Hubungan Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Lansia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Bantul Yogyakarta
HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI
POSYANDU LANSIA MELATI DUSUN KARET BANTUL YOGYAKARTA
Rizqi Ihsani Maulidiyah1, Sri Setyowati2
STIKes Surya Global Yogyakarta
Jl. Ringroad Selatan Blado, Balong Lor, Potorono, Kec.Banguntapan, Bantul DIY 55194 Email: rizqyihsani@gmail.com (085728509640)
ABSTRAK
Latar Belakang: Spiritualitas merupakan faktor kultural penting yang memberikan struktur dan arti pada nilai, perilaku dan pengalaman manusia. Jika dihadapkan pada suatu keadaan yang cenderung menimbulkan stres dan depresi, lansia akan berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.Lansia melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan spiritual seperti ritual keagamaan dan penyembahan untuk mengatasi perasaan stress dan depresi. Salah satu dampak dari meningkatnya lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansiayaitudari segi fisik,mental dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan lansia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia di Posyandu Lansia Melati, Dusun Karet, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Metode: Jenis penelitian ini adalah non-eksperimen korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah 50 responden sedangkan sampel yang diambil sebanyak 50 responden. Pemilihan sampel menggunakan total sampling. Data diambil dengan menggunakankuesioner. Hasil: Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara spiritualitas dengan kualitas hidup lansia dengan nilai signifikan () value 0,010 < 0,05 serta koefisien korelasi sebesar 0,357 dengan menggunakan kendall tau. Kesimpulan:Terdapat hubungan antara spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Posyandu Lansia Melati, Dusun Karet, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Kata kunci: Spiritualitas, Kualitas Hidup Lansia
PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seperti pada gambar di bawah. Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, SUSENAS 2015).
Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruhpenduduk Indonesia tahun 2014. Peningkatan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah lansia terbesar setelah Cina, India dan USA(Data Departemen Sosial RI ,2010).
Tiga provinsi dengan presentase penduduk lansia terbesar berada di Provinsi DI Yogyakarta (13,5%), Jawa Tengah (11,7%) dan Jawa Timur
(11,5%).Tiga Provinsi dengan jumlah penduduk lansia paling sedikit adalah papua,papua barat (2,7%), dan kepulauan Riau (3,9%) (Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015).
Yogyakarta merupakan daerah di Indonesia yang memasuki era penduduk berstruktur tua
(aging structured population), hal ini disebabkan
oleh presentase penduduk lansia yang sangat tinggi dibandingkan provinsi lain, yaitu sebesar 12,96% dari total jumlah penduduk yang mencapai sebesar 3,6 juta (Badan Pusat Statistik, 2013).
Apabila dilihat dari wilayah kabupaten/kota di DIY, jumlah lansia terbanyak ada di Kabupaten Gunung kidul yakni sebanyak 12.564 jiwa, Jumlah lansia di Kabupaten Gunung kidul ini mencapai 41,45 persen dari seluruh lansia di DIY. Lansia di Gunungkidul tertinggi karena belum ada yang mengurusi lansia. Bahkan di Gunungkidul juga belum dibentuk Komda Lansia Gunungkidul.
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 1-8
2
Jumlah lansia yang menduduki urutan kedua terbanyak adalah kabupaten Bantul yakni sebanyak 6.083 jiwa (2011) dan sebanyak 8.025 jiwa (2012). (Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015).
Dampak meningkatnya lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut bila tidak segera ditangani akan berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik,mental dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan lansia (Sutikno, 2011).
Spiritualitas adalah faktor kultural penting yang memberi struktur dan arti pada nilai manusia, perilaku dan pengalamannya (Asy’arie, 2012).
Kuesioner tentang spiritualitas yaitu
dengan Daily Spiritual Experience Scale (DSES)
(Underwood,L. G. & Teresi, J. 2002. Skala pengalaman Spiritual).
Kualitas hidup yang baik ditandai dengan kondisi fungsional lansia yang optimal, sehingga mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna (Sutikno, 2011).
K u i s i o n e r y a n g d i g u n a k a n u n t u k
mengidentifikasi kualitas kesehatan dengan Hyper
Text Query Language (HTQL)adalah kuesioner
yang diambil dari sf-36 dari WHO. Fungsi program keperawatan kesehatan menggunakan standar kuesioner dari friedmann. Indeks Katz adalah instrument standar yang digunakan untuk mengukur independensi saat uji validitas dan reliabilitas (Murwani. A,dkk. 2019).
Dari hasil Studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lansia Melati Di Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta, pada bulan September tahun 2019, didapatkan jumlah lansia sebanyak 150 dan yang aktif hanya ada 50 lansia dengan umur 60-74 tahun (10 laki-laki dan 40 perempuan). Hasil wawancara yang dilakukan kepada 3 lansia yang ada, 2 lansia kurang mengetahui tentang spiritualitas yang dibutuhkan untuk lansia tersebut.
METODE DAN BAHAN
Desain penelitian ini menggunakanpenelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian non-
eksperimenkorelasional dengan pendekatan
yang digunakan adalah cross sectional. Populasi
lansia pada penelitian ini adalah semua lansia yang berjumlah 50 lansia yang berada di Posyandu lansia melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta.Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu total sampling, serta uji
statistic yang digunakan kendall’s Tau. Instrumen
yang digunakan pada spiritualitas yaitu kuesioner
Daily Spiritual Experience Scale (DSES)dan
kualitas hidup menggunakan kuisioner Hyper Text
Query Language (HTQL)adalah kuesioner yang
diambil dari sf-36 dari WHO.
HASIL
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dijelaskan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,dan agama diantaranya sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Agama Di Posyandu lansia Dusun Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta
No KarakteristikFrekuensi (F) Persentase (%) 1. Usia 60-65 tahun 66-70 tahun 71-75 tahun 22 21 7 44 42 14 2. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempan
10 40
20 80 3. Pendidikan Tidak Sekolah
SD SMP SMA Akademi 36 12 0 0 2 72 24 0 0 4 4. Agama Islam 50 100 Total 50 100
Sumber: Data Primer (2020)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa karakteristik responden menurut usia di
Hubungan Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Lansia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Bantul Yogyakarta
Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta, dari 50 responden usia terbanyak usia 60-65 tahun sebanyak 22 (44%), disusul usia 66- 70 tahun sebanyak 21 (42,0%), dan disusul usia 71-75 tahun sebanyak 7 (14%).
Diketahui bahwa karakteristik responden menurut jenis kelamin di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta, dari 50 responden jenis kelamin terbanyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak 40(80%), dan disusul juga jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 (20%).
Diketahui bahwa karakteristik responden menurut pendidikan terakhir lansia diPosyandu lansia Melati Dusun Kare t Plere t Bantu l Yogyakarta, dari 50 responden yang tidak sekolah 36 lansia (72%) pendidikan terakhir lansia SD 12 lansia (24%), pendidikan terakhir SMP tidak ada, pendidikan terakhir SMA tidak ada dan pendidikan terakhir Akademi sebanyak 2 lansia (4%).
Diketahui bahwa karakteristik responden menurut Agama di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta. dari 50 responden yaitu sebanyak 50lansia (100 %) yang beragama Islam.
2. Gambaran tingkat kecemasan pada lansia
Tingkat Spiritualitas pada lansia Posyandu lansia Melati Dusun Kare t Plere t Bantu l Yogyakartadikategorikan spiritualitas baik apabila (nilai 76-100), dikategorikan spiritualitascukup apabila (nilai 56-75), dikategorikan spiritualitas kurang apabila (nilai < 56) atau dapat dilihat dari tabel 2.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa 50 responden yang memiliki Spiritualitas terbanyak dalam kategori yaitu Spiritualitas baik sebanyak 39 (78%), disusul Spiritualitas cukup 7 (14%), dan terakhir di susul Spiritualitas kurang sebanyak 4 (8%). Mayoritas hal ini menunjukkan bahwa lansia
Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat spiritualitas lansia di Posyandu lansia Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta.
Kategori
Spiritualitas Frekuensi (f) Persentase (%)
Spiritualitas baik 39 78
Spiritualitas cukup 7 14
Spiritualitas kurang 4 8
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer (2020)
di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta dalam kategori Spiritualitas baik sebanyak 39 (78%).
3. Gambaran tingkat kualitas hidup
Tingkat kualitas hidup di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta dikategorikan dalam kualitas hidup buruk apabila (nilai 67-100), kategori dalam kualitas hidup cukup apabila (nilai 33-66), kategori dalam kualitas hidup baik apabila (nilai 0-32) atau dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat Kualitas hidup di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta
Kategori Kualitas hidup Frekuensi (F) Persentase (%)
Kualitas hidup baik 39 78
Kualitas hidup cukup 10 20
Kualitas hidup Buruk 1 2
Total 50 100,0
Sumber: Data primer (2020)
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat kualitas hidup pada 50 responden tingkat kualitas hidup terbanyak yaitu dalam kategori kualitas hidup baik sebanyak 39 (78%), disusul kategori kualitas hidup cukup sebanyak 10 (20%), dan kategori kualitas hidup buruk sebanyak 1 (2%), Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas hidup lansia di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta mayoritas kualitas hidup baik sebanyak 39 (78%).
4
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 1-8
Baik 34 2 3 39
Cukup 4 5 1 10 spiritualitas lansia di Posyandu Lansia Melati
Buruk 1 0 0 1 Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret
Total 39 7 4 50
4. Hubungan Spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia
Hubungan antara Spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia pada penelitian ini dapat dijabarkan dengan Tabulasi silang antara kedua variabel seperti berikut ini :
Tabel 4. Tabulasi silang antara Spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia di di Posyandu lansia Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dimana Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia di Posyandu Lanjut Usia Melati Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta.
PEMBAHASAN
1. Spiritualitas pada lanjut usia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Kecamatan
Kualitas Hidup
Spiritualitas Total Cukup Kurang Baik
Pleret Bantul Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Sumber: Data Primer (2020)
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa lansia dengan dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas hidup baik yang memiliki spiritualitas baik berjumlah 34 responden (87,2%) dan yang memiliki spiritualitas cukup berjumlah 2 responden (28,6%) dan yang memiliki spiritualitas kurang berjumlah 3 responden (75,0%), responden dengan kualitas hidup cukup yang memiliki spiritualitas baik berjumlah 4 responden (10,3%) dan yang memiliki spiritualitas cukup 5 responden (71,4%) dan yang memiliki spiritualitas kurang berjumlah 1 responden (25,0%), responden dengan kualitas hidup buruk memiliki spiritualitas baik berjumlah 1 responden (2,6%) dan yang memiliki spiritualitas cukup tidak ada dan yang memiliki spiritualitas kurang tidak ada.
Selanjutnya dilakukan uji statistik kendall
tau antara spiritualitas dengan kualitas hidup pada
lansia di Posyandu Lanjut Usia Melati Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta. yang juga berskala data ordinal. Uji analitik ini menggunakan korelasi
kendall’s tau. Di dapatkan nilai koefisien 0,357
dengan nilai signifikan 0,010 (< 0,01), sehingga
Kabupaten Bantul Yogyakarta dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 responden ( 78 %) responden dengan spiritualitas yang baik.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Destarina (2014) yang menunjukkan gambaran spiritualitas lansia dipanti sosial tresna werdha khusnul khotimah pekanbaru dengan hasil mayoritas lansia yang berada dipanti memiliki status spiritual yang tinggi dengan presentase 87,2 %.
Spiritualitas adalah sikap yang harus dimiliki seseorang untuk menghadapi dan memecahkan persoalan hidup, agar hidup lebih bermakna. Spiritualitas untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dengan orang lain (Agustian dalam Setyawan 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia dapat mempengaruhi spiritualitas responden. rentang umur 60-65 tahun yaitu sebanyak 22 responden, rentang umur 66-70 tahun yaitu sebanyak 21 responden, rentang umur 71-74 tahun sebanyak 7 responden. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan rentang 60-65 tahun yang berjumlah 22 responden.
Terdapat tahap perkembangan manusia yang mempengaruhi status spiritual seseorang. Pada kelompok usia pertengahan dan lansia memiliki
Hubungan Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Lansia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Bantul Yogyakarta
lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan keagamaan dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh generasi muda ( Hamid, 2009).
2. Kualitas Hidup pada lansia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta dari 50 responden mayoritas responden merasakan kualitas hidup dalam kategori baik 39 responden 78 % yang merasakan kualitas hidup dalam kategori baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Widya Arisandy (2019) dari 40 responden yang memiliki kualitas hidup kategori berkualitas sebanyak 38 responden (95,9%), lebih banyak jika di bandingkan dengan kategori tidak berkualitas sebanyak 2 responden (5,0%).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain oleh Mira Afnesta Yuzefo, Febriana Sabrian dan Riri Novayelinda (2015) yaitu dalam kategori baik/ tinggi yaitu sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang buruk yaitu sebanyak 47 orang (48,5%) dari 97 responden.
Lansia yang memiliki kualitas hidup baik dikarenakan adanya rasa sejahtera yang dialami baik dari segi ekonomi maupun spiritual. Kualitas hidup merupakan sejauh mana lansia dapat merasakan dan menikmati terjadinya segala peristiwa penting dalam kehidupannya sehingga menjadi sejahtera (Nofitri, 2009). Jika lansia dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi, maka kehidupan lansia mengarah pada keadaan sejahtera, sebaliknya jika lansia mencapai kualitas hidup yang rendah, maka kehidupan lansia mengarah pada keadaan tidak sejahtera.
D a l a m p e n e l i t i a n H a m z a h ( 2 0 1 6 ) tentang hubungan usia dengan kualitas hidup, Kecenderungan yang ada adalah semakin tua usia responden semakin buruk kualitas hidupnya. Kualitas hidup ditemukan erat hubungannya dengan usia dimana usia lanjut identik dengan penurunan fungsi fisiologis (Kristofferzon, 2005).
Sedangkan berdasarkan distribusi jenis kelamin pada penelitian ini didapatkan jenis kelamin perempuan 40 orang (80 %) dan laki-laki 10 orang (20 %). Hal ini didukung oleh penelitian Mira Afnesta Yuzefo, Febriana Sabrian dan Riri Novayelinda (2015) di Kelurahan Tuah Karya di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo mayoritas berjenis kelamin yaitu sebanyak 57 responden (58,8%) dan sisanya berjenis kelamin laki-laki berjumlah 40 responden (41,2%) dari 97 reponden.
Lansia dengan penyakit kronis sering mengalami penurunan kemandirian dalam p e m e n u h a n ke b u t u h a n s e h a r i -h a r i y a n g menyebabkan ketakutan, ansietas, kesedihan. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapatkan perawatan diri secara terus-menerus dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya. Sehingga menimbulkan rasa kehilangan tujuan dalam hidup yang mempengaruhi kekuatan dari dalam yang diperlukan untuk menghadapi perubahan fungsi yang dialami (Potter dan Perry, 2009).
Hal ini sesuai dengan penjelasan Larasati (2012), menyebutkan bahwa kesejahteraan menjadi salah satu parameter tingginya kualitas hidup lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati kehidupan masa tuanya dengan bahagia.
3. Hubungan Hubungan antara Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta
B e rd a sa r k a n h a si l p e n e l i t i a n da ri 50 responden yang diteliti, dari tabulasi silang dapat
6
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 1-8
0
diketahui bahwa responden dengan kualitas hidup baik yang memiliki spiritualitas baik berjumlah 34 responden (87,2%) dan yang memiliki spiritualitas cukup berjumlah 2 responden (28,6%) dan yang memiliki spiritualitas kurang berjumlah 3 responden (75,0%), responden dengan kualitas hidup cukup yang memiliki spiritualitas baik berjumlah 4 responden (10,3%) dan yang memiliki spiritualitas cukup 5 responden (71,4%) dan yang memiliki spiritualitas kurang berjumlah 1 responden (25,0%), responden dengan kualitas hidup buruk memiliki spiritualitas baik berjumlah 1 responden (2,6%) dan yang memiliki spiritualitas cukup tidak ada dan yang memiliki spiritualitas kurang tidak ada.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
uji kendall tau diperoleh p value sebesar 0,010 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima
kecemasan yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan serta kenyamanan pada tahap awal iman. Hal ini memberikan pandangan baru bagi lansia terhadap kehidupan yang berhubungan dengan orang lain dan penerimaan yang positif terhadap kematian (Hefner,2008).
Menurut Rahmah dan Cahyono (2010), apabila seseorang semakin tumbuh dan semakin dewasa maka pengalaman dan pengetahuan spiritual tersebut semakin berkembang karena spiritual berkaitan erat dengan kehidupan sehari- hari seorang individu. Hal ini sama halnya dengan perkembangan spiritual yang terjadi pada lansia. Spiritual seseorang yang berada pada rentan usia lansia mengalami spiritual yang semakin mendalam atau dapat dikatakan seorang lansia umumnya memiliki spiritualitas yang tinggi karena
dan H ditolak, yang berarti bahwa ada hubungan apabila seseorang telah memasuki usiayang lanjut,
yang signifikan antara spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Desa Karet Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Mira Afnesta Yuzefo, Febriana Sabrian dan Riri Novayelinda (2015) terdapat hubungan antara status spiritual dengan kualitas hidup pada lansia di Kelurahan Tuah Karya di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo berdasarkan uji statistik
nilai value sebesar 0,034, dimana value<alpha
(0,05). Mira Afnesta Yuzefo, Febriana Sabrian dan Riri Novayelinda (2015) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status spiritual dengan kualitas hidup pada lansia.
Agama dan spiritual adalah sumber koping bagi lansia ketika ia mengalami sedih, kesepian dan kehilangan. Hasil studi menunjukkan bahwa pada lansia yang mencapai usia 70 tahun, maka lansia tersebut berada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi
ia cenderung lebih ingin mendekatkan diri pada yang maha kuasa dan juga bisa mulai menerima adanya perubahan dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan pada50 responden lansia di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta mengenai hubungan Spiritualitas dengan kualitas hidup pada lansia dapat ditarik kesimpulan, yaitu: Karakteristik Responden di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakartamenurut kelompok usia yang paling terbanyak usia 60-65 tahun sebanyak 22 (44%), untuk jenis kelamin yang paling terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 40 (80%), pendidikan yang paling terbanyak yaitu tidak sekolah sebanyak 36 (72%), untuk Agama Islam sebanyak 50 (100%).
Kualitas Hidup pada lansia di Posyandu lansia Melati Dusu n Kare t Pl eret Bantul
Hubungan Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Lansia di Posyandu Lansia Melati Dusun Karet Bantul Yogyakarta
Yogyakartasebagian besar mayoritas kualitas hidupbaik sebanyak 39 lansia (78%) Kualitas hidup cukup pada lansia di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakartasebagian besar adalah mayoritas kualitas hidup cukup sebanyak 10 (20%). Kualitas hidup pada lansia di Posyandu lansia Melati Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta sebagian besar adalah mayoritas kualitas hidup buruk sebanyak 1 (2%) Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara Spiritualitas dengan Kualitas hidup lansia. Berdasarkan hasil penelitian ini maka maka peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda yaitu dukungan keluarga, depresi dan resiko jatuh dengan kualitas hidup pada lansia.
RUJUKAN
Arisandy W, 2019. Hubungan antara kecerdasan spiritual (Spiritual Intellegency) dengan
kualitas hidup lansia Jurnal Aisyiyah Medika
2019;Volume 3, Nomor 2; ISSN 2355-6846. Diakses dari:http://Widya@stikes-aisyiyah- palembang.ac.id
Asy’arie M 2012, Tuhan Empirik dan Kesehatan Spiritual; Pengembangan Pemikiran Musa Asy’arie dalam Bidang Kesehatan dan kedokteran ,Center for Neoroscience, Health and Spirituality ( C-NET ), Yogyakarta. ISBN 978-979-9353-40-5.
Badan Pusat Statistik 2015, Populasi lansia di Yogyakarta, Diakses dari: http://www.bps. co.id.
Badan Pusat Statistik 2015,Statistik penduduk lanjut usia 2012: hasil survey sosial ekonomi nasional, Diakses dari: http://www.bps.co.id.
Hamid, A. Y. S. 2009. Bunga rampai asuhan
keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC.
H a m i d , A . , 1 9 9 9 , A s p e k S p i ri t u a l D a l a m
Keperawatan , Widya Medika, Jakarta
Hamzah, R.,2016. Hubungan usia dan jenis kelamin dengan kualitas hidup pada penderita gagal jantung di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.Skripsi. Diakses dari http://opac.
unisayogya.ac.id.
Hefner, L. 2008. Comparing,discussing two
spiritual assessment tool. Counseling older
adults. Diakses dari:http//www.lorihefner.
com/spiritualAssessmentTools.pdf
Kristofferzon, M. L. 2005. Coping, Social
Support and Quality of Life Over Time After Myocardinal Infarction. Journal of
Advanced Nursing 52 (2): 113-114.
Larasti, 2012. Jurnal Kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa menopause. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
2009. Jurnal Perempuan, Agama dan
gende r. Volume17,No.1;p-ISSN:1412-
6095E-ISSN: 2407-1587 Diakses dari: http://
www.gunadrama.ac.id
Murwani. A, Santoso, Eny Lestari & Endang S. Sulaeman. 2019.Model promosi kesehatan program kesehatan masyarakat untuk lansia. Jurnal Global IlmuKesehatan; Vol. 11, No. 7; 2019, Mei 2019 ISSN 1916-9736
E-ISSN 1916-9744. Diakses dari:https://doi.
org/10.5539/gjhs.v11n7p119pada tanggal 17 Juni 2019.
Nofitri, 2009. Gambaran Kualitas Hidup Orang Dewasa pada Lima Wilayah di Jakarta.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Diakses dari: http://www.lontar.
ui.ac.id.
Potter PA & Perry AG; Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,proses, dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.
Pusat data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI. (2013), Gambaran kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Diakses dari: http://www. depkes.go.id pada Februari 2016.
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 1-8
8
Setyawan, F, M 2013, Hubungan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian pada lansia Umur di Atas 60 Tahun di Desa Tanggulangin, Pandean, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah ,PSIK STIKES
AISYIYAH Yogyakarta.. Skripsi. Diakses
dari:http://digilib.unisayogya.ac.id
Sutikno, E. 2011. Hubungan Antara Fungsi
Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia
Volume 2 Nomer 1. Kediri : Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti wijaya Diakses dari: http// www.digilib.uns.ac.id.
Underwood,L. G. & Teresi, J. 2002. Jurnal
Sk al a pe nga l aman Spi ri t ua l Hari an :
Pengembangan, deskripsi teoritis, reliabilitas, analisis faktor eksplorasi, dan validitas konstruk pendahuluan menggunakan data terkait kesehatan. Annals of behavioral Medicine, 24,22-23.
Yuzefo MA, Febriana Sabrian, Riri Novayelinda., 2015. Hubungan Status Spiritual dengan Kualitas Hidup Pada Lansia. Program
Studi Ilmu Keperawatan Univ Riau. Jurnal
Keperawatan 2015; Volume 2, Nomor 2;
ISSN 2355-6846. Diakses dari:http://jom.