• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-I) Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-I) Dalam Ilmu Pendidikan Biologi"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA MATERI POKOK EKOSISTEM

DI KELAS VII MTs AL-MADINAH TEGALKUBUR

YAMANSARI LEBAKSIU-TEGAL

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-I)

Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

Oleh: ROBAWI NIM : 043811043

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Robawi

Nim : 043811043 Jurusan/prodi : Biologi

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, Mei 2011 Saya yang menyatakan,

Robawi

(3)

Naskah skripsi dengan :

Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran 2011-2012 Nama : Robawi

Nim : 043811043 Jurusan : Biologi Progam studi : Biologi

Telah diujikan dalam siding munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi.

Semarang, 17 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua Sekretaris

Dra. Miswari, M.Ag Hj. Nur Khasanah, S.Pd, M.Kes NIP : 15027433 700000 2000 NIP : 19751113 200501 2001 Penguji I Penguji II

Muhammad Nafi Annury, M.Pd Ahmad Muthohar, M.Ag NIP : 19780719 200501 1007 NIP : 19691107 199603 1001

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Nur Khasanah, S.Pd. M.Kes Prof. Dr. H. Achmadi

(4)

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubus Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran 2011-2012 Nama : Robawi

Nim : 043811043 Jurusan : Biologi Progam studi : Biologi

Saya memaandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Pembimbing I

Hj. Nur Khasanah, S.Pd. M.Kes NIP : 19751113 200501 2001

(5)

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubus Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran 2011-2012 Nama : Robawi

Nim : 043811043 Jurusan : Biologi Progam studi : Biologi

Saya memaandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Achmadi NIP : 19441004 196308 1001

(6)

Judul

: Pendekatan CTL (Contextual Teaaching and

Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Materi Pokok Ekosistem di Kelas VII MTs Al-Madinah

Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran

2011-2012

Penulis

:

Robawi

NIM

:

043811043

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran materi pokok ekosistem dengan pendekatan CTL dan bagaimana hasil belajar siswa dalam materi pokok ekosistem dengan pendekatan CTL.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk menemukan format skenario pembelajaran biologi dengan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok ekosistem 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas VII B Al-Madinah Lebaksiu-Tegal dalam mata pelajaran biologi khususnya dalam materi pokok ekosistem.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penerapannya melalui 2 siklus, yaitu siklus I siklus II dan setiap siklusnya tedapat empat komponen yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Sebelum masuk pelaksanaan siklus I, dilakukan terlebih dahulu pra siklus. Dalam pra siklus pembelajarannya ternyata menggunakan metode konvensional yang mana dalam metode tersebut guru masih sangat dominan dalam proses belajar mengajar. Hal ini yang menjadikan peserta didik pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu pembelajaran yang konvensional, peserta didik menganggap guru sosok yang menakutkan, sehingga mereka takut dalam mengungkapkan pendapatnya serta pengetahuan yang dimilikinya karena pendapatnya takut salah. Sehingga nilai peserta didik masih banyak dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan pihak sekolah yaitu 6,0.

Pada pra siklus, peneliti mendapatkan data aktivitas maupun hasil belajar peserta didik dalam hal ini nilai ulangan sub materi komponen ekosistem dan satuan-satuan ekosistem. Aktivitas peserta didik sebanyak 58,23% dan nilai rata-ratanya 55,75 dengan 45% peserta didik yang tuntas dan selebihnya peserta didik yang tidak tuntas.

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII B MTs Al- Madinah Lebaksiu-Tegal yang berjumlah 40 siswa (18 peserta didik putra dan 22 peserta didik putri). Pada siklus I didapatkan data aktivitas peserta didik 67,97% dan hasilbelajar yang didapat dari nilai rata-rata kelas yaitu 63,125 dengan 85% peserta didik yang tuntas. Pada siklus II didapat aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 90,3% dan hasil dari ketiga tahp tersebut (pra siklus, siklus I, siklus II) mengalami peningkatan, baik hasil belajar maupun aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

(7)

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya skripsi penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem Di Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran 2011-2012” dapat disajikan, shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menuntun manusia ke jalan yang telah diridhai Allah. Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Hj. Nur Khasanah, S.Pd, M.Kes, pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.

3. Prof. Dr. H. Achmadi pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.

4. Bapak dan ibu dosen serta segenap karyawan yang secara langsung ikut berpartisipasi.

5. Kepala MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal yang telah memberikan izin mengadakan penelitian.

6. Orang tua tercinta, yang telah membesarkan, mendidik, dan menyayangi dengan sepenuh hati.

7. Seluruh anggota keluarga yang telah memberi dukungan yang sangat berharga. 8. Istri tercinta dan tersayang yang telah memberi dukungan dan semangat terus

menerus tanpa hentinya.

9. Sahabatku semua jurusan biologi dan semua teman-teman Yayasan Al-Furqon tercinta yang selalu memberi support serta do’a sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Kepada mereka semua yang penulis tidak dapat memberikan balasan apa-apa, hanya untaian kata terima kasih yang tulus dan mendalam dengan iringan do’a semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka, dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya dalam mengarungi samudra kehidupan.

(8)

disadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, namun penulis tetap berharap bahwa tulisan ini bisa bermanfaat, amin.

Semarang , Mei 2011 Penulis,

Robawi

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Penjelasan Istilah ... 5 BAB II : LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 7

1. Pendekatan Kontekstual ... 7

a) Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 7

b) Komponen-komponen dalam Pembelajaran Kontekstual ... 7

c) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 11

d) Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional ... 11

2. Aktivitas dan Hasil Belajar ... 12

a) Belajar dan Teori Tentang Belajar ... 12

b) Aktivitas Belajar ... 14

c) Hasil Belajar ... 15

(10)

c) Hubungan antar Komponen Ekosistem ... 24

4. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi ... 28

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Pokok Ekosistem ... 30

B. Kerangka Berfikir ... 32

C. Kajian Pustaka ... 32

D. Hipotesis Tindakan ... 34

BAB III : METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

B. Metode Penyusunan Instrumen ... 35

C. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Indikator Keberhasilan ... 44

G. Jadwal Pelakssanaan Penelitian ... 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal ... 46

1. Identitas Madrasah ... 46

2. Misi, Visi dan Tujuan ... 46

3. Sejarah Berdirinya MTs ... 47

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus ... 49

2. Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 50

(11)

B. Saran-saran ... 61 C. Penutup ... 62 DAFTAR PUSTAKA RPP DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu.1

Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila berbicara tentang belajar maka berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.2

Proses pembelajaran yang konvensional guru sangat mendominasi proses pembelajaran, sehingga peserta didik menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan peserta didik takut mengungkapkan pendapatnya, ide-idenya karena peserta didik menganggap guru momok yang menakutkan. Proses pembelajaran yang terjadi di MTs Al-Madinah saat ini pun masih menggunakan metode konvensional. Hal ini pula yang menyebabkan mereka bosan mengikuti proses pembelajaran yang diterapkan. Tanya jawab dari berbagai pihak yang sementara saya lakukan yaitu tanya jawab guru bidang studi dan dari siswa yang bersangkutan, bahwasanya siswa sangat sulit atau sangat kurang dalam pelajaran biologi jadi nilai yang didapat masih kurang dari nilai maksimal, guru bidang studi juga mengatakan bahwa nilai murid dalam bidang biologi sangat minim hanya 60% dari nilai yang diharapkan.

1

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hlm. 28.

(13)

Sebelum melakukan proses belajar mengajar seorang guru harus menentukan suatu pendekatan yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai. Pemilihan suatu pendekatan tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran.3 Pembelajaran kontekstual mengajak peserta didik belajar sambil bekerja dalam mempelajari ekosistem yang mereka lakukan di sekolah maupun yang dilakukan di luar sekolah. Pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar sambil bekerja akan mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran yang bermakna akan membuat peserta didik merasa bahwa apa yang mereka lakukan tidak sia-sia dan mereka mempunyai peran di dalam kegiatan pembelajaran.

Maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik adalah pendekatan kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual, peserta didik diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pada dasarnya saat ini kondisi yang ada di sekolahan kurang begitu maju dalam kegiatan belajar mengangajar, pada umumnya guru hanya mengajar sesuai dengan kurikulum yang ada tanpa ada variasi apa pun. permasalahan yang terjadi saat ini adalah kurang begitu bervariasi dalam menyampaikan materi sehingga

(14)

anak cepat bosan sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal, untuk itu saya mencoba menyampaikan materi yang akan saya lakukan nanti yaitu dengan memberi sedikit variasi agar anak didik tidak begitu jenuh dalam menerima materi yang akan disampaikan dengan cara melibatkan langsung siswa dalam materi yang akan disampaikan, dengan cara pendekatan CTL ini diharapkan siswa bisa lebih aktif dalam belajar karena pendekatan CTL itu sendiri adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.4

Tapi pada kenyataannya yang ada di sekolah berbeda dengan teori yang ada, bahwa siswa banyak yang monoton pada materi yang disampaikan oleh guru sehingga kondisi dalam pembelajaran tidak bisa hidup karena siswa fakum dalam belajar. Untuk itu saya mencoba menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran yang nantinya akan saya lakukan dalam penelitian.

Sekilas dari gambaran di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar peserta didik dalam skripsi yang berjudul “Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem di Kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi kajian ini adalah;

1. Bagaimanakah pembelajaran materi pokok Ekosistem dengan pendekatan CTL di kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal?

4

(15)

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam materi pokok Ekosistem dengan pendekatan CTL di kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal.

C. Tujuan Penelitian

1) Untuk menemukan format skenario pembelajaran biologi dengan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok ekosistem.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas VII Al-Madinah Lebaksiu-Tegal dalam mata pelajaran biologi khususnya dalam materi pokok ekosistem.

D. Manfaat Penelitian 1) Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Biologi.

2) Bagi peserta didik

Dapat memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran Biologi. 3) Bagi guru

a) Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan variasi.

b) Merupakan sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuninya.

4) Bagi pihak MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Melalui peningkatan pembelajaran, maka diharapkan dapat meningkatkan peringkat MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal. Diperoleh panduan inovatif tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Biologi yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal.

(16)

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan batasan dari masing-masing

Pendekatan kontekstual (istilah sebagai berikut: 1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.5

Dalam satu strategi (siasat) dapat dilakukan lebih dari satu pendekatan, dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode, sedangkan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.6

Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan konsep dasar belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.7

2. Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha.8 Sedangkan belajar berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa yang positif sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.9

5

Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, http.//www.smacepiring.wordpress.com. (Diambil tanggal 9 Mei 2009-19.21)

6

R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Jakarta:Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hlm. 102.

7

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 87 8

(17)

Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

3. Ekosistem

Ekosistem merupakan salah satu materi pokok dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajaran Biologi yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau sederajat kelas VII semester genap. Dalam materi pokok ekosistem membahas tentang ketergantungan dalam

ekosistem bahwasanya setiap murid belum benar-benar tahu bahwa makhluk hidup selalu melakukan interaksi/timbal balik terhadap lingkungannya.

(18)

A. Deskripsi Teori

1. Pendekatan Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.1

Dalam satu strategi (siasat) dapat dilakukan lebih dari satu pendekatan, dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode, sedangkan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.2

Pendekatan kontekstual dikembangkan oleh B. Johnson, ph. D, di tahun 2002, seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat.3 Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan konsep dasar belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.4

b. Komponen-Komponen dalam Pembelajaran Kontekstual

1) Konstruktivisme (Constructivism)

1

Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, http.//www.smacepiring.wordpress.com. (Diambil tanggal 9 Mei 2009-19.21)

2

R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Jakarta:Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hlm. 102.

3

Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP,

(19)

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.5

Dalam komponen kontruktivisme, kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.6

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri inkuiri.7 Pertama, inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, inquiri menempatkan

5

Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), (Jakarta: Depdiknas, 2002), hlm. 10.

6

Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan Learning Asistance Program for Islamic School (LAPIS)-AusAID, Modul Dua Matematika: Training Of Trainer(TOT), (Semarang: Depag Jateng dan LAPIS-AusAID, 2007), hlm. 16.

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 196.

(20)

guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual.8

Sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. b) Mengecek pemahaman peserta didik.

c) Membangkitkan respon terhadap peserta didik. d) Mengetahui sejauhmana keingintahuan peserta didik. e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik.

f) Memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru.

g) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik.

h) Menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.9 4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum

8

(21)

tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.10 5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, atau membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu dari guru, tetapi bisa dari siswa atau media yang lainnya.

Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 21

‰s)©9 t β%x. ö Νä3s9 ’Îû É Αθß™u‘ « !$# î οuθó™é& × πuΖ|¡ym yϑÏj9 t β%x. ( #θã_ötƒ © !$# t Πöθu‹ø9$#uρ t ÅzFψ$# t x.sŒuρ © !$# #ZŽÏVx. ∩⊄⊇∪

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”11

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau

10

Depdiknas, hlm. 15

11

(22)

peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti, dan memperbaiki kegagalan adalah contoh refleksi.12

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.13

c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL)

1) Kerjasama

2) Saling menunjang

3) Menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah

5) Pembelajaran terintegrasi 6) Menggunakan berbagai sumber 7) Peserta didik aktif

8) Sharing dengan teman

9) Peserta didik kritis, guru kreatif14

d. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional (strukturalisme).15

Tabel. 1.

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional.

No Pendekatan kontekstual Pendekatan tradisional 1 Peserta didik terlibat secara

aktif dalam proses

Peserta didik adalah penerima informasi secara

12 Syaiful Sagala,hlm.91 13 Depdiknas,hlm. 19. 14 Depdiknas,hlm. 20 15

(23)

2 3 4 5 6 7 pembelajaran Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata Ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, tes dll Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Penghargaan terhadap pengalaman peserta didik sangat diutamakan

Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek

pasif

Pembelajaran abstrak dan teoritis

Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan

Hasil belajar diukur hanya dengan tes

Perilaku dibangun atas kebiasaan

Pembelajaran tidak

memperhatikan pengalaman peserta didik

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek

2. Aktivitas dan Hasil Belajar

a. Belajar dan Teori Tentang Belajar

Slameto mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.”16

Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar.17

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).18

16

Abdul Hadis, Psikologi dalam pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 60

17

(24)

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Belajar menurut pandangan B. F. Skinner adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.19

Piaget mendefinisikan belajar learning as personal knowledge construction, particularly in relation to science and mathematics.20

Yaitu belajar adalah proses kontruksi pengetahuan secara individual, terutama dalam ilmu pengetahuan alam dan matematika.

Ada beberapa tentang teori belajar, diantaranya sebagai berikut.21 1) Teori belajar behaviorisme

Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati, bila kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. 2) Teori psikologi kognitif

Brunner sebagai ahli belajar psikologi kognitif memandang proses itu sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu proses perolehan informasi baru, proses transformasi pengetahuan, proses pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut.

3) Teori belajar humanisme

Ahli humanisme yang diwakili oleh Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh

19

Syaiful Sagala,hlm. 14.

20

(25)

karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.

4) Teori belajar sosial

Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Banduraq yang merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan kepada seseorang tidak random, lingkungan-lingkungan itu kerapkali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.

b. Aktivitas Belajar

Aktivitas artinya keaktifan atau kegiatan.22 Aktivitas belajar adalah keaktifan atau kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Inilah yang menjadikan aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.23

Dalam melakukan aktivitas belajar, seseorang akan berinteraksi dengan sumber-sumber belajar baik yang sengaja dirancang maupun yang dimanfaatkan. Dalam proses pembelajaran yang aktif, aktivitas peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam proses pembelajaran juga terdapat dua aktivitas, yaitu: aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Contoh aktivitas fisik peserta didik dalam proses pembelajaran antara lain peserta didik giat aktif dalam menggerakkan anggota badan, membuat alat peraga, bermain maupun bekerja. Sedangkan contoh aktivitas psikis yang dilakukan oleh peserta didik antara lain peserta didik jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pengajaran, mendengarkan, memahami pelajaran.

22

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. 3, hlm. 23.

23

(26)

c. Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha.24 Sedangkan belajar berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa yang positif sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.25

Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.26 Hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak sama, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Sebenarnya faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal a). Faktor Jasmaniah

Termasuk di dalamnya faktor kesehatan, hasil belajar tidak akan maksimal apabila kesehatan terganggu, selain itu juga peserta didik akan cepat lelah, kurang bersemangat, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.27

24

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 391

25

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 114

26

Muhibin Syah,hlm. 201. 27

(27)

b). Faktor Psikologis (1) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.28

(2) Minat

Minat (interest) yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu29. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya.30

(3) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya peserta didik lebih giat lagi dalam belajar.31 (4) Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil

28

Slameto, hlm. 56. 29

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.3, hlm.194.

30

(28)

belajar akan menjadi rendah.32 F.J. McDonald mendefinisikan tentang motivasi, yaitu: “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”33. Motivasi adalah sebuah perubahan energi pada karakteristik seseorang dengan menimbulkan perbuatan dan reaksi tujuan yang telah dipersiapkan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Yang termasuk faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar, antara lain:

a). Faktor Keluarga

Faktor keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik.34 Suasana keluarga yang ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Peserta didik perlu dorongan dan pengertian dari orang tua, bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.35

b). Faktor Sekolah (1). Guru

Peranan guru dalam pembelajaran dewasa ini sangat penting, dalam hal ini efektivitas pengolahan faktor bahan, lingkungan dan instrumen sebagai faktor yang utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, hampir seluruhnya tergantung pada guru.36 Keterlibatan guru dalam

32

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet. 1,hlm. 239.

33

F.J. McDonald, Educational Psychology, (USA: Wadsworth Publishing Co., Inc., 1959), hlm.77.

34

E. Mulyasa, hlm 191.

35

(29)

pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap hasil belajar.37

(2). Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu38. Kurikulum yang tidak baik, sebagai contoh terlalu padat, di atas kemampuan peserta didik tidak sesuai bakat, minat, dan perhatian peserta didik akan mempengaruhi dalam pembelajaran dan hasil belajar. Perlu diingat sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan peserta didik.39

(3). Keadaan gedung

Dengan jumlah peserta didik yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mendapatkan hasil belajar yang maksimal kalau kelas tidak memadai bagi setiap peserta didik.40

c). Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Pengaruh itu terjadi keberadaan peserta didik dalam masyarakat.

(1). Kegiatan peserta didik dalam masyarakat

Perlu kiranya membatasi kegiatan peserta didik dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu

37

E. Mulyasa, hlm. 192.

38

Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet.1, 82-83.

39

(30)

belajarnya. Apabila belajarnya terganggu maka akan berpengaruh pada hasil belajar.

(2). Mass media

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap peserta didik dan juga terhadap hasil belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek akan memberikan pengaruh yang jelek terhadap peserta didik, yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar.41

(3). Teman bergaul

Pengaruh teman bergaul peserta didik lebih cepat masuk dalam jiwa peserta didik dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri peserta didik, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk pula.42 (4). Bentuk kehidupan masyarakat

Peserta didik dalam masyarakat sebagai seorang anak akan tertarik untuk ikut berbuat seperti yang diperbuat orang-orang di sekitarnya. Apabila kegiatan itu tidak baik bagi anak maka akibatnya belajarnya terganggu, sebaliknya apabila lingkungannya merupakan lingkungan terpelajar maka peserta didik akan terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya.43

3. Materi Tentang Ekosistem

Ekosistem merupakan salah satu materi pokok dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajaran Biologi yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau sederajat kelas VII semester genap. Dalam materi pokok Ekosistem mempelajari tentang saling ketergantungan dalam ekosistem yaitu komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan hubungan antar komponen ekosistem. Bahwasanya setiap murid belum

41

Slameto, hlm. 70.

42

(31)

benar-benar faham betul bahwa makhluk hidup selalu melakukan interaksi/timbal balik terhadap lingkungannya.

Manusia, hewan dan tumbuhan termasuk makhluk hidup. Makhluk hidup menempati suatu ruangan yang disebut lingkungan, lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup sedangkan komponen abiotik meliputi berbagai benda mati, misalnya tanah, air, udara dan sinar matahari.

Di dalam lingkungan terjadi interaksi antara komponen-komponen penyusunnya. Interaksi itu membentuk suatu satuan fungsional yang disebut ekosistem. Jadi, di dalam ekosistem terjadi interaksi antar sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya.44

Dalam ekosistem disini membahas tentang ketergantungan dalam ekosistem, diantaranya :

1. Komponen ekosistem

Ekosistem terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen abiotik dan biotik. Berikut akan kita pelajari kedua komponen tersebut: a) Komponen abiotik

Abiotik berasal dari kata a dan biotik, a artinya tidak atau tanpa dan biotik artinya hidup. Jadi, abiotik artinya semua benda tak hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem. Contoh komponen abiotik yaitu air, tanah, batu, pasir, udara, cahaya, suhu, kelembapan dan gaya tarik bumi.

b) Komponen biotik

Semua hewan (termasuk manusia), tumbuhan dan mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem merupakan komponen biotik. Menurut peranannya, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen (penghasil), konsumen (pemakai) dan dekomposer (pengurai).45

Berdasarkan fungsinya, komponen biotik dibedakan menjadi:

44

Retno Widjajanti, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007) hal. 123

(32)

a. Produsen (penghasil)

Produsen merupakan kelompok organisme yang dapat membuat makanan sendiri, semua jenis tumbuhan hijau termasuk produsen. Mengapa tumbuhan hijau dapat membuat makanan sendiri? Tumbuhan hijau dapat menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis.

Perhatikan proses fotosintesis di bawah ini!

Zat makanan akan tersimpan pada daun, batang, akar dan buah. O2 dilepas ke udara dimanfaatkan oleh organisme lain untuk

pernafasan. Organisme yang dapat membuat makanan sendiri seperti di atas disebut organisme autotrof. Ada tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil maka kebutuhan makanannya tergantung organisme lain karena tidak dapat berfotosintesis, misal : tali putri.46

• Autotrof

Komponen autotrof terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (kemoautotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Yang tergolong autotrof adalah tumbuhan berklorofil.

• Heterotrof

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.47 46 http://www.crayonpedia.org/mw/Saling_Ketergantungan_Dalam_Ekosistem _-_Teguh_7. 47 http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem

(33)

b. Konsumen (pemakai)

Kelompok yang terdiri dari hewan dan manusia. Kelompok ini tidak dapat membuat makanan sendiri, untuk itu tergantung pada organisme lain. Organisme tersebut disebut organisme heterotrof , yang artinya organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya tergantung pada organisme lain. Maka di sini terjadi peristiwa makan memakan.

Berdasarkan tingkat memakannya, terbagi menjadi: 1) Konsumen I atau primer: organisme yang makan produsen

(tumbuhan hijau)

2) Konsumen II atau sekunder: organisme yang makan konsumen I atau primer.

Berdasarkan jenis makanannya, konsumen sebagai organisme heterotrof dibagi menjadi:

1) Herbivora: hewan pemakan tumbuhan Contoh: kerbau,kambing, belalang. 2) Karnivora: hewan pemakan daging

Contoh: anjing, elang, harimau. 3) Omnivora: hewan pemakan segalanya

Contoh: tikus, ayam, luwak. c. Decomposer (pengurai)

Merupakan mikroorganisme yang menguraikan senyawa organik atau bahan makanan yang ada pada sisa organisme menjadi senyawa an organik yang lebih kecil. Pengurai biasanya dari golongan jamur dan bakteri yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan mereka memperoleh makanan dengan cara menguraikan organisme yang telah mati. Hasil penguraian ini berupa zat mineral yang akan meresap ke dalam tanah. Zat mineral tersebut akan diambil tumbuhan.48

(34)

2. Satuan-satuan ekosistem

Ekosistem tersusun atas makhluk hidup (biotik) dan benda mati (abiotik). Makhluk hidup anggota ekosistem terdiri dari satuan-satuan, yaitu individu, populasi dan komunitas.

1. Individu

Satu makhluk hidup tunggal dalam lingkungan disebut individu. Satu ekor ikan atau satu ekor penyu disebut individu, satu alga disebut individu, seorang manusia juga disebut individu. Jadi individu adalah satuan makhluk hidup tunggal.

2. Populasi

Ikan atau kura-kura yang hidup di suatu kolam jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti,

Hydrilla, eceng gondok atau teratai. Semua ikan yang hidup di kolam tersebut disebut populasi ikan, semua kura-kura disebut populasi kura-kura dan semua tumbuhan Hydrilla disebut populasi

Hydrilla.49

Jadi populasi adalah sekelompok makhluk hidup yang sejenis mendiami tempat tertentu. Karena jumlah organisme di suatu tempat dengan tempat lain berbeda-beda maka tingkat kepadatan populasi pun berbeda-beda. Kepadatan adalah hubungan antara jumlah individu dan ruang yang ditempati. Sedangkan kepadatan populasi adalah jumlah individu makhluk hidup sejenis per satuan luas tempat yang dihuni pada waktu tertentu. Contoh : Pada tahun 2000, daerah X luasnya 2 km2 dihuni oleh 200 orang penduduk. Maka kepadatan penduduknya adalah 200 orang per 2 km2 = 100 orang per km2. Artinya daerah seluas 1 km2 dihuni 100 orang penduduk. Kepadatan populasi suatu jenis makhluk hidup pada satu daerah dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perubahan populasi, sebagai berikut :

(35)

1. Adanya individu yang datang, yaitu karena adanya kelahiran (natalitas) dan imigrasi.

2. Adanya individu yang pergi, karena adanya kematian (mortalitas) dan emigrasi.

3. Komunitas

Tempat hidup makhluk hidup itu disebut dengan habitat. Populasi rumput, populasi semut dan populasinya hidup bersama– sama ditempat tertentu disebut komunitas. Komunitas adalah kumpulan populasi–populasi yang berbeda dan hidup bersama pada tempat tertentu. Makhluk hidup bertempat tinggal dalam suatu habitat akan tergantung pada lingkungan. Lingkungan adalah segala suatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya dimana di dalamnya ada hubungan timbal-balik disebut dengan ekosistem. Sedangkan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Terdapat dua macam ekosistem,yaitu :

1. Ekosistem buatan; yang sengaja dibuat oleh manusia. Misal: sawah, kolam akuarium.

2. Ekosistem alami; yang tidak dibuat oleh manusia tetapi sudah ada dari alam. Misal: sungai, pantai, hutan.

Ekosistem yang terbesar di bumi disebut biosfer yang terdiri dari seluruh ekosistem yang ada di permukaan bumi.

3. Hubungan antar komponen ekosistem

Di dalam ekosistem terjadi saling ketergantungan antar komponen, sehingga apabila salah satu komponen mengalami gangguan maka mempengaruhi komponen lainnya. Ekosistem dikatakan seimbang apabila jumlah antara produsen, konsumen I dan konsumen II seimbang.

1 . Hubungan antara komponen biotik dan komponen abiotik

Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup

(36)

baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam–garam mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan, tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus. Komponen abiotik yang tidak tergantung dengan biotik antara lain: gaya grafitasi, matahari, tekanan udara.

2 . Hubungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik Di antara produsen, konsumen dan pengurai adalah saling ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup lainnya untuk saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Hubungan saling ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai. Terjadi melalui peristiwa makan dan memakan melalui peristiwa sebagai berikut:

a. Rantai makanan

Merupakan peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem dengan urutan tertentu.

b. Jaring-jaring makanan

Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling

berhubungan dalam suatu ekosistem. Seperti contoh jarring jaring makanan di bawah ini terdiri dari 5 (lima) rantai makanan.

(37)

c. Piramida makanan

Merupakan gambaran perbandingan antara produsen,

konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida ini semakin ke puncak biomassanya semakin kecil.

d. Arus energi

Merupakan perpindahan energi dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Yaitu dari sinar matahari lalu produsen, ke konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II sampai pengurai. Sedangkan mineral membentuk siklus. Energi yang dilepas sangat kecil karena setiap organisme membutuhkan energi dalam memenuhi kebutuhannya.

(38)

e. Siklus energi

Merupakan perpindahan zat dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Akhirnya akan kembali ke tempat zat itu berasal. Contoh lihat siklus air di bawah ini!

Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubangan timbal balik di antara komponen–komponen ekositem. Perhatikan grafik perbandingan jumlah produsen, herbivora dan karnivora!

(39)

Semula produsen, herbivora dan karnivora berada pada tempat tertentu. Tumbuhan sebagai produsen yang jumlahnya paling banyak. Apabila ada hal-hal yang mengubah lingkungan maka organisme tersebut tidak akan mengalami perubahan, tetapi jika jumlah organisme tidak terkendalikan akan membahayakan organisme lainnya.50

4. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi

Konon dalam pelaksanaan pembelajaran biologi sekarang ini pada umumnya guru masih mendominasi kelas, peserta didik pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Guru memberitahukan konsep, peserta didik menerima bahan jadi.

Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan peserta didik tidak siap terlebih dahulu dengan minimal membaca bahan yang akan dipelajari, peserta didik datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi, peserta didik tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti. Mereka memandang belajar sebagai suatu kewajiban yang dipikul atas perintah orang tua, guru, atau lingkungannya. Mereka belum memandang belajar sebagai kebutuhan. Dampak dari kedua hal

50

(40)

_-tersebut, peserta didik tidak merasakan nikmatnya belajar, belajar hanya sekedar melaksanakan kewajiban malahan seringkali terlihat karena keterpaksaan. Ditambah lagi materi biologi susah dan seringkali dibuat susah, suasana pembelajaran biologi yang monoton, penuh ketegangan, banyak tugas, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan kondisi di luar kelas, suasana rumah tidak nyaman, fasilitas belajar kurang, lingkungan kehidupan tidak kondusif. Lengkaplah penunjang kegagalan belajar.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran biologi, berusaha untuk mengubah kondisi di atas, yaitu membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari konteks kehidupan nyata para peserta didik (daily life). Selanjutnya guru memfasilitasi peserta didik untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata tersebut ke dalam konsep biologi, dengan melalui Tanya jawab, diskusi, inkuiri, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi konsep tersebut dalam pikirannya.

Penerapan pendekatan kontekstual sejalan dengan tumbuh kembangnya biologi itu sendiri dan ilmu pngetahuan secara umum. Biologi tumbuh dan berkembang bukan melalui pemberitahuan, akan tetapi melalui inkuiri, kontruktivisme, tanya jawab, dan yang semacamnya yang dimulai dari pengamatan pada kehidupan sehari-hari yang dialami secara nyata.

Hakekat pembelajaran biologi adalah suatu proses (aktivitas) berpikir disertai dengan aktivitas afektif dan fisik.51 Suatu proses akan berjalan secara alami melalui tahap demi tahap menuju ke arah yang lebih baik, kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Dengan demikian dalam pembelajaran peristiwa salah yang dilakukan oleh peserta didik suatu hal yang alami, tidak perlu disalahkan, justru seharusnya guru memberikan atensi karena mereka telah melakukan pembelajaran. Guru jangan selalu berharap kepada peserta didik mengemukakan hal yang benar saja, apalagi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan membuka toleransi dan menghargai setiap usaha peserta didik dalam belajar, peserta didik tidak akan takut berbuat salah, malahan akan tumbuh

(41)

semangat untuk mencoba karena tidak takut lagi disalahkan. Karena belajar adalah suatu proses, belajar bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi, akan tetapi belajar haruslah mengalami sendiri.

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Pokok Ekosistem

Materi pokok ekosistem sangat erat sekali dengan kehidupan nyata para peserta didik. Banyak sekali permasalahan yang ada dalam materi pokok ekosistem yang berkaitan erat dengan aktivitas peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ditargetkan, guru diharapkan mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu meningkatkan pemahamannya terhadap materi, mengeluarkan kemampuan intelektualnya secara maksimal melalui pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

Seorang guru juga diharapkan mampu memotivasi agar peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan nyata para peserta didik yang mana peserta didik bisa lebih memahami karena hal itu sering dijumpai bahkan tanpa sadar kegiatannya sehari-hari berkaitan erat dengan materi yang diajarkan.

Oleh karena itu, untuk materi gerak pada tumbuhan guru tepat sekali jika menerapkan sebuah pendekatan kontekstual dalam menyelesaikan permasalahan di atas. Dalam pendekatan kontekstual (CTL), guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentrasfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Dengan konsep itu, pembelajaran diharapkan lebih bisa bermakna bagi peserta didik, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat dan tercapainya kriteria ketuntasan minimum (KKM).

(42)

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran biologi pada materi pokok ekosistem adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pendahuluan diisi dengan memberi motivasi dan apersepsi kepada peserta didik dengan cara menggali kemampuan awal peserta didik tentang konsep yang akan dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyan yang berkaitan dengan materi ekosistem.

b. Pembentukan kelompok

Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Pembentukan kelompok yang heterogen dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar peserta didik.

c. Pemberian masalah

Masing-masing kelompok diberi permasalahan yang berhubungan dengan materi ekosistem yang harus mereka pecahkan. pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan pengamatan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang harus mereka pecahkan. Dengan melakukan pengamatan apa yang mereka sering jumpai bahkan dilakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari peserta didik.

d. Melakukan sharing

Sharing dilakukan agar peserta didik saling melengkapi hasil kegiatannya. Berupa macam-macam ekosistem yang ada di lingkungan sekitar serta dapat menyebutkan komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan juga bisa memahami hubungan antar komponen ekosistem, misalnya menyebutkan komponen biotik; produsen, konsumen dan pengurai. Satuan ekosistem seperti individu, populasi dan komunitas. Hubungan antar komponen ekosistem seperti rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan.

e. Presentasi

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil simpulan sementara mereka. Berupa macam-macam ekosistem yang

(43)

ada di lingkungan sekitar serta dapat menyebutkan komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan juga bisa memahami hubungan antar komponen ekosistem, misalnya menyebutkan komponen biotik; produsen, konsumen dan pengurai. Satuan ekosistem seperti individu, populasi dan komunitas. Hubungan antar komponen ekosistem seperti rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan.

f. Refleksi

Refleksi yaitu cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Berupa pelajaran yang didapat dikelas maupun diluar kelas yang mempelajari tentang ketergantungan dalam ekosistem dimana bahwa setiap makhluk hidup selalu melakukan interaksi/timbal balik terhadap lingkungannya.

g. Penutup

Pada tahap ini dilakukan kegiatan menarik kesimpulan. Guru bersama-sama dengan peserta didik menarik kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas sesuai dengan tujuan pembelajaran.

B. Kerangka Berfikir

Pra siklus (Kondisi awal) Konvensional Hasil (55,75)

Siklus I CTL Hasil (63,125)

Siklus II CTL Hasil (81,375)

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mempelajari beberapa buku hasil karya para pakar pendidikan dan juga skripsi yang terkait dengan penelitian ini, untuk dijadikan dasar landasan teori. Sejauh

(44)

pengamatan penulis, ada beberapa penelitian yang membahas tentang pembelajaran kontekstual, diantaranya sebagai berikut.

a) Penelitian Rif’an Ulil Huda, 2008 yang melakukan penelitian tindakan kelas “Upaya Meningkatkan Semangat Belajar Peserta Didik dalam pembelajaran Fiqih Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Studi tindakan di kelas VII MTs Fatahillah Semarang)”. Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual maka suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi semangat belajar dan hasil belajar menjadi maksimal.

b) Skripsi Salamah (1401901068) fakultas ilmu Pendidikan Alam dan Matematika, UNNES 2005 yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan menggunakan Metode Inquiri pada kelas V SD Darat Lasimin Semarang”, yang teorinya mengungkapkan tentang peranan metode Inquiri dalam pembelajaran IPA, bahwa metode Inquiri merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada anak didiknya untuk menguji dan menafsirkan masalah secara sistematis yang memberikan solusi berdasarkan pembuktian, sehingga dalam kegiatan belajarnya melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara kritis, logis, dan analitis. Jadi peserta didik dituntut untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan seluruh potensi yang ada.

c) Selain hal tersebut juga didasarkan pada makalah “Pemilihan Model-model Pembelajaran Biologi dan Penerapannya di SMP” yang ditulis oleh Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Berisi tentang model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi, di dalamnya membahas tentang macam-macam model pembelajaran seperti model pembelajaran

Cooperative Learning serta bagian-bagiannya, model pembelajaran

Quantum Teaching, termasuk pendekatan kontekstual.

Sedangkan skripsi ini yang berjudul “Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem di Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal”, membahas tentang penerapan pendekatan (CTL) untuk

(45)

meningkatkan hasil belajar peserta didik termasuk aktivitas belajar peserta didik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya khususnya pada kajian penelitian pendukung di atas adalah pada skripsi Rif’an Ulil Huda materi yang dibahas adalah fiqih. Sedangkan skripsi Salamah membahas metode inkuiri yang mana metode inkuiri itu komponen dari pendekatan kontekstual.

D. Hipotesis Tindakan

Rumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat.52

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Melalui penerapan pendekatan kontekstual (CTL), maka hasil belajar peserta didik kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu Kabupaten Tegal dalam pelajaran Biologi materi pokok ekosistem dapat meningkat.

52

(46)

A. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut

1. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII di MTs Al-Madinah Lebaksiu Kabupaten Tegal khususnya pada materi pokok Ekosistem.

2. Untuk menemukan cara yang efektif dalam penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi pokok Ekosistem.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011. Sedangkan tempat penelitian di MTs Al-Madinah yang beralamat di Jalan Kajenengan No. 26 Lebaksiu-Tegal.

C. Metode Penyusunan Instrument

Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.1 Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku anggotanya, penelitian tindakan ini berbentuk kolaboratif. Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan orang lain (ahli) melakukan setiap langkah penelitian seperti: planning, observing, thinking action dan reflecting.

Adapun model penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil

1

(47)

tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dimana pada setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Gambar 3.

Model Penelitian Tindakan Kelas.2

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada tiap siklus dibuat berdasarkan yang disyaratkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Di dalam RPP tertuang skenario pembelajaran biologi materi pokok ekosistem dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Tugas Rumah

Pemberian tugas rumah ini dimaksudkan untuk mendalami materi ekosistem agar mencapai kompetensinya, selain itu untuk melatih peserta didik menyelesaikan masalah secara mandiri.

2

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Perencanaan SIKLUS I pengamatan perencanaan SIKLUS II pengamatan pelaksanaan pelaksanaan refleksi refleksi ?

(48)

3. Instrument Pengamatan

Dalam hal ini untuk mengukur selama proses pelaksanaan pembelajaran, baik mengamati aktivitas, ketrampilan, kerjasama dalam kelompok.

4. Tes Akhir

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual.

D. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti membuat rencana pembelajaran dan soal tes akhir pembelajaran tiap siklus. Proses penyusunannya melalui tahapan sebagai berikut:

1. Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber (buku-buku, internet, dan lain-lain) untuk dibuat rencana pembelajaran dan soal tes.

2. Peneliti mengkonsultasikan soal-soal dan rencana pembelajaran yang masih mentah dengan dosen pembimbing dan guru mitra selaku kolabolator untuk memperbaikinya, sehingga menjadi draf yang layak digunakan dalam penelitian.

3. Peneliti melakukan proses akhir yaitu mencetak rencana pembelajaran dan soal tes tiap siklus tersebut sehingga siap digunakan dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah guru biologi kelas VII. Guru mitra dan peneliti sebagai pengamat aktif. Panduan diselenggarakan secara kolaborasi-partisipasi antara dosen, mahasiswa, dan guru kelas (keterlibatan sebagai praktisi dan pengkaji luar).

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dan akan dilaksanakan dalam 3 tahap siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Pra siklus dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang belum menggunakan pendekatan kontekstual dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan siklus 1 dan siklus 2 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tiap siklus akan diambil satu kelas yang sama. Hal ini ditempuh untuk membandingkan

Gambar

Tabel 2. Jadwal pelaksanaan penelitian.
Tabel Hasil Nilai Siswa pada Pra Siklus
Tabel 4. Hasil Pengamatan Siklus I
Tabel Hasil Nilai Siswa pada Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pelah pelan tambahkan telur yang sudah dikocok ,aduk sampai terasa kental.Pastikan gunakan api kecil atau akan merusak rasa lemon dan membuat telur matang.. Tuangkan lemon

Metode edutainment adalah proses pembelajaran yang didesain untuk dilakukan oleh seseorang/sekelompok yang memiliki muatan pendidikan dan hiburan,yang memadukan beberapa

Berbeda dengan hasil penelitian Syed dan Raza (2011) yang masih berfokus pada keterampilan pengguna sebagai pendorong bagi bank untuk menyusun strategi teknologi mereka,

Standarisasi luasan ruang dan persyaratan teknis sudah termuat dalam Standar Teknis Bangunan Gedung Rumah Sakit, namun yang terkait dengan panduan desain

Kegiatan P2M “Pelatihan Pola Pembinaan Cabang Olahraga Bolavoli Usia Dini Bagi Guru Penjasorkes Sekolah Dasar di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng”, telah direncanakan

Ketika variabel dukungan sosial menjadi moderasi dalam hubungan tersebut maka ia memiliki peran dalam mengurangi pengaruh negatif yang dihasilkan dari konflik

Air pemadam kebakaran yang terkontaminasi harus dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.. Tindakan

kode benda uji Benda uji 2 Berat benda uji (kg) Berat Volume (t/m³) Beban Maksimum (kN) Kuat Desak (Mpa) Angka Konversi Umur Kuat Desak umur 28 Laboratorium Bahan