• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. anak perlu mendapatkan kesejahteraan dalam pemenuhan hak haknya 1. yang harus diberikan untuk anak, antara lain:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. anak perlu mendapatkan kesejahteraan dalam pemenuhan hak haknya 1. yang harus diberikan untuk anak, antara lain:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat,

dan hak – hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi, maka anak –

anak perlu mendapatkan kesejahteraan dalam pemenuhan hak – haknya1.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah,

dan negara2. Berdasarkan Konvensi PBB Tahun 1989, ada 10 hak anak

yang harus diberikan untuk anak, antara lain:

a. Hak untuk bermain

b. Hak untuk mendapatkan pendidikan

c. Hak untuk mendapatkan perlindungan

d. Hak untuk mendapatkan nama (identitas)

e. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan

f. Hak untuk mendapatkan makanan

g. Hak untuk mendapatkan akses kesehatan

h. Hak untuk mendapatkan rekreasi

i. Hak untuk mendapatkan kesamaan

1

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2009 tentang Kartu Insentif Anak. 2

(2)

j. Hak untuk mendapatkan peran dalam pembangunan

Pemenuhan hak anak merupakan suatu upaya dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan anak yang merupakan suatu tata kehidupan dan

penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan

perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun

sosial. Pemenuhan hak anak seharusnya menjadi isu yang perlu

diperhatikan oleh setiap negara menginggat pertumbuhan dan

perkembangan anak akan mempengaruhi proses pembangunan sebuah

negara. Anak memiliki peran strategis dalam menjamin keberlangsungan

sebuah negara, maka anak perlu mendapatkan kesempatan seluas –

luasnya untuk tumbuh secara optimal.

Di Indonesia, pemerintah telah membuat berbagai regulasi yang dibentuk dalam rangka menjamin pemenuhan hak anak, antara lain: UU Nomer: 4 Tahun 1997 tentang Kesejahteraan Anak, UU Nomer: 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dan Keppres Nomer: 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Regulasi – regulasi tersebut

sejalan dengan Konvensi Hak – Hak Anak (Convention On The Rights of

The Child) untuk memberikan perlindungan terhadap anak dan menegakkan hak - hak anak di seluruh dunia. Setiap regulasi tersebut wajib untuk ditaati dan dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia. Selain itu, regulasi yang telah terbentuk dapat dijadikan pedoman dalam merumuskan sebuah program yang berorientasi pada perlindungan dan kesejahteraan anak.

(3)

Dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak anak, Kemendagri telah membuat Rencana Strategis 2011 Semua Anak Indonesia Tercatat Kelahirannya. Pada Rencana Strategis 2011 disebutkan bahwa penerbitan Kartu Tanda Anak sebagai entry point instrumen penerapan insentif. Penerbitan Kartu Tanda Anak diharapkan dapat mendorong para orang tua untuk lebih berpartisipasi dalam pencatatan kelahiran. Semakin banyak anak yang tidak tercatat kelahirannya dalam akte kelahiran, maka anak makin tidak terlindungi keberadaanya. Beberapa permasalahan anak terjadi karena berpangkal pada manipulas identitas anak. Jika identitas anak semakin tidak jelas, maka anak akan semakin mudah menjadi korban perdagangan, tenaga kerja, dan kekerasan. Dengan demikian, pembuatan RENSTRA 2011 Semua Anak Tercatat Kelahirannya sebagai usaha pemerintah dalam rangka pemenuhan hak anak dan perlindungan terhadap anak.

Pemerintah Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang telah mencanangkan Kartu Indentitas Anak yang lebih dikenal sebagai Kartu Insentif Anak. Penerbitan Kartu Insentif Anak sebagai bentuk solusi bagi anak-anak untuk mendapatkan pelayanan publik terbaik sesuai dengan yang dimandatkan oleh norma internasional (konvensi Hak Anak PBB) dan Nasional (UU No 23 tahun 2002 tentang Pelindungan Anak). Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menjamin kehidupan dan perkembangan anak secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial. Penerbitan Kartu Insentif Anak merupakan usaha pemerintah kota

(4)

Surakarta dalam mewujudkan kesejahteraan anak melalui pemenuhan hak – hak anak. Pembentukan Kartu Insentif Anak didasari dengan penunjukkan Kota Surakarta sebagai pilot project Kota Layak Anak. Pelaksanaan Program Kartu Insentif Anak mendasarkan pada Peraturan Wali Kota Surakarta Nomor : 21 Tahun 2009 tentang Kartu Insentif Anak. Penerapan Kartu Insentif Anak diintegrasikan dengan pelayanan penerbitan akta kelahiran anak oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Pengintegrasian dilakukan karena kurangnya kesadaran masyarakat kota Surakarta dalam mengurus akte kelahiran dan juga mendasarkan pada RENSTRA 2011 bahwa program Kartu Insentif Anak termasuk dalam program pendukung RENSTRA.

Kartu Insentif Anak merupakan sebuah kartu yang diberikan kepada anak-anak di Surakarta yang berumur 0 - 18 tahun dengan bentuk seperti KTP3. Pemanfaatan KIA yaitu dalam rangka memberikan fasilitas kepada anak berupa keringanan pembayaran terhadap beberapa fasilitas yang disediakan oleh pihak kedua yaitu mitra kerja pendukung program Kartu Insentif Anak. Dalam rangka pelaksanaan program KIA, Pemkot Surakarta telah menggandeng beberapa toko – toko di Surakarta untuk ikut serta dalam menyukseskan program Kartu Insentif Anak. Pemerintah Kota Surakarta telah menandatangani perikatan perjanjian/ Memorandum of Understanding (MoU) dengan 51 stakeholder KIA yang dapat diklasifikasikan dalam enam bidang, antara lain: pendidikan, kesehatan,

3http://inovasi.lan.go.id/index.php?r=inovasi/read&id=127

diakses pada tanggal 28 februari 2015, pukul 13:14 WIB

(5)

olah raga, boga, busana, dan wisata. Stakeholder yang merupakan mitra kerja pendukung program Kartu Insentif Anak berperan sebagai penyedia insentif berupa diskon atas fasilitas – fasilitas yang telah disediakan. Dengan demikian, penerbitan Kartu Insentif Anak merupakan suatu langkah yang nyata untuk memberikan pelayanan kepada anak untuk mengakses fassilitas – fasilitas secara luas di berbagai bidang.

Program inovatif yang telah dilaksanakan sejak tahun 2009 mendapat apresisasi yang positif dari tingkat nasional dan internasional. Pada tingkat nasional, program Kartu Insentif Anak menjadi nomine layanan publik terbaik di Indonesia. Sedangkan, pada tingkat internasional program Kartu Insentif Anak menjadi nomine United Nations Public Service Awards (USPSA) tahun 2014. Program Kartu Insentif Anak menjadi nomine pelayanan publik terbaik karena memenuhi unsur inovasi, orisinal, dan mampu diintegrasikan dengan sistem administrasi kependudukan nasional. Pembuatan KIA mensyaratkan agar anak memiliki akte kelahiran dan juga kartu keluarga. Dengan demikian, secara tidak langsung program Kartu Insentif Anak merupakan strategi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk taat pada administrasi kependudukan. Kartu Insentif Anak juga menjadi percontohan bagi pemerintah daerah lain di Indonesia sebagai alternatif perwujudan konsep Kota Layak Anak.

Program Kartu Insentif Anak merupakan sebuah kebijakan yang sifatnya memberikan insentif kepada anak, berupa potongan harga yang

(6)

dapat digunakan diberbagai mitra kerja pendukung KIA. Namun, program yang dilaksanakan sejak tahun 2009 masih terdapat berbagai masalah dalam pelaksanannya. Program Kartu Insentif Anak diharapkan dapat diterima oleh seluruh masyarakat kota Surakarta terutama bagi orang tua anak. Adapun permasalahan dari pelaksanaan program Kartu Insentif Anak yakni terkait dengan respon masyarakat yang rendah. Pada kasus ini, respon masyarakat terhadap program Kartu Insentif Anak dapat dilihat dari dua aspek yakni aspek jumlah pemegang Kartu Insentif Anak dan aspek pemanfaatan Kartu Insentif Anak.

Implementasi dari program KIA telah dimulai tahun 2009, tetapi jumlah pemegang KIA dapat dikatakan masih rendah. Kartu yang dimaksudkan untuk memberikan fasilitas pemenuhan kebutuhan anak ternyata kurang diminati oleh masyarakat kota Surakarta. Selama hampir tujuh tahun berjalan belum banyak anak di Kota Surakarta yang memiliki Kartu Insentif Anak. Berdasarkan keterangan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta (Dispendukcapil), masih banyak anak di Kota Surakarta yang belum terdaftar sebagai pemegang Kartu Insentif Anak. Dari total jumlah sebanyak 155.653 anak di kota Solo, baru sekitar 31,67 % atau 49.300 anak yang memiliki KIA. Selebihnya, sebanyak 106.353 anak masih belum terdaftar sebagai pemegang Kartu Insentif Anak. Presentase anak yang belum mendaftar KIA yaitu sebesar 68,33%.

Angka tersebut mengisyaratkan respon masyarakat kota Surakarta dalam

(7)

Pada aspek pemanfaatan Kartu Insentif Anak, masalah yang

muncul yakni pemanfaatan KIA oleh pemegang Kartu Insentif Anak yang

kurang optimal. Teknis dari Kartu Insentif Anak adalah pemberian

potongan harga pada anak – anak saat berbelanja di mitra kerja KIA.

Diskon yang disediakan oleh mitra kerja KIA berkisar antara 5 % - 50%

untuk beberapa fasilitas barang / jasa tertentu. Namun, pemanfaatan

diskon yang disediakan belum secara maksimal digunakan oleh pemegang

KIA yang notabene adalah anak-anak dibawah 18 tahun. Sebagai contoh,

seperti yang diungkapkan oleh salah satu petugas loket penjualan tiket masuk Taman Satwa Taru Jurug, dimana TSTJ merupakan salah satu mitra kerja KIA 4:

“Pengunjung nyaris nggak ada yang memanfaatkan KIA. Hla diskonnya hanya Rp1.000. Sementara untuk parkir saja Rp2.000.” ujar Trini Utari, petugas jaga loket penjualan tiket masuk Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) saat berbincang dengan koran O, Senin (14/4).

Senada dengan kutipan tersebut, wali kota Surakarta juga menyatakan hal serupa yang termuat di surat kabar merdeka, bahwa ada satu mitra kerja KIA yang belum terjamah sama sekali oleh pemegang Kartu Insentif Anak. Ada 51 mitra kerja pendukung Kartu Insentif Anak yang telah

menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan

pemerintah dan diharapkan seluruh anak dapat memanfaatkan diskon yang disediakan di seluruh mitra kerja Kartu Insentif Anak.

4

(8)

Pemerintah telah berupaya untuk memberikan diskon yang dapat

meringankan pembayaran saat anak berbelanja di mitra kerja KIA. Namun,

minta masyarakat untuk mendaftarkan anaknya sebagai pemegang KIA

masih rendah. Walaupun diskon yang diberikan cukup bervariasi dan

jumlah mitra kerja semakin banyak tetapi masih ada beberapa warga yang

mengeluhkan dengan adanya program KIA. Seorang warga Kedunglumbu,

Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Safrudin Harahap, mengungkapkan manfaat KIA kurang signifikan bagi anaknya yang masih berusia tujuh tahun5:

”Soalnya kalau ingin memanfaatkan KIA untuk membeli buku harus di toko buku tertentu. Itu pun potongannya cuma 10%. Lebih baik membeli buku di kios buku Sriwedari. Potongannya sampai 40%,” ujar Safrudin, saat ditemui Koran O,

Hal serupa juga disampaikan oleh warga kelurahan pucang sawit yang mengeluhkan dengan adanya program Kartu Insentif Anak yang dimuat di Soloraya bahwa :

“Tempat mitra kerjanya juga jauh-jauh dan itu kebanyakan toko besar, seperti Gamedia, Pusat Buku Sekawan, Solo Optik, dan lainnya,” kata dia saat ditemui solopos.com di rumahnya, Jumat (14/8/2015).

Program Kartu Insentif Anak tidak bersifat paksaan melainkan sifatnya anjuran. Meskipun para orang tua tidak mengindahkan program ini tidak akan mendapatkan sanksi hukum. Namun, diharapkan masyarakat

5

http://www.koran-o.com/2014/utama-2/kartu-insentif-anak-dianggap-program-iseng-iseng-54120 diakses pada tanggal 28 februari 2015, pukul 13:10 WIB

(9)

juga ikut berperan dalam menyukseskan program Kartu Insentif Anak sebagai bentuk partisipasi terhadap pembangunan. Program Kartu Insentif Anak sebaiknya memiliki kekuatan yang mampu mendorong dan menggerakkan partisipasi masyarakat terhadap program Kartu Insentif Anak. Dengan demikian, manfaat dari Kartu Insentif Anak dapat dirasakan oleh seluruh anak di Kota Surakarta.

Program Kartu Insentif Anak (KIA) di Kota Surakarta mendapatkan pengakuan dalam program United Nations Public Service Award (UNPSA) pada tahun 2014. Program yang bertujuan memberikan bantuan fasilitas pemenuhan kebutuhan anak diberbagai bidang ini ternyata tidak sebagus idealisasinya yang mendapatkan berbagai apresiasi positif dan menjadi percontohan. Program yang sifatnya memberikan insentif berupa diskon ternyata kurang diminati oleh masyarakat kota Surakarta yang dapat dilihat dari jumlah pemegang KIA yang hanya

mencapai 31,67 % dari jumlah total anak di kota Surakarta. Selain itu, dari

aspek pemanfaatan KIA oleh pemegang KIA juga masih rendah. Ada

beberapa mitra kerja KIA yang menyatakan kalau pengunjung kurang

memanfaatan diskon yang disediakan oleh KIA. Keadaan tersebut

menggambarkan respon masyarakat terhadap program KIA masih rendah.

Mendasarkan pada permasalahan tersebut maka akan diteliti terkait dengan

respon masyarakat terhadap program Kartu Insentif Anak.Apabila dilihat

secara idealisasinya program ini sudah baik tetapi dari realisasi dari

(10)

ini diidentifikasikan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya

respon masyarakat terhadap program Kartu Insentif Anak di Kota

Surakarta.

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Porgram Kartu Insentif Anak merupakan kartu yang diterbitkan oleh dispendukcapil kota Surakarta untuk anak – anak di Kota Surakarta. Pemanfaatan KIA sebagai kartu identitas dan kartu diskon. Pemegang KIA akan memperoleh diskon berkisar antara 5% -50% untuk fasilitas-fasilitas tertentu yang disediakan oleh mitra kerja KIA. Sampai saat ini ada 51 mitra kerja KIA yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, wisata, boga & busana, dan olahraga. Sasaran program kartu insentif anak adalah yaitu anak yang berdomisili di Kota Surakarta, berusia dibawah 18 ( delapan belas ) tahun dan atau belum menikah. Program Kartu Insentif Anak telah mendapatkan aspresiasi positif di lingkup nasional maupun di lingkup internasional. Walaupun mendapatkan berbagai apresiasi positif tetapi tidak menjamin keberhasilan dalam realisasinya. Selama hampir tujuh tahun berjalan, program Kartu Insentif Anak ini kurang dimintai oleh masyarakat kota Surakarta. Respon masyarakat terhadap program KIA masih rendah. Berdasarkan laporan dari berbagai sumber baik dari Dispendukcapil maupun berita dimedia cetak, dikatakan pemegang Kartu Insentif Anak belum mencapai 50 persen dari total anak di Kota

(11)

Surakarta. Dari total jumlah sebanyak 155,653 anak di Solo baru sekitar 31,67% atau 49.300 anak yang menjadi pemegang KIA. Pada aspek pemanfaatan KIA masih sangat minim dan ada pula mitra kerja KIA yang belum terjamah sama sekali oleh pemegang KIA. Konsep program KIA memanglah baik dengan memberikan keringanan untuk pemenuhan kebutuhan anak tetapi minat maupun respon masyarakat terhadap KIA masih sangat rendah. Mendasarkan pada permasalahan tersebut, pada penelitian ini dirumuskan pertanyaan mengapa respon masyarakat terhadap pelaksanaan program Kartu Insentif Anak rendah. Penelitian ini juga mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi rendahnya respon masyarakat terhadap pelaksanaan program Kartu Insentif Anak.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah terkait dengan program Kartu Insentif Anak, yaitu:

“Mengapa respon masyarakat terhadap pelaksanaan program Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta rendah?” C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian “ Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta” antara lain:

1. Untuk menjelaskan respon masyarakat terhadap program KIA

2. Untuk mengidentifikasikan faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya respon masyarakat terhadap KIA

(12)

3. Untuk memberikan masukan dan rekomendasi bagi pelaksanaan program KIA

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Peneliti :

Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran, serta sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1 jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM.

2. Bagi Masyarakat :

Hasil penelitian bisa memberikan informasi terkait dengan adanya program Kartu Insentif Anak.

3. Bagi Pemerintah :

Hasil Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk

memperbaiki program Kartu Insentif Anak serta

memperbaiki kinerja dalam proses implementasi program KIA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan terhadap terhadap intensitas penyakit terlihat bahwa cara aplikasi bahan penginduksi melalui perendaman benih menunjukkan intensitas penyakit yang

keterampilannya juga dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa dimana 93,7% mahasiswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa penilaian diri sendiri

Dalam memperhitungkan unsur-unsur ke dalam produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.Full costing merupakan metode pententuan (HPP)

Kualifikasi dari anggota Tim Pengabdian kepada Masyarakat meliputi: (1) Memiliki pengalaman dalam penguasaan biofermentasi limbah (2) memiliki pengalaman dalam

Informasi kepada dosen mata kuliah fisika terapan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pokok bahasan gerak rotasi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moss dan Kagen (dalam Calhoun dan Acocella, 1990) juga mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki individu

Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah jo Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Dearah

Dalam karya seni rupa unsur-unsur tersebut disusun menjadi desain atau komposisi berdasarkan prinsip-prinsip seperti proporsi, keseimbangan, kesatuan, variasi,