• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR,

KOTA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

ASHNAN HABIB

111-12-130

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

(2)
(3)

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN

KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR

DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR,

KOTA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

ASHNAN HABIB

111-12-130

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

4

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan naskah skripsi

Kepada :

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah membaca dan memberi arahan dan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdra. :

Nama : Ashnan Habib NIM : 111-12-130

Judul : IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING,

KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016 Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosah skripsi guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 30 Maret 2017 Pembimbing

Dra. Siti Asdiqoh, M.Si NIP. 19680812 199403 2003

(5)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN

JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING

KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016

Disusun oleh:

ASHNAN HABIB

NIM : 11112130

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal 30 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji:

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M. Phil. ... Sekertaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. ... Penguji I : Achmad Maimun, M. Ag. ... Penguji II : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag ...

Salatiga, 30 Maret 2017 Dekan

Suwardi, M.Pd

NIP. 19670121 199903 1 002 KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

(6)

6

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ashnan Habib

NIM : 111-12-130

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 16 Maret 2017 Yang menyatakan

Ashnan Habib NIM. 111-12-130

(7)

MOTTO

Seseorang yang takut kepada harimau akan lari menjauh, sedangkan seseorang yang takut kepada Allah akan lari mendekat. Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, adapun

kejadian itu harus diterima dengan tawakal dan dengan iman yang tebal.

(8)

8

PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah dan Tuhanmulah yang maha

mulia, Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13) Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS : Al-Mujadilah 11)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Thohir Ahmad) dan ibu (Tarwiyah) yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.

2. Kakakku tersayang Yuli Arifah S. Pd. I yang selalu membimbingku dan mengajarkan ku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

3. Adikku tersayang Imam Fauzi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

4. Keluarga besarku yang selalu mendoakan keberhasilanku (Mas Amaludin dan Mas Munajiburahman).

5. Teman sejawat saudara seperjuangan PAI angkatan 2012 khususnya PAI D ( Mas Nor, Yai Akrom, Hanif).

6. Untuk Putik Nur Rohmawati yang selalu menemani dan memberi motivasi serta dukungan sampai terselesainya skripsi ini.

7. Keluarga besar bulutangkis (IAIN Salatiga Badminton Club) yang selalu memberikan hiburan kepada penulis (Mas Rifqi, Aziz, Ali, Ade, Eka, Ulfa, Ainur dan Dhani).

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(10)

10

5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan dan doa restu kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moral maupun materil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 16 Maret 2017 Penulis

Ashnan Habib NIM. 111-12-130

(11)

ABSTRAK

Habib, Ashnan. 2017. Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.

Kata Kunci: Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?, (2) Bagaimana implementasi sikap toleran jama’ah rijalul ansor Di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif pertisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, tekhnik-tekhnik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain.

Sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dan di desa sekitar Kalibening tahun 2016 sudah baik, terbukti dengan adanya berbagai kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan oleh jama’ah rijalul ansor yang tidak memandang perbedaan agama, perbedaan pendapat dan perbedaan keyakinan yang dianut dan para jama’ah juga merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan sikap toleran keberagamaan anggota jama’ah rijalul ansor sangat menekankan untuk bisa saling menghargai perbedaan yang ada, karena mereka mengikuti ajaran agama Islam yang memerintahkan untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia selama orang yang memiliki perbedaan pendapat atau perbedaan keyakinan tidak saling mengganggu satu sama lainnya.

(12)

12 DAFTAR ISI SAMPUL ... i LEMBAR BERLOGO ... ii JUDUL ... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Kegunaan Penelitian ... 5 E. Penegasan Istilah ... 6 F. Metode Penelitian ... 7 G. Sistematika Penelitian ... 13

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Toleransi Beragama ... 15

1. Pengertian Toleransi ... 15

2. Manfaat Toleransi ... 19

a. Menghindari Terjadinya Perpecahan ... 19

b. Memperkokoh Silaturrahmi dan Menerima Perbedaan ... 20

B. Sikap Toleran ... 21

1. Pengertian Sikap Toleran ... 21

2. Ciri-ciri Sikap Toleran ... 21

a. Mengakui Hak Setiap Orang ... 21

b. Menghormati Keyakinan Orang Lain ... 22

c. Aggre In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan) ... 22

d. Saling Mengerti ... 22

e. Kesadaran dan Kejujuran ... 22

3. Pentingnya Sikap Toleran dalam Kehidupan Plural ... 23

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Toleran ... 24

D. Macam-Macam Sikap Toleran ... 26

1. Memberikan Kebebasan atau Kemerdekaan ... 27

2. Mengakui Hak Setiap Orang ... 27

3. Menghormati Keyakinan Orang Lain ... 28

4. Saling Mengerti ... 28

5. Kebebasan Beragama ... 28

(14)

14

b. Tidak Boleh Memusuhi Orang-Orang Selain Muslim atau Kafir ... 30

c. Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia ... 30

d. Saling Tolong Menolong dengan Sesama Manusia ... 31

E. Cara Menanamkan Sikap Toleran ... 31

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rijalul Ansor ... 36

1. Sejarah Singkat ... 36

2. Letak Geografis ... 37

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 38

a. Visi ... 38

b. Misi ... 38

c. Tujuan ... 39

4. Susunan Organisasi ... 39

5. Kegiatan Rijalul ansor... 41

B. Temuan Penelitian ... 44

1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 45

2. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam menjalankan sikap toleransi keberagamaan di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 54

(15)

B. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam melakukan sikap toleran keberagamaan di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 58

1. Toleransi keberagamaan terang-terangan ... 59 2. Toleransi keberagamaan tersembunyi ... 64 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran-saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

(16)

16

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Daftar Kegiatan Rutinan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening Tingkir Salatiga

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1 : Pedoman Wawancara Lamp. 2 : Transkip Wawancara Lamp. 3 : Lembar Konsultasi Skripsi Lamp. 4 : Surat Penunjukan Pembimbing Lamp. 5 : Surat Bukti Penelitian

Lamp. 6 : Daftar Nilai SKK Lamp. 7 : Daftar Riwayat Hidup

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai beragam keanekaragaman agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur kedaerahan serta pandangan hidupnya. Jika diurai lebih terinci, bangsa Indonesia memiliki, talenta, watak, karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan kedudukan, varian keberagamaan, cita-cita perspektif, orientasi hidup, loyalitas, organisasi, tingkat umur, profesi dan bidang pekerjaan yang berbeda-beda.

Pluralisme merupakan sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin mengingkarinya, karena pluralisme juga merupakan hukum Allah (sunatullah). Pluralisme harus disertai dengan kesadaran teologi kehidupan, terutama kehidupan agama ini memang plural dan itu merupakan kehendak Allah (Rahmad, 2003: 186).

Seperti yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 48 sebagai berikut:









































































1

(19)

































Artinya : ”Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al-Maidah : 48) (Depag, 2003: 168).

Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiap golongan antar umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama masing-masing. Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara (Al-Munawar, 2005: 22).

Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat (dari api neraka) dalam

(20)

20

kehidupan setelah mati. Begitu juga agama sebagai suatu sarana manusia untuk melakukan hubungan atau komunikasi dari agama yang satu kepada agama yang lainnya. Negara Indonesia ini telah memberikan kebebasan untuk memilih atau memeluk agama yang merupakan wujud dari terselenggaranya demokrasi dan hidup saling menghormati satu dengan yang lainya (Riuh, 2003: 139).

Rasa kesadaranlah yang mampu memberikan solusi dalam diri manusia dalam kehidupan beragama. Jadi, rasa saling butuhlah yang tidak mempermasalahkan suatu agama satu sama lain dan secara sosiologi masalah ini tidak terelakan (Usman, 2002: 66).

Mengenai realita plural ini penulis ingin mencoba memberi suatu gambaran tentang kerukunan keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2016, dimana jama’ah rijalul ansor desa Kalibening mampu menerapkan sikap toleran antar pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain. Sikap toleran yang dimiliki jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain ini bisa membawa suasana yang aman, tentram, gotong royong dan saling tolong menolong dalam suka maupun duka, karena pada hakikatnya manusia adalah insan sosial, dengan demikian ia tidak bisa berdiri sendiri, satu sama lainnya saling membutuhkan.

Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda, kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupanya. Selain hal tersebut berdirinya jama’ah rijalul ansor di desa

(21)

Kalibening adalah jama’ah yang terbilang masih baru, karena jama’ah ini baru berdiri sekitar tahun 2012 tetapi hal ini bukan menjadi alasan untuk saling bertoleran dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain, justru hal ini menjadi semangat bagi jama’ah dzikir dan tahlil rijalul ansor untuk saling bergotong royong, menciptakan suasana yang aman, tentram serta kondusif dalam bermasyarakat.

Maka dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan judul implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

2. Bagaimana implementasi sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?

(22)

22

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor kepada masyarakat Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit tentang implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama lain.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam sikap toleran antara masyarakat yang mengikuti organisasi lain dan pemeluk agama lain.

b. Bagi Anggota Jama’ah Rijalul Anshor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk tetap bersikap toleransi guna menjalin silaturahmi antar sesama manusia dan menjaga sikap ukhuwah Islamiyah.

(23)

E. Penegasan Istilah

Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul skripsi sebagai berikut :

1. Sikap Toleran

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajek, yang disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk berperilaku dalam acara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 1998: 109).

Toleransi berarti sikap untuk membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Sedangkan pengertian toleransi adalah keeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.

Jadi sikap toleran adalah sikap menghargai, sabar dan menghormati keyakinan agama atau kepercayaan kelompok lain tanpa ada unsur untuk memecah belah kepercayaan lain dengan cara saling mencari kesalahan kepercayaan yang satu dengan yang lainya dengan cara saling menyindir ataupun dengan cara kekerasan, karena di dalam agama Islam sendiri dijelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.

(24)

24

2. Keberagamaan

Keberagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di agama atau segala sesuatu yang mengenai tentang agama (Poerwadarminto, 2007: 12). Jika dikaitkan dengan sikap toleran, toleransi keberagamaan adalah kebebasan seseorang untuk memeluk agama atau kebebasan seseorang untuk mengikuti suatu organisasi dengan keyakinan masing-masing yang tetap menjaga kerukunan antar umat beragama. Adapun yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah bagaimana sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif pertisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, tekhnik-tekhnik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Zuariah, 2009: 95).

Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka sendiri tentang

(25)

dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan dengan masyarakat mereka sehari-hari, mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum penulis ketahui sama sekali. Terakhir metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki konsep-konsep yang dalam penelitian lainya intinya akan hilang. Konsep-konsep seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi, harapan, dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari-sehari (Sugiyono, 2007: 30). 2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Peneliti datang secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitas-aktivitas lainya demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian serta turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga pada tanggal 4 Agustus 2016 sampai dengan selesai.

(26)

26

4. Sumber Data

Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010: 107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007: 794).

Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau sumber yang hendak diteliti (Arikunto, 2010: 256) dalam hal ini subyeknya adalah:

a. Ketua Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

b. Pengurus Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

c. Anggota Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi.

a. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh

(27)

informasi (S. Nasution, 1996: 113). Dari hasil wawancara ini diharapkan penulis dapat memperoleh data yang diperlukan yang berkaitan dengan sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening dan sekitarnya sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain dalam meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah antara jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening dan sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain.

Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana pewawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Serta mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh responden dengan bebas. Pewawancara mengalihkan pada alur yang telah ditentukan, jika jawaban dari responden mulai menyimpang dari arah pertanyaan. Dalam hal ini penulis memperoleh keterangan dari responden dengan berdialog langsung.

Metode ini digunakan untuk menggali data-data langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung mengamati dan mencatat mengenai implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.

(28)

28

b. Dokumentasi

Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang dalam meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya (Fathoni, 2006: 112). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapat data-data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan dokumen tentang kepengurusan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016-2020.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008 : 244).

Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari lapangan :

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang diperoleh penelitian.

(29)

b. Penyajian data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu.

c. Kesimpulan

Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran terhadap apa yang akan diteliti.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak dicek kebenaranya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut : a. Tahap pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi :

(30)

30

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan :

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2) Pengecekan keabsahan data

3) Tahap peneliti laporan penelitian d. Penulisan hasil penelitian

e. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing f. Perbaikan hasil konsultasi

g. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian h. Ujian munaqosah skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat pengertian toleransi, manfaat toleransi, sikap toleran, faktor yang mempengaruhi sikap toleran dan konsep implementasi sikap toleran.

(31)

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, menjelaskan tentang gambaran umum jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, kegiatan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dan sekitarnya serta sikap toleran yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama lain.

BAB IV: PEMBAHASAN, merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khazanah ilmu.

BAB V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahsan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Toleransi Beragama

1. Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tolerare yang berarti bertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendirinya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Toleransi berarti sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi. 2 Cetakan 4 Th. 1995). Sedangkan pengertian lain dari toleransi adalah keeksistensianya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing (Malik, 2005: 12).

Menurut Siagian (1993) toleran diartikan sebagai, dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. (Sudrajat, 2008: 141).

(33)

Dalam Bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal”, “tasamuh” yang artinya membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan (Al-Munawar, 2005: 13).

Dasar-dasar al-Sunnah (Hadits Nabi) dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba meliputi, baik lahir maupun batin, karena jika toleransi tidak meliputi dari lahir maupun batin tidak akan pernah terwujud. Dengan kata lain toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir dan batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (As-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan Mu’amalah (Hablum Minan Nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (Hablum Minallah) (Ma’arif, 2009: 5).

Kesalahan dalam memahami arti toleransi dapat mengakibatkan Talbisul Haq Bil Bathil (mencampuradukkan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang untuk dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya mengurusi agama atau keyakinan orang lain. Sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S Al-Kafirun ayat 1-6 sebagai berikut:

































































(34)

17

Artinya: Katakanlah : “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk mu agamamu, untukkulah agamaku” (QS. Al-Kafirun 1-6) (Depag, 1989: 1112).

Toleransi dapat disimpulkan sebagai sikap saling menghargai dan menghormati setiap orang yang berbeda-beda secara kepercayaan, tata cara beribadah, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian dan kepercayaan maupun tingkah laku.

Eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat terlepas dari yang namanya kepercayaan yang berlebihan dalam hal beragama. Bahkan agama merupakan suatu bentuk corak kepercayaan (dalam arti sesuatu yang diakui dan diterima sebagai kebenaran yang paling tinggi). Kepercayaan atau keimanan merupakan proses kejiwaan, dengan kepercayaan itu dapat menangguhkan dan mengesampingkan segala sesuatu yang bersifat non rasional terhadap pernyataan dasar mengenai kehidupan. Oleh karena itu, kepercayaan merupakan gejala yang mengambil tempat di dalam alam bawah sadar setiap orang.

Bahkan jika kepercayaan itu diungkapkan secara kelompok, intinya masih tetap bersifat perorangan untuk memahami ikhwal ini, harus berurusan dengan fikiran seseorang sebagai individu. Barangkali interpretasi yang paling tepat tentang agama sebagai perasaan adalah apa yang diungkapkan oleh Schleirmacher, seorang teolog Jerman (Karim, 2004: 111).

(35)

Dalam Bahasa Arab ‘tasamuh’ berarti saling mengizinkan, saling memudahkan, maka dari itu toleransi mengandung konsensi, artinya konsensi dalam pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati saja, bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwasanya toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip untuk menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu sendiri tanpa mengorbankan prinsip sendiri (Al-Munawar, 2005: 13).

Agama tidak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang terpisahkan dalam kehidupan manusia, ketika ia dijadikan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia, karena ia memuat berbagai ajaran dan tujuan dalam segala hal untuk kebahagiaan manusia, namun sebaliknya, agama harus dirasakan, difikirkan, dihayati dan dijelmakan dalam tindakan. Keagamaan ini didefinisikan sebagai pencarian akan realitas asli (Fauzi, 2007: 5-6).

Pada dasarnya toleransi beragama diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada penganut organisasi-organisasi yang berbasis Islam untuk tetap menjalankan keyakinan atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban, keamanan dan perdamaian di dalam suatu organisasi atau dalam kehidupan masyarakat.

(36)

19

2. Manfaat Toleransi

Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain : a. Menghindari Terjadinya Perpecahan

Bersikap toleran atau saling menghargai merupakan salah satu solusi agar tidak terjadi perpecahan antar umat beragama dalam mengamalkan ajaran suatu agama atau suatu organisasi yang mereka yakini. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang harus selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial oleh setiap manusia. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi dan ardli.

Dalam kaitanya ini Allah SWT telah mengingatkan umat manusia dengan pesan yang sangat universal dalam QS. Al-Imran ayat 103 sebagai berikut:







































































Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (Al-Imran:103) (Depag, 2003: 64).

(37)

Pengertian ayat di atas adalah mengenai pesan kepada umat manusia tanpa terkecuali untuk tetap menjalankan agama atau keyakinan mereka masing-masing dan harus menjauhi perpecahan yang mengakibatkan perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia yang lainnya. Pada umumya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan pendapat dijadikan sebagai alasan untuk bertentangan satu sama lainya. Perbedaan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan konflik antar sesama manusia.

Merajut hubungan damai antar agama dan pengikut organisasi yang berbasis Islam hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak saling menghargai satu sama lainnya. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama dan organisasi boleh menjalankan ajaran dan ritual sesuai dengan keyakinannya dengan bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan sebagai kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima semua perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman dan kesejahteraan.

(38)

21

B. Sikap Toleran

1. Pengertian Sikap Toleran

Sikap merupakan suatu pendapat atau keyakinan seseorang mengenai suatu objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 1994:109).

Sementara pengertian yang lain mengenai sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap toleran adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling menghargai, menghormati, perbedaan-perbedaan yang ada di sekitarnya dan membolehkan pendirian ataupun keyakinan yang bertentangan dengan pendirian yang ada.

2. Ciri-Ciri Sikap Toleran

Ciri-ciri sikap toleran menurut Hasyim (1979:23) adalah sebagai berikut :

a. Mengakui Hak Setiap Orang

Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda dalam kehidupannya. Mengakui hak setiap orang

(39)

merupakan suatu sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak untuk menentukan kepercayaan dan nasibnya masing-masing. b. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan keyakinan seseorang dengan kekerasan atau dengan cara yang tidak halus akan mengakibatkan orang lain bersikap hiprokit (munafik) c. Agree In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan)

Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan yang mengakibatkan perselisihan antara umat beragama dan sesama agama yang memiliki keyakinan yang berbeda, karena memang perbedaan selalu dan pasti ada di dunia ini.

d. Saling Mengerti

Tidak akan terjadi rasa saling menghormati antar sesama manusia apabila tidak ada rasa pengertian, rasa saling menghargai dan rasa saling menerima perbedaan yang terjadi antara sesama manusia yang memiliki keyakinan berbeda dengan keyakinan yang kita anut.

e. Kesadaran dan Kejujuran

Sikap toleran menyangkut sikap dan kesadaran batin seseorang dan kesadaran dari jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan tingkah laku.

(40)

23

3. Pentingnya Sikap Toleran Dalam Kehidupan Plural.

Di Negara Indonesia mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam, namun sikap toleransi tetap menjadi prioritas yang pertama dan sangat penting dalam kehidupan. Pemerintah juga merencanakan tentang tri kerukunan hidup umat beragama, yaitu kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Dari tri kerukunan hidup beragama tersebut, pemerintah juga menghendaki adanya sikap toleran antar umat beragama, serta memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan mengikuti suatu organisasi sesuai dengan keyakinan masing-masing dengan catatan harus tetap menjaga kerukunan umat beragama.

Terjalinya kerukunan serta terjadinya sikap saling menghargai akan memungkinkan dan memudahkan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan mewujudkan kerukunan antar umat beragama merupakan usaha untuk mendorong setiap penganut dari konsekuen dengan kepercayaan yang mereka anut, sehingga keberagamaanya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau akuan saja, tetapi dapat memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Al Munawaar, 2003: 25).

Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam kehidupan plural ini merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara manusia yang memiliki kepercayaan

(41)

berbeda, sehingga setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan kepercayaan yang mereka yakini masing-masing.

Di dalam agama Islam sangat melarang sikap permusuhan dan menebar kebencian di antara sesama manusia, akan tetapi agama Islam mengajarkan untuk saling bersikap toleran dan menghormati kepercayaan yang dianut oleh orang lain. Karena hal ini akan menghindarkan kekerasan dalam beragama. Kekerasan merupakan sebuah tindakan yang membahayakan manusia. Kekerasan akan menimbulkan prasangka, kekakuan dan kebekuan. Kekerasan merupakan awal perpecahan umat manusia dan menggiring pada perselisihan internal (kedalam) dan eksternal (keluar).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Sikap Toleran

Pelaksanaan sikap toleran ini harus di dasari dengan sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut (Daud, 1998: 80). Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan pendapat dan menghormati pendapat orang lain tanpa harus mengorbankan pendapat sendiri (Al-Munawar, 2003: 13). Dengan kata lain, pelaksanaannya hanya terdapat pada aspek-aspek yang mendetail saja dan bukan dalam persoalan yang prinsipil. Sebenarnya toleransi lahir dari watak Islam, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, dapat dengan mudah mendukung suatu etika yang meliputi perbedaan dan toleransi. Al-Qur’an tidak hanya mengharapkan akan tetapi juga menerima kenyataan perbedaan

(42)

25

dan keagamaan dalam suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hujarat ayat 13, yang berbunyi :











































Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Al Hujarat:13) (Depag,1989:847).

Ayat tersebut menunjukan bahwa adanya ketatanan manusia yang essensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain, manusia merupakan keluarga besar. Dalam upaya memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama perlu dilakukan suatu upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup antar umat beragama secara mantap dalam bentuk :

1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat beragama dengan pemerintah.

2. Membangun keharmonisan sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.

3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan

(43)

agama yang mendukung bagi pemberian kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.

4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.

5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.

6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

7. Menyadari bahwa perbedaan ialah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

D. Macam-Macam Sikap Toleran

Di dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran tentang konsep tersebut: Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membenarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan, yang

(44)

27

kedua adalah penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya sekedar seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain (Abdullah, 2003: 13). Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Memberikan kebebasan atau kemerdekaan

Dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dunia dan kebebasan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan itu datangnya dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dilindungi. Di Negara Indonesia melindungi kebebasan-kebebasan setiap manusia baik dalam undang-undang maupun dalam peraturan yang ada, begitu pula di dalam memilih suatu agama atau kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilihnya tanpa ada paksaan dari siapapun (Abdullah, 2002: 202).

2. Mengakui Hak Setiap Orang

Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap atau perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain, karena jika hal tersebut terjadi akan menyebabkan kekacauan di dalam kehidupan masyarakat.

(45)

3. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Landasan keyakinan diatas berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang bersikeras untuk memaksakan kehendaknya sendiri kepada seseorang atau golongan lain. Tidak ada orang atau golongan yang memonopoli kebenaran dan landasan ini disertai dengan catatan bahwa keyakinan adalah urusan pribadi masing-masing dari setiap orang.

4. Saling Mengerti

Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama manusia apabila mereka tidak ada rasa saling mengerti satu sama lainnya. Saling anti dan saling membenci, saling berrebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya rasa saling mengerti dan rasa saling menghargai antara satu dengan yang lainnya (Hasyim, 1990: 23).

5. Kebebasan Beragama

Kebebasan memeluk suatu agama atau beragama sebagai salah satu hak yang essensial bagi kehidupan manusia, karena kebebasan untuk memilih agama datangnya dari hakekat manusia serta martabat sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME, bukan dari orang lain ataupun dari orang tua.

Untuk itu dalam menganut agama atau memilih suatu golongan tidak bisa dipaksakan oleh siapapun. Di Indonesia dalam peraturan udang-undang dasar 45 disebutkan pada pasal 29 ayat 2 yang berbunyi : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

(46)

29

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu”. Hal ini sangat jelas bahwa negera Indonesia menjamin penduduknya dalam memilih dan memeluk agama ataupun keyakinanya masing-masing serta menjamin dan melindungi penduduknya di dalam menjalankan peribadatan menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Masyarakat Islam memiliki sifat yang pluralistic dan sangat toleran terhadap berbagai kelompok sosial dan keagamaan karena hidup bermasyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar hidup manusia agar tujuan hidup manusia dapat diwujudkan, karena bila terbentuk suatu kehidupan berdasarkan persaudaraan, penuh kasih sayang dan harmoni (Munir, 1980: 50). Toleransi pada kaum muslimin seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut:

a. Tidak Boleh Memaksakan Suatu Agama Pada Orang Lain.

Didalam agama Islam orang muslim tidak boleh melakukan pemaksaan pada kaum agama yang lainnya, karena memaksakan suatu agama sangat bertentangan dengan Firman Allah SWT dalam surat Al-Kafirun sebagai berikut :

































































(47)

Artinya: Katakanlah :”Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk mu agamamu, untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun 1-6). Depag, 1989:1112).

Dari makna ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang muslim tidak menyembah apa yang disembah oleh orang kafir, begitu pula orang-orang kafir tidak menyembah apa yang disembah oleh orang muslimin, dijelaskan juga bahwa bahwa bagi kita agama kita (orang muslimin) dan bagi mereka agama mereka (orang kafir). b. Jangan Memusuhi Orang-Orang Selain Muslim atau Kafir.

Perintah Nabi untuk melindungi orang-orang selain muslim seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW waktu berada di Madinah, kaum Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya sedikit, dilindungi baik dari segi keamanannya maupun dari segi kepercayaannya. Kaum muslimin dianjurkan untuk bisa hidup damai dengan masyarkat sesamanya, walaupun diantara mereka berbeda keyakinan atau berbeda golongan.

c. Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia.

Hidup rukun antar kaum Muslimin maupun non Muslimin seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW akan membawa kehidupan yang damai dan sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk bersikap lembut kepada semua manusia baik yang beragama Islam maupun yang beragama Nasrani atau Yahudi (Yunus, 1994: 5).

(48)

31

d. Saling Tolong Menolong dengan Sesama Manusia.

Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama manusia akan membuat hidup di dunia yang tentram dan tenang. Nabi memerintahkan untuk saling menolong dan membantu dengan sesamanya tanpa memandang suku dan agama yang dipeluknya. Hal ini juga dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 yaitu:

































Artinya :”Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah:2) (Depag,1989:156)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa kitab suci Al-Qur’an menjerangkan dengan sikap saling tolong menolong hanya pada kaum muslimin, akan tetapi dianjurkan untuk saling tolong menolong kepada sesama manusia baik itu yang beragama Islam maupun non Islam. Selain itu orang-orang muslim juga dianjurkan untuk berbuat kebaikan di muka bumi dengan sesama makhluk Tuhan dan tidak diperbolehkan untuk berbuat kejahatan pada manusia. Selain itu juga dilarang untuk saling tolong menolong dalam perbuatan yang tidak baik (perbuatan keji atau dosa).

E. Cara Menanamkan Sikap Toleran

Upaya untuk menanamkan sikap toleransi harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan, khususnya dalam lingkungan masyarkat

(49)

hal ini menjadi sangat penting untuk menjalin kerukunan antar umat beragama karena didalamnya ada banyak kepentingan yang menyangkut tentang nilai-nilai dari toleransi. Benturan-benturan akan terjadi bilamana tidak adanya pengertian, kebersamaan, saling menghargai baik antara individu, antar kelompok, antar organisasi, agama dan perbedaan lainnya (Marzuki, 2011: 48).

Untuk mengembangkan dalam menanamkan sikap toleran secara umum, dapat dimulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan seseorang dalam mengelola dan mensikapi perbedaan pendapat yang mungkin akan terjadi pada keluarga, saudara, masyarakat dan lingkungan di sekitar. Sikap toleran dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan bisa menyadari adanya perbedaan dan menyadari bahwa sesama manusia adalah saudara dari hal tersebut maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian, saling menghormati dan saling menghargai yang pada akhirnya akan mewujudkan sikap toleransi.

Menurut Irwan Marzuki dalam bukunya yang berjudul berislam dalam toleranupaya atau cara untuk menanamkan sikap toleransi harus dimulai dari dalam diri sendiri dengan cara menerapkan pemikiran yang inklusif mengenai pentingnya sikap toleransi yang mencakup perbuatan saling menghormati, saling menerima perbedaan pendapat dan saling menghormati (Marzuki, 2011: 52).

Apabila seseorang sudah mampu menerapkan pemikiran yang inklusif di dalam dirinya maka sikap toleransi akan terjalin dengan baik antar

(50)

33

sesamanya sehingga akan mewujudkan suasana yang tenang dan nyaman, hal tersebut akan sangat menunjang kehidupan di masyarkat yang serasi, selaras dan seimbang. Sehingga eksistensi kerukunan umat beragama akan terjaga dengan baik.

Upaya pemerintah dalam menumbuh kembangkan kondisi masyarakat beragama yang harmonis telah dilakukan dari berbagai segi dan kegiatan. Di antaranya menumbuh kembangkan cara berfikir masyarakat mengenai pentingnya sikap toleransi antar sesama manusia dan instansi yang memang berkompeten untuk mengurusi permasalahan-permasalahan antar agama. Selain itu, cara untuk menanamkan sikap toleransi yang efektif dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis antar pemeluk agama tersebut adalah melalui penanaman nilai-nilai melalui jalur pendikan, baik formal, non formal ataupun pendidikan informal(http://m.hukumonline.com)

Sebagai makhluk sosial manusia sangat mutlak membutuhkan sesamanya dan lingkungan sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia. Tidak ada satupun manusia yang mampu bertahan hidup dengan tanpa memperoleh bantuan dari lingkungan dan sesamanya dalam konteks ini, manusia harus selalu menjaga hubungan yang sebaik-baiknya tak terkecuali dengan orang yang berlainan agama ataupun orang yang berlainan kepercayaan untuk melestarikan kehidupanya didunia.

Cara menanamkan sikap toleran keberagamaan adalah sebagai berikut: a. Memperbaiki tempat-tempat umum.

(51)

c. Membantu korban kecelakaan lalu lintas.

d. Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam. e. Ta’ziah di tempat orang yang meninggal dunia

Contoh sikap toleran keberagamaan tersebut adalah contoh dari beberapa sikap toleran yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dalam kegiatan kemasyarakatan yang sama sekali tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama lain dan penganut keyakinan yang lain pula. Melalui hal tersebut diharapkan dapat mewujudkan ketertiban, ketenangan dan kenyamanan dalam menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.

Allah SWT juga memerintahkan umat muslim untuk melakukan sikap toleransi atau perbuatan yang baik, seperti yang terkandung dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 8 sebagai berikut:













































Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 8).

Dari ayat di atas sudah sangat jelas bahwa Allah SWT memerintahkan umat muslim untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak melakukan kejahatan atau kedzaliman dalam beragama, dengan kata lain umat muslim diperintahkan oleh Allah SWT untuk saling berlaku adil

(52)

35

terhadap orang lain yang tidak melakukan kejahatan atau kedzaliman dalam beragama meskipun berbeda agama ataupun berbeda keyakinan tanpa harus membeda-bedakan satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk terciptanya kedamaian antar sesama dalam beragama.

(53)

A. Gambaran Umum Rijalul Ansor

1. Sejarah Singkat

Rijalul ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

Gerakan pemuda ansor atau rijalul ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. Rijalul ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 cabang (tingkat kabupaten/kota) di bawah koordinasi 32 pengurus wilayah (tingkat provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus BANSER (barisan ansor serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

(54)

37

Organisasi gerakan pemuda ansor atau rijalul ansor yang berdiri di desa Kalibening merupakan organisasi dari cabang tingkat kota yang bernaung di bawah kepengurusan wilayah (tingkat provinsi). Pada tahun 2012 organisasi masyarkat yang berbasis NU ini mulai didirikan di desa Kalibening oleh beberapa pemuda di desa Kalibening yang sudah berkecimpung di organisasi rijalul ansor tingkat pusat sebelumnya. Hingga saat ini organisasi masyarakat rijalul ansor masih berjalan di desa Kalibening yang beranggotakan semua pemuda yang bertempat tinggal di desa Kalibening.

Berdirinya organisasi Masyarakat di desa Kalibening yang berbasis NU ini sangat berpengaruh besar bagi masyarakat desa Kalibening dan masyarakat di desa sekitar Kalibening, seperti di desa Krasak, Tegalsari, Kumpit dan di desa Kalilondo terbukti dengan ikut berkecimpungnya para jama’ah rijalul ansor dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di desa-desa tersebut.

2. Letak Geografis

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wilayah penelitian yaitu desa Kalibening, kecamatan Tingkir, kota Salatiga, maka penulis melaporkan beberapa tinjauan sebagai berikut. Secara geografis desa Kalibening terletak di daerah dataran rendah yang dikelilingi oleh area persawahan penduduk yang berbatasan dengan desa-desa yang mengelilinginya. Adapun batasannya yaitu :

(55)

a. Di sebelah barat berbatasan dengan desa Krasak. b. Di sebelah timur berbatasan dengan desa Kalilondo. c. Di sebelah selatan berbatasan dengan desa Tegalsari. d. Di sebelah utara berbatasan dengan desa Klumpit. 3. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi

“Menjadikan para pemuda Indoneisa yang beragama Islam untuk menjadi kader NU yang handal yang mampu mewujudkan perdamaian umat sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah”.

b. Misi

1) Mampu bersikap toleran terhadap munculnya perbedaan pandangan baik dalam pemahaman ajaran agama yang bersifat furu’iyah maupun khilafiah dalam masalah kemasyarakatan dan kebangsaan. 2) Mampu bersikap tawazun atau sikap untuk seimbang dalam

menjalankan pengabdian. Dimana harus mampu menyeimbangkan pengkhidmatan kepada Allah SWT, kepada sesama umat manusia dan alam semesta. Demikian pula harus mampu menjalin pengalaman masa lalu, keadaan masa kini dan harapan di masa yang akan datang.

3) Mampu bersikap adil dan lurus dalam menjalankan tugas, kewajiban dan tanggung jawab baik pribadi maupun warga Negara.

(56)

39

4) Mampu bersikap amar ma’ruf nahi munkar atau sikap berani menegakkan kebenaran dan kebaikan serta menolak kebatilan dengan cara-cara yang penuh hikmah, istiqomah dan berdasarkan hukum.

c. Tujuan

“Memberikan semangat bagi para pemuda di desa Kalibening untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta sebagai sentral ukhuwah Islamiyah yang berakhlakul karimah”.

4. Susunan Organisasi

Organisasi merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kerjasama antara individu dalam sebuah organisasi melalui struktur organisasi. Berdasarkan dokumentasi dari ketua jama’ah rijalul ansor memberikan rincian struktur organisasi sebagai berikut :

a. Penasehat : 1) KH. Abda’ Abdul Malik 2) Maskur Suyuti

3) Abdur Raziq

4) Agus Hamin Shodiq S.Ag.

Memiliki tugas utama yaitu menaungi dan memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukkan kepada semua jama’ah rijalul ansor untuk tetap mempertahankan organisasi masyarakat yang berbasis NU

(57)

tersebut dan untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah yang berakhlakul karimah.

b. Ketua: Setiawan S.Ag.

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas jalannya organisasi, bertanggung jawab atas perkembangan dan pembinaaan organisasi, mengkoordinir kerja tiap-tiap bagian, mewakili organisasi ketika berhubungan dengan pihak lainnya dan merencanakan kegiatan organisasi.

c. Sekertaris: Muhammad Farih Rahmatullah S.Ag

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas kesekertariatan organisasi, mewakili ketua rijalul ansor jika berhalangan, bertanggung jawab atas progam kerja di bagian kesekertariatan.

d. Bendahara: Muhammad Yusuf Achmad

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas keuangan organisasi, bertanggung jawab atas progam kerja di bagian perbendaharaan pengurus.

e. Pengurus:

1) M. Saunan Fahmi S. Ag. 2) Khairul Anam

3) Slamet Ariyanto 4) Muhammad Zamroni

(58)

41

5) Muhammad Alwi Saifurrahman

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas semua kepengurusan organisasi dan bertanggung jawab atas semua kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi.

f. Pemberdayaan Jama’ah:

1) Muhammad Syafik Badrul Huda 2) Fahmi Aqwa

3) Ki Husnal Hulqi 4) Agus Naji Alhaq 5) Slamet Riyadi

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas terselenggaranya pengumuman-pengumuman, bertanggung jawab atas terselenggaranya media informasi dan bertanggung jawab atas program kerja yang diselenggarakan oleh organisasi rijalul ansor.

5. Kegiatan Rijalul Ansor

Dari hasil penelitian organisasi masyarakat rijalul ansor di desa Kalibening, peneliti menemukan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh para jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening baik dalam kegiatan agama maupun dalam kegiatan sosial, hal ini dibuktikan dengan kegiatan rutin yang selalu diikuti oleh para jama’ah dalam kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial, adapun kegiatan para jama’ah ini dibagi menjadi tiga bagian kegiatan yaitu mingguan, bulanan dan tahunan. Kegiatan

Gambar

TABEL 3.2  Daftar Informan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan umur panen 1, intensitas panen, perbedaan

Dalam perjalanan air dari mata airnya di bagian hulu yang umumnya terletak di daerah pegunungan menuju ke hilir yang terletak di daerah yang lebih rendah atau dataran, aliran

Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil

PRODUKSI PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DI KABUPATEN MAGETAN” yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program sarjana (S1) Jurusan Manajemen

Segala bentuk perbuatan curang atau cheating, baik dalam pertandingan ataupun dalam kwalifikasi ataupun ketentuan administrasi, dapat dikenakan sanksi diskwalifikasi

“Masyarakat yang Berdaya Saing” menunjukkan visi Pemerintah Kabupaten Landak yang bercita-cita mewujudkan masyarakat Kabupaten Landak yang memiliki keunggulan

(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur Pajak Terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan; (3)

Periode minggu II bulan Februari 2012 terdapat 86 berita kehutanan dari 17 media massa nasional dengan fokus utama mengenai Flora Fauna dan Konservasi kawasan (TN, HL, CA, SM,