• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMADATAN ENDAPAN CaCO 3 MENGGUNAKAN LEMPUNG UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMADATAN ENDAPAN CaCO 3 MENGGUNAKAN LEMPUNG UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN LINGKUNGAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMADATAN ENDAPAN

CaCO

3

MENGGUNAKAN

LEMPUNG UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN

LINGKUNGAN

Isman MT., Sukosrono

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

ABSTRAK

PEMADATAN ENDAPAN CaCO3 MENGGUNAKAN LEMPUNG UNTUKMENJAMIN

KESELAMATAN LINGKUNGAN. Telah dilakukan penelitian pemadatan endapan CaCO3 hasil

pengolahan secara kimia limbah radioaktif cair menggunakan bahan lempung. Tujuan penelitian adalah untuk menyiapkan monolit keramik yang bisa berfungsi sebagai isolator/bahan pengkondisi radionuklida sehingga mobilitas radionuklida ke lingkungan bisa dihambat. Peneltian dilakukan dengan cara mencampur endapan CaCO3 dengan lempung dan air, kemudian dipanaskan sampai terbentuk monolit

keramik. Variabel yang diteliti adalah jumlah endapan CaCO3, suhu pemanasan. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa jumlah endapan yang dapat ditambahkan dalam monolit keramik sebesar 20 % pada suhu pemanasan 1000 oC. Pada kondisi ini diperoleh berat jenis monolit keramik sebesar 1,833 gram/cm3,

kemampuan serap monolit keramik terhadap air sebesar 1,231`%, kekuatan tekan monolit sebesar 30,576 N/mm2. Karakteristik monolit ini adalah cukup baik sebagai media pengungkung limbah radioaktif sehingga

diharapkan bisa menjamin keselamatan lingkungan.

ABSTRACT

THE IMMOBILIZATION SLUDGE CaCO3 USED CERAMIC TO GUARANTING ENVIRONMENTAL

SAFETY. The investigation of the immobilization sludge CaCO3 which was resulted from the cemical

treatment radioactive wastes used ceramic to guaranting the environmental safety has been done. The aim of this research is to prepare monolith ceramic as the conditioning of the radionuclides so the its

mobilization to environmental can be retarded. The process was done by mixing sludge CaCO3 with clay

and water, then heated it up to form the ceramic monolith. The investigated variables were concentration of the sludge and heating temperature. The result showed that the amount of sludge that can be added into the ceramic monolith is 20 % at the heating temperature of 1200 oC. At this condition the specific weight of

ceramic monolith is 1,833 gram/cm3, its compressive strenght is 30,576 N/mm2 , and its sorption to water is

1,231 %. These monolith characteristic are good as the immobilized radioactive wastes so the the environmental safety can be guaranted.

PENDAHULUAN

engolahan limbah radioaktif pada dasarnya adalah usaha untuk memisahkan zat radioaktif dari dalam limbah dan kemudian mengungkungnya agar tidak tersebar dan membahayakan manusia serta lingkungannya. Pengungkungan/pemadatan limbah dilakukan dengan mengkonversi limbah menjadi bentuk padatan yang monolit dengan menggunakan bahan pemadat tertentu. Di dalam blok monolit ini, adanya zat radioaktif menjadi sulit terlepas/tersebar baik selama penyimpanan sementara, pengangkutan ataupun penyimpanan akhir.(1,2)

P

Limbah radioaktif cair dapat diolah dengan cara proses pengolahan kimia, pertukaran ion, dan proses evaporasi. Ketiga proses ini diterapkan

secara terpisah atau gabungan diantaranya. Air limbah yang mengandung kontamianan radionuklida dengan konsentrasi yang rendah tidak dapat diendapkan langsung dengan pengolahan kimia, sehingga memerlukan bahan pengemban untuk proses pengendapannya.(3,4)

Proses soda kapur banyak diterapkan dalam proses pelunakan air untuk menghilangkan ke-sadahan air (baik untuk keke-sadahan permanen maupun kesadahan sementara), dapat juga diterapkan untuk pengolahan limbah radioaktif tingkat rendah yang mengandung nuklida Sr. Metoda yang digunakan adalah dengan penambahan Ca(OH)2 dan Na2CO3 untuk

mengen-dapkan karbonat kemudian diikuti dengan pengaturan pH. Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses soda kapur adalah sebagai berikut :

(2)

Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2

2 CaCO3

+ 2 H2O (1)

Mg(HCO3)2 + 2 Ca(OH)2

2 CaCO3

+ Mg(OH)2 + 2 H2O (2)

MgSO4 + Ca(OH)2

Mg(OH)2

+ CaSO4 (3)

CaSO4 + Na2CO3

CaCO3

+ Na2SO4 (4)

Dengan proses ini, hidroksida dan bikarbonat dari logam berat akan mengendap, sedangkan strontium karbonat mengendap bersama-sama dengan kalsium karbonat (CaCO3)dalam bentuk kristal campuran.

Untuk radionuklida 241Am dalam limbah cair yang

diolah dengan cara ini, akan diperoleh efesiensi sebesar (99.2 ± 0,63) % yang dikerjakan pada pH = 10. (3,5)

Endapan CaCO3 yang terjadi selanjutnya

dipisahkan dari beningan untuk dilakukan proses pemadatan. Proses pemadatan ini dimaksudkan untuk merubah bentuk fisik limbah radioaktif menjadi bentuk padatan yang monolit (satu kesatuan), untuk mengurangi kemampuan pindah atau dispersi radionuklida keluar dari limbah karena proses alamiah selama penyimpanan, pengangkutan dan penyimpanan akhir. Tujuan dari proses ini agar radionuklida yang ada dalam limbah tidak larut atau terekstrak kembali oleh air dan tidak menyebar ke lingkungan.

Untuk memadatkan endapan dibutuhkan media yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Mudah digunakan

2. Tidak korosif terhadap kontainer 3. Tidak ada cairan bebas

4. Mempunyai sifat fisis yang stabil 5. Harganya murah

6. Tahan terhadap radiasi

7. Mempunyai kecepatan pelindian yang kecil Keramik yang dibuat menggunakan bahan dasar dari campuran mineral lokal lempung, feldspar dan pasir, akan memiliki sifat-sifat sebagai media pengungkung limbah radioaktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan suatu monolit keramik yang bisa berfungsi sebagai isolator/bahan pengkondisi radionuklida yang ada dalam endapan kimia sehingga mobilitas radionuklida ke lingkungan bisa dihambat dan potensi bahayanya bagi lingkungan bisa diminimalisasi/ditanggulangi sampai batas aman bagi lingkungan yang mengacu pada besarnya harga konsentrasi tertinggi yang diijinkan (KTD). (6, 7, 8)

TATA KERJA

Bahan

Endapan CaCO3 (hasil proses pengendapan/

presipitasi) berasal dari bahan kimia Na2CO3 dan

CaCl2..Selanjutnya endapan dicampur dengan

lem-pung dan air untuk membentuk monolit keramik.

Alat

Endapan hasil proses koagulasi & flokulasi dicampur dengan lempung dan air dicetak menjadi bahan monolit keramik kemudian dipanaskan pada tungku bakar (furnace) Monolit keramik yang terjadi diuji kualitasnya memakai alat uji tekan Paul Weber.

Cara Kerja

Untuk melakukan pemadatan endapan hasil pengolahan kimia, mula-mula lempung dihancurkan sampai didapatkan ukuran 100 sampai dengan 200 mesh. Lempung yang sudah dikarakterisasi di Laboratorium Balai Keramik Bandung, dihaluskan selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian ditambahkan endapan hasil pengolahan kimia, air dan diaduk sampai terbentuk adonan yang homogen. Adonan yang terjadi kemudian dicetak dalam bentuk silender dengan ukuran tinggi 2,5 cm, diameter 2,46 cm dengan diberi tekanan sebesar 20 N/mm2. Hasil cetakan yang terjadi

kemudian dikeringkan pada suhu kamar sampai beratnya stabil. Hasil cetakan yang telah kering kemudian dipanaskan. Blok monolit yang terjadi setelah dingin diamati bentuknya secara visual, kemudian dilakukan uji kuat tekan dan uji kemampuan serap terhadap air. Uji kuat tekan dilakukan menggunakan Alat Uji Tekan Paul Weber dan besarnya kuat tekan dihitung sesuai persamaan 5.

A

F

P

=

(5)

P = besarnya kuat tekan

F = besarnya gaya tekan (Newton)

(3)

Uji kemampuan serap air dilakukan dengan cara merendam monolit ke dalam aquades selama 24 jam, selanjutnya kemampuan serap monolit terhadap air dihitung sesuai dengan persamaan 6.

%

100

0 0 1

x

W

W

W

W

=

(6) W = kemampuan serap (%)

W1= berat monolit setelah menyerap air (gram) W0 = berat monolit sebelum menyerap air (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas monolit keramik yang telah digunakan untuk mengikat endapan CaCO3 dapat

dilihat pada Gambar 1, 2, 3. Perubahan berat jenis monolit keramik sebagai akibat adanya kandungan endapan CaCO3 dapat dilihat pada Gambar 1.

Adanya perubahan berat jenis ini, dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya reaksi

kimia-fisika dalam keramik. Dari Gambar 1 tampak bahwa suhu pemanasan dan kandungan endapan berpengaruh terhadap berat jenis monolit keramik. Perubahan ini akibat dari adanya reaksi dehidrasi air higroskopis ataupun air terhidrat, yang diikuti terjadinya reaksi dekomposisi sesuai dengan reaksi 6, 7, 8, 9. 1,6 1,7 1,8 1,9 2 0 5 10 15 20

Jumlah Endapan CaCO3, (%)

B e ra t Je n is M o n o lit ( g ra m /c m 3) 950 oC 1000 oC 1100 oC 1150 oC 1200 OC 950 oC 1000 oC 1100 oC 1150 oC 1200 oC

Gambar 1. Pengaruh jumlah endapan

CaCO3terhadap berat jenis monolit keramik yang dihasilkan pada berbagai macam suhu emanasan

Al2O3.2SiO2.2H2O

t

:450

0C

-600

oC

Al2O3.2SiO2 + 2 H2O (6)

2 (Al2O3.2SiO2)

t

:925

oC

2Al2O3.3SiO2 + SiO2 (7)

2Al2O3.3SiO2

t

:1100

oC

2 (Al2O3.SiO2)

silikon spinel

+ SiO2

tridimit

(8) 3 (Al2O3.SiO2))

t

:1400

oC

3Al2O3.2SiO2

(mulit) + SiO(kristobalit)2 (9) Titik lebur karbonat 590 0C, sehingga adanya

karbonat dalam monolit keramik yang telah dipanaskan pada suhu 950 0C akan melebur dan

selanjutnya akan mengalami dekomposisi mengahasilkan CO2. Dengan terjadinya dekomposisi

senyawa karbonat maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan berat monolit. Setelah terjadi endapan CaCO3, pada pemanasan yang selanjutnya

maka akan terjadi juga peleburan penyusun keramik. Dengan terjadinya proses peleburan ini, maka ruang-ruang kosong/pori-pori sudah mulai merapat, sehingga akan terjadi perubahan bentuk dan ukuran pori-pori. Komponen yang melebur ini akan menutup dan mengisi pori-pori yang ada, akibatnya monolit yang terjadi menjadi mampat dan berat jenis yang dihasilkan menjadi besar. Dari hasil uji regresi-korelasi menunjukkan bahwa berat jenis monolit yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah endapan yang diimobilisasi dan suhu proses pemanasan. Besarnya berat jenis monolit berbanding lurus terhadap suhu pemanasan dan berbanding terbalik terhadap jumlah endapan yang dipadatkan. Hasil uji difraksi sinar X pada monolit dengan suhu pemanasan 1000 oC (yang dilakukan di Balai

Keramik Bandung) menunjukkan bahwa mineral

yang ada dalam blok monolit adalah feldspar, kuarsa alpha, hematite. Hal ini menandakan bahwa sudah terjadi reaksi peruraian dari lempung dan peleburan yang terjadi adalah akibat dari meleburnya endapan yang ditambahkan. Pada proses pemanasan pada suhu 1200 oC sudah terjadi pelelehan dari monolit

keramik yang dipanaskan.

Kemampuan serap monolit keramik terhadap air dapat dijadikan indikator terhadap kualitas monolit yang dihasilkan dan dapat juga dipakai sebagai indikator terhadap proses vitrifikasi yang terjadi. Menurut Widad Baraba, jika kemampuan serap monolit keramik terhadap air mulai menurun dengan naiknya suhu pemanasan, maka sudah mulai terjadi perubahan ukuran pori-pori ataupun bentuk pori-pori yang mengecil yang akhirnya akan merapat. Proses vitrifikasi dikatakan sudah terbentuk apabila kemampuan monolit dalam menyerap air kurang dari 3 % dari berat total. Dengan terjadinya perubahan bentuk dan ukuran pori-pori yang semakin mengecil, maka juga akan menyebabkan terjadi perubahan ukuran dimensi dari monolit. Semakin mampat bentuk monolit yang terjadi maka semakin kecil bentuk dimensi yang dihasilkan,

(4)

dengan kata lain terjadi penyusutan panjang (penyusutan ukuran). Hasil uji kemampuan serap monolit terhadap air ditunjukkan pada Gambar 2. Monolit keramik setelah mengikat kandungan endapan CaCO3, kemampuan serapnya terhadap air

cenderung naik dengan naiknya jumlah kandungan endapan untuk suhu pemanasan antara 950 oC

sampai 1100 oC, dan pada suhu pemanasan 1200 oC

cenderung turun dengan naiknya jumlah kandungan endapan. Pada monolit dengan kandungan endapan CaCO3 sebanyak 20 %, yang dipanaskan pada suhu

1200 oC mempunyai nilai kemampuan serap sebesar

1,231 %. Pada kondisi ini, monolit sudah dapat dikatakan terjadi proses vitrifikasi (karena nilai kemampuan serap air kurang dari 3 %), sehingga monolit akan mampu menahan pelindian kontaminan yang ada dalam monolit tersebut.

0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20

Jumlah Kandungan Endapan CaCO3, (%)

Ke m am pu an S er ap M on ol it Te rh ad ap A ir (% ) 950 oC 1000 oC 1100 oC 1200 OC 950 oC 1000 oC 1100 oC 1200 oC

Gambar 2. Pengaruh jumlah endapan CaCO3 terhadap kemampuan serap air, untuk monolit keramik yang dihasilkan pada berbagai macam suhu pemanasan

Sebagai media pengungkung limbah radioaktif, monolit keramik harus mempunyai kekuatan mekanik. Salah satu indikator kekuatan mekanik dapat dilihat dari besarnya nilai kuat tekan yang dihasilkan, semakin besar kuat tekan yang dimiliki maka semakin besar ketahanan mekaniknya. Kuat tekan mekanik keramik monolit yang dihasilkan dengan berbagai macam berat kandungan endapan dan pada berbagai macam suhu pemanasan dapat dilihat pada Gambar 3.

Besarnya nilai kuat tekan sangat tergantung dari jumlah endapan yang ditambahkan dan suhu pemanasan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan reaksi-reaksi yang terjadi, seperti telah diuraikan di atas, akibat adanya gas yang dikeluarkan maka akan terbentuk rongga-rongga ataupun pori-pori. Semakin banyak air ataupun gas yang dikeluarkan maka akan semakin besar rongga yang terjadi. Akibatnya kuat

tekan yang dihasilkan juga semakin rendah. Setelah terjadi peleburan yang mengakibatkan monolit yang terjadi menjadi mampat, maka kekuatan tekan monolit menjadi lebih besar. Dari hasil uji rgresi korelasi menunjukkan bahwa harga kuat monolit keramik berbanding lurus dengan berat jenis dan berbanding terbalik kemampuan serapnya terhadap air. Besarnya kuat tekan monolit terjadi pada endapan 20%, suhu pemanasan 1200 oC, yaitu sebesar 30,576 N/mm2. Nilai jauh lebih besar bila dibandingkan dengan batas yang diijinkan. Nilai kekuatan tekan monolit keramik yang diijinkan setelah menerima beban limbah minimal sebesar 0,1 N/mm2. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 5 10 15 20

Jumlah Kandungan Endapan CaCO3 (%)

K u a t T e ka n M o n o lit ( N /c m 2 ) 950 1000 1100 1150 1200oC 950 oC 1000 oC 1100 oC 1150 oC 1200 oC

Gambar 3. Pengaruh penambahan endapan CaCO3 terhadap kuat tekan monolit yang dihasilkan pada berbagai macam suhu pemanasan

Sebagai perbandingan, hasil penelitian Isman, bahwa monolit keramik dalam mengikat endapan Fe(OH)3 diperoleh kondisi optimum pada

suhu pemanasan 1000 oC dengan jumlah endapan

sebanyak 20%. Pada kondisi ini diperoleh berat jenis monolit sebesar 2,066 gram/cm3, kemampuan serap

terhadap air sebesar 3,34`%, kekuatan tekan monolit sebesar 25,70 N/mm2

. Jadi dengan demikian dalam

pengolahan kimia limbah radioaktif cair yang mengandung kontaminan pemancar alfa akan lebih baik memakai koagulan Fe(OH)3, apabila endapan

yang dihasilkan akan dipadatakan dalam monolit keramik, mengingat suhu pemanasannya akan lebih rendah.

KESIMPULAN

Endapan CaCO3, hasil pengolahan kimia

dapat dipadatkan dengan matrik keramik yang terbuat dari mineral lokal lempung. Dalam proses pemadatannya, endapan tersebut dapat juga berfungsi sebagai bahan pelebur dalam pembuatan keramik. Kondisi optimum pemadatan endapan CaCO3 terjadi pada suhu pemanasan 1200 oC dengan

jumlah endapan sebanyak 20%. Pada kondisi ini diperoleh berat jenis monolit sebesar 1,833

(5)

gram/cm3, kemampuan serap terhadap air sebesar

1,231 %, kekuatan tekan monolit sebesar 30,576 N/mm2

. Karakteristik monolit ini adalah cukup baik

sebagai media pengungkung limbah radioaktif sehingga diharapkan bisa menjamin keselamatan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. SK DIRJEN BATAN No. 11/DJ/1986 Tentang KETENTUAN KESELAMATAN UNTUK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF, Badan Teanaga Atom Nasional, Jakarta, (1986) 2. RONODIRDJO, S., Diktat Kuliah Pengolahan

Sampah Radioaktif, Bagian Teknik Nuklir Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 3. IAEA, TECHNICAL REPORT SERIES NO. 89,

Chemical Treatment of Radioactive Waste, International Atomic Energy Agency, Vienna, (1968).

4. KOSTER R., KRAEMER R., ”Treatment and Conditioning of Liquid Low and Intermediate Level Waste”, Proceeding of A Symposium Management of Low and Intermediate Level Radioactive Wastes, IAEA, Vienna, (1989) 3

5. ISMAN MT., ENDRO K., SUKOSRONO, “Pengaruh Penambahan Garam Kalsium Karbonat Terhadap Proses Pengendapan Limbah Yang Mengandung Kontaminan Am Fase Air”, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta, (1995) 341. 6. AUSTIN, G.T., Shreve’s Chemical Process

Industries, 5 ed, Mc Graw Hill International Editions, New York, (1984).

7. HARTONO, J.,A., Mengenal Keramik Modern, Andi Offset, Yogyakarta, (1993).

8. HARTONO .JMV., “Teori Pembakaran”, Informasi Teknologi Keramik dan Gelas, XIII:49 (1991) 39.

9. BENEDICT, M., PIGFORD, T.H., and LEVIH, W., “Nuclear Chemical Engineering”, Second Edition, Mc Graw Hill Book Company, (1981). 10. ISMAN, “Pemadatan Sludge Fe(OH)3 Hasil

Pengolahan Kimia Limbah Radioaktif Cair Menggunakan Tenologi Keramik” PROSIDING TEMU ILMIAH JARINGAN KERJASAMA KIMIA INDONESIA, Seminar Nasional XIV, KIMIA DALAM INDUSTRI DAN LINGKUNGAN, Hotel nOVOTEL Yogyakarta, Desember 2005.

Gambar

Gambar 1. Pengaruh jumlah endapan  CaCO 3 terhadap  berat  jenis monolit  keramik   yang   dihasilkan   pada  berbagai macam suhu emanasan
Gambar 3. Pengaruh   penambahan   endapan  CaCO 3   terhadap kuat tekan monolit  yang   dihasilkan   pada   berbagai  macam suhu pemanasan

Referensi

Dokumen terkait

E-mail adakah Surat elektronik atau pos elektronik (bahasa Inggris: email') adalah sarana kirim mengirim surat melalui jalur jaringan komputer (misalnya Internet).[1]

Tanulmányunkban a páros módon történő lekérdezések elemzésének egy módsze- rét, a diadikus adatelemzést vetettük össze a hagyományosnak tekinthető statisztikai

Tertanggung, maka Chubb akan membayar kepada ahli waris Tertanggung berupa Santunan Bulanan Keperluan Rumah Tangga untuk 12 bulan, sebagaimana ditetapkan dalam Daftar

Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan implementasi sistem penjaminan mutu internal bagian standar pendidikan akademik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Mamuju

Hasil dari Kolmogorov-Smirnov Test dan Levene’s Test menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji Brown

Untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengatasi kenakalan siswa broken home di SMP Bina Taruna Surabaya..

Pada algoritma yang memecahkan masalah NMF pada umumnya menggunakan inisialisasi random yang menyebabkan topik yang dihasilkan dari metode NMF berbeda setiap

Berdasarkan hasil survei pada kelas VII SMP Negeri 7 Metro diperoleh hasil ulangan harian IPA siswa semester ganjil masih rendah, hanya 13,3% siswa yang