• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung unsur-unsur perasaan, dorongan itu bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung unsur-unsur perasaan, dorongan itu bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minat

Kita semua harus dapat mengetahui bahwa minat itu merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan, dorongan itu bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri seseorang.Minat juga merupakan suatu motivasi atau dorongan yang bisa membuat seseorang dapat melakukan sesuatu dengan baik, bisa juga disebut sebagai suatu hal yang bisa membuat orang bersemangat dalam melakukan suatu hal agat tercapai tugas yang dikerjakan dan diinginkannya.

Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa minat merupakan perhatian, kesukaan, kecenderungan hati. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang kuat terhadap sesuatu.Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan.

Menurut Tampubolon (1991:41) bahwa minat adalah suatu perpaduan keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan Sardiman (1990: 76).

Sedangkan menurut Djali (2008: 121) bahwa minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri sendiri. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila orang tersebut diberi kebebasan untuk memilih Elisabeth B. Hurlock ( 1999: 114).

Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) membagi definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu minat pribadi, minat situasi, dan minat dalam ciri psikologi.

(2)

9 a. Minat pribadi diartikan sebagai karakteristik dalam sebuah kepribadian yang menetap pada setiap orang. Hal tersebut bias menjadi suatu motivasi. Minat pribadi biasanya langsung membawa diri untuk melakukan suatu aktivitas, objek atau topik tertentu. Dari sini minat menjadi suatu pilihan, yaitu seseorang dapat menyukai dan menyayangi. b. Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh kondisi

lingkungan.

c. Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Minat disini juga dapat dijelaskan bahwa minat tidak hanya karena seseorang menyukai atau menyenangi suatu kegiatan, objek atau topik tertentu, tetapi aktivitas atau objek yang diminati ini dikarenakan aktivitas, objek atau topic tersebut memiliki nilai tinggi dari orang tersebut sehingga menjadikan hal tersebut sebagai suatu hal yang menyenangkan dan diminati.

Siti Rahayu Haditomo (1998: 189) berpendapat bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang, yaitu:

1. Faktor dari dalam (internal) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Disini minat datang dari diri orang itu sendiri. Didalam penelitian ini yang merupakan faktor intrinsik adalah pelayanan, religius stimuli (keagamaan) dan profit sharing.

2. Faktor dari luar (eksternal) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang melakukan kegiatan ini karena ia didorong atau dipaksa dari pihak luar.Didalam penelitian ini yang merupakan faktor ekstrinsik adalah reputasi, promosi dan lokasi.

(3)

10 a. Faktor lokasi

Salah satu cara untuk mengaktualiasasikan proactive strategic yaitu dengan strategis penentu lokasi usaha yang tepat. Sebab keberhasilan dalam penentuan suatu usaha yang tepat akan meningkatkan operasional bisnis sehingga akan menekan biaya operasional.

b. Faktor pelayanan

Defenisi pelayanan yaitu suatu kegiatan yang menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain atau konsumen dengan penampilan produk yang sebaik-baiknya sehingga diperoleh kepuasan pelanggan atau nasabah.

c. Faktor religius stimuli

Religius stimuli merupakan faktor pengetahuan dan pengalaman keberagamaan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan ekonomi.

d. Faktor reputasi

Reputasi diartikan sebagai suatu bagunan sosial yang mengayomi suatu hubungan, kepercayaan yang akhirnya akan menciptakan brand image bagi suatu perusahaan. Reputasi yang baik dan terpercaya akan menimbulkan kepercayaan bagi nasabahnya, reputasi merupakan keunggulan bersaing suatu perusahaan.

e. Faktor Profit sharing (bagi hasil)

Profit sharing diartikan sebagai beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Secara syariah prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasarkan pada kaidah mudharabah. Dimana perusahaan akan bertindak sebagai mudhaarib (pengelola dana), sementara nasabah sebagai shahibulmaal (penyandang dana). f. Faktor promosi

Secara defenisi promosi adalah kegiatan yang ditunjukkan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh

(4)

11 perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut. Promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabah, promosi merupakan bagian dari pemasaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh seluruh keadaan aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga diketahui dan diinginkan, Sehingga proses jiwa menimbulkan kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu.

Minat bisa berasal dari diri sendiri maupun dari luar diri seseorang.Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang kuat terhadap sesuatu.Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan.Minat juga memberikan motivasi atau penyemangat yang terdapat dalam diri seseorang sebagai kekuatan untuk melakukan aktivitas dengan tekun dan menjadikannya kecenderungan diri.

2.2 Pengertian Asuransi

Asuransi berasal dari kata insurance yang artinya pertanggungan.Asuransi merupakan perjanjian antara tertanggung atau nasabah dengan perusahaan asuransi. Pihak penanggung siap menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul dimasa yang akan datang seperti kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atau meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Setelah penanggung menyepakati pembayaran uang yang disebut premi.Premi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh tertanggung sebagai imbalan kepada penanggung.Menurut C Arthur Williams Jr. dan Richard M. Heins asuransi adalah alat yang

(5)

12 mana resiko dua orang atau lebih atau perusahaan-perusahaan digabungkan melalui kontribusi premi yang pasti atau yang ditentukan sebagai dana yang dipakai untuk membayar klaim.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :

a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya).

d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu.

2.3 Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi syariah adalah asuransi yang prinsip operasionalnya didasarkan pada syariat islam dengan mengacu kepada al-qur’an dan al-sunnah. Secara terminilogi asuransi syariah adalah tentang tolong-menolong dan secara umum asuransi adalah sebagai salah satu cara untuk mengatasi terjadinya musibah dalam kehidupan, dimana manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan bencana yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga yang disebabkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit, dan usia tua.

Sedangkan asuransi dalam fatwa DSN MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melelui akad (perikatan) yang yang sesuai dengan syariah.Akad yang sesuai syariah dimaksud adalah yang

(6)

13 tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulum (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional.Pada asuransi syariah setiap peserta sejak awal bermaksud saling tolong-menolong dan melindungi satu dengan yang lain dengan menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut tabarru’ dengan tidak menggunakan sistem pengalihan resiko dimana tertanggung harus membayar premi, tetapi lebih merupakan pembagian resiko dimana para peserta saling menanggung.

Beberapa istilah pokok yang harus dipahami untuk dapat mengenal usaha perasuransian syariah antara lain:

1. Peserta asuransi adalah pihak pertama yang berbagi resiko dan mempunyai hak untuk menerima sejumlah uang dari perusahaan asuransi sebagai ganti rugi atas terjadinya suatu resiko sebagaimana yang telah tercantum dalam perjanjian.

2. Perusahann asuransi sebagai pengelola risk sharing. Dalam asuansi syariah perusahaan asuransi adalah pengelola dana yang berhak memperoleh imbalan tertentu dalam bentuk bagi hasil.

3. Al- Kafalah adalah suatu kepentingan yang menjadi dasar berlakunya suatu pertanggungan asuransi, yaitu adanya kepentingan terhadap kehidupan seseorang (insurable interst), benda atau terhadap tanggung gugat kepada pihak lain. Objek asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi atau berkurang nilainya.

4. Premi asuransi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan peserta asuransi untuk mengikat kewajiban pengelola dalam membayar ganti rugi atas terjadinya resiko. Dalam asuransi syariah premi disebut dengan kontribusi, yaitu merupakan dana peserta secara bersama-sama setelah dikurangi fee pengelola.

(7)

14 5. Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi

dengan perusahaan asuransi.

6. Underwring adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi.

7. Jangka waktu pertanggungan menunjukkan lamanya suatu perjanjian asuransi yang berlaku. Masa pertanggungan akan habis saat jangka waktu yang ditetapkan habis. 8. Tanggal dikeluarkannya polis adalah tanggal yang tercantum pada polis saat

dikeluarkan atau diterbitkan oleh perusahaan asuransi.

9. Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang diasuransikan atau sering disebut asuransi dari asuransi. Reasuransi merupakan suatu sistem penyebaran resiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain.

2.4 Landasan Hukum Asuransi Syariah A. Al- Qur’an

" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap hari memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan). Dan, bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang apa yang engkau kerjakan. “ (Al – Hasyr : 18).

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ayat diatas menjelaskan untuk mempersiapkan diri, melakukan ikhtiar antara lain dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki melalui asuransi syariah bersama dengan

(8)

15 saudara-saudara kita yang lainnya. Sehingga, jika takdir menjemput kita, maka persiapan-persiapan untuk keluarga yang kita tinggalkan dalam batas tertentu sudah tersedia.

Dengan demikian, kita tidak meninggalkan keluarga yang sengsara.Allah swt memerintahkan kepada umat Islam agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang menjadi beban orang lain sepeninggalnya. Kita perlu perencanaan yang matang dalam mempersiapkan kehidupan kita ke depan.

B. Hadits

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad bersabda “Barang siapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat.Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.”

Diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, Abu Daud, dan ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda “Melarang jual beli yang mengandung gharar.”

C. Undang-Undang

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, terdapat definisi bahwa asuransi adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dalam pasal 246 KUHD, disebutkan bahwa “asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,

(9)

16 kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

Dalam asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur secara khusus dalam undang-undang. Secara lebih tekhnis operasional perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu pada SK Dirjen Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah dan beberapa keputusan menteri keuangan (KMK) yaitu KMK No.422/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dan KMK No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

2.5 Sejarah Perkembangan Asuransi Syariah

Dalam bahasa arab asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut musta’min. At-ta’min memiliki arti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Dalam islam praktek asuransi sudah dimulai sejak zaman Nabi Yusuf As, yaitu pada saat ia menafsirkan mimpi dari Raja Firaun. Tafsir yang ia sampaikan adalah bahwa Mesir akan mengalami tujuh masa panen dan tujuh masa paceklik, untuk menghadapi masa paceklik itu nabi Yusuf As menyarankan agar menyisihkan sebagian dari hasil panen pada masa tujuh tahun pertama agar masa paceklik bisa ditangani dengan baik.

Sebenarnya konsep asuransi syariah bukan hal yang baru, karena sudah ada sejak zaman Rasulullah yang disebut Aqilah. Bahkan menurut Thomas Patrick dalam bukunya Dictionary of islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku arab sejak zaman dulu bahwa jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota dari suku lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari

(10)

17 pembunuh. Saudara terdekat pembunuh tersebut yang disebut Aqilah, harus membayar uang darah atas nama pembunuh.

Tercatat dalam literatur sederetan nama yang menekuni kajian asuransi diantaranya adalah, Ibnu Abidin (1784-1836), Nuhammad Nejatullah al-Siddiqi, Muhammad Muslehuddin, Fazlur Rahman, Mannan, Yusuf al-Qardawi, Mohd. Ma’shum Billah, merupakan deretan nama ulama ternama yang hidup di era abad modern.

Disisi lain, kajian tentang asuransi merupakan kajian ekonomi islam yang biasanya selalu dikaji bersama-sama dengan pembahasan perbankan islam. Jadi, asuransi islam atau asuransi syariah merupakan hasil pemikiran ulama kontemporer. Lebih jauh Muhammad Ma’shum Billah mengajukan sebuah konsep yang diberi nama takaful, yaitu sebuah konsep asuransi syariah yang didalamnya dilakukan kerjasama dengan para peserta takaful (pemegang polis arusansi) atas prinsip al-mudharabah.

Konsep takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling melindungi dan menolong antara anggota masyarakat dalam menghadapi malapetaka atau bencana.

Perkembangan asuransi syariah di Indonesia tidak terlepas dari pertumbuhan bank-bank syariah, dimana sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.10/1998 yang mengatur secara tegas mengenai sistem perbankan syariah dunia perbankan di Indonesia diwarnai dengan munculnya bank-bank syariah atau bank-bank dengan unit syariahnya. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan asuransi konvensional yang memiliki keterkaitan bisnis dengan bank dituntut untuk masuk kedalam bisnis syariah khususnya asuransi kerugian, baik dengan mendirikan perusahaan asuransi kerugian secara terpisah atau mendirikan divisi syariah.

Asuransi syariah harus mempunyai prinsip yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001, yaitu:

1. Asuransi Syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset

(11)

18 dan/atau tabarru’ yang menberikan pola pengembalian untuk mengahadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

2. Akad yang sesuai syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm(penganiayaan), risywah(suap), barang haram dan maksiat.

3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.

4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikandan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.

5. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad.

6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

Asuransi syariah mengalami perkembangan yang pesat khususnya sejak tahun 2010-2011 yang ditandai dengan banyaknya pemilik modal yang berani melakukan investasi.Selain itu perusahaan asuransi pun banyak yang menambahkan produk asuransi syariah kedalam tawaran produk mereka. Pendapatan asuransi syariah sendiri mencapai nilai Rp.4,97 trillin pada pada tahun 2011.

Pada tahun 2012 di prediksi bahwa perkembangan asuransi syariah akan memberikan kontribusi hingga 30%. Belum lagi disebabkan oleh tingginya minat dan optimism masyarakat kepada perusahaan asuransi syariah, sebagai buktinya diindonesia telah terdapat 20 asuransi syariah yang terbagi atas 17 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah dan 3 reasuransi syariah. Bila dibandingkan dengan Negara lain di Eropa, Timur Tengah, dan Malaysia, pertumbuhan asuransi syariah masih lambat, tetapi tidak menutup kemungkinan perkembangan asuransi syariah di Indonesia akan semakin berkembang apalagi jika didukung oleh pemerintah.

(12)

19

2.6 Penggolongan Jenis Usaha Asuransi

Penggolongan jenis asuransi di Indonesia bisa dibagi dari berbagai segi, yaitu: 1. Asuransi ditinjau dari fungsinya

Menurut undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi.

a. Asuransi Kerugian (Non Life Insurance/ General Insurance)

Yaitu usaha memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

b. Asuransi Jiwa (Life Insurance)

Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang diasuransikan.Asuransi jiwa meliputi asuransi jiwa biasa, asuransi rakyat, asuransi kumpulan, asuransi dunia usaha, asuransi orang muda, asuransi keluarga, asuransi kecelakaan.

c. Reasuransi (Reinsurance)

Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang diasuransikan atau sering disebut asuransi dari asuransi. Reasuransi merupakan suatu sistem penyebaran resiko dimana penanggungan menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain.

(13)

20 a. Asuransi Berjangka (Term Insurance), yaitu asuransi yang menyediakan jasa

asuransi jiwa untuk periode tertentu sesuai dengan kesepakatan misalnya 1 tahun, 2 tahun, dan seterusnya.

b. Asuransi Seumur Hidup (Whole Life Insurance), yaitu asuransi yang menyediakan jasa asuransi jiwa untuk seumur hidup pemegang polis yang mengharuskan membayar premi setiap tahun.

c. Asuransi Dua Manfaat (Endowment), yaitu kontrak asuransi jiwa yang masa berlakunya dibatasi misalnya 5 tahun, 10 tahun atau lebih mencapai usia tertentu misalnya 65 tahun sebelum peserta meninggal dunia.

d. Asuransi Unit Investasi (Unit Linked), yaitu satu bentuk investasi kolektif yang ditawarkan melalui polis asuransi.

3. Asuransi Ditinjau Dari Segi Kepemilikan

a. Asuransi milik swasta nasional, yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta dan tetap dalam naungan pemerintah.

b. Asuransi milik pemerintah, yaitu perusahaan asuransi yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah dan dikelola oleh badan yang berwenang dalam kepemerintahan.

c. Asuransi milik perusahaan asing, yaitu perusahaan asuransi yang kepemilikannya adalah dari Negara lain yang beroperasi dalam negeri Indonesia.

d. Asuransi milik campuran, yaitu perusahaan asuransi yang saham dan kepemilikannya milik beberapa pihak, baik pihak swasta maupun pemerintah.

4. Asuransi Ditinjau Dari Sifat Pelaksanaannya

a. Asuransi sukarela, yaitu asuransi yang dilakukan dengan sukarela dan semata-mata dilakukan atas dasar kesadaran seseorangakan kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan.

(14)

21 b. Asuransi wajib, yaitu asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.7 Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Asuransi syariah dengan asuransi konvensional mempunyai perbedaan mulai dari konsep, asal usul, sumber hukum, akad, jaminan (resiko), sistem akuntansi, pengelolaan dana, keuntungan, visi misi, dan lain-lainnya. Dan seiiring perkembangan zaman masyarakat mulai menemukan kembali fitrahnya. Yaitu kembali kepada sistem dan ajaran syariah yang komprehensif termasuk diantaranya kini mulai tercerahkan dengan adanya produk asuransi syariah.

Ada beberapa perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.Perbedaan tersebut antara lain, yaitu:

(15)

22

Tabel 2.1

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Konsep Perrjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana

pihak penanggung mengikatdiri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung.

Sekumpulan orang yang saling membantu, saling

menjamin, dan bekerjasama, dengan cara

masing-masing mengeluarkan tabarru’

2 Sumber Hukum Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan.

Berdasarkan hukum positif, hukum alami, dan contoh sebelumnya.

Bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah ataupun Ijma’.

3 Kepemilikan

Dana

Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan, sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.

Menjadi hak peserta, perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.

4 Akad Akad jual beli Akad tolong menolong.

5 Jaminan/risk (resiko)

Transfer of risk, dimana terjadi transfer resiko, dari tertanggung kepada penanggung.

Sharing of risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya.

6 Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving life).

Pada produk saving life terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabbaru’ derma dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat tabbaru’.

7 Investasi dana Menggunakan sistem bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya.

Bagi hasil (mudharabah).

8 Pembayaran

Klaim

Pembayaran klaim diambil dari rekening dana perusahaan.

Diambil dari dana tabbaru’ (dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diiklaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong-menolong diantara peserta bila terjadi musibah.

9 Pembagian

Keuntungan

Seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan. Dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan.

10 Visi dan Misi Misi ekonomi dan misi sosial. Misi akidah, ibadah, misi

ekonomi, dan misi pemberdayaan sosial.

(16)

23

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan minat masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan objek, lokasi penelitian dan pendekatan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah bukti penelitian terdahulu sejenis dengan penelitian ini:

Penelitian dilakukan oleh Titik Zulaechah (2012) berjudul “Analisis Faktor-Faktor Minat Nasabah Dalam Memilih Asuransi Syariah dengan studi kasus pada Nasabah AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Semarang”.Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa faktor emosional (faktor internal), religius stimuli (keagamaan), dan profit sharing (bagi hasil) adalah tiga faktor yang mendorong nasabah memilih asuransi berbasis syariah.Hal tersebut menunjukkan antusias nasabah yang cukup besar terhadap asuransi syariah terutama di AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Semarang.

Penelitian dilakukan oleh Muhammad Johari (2010) dengan judul “Respon Masyarakat Muslim Kota Mataram Terhadap Asuransi Syariah”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa respon masyarakat kota Mataram sangat positif dan faktor yang mendorong perkembangan asuransi syariah antara lain karena mayoritas penduduk kota Mataram adalah muslim.

Penelitian dilakukan oleh Nurwati Indah Murni (2007) dengan judul “ Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Asuransi Takaful Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21/ DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Keabsahan akad yang mendasari kontrak asuransi syariah didasarkan pada Al-Qur’an, Al-Sunnah,Qiyas dan Ijma’. Sehingga dalam hal ini umat islam tidak perlu ragu terhadap produk asuransi syariah, karena akad yang diterapkan dalam asuransi syariah merupakan akad yang memang bertujuan untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh

(17)

24 agama islam seperti ghahar, maisir, dan riba sebagaimana akad yang digunakan pada asuransi konvensional. 2.9 Kerangka Konseptual Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Tingkat Pelayanan (X1) Religius Stimuli (Keagamaan) (X2) Profit sharing (X3) Reputasi (X4) Minat Masyarakat Memilih Asuransi Syariah ( Y ) Promosi (X5) Lokasi (X6)

(18)

25

2.10 Hipotesis

Hipotesis adalah teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji setelah peneliti mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar (Arikunto, 2006).

H1 : Terdapat pengaruh positif antara tingkat pelayanan terhadap minat masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah.

H2 : Terdapat pengaruh positif antara religius stimuli (keagamaan) terhadap minat masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah. H3 : Terdapat pengaruh positif antara profit sharingterhadap minat

masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah.

H4 : Terdapat pengaruh positif antara reputasi terhadap minat masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah.

H5 : Terdapat pegaruh positif antara promosi terhadap minat masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah.

H6 : Terdapat pegaruh positif antara lokasi terhadap minat masyarakat dalam memilih asuransi berbasis syariah.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 1 angka 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/POJK.03/2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif memberikan

Catatan : Daftar Nominatif ini dapat berubah jika ada sanggahan, pengaduan, duplikasi dan sebab lainnya.. Instansi

Saat mendatangi dokter 2, barulah BB mengetahui bahwa jerawat yang dideritanya bukanlah merupakan jerawat biasa dan bahan yang terdapat dalam krim tersebut dapat memperparah

Suarat Keputusan Pembayaran Fasilitas Pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai (SKPFP BM-C) adalah surat keputusan pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai yang telah dibayar atas

51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4934)..

merupakan negara pulau yang hanya memiliki luas wilayah 697 km² dengan jumlah penduduk 5.781.728 jiwa, yang kini menjadi negara percontohan dalam hal

Matriks SWOT Asuransi Jiwa Perorangan AJB Bumiputera 1912 KPR Pekanbaru Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) x Brand name x Kualitas pelayanan x

Perusahaan mempunyai berbagai macam usaha dalam menarik jumlah investor dan meningkatkan harga sahamnya, salah satunya yaitu dengan mengevaluasi faktor-faktor yang