• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI PESISIR SELATAN"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI PESISIR SELATAN

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN PESISIR SELATAN

NOMOR 3 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PESISIR SELATAN,

Menimbang :

a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah yang penting guna membiayai

pelaksanaan

pemerintahaan

daerah

dalam

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat serta

mewujudkan kemandirian daerah;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, maka beberapa peraturan daerah yang

mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

di Kabupaten Pesisir Selatan perlu disesuaikan;

c. bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir

Selatan tentang Retribusi Jasa Umum.

Mengingat

1.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam

Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956

Nomor 25) jis Undang-Undang Drt Nomor 21 Tahun

1957 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

(2)

1958 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1958 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 1643);

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3209);

3.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3881);

4.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4355);

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemeritah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi

Kependudukan

(Lembaran

Negara

(3)

9.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4674);

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Ritribusi Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5049);

12.

13.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5063);

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5072);

14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan

Peraturan

Perundang

-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983

Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3258), Sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5145);

(4)

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang

Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3527);

17.

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang

Pemeriksaan Kendaraan Motor di Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3528);

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang

Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000

tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3980);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang

Penggunaan Spektrum Prekwensi Radio dan Orbit

Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3981);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4578);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman

Pembinaan

Dan

Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4594);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang

Administrasi

Kependudukan

(Lembaran

(5)

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4737);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4741);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif

Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5161);

27.

28.

29.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

Sebagaimana telah beberapa diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun

2011;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun

2006; tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

Peraturan Daerah Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun

2011

tentang

Penyelenggaran

Administrasi

Kependudukan.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN PESISIR SELATAN

dan

(6)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1.

Daerah adalah Kabupaten Pesisir Selatan.

2.

Pemerintahan

Daerah

adalah

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

yang menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3.

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

4.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat

DPRD, adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Pesisir Selatan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5.

Bupati adalah Bupati Pesisir Selatan

6.

Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang

retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7.

Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang

dibentuk oleh Bupati Kabupaten Pesisir Selatan dengan

persetujuan bersama DPRD.

8.

Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Pesisir Selatan. Tentang

Retribusi Jasa Umum, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah

pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan untuk kepentingan

orang pribadi atau Badan.

9.

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha

milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD)

dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi

(7)

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga

dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan

bentuk usaha tetap.

10.

Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas,

atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi

atau Badan.

11.

Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau Badan.

12.

Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah.

13.

Retribusi Persampahan/Kebersihan adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan

yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

14.

Retribusi Pelayanan Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda

Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa pelayanan penggantian biaya cetak kartu

tanda penduduk dan akta catatan sipil yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah.

15.

Retribusi Pelayanan Pasar adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa pelayanan pasar yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah.

16.

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan parkir di tepi jalan

umum yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

17.

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak

bersifat sementara.

18.

Retribusi Pelayanan Penggujian Kendaraan Bermotor adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan

penggujian kendaraan bermotor yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah.

19.

Retribusi Pelayanan Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan

penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah.

20.

Retribusi pelayanan tera dan tera ulang adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa pelayanan tera dan tera ulang yang

(8)

21.

Retribusi Pelayanan Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan

pengendalian menara telekomunikasi yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah.

22.

Retribusi Pelayanan Penggantian Biaya Cetak Peta adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan penggantian biaya

cetak peta yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

23.

Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut

peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi tertentu.

24.

Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang

merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan

jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah Kabupaten

Pesisir Selatan.

25.

Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD,

adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah

dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan

dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang

ditunjuk oleh Bupati.

26.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat

SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya

jumlah pokok retribusi yang terutang.

27.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya

disebut SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang

menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah

kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau

seharusnya tidak terutang.

28.

Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD,

adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi

administratif berupa bunga dan/atau denda.

29.

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

penghimpunan data objek dan subjek pajak , penentuan besarnya

pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib

Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

30.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan, dan / atau bukti yang dilaksanakan

secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi

daerah.

(9)

31.

Penyidikan tindak pidana dibidang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik

untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tindak pidana di bidang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

JENIS RETRIBUSI JASA UMUM

Pasal 2

(1)

Jenis Retribusi Jasa Umum yang dipungut diwilayah Kabupaten

Pesisir Selatan adalah :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

e. Retribusi Pelayanan Pasar;

f. Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;

g. Retribusi Pelayanan Penggantian Biaya Cetak Peta;

h. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

i. Retribusi Tera / Tera Ulang, Alat Ukur, Takar Timbang &

Perlengkapannya (UTTP);

j. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi;

e.

K / Belum )

(2)

Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tidak

dipungut apabila potensi penerimaannya kecil dan/atau atas

kebijakan nasional/ daerah untuk memberikan pelayanan tersebut

secara cuma-cuma.

Bagian Kesatu

Retribusi Pelayanan Kesehatan

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 3

Dengan nama retribusi pelayanan kesehatan dipungut retribusi atas

pelayanan kesehatan.

(10)

Pasal 4

(1)

Objek retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 3 adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas

keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit

umum daerah dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis

yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali

pelayanan pendaftaran

(2)

Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan kesehatan adalah

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

Provinsi, BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 5

(1)

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh

pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas

pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah dan

tempat pelayanan kesehatan lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

(2)

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekwensi pelayanan

kesehatan meliputi :

a.

Komponen penghitungan tarif pelayanan kesehatan yang dikenakan

retribusi dikelompokkan sebagai berikut :

1.

Biaya pemeriksaan kesehatan dan tindakan medis;

2.

Biaya Pengobatan;

3.

Biaya Penginapan, Akomodasi dan Konsumsi;

4.

Biaya Administrasi;

5.

Biaya Pembinaan;

b.

Biaya sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi :

1.

Biaya pemeriksaan kesehatan meliputi Laboratorium, Pemeriksaan

Penunjang, biaya tindakan medis serta visum et repertum;

(11)

2.

Biaya pengobatan meliputi biaya obat-obatan;

3.

Biaya penginapan, akomodasi dan konsumsi meliputi biaya

penggunaan fasilitas rawat inap, ambulance, konsumsi;

4.

Biaya administrasi meliputi biaya pengujian kesehatan;

5.

Biaya pembinaan meliputi biaya pembinaan konseling,fasilitas

kesehatan, biaya pembinaan pasca perawatan dan biaya pembinaan

hygiene sanitasi;

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 7

Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan pada

puskesmas/puskesmas pembantu, puskesmas nagari, laboratorium

kesehatan, dan RSUD Dr. M.Zein Painan adalah :

a.

Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan Kesehatan di

puskesmas dan puskesmas pembantu, puskesmas nagari ditetapkan

dalam Lampiran I. A. Peraturan Daerah ini.

b.

Struktur dan besarnya tarif pelayanan laboratorium kesehatan

ditetapkan dalam lampiran I B. Peraturan Daerah ini.

c.

Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr.M.Zein Painan, ditetapkan dalam Lampiran I.

C. Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 8

Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut

Retribusi atas jasa pelayanan persampahan ketempat Pembuangan

Sementara(TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

(12)

Pasal 9

(1)

Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaiman

dimaksud pada Pasal 8 adalah pelayanan persampahan/kebersihan

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah meliputi :

a.

Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sampah;

b.

Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi

pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pemusnahan

akhir sampah; dan

c.

Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.

(2)

Dikecualikan

dari

objek

Retribusi

Pelayanan

Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)

adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah,

sosial, dan tempat umum lainnya.

Pasal 10

(1)

Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah orang

pribadi

atau

badan

yang

memperoleh

pelayanan

persampahan/kebersihan dari pemerintah Daerah

(2)

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

Paragraf 2

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 11

(1)

Atas pelayanan persampahan/kebersihan dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dalam lampiran II Peraturan Daerah ini.

(13)

Bagian Ketiga

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan

Akta Catatan Sipil

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 12

Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda

Penduduk dan Akta Catatan Sipil dipungut Retribusi atas pelayanan

penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil.

Pasal 13

(1)

Objek retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan

akta catatan sipil sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 adalah

pelayanan :

a.

Kartu Tanda Penduduk;

b.

Kartu Keterangan Bertempat Tinggal;

c.

Kartu Identitas Kerja;

d.

Kartu Penduduk Sementara;

e.

Kartu Identitas Penduduk Musiman;

f.

Kartu keluarga; dan

g.

Akta catatan sipil yang meliputi akta kelahiran, akta perkawinan,

akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akata

ganti nama bagi warga negara asing dan akta kematian.

(2)

Dikecualikan dari objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu

Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah:

a.

Akta Catatan Sipil berupa Akta Kelahiran bagi anak WNI dan

WNA;

b.

Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk

miskin;dan,

c.

Penggantian dokumen kependudukan yang hilang dan atau rusak

akibat bencana alam.

(3)

Penduduk miskin sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b

ditetapkan dengan keputusan Bupati.

(14)

Pasal 14

(1)

Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk

dan Akta Catatan Sipil adalah pelayanan orang pribadi yang

memperoleh penggantian cetak kartu tanda penduduk dan akta

catatan sipil dari Pemerintah Daerah.

(2)

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

Pasal 15

Tingkat penggunaan jasa retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda

penduduk dan akta catatan sipil diukur berdasarkan atas jumlah

pelayanan penggantian cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan

sipil.

Paragraf 2

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 16

(1)

Atas jasa pelayanan penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk

dan akta catatan sipil dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini

Bagian Keempat

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 17

Dengan nama retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dipungut

pelayanan parkir di tepi jalan umum.

(15)

Pasal 18

(1)

Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

sebagaimana

dimaksud Pada pasal 17 adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi

jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai

dengan Ketentuan Perundang-undangan.

(2)

Penentuan ruas jalan sebagai Objek Retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatas ditetapkan dengan Keputusan

Bupati.

Pasal 19

(1)

Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum adalah orang

pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan penyediaan fasilitas

parkir di tepi jalan umum.

(2)

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 20

Tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan parkir diukur berdasarkan

jenis kendaraan dan tempat parkir di tepi jalan umum.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 21

(1)

Atas jasa pelayanan parkir di tepi jalan umum dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dalam lampiran IV Peraturan Daerah ini :

Bagian Kelima

Retribusi Pelayanan Pasar

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 22

Dengan nama Retribusi Pelayan Pasar dipungut retribusi atas

pelayanan pasar.

(16)

Pasal 23

(1)

Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada pasal

22

adalah

penyediaan

pelayanan

fasilitas

pasar

tradisional/sederhana, berupa pelataran, los dan kios yang dikelola

pemerintah kabupaten, dan khusus disediakan untuk pedagang.

(2)

Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Propinsi, BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 24

(1)

Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah Orang Pribadi atau Badan

yang

memperoleh

pelayanan

penyediaan

fasilitas

pasar

tradisional/sederhana, berupa pelataran, los dan kios dari

Pemerintah Daerah.

(2)

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 25

Tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan pasar diukur berdasarkan

atas jenis tempat, klasifikasi, dan fasilitas pasar yang digunakan.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 26

(1)

Atas jasa pelayanan pasar dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebagai berikut :

a.

Tarif ditentukan berdasarkan klasifikasi pasar dan golongan

dari los dan pelataran.

(17)

b.

Klasifikasi pasar ditentukan berdasarkan letak pasar, dengan

kriteria sebagai berikut : .

1.

Pasar Klasifikasi I berada di Ibu Kota Kabupaten.

2.

Pasar Klasifikasi II berada di ibu Kota Kecamatan.

3.

Pasar Klasifikasi III berada di Nagari.

c.

Kriteria golongan ditentukan dari fasilitas los dan pelataran,

dengan kriteria :

1.

Golongan A adalah los.

2.

Golongan B adalah pelataran.

Pasal 27

Klasifikasi pasar dan golongan sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 di

atas ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 28

(1)

Atas jasa pelayanan pasar dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dalam lampiran V Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam

Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 29

Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Berkala Bermotor

dipungut retribusi atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

Pasal 30

Objek retribusi pengujian berkala kendaraan bermotor sebagaimana

dimaksud pada Pasal 29 adalah pelayanan pengujian kendaraan

bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang diselenggarakan oleh pemerintah Daerah.

(18)

Pasal 31

(1)

Subjek Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor adalah

orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pengujian

kendaraan bermotor.

(2)

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 32

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas frekwensi, fasilitas

dan jenis kendaraan bermotor yang dilakukan pengujian.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 33

(1)

Atas pelayanan pengujian berkala kendaraan bermotor dikenakan

retribusi.

(2)

Struktur tarif dibedakan berdasarkan jenis kendaraan bermotor yang

diuji

(3)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dalam lampiran VI Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketujuh

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 34

Dengan nama Retribusi Penggatian Biaya Cetak Peta dipungut retribusi

atas pelayanan penggantian biaya cetak peta yang diberikan oleh

pemerintah daerah.

(19)

Pasal 35

Objek retribusi penggatian biaya cetak peta adalah jasa pelayanan yang

disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah sehubungan dengan

pencetakan dan / atau penggadaan peta yang meliputi :

a.

Peta dasar (garis) Kabupaten Pesisir Selatan

b.

Peta foto Kabupaten Pesisir Selatan

c.

Peta digital Kabupaten Pesisir Selatan

d.

Peta tematik Kabupaten Pesisir Selatan dan

e.

Peta teknis (struktur).

Pasal 36

(1)

Subjek retribusi Penggatian Biaya Cetak Peta adalah orang pribadi

atau badan yang menggunakan dan / atau memperoleh pelayanan

pencetakan dan / atau penggandaan peta dari Pemerintah Daerah.

(2)

Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi penggantian

biaya cetak peta.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 37

Tingkat penggunaan jasa retribusi penggantian biaya cetak peta diukur

berdasarkan atas jenis, media cetak, teknis pencetakan dan ukuran

peta.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 38

(1)

Atas pelayanan penggantian biaya cetak peta dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(20)

Bagian Kedelapan

Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

Paragraf 1

Nama , Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 39

Dengan nama Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

dipungut retribusi atas pelayanan dan/atau penyediaan penyedotan

kakus.

Pasal 40

(1)

Objek

retribusi

penyediaan

dan/atau

penyedotan

kakus

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 adalah pelayanan

penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah.

(2)

Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang

disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan

pihak swasta

Pasal 41

(1)

Subjek retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus adalah

orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan

penyedotan kakus.

(2)

Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi jasa umum

pelayanan penyedotan kakus

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 42

Tingkat penggunaan jasa retribusi dan/atau penyedotan kakus diukur

berdasarkan atas jumlah pelayanan yang diberikan untuk pelayanan

penyedotan kakus, berdasarkan lokasi ibu kota kecamatan.

(21)

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya tarif Retribusi

Pasal 43

1)

Atas pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus dikenakan

retribusi.

2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

maksimal 2 M.³ ditetapkan sebagai lampiran VIII keputusan ini :

Bagian Ketujuh

Retribusi Tera dan Tera Ulang, Alat Ukur,Takar, Timbang

dan Perlengkapannya (UTTP)

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 44

Dengan nama Retribusi Tera / Tera Ulang dipungut retribusi atas jasa

pelayanan tera / tera ulang

Pasal 45

Objek Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulang adalah pelayanan

pengujian alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya sebagai

berikut:

1.

Ukuran Panjang;

2.

Alat Ukur dari Gelas:

a.

Labu Ukur, Buret dan Pipet;

b.

Gelas Ukur.

3.

Bejana Ukur (takaran);

4.

Alat Ukur Cairan Minyak:

a.

Meter Bahan Bakar Minyak;

b.

Meter Induk (Standar Meter BBM);

c.

Meter Kerja (meter untuk transaksi BBM);

d.

Pompa Ukur (pompa di SPBU).

(22)

b.

Meter Kerja (meter untuk transaksi);

c.

Meter Gas Orifice dan sejenisnya (suatu sistem untuk alat ukur

gas);

d.

Perlengkapan Meter Gas Orifice (alat perlengkapan meter gas);

e.

Pompa Ukur Bahan Bakar Gas (BBG), LPG (Pompa BBG di

SPBBG);

f.

Tabung Gas LPG atau Gas lainnya.

6.

Meter Air:

a.

Meter Induk (standar meter);

b.

Meter Kerja (meter untuk transaksi).

7.

Meter Cairan Minuman selain Air:

a.

Meter Induk (meter untuk standar);

b.

Meter Kerja (meter untuk transaksi).

8.

Meter Energi Listrik lainnya (kWh meter);

9.

Pembatas Arus Listrik (MCB = pembatas arus listrik);

10.

Anak Timbangan:

a.

Ketelitian Sedang dan Biasa (Kelas M2 dan M3);

b.

Ketelitian Halus (Kelas F2 dan MI);

c.

Ketelitian Khusus (Kelas E2 dan F1).

11.

Timbangan:

a.

Sampai dengan 3.000 kg:

-

Ketelitian sedang dan biasa (Kelas III dan IV);

-

Ketelitian Halus (Kelas II)

-

Ketelitian Khusus (Kelas I).

b.

Lebih dari dengan 3.000 kg:

-

Ketelitian sedang dan biasa

-

Ketelitian Halus dan Khusus.

12.

Meter Kadar Air;

a.

Untuk biji-bijian tidak mengandung minyak;

b.

Untuk biji-bijian mengandung minyak;

c.

Untuk kayu dan komoditi lain.

13.

UTTP yang memiliki konstruksi tertentu;

a.

Timbangan milisimal, sentisimal, desimal, bobot ingsut dan

timbangan pegas;

b.

Timbangan cepat, pengisi (curah), dan timbangan pencampuran

untuk semua kapasitas.

(23)

Pasal 46

(1)

Subjek Retribusi pelayanan tera / tera ulang adalah orang pribadi

atau badan yang memperoleh Pelayanan Tera / Tera Ulang

(2)

Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi pelayanan

tera / tera ulang.

Paragraf 2

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 47

Tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan tera / tera ulang diukur

berdasarkan tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas dan

peralatan pengujian yang digunakan;

Paragraf 3

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 48

(1)

Atas pelayanan tera / tera ulang dikenakan retribusi.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dalam lampiran IX Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedelapan

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 49

Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut

retribusi atas pelayanan pengendalian menara telekomunikasi.

Pasal 50

(24)

telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan

dan kepentingan umum.

Pasal 51

(1)

Subjek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah orang

pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan jasa pengendalian

menara telkekomunikasi.

(2)

Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi pengendalian

menara telekomunikasi

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 52

Tingkat penggunaan jasa retribusi pengendalian menara telekomunikasi

diukur berdasarkan atas jumlah pelayanan pengendalian menara

telekomunikasi.

Paragraf 3

Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 53

Besarnya tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

ditetapkan sebesar 2 % per tahun dari nilai Jual Objek Pajak ( NJOP)

Bumi dan Bangunan Menara Telekomunikasi, yang besarnya retribusi

dikaitkan dengan frekwensi pengawasan dan pengendalian menara

telekomunikasi tersebut.

(25)

BAB III

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN

BESARNYA TARIF RETRIBUSI JASA UMUM

Pasal 54

(1)

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum

ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan

efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2)

Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya

operasional dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.

(3)

Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya

penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian

biaya.

(4)

Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk hanya

memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian.

BAB IV

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 55

Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah daerah Kabupaten Pesisir

Selatan.

BAB V

TATA CARA PEMUNGUTAN PEMBAYARAN

Pasal 56

(1)

Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2)

Pembayaran Retribusi yang terhutang harus dibayar sekaligus.

(3)

Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain

(26)

(4)

Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

(5)

Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

BAB VI

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 57

(1)

Pelaksanaan Penagihan Retribusi didahului dengan Surat Teguran.

(2)

Pelaksanaan penagihan retribusi dilakukan 7 (tujuh) hari setelah

jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar atau

penyetoran atau surat lainnya yang sejenis.

(3)

Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau

peringatan atau surat lainnya yang sejenis, wajib retribusi harus

melunasi retribusinya yang terutang.

(4)

Surat teguran atau surat peringatan atau surat lainnya

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau

pejabat yang ditunjuk.

BAB VII

PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 58

(1)

Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah

melampaui jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak saat

terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan

tindak pidana dibidang retribusi.

(2)

Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tertangguh apabila:

a.

Diterbitkan surat teguran ; atau

b.

Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik

langsung maupun tidak langsung.

(27)

(3)

Dalam hal menerbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a kadaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal

penyampaian surat paksa tersebut.

(4)

Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan

kesadaran menyatakan masih mempunyai utang dan belum

melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5)

Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan

permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan

permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 59

(1)

Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk

melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2)

Bupati menetapkan keputusan penghapusan retribusi kabupaten

yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(3)

Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa

diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII

PEMANFAATAN

Pasal 60

(1)

Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi

diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung

dengan penyelenggaraan pelayan yang bersangkutan

(2)

Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tetapkan dengan Peraturan

Bupati.

BAB IX

K E B E R A T A N

Pasal 61

(1)

Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati

(28)

(2)

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

disertai alasan-alasan yang jelas.

(3)

Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan

retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran

ketetapan retribusi tersebut.

(4)

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan

diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat

menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena

keadaan diluar kekuasaannya.

(5)

Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat

keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6)

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi

dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 62

(1)

Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak

tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan

atas keberatan yang diajukan.

(2)

Keputusan Bupati atas keberatan dapat menerima keseluruhannya,

sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang

terutang.

(3)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah

lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang

diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB X

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 63

(1)

Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat

(29)

(2)

Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan

keputusan.

(3)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah

dilampaui dan /bupati tidak memberikan suatu keputusan,

pemohonan

pengembalian

pembayaran

retribusi

dianggap

dikabulkan dan SKRDLB diterbitkan dalam jangka waktu paling

lama 1 (satu) bulan.

(4)

Apabila wajib retribusi nmempunyai utang retribusi lainnya,

kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu

retribusi tersebut.

(5)

Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama

2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.

Pasal 64

(1)

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

diajukan secara tertulis kepada Bupati sekurang-kurangnya

menyebutkan :

a.

Nama alamat wajib retribusi;

b.

Masa retribusi;

c.

Besarnya kelebihan pembayaran;

d.

Alasan yang singkat dan jelas.

(2)

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3)

Bukti penerimaan oleh pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos

tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima Bupati.

Pasal 65

(1)

Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan

(30)

(2)

Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan

hutang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud Pasal 55

pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti

pemindahan bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XI

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 66

(1)

Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan

pembebasan retribusi.

(2)

Pengurangan , keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan memperhatikan

kemampuan wajib retribusi, antara lain lembaga sosial, dengan cara

mengangsur, kegiatan sosial dan bencana alam.

(3)

Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi

ditetapkan dengan peraturan Bupati.

BAB XII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 67

Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya

atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga

sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang

tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 68

(1)

Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga

(31)

3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3(tiga) kali jumlah

retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.

(2)

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelanggaran.

(3)

Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

penerimaan negara.

BAB XIV

PENYIDIKAN

Pasal 69

(1)

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan pemerintah

Daerah diberikan wewenang khusus sebagai penyidik untuk

melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara

Pidana.

(2)

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3)

Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a.

Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan

atau laporan berkenaan dengan tindak pidana retribusi daerah

dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut

menjadi lengkap atau jelas;

b.

Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai

orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang

dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi

Daerah;

c.

Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau

badan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

d.

Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen

lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

e.

Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen – dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

(32)

f.

Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan

penyidikan tindak pidana Retribusi Daerah;

g.

Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang

berlangsung dan memeriksa identitas seseorang, benda

dan/atau dokumen yang dibawa;

h.

Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana

Retribusi Daerah;

i.

Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

j.

Menghentikan penyidikan;

k.

Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana Retribusi Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya

kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana.

BAB XV

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 70

(1)

Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi

insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2)

Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3)

Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Bupati.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 71

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Retribusi yang masih

terutang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Retribusi mengenai

jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1) masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung

sejak saat terutang.

(33)

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :

1.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun 2004

tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.

2.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 05 Tahun 2005

tentang Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan Dalam

Kabupaten Pesisir Selatan.

3.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 06 Tahun 2006

tentang Retribusi Penyedotan Kakus.

4.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 03 Tahun 2006

tentang Pelayanan dan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu

Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.

5.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 04 Tahun 2002

tentang Retribusi Pasar.

6.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan Nomor

08 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Dalam

Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan.

7.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 05 Tahun 2006

tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

8.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan Nomor

16 Tahun 1998 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dalam

Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan.

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Hal-Hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang

pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(34)

Pasal 74

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Pesisir Selatan.

Ditetapkan di Painan

pada tanggal 24 Januari

2011

BUPATI PESISIR SELATAN,

ttd

NASRUL ABIT

Diundangkan di Painan

Pada tanggal 25 Januari 2012

PLT. SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Asisten Administrasi Umum

ttd

HJ. EMIRDA

ZISWATI, SE.,MM.

Pembina Utama Muda NIP : 19651111 199003 2 006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2012

NOMOR :3

(35)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

NOMOR 3 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM

I.

UMUM

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Kabupaten

Pesisir Selatan mempunyai hak dan kewajiban mengurus sendiri

urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut,

Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 yang menempatkan Retribusi sebagai salah satu perwujudan

kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat,

seperti Retribusi dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur

dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian, pemungutan Retribusi

Daerah harus didasarkan pada Peraturan Daerah.

Selama ini pungutan Daerah yang berupa Retribusi didasarkan

atas Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan, mengingat

dikeluarkannya Undang – undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

,

maka

perlu dilakukan

perbaikan dan/atau perubahan sesuai dengan ketentuan

perundang – undangan yang berlaku.

Hasil penerimaan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki

peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD). Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai

dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal , dana alokasi dari pusat

(36)

tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan

pengeluaran Daerah.

Oleh karena itu, dukungan masyarakat melalui Retribusi

Daerah masih harus terus digalakkan, dengan tetap menjaga

kestabilan iklim investasi dan menghindari adanya tumpang tindih

dengan pungutan pusat, serta tidak merintangi arus barang dan

jasa antar daerah.

Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, Kabupaten

Pesisir Selatan diharapkan akan semakin mampu membiayai

kebutuhan

pengeluarannya

dalam

melaksanakan

kegiatan

pembangunan daerah, disisi lain akan dapat memberikan kepastian

bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan

akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi

kewajiban Retribusi Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup jelas.

(37)

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan tempat umum lainnya adalah

tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat

umum dan dikelola oleh Pemerintah Daerah;

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat(2)

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat(2)

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

(38)

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

(39)

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup Jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasl 38

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 39

(40)

Cukup jelas

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup Jelas

Pasal 46

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 47

Cukup Jelas

Pasal 48

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

(41)

Pasal 49

Cukup Jelas

Pasal 50

Cukup Jelas

Pasal 51

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup Jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup Jelas

Pasal 56

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Ayat (5)

Cukup Jelas

Pasal 57

(42)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Surat lain yang sejenis dapat berupa karcis, kupon,

kartu langganan dan nota perhitungan.

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 58

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup Jelas

Pasal 59

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 60

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 61

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup Jelas

Referensi

Dokumen terkait

Penyandang disabilitas yang merasa hidup lebih memuaskan dan tidak lagi kosong, merasa lebih percaya diri dan lebih berharga karena menjadi atlet cenderung menunjukkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan masyarakat Jember menerima produk K-Link Berbasis Syariah ditinjau dari aspek budaya yang tergolong Islam yang masih

Pemanfataan limbah kulit semangka sebagai bahan baku dalam pembuatan fruitghurt ini dilakukan untuk mendayagunakan limbah kulit semangka menjadi suatu produk pangan

Kemudian data kualitatif lapangan dibandingkan dengan kriteria dan parameter ruang bersama dimana dari perbandingan tersebut dapat ditentukan prinsip yang dianut masyarakat

Maternal and antenatal risk factors for stillbirth and neonatal mortality in rural bangladesh : A case- control studies.. PLoS ONE

CT scan dengan kontras dan didapatkan gambaran malformasi arteri vena pada daerah parietal kiri, kemudian untuk mengetahui anatominya dilakukan angiografi..

4248/LS-BJ/2019 Pembayaran Belanja Perjadin Dalam Daerah Puskesmas Bagian Bulan Mei 2019, Melalui Kegiatan Pelayanan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Ngraho,

Dan cara menyelesaikan konflik yang kedua ialah dengan kerjasama cara ini bisa membuat yang berkonflik mengakui dan menerima perbedaan dan mengeksplor