya. Namun yang berwewenang untuk mengambil keputusan final yaitu pemerintah.

3.3.1 Peran Serta Masyarakat dalam Persiapan Penyusunan

Wujud peran serta masyarakat dalam persiapan penyusunan dimulai dengan mengetahui penyusunan RTRW Kabupaten melalui pengumuman. Pengumuman tersebut menjadi kewajiban dari pihak Pemerintah Kabupaten, dan dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, dan forum pertemuan.

(22)

3.3.2 Peran Serta Masyarakat dalam Penyusunan Rencana

Peran serta masyarakat dalam tahap penyusunan rencana dapat dilakukan pada langkah-langkah penentuan arah pengembangan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan rencana, hingga penetapan rencana (melalui DPRD Kabupaten). Peran serta tersebut berbentuk pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, atau masukan serta pemberian data atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Tindak lanjut dari masukan tersebut menjadi kewajiban dari pihak Pemerintah Kabupaten yang dapat diwujudkan melalui pembahasan yang dilakukan dalam forum pertemuan yang lebih luas dengan melibatkan para pakar dan tokoh masyarakat bersama Pemerintah Kabupaten. Instansi yang berwenang selanjutnya menyempurnakan Rancangan RTRW Kabupaten dengan memperhatikan saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, atau masukan dari masyarakat dan hasil pembahasan dalam forum pertemuan.

Peran serta masyarakat ini merupakan indikasi dari kegiatan penataan ruang wilayah kabupaten yang bersifat transparan dan berbasiskan masyarakat. Untuk memeproleh masukan, informasi dan sanggahan dari masyarakat, pemerintah daerah terlebih dahulu harus mensosialisasikan rumusan konsep RTRW secara terbuka dan mengundang warga masyarakat untuk memberikan pendapatnya. Pedoman peran serta masyarakt dalam penyusunan RTRW masih dalam tahap penyusunan.

Dalam penyusunan rencana, masyarakat dilibatkan dalam penentuan arahan pengembangan, yaitu cita-cita dan harapan keadaan kabupaten pada masa yang akan datang yang didasarkan atas potensi-potensi yang dimiliki.

Dalam tahap ini pula masyarakat dapat memberikan saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan atau masukan serta pemberian data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hal tersebut diatas dilakukan dalam rangka mewujudkan RTRW yang disusun secara transparan, terpadu, partisipatif, bertanggungjawab dengan memperhatikan aspirasi dan kekhasan daerah .

3.4 PROSES LEGALISASI RTRW KABUPATEN

(23)

Peraturan Daerah dilakukan oleh DPRD Kabupaten. Langkah awal dari proses penetapan RTRW Kabupaten dimulai dengan mempresentasikan konsep akhir rencana tata ruang oleh tim penyusun di hadapan DPRD Kabupaten untuk dibahas sebagai rancangan Perda. Selanjutnya, konsep rencana tata ruang yang telah disempurnakan ditetapkan sebagai suatu Perda melalui sidang paripurna DPRD Kabupaten.

Tahapan dalam Proses Legalisasi RTRW Kabupaten adalah sebagai berikut :

3.5 PELAPORAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

Pelaporan penyusunan RTRW Kabupaten secara bertahap terdiri dari:

Cukup jelas.

Presentasi konsep akhir RTR oleh Tim Pengarah di hadapan DPRD Kabupaten

Disempurnakan setelah diberi masukan oleh pihak-pihak yang terlibat

Disahkan oleh Gubernur Propinsi

Ditetapkan sebagai Perda melalui Sidang Paripurna DPRD Kabupaten

Pengesahan Perda oleh Pusat melalui Mendagri

(24)

a. Laporan Pendahuluan (Inception Report);

b. Fakta dan Analisis; c. Konsep Rencana; d. Rencana;

e. Album Peta.

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta (tingkat ketelitian minimal skala 1:100.000) yang diperlukan di dalam analisis tersebut. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk: 1) memahami karakteristik unsur-unsur pembentuk ruang; 2) memahami hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah; 3) mengetahui beberapa fenomena yang ada. Aspek-aspek analisis yang dimaksud meliputi: 1. Kebijaksanaan pembangunan;

2. Analisis regional;

3. Ekonomi dan sektor unggulan; 4. Sumberdaya manusia; 5. Sumberdaya buatan; 6. Sumberdaya alam; 7. Sistem permukiman; 8. Penggunaan lahan; 9. Pembiayaan pembangunan; 10. Kelembagaan.

Perencanaan tata ruang dengan menggunakan pendekatan wilayah membutuhkan serangkaian anlisis wilayah yang bertujuan untuk memahami karakteristik unsur-unsur pembentuk ruang, memahami sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dan mengetahui beberapa fenomena yang ada.

(25)

4.1 KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

Analisis kebijaksanaan pembangunan adalah untuk memahami arahan kebijaksanaan pembangunan wilayah kabupaten yang bersangkutan dan kedudukannya dalam perspektif kebijaksanaan pembangunan nasional dan propinsi, serta untuk mengantisipasi dan

mengakomodasi program-program pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, selain dilakukan pengkajian terhadap tujuan dan sasaran pembangunan kabupaten yang bersangkutan, juga dilakukan pengkajian terhadap RTRWP dan RTRWN serta program-program sektoral untuk melihat peranan wilayah kabupaten dalam pembentukan pola dan struktur ruang nasional dan regional.

Kebutuhan Data/Peta

Data yang dibutuhkan dalam analisis kebijaksanaan pembangunan meliputi:

1. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN);

2. Program Pembangunan Nasional (Propenas);

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);

4. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP);

Analisis Kebijakan Pembangunan ini dimakasudkan untuk menjaga konsistensi antara RTRW Kabupaten yang akan disusun dengan kebijakan pembangunan yang terdapat di kabupaten yang bersangkutan. Selain itu juga yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan yang berada di tingkat propinsi dan tingkat nasional. Selain itu analisis kebijakan pembangunan ini juga dimaksudkan untuk mengakomodasi program-program pembangunan sektoral (mis:sektor pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, transportasi, rekreasi, dsb) yang terdapat di kabupaten tersebut.

(26)

5. Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi dan Kabupaten;

6. Program sektoral. 4.2 ANALISIS REGIONAL

Analisis regional dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan kabupaten dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya.

Kebutuhan Data/Peta

1. Data satuan wilayah sungai (SWS) dan daerah pengaliran sungai (DPS);

2. Ekosistem wilayah; 3. Sistem jaringan transportasi; 4. Sistem pergerakan barang dan

modal;

5. Pola migrasi penduduk;

6. Karakteristik budaya (suku, adat, agama, dan ras).

Analisis Regional dimaksudkan untuk potensi kabupaten dalam konstelasi wilayah yang lebih luas (propinsi maupun nasional). Melalui analisis ini juga diharapakan dapat diketahu mengenai peluang dan ancaman faktor eksternal.

Analisis regional juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan melihat gambaran kondisi eksisting suatu kabupaten secara internal maupun eksternal.

4.3 EKONOMI DAN SEKTOR

UNGGULAN

Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Dalam pengertian tersebut, analisis ekonomi diarahkan untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam

Analisis Ekonomi dan sektor unggulan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi seluruh potensi ekonomi yang terdapat di kabupaten. Mulai dari unit ekonomi skala rumah tangga hingga unit eknmi skala besar. Dan melihat keterkaitannya dengan wilayah yang lebih luas (propinsi dan nasional).

(27)

wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah kabupaten.

Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten.

Kebutuhan Data/Peta

Data dan/atau peta perekonomian yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto; 2. Income per capita;

3. APBD;

4. Jumlah dan besar investasi pemerintah dan swasta;

5. Jumlah tenaga kerja di sektor formal dan informal;

6. Jumlah pengangguran;

7. Jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara.

4.4 SUMBERDAYA MANUSIA Analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk memahami aspek-aspek kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk memahami faktor-faktor sosial

Perkembangan suatu kabupaten dipengaruhi oleh sumber daya manusia di dalamnya. Analisis terhadap aspek sosial dan kependudukan sangat penting untuk mengidentifikasi kualitas sumber daya manusia dan faktor sosial kemasyarakatan. Contoh : Analisis terhadap Laju Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Ketergantungan,

(28)

kemasyarakatan yang mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan kausalitas diantara faktor-faktor tersebut. Dari hasil analisis ini dapat diketahui sebaran/distribusi, struktur, kualitas, karakteristik masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kendala dalam pengembangan serta potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan.

Kebutuhan Data/Peta

Data sumberdaya manusia yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk; 2. Kepadatan penduduk; 3. Pertumbuhan penduduk;

4. Penduduk menurut mata

pencaharian;

5. Penduduk menurut tingkat

pendidikan;

6. Penduduk menurut struktur usia;

7. Penduduk menurut struktur

agama;

8. Penduduk menurut jenis kelamin;

9. Penduduk menurut struktur

pendapatan;

10. Jumlah kepala keluarga;

11. Angka kelahiran dan angka

kematian;

12. Tingkat mobilitas penduduk; 13. Tingkat harapan hidup; 14. Tingkat buta huruf.

komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan kerja, dsb. Selain itu juga untuk mengidentifikasi pola penyebaran penduduk, dan untuk melakukan proyeksi penduduk.

(29)

4.5 SUMBERDAYA BUATAN

Secara umum, analisis sumberdaya buatan dilakukan untuk memahami:

● Kondisi dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah;

● Potensi dan kemungkinan kendala yang dihadapi dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana wilayah.

Yang dimaksud dengan sumber daya buatan yaitu sistem jaringan sarana dan prasarana dalam suatu kabupaten maupun yang menghubungkan dengan kabupaten-kabupaten dan kota-kota di sekitarnya. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat tingkat pelayanan jaringan prasarana dan sarana eksisting. Infrastruktur meliputi: jaringan transportasi (jalan, jembatan, terminal, pelabuhan), saluran air bersih, saluran limbah cair, fasilitas pembuangan sampah, drainase, jaringan listrik, telekomunikasi, bangunan umum, taman dan tempat rekreasi. Menganalisis perbandingan antara tingkat pelayanan dan kebutuhan.

4.5.1 Sistem Prasarana Transportasi Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi darat, air, dan udara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai:

● Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam wilayah maupun antar wilayah kabupaten, dengan melihat pengumpul hasil produksi, pusat kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa;

● Kecenderungan perkembangan

prasarana transportasi yang ada;

● Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.

Transportasi adalah pergerakan orang atau barang dari suatu lokasi ke loaksi lain. Semakin tinggi sosial ekonomi dan intensitas land use nya maka semakin tinggi pula pergerakannya.

Sistem kegiatan Sistem

jaringan

(30)

Kebutuhan Data/Peta

Data dan peta sistem prasarana transportasi darat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Pola jaringan jalan dan rel kereta api; 2. Kondisi jalan;

3. Status dan fungsi jalan;

4. Volume aliran barang dan

penumpang;

5. Pola pergerakan (asal dan tujuan) barang dan penumpang;

6. Lokasi dan volume bongkar-muat di terminal.

Data dan peta sistem prasarana transportasi air (sungai, danau, penyebarangan, dan laut) yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Pola jaringan/alur pelayaran; 2. Jenis-jenis pelayaran; 3. Asal dan tujuan pelayaran;

4. Volume aliran barang dan penumpang pelayaran;

5. Lokasi dan volume bongkar-muat ponton/dermaga/pelabuhan.

Data dan peta sistem prasarana transportasi udara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Pola jaringan penerbangan; 2. Jenis-jenis penerbangan; 3. Asal dan tujuan penerbangan;

4. Volume aliran barang dan

penumpang;

5. Lokasi dan kapasitas bandar udara.

Empat tahap permodelan transportasi:

1. Trip Generation Model : menentukan besar pergerakan yang diproduksi dan besar pergerakan yang kasuk ke zona ini. 2. Trip Distribution Model : menetukan asal

dan tujuan pergerakan.

3. Modal Split : Menentukan alternatif moda angkutan yang akan dipilih dalam pergerakan.

4. Trip Assignment : menentukan alternatif lintas yang akan digunakan.

(31)

4.5.2 Sistem Prasarana Pengairan

Analisis sistem prasarana pengarian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai :

● Keterkaitan fungsional antara sumber-sumber air baku dengan lokasi atau kawasan industri, pertanian, permukiman, dan sebagainya;

● Kecenderungan perkembangan

pelayanan prasarana pengairan yang ada;

● Kondisi sumber air dikaitkan dengan upaya pelestarian;

● Standar kebutuhan air baku pada masing-masing kegiatan.

Kebutuhan Data/Peta

Data sistem prasarana pengairan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Pola jaringan pengairan/irigasi;

2. Kapasitas dan volume pelayanan pengairan;

3. Luas area yang terlayani dan volume pemakaian;

4. Lokasi, fungsi, dan kapasitas

instalasi/bangunan pengairan;

5. Lokasi, jenis, dan kapasitas sumber-sumber air.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai kapasitas pelayanan prasarana pengairan yang ada saat ini dikaitkan dengan kebutuhan yang ada.

Keluaran yang diharapkan dari analisis ini berupa neraca air yang telah memperhitungkan semua sektor pengguna air dan semua sumber air yang ada.

4.5.3 Sistem Prasarana Wilayah Lainnya Termasuk di dalam sistem prasarana wilayah lainnya adalah prasarana energi/listrik, telekomunikasi, pengelolaan lingkungan (seperti sampah, air limbah dan air

(32)

bersih), prasarana kota, dan sebagainya. Idenfikasi ini dimaksudkan untuk menemui dan mengenali fungsi, kondisi, dan tingkat pelayanan prasarana wilayah tersebut.

Kebutuhan data yang harus dipenuhi adalah pola jaringan, kapasitas dan volume pelayanan, luas area dan volume pelayanan, serta lokasi, fungsi, dan kapasitas instalasi. 4.6 SUMBERDAYA ALAM

Analisis terhadap sumberdaya alam dimaksudkan untuk memahami kondisi, daya dukung lingkungan, dan untuk memahami tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya lahan/tanah, sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya hutan, dan sumberdaya alam lainnya serta potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam menunjang pengembangan wilayah kabupaten.

Cukup jelas.

4..6.1 Sumberdaya Tanah

Analisis sumberdaya tanah dilakukan untuk mengidentifikasi potensi pengembangan berdasarkan kesesuaian tanah merekomendasikan tentang peruntukan bagi kegiatan budidaya (kawasan permukiman, pertanian, perkebunan, pariwisata, pertambangan, industri, dan lain-lain) dan kawasan lindung.

Kebutuhan Data/Peta

Data dan peta sumberdaya tanah yang

Analisis ini memperhatikan :

● Ketersediaan dan pengembangan lahan.

● Produktivitas lahan dan sebaran

penguasaan lahan.

● Bentuk perubahan fungsi lahan.

Dalam analisis ini dilakukan pengkajian terhadap :

● Faktor-faktor yang mempengaruhi

alokasi pemanfaatan lahan.

(33)

dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan lahan; 2. Kemiringan lahan; 3. Jenis tanah;

4. Geologi tata lingkungan; 5. Morfologi;

6. Iklim.

masyarakat.

● Bentuk intervensi pemerintah dalam pengendalian pemanfaatan lahan.

4.6.2 Sumberdaya Air

Analisis terhadap sumberdaya air dilakukan untuk memahami bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya air.

Kebutuhan Data/Peta

Data sumberdaya air yang diperlukan meliputi:

1. Kebutuhan dan debit air; 2. Peruntukan air; 3. Curah hujan tahunan; 4. Distribusi hujan;

5. Hidrologi (pola aliran sungai);

6. Hidrogeologi (air tanah dan

permukaan); 7. Sebaran sumber air; 8. Daerah resapan air; 9. Rawa dan daerah banjir..

Analisis ini perlu memperhatikan :

● Sebaran sumber-sumber air dan

perkiraan kapasitas produksi air.

● Kondisi dari pemanfaatan air.

● Kemungkinan distribusi/alokasi

pemanfaatan air.

● Kemungkinan perluasan dan

pengembangan kawasan budidaya pantai, laut,dan zona ekonomi eksklusif.

4.6.3 Sumberdaya Udara

Analisis terhadap sumberdaya udara dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya udara dalam rangka

Analisis ini perlu memperhatikan :

● Sebaran pemanfaatan ruang udara pada kawasan budidaya.

● Peningkatan kualitas udara.

(34)

pengembangan kawasan yang menjaga kualitas udara.

Kebutuhan Data/Peta

Analisis terhadap sumberdaya udara membutuhkan data/peta berikut:

1. Jalur-jalur penerbangan;

2. Kegiatan produksi yang menimbulkan pencemaran udara.

pencemaran udara.

● Kemungkinan pengembangan kawasan yang dapat meningkatkan kualitas udara.

4.6.4 Sumberdaya Hutan

Analisis terhadap sumberdaya hutan dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan kawasan dalam menunjang fungsi hutan baik untuk perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan sebagainya.

Kebutuhan Data/Peta

Data dan peta sumberdaya hutan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Sebaran dan luas hutan produksi terbatas;

2. Sebaran dan luas hutan produksi tetap;

3. Sebaran dan luas hutan yang dapat dikonversi;

4. Sebaran dan luas hutan lindung; 5. Densitas dan produksi hasil hutan.

Analisis ini perlu memperhatikan :

● Sebaran dan kondisi penggunaan hutan.

● Daya dukung kawasan dalam

menunjang hutan baik untuk perlindungan maupun kegiatan produksi.

● Kesesuaian lahan bagi penggunaan

hutan produksi, hutan lindung, hutan konversi, dsb.

(35)

4.6.5 Sumberdaya Alam Lainnya

Analisis sumberdaya alam lainnya dapat mencakup sumberdaya hayati dan non-hayati yang dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya tersebut.

Cukup jelas.

4.7 SISTEM PERMUKIMAN

Analisis sistem permukiman dilakukan untuk memahami kondisi, jumlah, jenis, letak, ukuran, dan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman di wilayah kabupaten yang digambarkan dengan sistem hirarki dan fungsi kawasan permukiman.

Kebutuhan Data/Peta

Data/peta sistem permukiman yang dibutuhkan adalah:

1. Kondisi permukiman; 2. Jumlah permukiman; 3. Jenis permukiman;

4. Letak dan sebaran konsentrasi kegiatan permukiman perkotaan dan perdesaan;

5. Luasan permukiman.

Analisis Sistem Permukiman meliputi :

● Sebaran dari konsentrasi kegiatan permukiman perkotaan, perdesaan, dan kaitannya dengan kegiatan produksi sekitarnya.

● Sistem pusat permukiman perkotaan atau sistem kota yang mencakup fungsi kota, hirarki kota, dan keterkaitan antara kota dan dengan kawasan perdesaan yang dipengaruhi oleh jaringan transportasi.

Identifikasi sistem permukiman menggambarkan karakterisitk satuan permukiman dan kontribusinya terhadap pengembangan wilayah.

Pendekatan pertumbuhan permukiman dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola permukiman antara kawasan perkotaan dengan perdesaan, dan besaran permukiman yang terjadi.

Pendekatan fungsi permukiman dimaksudkan untuk mengidentifikasi fungsi sosial dan ekonom imasyarakat yang mempengaruhi pembangunan. Metode yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut :

(36)

• Skala Guttman yang didasari fungsi pelayanan, fasilitas infrastruktur, dan kegiatan ekonomi yang membuat suatu permukiman membentuk sentralisasi dalam sistem spatial. Threshold Analysis yang didasari unsur jumlah peenduduk yang dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu pelayanan, fasilitas, dan infrastruktur yang ada dalam suatu wilayah.

Weighted Centrality Index, digunakan untuk mengukur kompleksitas fungsional.

Skalogram, digunakan untuk melihat hirarki permukiman berdasarkan jumlah dan kelengkapan jenis fasilitas sosial ekonomi yang dimiliki.

Analisis Sistem Kota

• Dalam Pedoman ini belum terdapat penjelasan secara eksplisit mengenai cara menentukan sistem kota di suatu kabupaten.

• Analisis sistem kota dimaksudkan untuk menentukan hirarki kota di suatu kabupaten.

• Metode Analisis Pembobotan dan pengelompokan cluster kota berdasarkan variabel-variabel seperti kepadatan penduduk, kelengkapan

(37)

sarana dan prasarana.

• Variabel lainnya yaitu jumlah rumah tangga petani. Di mana diketahui bahwa karakterisistik penduduk perkotaan yaitu bermata pencaharian non pertanian..

• Semakin besar persentase wilayah terbangun, di mana apabila persentase wilayah terbangunnya semakin besar maka menempati tingkat yang semakin tinggi.

• Pengurutan kluster kota dapat

menggunakan penilaian berdasarkan pembobotan.

4.8 PENGGUNAAN LAHAN

Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.

Analisis Penggunanan Lahan ini dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam penggunaan lahan yang diperbolehkan untuk suatu peruntukan tertentu. Selain itu juga agar lahan yang tersedia dapat digunakan untuk mendukung berbagai aktivitas di atasnya. Serta untuk menghindari penggunnan lahan yang tidak sesuai antara karakteristik fisik lahan dengan jenis kegiatannya. Kemudian dari hasil analisis ini dapat dibuat standar bagi perletakan penggunaan lahan.

(38)

Kebutuhan Data/Peta

Data/peta penggunaan lahan yang dibutuhkan adalah:

1. Jenis dan intensitas penggunaan lahan;

2. Luas lahan; 3. Harga tanah; 4. Status lahan;

5. Perubahan fungsi lahan; Ketersediaan lahan.

4.9 PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan dan besaran biaya pembangunan baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan sumber-sumber pembiayaan masyarakat, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya.

Kebutuhan Data

Data pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan adalah:

1. Besaran PAD; 2. APBD Kabupaten; 3. Besaran DAU; 4. Besaran DAK;

5. Besaran investasi swasta dan

masyarakat;

6. Besaran bantuan dan pinjaman luar negeri;

7. Besaran sumber pembiayaan lainnya.

Analisis ini memberikan pemaham nakerterkaitan antara saistem pembiayaan pembangunan dengasn sistem penataan ruang wilayah.

Analisis dilakukan terhadap masalah dan prospek pembiayaan pembangunan, administrasi keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Selain itu juga dilakukan analisis berbagai sumber keuangan yang ada dan yang potensial bagi pembiayaan pembangunan, serta bagaimanan alokasi/pengaturannya. Dan juga dilakukan analisis dampak fiskal akibat pembangunan, proses penyusunan anggaran, pengawasan, dan pelaporan.

(39)

4.10 KELEMBAGAAN

Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas Pemerintah Kabupaten dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi non-pemerintah (Ornop) dan perguruan tinggi.

Kebutuhan Data

Data kelembagaan yang dibutuhkan adalah: Struktur organisasi;

Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia; Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja;

Produk-produk Peraturan;

Bentuk-bentuk keterlibatan organisasi non-pemerintah dan perguruan tinggi.

Analisis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi posisi kelembagaan dalam kaitannya sebagai instrumen pemerintahan. Juga untuk mengukur potensi kelembagaan yang memiliki peran vital sebagai pelindung bagi tenaga kerja dan sebagai salah satu alat stabilisator baik secara makro maupun mikro. Analisis ini perlu untuk mengidentifikasi apakah terdapat tumpang tindih tugas dan wewenang kelembagaan. Dan menilai efektifitas dan efisiensi kinerja kelembagaan

(40)

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari:

1. Rencana Struktur dan Pola

Pemanfaatan Ruang;

2. Rencana Pengelolaan Kawasan

Lindung dan Budidaya;

3. Rencana Pengelolaan Kawasan

Perdesaan, Perkotaan, dan Tertentu; 4. Rencana Sistem Prasarana Wilayah; 5. Rencana Penatagunaan Tanah, Air,

Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya;

6. Rencana Sistem Kegiatan

Pembangunan

Cukup jelas.

5.1 RENCANA STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN RUANG Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang menggambarkan susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk struktur ruang kabupaten. Isi Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah seperti sistem pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal

Fungsinya untuk memberi arahan kerangka perkembangan wilayah dalam susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan yang saling berhubungan secara hirarkis dan mencerminkan strategi pemanfaatan ruang yang direncanakan. Materi yang diatur meliputi skala menurut junis dan lokasi dari kegiatan pelayanan dalam kabupaten dan sistem pelayanan prasarana kabupaten. Kegiatan pelayanan meliputi kesehatan, pendidikan, perdagangan, rekreasi, dan prasarana. Kedalaman materi sampai tingkat kecamatan.

(41)

dan kelas terminal.

Rencana Pola Pemanfaatan Ruang menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi Rencana Pola Pemanfaatan Ruang adalah delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan-kawasan budidaya dan delineasi kawasan lindung seperti di bawah ini:

A. Kawasan Lindung

A Kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya: 1. Kawasan hutan lindung 2. Kawasan bergambut

3. Kawasan konservasi dan resapan air

b. Kawasan perlindungan setempat: 1. Sempadan pantai

2. Sempadan sungai

3. Kawasan sekitar danau/waduk 4. Kawasan sekitar mata air

5.. Kawasan terbuka hijau termasuk didalammya hutan kota

c. Kawasan suaka alam: 1. Cagar alam 2. Suaka margasatwa d. Kawasan pelestarian alam:

1. Taman nasional 2. Taman hutan raya 3. Taman wisata alam 4. Kawasan cagar budaya

Fungsinya untuk memberi arahan tata guna lahan,. air, udara, dan sumberdaya alam lainnya dari kawasan lindung dan kawasan budidaya yang membentuk tata ruang kabupaten. Mengatur lokasi dan luas lahan untuk kegiatan regional dan lokal, kedalaman materi adalah pemanfaatan ruang yang dirinci dalam kawasan-kawasan.

(42)

e. Kawasan rawan bencana alam:

1. Kawasan rawan letusan gunung api

2. Kawasan rawan gempa bumi 3. Kawasan rawan tanah longsor 4. Kawasan rawan gelombang

pasang dan banjir f. Kawasan lindung lainnya:

1. Taman buru 2. Cagar biosfer

3. Kawasan perlindungan plasma nutfah

4. Kawasan pengungsian satwa 5. Kawasan pantai berhutan bakau B. Kawasan Budidaya

a. Kawasan hutan produksi:

1. Kawasan hutan produksi terbatas 2. Kawasan hutan produksi tetap 3. Kawasan hutan yang dapat

dikonversi

4. Kawasan hutan rakyat b. Kawasan pertanian:

1. Kawasan pertanian lahan basah 2. Kawasan pertanian lahan kering 3. Kawasan tanaman tahunan/

perkebunan

4. Kawasan peternakan 5. Kawasan perikanan c. Kawasan pertambangan:

1. Golongan bahan galian strategis 2. Golongan bahan galian vital 3. Golongan bahan galian yang tidak

(43)

termasuk kedua golongan di atas d. Kawasan peruntukan industri

e. Kawasan pariwisata f. Kawasan permukiman

g. Kawasan konservasi budaya dan sejarah (artefak/ bangunan bersejarah)

5.2 RENCANA PENGELOLAAN

KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA

Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya adalah bentuk-bentuk upaya pengelolaan untuk mewujudkan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang. Bentuk-bentuk upaya pengelolaan kawasan lindung dan budidaya meliputi:

a. Pengaturan kelembagaan, meliputi

pembagian kewenangan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya kepada Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa, swasta, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat secara langsung.

b. Program pemanfaatan, meliputi garis besar program-program pemanfaatan pada kawasan lindung dan budidaya untuk jangka panjang, menengah, dan pendek.

c. Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kesesuaian rencana untuk pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang dilakukan secara bersama-sama

Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya menentukan batasa wilayah atau delineasi antara kedua jenis kawasan dan berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan dari wilayah yang direncanakan.

Merupakan penjabaran dari arahan pengelolaan kawasan lindung yang terdapat di dalam RTRWP ke dalam rencana kegiatan penggunaan runag yang dijelaskan secara spatial dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:100.000-1:50.000. Untuk mengimplementasikan rencana tersebut maka perlu dilakukan pencegahan pembatasan dan pengurangan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Sedangkan yang dimaksud dengan ketentuan dan arahan pengembangan kawasan budidaya adalah rencana kegiatan yang rencana pengembangan kawasan budidaya untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan ruang.

(44)

oleh Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa dengan masyarakat.

d. Penertiban, meliputi tata cara dan prosedur penertiban terhadap pelanggaran-pelanggaran

pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

5.3 RENCANA PENGELOLAAN

KAWASAN PERDESAAN, PERKOTAAN, DAN TERTENTU

Dalam suatu wilayah kabupaten terdapat dua jenis kawasan fungsional yaitu kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan serta bisa terdapat kawasan tertentu. Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan, dan Kawasan Tertentu dirumuskan untuk mencapai keserasian hubungan fungsional antara kawasan-kawasan tersebut.

Bentuk-bentuk pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu meliputi:

a. Kelembagaan, meliputi pembagian kewenangan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu yang melibatkan Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa, swasta, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat secara langsung. Hubungan kerjasama dalam

pengelolaan kawasan perdesaan/perkotaan/tertentu juga dapat

Rencana pengelolaan ini menjelaskan fungsi dan kegiatan utama kota-kota, kawsan perkotaan, desa-desa, dan kawasan tertentu, serta keterkaitannya. Menekankan pada ketentuan dan arahan pengembangan dari kawasan perkotaan, perdesaan, dan tertentu.

(45)

melibatkan beberapa Pemerintah Kabupaten apabila kawasan mencakup dua atau lebih daerah otonom yang berbatasan secara langsung.

b. Program pemanfaatan, meliputi garis besar program pemanfaatan yang diindikasikan pada kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu untuk jangka panjang, menengah, dan pendek.

c. Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu. Misalnya untuk pengelolaan kawasan perdesaan, dirumuskan kebijakan pengendalian konversi pemanfaatan ruang yang

memperhatikan keberlanjutan pemenuhan kebutuhan hidup seperti

udara, air, dan pangan, mengingat dominannya sumberdaya alam di kawasan perdesaan. Aspek pengawasan dalam pengelolaan kawasan melibatkan Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa bersama-sama dengan masyarakat. d. Penertiban, meliputi tata cara dan

prosedur pelaporan terhadap pelanggaran pelaksanaan kebijakan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu.

5.4 RENCANA SISTEM

PRASARANA WILAYAH

(46)

Transportasi

Rencana Sistem Prasarana Transportasi dirumuskan dalam rangka pengembangan sistem prasarana transportasi untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi wilayah. Isi Rencana Sistem Prasarana Transportasi adalah:

● Penentuan fungsi jalan, yang meliputi penentuan jaringan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal baik primer maupun sekunder.

● Rencana pembangunan jalan dan

jembatan, yang meliputi pembangunan jalan/jembatan baru untuk membuka kawasan terisolasi atau untuk meningkatkan kemampuan pemasaran hasil-hasil produksi.

● Rencana lokasi terminal sesuai

dengan kelas pelayanan sebagai terminal wilayah dan terminal sub-wilayah.

● Rencana

pembangunan/pengembangan

pelabuhan sesuai dengan rencana tata ruang dan kelayakannya.

● Rencana

pembangunan/pengembangan bandar udara, sesuai dengan rencana tata ruang dan kelayakannya.

Materi yang diatur adalah jaringan pergerakan dan prasarana bagi angkutan jalan raya, kereta api, laut, udara, danau, sungai.dsb. Kedalaman yang diatur meliputi sistem primer dan sekunder. Misalnya untuk angkutan jalan raya harus mencakup jaringan jalan arteri, kolektor, dan lokal, baik primer maupun sekunder.

5.4.2 Rencana Sistem Prasarana Pengairan

Kebijakan pengembangan sistem prasarana pengairan perlu memprtimbangkan pola

(47)

Rencana Sistem Prasarana Pengairan ini dirumuskan dalam rangka pengembangan sistem prasarana pengairan untuk, penyediaan air baku bagi kebutuhan domestik dan industri, dan untuk pengembangan pertanian. Isi Rencana Sistem Prasarana Pengairan adalah sistem jaringan pengairan, fungsi dan pelayanan prasarana pengairan.

jaringan jalan sebagai salah satu dasar distribusi pengairan. Selain itu juga perlu mempertimbangkan karakteristik lahan (kemiringan, karakteristik tanah &batuan), dan pola distribusi penduduk.

5.4.3 Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi

Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi dirumuskan untuk meningkatkan kemudahan pelayanan telekomunikasi bagi dunia usaha dan masyarakat.

Juga perlu mempertimbangkan pola jaringan jalan eksisting karena sistem prasarana telekomunikasi bniasanya mengikuti pola jaringan jalan.

5.4.4 Rencana Sistem Prasarana Energi Rencana Sistem Prasarana Energi dirumuskan untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan energi dan kelistrikan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.

Cukup jelas

5.4.5 Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan dirumuskan untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya melalui

Dalam rencana sistem prasarana wilayah ini belum dibahas mengenai prasarana bangunan pengendali banjir seperti drainase, kanal, waduk, pintu air, dan sebagainya. Prasarana bangunan pengendali banjir ini merupkana elemen penting dalam pembangunan wilayah kabupaten di mana terdapat sistem kota di dalamnya. Jadi sebaiknya juga perlu

(48)

pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS), Tempat Pembuangan Akhir (TPA), serta sistem pengelolaan limbah cair dan limbah udara.

dicantumkan.

5.5 RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR, UDARA, HUTAN, DAN SUMBERDAYA ALAM LAINNYA

Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya berisi pengaturan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, hutan, dan sumberdaya alam lainnya.

Dimaksudkan agar penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara seksama sesuai dengan kegiatan produksi permukiman dan infrastruktur di kawasan budidaya serta mendukung pengelolaan kawasan lindung.

5.5.1 Rencana Penatagunaan Tanah Rencana Penatagunaan Tanah adalah upaya-upaya penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang yang meliputi pengaturan antara hak dan kewajiban masing-masing pemegang hak atas tanah.

Dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan lahan bagi kegiatan pembangunan, meningkatkan produktivitas tanah, intensitas kegiatan sesuai dengan fungsi kawasan, dan meningkatkan kelestarian lingkungan.

5.5.2 Rencana Penatagunaan Air

Rencana Penatagunaan Air meliputi pengaturan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan air dan sumber air yang berwujud lokasi, kuantitas, kualitas, dimensi waktu, jenis dan variasi pemanfaatan air untuk menjamin kebutuhan akan air dan menserasikan penggunaan air untuk

kegiatan-Dimaksudkan untuk mengembangkan sumberdaya air, meningkatkan ketersediaan dan suplai air baku, dan memelihara sumber-sumber air.

Gambar

Gambar 3.1 Mekanisme Keterkaitan  Masyarakat, Pemerintah, dan Tim Penyusun  dalam Proses Penyusunan RTRW Kabupaten
Tabel 4.1 Proses peninjauan kembali RTRW  Kabupaten sesuai tipologi
Tabel 4.2 Proses,  produk, dan tindak  lanjut penanganan peninjauan kembali RTRW  sesuai tipologi

Referensi

Dokumen terkait

Quality Management Systems merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek – praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian

Petani kayu berskala kecil di Propinsi Lampung sering mengolah pohon kayu yang cepat tumbuh menjadi papan yang dijual di pasar lokal atau propinsi (Yuliyanti, 2000). Kegiatan

Namun disini kita harus mengajarkan pada pasien untuk berinteraksi dengan sesamanya, karena hal ini sangat penting mengingat kondisi pasien kejiwaan yang tidak stabil

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Pusat Analisis

dengan menggunakan kertas putih. Trace evidence Trace evidence yang ditemukan pada kertas yang ditemukan pada kertas putih tersebut kemudian dipisahkan menjadi beberapa

1) Guru memberi gambaran kepada siswa tentang keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bapak/Ibu Guru membangun pemahaman siswa tentang keterbukaan

Termohon Peninjauan Kembali tidak mengajukan Kontra Memori Peninjauan Kembali tidak dapat menggugurkan fakta- fakta dan melemahkan bukti-bukti yang terungkap dalam persidangan

Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki kondisi yang sama, yaitu RTRWK yang bersangkutan tidak sah. Oleh karena itu, pada keempat tipologi ini perlu dilakukan