• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kebutuhan Dasar Balita

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari) (BPS, 2009).

Tumbuh dan kembang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu. Kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah (Soetjiningsih, 1995, dalam Nursalam, 2005). a. Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)

Termasuk kebutuhan asuh adalah :

1) Zat gizi yang mencukupi dan seimbang

Zat gizi yang mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI.

(2)

Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.

2) Perawatan kesehatan dasar

Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal, diperlukan beberapa upaya, misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas / Posyandu secara berkala, diperiksakan segera bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.

3) Pakaian

Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.

4) Perumahan

Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, maka hal tersebut akan membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi, serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa mempedulikan berapapun ukurannya.

(3)

5) Higiene diri dan lingkungan

Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara aman.

6) Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)

Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolisme, selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak, dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.

b. Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)

Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang, dapat dimulai sedini mungkin. Bahkan sejak anak berada dalam kandungan, perlu dilakukan kontak psikologis antara ibu dan anak, misalnya dengan mengajak bicara / mengelusnya, setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu segera setalah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang eratantara ibu/orang tua sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar. Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi :

(4)

1) Kasih sayang orang tua

Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang.

2) Rasa aman

Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.

3) Harga diri

Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi. 4) Dukungan / dorongan

Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.

5) Mandiri

Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak selalu tergantung pada

(5)

lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan.

6) Rasa memiliki

Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara barangnya. 7) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan

pengalaman

Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak.

c. Asah (kebutuhan stimulasi)

Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Soetjiningsih, 1995, dalam Nursalam, 2005).

(6)

2. Konsep Pertumbuhan a. Pengertian Pertumbuhan

Menurut Soetjiningsih (2007), pertumbuhan adalah hal keadaan tumbuh. Pendapat lainnya, pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (Tanuwidjaya, S., 2002). Sedangkan menurut Suyitno, H & Moersintowati B. N. (2002), pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambah banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersiil pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh. Pertambahan besar ini dapat disebabkan oleh peningkatan ukuran masing-masing sel atau kesatuan sel yang membentuk organ tubuh atau pertambahan jumlah keseluruhan sel atau keduanya. Dengan perkataan lain sepanjang masa anak terjadi pembentukan secara terus-menerus jaringan tubuh baru dan makanan yang dimakan bayi tidak

(7)

hanya digunakan untuk menyediakan panas dan energi serta untuk penggantian sel-sel yang rusak, tetapi sebagian besar digunakan untuk pembentukan jaringan tubuh baru (Anonim, 2003). Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu. Dapat diartikan pula sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan jasmaniah) yang herediter atau turun temurun dalam bentuk proses aktif secara berkeseimbangan (Zein A.Y & Eko S., 2005).

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F., 2001).

Menurut Santoso, S & Anne L. R. (2004), pada proses pertumbuhan terjadi perubahan-perubahan dalam ukuran dan pematangan fungsi yang dimulai dari tahap molekuler yang sederhana pada saat awal kandungan, sampai tingkat anak remaja dengan proses metabolik yang rumit. Proses pertumbuhan tersebut mengikuti suatu pola tertentu yang unik untuk setiap anak, baik dalam tumbuh kembang keseluruhan tubuhnya maupun dalam tumbuh kembang bagian-bagian tubuh, organ-organ, dan jaringan. Proses tersebut

(8)

merupakan interaksi yang terus-menerus serta rumit diantara faktor genetik dan faktor-faktor lingkungan tadi.

Sehingga, istilah tumbuh berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka atau nilai yang menunjukkan ukuran pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya (Santoso, S & Anne L. R., 2004). b. Ciri-ciri Pertumbuhan

Menurut Tanuwidjaya, S. (2002), secara garis besar terdapat 4 kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan, yaitu :

1) Perubahan ukuran

Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan tubuh.

2) Perubahan proporsi

Selain bertambahnya ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar

(9)

dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis.

3) Hilangnya ciri-ciri lama

Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif.

4) Timbulnya ciri-ciri baru

Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain-lain.

c. Tahapan Tumbuh Kembang

Menurut Nursalam (2005), bahwa tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Sedangkan menurut Tanuwidjaya, S. (2002), tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa dan terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu :

(10)

1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).

Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

a) Masa embrio (mudigah), sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.

b) Masa fetus (janin), sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu :

(1) Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester kedua kehidupan intra uterin.

(2) Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan.

2) Masa pascanatal atau masa setelah lahir terdiri dari beberapa periode, yaitu :

a) Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh lainnya.

(1) Masa neonatal dini (0-7 hari) atau yang sering disebut masa perinatal.

(2) Masa neonatal lanjut (8-28 hari) b) Masa bayi, dibagi menjadi dua, yaitu :

(1) Masa bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara berkelanjutan. (2) Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan

(11)

c) Masa prasekolah (2-6 tahun)

Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil.

d) Masa sekolah atau masa prapubertas (pada wanita : 6-10 tahun, dan pada laki-laki : 8-12 tahun)

Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah.

e) Masa adolesensi atau masa remaja (pada wanita : 10-18 tahun, dan laki-laki : 12-20 tahun)

Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt. Pada masa ini juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat pada alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak (Tanuwidjaya S., 2002). Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1) Faktor dalam (internal / genetik)

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,

(12)

umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang (Soetjiningsih dalam Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F., 2001). Beberapa faktor yang termasuk faktor internal adalah :

a) Perbedaan ras/etnik atau bangsa

Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa, maka tidak mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras orang Mongol.

b) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang pendek-pendek.

c) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

d) Jenis kelamin

Wanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki-laki-laki akan lebih cepat.

(13)

e) Kelainan genetik

Sebagai salah satu contoh : Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme, sedangkan sindroma Marfan terdapat pertumbuhan tnggi badan yang berlebihan.

f) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.

2) Faktor luar (eksternal / lingkungan)

Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung atau jelek, maka potensi genetik yang optimal tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi “bio-fisiko-psikososial” yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayatnya (Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar, 2001). Faktor lingkungan ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Faktor pranatal

Faktor yang mempengaruhi pada saat anak masih berada di dalam kandungan. Menurut Soetjiningsih (1995, dalam Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F., 2001), beberapa faktor yang termasuk faktor pranatal adalah :

(14)

(1) Gizi

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia dan bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Terutama asupan nutrisi pada ibu hamil trimester akhir kehamilan.

(2) Mekanis

Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan air ketuban yang kurang. Posisi janin yang abnormal dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.

(3) Toksin/zat kimia

Berbagai obat-obatan yang bersifat racun, seperti Thalidomide, Phenitoin, Methadion, Aminopterin dan obat-obat anti kanker yang dikonsumsi selama kehamilan dapat menyebabkan kelainan kongenital. Bagi ibu hamil yang kecanduan alkohol dan perokok berat, dapat melahirkan bayi dengan BBLR, lahir mati, cacat, atau retardasi mental.

(15)

(4) Endokrin

Jenis hormon yang berperan pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormon plasenta, tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip dengan insulin.

(5) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontngen, terutama pada anak sebelum berumur 18 tahun dapat mengakibatkan kelainan pada janin, seperti mikrosephal, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.

(6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus, Herpes Simpleks), PMS (Penyakit Menular Seksual) serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosephal, spina bifida, retardasi mental dan kelainan kongenital mata, kelainan jantung.

(7) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. Karena menurunnya oksigenasi pada janin melalui

(16)

gangguan pada plasenta atau tali pusat, dapat menyebabkan BBLR.

(8) Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. (9) Psikologis ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain (Tanuwidjaya S., 2002).

b) Faktor pascanatal (1) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

(2) Penyakit kronis/kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

(17)

(3) Lingkungan fisis dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan otak.

(4) Psikologis

Hubungan anak dengan sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perekembangannya.

(5) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil.

(6) Sosio ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan. Kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. (7) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

(18)

(8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perilaku ibu terhadap perilaku anak.

(9) Obat-obatan

Pemakai kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan syaraf pusat yang menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan. (Soetjiningsih, 1995, dalam Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F., 2001).

e. Jenis-jenis Pertumbuhan

Jenis pertumbuhan dapat dibagi menjadi 2 (Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F., 2001), yaitu :

1) Pertumbuhan linear

Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau. Bentuk dari ukuran linear adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang.

Contoh ukuran linear adalah panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein

(19)

yang diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.

2) Pertumbuhan massa jaringan

Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat ini. Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh.

Contoh ukuran massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan Ukuran massa jaringan yang paling sering digunakan adalah berat badan.

f. Pemantauan Pertumbuhan Balita dengan KMS

Tanda-tanda tumbuh kembang fisik dapat diamati dengan pertambahan besarnya ukuran-ukuran antropometrik, dan gejala atau tanda lain pada rambut, gigi geligi, otot, kulit serta jaringan lemaknya, darah, dan lain-lainnya. Namun, ukuran antropometrik yang sering digunakan adalah : berat badan, tinggi (panjang) badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan atas, tebal lipatan kulit (Suyitno, H & Moersintowati B. N., 2002).

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, digunakan pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Merupakan hasil keseluruhan peningkatan

(20)

jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya. Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Di Indonesia, pengukuran berat badan telah memasyarakat dengan digunakannya Kartu Menuju Sehat (Suyitno, H & Moersintowati B. N., 2002).

Pertumbuhan balita dari KMS dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

1) Balita naik berat badannya bila :

a) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna. b) Garis pertumbuhannya naik pindah ke pita warna diatasnya. 2) Balita tidak naik berat badannya bila :

a) Garis pertumbuhannya turun. b) Garis pertumbuhannya mendatar.

c) Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

3) Berat badan balita di bawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian

(21)

khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas / Rumah Sakit.

4) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas / Rumah Sakit.

5) Balita tumbuh baik bila garis berat badan anak naik setiap bulannya.

6) Balita sehat, jika berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna di atasnya.

(anonim, 2008)

Sedangkan cara menilai pertumbuhan pada KMS adalah sebagai berikut :

1) Berat badan ideal ditunjukkan dengan garis hijau tua paling atas. 2) Dari hubungan 2 titik di grafik KMS, terdapat 5 kemungkinan

pertumbuhan, yaitu :

a) Catch Up : tumbuh kejar, arah grafik yang lebih tajam/curam dibandingkan kurva normal yang ada di KMS, menunjukkan pertumbuhan yang lebih dari normal.

b) Normal Growth (NG) : tumbuh normal, arah garis sesuai arah garis pada kurva KMS.

c) Growth Faltering (GF) : tumbuh landai = naik kurang dari normal. Arah garis pertumbuhan meningkat tetap kurang/lebih landai dibandingkan kurva pertumbuhan pada KMS.

(22)

d) Flat Growth (FG) : tetap/datar, tidak ada kenaikan berat badan, arah garis pertumbuhan mendatar.

e) Loss of Growth (LG) : berat badan turun, arah garis pertumbuhan menurun.

Dari kelima kemungkinan pertumbuhan tersebut, yang dikatakan naik (N) adalah a atau b. Sedangkan dikatakan tidak naik adalah poin c, d, dan e (Depkes RI dan IDAI, 2006).

3. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu merupakan Pos Pelayanan Kesehatan Dasar yang pada hakekatnya merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Badan pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, 2008). Keberadaan Posyandu merupakan sarana yang penting bagi masyarakat. Masyarakat sebagai pelaksana sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan. Disamping itu wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri. Dasar terbentuknya Posyandu bertitik tolak dari definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat, bahwa masyarakat diharapkan dapat menanggulangi kesehatannya sendiri, dan terciptanya kesehatan yang optimal bagi masyarakat adalah dengan adanya peran serta dari masyarakat secara teratur dan berkesinambungan (Sembiring, N., 2004).

(23)

a. Pengertian

Menurut Sembiring, N., (2004), Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

b. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu.

1). Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA).

2). Membudayakan NKKBS.

3). Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

4). Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

(Sembiring, N., 2004)

c. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa / Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka, Posyandu melakukan pelayanan dengan sistem 5 (lima) meja, yaitu :

(24)

1). Meja I : Pendaftaran. 2). Meja II : Penimbangan 3). Meja III : Pengisian KMS

4). Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.

5). Meja V : Pelayanan imunisasi, pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus, Pengobatan ringan.

Petugas pada meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader Posyandu, sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan petugas kesehatan (Sembiring, N., 2004).

d. Jenjang Posyandu Menurut “Konsep ARRIF”

Menurut Sembiring, N. (2004), Jenjang Posyandu menurut Konsep ARRIF dibagi menjadi 4, yaitu :

1). Posyandu Pratama a). Belum mantap b). Kegiatan belum rutin c). Kader terbatas 2). Posyandu Madya

a). Kegiatan lebih teratur b). Jumlah kader 5 orang 3). Posyandu Purnama

a). Kegiatan sudah teratur

(25)

c). Jumlah kader 5 orang d). Program tambahan 4). Posyandu Mandiri

a). Kegiatan sudah teratur dan mantap b). Cakupan program/kegiatan baik

c). Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap

Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah (2008), terdapat indikator perhitungan untuk menentukan strata Posyandu, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Indikator Perhitungan Untuk Menentukan Strata Posyandu

No. Indikator Skor

A Kepengurusan

1 Landasan hukum kepengurusan :

a. Sudah dalam bentuk SK (Surat Keputusan) dari kepala desa / lurah atau Pokja Posyandu Desa atau Pokjanal Kecamatan.

b. Belum dalam bentuk SK

1

0 2 Jumlah pengurus :

a. Minimal sudah ada ketua, sekretaris, dan anggota pengurus.

b. Belum ada pengurus (ketua, sekretaris, dan anggota pengurus) definitive.

1 0 3 Pembagian tugas diantara pengurus :

a. Sudah jelas dalam bentuk rumusan tupoksi. b. Belum jelas.

1 0 B Kader

4 Jumlah kader :

a. 5 orang atau lebih. b. Kurang dari 5 orang.

1 0 5 Jenis kader yang ada di Posyandu :

a. Beragam, tidak hanya kader gizi / kesehatan, tetapi juga ada kader lain (kader PAUD atau kader penyuluh atau kader petanian, dan lain-lain).

b. Hanya satu jenis kade (kader gizi / kesehatan).

1

0 6 Keterampilan kader :

(26)

lebih dari 50 %.

b. Jumlah kader belum terlatih atau belum mengikuti pelatihan kader kurang dari 50 %.

0 C Sarana

7 Jenis sarana Posyandu :

a. Sudah lengkap (semua alat ini ada : timbangan dacin / injak, KMS / buku KIA, KMS Bumil, Pita lila, Alat ukur TB, Meja kursi, tes Iodisasi).

b. Belum lengkap.

1

0 8 Jumlah sarana :

a. Jumlahnya memadai sesuai kebutuhan (terutama : jumlah KMS / buku KIA, tablet Fe, Vitamin A, meja kursi). b. Belum memenuhi kebutuhan.

1 0 9 Kondisi semua alat / sarana :

a. Berfungsi baik atau tidak rusak.

b. Tidak semua berfungsi baik atau rusak.

1 0 D Prasarana

10 Status peruntukan prasarana (tempat Posyandu ) adalah : a. Diperuntukkan khusus untuk kegiatan Posyandu. b. Tidak diperuntukkan khusus untuk kegiatan Posyandu.

1 0 11 Tempat / lokasi Posyandu :

a. Permanen atau menetap di suatu tempat. b. Tidak permanen atau berpindah-pindah.

1 0 12 Lingkungan Posyandu :

a. Bersih, tidak dekat sumber pencemar.

b. Kurang bersih atau dekat dengan sumber pencemar.

1 0 E Dana

13 Jumlah dana :

a. Cukup untuk membiayai kegiatan operasional Posyandu. b. Kekurangan atau tidak cukup untuk biaya operasional.

1 0 14 Sumber dana untuk kegiatan Posyandu :

a. Berasal dari swadaya masyarakat setempat. b. Tidak ada sumber dana dari masyarakat setempat.

1 0 15 Kesinambungan sumber pendanaan kegiatan Posyandu :

a. Rutin dan kontinyu. b. Tidak tetap.

1 0 F Pelaksanaan Program Pokok

16 Program pokok sudah diselenggarakan di Posyandu, yaitu : a. Semua program pokok, meliputi : KIA, KB, Imunisasi,

Gizi (PMT), Penanggulangan Diare dan ISPA. b. Belum semua program pokok.

1 0 17 Jenis kegiatan :

a. Kegiatan 5 meja (pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dan pelayanan) sudah dilakukan secara berkesinambungan pada setiap kegiatan Posyandu.

b. Kegiatan 5 meja belum secara berkesinambungan pada 1

(27)

setiap kegiatan Posyandu. 18 Sasaran kegiatan pokok Posyandu :

a. Sasaran lengkap (meliputi : bayi, anak / balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan WUS / PUS).

b. Kurang lengkap.

1 0 G Pelaksanaan Program Pengembangan

19 Program pengembangan :

a. Telah melakukan minimal satu program pengembangan (program pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik, deteksi dini penyakit ringan, penyediaan obat P3K / pos obat desa, kegiatan PSN, JPKM / dana sehat, Polindes / PKD).

b. Belum ada satupun dilakukan program pengembangan.

1

0 20 Kesinambungan kegiatan program pengembangan telah

dilakukan :

a. Telah dilakukan secara rutin atau berkesinambungan. b. Insidental atau kadang-kadang atau belum pernah.

1 0 21 Pencapaian sasaran program pengembangan yang dilakukan :

a. Tepat sasaran dan dan sesuai tujuan (efektif). b. Tidak tepat sasaran atau belum efektif.

1 0 H Pelaksanaan Administrasi

22 Kelengkapan administrasi Posyandu :

a. Telah lengkap, terdiri dari : terdapat 9 buku administrasi (susunan pengurus, daftar hadir, kegoiatan Posyandu, notulen, inventaris, daftar bantuan, buku tamu, kunjungan rumah, kas), dan SIP.

b. Belum lengkap.

1

0 23 Pengisisan buku wajib dan SIP :

a. Dilakukan secara tertib. b. Belum tertib.

1 0 24 Pelaporan kegiatan Posyandu :

a. Telah dilakukan secara rutin dan tepat waktu, antara lain dalam bentuk data dinding (balok SKDN dan atau yang lain).

b. Belum dilakukan secara ruitin dan tepat waktu.

1

0 I Kinerja

25 D / S :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 26 N / D :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 27 K / S :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 28 Cakupan K4 :

(28)

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 29 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 30 Cakupan peserta KB :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 31 Cakupan imunisasi :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 32 Cakupan dana sehat :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 33 Cakupan Fe :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 34 Cakupan kapsul Vitamin A Balita dan ibu nifas,

masing-masing :

a. Lebih atau sama dengan 50 %. b. Kurang dari 50 %.

1 0 35 Frekuensi penimbangan per tahun :

a. Lebih dari 8 kali. b. Kurang dari 8 kali.

1 0

Jumlah total skor jika jawaban benar semua adalah 35. Setelah skor terkumpul, selanjutnya jumlah skor jawaban benar dibagi dengan jumlah total skor, kemudian dikalikan 100 %. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil persentase skor jawaban, tingkat pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :

Jumlah skor

35

X 100 % Total skor =

(29)

a) Posyandu Mandiri, apabila total skor > 80 %. b) Posyandu Purnama, apabila total skor 70 % - 80 %. c) Posyandu Madya, apabila total skor 60 % - 70 %. d) Posyandu Pratama, apabila total skor < 60 %.

4. Kartu Menuju Sehat (KMS)

David Morley merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan anak yang disebut road to health chart tahun 1975 di Desa Imesi, Nigeria. Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0-5 tahun terhadap umurnya. Kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan catatan yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh ibu / petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI, dan lain-lain. Maka kartu tersebut disebut juga Kartu Menuju Sehat, karena fungsinya yang begitu lengkap. Sehingga oleh UNICEF diadopsi sebagai komponen integral pada pelayanan kesehatan primer secara menyeluruh, yang sangat bermanfaat bagi negara-negara berkembang (Soetjiningsih, 1995).

a. Pengertian

KMS adalah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Dengan membaca garis perkembangan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS, seorang ibu dapat menilai dan melakukan sesuatu untuk

(30)

berusaha memperbaiki dan meningkatkan perkembangan kesehatan anaknya (Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F., 2001).

b. Tujuan Penggunaan KMS

Menurut Nursalam (2005), tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi :

1) Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2) Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.

3) Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai.

c. Fungsi KMS

Menurut Nursalam (2005), ada beberapa fungsi KMS. Secara umum, fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

1) Sebagai media untuk mencatat/memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap.

2) Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita.

3) Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.

(31)

4) Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita.

Pernyataan tersebut hampir selaras dengan pernyataan di dalam http://www.gizi.net/pedoman-gizi/download/KMSbaganrev.doc

(Anonim, 2008), yaitu sebagai berikut :

1) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan Balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

2) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

3) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

5. Tingkat Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Depdiknas (2003), pengetahuan didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoadmodjo, S. (2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.

(32)

Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo, S. (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(33)

5) Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Pengaruh Pengetahuan

Pengaruh pengetahuan terhadap pertumbuhan anak sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Notoadmodjo S., 2003).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

1) Faktor internal a) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.

(34)

b) Rohani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.

2) Faktor eksternal a) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

b) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

(35)

c) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.

d) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

e) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

(36)

e. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

1) Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.

Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain : a) Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.

b) Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.

(37)

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.

d) Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi. 2) Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoadmodjo, 2005).

f. Sumber Pengetahuan

Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin

(38)

masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoadmodjo S., 2005).

g. Pengukuran Pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila > 80 % (skor 9 – 10), cukup bila 60–80 % (skor 6 – 8), dan kurang bila < 60 % (skor 1 – 5) (Khomsan, A., 2006).

(39)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Sumber : Supariasa, I. D. N, Bachyar B., Ibnu F. (2001) Faktor internal :

1. Perbedaan ras/etnik atau bangsa 2. Keluarga 3. Umur 4. Jenis kelamin 5. Kelainan genetik 6. Kelainan kromosom Faktor eksternal : 1. Faktor pranatal a. Gizi b. Mekanis c. Toksin/zat kimia d. Endokrin e. Radiasi f. Infeksi g. Anoksia embrio h. Kelainan imunologi i. Psikologis ibu 2. Faktor pascanatal a. Gizi

b. Lingkungan fisis dan kimia c. Psikologis

d. Endokrin e. Sosio ekonomi

f. Lingkungan pengasuhan 1) Cara asuh orang tua 2) Pengetahuan ibu tentang :

a) POSYANDU b) KMS

c) Gizi seimbang 3) Sikap ibu tentang :

a) KMS b) Gizi seimbang g. Stimulasi h. Obat-obatan Pertumbuhan balita

(40)

C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2

D. Hipotesis

Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kartu Menuju Sehat dengan pertumbuhan balita di Wilayah RW V Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

Tingkat pengetahuan ibu tentang KMS

Pertumbuhan balita

Gambar

Tabel 2.1 : Indikator Perhitungan Untuk Menentukan Strata Posyandu

Referensi

Dokumen terkait

1,000,000 atas nama Septianingrum 101 Pelatihan dasar ketenagakerjaan (dinas

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat data hasil observasi keterampilan motorik halus pada Siklus II menunjukkan bahwa keterampilan anak pada indikator

Beberapa permasalahan di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru BK dan beberapa siswa kelas XII SMA dan SMK PGRI

Proses output dalam sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford ini adalah berupa hasil laporan stok gudang chemical selama satu bulan yang dibuat oleh

Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Untuk mencapai tujuan program pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak usia dini yang berorientasi pada: (1) tujuan yang mengarah

Sesuai dengan hasil penelitian tentang survival BBLSR di sebuah public sector hospital di Johannesburg menemukan bahwa risiko kelangsungan hidup (survival) BBLR rujukan (BBLSR