• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desy Lini Wagiarti*) Zumrotul Choiriyyah, S. Kep.,Ns.,M.Kes**), Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB **)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desy Lini Wagiarti*) Zumrotul Choiriyyah, S. Kep.,Ns.,M.Kes**), Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB **)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 1

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY

OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI

REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT

Desy Lini Wagiarti*)

Zumrotul Choiriyyah, S. Kep.,Ns.,M.Kes**), Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB **)

*) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia adalah Rematoid Artritis. Rematoid Artritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun yang terjadi di jaringan persendi. Salah satu gejalanya adalah nyeri pada persendian sehingga akan mengganggu kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cros sectional. Dengan jumlah populasi dan sample 60 responden teknik sampling yang digunakan adalah totaly sampling. Uji Statistik yang digunakan adalah statitic Chi Square. Pengumpulan data melalui wawancara, kuesioner di lokasi penelitian pada tanggal 22-24 januari 2016. Hasil penelitian di dapatkan bahwa 33 lansia (55,0%) mengalami nyeri sedang disertai dengan tingkat kemandirian dalam kategori ketergantungan 41 lansia (68,3%). Uji korelasi Chi Square dengan α = 0,05 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara nyeri RA terhadap pemenuhan kebutuhan Activity of Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat nilai p = 0,005

Di harapkan kepada para lansia untuk aktif menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk menangani nyeri yang di alami, yang berdampak pada tingkat kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dan diharapkan tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan untuk menangani nyeri agar tidak terjadi peningkatan nyeri dari sedang menjadi berat yang dapat dilakukan secara mandiri oleh lansia.

Kata Kunci : Nyeri, Activity of Daily Living (ADL) dan Lansia Kepustakaan : 37 (2003-2014)

(2)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 2

ABSTRACT

One of the health problems often happen in elderli’es is Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid Arthritis is a disease caused by an autoimunne reaction that accurs in the tissue of the joint. One of the symptoms is pain in the joint so that it would interfere the elderli’es in doing their activiti’es of daily living independently.

This Research was quantitative reserch with cross sectional method to 60 population and respondent use totaly sampling technique. Data analysis technique used Chi-square test. Data where collected from interview and questionnaires in the location on 22nd-24th Januari 2016. The result of this reserch showed that 33 respondents (75,8%) had moderate pain with dependent category 41 of respondents (68,3%). The statistical test used chi square obtained α = 0,05 is meant that there was a significant The correlation between pain are fultilling heeds of Activity of Daily Living (ADL) in Elderli’es having remathoid arthritis at Lerep Village, West Ungaran subdistrict with p value = 0,005.

For elderli’es are expected to actively use health facility to handle the pain experienced, affecting the independence level in performing daily activities. And health workers shond provide health education to deal with the pain so there is no increase from moderate to severe pain that can be done independently by the elderli’es.

Keywords: Pain, Activity of Daily Living (ADL) and elderly. Bibliographies: 37 (2003-2014)

PENDAHULUAN

Menua (menjadi tua) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diterima. Proses menua

merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Proses

menua dimulai sejak lahir dan

umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten propinsi Jawa

Tengah. Berdasarkan proyeksi

penduduk pada tahun 2013, jumlah penduduk Semarang tercatat 765.240 jiwa. Terdiri dari 370.645 laki - laki

dan 394.595 perempuan. Jumlah

Penduduk lanjut usia di Ungaran mulai dari usia 55 sampai 75 tahun keatas

sebanyak 115.306 orang, dengan

perincian jumlah penduduk laki 73.435 orang dan jumlah penduduk perempuan

81.871 orang (BPS Kabupaten

Semarang tahun, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan ( middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old ) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut maka muncul berbagai penyakit kronis pada lansia. Salah satu diantaranya adalah Reumatoid Artritis. Penderita Reumatoid Artritis di seluruh

(3)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 3

dunia mencapai angka 355 juta jiwa di tahun 2009, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita Reumatoid Artritis. Reumatoid Artritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa (Breedveld, 2003). WHO melaporkan bahwa 20 % penduduk dunia terserang Reumatoid Artritis dimana 5-10 % adalah yang berusia 60 tahun.

Angka kejadian penyakit nyeri sendi di Indonesia relatif tinggi yaitu 1-2% dari total populasi penduduk berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6 % hingga 31,2%. Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapi angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita nyeri sendi. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan duni (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit nyeri sendi. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010)

Menurut International

Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual

maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya

kerusakan.

Seseorang yang mengalami nyeri

sendi pada Reumatoid Artritis

membuat penderita seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan dapat

menurunkan produktivitasnya.

Penurunan kemampuan muskuluskletal

karena nyeri sendi dapat juga

menurunkan aktivitas fisik dan latihan, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau

ADL). Aktivitas sehari-hari yang

dimaksud seperti makan, minum, berjalan, tidur, mandi, berpakaian, dan

buang air besar atau kecil

(Hardywinoto, 2005).

Di Desa Lerep kecamatan

Ungaran Barat terdapat 60 Lansia yang menderita Reumatoid Atritis. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 November 2015 di RT 03 RW 02 Desa Lerep kecamatan Ungaran Barat. Dari hasil wawancara dengan 10 Lansia yang menderita Reumatoid Atritis, 7 dari 10 Lansia yang

menderita rematik tidak dapat

melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) karena nyeri dengan skala 7-9 (nyeri

berat) akibat rematik dirasakan.

Sedangkan 3 Lansia lainnya

mengatakan ketika nyeri rematik

dengan skala 3-5 (nyeri sedang) menyerang Lansia tersebut hanya

istirahat kemudian melanjutkan

aktivitasnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah sebuah penelitian deskriptif korelasi yang bersifat kuantitatif dengan rancangan cross sectional (potong lintang) dimana

penulis berusaha memperoleh

hubungan antar variabel pada populasi sampel tanpa ada intervensi apapun.

Penelitian ini ditunjukkan untuk

menganalisis hubungan antara nyeri dengan pemenuhan Activity of Daily Living pada penderita Reumatoid Atritis.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-24 Januari 2016 di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat. Alat

pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan wawancara, dengan Kuesioner RAPS 24 item pertanyaan dan indeks Barthel 10 item pertanyaan. Analisis Univariat Menggambarkan karakteristik masing-masing variabel

(4)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 4

yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase masing- masing variabel. Selanjutnya data ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi kemudian setelah diketahui kategori untuk setiap variabel atau sub variabel, peneliti akan menghitung

distribusi frekuensi dan mencari

persentase pada setiap variabel. Analisa univariat pada penelitian ini akan digambarkan tentang:

a. Gambaran nyeri penderita

Reumatoid Atritis

b. Gambaran Activity of Daily Living penderita Reumatoid Atritis

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau

berkorelasi (Notoatmojdo, 2010).

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen. Teknik

analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Chi Square.

Untuk menetapkan apakah ada

hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen maka

menggunakan ρ value yang

dibandingkan dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila ρ value < α (α = 0,005) , Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan bila ρ value > α (α = 0,005), Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil

1. Hasil Univariat

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Nyeri Lansia yang Mengalami Reumatoid Atritis di

Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

SkalaNyeri Freku ensi Persenta se (%) NyeriRingan NyeriSedang NyeriBerat 16 33 11 26,7 55,0 18,3 Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 60 responden lansia yang mengalami Reumatoid Atritis di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang, yaitu sejumlah 33 lansia (55,0%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Pemenuhan ADL pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Atritis di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

Pemenuhan ADL Freku ensi Persenta se (%) TidakMandiri Ketergantunga nsebagian, Mandiri 0 41 19 0,0 68,3 31,7 Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.4, dapat

diketahui bahwa dari 60 responden lansia yang mengalami Reumatoid Atritis di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang,

sebagian besar lansia mengalami

ketergantungan sedang dalam

pemenuhan activity of daily

living(ADL), yaitu sejumlah 41 lansia (68,3%).

2. Analisa Bivariat

Tabel 4.7 Hubungan Nyeri dengan

Pemenuhan Kebutuhan activity of daily living (ADL) pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Atritis di Desa

Lerep Kecamatan Ungaran Barat

(5)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 5

Skala Nyeri Pemenuhan ADL 2 p-value Tergan tu-ngan sebagia n Mandi ri Total f % F % f % Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 6 25 10 37, 5 75, 8 90, 9 10 8 1 62, 5 24, 2 9,1 16 33 11 100 100 100 10,46 1 0,005 Total 41 68, 3 19 31, 7 60 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat

diketahui bahwa lansia yang

mengalami nyeri ringan sebagian besar

melakukan ADL secara mandiri

sejumlah 10 lansia (62,5%). Lansia yang mengalami nyeri sedang sebagian besar memiliki ketergantungan sedang dalam melakukan ADL sejumlah 25 lansia (75,8%). Sedangkan lansia yang mengalami nyeri berat sebagian besar memiliki ketergantungan sedang dalam melakukan ADL sejumlah 10 lansia (90,9%).

Berdasarkan uji Chi Square

diperoleh nilai korelasi 2 = 10,461 dengan value 0,005. Oleh karena p-value 0,005 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara nyeri dengan pemenuhan

kebutuhan activity of daily living (ADL) pada lansia yang mengalami Reumatoid Atritis di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

1. Gambaran Nyeri Reumatoid Arthritis Lanjut Usia

Dari hasil penelitian pada

tabel 4.3 distribusi nyeri

Reumatoid Atritis berdasarkan tingkat nyeri, distribusi tingkat nyeri lebih banyak pada nyeri sedang, yaitu sejumlah 33 lansia (55,0%). Sedangkan nyeri berat sejumlah 11 lansia (18,3%), dan nyeri ringan sejumlah 16 lansia (26,7%). Dari hasil penelitian di dapatkan lebih banyak responden merasa terganggu tidurnya akibat

nyeri, nyeri pada penderita

Reumatoid Atritis ini sangat mengganggu bagi responden.

Dalam penelitian ini di dapatkan lansia dengan jenis

kelamin laki-laki mengalami

nyeri ringan sebanyak 7

responden (11,6%), nyeri sedang 12 responden (20%) dan nyeri

berat 5 responden (8,3%).

Sedangkan untuk lansia dengan

jenis kelamin perempuan

mengalami nyeri ringan 9 responden (15%), nyeri sedang 21 responden (35%) dan nyeri berat 6 responden (10%)

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen

sehingga terjadi edema,

proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.

Pannus akan menghancurkan

tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga salah satu dampaknya adalah nyeri . Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan

degeneratif dengan

menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 20013).

(6)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 6

2. Gambaran Activity of Daily

Living Lanjut Usia

Hasil analisa pengukuran

tingkat kemandiriandalam

pemenuhan activity of daily living (ADL), yaitu sejumlah 41 lansia (68,3%). Dan lansia yang

mandiri dalam melakukan

aktivitasnya sebanyak 19 lansia (31,7%). Tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari dapat di dukung oleh beberapa faktor, namun faktor

yang paling mempengaruhi

dalam hal ini adalah ke adaan patologis yaitu nyeri.

Penyakit Muskuloskletal

dilaporkan merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dan didapatkan merata pada setiap kelompok usia lanjut.

Pembatasan aktivitas fisik

semakin nyata bersama dengan penambahan usia. Berdasarkan laporan, 32% lansia berusia 70

tahun ke atas mengalami

kesulitan untuk melakukan

aktivitas fisik yang disebabkan penyakit muskuloskletal (yenny, 2006). Berdasarkan penelitian yenny (2006) diperoleh data keterbatasan fisik akibat penyakit

muskuloskletal terbanyak

didapatkan kelompok usia yang jauh lebih muda yaitu pada kelompok usia 60-69 tahun sebesar 63%.

Sedangkan hasil analisa

menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 66,15 tahun, dengan responden paling mudah 60 tahun dan paling tua 74 tahun. Keterbatasan aktivitas pada Lansia dapat menyebabkan

immobilisasi dan penurunan

rentang gerak pada Lansia,

Dampak fisiologis dari

imobilisasi dan ketidak aktifan

adalah peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan penurunan rentang gerak dan kekuatan otot. Selain itu Lansia

sangat rentan terhadap

konsekuensi fisiologis dan

psikologis dari imobilitas. 10-15% kekuatan otot dapat hilang

setiap minggu jika otot

beristirahat sepenuhnya, dan

sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya. Jadi, lansia yang mengalami gangguan

imobilisasi fisik seharusnya

melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan rentang gerak Lansia maupun penurunan

kekuatan otot pada lansia

(Stanley, 2006).

Dalam penelitian rata-rata

lansia yang mengalami

ketergantungan dalam melakukan

tindakan sehari-hari adalah

dengan usia 65 tahu dan hal itu lebih banyak di alami oleh lansia dengan jenis kelamin perempuan dengan ketergantungan sebagian sebanyak 26 responden (43%) sedangkan pada laki-laki yang

mengalami ketergantungan

sebagian sebanyak 15 responden (25%).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang

digunakan dalam enelitian ini adalah uji Chi Square karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan nyeri dengan pemenuhan kebutuhan Activity of daily living (ADL) pada Lansia

yang menderita Reumatoid

Atritis Di Desa Lerep. Hasil uji Chi Square pada penelitian ini diperoleh nilai p value 0,005 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

(7)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 7

antara nyeri dengan pemenuhan kebutuhan activity of daily living

(ADL) pada lansia yang

mengalami Reumatoid Atritis di Desa Lerep.

Dari hasil penelitian pada

tabel 4.3 distribusi nyeri

Reumatoid Atritis berdasarkan tingkat nyeri, distribusi tingkat nyeri lebih banyak pada nyeri sedang, yaitu sejumlah 33 lansia (55,0%). Sedangkan nyeri berat sejumlah 11 lansia (18,3%), dan nyeri ringan sejumlah 16 lansia (26,7%).

Pada tabel 4.4 di dapatkan hasil sejumlah 41 lansia (68,3%) mengalami ketergantungan dalam melakukan Activity of daily living. Lansia yang mandiri dalam melakukan aktivitasnya sebanyak 19 lansia (31,7%).

Tingkat kemandirian lansia

dalam melakukan aktifitas sehari-hari dapat di dukung oleh beberapa faktor, namun faktor

yang paling mempengaruhi

dalam hal ini adalah keadaan patologis yaitu nyeri.

Hasil penelitian di dapatkan

bahwa 33 lansia (55,0%)

mengalami nyeri sedang disertai

dengan tingkat kemandirian

dalam kategori ketergantungan. Sehingga hipotesa dari penelliti dapat terjawab secara ilmiah bahwa terdapat hubungan antara nyeri (AR) dengan ADL pada lansia. Hal ini menyimpulkan semakin tinggi tingkat nyeri maka tingkat kemandirian lansia akan berkurang. Oleh karen itu di harapkan kepada para lansia untuk aktif menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada untuk

menangani nyeri yang di alami yang berdampak pada tingkat

kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

KESIMPULAN

1. Lansia di Desa Lerep sebagian besar mengalami ketergantungan dalam pemenuhan activity of daily living (ADL), yaitu sejumlah 41 lansia (68,3%). Dan lansia yang

mandiri dalam melakukan

aktivitasnya sebanyak 19 lansia (31,7%).

2. Lansia di Desa Lerep sebagian

besar memiliki tingkat nyeri

Reumatoid Atritis sedang yaitu sejumlah 33 lansia (55,0%).

3. Ada hubungan yang yang

signifikan antara nyeri dengan pemenuhan kebutuhan activity of daily living (ADL) pada lansia yang mengalami Reumatoid Atritis di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang (p-value 0,005).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan dan mengingat

keterbatsan peneliti dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang perlu disampaikan peneliti sebagai berikut: 1. Bagi institusi pendidikan.

Mengingat perkembangan ilmu

pengetahuan keperawatan

khususnya yang terkait dengan

Reumatoid Atritis. Hendaknya

institusi dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai tambahan

literature dalam pendidikan

keperawatan komunitas. 2. Bagi peneliti selanjutnya

Mengingat masih adanya

keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap faktor yang dapat

(8)

HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT 8

menentukan hasil penelitian

seperti adanya penyakit lain yang di derita, sehingga meningkatkan nyeri pada lansia.

3. Bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Dari hasil penelitian diharapkan petugas kesehatan memberikan

pendidikan kesehatan untuk

penanganan nyeri secara mandiri jika sewaktu-waktu nyeri timbul sehingga dapat mencegah tingkat nyeri dari sedang menjadi berat. Dan diharapkan agar latihan gerak / senam tetap di adakan minimal 1x seminggu sehingga kekuatan otot Lansia dalam beraktivitas meningkat atau terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku

Ajar Keperawatan

Gerontik.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hurlock, E,B., (2006). Psikologis

perkembangan: Suatu

pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kementerian Kesehatan. (2013) Profil

Data Kesehatan Indonesia

Tahun 2012. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Wahjudi. (2008).

Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC.

Perry & potter. (2005). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan.

Penerbit Buku Kedokteran:

EGC.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Roehadi. (2008). Persentase Penyakit

di Indonesia.

http://www.scribd.com. Diakses pada 7 Oktober 2010.

Smaltze & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Penerbit Buku Kedokteran:

EGC.

Stanley. (2006). Buku Ajar

Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sylvia A. Price. (2005). Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Penerbit Buku

Kedokteran: EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait