PT. PERTAMINA
EP
REGION JAWA FIELD SUBANG
CES Universitas Islam Negeri Jakarta
LAPORAN STUDY KEANEKARAGAMAN HAYATI
DAN SUMBER DAYA BIOLOGIS HUTAN KOTA
RANGGAWULUNG KABUPATEN SUBANG
EP
Page 1-1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Pertamina Region Jawa Field Subang merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas
bumi, dimana dalam kegiatannya menimbulkan dampak bagi lingkungan
sekitarnya. Sebagai implementasi terkait kebijakan pembangunan
berwawasan lingkungan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, maka perusahaan wajib melakukan perlindungan terhadap
lingkungan sebagai upaya konservasi terhadap kerusakan yang
ditimbulkan akibat kegiatan yang dilakukan. Untuk itu, perusahaan perlu
melakukan studi keanekaragaman hayati/biodiversitas di daerah tempat
kegiatan utama dilakukan. Dengan melakukan studi biodiversitas di suatu
daerah, maka lebih besar pula peluang bagi daerah tersebut untuk
memanfaatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem ini. Kegiatan ini
selanjutnya akan memberikan kontribusi manfaat dalam bentuk barang
dan jasa. Dengan demikian, daerah yang memiliki keanekaragaman
hayati tinggi mempunyai peluang besar pula untuk memperoleh
Page 1-2
keuntungan dari pemanfaatan keanekaragaman hayati dan
bagian-bagiannya. Jelaslah bahwa keanekaragaman hayati dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah daerah, dan perusahaan memberikan kontribusi
nyata dalam hal konservasi. Agar manfaat keanekaragaman hayati
terwujud secara nyata, maka penguasaan pengetahuan dan tersedianya
dokumen mengenai profil keanekaragaman hayati merupakan syarat
penting yang harus dipenuhi oleh daerah.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan pelaksanaan studi biodiversitas adalah:
1. Membuat data dasar biodiversitas di suatu ekosistem yaitu Hutan
Kota Ranggawulung, baik data fisik, kimia dan biologi, serta data
sosial dan ekonomi di daerah sekitar ekosistem tersebut di daerah
Subang khususnya.
2. Kekuatan tawar pada saat komponen biodiversitas akan diakses
oleh pemohon, dalam hal ini PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Subang.
3. Pendukung pengambilan keputusan, perumusan kebijakan,
penyusunan strategi dan rancang tindak pengelolaan biodiversitas
daerah yaitu di wilayah Field Subang.
Page 1-3
C. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Profil
keanekaragaman hayati di Hutan Kota Ranggawulung adalah mengadu
pada peraturan-peraturan berikut ini:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
United
Nations Convention on Biological Diversity (KonvensiPerserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati)
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protocol On Biosafety To The Convention On Biological
Diversity
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
Page 1-4
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan PemerintahanAntara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional
11. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006.
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009
Page 2-1
BAB II
KEADAAN UMUM
1. Nama Provinsi atau Kabupaten/Kota
Nama provinsi
: Jawa Barat
Nama Kabupaten : Subang
Nama Kecamatan : Subang
Kelurahan/Desa
: Parung
2. Letak geografis
Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara
Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205.176,95 ha atau 6,34 %
dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 107º 31'
sampai dengan 107º 54' Bujur Timur dan 6º 11' sampai dengan 6º 49'
Lintang Selatan.
Secara umum Kabupaten Subang merupakan kawasan
pegunungan, dataran dan pesisir laut. Ketinggian wilayah Kabupaten
Subang adalah 0-50 dpl (45%) 50-500 dpl (35%) dan di atas 500 dpl
(20%), dengan suhu udara 20
0-33
0C dan kelembaban 72-91% yang
ditandai dengan curah hujan 1600-3000 mm/tahun. Dari tipologi yang
demikian, maka Kabupaten Subang dilewati oleh 3 (tiga) Daerah ALiran
Page 2-2
Sungai (DAS) besar yaitu DAS Ciasem, DAS Cipunagara dan DAS
Cilamaya. Sumber air dari ketiga DAS tersebut adalah berasal dari
sumber mata air dari sabuk pegunungan Utara Jawa Barat, yaitu Gunung
Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggul, dan Gunung Burangrang.
Secara administratif, Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan
kelurahan yang tergabung dalam 22 kecamatan. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Wilayah Kerja Camat, jumlah kecamatan bertambah menjadi 30
kecamatan.
Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Subang adalah di
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, di
sebelah barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di sebelah
timur dengan Kabupaten Sumedang dan Indramayu dan Laut Jawa yang
menjadi batas di sebelah utara
3. Batas wilayah administrasi Kecamatan Subang
Batas Utara
: Pagaden
Batas Selatan
: Cibogo
Batas Barat
: Cijambe
Batas Timur
: Dawuan
Page 2-3
4. Aksesibilitas ke/dari Kecamatan Subang
Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan:
a. Kelurahan terjauh
: 4 km, dapat ditempuh dengan
kendaraan bermotor dalam
waktu 30 menit
b. Ibukota Kabupaten
: 1 km, dapat ditempuh dengan
kendaraan bermotor dalam
waktu 10 menit
c. Kedudukan wilayah kerja Bakorwil : 45 km, dapat ditempuh dengan
kendaraan bermotor dalam
waktu 1 jam 30 menit
d. Ibukota Propinsi
: 58 km, dapat ditempuh dengan
kendaraan bermotor dalam
waktu 2 jam
5. Kependudukan
Jumlah penduduk tahun 2010 Kecamatan Subang, total = 120.346
jiwa, dengan jumlah perempuan = 59.285 jiwa dan jumlah laki-laki =
61.061 jiwa. Jumlah KK sebanyak 31.800 buah, jumlah RT sebanyak 458
Page 2-4
buah dan jumlah RW sebanyak 146 buah. Luas wilayah Kecamatan
Subang adalah 58,70 Km dengan jumlah kepadatan yaitu 25.622 jiwa/Km.
Kelurahan/Desa Parung, total = 8.725 jiwa, dengan jumlah
perempuan = 4.289 jiwa dan jumlah laki-laki = 4.436 jiwa. Jumlah KK
sebanyak 2.413 buah, jumlah RT sebanyak 35 buah dan jumlah RW
sebanyak 15 buah.
6. Kondisi sosial ekonomi
Data yang tercakup dalam komponen ekonomi adalah komponen
yang mempengaruhi pengelolaan berkelanjutan dan pemanfaatan
sumberdaya alam lestari, ditampilkan pada Tabel berikut:
Page 2-5
Tabel 2.1. Kondisi Sosial Ekonomi
No Aktivitas Ekonomi Utama Sumbangan Terhadap PDRB Daerah*
Potensi Dampak Negatif Terhadap Kehati**
Keterangan***
1 Pertanian 38,57% Potensi dampak negative tinggi, mengurangi diversitas spesies dan genetic akibat alih fungsi hutan menjadi pertanian
Dimiliki penduduk lokal, daya serap tenaga kerja tinggi
2 Pertambangan 9,74% Potensi dampak negative tinggi (kerusakan
ekosistem dan ancaman terhadap spesies dan sumberdaya genetik)
Dimiliki pihak swasta, daya serap tenaga kerja tinggi
3 Kehutanan - Potensi dampak negative rendah, tidak merusak eksistem, namun ada indikasi penggantian spesies alami
Dimiliki Pemda, daya serap tenaga kerja rendah, tidak jelas kontribusi untuk pemda
4 Perkebunan - Potensi dampak negative rendah, kurang merusak ekosistem dan keberadaan sumberdaya spesies dan genetik
Dimiliki penduduk lokal, daya serap tenaga kerja tinggi, tidak jelas kontribusi untuk pemda
7. Kondisi budaya
Data dan informasi mengenai kondisi budaya daerah setempat
yang terkait dengan adat-istiadat/tradisi dalam kaitannya dengan
Page 2-6
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, tidak dimiliki oleh
masyarakat di Kelurahan/Desa Parung Kecamatan Subang.
8. Peta keadaan umum daerah
Peta keadaan umum daerah di Kelurahan/Desa Parung
memberikan informasi potensi, kondisi keanekaragaman hayati, batas
wilayah administrasi, aksesibilitas, kependudukan dan kondisi sosial
ekonomi, ditampilkan pada Gambar berikut ini:
Page 2-7
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Subang
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Page 3-1
BAB III
KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAERAH
Peraturan perundang-undangan mengenai keanekaragaman hayati
yang telah ada di daerah ditampilkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Peraturan Perundang-Undangan Daerah
No Nama Peraturan Keterangan
1 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005
tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
2 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
3 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009
tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Daerah. 4 Peraturan Daerah Kabupaten Subang
Nomor 4 tahun 2006
Pengelolaan Lingkungan Hidup 5 Peraturan Daerah Kabupaten Subang
Nomor 13 tahun 2006
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan 6 Keputusan Bupati Subang Nomor
660.2/15/BLH
Pelaksanaan Kegiatan Adipura Tahun 2011-2012
7 Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang
8 Peraturan Daerah Bappeda Tahun 1995/1996
Rencana Umum Tata Ruang Kota(RUTRK) Subang 9 Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun
2007
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Subang
Page 3-2
B. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Nama-nama lembaga yang langsung mengelola keanekaragaman
hayati, baik terkait langsung maupun tidak langsung ditampilkan pada
Tabel 3.2.
C. TATA RUANG
Alokasi ruang menurut peruntukan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota (RTRWK), dibedakan atas kawasan lindung,
kawasan budidaya dan kawasan lainnya berupa lahan yang tidak jelas
pemiliknya atau lahan terlantar. Ketiga jenis kawasan ini dijelaskan
sebagai berikut ini:
1. Kawasan Lindung
Informasi kawasan lindung dibagi menjadi kawasan konservasi
(in-situ dan ex-(in-situ), hutan lindung dan kawasan perlindungan setempat
(seperti sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan danau, sekitar
mata air).
a. Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi dibedakan atas 2 (dua) kelompok yaitu
kawasan konservasi in-situ dan ex-situ. Kawasan konservasi in-situ
Page 3-3
Tabel 3.2. Kelembagaan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
No Nama Lembaga Tupoksi Keterangan* 1 Badan Perencanaan Pmbangunan Daerah (BAPPEDA)
1. Kepala Badan Perencanaan Pembagunan Daerah berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda. 2. Kepala Badan Perencanaan Pembagunan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan tugas umum pemerintahan di bidang perencanaan bidang fisik, sosial dan budaya, ekonomo serta penelitian, pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. bidang tugas dan fungsinya
Dipimpin oleh 1 orang kepala dan dibantu oleh 1 sekretraris, dan 4 kepala bidang yaitu Litbang, Ekonomi, Sosial Budaya dan Prasarana dan Tata Ruang
2 Dinas
Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun)
Melaksanakan kewenangan daerah kehutanan dan perkebunan serta tugas pembantuan yang diberikan pemerintah/pemerintah provinsi Jawa Barat, dalam bentuk fungsi-fungsi:
1. perumusan kebijakan teknis kehutanan dan perkebunan
2. penyelengaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kehutanan dan perkebunan
3. pembinaaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang kehutanan dan perkebunan
4. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian perijinan, penerapan pengkajian teknologi kehutanan dan perkebunan, pemberian usaha kehutanan dan perkebunan serta pemberian ijin usaha kehutanan dan perkebunan
5. pelaksanaan pencegahan terhadap peredaran dan penjualan hasil hutan dan tata niaga hasil hutan
6. pelaksanaan pengembangan dan peningkatan produksi kehutanan dan perkebunan serta persutraan alam dan hasl hutan lainnya
7. pelaksanaan bimbingan teknis kehutanan dan perkebunan
8. pengamanan, penertiban dan perlindungan kehutanan dan perkebunan 9. pengelolaan administrasi umum
Dipimpin oleh 1 orang kepala dinas dan dibantu oleh 1
sekretraris, dan 4 kepala bidang yaitu bidang Program, Kehutanan, Perkebunan dan Pengawasan dan Pembinaan. 3 Dinas Tata Ruang, Pemukiman dan Kebersihan (Tarkimsih)
Melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah di bidang penataan ruang, permukiman dan kebersihan serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dalam bentuk fungsi-fungsi:
1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang penataan ruang, permukiman dan kebersihan;
2. Pelaksanaan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Tata Ruang, Permukiman dan Kebersihan sesuai dengan kebijaksanaan Bupati
3. Perencanaan, penyiapan penyusunan Rencana Tata Ruang Detail/Teknis, Tata Bangunan dan Permukiman secara menyeluruh, lengkap dan legitimate (dapat dioperasionalkan)
4. Penyusunan program-program penataan ruang, permukiman dan kebersihan serta pelaksanaan evaluasi dan pembuatan laporan 5. Pengelolaan penataan ruang, permukiman dan kebersihan 6. Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan, urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas.
Dipimpin oleh 1 orang kepala dinas dan dibantu oleh 1
sekretraris, dan 4 kepala bidang yaitu Bidang Program, Perencanaan Penataan Ruang, Permukiman dan Bangunan dan Kebersihan dan Pertamanan Sumber: www.bappeda.subang.go.id
Page 3-4
adalah suatu kawasan yang sudah ada di daerah tersebut yang bersifat
alami dan menjadi warisan budaya dan ekologi suatu daerah dan bukan
dibangun atau dikembangkan oleh pihak ketiga di daerah tersebut
1) Kawasan konservasi (in-situ)
Kawasan konservasi in–situ di Keluraha/Desa Parung Kecamatan
Subang ditampilkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kawasan Konservasi (In-Situ)
No Nama* Lokasi Luas Keterangan**
1 Hutan Kota Ranggawulung
Kelurahan/Desa Parung, Kecamatan Subang
12,9 Ha Tingkat ancaman tinggi terhadap diversitas spesies yaitu
pengambilan kayu yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk kayu bakar atau dijual 2 Bumi Perkemahan Kelurahan/Desa
Parung, Kecamatan Subang
55 Ha Tingkat ancaman tinggi yang ditandai dengan rendahnya diversitas spesies yang disebabkan oleh kegiatan pramuka dan pembukaan lahan untuk perkebunan.
Page 3-5
2). Kawasan konservasi (ex-situ)
Kawasan konservasi ex –situ tidak ada di Keluraha/Desa Parung
Kecamatan Subang, seperti Kebun Raya, Kebun Binatang, taman burung,
taman reptil, taman kupu-kupu, Taman Keanekaragaman Hayati, atau
Arboretum.
b. Hutan Lindung
Informasi mengenai hutan lindung mencakup hutan lindung dan
kawasan lindung.
1). Hutan Lindung
Informasi hutan lindung di Kelurahan/Desa Parung, Kecamatan
Subang ditampilkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hutan Lindung
No Nama* Lokasi Luas Keterangan**
1 Hutan Kota Ranggawulung
Kelurahan/Desa Parung, Kecamatan Subang
12,9 Ha Tingkat ancaman tinggi terhadap diversitas spesies yaitu
pengambilan kayu yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk kayu bakar atau dijual
Page 3-6
2). Kawasan Lindung
Informasi mengenai kawasan hutan lindung di Kelurahan/Desa
Parung, Kecamatan Subang ditampilkan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kawasan Lindung
No Nama* Lokasi Luas Keterangan**
1 Bumi Perkemahan Kelurahan/Desa Parung, Kecamatan Subang
55 Ha Tingkat ancaman tinggi yang ditandai dengan rendahnya diversitas spesies yang disebabkan oleh kegiatan pramuka dan pembukaan lahan untuk perkebunan.
c. Kawasan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat lainnya adalah 3 (tiga) buah mata
air yaitu Cekdam (sebelah Utara Hutan Kota), Bron, dan cekungan
Ranggawulung yang merupakan sumber air dangkal dan ari tanah dalam
dengan potensi mencapai ± 3 milyar m
3. Selain itu juga terdapat 2 buah
sungai yang melewati Hutan Kota Ranggawulung yaitu Sungai Cileley
yang merupakan anak Sungai CItarum dengan panjang 15 km dan Sungai
Ciasem yang melintas di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Subang dan
Kecamatan Dawuan.
Page 3-7
2. Kawasan Budidaya
Kabupaten Subang sudah menjadi daerah perkebunan sejak
sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga saat ini perkebunan
besar masih menjalankan usahanya secara efektif, dengan komoditas
utamanya karet, teh serta tebu. Perkebunan besar yang ada, pada saat
ini diusahakan oleh PT. Perkebunan VIII untuk komoditas karet dan the,
dan perkebunan tebu diusahakan oleh Pabrik Gula PT. Rajawali III. Areal
perkebunan besar di kabupaten Subang terdiri atas perkebunan karet di
Jalupang seluas 3.771,25 Ha, di Wangunreja seluas 2.092,07 Ha,
perkebunan teh di Tambaksari 2.529,41 Ha dan Ciater 3.166,56 Ha serta
perkebunan Tebu PT. Rajawali III mencapai 5.384,70 Ha.
Sementara itu luas hutan di Kabupaten Subang pada tahun 2010
tercatat seluas 22.503,48 hektar yang terdiri dari hutan produksi seluas
14.420,05 Ha, hutan lindung 13.083,43 Ha tanpa hutan cadangan.
Berdasarkan data dari perum perhutani, pengelolaan hutan di Kabupaten
Subang dibagi ke dalam 6 (enam) BKPH yang terdiri dari BKPH
Tambakan, Subang, Kalijati, Pamanukan, Cipeundeuy dan Cisalak.
Untuk wilayah Keluraha/Desa Parung Kabupaten Subang, kawasan
budidaya yang ada ditampilkan pada Tabel 3.8. Definisi kawasan
budidaya adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat kegiatan
Page 3-8
budidaya diversitas dan memiliki nilai ekonomi yang bermanfaat bagi
masyarakat.
Tabel 3.8. Kawasan Budidaya di Kelurahan/Desa Parung
Kecamatan Subang
No Klasifikasi Luas (Ha) Produksi ( per Tahun) 1 Hutan: Hutan Produksi 1.421,55 - Jati 37.843 m3 Padi 11.645 Kg 2 Perkebunan: Tebu 4,46 35 Jambu Mete 3 0,5 Aren 15 7 Cengkeh 15 1,4 Kelapa dalam 66 49,7 Kapuk 5 1,8 Lada 3 2,5 3 Persawahan 3.056 18.420 5 Pekarangan 1.057 -
Sumber: Subang dalam angka (2010) ; Ket: - : tidak ada informasi
Untuk memperjelas alokasi ruang di atas, maka dilampirkan Peta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Subang pada
Gambar 3.1 di bawah ini. Untuk kawasan Kelurahan/Desa Parung
Kecamatan Subang, Pemerintah Daerah merencanakannya sebagai
kawasan Hutan Produksi Terbatas, berdasarkan RTRW Kabupaten
Subang.
Page 3-9
Gambar 3.1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Subang (Sumber: Subang dalam angka (2010))
Page 3-10
3. Kawasan lainnya
Kawasan lainnya adalah kawasan yang bukan termasuk kawasan
lindung dan kawasan budidaya, melainkan kawasan yang tidak ada
pemiliknya atau yang ditelantarkan. Pada Tabel 3.9 ditampilkan informasi
mengenai kawasan lainnya yang ada di Kelurahan/Desa Parung
Kabupaten Subang.
Tabel 3.9. Kawasan Lainnya
No Klasifikasi Luas (Ha) Keterangan 1 Semak belukar (yang
ditelantarkan oleh pemiliknya)
2.833 Bekas sawah/kebun penduduk
2 Lahan terlantar (tidak jelas pemiliknya)
1 Bekas sawah/kebun penduduk
3 Lahan kritis 393 Tanah kering bekas sawah/ kebun 4 Padang rumput 2 Tanah kering bekas
sawah/ kebun
Sumber: Subang dalam angka (2010)
D. KEANEKARAGAMAN HAYATI DAERAH
Keanekaragaman hayati daerah meliputi data bentang alam,
keanekaragaman ekosistem serta keanekaragaman spesies dan genetik.
Informasi untuk data bentang alam meliputi kondisi geofisik kawasan dan
sumberdaya air.
Page 3-11
1. Bentang Alam
Informasi bentang alam meliputi kondisi geofisik kawasan dan
sumberdaya air. Informasi tersebut dijelaskan berikut ini:
a. Kondisi Geofisik Kawasan
Kondisi geofisik kawasan meliputi informasi jenis tanah, batuan,
klimatologi dan topografi.
1). Jenis Tanah
Informasi jenis tanah di daerah Kelurahan/Desa Parung Kabupaten
Subang ditampilkan pada Tabel 3.10 dan Gambar 3.2. berikut ini:
Tabel 3.10. Jenis Tanah
No Jenis Tanah Penyebaran Luas (Ha) Keterangan
1 Aluvial Blanakan, Legonkulon, Pusakanagara,
Pusakajaya, Sukasari, Pamanukan, Compreng
20.517,7 Tanah humus dari endapan sungai, subur
2 Andosol Sagalaherang, Jalan Cagak, Cisalak,
Ciater
10.258,85 Tanah abu gunung api
3 Glei Patokbesi, Ciasem, Tambakdahan,
Binong, Compreng
14.362,39 Tanah akibat drainase buruk, kurang subur
4 Grumusol Subang, Dawuan, Kalijati 4.103,54 Tanah lempung, subur
5 Latosol Cipendeuy, Subang, Purwadadi,
Kalijati, Dawuan, Cijambe, Tanjung Seng, Pagaden Barat, Ciater
143.623,87 Tanah merah, umur sudah tua, kurang subur
6 Podsolik Pabuaran, Binong, Cikaum, Pagaden 10.258,85 Tanah kuarsa, kurang subur
7 Regosol Kasomalang, Jalancagak,
Sagalaherang, Ciater
2.051,77 Tanah mineral gunung api bentuk butiran kasar, cocok untuk palawija, padi, sayuran
Page 3-12
Page 3-13
2). Batuan
Secara umum kondisi geologi di Kabupaten Subang dibagi menjadi
beberapa jenis batuan pembentuk tanah, yaitu Alluvium, Alluvium Fasies
Gunung Api, Plistosien Fasies, Sedimen dan Miosen Fasies Sedimen.
Jenis lain adalah batuan vulkanik yang terdiri dari Hasil Gunung Api Tak
Teruraikan dan Hasil Gunung Api Kwarter Tua.
Bahan galian yang telah dimanfaatkan, berupa pasir sungai, pasir
pantai, lempung/tanah liat dan sirtu. Pasir sungai, merupakan endapan
hasil sedimentasi masa kini (resen) karena itu endapan ini masih berada
di lingkungan sungai, terakumulasi di sekitar kelokan sungai dan di sekitar
muara sungai. Endapan sirtu, dapat dijumpai di dalam sungai atau di
bagian tepi sungai dengan cadangan yang cukup banyak. Pasir sungai ini
banyak diambil di antara lain sepanjang alur sungai, berwarna abu-abu
kecoklatan, berbutir halus-sedang bercampur dengan lanau dan lumpur.
Endapan sirtu dapat digunakan sebagai bahan agregat beton, untuk
urugan dan keperluan lainnya.
Jenis batuan di Kabupaten Subang ditampilkan pada Tabel 3.11
dan Gambar 3.3. Jenis batuan di Kelurahan/Desa Parung Kecamatan
Subang adalah jenis Plistosen fasies gunung api dan sedimen, yang
merupakan jenis batuan yang sudah tua terbentuk akibat letusan gunung
api.
Page 3-14
Tabel 3.11. Jenis Batuan
No Jenis Batuan Penyebaran Luas (Ha)
Keterangan * 1 Alluvium Blanakan, Legonkulon,
Pusakanagara, Pusakajaya, Sukasari, Pamanukan, Compreng 69.292 Jenis batuan dari aliran sungai 2 Alluvium Fasies Gunung Api Sagalaherang, Kasomalang, Cisalak, Tanjungsiang 12.097 Jenis batuan dari aliran lahar gunung api 3 Plistosen, fasies
gunung api
Pabuaran, Cikaum, Purwadadi, Binong, Compreng, Pagaden, Pagaden Barat, Cipeundey, Cipunagara, Compreng, Cibogo, Dawuan, Subang, Serangpanjang, Cijambe, Kasomalang, Kalijati 82.414 Jenis batuan tersier hasil vulkanisma 4 Plistosen, fasies sedimen Dawuan, Serangpanjang, Subang, Cijambe, Cibogo, Kalijati 12.530 Jenis batuan tersier hasil vulkanisma yang sudah tersedimentasi 5 Miosen, fasies sedimen
Kalijati, Cipeundey, Cibogo 7.140 Jenis batuan yang sangat tua 6 Batuan vulkanik,
hasil gunung api tak teruraikan
Jalancagak, Caiter,
Tanjungsiang, Sagalaherang
9.225 -
7 Batuan vulkanik, hasil gunung api kwarter tua
Sagalaherang, Serangpanjang, Ciater, Cisalak, Kasomalang, Tanjungsiang
8.648 -
Page 3-15
Gambar 3.3. Jenis Geologi dan Sumberdaya Mineral
(Sumber: Subang dalam angka (2010))
3). Klimatologi
Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan
curah hujan rata-rata per tahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100
Page 3-16
hari. Curah hujan di Kabupaten Subang berkisar 1.635 mm pertahun
dengan rata-rata hari hujan 100 hari. Iklim pesisir Kabupaten Subang
dipengaruhi oleh angin muson, dengan kecepatan angin rata-rata 3-5 m
per detik. Peta curah hujan Kabupaten Subang ditampilkan pada Gambar
3.4. Di Kelurahan/Desa Parung Kecamatan Subang, curah hujan
2500-4000 mm/tahun yang menunjukkan kondisi curah hujan yang relative
tinggi.
4). Topografi
Informasi topografi dari Kelurahan/Desa Parung Kabupaten Subang
meliputi informasi kemiringan lahan dan ketinggian lahan. Informasi
tersebut ditampilkan pada Tabel 3.12 dan Gambar 3.5-3.6. Ketinggian
lahan di Kelurahan/Desa Parung Kecamatan Subang berada antara
100-500 m dpl dengan kemiringan lahan berkisar 0-25%. Kondisi topografi ini
menunjukkan pemanfaatan lahan yang ada meliputi dataran rendah dan
bukit yang tidak terlalu tinggi yaitu Bukit Ranggawulung, yang berada di
belakang Hutan Kota Ranggawulung. Saat ini, bukit tersebut telah
dimanfaatkan oleh pihak swasta untuk penambangan pasir.
Tabel 3.12. Topografi
No Kelas Kelerengan* Luas (Ha) Penggunaan Lahan Dominan
1 0o-17o 165.793,03 Sawah, Kebun
2 18o-45o 21.827,32 Kebun
Page 3-17
Page 3-18
Gambar 3.5. Peta Kemiringan Lahan
(Sumber: Subang dalam angka (2010))
Page 3-19
Page 3-20
b. Sumberdaya Air
Informasi sumberdaya air yang ada di Keluraha/Desa Parung
Kabupaten Subang meliputi daerah aliran sungai (DAS), danau/situ/mata
air dan rawa gambut.
1). Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kabupaten Subang dilewati oleh 3 (tiga) Daerah ALiran Sungai
(DAS) besar yaitu DAS Ciasem, DAS Cipunagara dan DAS Cilamaya.
Namun, yang melewati Kelurahan/Desa Parung Kabupaten Subang hanya
DAS Ciasem dan anak DAS Citarum, yaitu Sungai Cileuley. Informasi
sumberdaya air dari daerah aliran sungai (DAS) yang ada di ditampilkan
pada Tabel 3.13 berikut ini:
Tabel 3.13. Daerah Aliran Sungai (DAS)
No Nama DAS/ Sub-DAS Panjang Sungai/Anak Sungai (km)* Luas Wilayah DAS (Ha) Debit Air (m3/dtk) Tipe Ekosistem Dominan Pemanfaatan 1 Sub-DAS Cileley 89,8 (6o35’13’’S 107o43’31’’ E) 9.324 200 Hutan, Kebun, Sawah
Air irigasi, air baku PDAM Kab. Sumedang 2 DAS Ciasem 89,8 (6o35’13’’S 107o43’31’’ E) 101.162,50 663 Hutan, Kebun, Sawah Air irigasi
Page 3-21
2). Danau/Waduk/Situ/Embung/Mata Air
Informasi sumberdaya air dari danau/situ/mata air yang ada di
Kelurahan/Desa Parung Kabupaten Subang ditampilkan pada Tabel 3.14
berikut ini:
Tabel 3.14. Danau/Waduk/Situ/Embung/Mata Air
No Nama Lokasi Luas
(Ha)
Volume (m3)
Pemanfaatan 1 Mata Air Cekdam Desa Pasir
Kareumbi
0,0025 200 Sumber air untuk sawah, perkebunan dan sumber air minum
2 Mata Air Bron Desa Bron/Parung 0,008 16 Sumber air minum 3 Mata Air Cekungan
Ranggawulung
Desa Parung - 4,57 juta Sumber air dangkal
Ket: - : tidak ada informasi
3). Rawa/Gambut
Di wilayah Subang tidak ditemukan rawa atau gambut.
2. Keanekaragaman Ekosistem
Data dan informasi keanekaragaman ekosistem mencakup tipe
ekosistem, upaya perlindungan dan pelestarian, potensi dan manfaat
ekosistem dan ancaman terhadap ekosistem. Informasi keanekaragaman
Page 3-22
ekosistem di Kelurahan/Desa Parung Kecamatan Subang ditampilkan
pada Tabel 3.15 berikut ini:
Tabel 3.15. Keanekaragaman Ekosistem
No Tipe Ekosistem
Upaya Perlindungan & Pelestarian
Potensi dan Manfaat Ancaman 1 Hutan Reboisasi dengan
berbagai tanaman pangan dan industry
Meningkatkan status hutan menjadi hutan lindung atau hutan konservasi
Sumber oksigen bagi area di sekitarrnya
Sumber plasma nutfah
Sumber perekonomian masyarakat
Sebagai area wisata, pendidikan dan
konservasi
Pengambilan tanaman pohon secara illegal oleh masyarakat
Deforestrasi
Hilangnya plasma nutfah yang bernilai ekonomi 2 Kebun Pemilihan dan
pemakaian jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi
Mendorong masyarakat lokal untuk berkebun dan menanam tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari
Sumber pangan bagi masyarakat
Hasil kebun menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat Alih fungsi menjadi pemukiman Tumpang tindih kawasan
3 Sawah Perbaikan sistem irigasi dengan membangun balong/kolam penampungan air
Pemilihan varietas tanaman pangan dan produksi yang tahan kekeringan, contoh varietas padi gogo atau tanaman serealia
Sumber pangan bagi masyarakat
Hasil produksi menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat
Pemanfaatan lahan puso akibat kekeringan dengan cara menanam jenis serealia
Kekeringan
Kondisi iklim yang tidak menentu (El- Nino dan La Nina)
Tumpang tindih kawasan
Page 3-23
3. Keanekaragaman Spesies dan Genetik
Data dan informasi keanekaragaman spesies dan genetik secara
umum ditampilkan pada Tabel 3.16 – 3.20, beserta analisis data dari
masing-masing jenis tumbuhan dan hewan yang ditemukan di Hutan Kota
Ranggawulung dan sekitarnya. Di wilayah Hutan Kota Ranggawulung,
tumbuhan bawah yang berperan atau berpengaruh terhadap komunitas
tumbuhan adalah Palem (Parajubaea sunkaha), Drewak (Microcos
paniculata) tingkat semai, Irengan (Eupatorium sp.), Bungur
(Lagerstroemia speciosa) tingkat semai, Mahoni (Swietenia macrophyla)
tingkat semai, dan Jambu (Syzigium sp.) tingkat semai. Hal ini terlihat
dari jumlah jenis-jenis tumbuhan tersebut yang berlimpah atau
mendominasi wilayah Hutan Kota Ranggawulung yang mengacu pada
nilai INP yang melebihi nilai 10%.
Tingkat keanekaragaman tumbuhan bawah di Hutan Kota
Ranggawulung adalah tinggi, dengan indeks Shannon Wiener (H’)
mencapai 3.26. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai jenis
tumbuhan dari berbagai family tumbuhan yang hidup di Hutan Kota
Ranggawulung. Kondisi ini harus terus dipertahankan untuk mendukung
konservasi plasma nutfah yang dimiliki wilayah Kecamatan Subang.
Kondisi yang hampir sama juga ditemukan di wilayah sekitar Hutan Kota
Ranggawulung, yaitu memiliki keanekaragaman yang tinggi dengan H’
Page 3-24
mencapai 3.37. Jenis tumbuhan bawah yang dominan di sekitar Hutan
Kota Ranggawulung, yang ditandai dengan nilai INP≥10% yaitu:
Gelapangan (Eupatorium odoratum), Harendong (Melastoma affine),
Rembet
(Mucuna bracteata), Jembret (Paederia scandens), Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum), Jambu (Syzygium sp.), dan Bunga Pukul
8 (Turnera ulmifolia).
Page 3-25
Tabel 3.16. Analisis Data Tumbuhan Bawah di Hutan Kota Ranggawulung
Nama Lokal Nama Latin Jumlah Individu
Kemunculan
Jenis K KR (%) F FR (%) INP (%) H' Ket Bayam liar Amaranthus blitum 8 2 0.049 1.0 0.15385 1.802 2.814 3.26
Diversitas Tinggi
Mangga Anacardyaceae 4 1 0.024 0.506 0.07692 0.901 1.407 U
Nanas Ananas cumosus 3 2 0.018 0.380% 0.15385 1.802 2.182 Palem Parajubaea sunkaha 57 4 0.349 7.215% 0.30769 3.604 10.819* Palem Arecacetecu 5 2 0.031 0.633% 0.15385 1.802 2.435
Paku beunyeur Athyrium dilatatum 7 1 0.043 0.886% 0.07692 0.901 1.787 U Paku sayur Athyrium sp. 13 1 0.08 1.646% 0.07692 0.901 2.546 U Binahong Binahong (ND) 4 1 0.024 0.506% 0.07692 0.901 1.407 U Rumput
luwakan Brachiaria reptans 45 3 0.276 5.696% 0.23077 2.703 8.399 Harendong bulu Clidemia hirta 29 3 0.178 3.671% 0.23077 2.703 6.374 Drewak Microcos paniculata 85 10 0.521 10.759% 0.76923 9.009 19.769*
Dadap serep Erythrina subumbrans 1 1 0.006 0.127% 0.07692 0.901 1.027 L, U Irengan Eupatorium sp 88 2 0.539 11.139% 0.15385 1.802 12.941*
Kacangan Mucuna bracteata 24 5 0.147 3.038% 0.38462 4.505 7.542 Bungur Lagerstroemia speciosa 57 6 0.349 7.215% 0.46154 5.405 12.621* Lamtoro Leucaena leucocephala 30 6 0.184 3.797% 0.46154 5.405 9.203 Tutup putih Malothus sp. 14 3 0.086 1.772% 0.23077 2.703 4.475
Page 3-26
Lanjutan…..
Nama Lokal Nama Latin Jumlah Individu
Kemunculan
Jenis K KR (%) F FR (%) INP (%) H' Ket Mangga Mangifera sp. 18 4 0.11 2.278% 0.30769 3.604 5.882
Singkong Manihot utilissima 6 2 0.037 0.759% 0.15385 1.802 2.561 Harendong Melastoma affine 26 2 0.159 3.291% 0.15385 1.802 5.093
Putri malu Mimosa pudica 2 1 0.012 0.253% 0.07692 0.901 1.154 U Jembret Paederia scandens 9 1 0.055 1.139% 0.07692 0.901 2.040 U Pandan Pandanus sp. 8 2 0.049 1.013% 0.15385 1.802 2.814
Rumput gajah Pennisetum purpureum 21 1 0.129 2.658% 0.07692 0.901 3.559 U Serehan Pipper aduncum 7 1 0.043 0.886% 0.07692 0.901 1.787 U Kopi-kopian Psikotria sp. 6 2 0.037 0.759% 0.15385 1.802 2.561
Paku pedang Pteris sp. 23 6 0.141 2.911% 0.46154 5.405 8.317
Angsana Pterocarpus indicus 3 1 0.018 0.380% 0.07692 0.901 1.281 U Puret Puret (ND) 14 2 0.086 1.772% 0.15385 1.802 3.574
Rembet Mikania micrantha 5 1 0.031 0.633% 0.07692 0.901 1.534 U Kopi-kopian Rubiaceae 14 3 0.086 1.772% 0.23077 2.703 4.475
Katuk Sauropus androgynus 1 1 0.006 0.127% 0.07692 0.901 1.027 L, U Sidagori Sida rhombifoli 6 1 0.037 0.759% 0.07692 0.901 1.660 U Bandotan Ageratum conyzoides 5 1 0.031 0.633% 0.07692 0.901 1.534 U Rumput trki Cyperus flavidus 11 1 0.067 1.392% 0.07692 0.901 2.293 U Pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis 9 2 0.055 1.139% 0.15385 1.802 2.941
Page 3-27
Lanjutan….
Nama Lokal Nama Latin Jumlah Individu
Kemunculan
Jenis K KR (%) F FR (%) INP (%) H' Ket Mahoni Swietenia macrophyla 36 7 0.22 4.557% 0.53846 6.306 10.863*
Jambu Syzigium sp. 46 11 0.282 5.823% 0.84615 9.910 15.733*
Anggrung Trema orientalis 7 1 0.043 0.886% 0.07692 0.901 1.787 U Bunga pukul 8 Turnera ulmifolia 7 1 0.043 0.886% 0.07692 0.901 1.787 U Pulutan Urena lobata 2 1 0.012 0.253% 0.07692 0.901 1.154 U Laban Vitex puberescens 13 1 0.08 1.646% 0.07692 0.901 2.546 U Jahe-jahean Zingiber sp. 11 1 0.067 1.392% 0.07692 0.901 2.293 U
Keterangan: K : Kerapatan; KR : Kerapatan Relatif; F: Frekuensi; FR : Frekuensi Relatif; INP : Indeks Nilai Penting H’ : Indeks Shannon Wiener (Indeks Keanekaragaman); L : Langka; U : Unik
Page 3-28
Tabel 3.17. Analisis Data Tumbuhan Bawah di Sekitar (Luar) Hutan Kota Ranggawulung
Nama Lokal Nama Latin Jumlah Individu
Kemunculan
Jenis K KR (%) F FR (%) INP (%) H’ Ket The-tehan Acalypha siamensis 33 1 0.08758 1.07 0.033333 0.39 1.46 3,37
Diversitas Tinggi
U Bandotan Ageratum conyzoides 60 3 0.159236 1.95 0.1 1.17 3.11
Bayam liar Amaranthus blitum 13 1 0.034501 0.42 0.033333 0.39 0.81 U Nanas Anannas comosus 15 4 0.039809 0.49 0.133333 1.56 2.04
Sereh Andropogon nardus 3 1 0.007962 0.10 0.033333 0.39 0.49 U Keladi Caladium sp. 15 2 0.039809 0.49 0.066667 0.78 1.27
Tempuyung kecil Sonchus arvensis 62 5 0.164544 2.01 0.166667 1.95 3.96 Paku beunyeur Athyrium dilatatum 39 3 0.103503 1.27 0.1 1.17 2.43 Paku sayur Athyrium sp. 12 2 0.031847 0.39 0.066667 0.78 1.17
Kentangan Borreria alata 12 1 0.031847 0.39 0.033333 0.39 0.78 U Rumput luwak Brachiaria reptans 123 6 0.326433 3.99 0.2 2.33 6.33
Ketepeng Cassia alata 1 1 0.002654 0.03 0.033333 0.39 0.42 L, U Harendong bulu Clidemia hirta 57 2 0.151274 1.85 0.066667 0.78 2.63
Timunan Cucurbita sp. 35 3 0.092887 1.14 0.1 1.17 2.30 Rumput teki Cyperus flavidus 18 2 0.047771 0.58 0.066667 0.78 1.36 Derewak Derewak 17 4 0.045117 0.55 0.133333 1.56 2.11
Tapak liman Elephantopus scaber 1 1 0.002654 0.03 0.033333 0.39 0.42 L, U Dadap laut Erythrina cristagalli 28 3 0.07431 0.91 0.1 1.17 2.08
Page 3-29
Lanjutan….
Nama Lokal Nama Latin Jumlah Individu
Kemunculan
Jenis K KR (%) F FR (%) INP (%) Ket Dadap serep Erythrina subumbrans 4 1 0.010616 0.13 0.033333 0.39 0.52 U Gelapangan Eupatorium odoratum 212 17 0.562633 6.88 0.566667 6.61 13.50*
Irengan Eupatorium sp. 58 3 0.153928 1.88 0.1 1.17 3.05
Akasia Acacia sp. 7 1 0.018577 0.23 0.033333 0.39 0.62 U
Bungur Lagerstroemia speciosa 14 2 0.037155 0.45 0.066667 0.78 1.23 Lamtoro Leucaena leucocephala 39 10 0.103503 1.27 0.333333 3.89 5.16 Tutup merah Macaranga tanarius 51 8 0.13535 1.66 0.266667 3.11 4.77 Tutup putih Malothus sp. 8 2 0.021231 0.26 0.066667 0.78 1.04 Singkong Manihot utilissima 56 8 0.14862 1.82 0.266667 3.11 4.93 Harendong Melastoma affine 320 19 0.849257 10.39 0.633333 7.39 17.78* Kacangan Mikania micrantha 66 5 0.175159 2.14 0.166667 1.95 4.09 Rumput laut Mimosa pudica 95 4 0.252123 3.08 0.133333 1.56 4.64 Rembet Mucuna bracteata 209 15 0.554671 6.78 0.5 5.84 12.62* Pisang Musa sp. 17 5 0.045117 0.55 0.166667 1.95 2.50 Jembret Paederia scandens 216 14 0.573248 7.01 0.466667 5.45 12.46* Rumput gajah Pennisetum purpureum 200 10 0.530786 6.49 0.333333 3.89 10.38* Sereh Piper aduncum 66 10 0.175159 2.14 0.333333 3.89 6.03
Rumput belulang Eleusine indica 4 1 0.010616 0.13 0.033333 0.39 0.52 U Merangan Pogonatherum crinitum 13 1 0.034501 0.42 0.033333 0.39 0.81 U
Page 3-30
Lanjutan…
Nama Lokal Nama Latin Jumlah Individu
Kemunculan
Jenis K KR (%) F FR (%) INP (%) Ket Glodogan Polyalthia longifolia 1 1 0.002654 0.03 0.033333 0.39 0.42 L, U Paku pedang Pteris sp. 50 6 0.132696 1.62 0.2 2.33 3.96
Puret Puret 4 1 0.010616 0.13 0.033333 0.39 0.52 U
Kopi-kopian Psikotria sp. 23 1 0.06104 0.75 0.033333 0.39 1.14 U Lidah mertua Sansivera sp. 20 1 0.053079 0.65 0.033333 0.39 1.04 U Katuk Sauropus androgynus 42 8 0.111465 1.36 0.266667 3.11 4.48
Paku cakar ayam Selaginella sp. 62 2 0.164544 2.01 0.066667 0.78 2.79 Sidagori Sida rhombifoli 16 2 0.042463 0.52 0.066667 0.78 1.30 Pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis 57 8 0.151274 1.85 0.266667 3.11 4.96
Mahoni Swietenia macrophyla 2 1 0.005308 0.06 0.033333 0.39 0.45 U Jambu Syzygium sp. 133 19 0.352972 4.32 0.633333 7.39 11.71*
Anggrung Trema orientalis 42 5 0.111465 1.36 0.166667 1.95 3.31 Bunga pukul 8 Turnera ulmifolia 269 10 0.713907 8.73 0.333333 3.89 12.62* Pulutan Urena lobata 87 7 0.230892 2.82 0.233333 2.72 5.55
Laban Vitex pubescens 14 1 0.037155 0.45 0.033333 0.39 0.84 U Jahe-jahean Zingiber sp. 60 3 0.159236 1.95 0.1 1.17 3.11
Keterangan: K : Kerapatan; KR : Kerapatan Relatif; F: Frekuensi; FR : Frekuensi Relatif; INP : Indeks Nilai Penting H’ : Indeks Shannon Wiener (Indeks Keanekaragaman); L : Langka; U : Unik
Page 3-31
Jenis pohon di wilayah Hutan Kota Ranggawulung sebagian besar
memiliki nilai INP≥10% yaitu sebanyak 67%. Jenis-jenis yang
mendominasi atau yang berperan dalam komunitas di Hutan Kota
Ranggawulung tersebut yaitu: Mahoni (Swietenia macrophylla), Bungur
(Lagerstroemia speciosa), Pinus (Pinus merkusii), Nangka (Artocarpus
integra Merr.), Jati (Tectona grandis), Nangka beurik (Artocarpus
chempeden), Rambutan (Nephelium lanacum), Mangga (Mangifera sp.),
Palem (Parajubae sunkha), Bambu (Bambusa multiplex), Kareumbi
(Homalanthus populneus), dan Drewak (Microcos paniculata). Jenis-jenis
tersebut dapat ditemukan dalam kondisi berkelompok atau secara tunggal
namun memiliki luas basal yang besar, seperti halnya jenis Palem, yang
ditemukan hanya 1 individu.
Kondisi dominansi jenis yang cukup banyak di Hutan Kota
Ranggawulung, menyebabkan tingkat keanekaragaman tumbuhan
menurun. Keanekaragaman jenis pohon di Hutan Kota Ranggawulung
termasuk kategori diversitas tingkat sedang, yaitu H’ = 2.43. Untuk itu
perlu ditingkatkan lagi penanaman jenis pohon di dalam Hutan Kota
Ranggawulung sehingga keanekaragamannya akan meningkat.
Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah sekitar/luar Hutan Kota
Ranggawulung yang memiliki indeks keanekaragaman (H’) tingkat sedang
yaitu 2.44. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya dominansi beberapa
Page 3-32
pohon yang berada di sekitar Hutan Kota Ranggawulung, yaitu: Pinus
(Pinus merkusii), Jati (Tectona grandis), Jingjing (Paraserianthes
falcataria), Mahoni (Swietenia macrophylla), Angsana (Pterocarpus
indicus), Kayu Putih (Melaleuca cajupati), Waru (Hibiscus tiliaceus), Petai
(Parkia
speciosa),
Bungur
(Lagerstroemia
speciosa),Jengkol
(Pithecelobium jiringa), dan Nangka (Artocarpus integra Merr.).
Jenis-jenis pohon tersebut adalah yang berperan dalam komunitas di wilayah
tersebut, yang ditandai dengan nilai INP≥10%.
Page 3-33
Tabel 3.18. Analisis Data Pohon di Hutan Kota Ranggawulung
Nama Lokal Nama Latin Σ Individu Kerapatan
(ind/m2) KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%) H’ Ket
Mahoni Swietenia macrophylla 24 240.00 18.46 0.69 16.68 954.40 7.38 42.52* 2.43
Diversitas sedang
Bungur Lagerstroemia speciosa 24 240.00 18.46 0.62 14.83 742.69 5.74 39.03*
Pinus Pinus merkusii 21 210.00 16.15 0.31 7.41 1442.80 11.15 34.72*
Nangka Artocarpus integra Merr. 9 90.00 6.92 0.38 9.27 908.75 7.02 23.21*
Jati Tectona grandis 4 40.00 3.08 0.15 3.71 1984.73 15.34 22.12*
Nangka beurik Artocarpus chempeden 6 60.00 4.62 0.31 7.41 1232.00 9.52 21.55*
Rambutan Nephelium lanacum 9 90.00 6.92 0.31 7.41 395.55 3.06 17.39*
Mangga Mangifera sp. 6 60.00 4.62 0.15 3.71 855.71 6.61 14.94*
Palem Parajubae sunkha 1 10.00 0.77 0.08 1.85 1429.62 11.05 13.67* L, U
Bambu Bambusa multiplex 8 80.00 6.15 0.15 3.71 331.49 2.56 12.42*
Kareumbi Homalanthus populneus 5 50.00 3.85 0.15 3.71 611.59 4.73 12.28*
Drewak Microcos paniculata 3 30.00 2.31 0.15 3.71 591.53 4.57 10.59*
Jambu kopo Syzygium cymosum 3 30.00 2.31 0.23 5.56 195.43 1.51 9.38
Waru Hibiscus tiliaceus 2 20.00 1.54 0.15 3.71 266.60 2.06 7.31
Alpukat mentega Persea americana 1 10.00 0.77 0.08 1.85 561.78 4.34 6.96 L, U
Jengkol, Gempol Pithecelobium jiringa 2 20.00 1.54 0.08 1.85 226.51 1.75 5.14 U
Angsana Pterocarpus indicus 1 10.00 0.77 0.08 1.85 109.00 0.84 3.47 L, U
Kaliandra Calliandra haematocephala 1 10.00 0.77 0.08 1.85 97.53 0.75 3.38 L, U
Keterangan: K : Kerapatan; KR : Kerapatan Relatif; F: Frekuensi; FR : Frekuensi Relatif; D : Dominansi; DR : Dominansi Relatif; INP : Indeks Nilai Penting H’ : Indeks Shannon Wiener (Indeks Keanekaragaman); L : Langka; U : Unik
Page 3-34
Tabel 3.19. Analisis Data Pohon di Sekitar (Luar) Hutan Kota Ranggawulung
Nama Lokal Nama Latin Σ Individu Kerapatan (ind/m2)
KR
(%) F
FR
(%) D DR (%) INP (%) H’ Ket Pinus Pinus merkusii 47 1175.00 20.17 0.40 13.79 1280.79 8.99 42.96* 2.44
Diversitas Sedang Jati Tectona grandis 30 750.00 12.88 0.53 18.39 1100.47 7.73 38.99*
Jingjing Paraserianthes falcataria 50 1250.00 21.46 0.27 9.20 274.55 1.93 32.58* Mahoni Swietenia macrophylla 24 600.00 10.30 0.27 9.20 279.81 1.96 21.46*
Angsana Pterocarpus indicus 1 25.00 0.43 0.03 1.15 2724.92 19.13 20.71* L, U Kayu putih Melaleuca cajupati 4 100.00 1.72 0.07 2.30 1313.99 9.22 13.24*
Waru Hibiscus tiliaceus 14 350.00 6.01 0.17 5.75 145.37 1.02 12.78* Petai Parkia speciosa 10 250.00 4.29 0.10 3.45 444.86 3.12 10.86* Bungur Lagerstroemia speciosa 12 300.00 5.15 0.10 3.45 265.16 1.86 10.46* Jengkol Pithecelobium jiringa 6 150.00 2.58 0.10 3.45 603.99 4.24 10.26* Nangka Artocarpus integra Merr. 7 175.00 3.00 0.17 5.75 206.23 1.45 10.20*
Jalutung Dyera sp. 1 25.00 0.43 0.03 1.15 911.55 6.40 7.98 L, U Akasia Acacia auriculiformis 1 25.00 0.43 0.03 1.15 894.59 6.28 7.86 L, U Karet hias Hevea brasiliensis 1 25.00 0.43 0.03 1.15 861.15 6.05 7.62 L, U Pringgendani Bambusa multiplex 5 125.00 2.15 0.13 4.60 116.74 0.82 7.56
Jambu mede Anacardium occidentale L. 3 75.00 1.29 0.07 2.30 475.53 3.34 6.92 Rambutan Nephelium lanacum 4 100.00 1.72 0.07 2.30 358.88 2.52 6.53
Page 3-35
Keterangan: K : Kerapatan; KR : Kerapatan Relatif; F: Frekuensi; FR : Frekuensi Relatif; D : Dominansi; DR : Dominansi Relatif; INP : Indeks Nilai Penting; H’ : Indeks Shannon Wiener (Indeks Keanekaragaman); L : Langka; U : Unik
Lanjutan.…
Nama Lokal Nama Latin Σ Individu Kerapatan (ind/m2)
KR
(%) F
FR
(%) D DR (%) INP (%) H’ Ket Kelapa Cocos nucifera 1 25.00 0.43 0.03 1.15 688.62 4.83 6.41 L, U Pulai Alstonia scholaris 2 50.00 0.86 0.07 2.30 347.85 2.44 5.60
Flamboyan Delonix regia 1 25.00 0.43 0.03 1.15 535.35 3.76 5.34 L, U Jambu kopo Syzygium cymosum 5 125.00 2.15 0.07 2.30 103.15 0.72 5.17
Nangga berit Artocarpus chempeden 2 50.00 0.86 0.07 2.30 118.87 0.83 3.99
Lamtoro Leucaena sp. 1 25.00 0.43 0.03 1.15 121.1 0.85 2.43 L, U Jambu klutuk Psidium guajava L. 1 25.00 0.43 0.03 1.15 71.66 0.50 2.08 L, U
Page 3-36
Jenis-jenis yang mendominasi atau yang berperan dalam
komunitas di Hutan Kota Ranggawulung dan sekitarnya (nilai INP≥10%)
yaitu: Walet Inchi (Collocalia linchi), Bondol Jawa (Lonchura
leucogastroides), Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Cinenen
Pisang (Orthotomus sutorius), Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster),
dan Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis). Kondisi dominansi jenis yang
cukup banyak di Hutan Kota Ranggawulung, menyebabkan tingkat
keanekaragaman tumbuhan menurun. Keanekaragaman jenis pohon di
Hutan Kota Ranggawulung termasuk kategori diversitas tingkat sedang,
yaitu H’ = 2.69. Untuk itu perlu ditingkatkan pengamanan terhadap
keberadaan jenis-jenis burung tersebut, karena berpotensi ditangkap dan
diperdagangkan secara illegal.
Page 3-37
Tabel 3.20. Analisis Data Hewan di Hutan Kota Ranggawulung dan Sekitarnya
Nama Lokal Nama Latin Sum of Individu
Count of
Individu F FR K KR D INP H' Ket Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 1 1 0.33 0.83 0.005 0.465 0.1667 1.292 2.69
Diversitas Sedang
L, U Bubut Alang-alang Centropus bengalensis 3 2 0.67 1.65 0.014 1.395 0.6078 3.048 U Walet linchi Collocalia linchi 40 19 6.33 15.70 0.186 18.605 4.0392 34.307*
Cabai polos Dicaeum concolor 2 2 0.67 1.65 0.009 0.930 0.3333 2.583 U Cabai jawa Dicaeum trochileum 4 4 1.33 3.31 0.019 1.860 0.6275 5.166
Pergam hijau Ducula aenea 6 4 1.33 3.31 0.028 2.791 0.6275 6.097 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris 3 3 1.00 2.48 0.014 1.395 0.3137 3.875 Bondol jawa Lonchura leucogastroides 34 10 3.33 8.26 0.158 15.814 3.7549 24.078*
Bondol peking Lonchura punctulata 11 1 0.33 0.83 0.051 5.116 0.1471 5.943 U Burung Madu Sriganti Nectarinia jugularis 14 10 3.33 8.26 0.065 6.512 1.7843 14.776*
Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 5 5 1.67 4.13 0.023 2.326 0.7941 6.458 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 20 11 3.67 9.09 0.093 9.302 3.2059 18.393* Burung gereja erasia Passer montanus 4 3 1.00 2.48 0.019 1.860 0.5882 4.340
Pelanduk Pellorneum sp. 1 1 0.33 0.83 0.005 0.465 0.1667 1.292 L, U Prenjak jawa Prinia familiaris 1 1 0.33 0.83 0.005 0.465 0.1667 1.292 L, U Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 22 13 4.33 10.74 0.102 10.233 2.5392 20.976*
Page 3-38
Lanjutan…
Nama Lokal Nama Latin Sum of Individu
Count of
Individu F FR K KR D INP H' Ket Merbah belukar Pycnonotus plumosus 8 5 1.67 4.13 0.037 3.721 0.9216 7.853
Tekukur biasa Streptopelia chinensis 13 10 3.33 8.26 0.060 6.047 1.8039 14.311* Cekakak Sungai Todirhampus chloris 5 3 1.00 2.48 0.023 2.326 0.7745 4.805
Cekakak Suci Todirhampus sanctus 3 2 0.67 1.65 0.014 1.395 0.4412 3.048 U Gemak loreng Turnix susciator 6 4 1.33 3.31 0.028 2.791 0.9216 6.097
Kacamata biasa Zosterops palpebrosus 6 4 1.33 3.31 0.028 2.791 0.6471 6.097
Keterangan: K : Kerapatan; KR : Kerapatan Relatif; F: Frekuensi; FR : Frekuensi Relatif; D : Dominansi
Page 3-39
Selanjutnya, keanekaragaman spesies dan genetic dibedakan atas
jenis liar yang belum bernilai ekonomi atau belum diperdagangkan secara
eknomi pasar dan jenis liar yang sudah diketahui nilai ekonominya atau
sudah diperdagangkan secara ekonomi pasar.
a. Jenis liar yang belum bernilai ekonomi (belum diperdagangkan secara
ekonomi pasar).
Informasi jenis liar yang belum bernilai ekonomi yang ada di
Kelurahan/Desa Parung Kabupaten Subang meliputi jenis di daratan dan
perairan, baik untuk tumbuhan maupun satwa/hewan. Informasi yang
diberikan berupa nama ilmiah, persebaran geografis, status, status
perlindungan dan habitat.
1). Daratan
a). Tumbuhan
Informasi jenis tumbuhan liar yang belum bernilai ekonomi yang
ada di daratan wilayah Kelurahan/Desa Parung Kabupaten Subang
ditampilkan pada Tabel 3.21 dan Tabel 3.22 berikut ini:
Page 3-40
Tabel 3.21. Jenis Tumbuhan Daratan (Tumbuhan Bawah) yang Belum Bernilai Ekonomi
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 1 Anggrung Trema
orientalis
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua Barat
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan sampai ketinggian 2000 mdpl
pewarna alami
2 Bayam liar Amaranthus sp.
Amerika Selatan, Sumatera, Jawa, Papua, Asia Tenggara
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan Hujan Tropis makanan, obat
3 Bunga pukul 8 Turnera ulmifolia
Hindia barat Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan ketinggian 10-250 mdpl obat reumatik, pembengkakan prostat, gangguan disfungsi ereksi 4 Bungur Lagerstroemia speciosa
Puerto rico, Jawa, Sumatera
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan Hujan Tropis Pemanfaatan kayu 5 Gelapangan Eupatorium doratum Amerika serikat, puerto rico, florida,argentina, jawa
Page 3-41
Lanjutan…
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 6 Glodogan Polyalthia
longifolia
Amerika, jawa, sumatera
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan Hujan Tropis Kayu untuk bahan bangunan
7 Harendong bulu Clidemia hirta Amerika utara, Amerika selatan, Jawa
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan pada ketinggian 5-1350 mdpl
obat diare
8 Irengan Eupatorium sp. Amerika selatan, Sumatera, Jawa, Sri lanka, Thailand
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan, rawa, lahan basah, padang rumput
mencegah erosi lahan, peluruh air seni
9 Jahean Zingiber sp. Indonesia, Asia tenggara, India, Malaya, Cina
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan sampai ketinggian 900 mdpl
oba sakit kepala, masuk angin, batuk, rematik, kolera, keseleo, memar 10 Jambret Paederia scandens China, Jepang, Korea, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan sampai ketinggian 1500 mdpl
obat sakit lambung, sakit usus, rematik, sakit telinga, kurap 11 Jambu Klutuk Psidium
guajava
Ameika, Asia tenggara, indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan hujan tropis sampai ketinggian 1500 mdpl
obat diare, demam berdarah
Page 3-42
Lanjutan....
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 12 Jambu kopo Syzygium
littorale
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua Barat
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan hujan tropis Kayu untuk bahan bangunan
13 Kacangan Mucuna bracteata
Indonesia, Asia Tenggara
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataaran rendah sampai ketinggian 300 mdpl
pupuk hijau
14 Katuk Sauropus androgynus
Indonesia Introduksi Tidak Dilindungi Hutan sampai ketinggian 5-1300 mdpl
Zat pewarna makanan 15 Keladi Caladium sp. Asia, Indonesia Introduksi Tidak Dilindungi hutan dataran rendah Tanaman hias 16 Ketepeng Cassia alata Indonesia, Australia,
Afrika
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah obat panu, kurap, sembelit, cacingan 17 Lamtoro Leucaena leucocephala Guatemala, Salvador, Hondura, Asia tenggara, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl
kayu bakar, pakan ternak, sayuran 18 Mahoni Swietenia
macrophylla
Amerika selatan, India, Indonesia, Filipina, Sri Lanka
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan hujan
mencapai ketinggian 1500 mdpl
kayu sebagai bahan bangunan
Page 3-43
Lanjutan…
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 19 Melastoma Melastoma
affine
Asia Tenggara, Jawa, Sumatera dan
Lombok
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan Pegunungan pada ketinggian 1000-2500 mdpl
Tanaman hias,obat
20 Paku beunyer Athyrium dilatatum
Asia, Indonesia Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan makanan 21 Paku cakar ayam Selaginella sp. Sumatera, Jawa Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan
mencapai ketinggian 1500 mdpl
obat eksim, obat demam
22 Paku pedang Pteris sp. Sumatera, Jawa Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan tanaman hias 23 Paku sayur Athyrium
macrocarpum
Sumatera, Jawa Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan makanan 24 Pecut kuda Stachytarpheta
jamaicensis
Amerika, Asia Selatan, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan pada ketinggian 1-1500 mdpl
obat rematik, radang hepatitis, radang, batuk
25 Pulutan Urena lobata Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan mencapai ketinggian 1600 mdpl
obat demam, luka, sakit gigi, ramatik, radang usus
Page 3-44
Lanjutan...
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 26 Putri malu Mimosa pudica Asia Tenggara, India,
Afrika, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah pada ketinggian 1-1200 mdpl
obat penenang, peluruh dahag, peluruh kencing, obat batuk, anti radang
27 Rembet 2 Mikania micrantha
Asia, Australia, Amerika, Sumatera, Jawa
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah pakan ternak
28 Kentangan Borreria alata Asia, Indonesia Introduksi Tidak Dilindungi Hutan Dataran rendah
pakan ternak
29 Rumput Gajah Pennisetum purpureum
Afrika, Asia, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi lahan pertanian, hutan pegunungan mencapai ketinggian 900 mdpl
Page 3-45
Lanjutan...
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 30 Rumput luwakan Brachiaria
reptans
Afrika, Australia, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan pegunungan mencapai ketinggian 1200 mdpl
pakan ternak
31 Sansivera sp Sansivera sp. Amerika, Eropa Introduksi Tidak Dilindungi Hutan, dataran rendah
Tanaman hias 32 Serehan Piper aduncum Amerika utara,
Amerika selatan, Jawa
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan Hujan Tropis pada ketinggian 0-1200 mdpl
obat bisul dan obat luka
33 Sidagori Sida rhombifoli Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah ketinggian mencapai 1450 mdpl
obat asam urat
34 Bendotan Ageratum conyzoides
Afrika, Asia tenggara, Australia, Amerika serikat
Introduksi Tidak Dilindungi di sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan semak belukar
pereda demam, antitoksik, herbisida alami,
Page 3-46
Lanjutan...
No Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran
Geografis Status
Status
Perlindungan Habitat Keterangan 35 Talas Colocasia sp. Asia tenggara, asia
tengah bagian selatan, India Barat, Afrika Barat dan Utara
Introduksi Tidak Dilindungi Tanah basah, tanah beririgasi, dapat tumbuh dari pantai sampai ketinggian 1800 m dpl. D
Tanaman pangan
36 Tapak liman Elephantopus scaber
Asia, Indonesia (Sumatera, Jawa, Madura)
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah sampi ketinggian 1200 mdpl antibiotik, anti radang, peluruh dahak, penawar racun 37 Teh-tehan Acalypha siamensis Australia, Tiongkok, Afrika Selatan, dan beberapa Oceania
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan cemara kering, tumbuh di batu kapur 400 dpl.
pagar hidup, Mengobati demam dan penyakit renosis, penyembuh luka. 38 Teki Cyperus
flavidus
Asia, Indonesia (Sumatera, Jawa)
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataaran rendah sampai ketinggian 2100 mdpl
Page 3-47
Lanjutan…
39 Temu kunci Zingiber sp. Yunnan, Indonesia, India, Srilanka
introduksi Tidak Dilindungi di Hutan dengan ketinggian 1000m
Obat sariawan dan sukar kencing atau perut kembung pada anak
40 Timunan Cucurbita sp. Asia Selatan, Asia Tenggara, Indonesia
Introduksi Tidak Dilindungi Hutan dataran rendah pakan ternak 41 Tutup merah Macaranga
tanarius Australia, Brunei, China, Indonesia, Japan, Laos, Malaysia, Myanmar, Pilipina, Taiwan.
Introduksi Tidak Dilindungi di lembah terganggu 0-220m, didekat permukaan laut > 4.400
bahan obat
42 Tutup putih Malothus molccanus
Asia,Indonesia Introduksi Tidak Dilindungi hutan dataran rendah pakan ternak 43 Laban Vitex pubescens Bangladesh, Cambodia, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, Guatemala.
Introduksi tidak dilindungi Hutan dataran rendah terutama di habitat terbuka, hutan sekunder dan tepi sungai.
Page 3-48
Tabel 3.22. Jenis Tumbuhan Daratan (Pohon) yang Belum Bernilai Ekonomi
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran Geografi Status Status
Perlindungan Habitat Nilai Ekonomi 1 Akasia Acacia
auriculiformis
Kepulauan Kei, Papua Nugini dan Australia Utara
Introduksi Dilindungi Dapat tumbuh di tempat-tempat dengan ketinggian 600 mdpl
Digunakan sebagai tanaman penghijauan di Indonesia, sebagai kayu bakar
2 Angsana Pterocarpus indicus
Sumatera, Jawa, Maluku, Ternate, Filipina,
Thailand, Laos, Burma
Terancam Dilindungi Tumbuh dan tersebar di hutan-hutan hingga
ketinggian 500 mdpl, di rawa pantai, di sepanjang aliran sungai pasang surut
Digunakan sebagai obat sakit gigi (getahnya), daun untuk obat sakit panas
3 Jalutung Dyera sp. Indomalaya, Afrika Selatan, Madagaskar, Australia Utara, Amerika
Intoduksi - Di kawasan tropis, hutan hujan tropis,
Getah untuk bahan baku permen karet
4 Bungur Lagerstroemia speciosa
India, Burma, Sri Langka, malaya, Cina Selatan dan Australia bagian utara
Introduksi Dilindungi Pada ketinggian 800 mdpl, di hutan campuran, hutan sekunder, dan sepanjang tepi sungai
Digunakan sebagai tanaman hias jalanan, bahan pembuat perahu, kulit kayu digunakan sebagai obat
Page 3-49
Lanjutan….
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran Geografi Status Status
Perlindungan Habitat Nilai Ekonomi 5 Drewak Microcos
paniculata
Cina, Asia Timur, Asia Selatan
Berlimpah - Tropis Kayu untuk bahan bangunan, daunnya untuk herbal 6 Flamboyan Delonix regia India, Vietnam,
Guatemala, Amerika Serikat, Australia
Terancam Dilindungi Sebagian besar tersebar di wilayah tropis dan subtropis
Kayu digunakan sebagai bahan bakar, bunga untuk produksi pakan lebah 7 Gempol, Jengkol Pithecellobium jiringa Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara sampai Irian jaya
Introduksi Tidak dilindungi
Dapat tumbuh di hutan primer, di belukar, dan di perkebunan gula
Digunakan untuk konstruksi ringan, bahan bangunan, bahan pembuat perahu, pulp dan kertas
8 Jambu kopo Syzygium cymosum
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua Barat
Asli Tidak dilindungi
Tumbuh di hutan hujan tropis
Daun muda untuk lalapan, buahnya bisa dimakan
9 Kaliandra Calliandra haematocephala
Negara asal tidak diketahui
Introduksi Tidak dilindungi
Di jawa dapat dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 5-1200 m, tahan terhadap sinar matahari
Digunakan sebagai tanaman hias,
Page 3-50
Lanjutan…
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Persebaran Geografi Status Status
Perlindungan Habitat Nilai Ekonomi 10 Kareumbi Homalanthus
populneus
Muangthai, Filipina, Malaysia, Indonesia (kecuali Irian dan Papua Nugini), sampai
Kepulauan Bismark
Introduksi Tidak dilindungi
Dapat tumbuh di hutan tebangan, hutan sekunder dan hutan pinggir sungai, di dataran rendah sampai ± 2000 mdpl
Digunakan sebagai kayu bakar, pepagan (kulit kayu) nya digunakan sebagai zat pewarna hitam, daun sebagai obat demam 11 Kayuputih Melaleuca cajupati Australia Utara (Queensland, Northern Territory), Australia Barat, Asia, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam
Introduksi Dilindungi Ditemukan di daerah pesisir tropis lembab panas, dataran rendah pesisir rawa
Digunakan sebagai bahan dasar minyak kayu putih
12 Lamtoro Leucaena sp. Guatemala, Salvador, Hondura, Asia Tenggara, Indonesia
Introduksi Tidak dilindungi
Tumbuh baik di daerah dengan ketinggian 800 mdpl, di hutan campuran, hutan sekunder, hutan jati dan sepanjang tepi sungai
Biji untuk sayuran, daun untuk pakan ternak