EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 2 POLUT KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh ISMAWATI 10536 5179 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Nama : ISMAWATI
Nim : 10536517915
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apa bila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Desember 2019 Yang Membuat Pernyataan
ISMAWATI NIM. 10536517915
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Nama : ISMAWATI
Nim : 10536517915
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.
4. Apa bila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Desember 2019 Yang Membuat Perjanjian
ISMAWATI NIM. 10536517915
ABSTRAK
Ismawati, 2019. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Pembimbing I Suradi Tahmir dan pembimbing II Muhammad Rizal Usman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar tahun ajaran 2019/2020. Penelitian ini mengacu pada tiga aspek kriteria keefektian pembelajaran, yaitu: (1) hasil belajar yang meliputi ketuntasan belajar secara individu dan klasikal, serta gain atau peningkatan hasil belajar, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran (3) respons siswa terhadap proses pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika dari tiga aspek tersebut terpenuhi, dengan syarat aspek peningkatan hasil belajar terpenuhi. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest–posttest desain. Sampel eksperimennya adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar, lembar observasi aktivitas siswa dan angket respons siswa, serta lembar keterlaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) skor rata-rata posttest 81,38 lebih besar dari pada skor rata-rata pretest 26,91 dengan standar deviasi masing-masing pretest 6,50 dan posttest 4,83. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa 30 siswa dari 32 siswa atau 93,75% telah mencapai ketuntasan individual dan ini berarti ketuntasan klasikal telah tercapai. Selain itu, terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) rata-rata gain ternormalisasi yaitu 0,74 dan umumnya berada pada katergori tinggi. (2) rata-rata persentase frekuensi aktivitas siswa yaitu 81,80% maka aktivitas siswa mencapai kriteria aktif. (3) respons siswa menunjukkan positif dimana rata-rata persentasenya adalah 82,12%. Dengan demikian model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar.
Kata Kunci: Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Efektivitas Pembelajaran Matematika
ABSTRACT
Ismawati, 2019. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Pembimbing I Suradi Tahmir dan pembimbing II Muhammad Rizal Usman.
This study aims to determine the Effectiveness of Mathematics Learning Through the Application of Think Pair Share (TPS) Cooperative Models in Class VII Students of SMP Negeri 2 Polut in Takalar Regency in the academic year 2019/2020. This study refers to three aspects of the effectiveness criteria for learning, namely: (1) learning outcomes that include individual and classical learning completeness, and the gain or increase in learning outcomes, (2) student activities in participating in learning (3) student responses to the learning process. A learning is said to be effective if of the three aspects are met, with the condition that aspects of improving learning outcomes are met. This research is a pre-experimental research involving one class as an pre-experimental class. The research design used was one group pretest-posttest design. The sample of the experiment was grade VII B students of SMP Negeri 2 Polut, Takalar Regency. Data collection techniques used were learning achievement tests, student activity observation sheets and student response questionnaires, and learning achievement sheets. The results showed that: (1) the average score of 81.38 posttest was greater than the average score of 26.91 pretest with a standard deviation of each pretest 6.50 and posttest 4.83. From these results it was found that 30 students out of 32 students or 93.75% had achieved individual completeness and this meant classical completeness had been achieved. In addition, there was an increase in student learning outcomes after applying the Think Pair Share (TPS) type of cooperative model with an average normalized gain of 0.74 and generally in a high category. (2) the average percentage of student activity frequency is 81.80%, the student activity reaches active criteria. (3) student responses showed positive where the average percentage was 82.12%. Thus the Think Pair Share (TPS) cooperative model is effectively applied in mathematics learning for students of class VII B of SMP Negeri 2 Polut, Takalar Regency.
Keywords: Cooperative Think Pair Share (TPS) Type and Effectiveness of Mathematics Learning
KATA PENGANTAR
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang karena-Nya kita hidup dan hanya kepada-Nya kita kembali. Dari-Nya
segala sumber kekuatan dan inspirasi terindah dalam menapaki jalan hidup ini,
Dialah yang memberikan begitu banyak nikmat khususnya kesehatan dan
kesempatan sehingga skripsi yang berjudul " Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar” dapat penulis selesaikan. Shalawat dan taslim semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan uswatun hasanah atau suritauladan yang baik
bagi ummat manusia sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan
tetapi, berkat pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT dan bantuan dari berbagai
pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan walaupun dalam wujud yang
sederhana. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan yang teristimewa
dengan segenap cinta dan hormat penulis haturkan kepada kedua orang tuaku
tercinta Ayahanda Hafid dan Ibunda Nuraeni tercinta yang telah mencurahkan
segala kasih sayang dan cintanya serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk
keberhasilan penulis. Semoga apa yang beliau berikan kepada penulis bernilai
Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah sangat
membantu selama penulis menyusun skripsi ini yaitu diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. sebagai Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Mukhlis, S.Pd., M.Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ma'rup, S.Pd.,M,Pd. Sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Prof. Dr. H. Suradi Tahmir, M.S. dan Muhammad Rizal Usman, S.Pd., M.Pd.
sebagai Pembimbing I dan II, yang telah meluangkan waktunya membantu
dan membimbing penulis.
6. Dr. Ilham Minggi, M.Si. dan Prof. Dr. Usman Mulbar, M.Pd. Sebagai
Validator yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu, memberikan
arahan dan petunjuk serta koreksi dalam penyusunan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian.
7. Nursakiah, S.Si., S.Pd., M.Pd sebagai Penasehat Akademik atas bimbingan
dan nasihat yang sangat berharga selama penulis menuntut ilmu di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang tak
9. Drs. Sahrir, M. AP. sebagai Kepala SMP Negeri 2 Polut dan Iskandar, S.Pd
sebagai Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 2 Polut telah menerima
dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10.Siswa-siswi SMP Negeri 2 Polut, terkhusus kelas VII.B atas segala bantuan
dan kerjasamanya yang baik selama penulis melaksanakan penelitian.
11.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2015
terkhusus kelas F yang telah bersama-sama berjuang keras dan penuh
semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Kebersamaan ini akan
menjadi sebuah kenangan yang indah.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya. Semoga
semua pihak yang banyak membantu penulis dapat pahala dari allah SWT, serta
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis sendiri.
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Takalar, Oktober 2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 9 A. Kajian Pustaka ... 9
1. Efektivitas Pembelajaran ... 9
2. Pembelajaran Matematika ... 12
3. Model Pembelajaran ... 14
4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
6. Materi Bilangan ... 24
7. Peneltian Relevan ... 34
B. Kerangka Pikir ... 37
C. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Rancangan Penelitian ... 41
B. Populasi dan Sampel ... 42
C. Defenisi Operasional ... 43
D. Instrumen Penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
1. Hasil Analisis Deskriptif ... 54
2. Hasil Analisis Inferensial ... 67
B. Pembahasan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 18
Tabel 2.2 Tahapan Think Pair Share ... 21
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Think Pair Share ... 22
Tabel 3.1 Kategori Standar Hasil Belajar ... 46
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 46
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Gain ... 47
Tabel 3.4 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran ... 50
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan (Pretest dan Posttest) ... 55
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan 55 Tabel 4.3 Deskriptif Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan ... 56
Tabel 4.4 Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Setekah Diterapkan Model Pembelajaran ... 58
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A
A.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian A.2 Daftar Hadir Siswa
A.3 Daftar Nama Kelompok
A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A.5 Lembar Kegiatan Siswa
LAMPIRAN B
B.1 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
B.2 Instrumen Tes Hasil Belajar (Pretest-Posttest) B.3 Pedoman Penskoran (Pretest-Posttest)
LAMPIRAN C
C.1 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa C.2 Instrumen Angket Respon
C.3 Instrumen Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran C.4 LKS, RPP, Angket Respon, Lembar Aktivitas
LAMPIRAN D
D.1 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa (Pretest, Posttest, dan Gain)
D.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar Pretest dan Posttest Melalui Program SPSS
D.3 Analisis Observasi Aktivitas Siswa D.4 Analisis Data Respon Siswa
D.5 Analisis Observasi Keterlasanaan Pembelajaran
LAMPIRAN E
E.1 Lembar Tes Hasil Belajar
E.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa E.3 Lembar Angket Respons Siswa
E.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
LAMPIRAN F F.1 Persuratan F.2 Validasi F.3 Dokumentasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Siswa selayaknya
dituntut untuk bersikap akif, kreatif, inovatif dan memiliki kemampuan berfikir
logis dalam merespon setiap pelajaran yang akan diajarkan. Untuk menumbuhkan
sikap aktif, kreatif, dan inovatif pada siswa bukanlah suatu hal yang mudah.
Diperlukan langkah-langkah yang telah direncanakan secara matang agar tujuan
dalam pendidikan tersebut tercapai. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan disekolah, antara lain dengan memperbaiki
mutu. Pembelajaran di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar
telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung
keberhasilan proses pembelajaran. Usaha perencanaan pembelajaran yang baik
diupayakan agar siswa memiliki kemampuan maksimum dan meningkatkan
motivasi, keaktifan, dan kreativitas sehingga mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Peningkatan kualitas pendidikan tentunya tidak akan terlepas dari upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Perubahan kurikulum yang terjadi
menuntut adanya perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran,
khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Perubahan kurikulum
menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari
tentang konteks, teori, dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga
tersusun atas materi yang kompleks yang mana dalam berlangsungnya proses
belajar mengajar, guru harus bijaksana dalam menentukan model yang sesuai
yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung sesuai tujuan yang diharapkan. Pada
perkembangan pendidikan ini guru dituntut untuk mengelola proses pembelajaran
yaitu bagaimana guru dapat merencanakan, mengatur, dan mengarahkan serta
mengevaluasi. Dalam konteks itu guru dituntut untuk harus dapat menentukan
model pembelajaran yang akan diterapkan.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang Sekolah Dasar
(SD) sampai Perguruan Tinggi adalah matematika. Menurut Ruseffendi (1990: 9)
matematika diajarkan di sekolah karena memang berguna, berguna untuk
kepentingan matematika itu sendiri dan memecahkan persoalan dalam
masyarakat. Dengan mempelajari matematika peserta didik diharapkan dapat
mempunyai kemampuan yang cukup handal untuk menghadapi berbagai macam
masalah yang timbul di dalam kehidupan nyata. Tujuan dalam mempelajari
matematika adalah untuk memberikan tekanan pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada keterampilan
dalam penerapan matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan terutama di dalam dunia pendidikan, hal ini
dikarenakan matematika bersifat logis dan dapat menjelaskan sebuah konsep
secara ilmiah dan sering digunakan di berbagai cabang ilmu pengetahuan lain
baik secara langsung maupun tidak langsung. Matematika dianggap perlu
diberikan kepada siswa dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Tujuannya adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis,
analisis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Pada saat ini pembelajaran matematika sering dianggap sebagai mata
pelajaran yang sulit bagi siswa dan bahkan terkadang menjadi sebuah mata
pelajaran yang tidak disukai oleh siswa karena sering dianggap sulit, hal ini juga
dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa diajak untuk selalu bernalar dan
berfikir kritis terhadap suatu konsep yang diberikan oleh guru, akibatnya banyak
siswa yang mempunyai hasil belajar rendah. Guru dalam mengajarkan matematika
hendaknya mampu memilih strategi metode, dan model pembelajaran yang tepat
dimana siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan daya kreatifitas dan berfikir pada siswa yang dapat memperkuat
motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Polut pada
tanggal 31 Juli 2019 bahwa masalah yang dihadapi siswa kelas VII dalam
pembelajaran matematika yaitu, bahwa guru dikelas masih menggunakan metode
ceramah yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
tidak memperhatikan guru, merasa bosan, ribut, kurang melibatkan diri secara
aktif selama proses belajar mengajar, tidak berani mengungkap mendapat atau
bertanya, lebih memilih diam jika proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,
siswa juga menganggap matematika itu sulit dan berkaitan dengan rumus yang
Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru matematika kelasVII
(Bapak Iskandar, S.Pd) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran hanya
beberapa siswa yang memperhatikan jika guru menjelaskan, siswa hanya
mendengarkan, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru
secara individual,ketika guru meminta siswa mengajukan pertanyaan tentang
masalah yang tidak mereka pahami siswa cenderung hanya diam. Pada akhirnya
prestasi belajar masih jauh dengan yang diharapkan dan tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan prestasi hasil belajar siswa. Hal
tersebut dapat dilihat dari rata- rata hasil ulangan siswa kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yakni 75, hanya 45%
siswa yang mencapai nilai KKM dengan rata- rata hasil belajar siswa hanya 60.
Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa tidak terlepas dari metode
yang dianggap belum bisa meningkatkan kemampuan belajar siswa. Belajar yang
masih bersifat konvensional, guru mendominasi kelas sehingga siswa menjadi
pasif. Akibatnya sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa
yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan
atau diaplikasikan dalam situasi baru.
Salah satu alternatif diantara metode pembelajaran adalah penggunaan
strategi mengajar, pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan dapat
memicu siswa untuk ikut serta aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran kooperatif membuat siswa menjadi lebih aktif karena sistem belajar
secara berkelompok dan siswa dapat menyelesaikan tugas secara bersama-sama
sehingga pelajaran matematika menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Sebagai
rendahnya hasil belajar siswa tersebut adalah model pembelajaran Think Pair
Share (TPS).
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang menuntut siswa agar dapat berperan secara aktif pada sebuah
kelompok dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
ditetapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang
menuntut adanya keaktifan peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
of Marylandpadatahun 1981, dengan gagasan waktu “tunggu atau berpikir”
(Huda, 2014: 206). Model pembelajaran ini menggabungkan belajar individu dan
belajar bekerja sama. Pembelajaran TPS memberi waktu lebih banyak kepada
siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu dalam mengonstruksi suatu
konsep materi. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran TPS lebih memudahkan
siswa untuk berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan
model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan guru. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga tahap pembelajaran yaitu ‘Think’ yang memberikan kesempatan setiap peserta didik untuk memikirkan masalah secara mandiri, ‘Pair’ yaitu peserta didik saling bertukar pikiran dengan pasangannya, ‘Share’ yaitu siswa berbagi dengan anggota kelompok atau peserta didik lainnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dirancang
agar peserta didik terlatih aktif dan dapat mengungkapkan berbagai ide yang ada
dipikirannya selama proses pembelajaran, baik kepada guru, maupun temannya.
Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pembelajaranThink Pair Share (TPS) yaitu
berfikir, berpasangan, dan berbagi. Pada tahap berpasangan dan berbagi sangat
diperlukan kemampuan berkomunikasi untuk menyampaikan ide-ide kepada
orang lain agar dapat dipahami. Oleh karena itu, model pembelajaranThink Pair
Share (TPS) dapat membantu dalam mengoptimalkan peran aktif siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil judul penelitian
“Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten Takalar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) efektif diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri
2 Polut Kabupaten Takalar?” Adapun indikator efektivitas yang dijadikan sebagai tolak ukur yaitu:
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelahdiajar menggunakan model
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)?
2. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model
3. Bagaimana respons siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Polut Kabupaten
Takalar, sesuai indikator keefektifan pembelajaran matematika, yaitu:
1. Untuk mengetahuihasil belajar matematika siswasetelahdiajar menggunakan
model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
2. Untuk mengetaui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
3. Untuk mengetahui respons siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi siswa
dan sumbangan dalam Pendidikan matematika yang berkaitan dengan efektivitas
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai sarana informasi untuk meningkatkan mutu pengajaran
Polut Kabupaten Takalar dan dapat dijadikan referensi untuk mengaplikasikannya
dalam proses belajar mengajar.
b. Bagi Guru
1) Dapat menemukan alternatif model/metode pembelajaran yang sesuai untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Memberikan acuan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
ketidak berhasilan pembelajaran.
3) Untuk mengintrospeksi diri tentang sistem pembelajaran yang dilakukan.
4) Harus selektif lagi dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan
sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan oleh guru.
c. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Menambah pengalaman belajar yang bermakna.
3) Meningkatkan aktifitas dalam belajar.
4) Melatih siswa untuk untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
d. Bagi Peneliti
Sebagai rujukan dalam rangka menindak lanjuti penelitian ini dengan
ruang lingkup yang lebih luas serta menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share, serta hasil
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitasberasal dariBahasa Inggris effective yang berarti berhasil atau
tepat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivtas berasal dari kata
efektif yang berarti memiliki efek, pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,
manjur, membawa hasil dan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Selain
itu kata efektif dapat diartikan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas
pembelajaran merupakan kegiatan antara hasil dan tujuan pembelajaran. Salah
satu upaya guru agar pembelajaran efektif adalah dengan pemilihan pembelajaran
yang sesuai dengan siswa.
Efektivitas merujuk pada kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
suatu pengaruh yang dihasilkan dari suatu perlakuan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang
diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh, serta tingkat daya
fungsi unsur atau komponen. Untuk mengukur keefektivan suatu perlakuan adalah
dengan melihat apakah tujuan yang ditentukan tercapai dengan baik juga
dilakukan sesuai prosedur.
Mulyasa (Nini, 2017: 158) mendefinisikan bahwa efektivitas adalah
adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang
dituju. Selanjutnya, Pidarta (Nini, 2017: 158) berpendapat bahwa, suatu pekerjaan
yang telah diterapkan dari semula. Efektivitas sebagai ukuran yang menyatakan
sejauh mana tujuan secara kualitas, kuantitas, dan waktu yang telah dicapai.
Menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadi orang atau
makhluk hidup belajar. Anurrahman (Pamungkas, 2017: 16) mengungkapkan
bahwa pembelajaran efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri
sendiri. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam
dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tau, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dapat
dilihat langsung.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan untuk sebuah proses pembelajaran
yang menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan yang diharapkan dan merupakan
standar untuk menentukan angka keberhasilan suatu pembelajaran. Keefektifan
pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi indikator efektivitas. Kriteria
efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 aspek yaitu: hasil belajar
siswa tuntas, aktivitas siswa dalam pembelajaran baik, respons siswa positif.
Dengan syarat aspek ketuntasan belajar terpenuhi.
a. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (Kasimuddin, 2016: 62) hasil belajar peserta didik pada
hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk mengukur tingkat
tertentu. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil berarti sesuatu yang
telah dicapai dan telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Dalam hal ini,
hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang dicapai siswa dalam
suatu bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.Kriteria
ketuntasan belajar yaitu siswa dikatakan tuntas jika mencapai nilai ≥ 75
(KKM sama dengan 75) atau dapat diartikan besar dari 74,9.
b. Aktivitas siswa
Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak hanya
mendengarkan sejumlah teori-teori secara pasif melainkan terlibat aktif dan
sungguh-sunggu dalam semua kegiatan pembelajaran.
Menurut Sardiman (Nurhidayah, 2015: 45) bahwa dalam suatu kegiatan
belajar diperlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku, sehingga melakukan kegiatan.
Jadi tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin berlangsung
dengan baik. Aktivitas belajar siswa tergantung pada lingkungan belajarnya,
maka siswa dapat belajar lebih efektif, sehingga aktivitas belajar yang
dilakukan memperoleh sukses yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil
belajar. Kriteria aktivitas siswa yaitu siswa dikatakan aktif jika mencapai nilai
tidak kurang dari 75%.
c. Respons Siswa
Respons merupakan suatu tingkah laku yang dipengaruhi karena adanya
tanggapan dan rangsangan dari lingkungan. Respon siswa adalah tingkah laku
muncul apabila melibatkan panca indra dalam mengamati dan memperhatikan
suatu obyek pengamatan. Terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi
adanya suatu respon, yakni pengalaman, proses belajar, dan nilai kepribadian.
Jadi respon merupakan kesan atau tanggapan setelah kita mengamati melalui
aktivitas pengindraan sehingga terbentuknya sikap positif atau sikap negatif.
Kriteria respons siswa yaitu siswa dikatakan respon positif jika mencapai nilai
tidak kurang dari 75%.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua
aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada
saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa
disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain pembelajaran pada
hakekatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik
serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Karena itu baik
konseptual maupun operasional konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap
akan selalu melekat pada pembelajaran (Nini, 2015: 155).
Menurut Hudojo. H (1990: 3-4) bahwa matematika itu berkenaan dengan
ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur
secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Karena matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol
itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, maka konsep-konsep
Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa
yang dilakukan secara sadar untuk membangun konsep-konsep atau prinsp-prinsip
matematika dalam diri siswa (Susilo, 2011:2). Bruner (Siagian, 2016: 59)
menyatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan usaha untuk membantu
siswa membantu dalam mengkonstruksikan pengetahuan melalui proses, karena
mengetahui adalah suatu proses, bukan suatu produk. Sejalan dengan Vygotsky
(Siagian, 2016: 59) yang menyatakan bahwa, konstruksi pengetahuan terjadi
melalui proses interaksi sosial bersama orang lain yang lebih mengerti dan paham
akan pengetahuan tersebut. Proses tersebut dimulai dari pengalaman, sehingga
siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang harus dimilikinya.
Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang oleh
guru dengan tujuan untuk menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa
belajar matematika. Jadi pada hakekatnya proses belajar mengajar matematika itu
adalah komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari smber pesan melalui
saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Dan disini matematika menjadi
pesan yang harus disampaikan oleh guru kepada siswa. Keberhasilan
pembelajaran matematika pada siswa tidak dapat diukur dengan sejauh mana
ingatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, melainkan sejauh mana
siswa dapat menyadari bahwa matematika merupakan ilmu yang bermakna dan
dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dimana siswa memperoleh pemahaman melalui suatu rangkaian proses yang
dilalui siswa saat belajar dan interaksi yang terjadi saat belajar bersama orang lain.
Perubahan tingkah laku siswa akibat belajar mengajar tersebut diarahkan pada
pemahaman konsep matematika yang mengantarkan siswa berpikir secara logis,
kritis dan sistematis.
3. Model Pembelajaran
Model merupakan suatu istilah yang berhubungan, rancangan, atau pola.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, model merupakan suatu pola (ragam,
acuan, dan sebagainya) dari sebuah hal yang ingin dibuat atau dihasilkan. Itulah
model dalam lingkup proses pembelajaran diartikan sebagai suatu pola, yang
memberikan nuansa pembelajaran agar berlangsung secara optimal. Sebagai suatu
pola pembelajaran, terdapat bagian-bagian yang dipadukan secara terurut
sehinngga menjadi rancangan yang jauh.
Model pembelajaran menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut
Alimah dan Marianti (Isrok’atun, 2018: 36) model pembelajaran merupakancara pembelajaran yang memiliki tujuan dan sintaks tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyatiningsih (Isrok’atun, 2018: 36) bahwa model pembelajaran merupaka suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu pola rancangan yang menggambarkan proses
interaksi siswa dengan guru, yang mengacu pada sintaks pembelajaran mulai dari
mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Model pembelajaran dijadikan
sebagai rancangan secara keseluruhan yang mencakup pendekatan, strategi,
metode, teknik dan taktik dalam proses pembelajaran.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau sering disebut Cooperative Learning
merupakan salah satu rumpun model pembelajaran interaksi sosial. Penerapan
model ini identik dengan adanya suatu interaksi antarsiswa dalam
mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan. Proses komunikasi antarsiswa ini
terjadi dalam suatu tim. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif disebut
model gotong royong. Dalam sebuahtim harus bekerja sama dalam menyelesaikan
suatu tugas.
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang
dilakukanoleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu unuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Slavin (2005: 4-8) pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok kecil untuk saling mebantu satu sama lain dalam mempelajari materi
pelajaran secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang besifat heterogen dan
terdiri dari empat sampai enam orang.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dalam suatu kelompok yang
heterogen, yakni dalam suatu kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan
karakter yang berbeda. Karakter siswa yang heterogen menjadi sebuah kekuatan
untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari Jaelani bahwa pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur
penghargaan dapat belajar untuk menghargai satu sama lain.
Kegiatan pembelajaran dalam sebuah kelompok atau tim saling bekerja
sama untuk menyelesaikan sesuatu. Menurut Isrok’atun (2006: 19), pada penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Ketergantungan antarsiswa
disini yakni adanya ketergantungan siswa pada saat menyelesaikan tugas dalam
sebuah kelompok. Tugas setiap siswa akan berpengaruh pada tugas siswa lain
dalam kelompok. Dengan demikian, setiap tugas siswa harus bisa dipertanggung
jawabkan.
Roger dan Johnson (Isrok’atun, 2018: 128) mengataakan bahwa ada lima
elemen yang menjadikan karakteristik model pembelajaran kooperatif. Kelima
elemen tersebut yaitu:
1). Positif interdependence (Ketergantungan Positif)
Dalam interaksi kooperatif tercipta suatu kegiatan pembelajaran yang saling
memiliki ketergantungan positif. Hal ini terjadi ketika setiap orang dalam
kelompok memiliki tugas dan peran masing-masng di dalam kelompoknya.
Keberhasilan kelompok dtentukan oleh keberhasilan kinerja setiap anngota
kelompok. Kegiatan ini menunjukkan adanya ketergantugan positif, dan tugas
kelompok tidak akan selesai ketika terdapat anggota kelompok yang tidak
mampu/mau menyelesaikan tugasnya sehingga membutuhkan suatu kerja sama
antar anggota kelompok.
Kegiatan kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
bertatap muka langsung selama pembelajaran. Siswa melakukan interaksi dan
komunikasi dengan siswa lain.
Adanya interaksi tatap muka langsung bertujuan untuk menanamkan sikap
saling menghargai perbedaan, serta memanfaatkan kelebihan dan kekurangan
setiap siswa untuk membantu dalam beajar.
3). Individual Accoountability (Tanggung Jawab Perseorangan)
Pembelajaran kooperatif memberikan dan menanamkan sikap tanggung jawab
pada diri setiap siswa. Kegiatan dilakukan dengan memberikan setiap siswa
tugas dan peran dalam kelompoknya. Setiap siswa dituntut untuk dapat
memberikan yang terbaik demi keberhasilan kelompok sesuai dengan tugasnya.
Dengan demikian, diharapkan mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dari
dalam diri siswa untuk menyelesaikan suatu tugas.
4). Interpersonal and Small-Group skill
Kegiatan belajar kooperatif identik dengan kegiatan kerja sama dalam
kelompok. Kegiatan ini menuntut adanya komunikasi yang baik antarsiswa
dalam kelompok sehingga mampu menyampaikan ide atau pendapat yang
dapat dipahami oleh siswa lain. Hal ini berdampak positif pada kemampuan
interpersonal dan kerja sama. Kemampuan interpersonal yakni kemampuan
yang dimiliki siswa dalam berinteraksi sosial dengan sesamanya. Sedangkan
kemampuan bekerja sama adalah kemampuan siswa dalam melakukan sebuah
kinerja secara berkelompok dalam upaya untuk saling membantu.
5). Group processingpenerapan dalam kegiatan belajar dilakukan dengan secara
permasalahan. Menemukan Siswa dapat berdiskusi serta bertukar pikir dan
pendapat dalam solusi masalah.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif: 1) guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan
motivasi belajar kepada peserta didik; 2) Guru menyampaikan informasi kepada
peserta didik, baik dengan peragaan atau teks; 3) Peserta didik dikelompokkan ke
dalam kelompok-kelompok belajar; 3) Bimbingan kelompok-kelompok belajar
pada saat peserta didik bekerja sama mengerjakan tugas yang diberikan; 4) Setiap
akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
materi pelajaran oleh peserta didik; dan 5) Menyampaikan hasil evaluasi kepada
peserta didik.
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa Fase 1: persiapan
kelompok
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Siswa memperhatikan dengan baik tujuan pelajaran dan wejangan dari guru.
Fase 2: Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Siswa tenang dalam menyimak informasi yang disampaikan oleh guru. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Siswa mendengarkan instruksi pembelajaran dan kerjasama dalam kelompok belajar dari guru. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Siswa memperhatikan arahan dari guru meskipun pada saat mengerjakan tugas kelompok.
Fase 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Siswa menyelesaikan tugas dan bersiap menyajikan hasil yang Telahdiselesaikan dari pelajaran tersebut.
Fase 6: Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Siswa menerima hasil dari pelajaran, baik itu dalam bentuk perbaikan atau penghargaan.
Sumber: (Zuraida: 2018)
Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai pembelajaraan kooperatif
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koooperatif merupakan model
pembelajaran yang bersifat heterogen, untuk bekerja sama menyelesaikan masalah
melalui pembagian suatu tugas belajar dalam satu kelompok. Dalam model
pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh positif dan aspek afektif
psikomotorik, maupun kognitif pada siswa.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ini merupakan proses
pembelajaran yang menggabungkan proses belajar kerja sama dalam kelompok
dan setiap kelompok berbagi dengan seluruh kelas terhadap apa yang telah mereka
kerjakan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta
didik. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) tumbuh dari
penelitian pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran kooperatf tipe
Think-Pair-Share (TPS) dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar
berpasangan.
Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
(Huda, 2014: 206). Model pembelajaran ini menggabungkan belajar individu dan
belajar bekerja sama. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) memberi waktu lebih
banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu dalam
mengonstruksi suatu konsep materi.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan suatu model
pembelajaran kooperatif yang memiliki variasi pola diskusi, di mana siswa
melakukan kegiatan berpikir, diskusi berpasangan, dan sharing antarpasangan
terhadap hasil yang diperoleh. Setiap kegiatan siswa diberi durasi waktu tertentu.
Hal ini bertujuan untuk agar siswa mampu menyelesaikan tugas tepat waktu dan
proses diskusi berjalan kondusif. Peran guru yakni menyajikan suatu materi dalam
sebuah permasalahan untuk diselesaikan oleh siswa, selain itu guru juga
membimbing dalam kegiatan sharing antarpasangan.
Think Pair Share atau Berpikir Berpasangan Berbagi, merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari
teori kontruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan
belajar secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share
(TPS) mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Tipe ini
memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling
bantu satu sama lain (Nini, 2015: 157). Think Pair Share memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Guru menginginkan
dialami. Guru memilih untuk menggunakan TPS sebagai ganti tanya jawab
seluruh kelas.
Tahapan pembelajaran Think Pair Share, yaitu:
Tabel 2.2 Tahapan Think Pair Share
Fase Deskripsi
Thinking Guru mengajukan permasalahan yang merangsang kemampuan berfikir siswa. Siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan secara mandiri
Pairing Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan
Sharing Siswa berbagi pengetahuan yang doperoleh dari hasil diskusi depan kelas
Sumber: (Karunia Eka Lestari, 2017: 52)
a. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berikut disajikan tahapan-tahapan model Think Pair Share yang
dipadukan dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007tentang standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah seperti tampak pada Tabel.
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share Tahap Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa Tahap 1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Siswa memperhatikan dengan baik tujuan pelajaran dan wejangan dari guru.
Tahap 2: Think (berfikir individu)
Guru memberikan umpan siswa dengan pertanyaan dan membimbing mereka untuk berfikir secara mandiri.
Siswa selalu siap dalam menerima pembelajaran serta berfikir untuk menjawab pertanyan yang diberikan guru.
Tahap 3: Pair
(berpasangan dengan teman sebangku)
Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan siswa
dengan teman
sebangkunya serta membimbing mereka untuk berdiskusi.
Siswa dapat kerjasama dalam kelompok belajar dengan teman lainnya serta memperhatikan instruksi dari guru.
Tahap 4: Share (berbagi/presentasi)
Guru membimbing kelompok belajar yang berpasangan untuk presentasi di depan kelas.
Siswa bersedia untuk memaparkan hasil belajar bersama teman sekelompoknya.
Tahap 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Siswa memahami dengan baik tujuan pelajaran, sehingga materi yang telah diajarkan bisa menjadi sebuah pengetahuan dan bisa dijabarkan dengan baik. Tahap 6: Memberikan
Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Siswa menerima hasil dari proses pembelajaran dalam bentuk perbaikan atau penghargan.
Sumber: (Kasimuddin, 2016)
KegiatanThink-Pair-Sharedi dalam model pembelajaranTPS memberikan
banyak keuntungan. Siswa secara individu akanterdidik untuk mengembangkan
pemikirannya karena adanya waktu berpikir. Jumlah anggota kelompok yang kecil
mendidik siswa untuk senantiasa aktif. Siswa lebih mudah memahami suatu
materi karena mereka mendapat penjelasan dengan gaya bahasa mereka. Guru
juga akan dapat lebih berkonsentrasi untuk mendengarkan jawaban dan
mengamati reaksi siswa, dengan demikian guru dapat mengambil tindakan yang
tepat untuk membantu siswa yang dirasakan mengalami kesulitan dalam
b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Assyafi’i (Lestari, 2016: 25-26) menyebutkan beberapa kelebihan dan penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), di antaranya sebagai
berikut:
a) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
b) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
c) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
d) Interaksi lebih mudah.
e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
f) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan
idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
g) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas.
c. Kekurangan Model PembelajaranKooperatif TipeThink Pair Share Di samping memiliki kelebihan, Assyafi’i (Lestari, 2016: 27) mengungkapkan
beberapa kelemahan dari penerapan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS), di antaranya sebagai berikut.
a) Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.
b) Lebih sedikit ide yan masuk.
c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang
d) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
e) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
6. Materi Bilangan Bilangan Bulat
1. Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri atas bilangan bulat positif, bilanga
nol danbilangan bulat negatif.
Bilangan bulat digambarkan pada garis bilangan sbb:
Positif, makin besar >>
<< Negatif, makin kecil
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Tanda:
> (lebih besar). Contoh: 3 > 1, karena 3 terletak lebih kanan dari 1
< (lebih kecil). Contoh: -2 < 2, karena -2 terletak lebih kiri dari 2
Bilangan bulat terdiri dari
- Bilangan bulat positif : { 1, 2, 3, 4, ...}
- Bilangan bulat negatif : {...., -4, -3, -2, -1}
- Bilangan nol : {0}
Di dalam bilangan bulat termuat bilangan-bilangan :
a) Bilangan Cacah (0,1,2,3,4,...)
b) Bilangan Asli (1,2,3,4,...)
Bilangan yang dimulai dari 1
c) Bilangan Genap (2,4,6,8,...)
Bilangan yang habis dibagi 2
d) Bilangan Ganjil (1,3,5,7,...)
Bilangan yang tidak habis dibagi 2 (bersisa)
e) Bilangan Prima (2,3,5,7,11,...)
Bilangan asli yang hanya habis dibagi oleh bilangan satu dan bilangannya
sendiri.
2. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat
a) Penjumlahan dan Pengurangan
Berlaku : 1. 2. 3. ) 4. contoh: 1. 2. 3. 4. b) Perkalian dan Pembagian
contoh: Berlaku: 1. 2. 3. 4. contoh: 1. 2. 3. 4.
c) Pembagian merupakan kebalikan/invers dari perkalian.
contoh: Berlaku: 1. 2. 3. 4. (-
1. Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat
a). Sifat Komutatif (pertukaran)
- Pada penjumlahan
contoh: - Pada perkalian
contoh :
b). Sifat Asosiatif (pengelompokan)
- Pada penjumlahan contoh: - Pada perkalian contoh : c). Sifat Distributif (penyebaran)
- Pada operasi perkalian terhadap penjumlahan
contoh: - Pada operasi perkalian terhadap pengurangan
contoh: 4. Pangkat dan Akar Pangkat Bilangan Bulat
1) Kuadrat dan Pangkat Tiga Bilangan Bulat
- Kuadrat Bilangan Bulat (Pangkat dua)
Diperoleh dengan mengalikan bilangan itu dengan bilangan itu sendiri, atau
mengalikan bilangan tersebut secara berulang sebanyak dua kali.
contoh :
- Pangkat Tiga Bilangan Bulat
Diperoleh dengan mengalikan bilangan tersebut secara berulang sebanyak
tigakali.
contoh:
2) Akar Kuadrat dan Akar Pangkat Tiga
- Akar Kuadrat
Merupakan kebalikan dari kuadrat (pangkat dua).
Lambangnya (akar pangkat dua)
contoh:
, karena dan
karena dan - Akar Pangkat Tiga
Merupakan kebalikan dari pangkat tiga.
Lambangnya (akar pangkat tiga)
contoh:
, karena
Bilangan Pecahan
1. Pengertian Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut
pembilang dan = penyebut, dan bukan kelipatan bilangan 1. Macam-macam bilangan Pecahan
a. Pecahan Biasa
pembilangnya lebih kecil dari penyebut
contoh: , ,
b. Pecahan campuran
pembilangnya lebih besar dari penyebut
dengan syarat pembilang dibagi penyebut tidak bisa hasilkan bilangan bulat.
contoh: = = , = , = c. Pecahan decimal
pecahan yang dalam penulisannya menggunakan tanda koma.
contoh: 0, 5 ; 1, 75
Bentuk desimal dapat diubah ke pecahan biasa atau campuran
denganmenggeser tanda koma ke arah kanan dengan memperhatikan
persepuluhan,perseratusan, perseribuan dst.
bentuk pecahan dari 0,5 adalahtanda koma digeser kekanan 1 kali sehingga
0,5 menjadi 5,pergeseran sebanyak 1 kali, maka nilai hasil pergeseran
dikalikan dengan
= =
bentuk pecahan dari 1,75
tanda koma digeser kekanan 2 kali sehingga 1,75 menjadi 175 pergeseran sebanyak 2 kali, maka nilai hasil pergeseran dikalikan dengan
perseratusan menjadi
d. Pecahan Persen pecahan yang menggunakan lambang % yang
berarti perseratus % berarti
- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan biasa
- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan decimal
- Mengubah bentuk pecahan menjadi bentuk persen
e. Pecahan permil
Pecahan yang menggunakan lambang 0/00 yang berarti
0
/00 =
=
2. Operasi Hitung pada Bilangan pecahan
a. Penjumlahan
penjumlahan pada pecahan biasa penyebutnya disamakan dulu baru dijumlah
contoh:
apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu. KPK dari 3 dan 4
adalah 12 (cara mencari KPK lihat di Bab FPB dan KPK) sehingga
perhitungannya menjadi:
Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya dapat dirumuskan sbb:
Contoh: Penjumlahan pada pecahan campuran
Apabila penyebutnya sudah sama, penjumlahan bisa langsung dilakukan contoh:
( ) ( )
b. Pengurangan sama dengan penjumlahan
pengurangan juga terdiri dari pengurangan pada pecahan biasa penyebutnya
disamakan dulu baru dijumlah
contoh:
apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu. KPK dari 4 dan 5
adalah 20 (cara mencari KPK lihat di Bab FPB dan KPK) sehingga
perhitungannya menjadi:
Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya dapat dirumuskan sbb:
Contoh:
Apabila penyebutnya sudah sama, pengurangan bisa langsung dilakukan
Contoh:
=
Apabila penyebutnya tidak sama, maka harus disamakan dulu
Contoh:
c. Perkalian
Perkalian pada pecahan biasa
dilakukan dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan
penyebut.
Apabila bialangan pecahan dikalikan dengan bilangan bulat, maka pembilangan
pecahan dikalikan dengan bulangan bulat tersebut.
contoh:
= = 6
Perkalian pada pecahan campuran
Pecahan campuran harus diubah dulu ke dalam pecahan biasa baru dilakukan
pengalian. d. Pembagian
Pembagian pada pecahan biasa
Apabila pecahan biasa dibagi dengan pecahan biasa, maka hasilnya adalah
perkalian pecahan biasa yang dibagi dengan kebalikan dari pecahan pembagi
contoh:
Apabila pecahan biasa dibagi dengan bilangan asli,
contoh:
Apabila bilangan asli dibagi dengan pecahan biasa:
: Contoh:
= = Pembagian pada pecahan campuran
Mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa dulu
Contoh: 7. Penelitian Relevan
Berikut beberapa hasil penelitian yang menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share:
a) Nini (2015) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar 80,58, sedangkan pada kelas yang
menggunakan pembelajan langsung diperoleh rata-rata 68,56. Ini dapat terlihat
bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Hal ini berdasarkan uji t diperoleh thitung = 6,519 > 1,669 = ttabel
yang berarti H0 ditolak H1 diterima. Dan hasil aktivitas siswa dengan
menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
dikategorikan aktif, hal ini berdasarkan presentase keaktifan siswa mencapai
b) Susilawati (2018) dengan hasil peneltian menunjukkan bahwa skor rata-rata
hasil belajar matematika setelah diterapkan model kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) adalah 90,37% dengan standar deviasi 9,08, dari data tersebut
diperoleh bahwa 31 siswa (96,88%) telah mencapai ktuntasan individua dan
ketuntasan klasikal telah tercapai, dan terjadi peningkatan hasil belajar setelah
diterapkan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dimana nilai
rata-rata gain ternormalisasi yaitu 0,86 dan umumnya berada pada kategori tinggi.
Akivitas siswa menunjukkan rata-rata presentase sebesar 81,12% dengan
setiap indikator mencapai kriteria aktif. Angket respon siswa menunjukkan
respon siswa terhadap model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) positif
yaitu 94,19%.
c) Novita (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
dilihat dari tes yang diberikan pada akhir pertemuan (posttest) dengan
memberikan soal tes yaitu 87,5% (28 orang) siswa tuntas dalam materi
trigonmetri jumlah dan selisih dua sudut. Hasil pengamatan aktivitas siswa
selama pembelajaran menunjukkan bahwa aktivitas siswa untuk
masing-masing RPP adalah efektif dengan mengacu pada kriteria waktu ideal aktivitas
siswa dalam pembelajaran yaitu 51,12%. Pengamatan respon siswa terhadap
pembelajaran trignimetri menggunakan model kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) menunjukkan hasil yang diperoleh yaitu lebih dari 80% siswa
memberi argumen positf terhadap pembelajaran kooperatif tipe TPS.
d) Wahyudin dan Erliani (2019) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar matematika siswa sebelum diberikan perlakuan berada pada
tuntas klasikal, setelah diberi perlakuan dengan model Think Pair Share hasil
belajar matematika siswa sebesar 78,75% atau 19 (95%)orang siswa mencapai
KKM, tercapai tuntas klasikal dan nilai gain ternormalisasi yaitu 0,60. Dari
hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa
dengan nilai Sig. (2–tailed) yaitu 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, ketuntasan hasil belajar secara klasikal menunjukkan bahwa nilai
Zhit>Ztabel yaitu 2,11>1,64 artinya secara inferensial ketuntasan hasil belajar
secara klasikal signifikan, rata-rata gain ternormalisasi diperoleh nilai 0,95= 1,73 dan ℎ 𝑖 = 15,5 karena diperoleh ℎ 𝑖 = 15,5 > 0,95= 1,73 maka H0 ditolak
dan H1 diterima, artinya rata-rata gain ternormalisasi pada > 0,29.Aktivitas
siswa berada pada kategori aktif dengan rata-rata 76,42% berada pada kategori
aktif. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan
model Think pair Share menunjukkan presentase 71% ang memberikan
respon positif dan berada pada kategori positif. Keterlaksanaan pembelajaran
melalui model Think Pair Share secara umum terlaksana, dengan skor
rata-rata 3,59 dan berada pada kategori sangan baik
B. Kerangka Pikir
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), juga akan
berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Pada tahap Think, dengan pemahaman
yang dipunyai oleh siswa, siswa berpikir sendiri untuk menyelesaikan soal pada
LKS. Kemudian pada tahap Pair, siswa berdiskusi dengan pasangannya, yang
semula siswa tidak paham dengan adanya diskusi bersama–sama bisa
menyelesaikan soal pada LKS sehingga berdampak juga pada prestasi siswa.
kelompok yang lain yang bisa berpengaruh pada pemahaman masing–masing
siswa dalam memahami setiap soal yang mereka kerjakan dan menimbulkan
pengetahuan baru yang membawa siswa lebih berprestasi. Penyelesaian
permasalahan yang telah ditemukan siswa kemudian dievaluasi secara
bersama-sama dan dipertanggungjawabkan dengan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas. Dalam kegiatan tersebut diharapkan aktivitas belajar
matematika siswa dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan penguasaan
siswa terhadap materi dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS).
Bagan Kerangka Pikir
Kelebihan Model Pembelajaan Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Respon Siswa Aktifitas Hasil Belajar Tes HasilBelajar KKM, Gain, dan Ketuntasan Kalsikal Masalah
Siswa Kesulitan dalam Pembelajaran Matematika
Lembar Observasi
Aktif
Angket