• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Ternak Kambing. merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia. Semua ternak kambing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Ternak Kambing. merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia. Semua ternak kambing"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Ternak Kambing

Ternak kambing pertama kali dijinakkan sejak jaman prasejarah. Ternak kambing merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia. Semua ternak kambing adalah binatang pegunungan yang hidup di lereng-lereng bukit sampai lereng yang curam (WilliamsondanPayne, 1978)

Ternak kambing pertama kali dipelihara didaerah pegunungan Asia Barat pada kurun waktu 8.000-7.000 SM. Jadi, sebagai ternak kambing lebih tua dari pada sapi. Diduga kambing yang dipelihara saat ini (Capra aegagrus hircus) berasal dari keturunan tiga macam kambing liar yaitu Benzoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan Markhor goat atau kambing Markhor (Capra falconeri). Persilangan yang terjadi antara ketiga jenis kambing tersebut menghasilkan keturunan yang subur (MulyonodanSarwono, 2004).

Kambing merupakan ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat luas, karena memiliki sifat yang menguntungkan bagi pemeliharaannya seperti, ternak kambing mudah berkembang biak, tidak memerlukan modal yang besar dan tempat yang luas, dapat digunakan memanfaatkan tanah yang kosong dan membantu menyuburkan tanah, serta dapat dibuat sebagai tabungan (SasroamidjojodanSoeradji, 1978).

Kambing kacang

Kambing kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik, mempunyai bulu yang relatif tipis dan bulu yang relatif kasar dan hewan jantannya memiliki bulu surai yang panjang dan kasar. Kegunaan umum dari kambing kacang ialah sebagai ternak penghasil daging (Davendra danBurns, 1994)

(2)

Kelebihan kambing kacang adalah mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Namun kambing kacang memiliki ukuran tubah relatif kecil dan laju pertumbuhan bobot badannya relatif rendah. Disamping itu kambing kacang merupakan kambing yang mempunyai galur prolifikasi sedang (Supryatiet al.,2001)

Kambing Boer

Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal dari India dan Timur dekat. Kambing ini tahan hidup di padang penggembalaan yang kering di daerah tropik dan sub-tropik asal tidak lembab. Kambing boer yang dimuliakan adalah yang berwarna putih dengan bercak-bercak merah dan dengan makanan yang baik merupakan pedaging yang istimewa (Mason, 2002)

Mulai tahun 1920-an, banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kambing boer memalui pemuliabiakan terseleksi untuk produksi daging. Pola warna yang disukai adalah kepala dan leher berwarna coklat dengan badan serta kaki berwarna putih dan kulit berpigmen pada bagian tubuh yang terpapar sebagai pelindung sengatan matahari. Tanduk menonjol dengan baik, telinga lebar dan menggantung. Kambing boer memiliki angka reproduksi tinggi yaitu 7% kembar tiga, 50% kembar dua dan menghasilkan susu dan kulit yang bermanfaat cukup baik (DavendradanBurns, 1994). Persilangan Kacang X Boer (Boerka)

Hasil pengamatan pada generasi pertama (F1) persilangan kambing kacang dengan boer menunjukkan terjadi peningkatan yang nyata pada beberapa tolak ukur produktivitas. Rataan bobot sapih (umur 90 hari) kambing persilangan ini mencapai 16.22 kg lebih tinggi dibandingkan dengan kambing kacang sebesar 9.82 kg, sedangkan

(3)

bobot badan umur 1 tahun mencapai 70-90% lebih tinggi dibandingkan kambing kacang. Pengamatan pada generasi kedua (F2) persilangan kambing kacang dengan boer secara konsisten lebih tinggi dibandingkan kambing kacang (Elieseret al., 2003)

Pertumbuhan Ternak Kambing

Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. (Tomaszewskaet al., 1993)

Menurut Anggorodi (1990) pertumbuhan murni mencakup dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pada umumnya pertumbuhan pada ternak mamalia dapat dibagi dalam dua periode utama yakni prenatal dan postnatal.

Dalam masa pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu adanya kenaikan bobot badan atau komponen tubuh sampai mencapai ukuran dewasa yang disebut pertumbuhan dan adanya perubahan bentuk konformasi disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan jaringan atau bagian tubuh yang berbeda dengan proses perkembangan, proses penggemukan termasuk ke dalam perkembangan (Hammond etal.,1976).

Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Siregar (1994) mengatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan

(4)

baik dari segi kualitas dan kuantitas karkas kambing dengan perbandingan 2030% : 70 -80%. Ternak tidak akan mampu berproduksi secara optimal, apabila tidak memperoleh lingkungan yang optimal walaupun fungsi genetik cukup tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Kualitas bahan makanan dipengaruhi oleh komposisi zat makanan serta penggunaannya oleh ternak. Menurut Sumoprastowo (1980) bahwa rata-rata berat lahir kambing lokal sebesar 1-2 kg, dan laju pertambahan berat badan ternak kambing lokal adalah sebesar 43 gram/ekor/hari.

Kekurangan zat makanan memperlambat puncak pertumbuhan urat daging dan memperlambat laju penimbunan lemak, sedangkan makanan yang sempurna mempercepat terjadinya laju puncak dari keduanya (Anggorodi, 1990). Menurut Tillman et al.(1991) pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan berat badannya.

Pertumbuhan biasanya mulai perlahan - lahan kemudian berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan - lahan lagi atau sama sekali terhenti. Pola seperti ini menghasilkan kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid (S). Tahap cepat pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Anggorodi, 1990).

(5)

Pertumbuhan Boerka-1 (50B;50K) 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 bl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 umur pengamatan bo bo t b ad an (k g) Boerka-1

Gambar 1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan Kambing Boerka Pencernaan Pada Ruminansa

Pencernaan adalah rangkaian proses yang terjadi dalam alat pencernaan sampai memungkinkan terjadi penyerapan Maynard dan Loosly (1969). Ternak ruminansia mampu memanfaatkan pakan berkadar serat kasar tinggi sebagai sumber nutrien untuk produksinya Ini disebabkan karena ternak ruminansia memiliki mikroba rumen yang dapat merombak bahan makanan yang berkadar serat kasar tinggi menjadi lebih sederhana Parakkasi (1995). Bahan makanan yang defisiensi akan zat-zat makanan esensial kecernaannya akan lebih rendah dibanding dengan zat-zat makanan seimbang. Salah satu hal yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan adalah: kemampuan pakan untuk dapat dipergunakan oleh mikroba rumen dan suhu lingkungan

(MaynarddanLoosly, 1969).

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi makanan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus.

(6)

Pencernaan secara enzimatik dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan yang berupa getah-getah pencernaan. Mikroorganisme (bakteri dan protozoa) hidup dalam beberapa bagian dalam saluran pencernaan dan yang penting dalam proses pencernaan ruminansia. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel mikroorganisme. Tempat utama pencernaan mikrobia ini adalah retikulum sampai rumen pada ruminansia (Tillmanet al., 1986).

Pakan Ternak Kambing

Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan, kondisi tubuh dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya (Tomaszewskaet al., 1993).

Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus-menerus dan sesuai dengan standart gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998)

Untuk memperoleh pertumbuhan ternak kambing yang baik sangatlah perlu diperhatikan kandungan zat-zat makanan yang dikandung oleh pakan. Bahan pakan harus mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin-vitamin, serta air yang dibutuhkan ternak. Kebutuhan zat-zat makanan untuk kambing dapat dilihat pada Tabel 1.

Untuk memperoleh pertumbuhan optimum perlu diperhatikan zat-zat makanan yang diperlukan oleh seekor ternak (Anggorodi, 1979), yang disesuaikan dengan tujuan

(7)

produksi dari ternak tersebut. Untuk memenuhi kekurangan zat makanan yang diperoleh kambing dari hijauan, maka dapat diberikan makanan penguat (konsentrat) dengan jumlah 200-300 g perhari dengan kandungan protein kasarnya 13-14% yang dapat meningkatkan pertambahan berat badan kambing (Speddy, 1980).

Tabel 1. Kebutuhan ternak kambing akan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk setiap hari.

Body Feed Energi Crude Protein Vit A Vit D

Weight TDN DE ME NE TP DP Ca P (1000 (1000

(kg) (g) (Mcal) (Mcal) (Mcal) (g) (g) (g) (g) IU) IU)

10 199 0.87 0.71 0.40 27 19 1 0.7 0.5 108 20 334 1.47 1.20 0.68 46 32 2 1.4 0.9 180 30 452 1.99 1.62 0.92 62 43 2 1.4 1.2 243 40 560 2.47 2.02 1.14 77 54 3 2.1 1.5 303 50 662 2.92 2.38 1.34 91 63 4 2.8 1.8 357 60 760 3.35 2.73 1.54 105 73 4 2.8 2.0 408 70 852 3.76 3.07 1.73 118 82 5 3.5 2.3 462 80 942 4.16 3.39 1.91 130 90 5 3.5 2.6 510 90 1030 4.54 3.70 2.09 142 99 6 4.2 2.8 555 100 1114 4.91 4.01 2.26 153 107 6 4.2 3.0 600 Sumber : NRC, (1981)

Ternak ruminansia harus mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot badannya setiap hari dan konsentratnya sekitar 1.5 – 2 % dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan dan sejenisnya terutama rumput dan dari berbagai jenis spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Pilliang, 1997).

Ransum ternak ruminansia umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat, pemberian ransum berupa kombinasi dari kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi. Namun bisa juga ransum terdiri dari hijauan, maka biaya relatif lebih murah tetapi produksi yang tinggi sulit dicapai. Sedangkan pemberian ransum yang

(8)

hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransum lebih mahal dan kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan (Siregar, 1994).

Parameter Penelitian Konsumsi pakan

Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara adlibitum. Konsumsi adalah faktor essensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : faktor hewan yaitu: bobot badan, umur dan kondisi, stress yang diakibatkan oleh lingkungan: makanan yaitu sifat fisik dan komposisi kimia makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan yang selanjutnya mempengaruhi konsumsi (Parakkasi,1995).

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan palatabilitas. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak ( bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Menurut Departemen Pertanian (2002) yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas. Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga relatif sama (Parakkasi, 1995)

(9)

Pada penelitian yang dilakukan Sianipar et al. (2007) yang menggunakan pakan silase kulit buah kakao pada kambing sedang tumbuh diperoleh rataan konsumsi pakan sebesar 452.25 g/ekor/hari.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan dapat dikatakan pertumbuhan dimana merupakan suatu penomena universal yang sangat kompleks, mulai dari fertilisasi, pembelahan, perbanyakan sel serta differensiasi sel-sel (Maynardet al., 1979). Selanjutnya dinyatakan bahwa pertumbuhan murni yaitu menyangkut pertumbuhan jaringan dalam otot dan tulang serta organ-organ tubuh. Tillman et al. (1983) mengemukakan bahwa umumnya pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikkan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan petambahan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (tiap sepuluh hari, tiap bulan).

Pada penelitian Sianipar et al.(2007) yang menggunakan pakan silase kulit buah kakao pada kambing sedang tumbuh diperoleh rataan pertambahan bobot badan sebesar 61.55 g/ekor/hari.

Konversi pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik karena pakan yang digunakan akan semakin sedikit dan nantinya akan menghemat biaya (Anggorodi, 1979).

(10)

Faktor yang mempengaruhi konversi ransum yaitu lingkungan (suhu, penyakit, makanan dan minuman), kemampuan genetik, nilai gizi ransum dan tingkat energi ransum (Neshumet al., 1979).

Konversi ransum diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi ransum khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi ransumnya (Martawidjayaet al., 1999).

Pada penelitian yang dilakukan Sianipar et al. (2007) yang menggunakan pakan silase kulit buah kakao pada kambing sedang tumbuh diperoleh rataan konversi pakan sebesar 7.35.

Tape Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Ternak Kambing

Kakao merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususya sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber pendapatan dan devisa Negara. Disamping itu kakao juga mendorong pengembangan agroindustri.

Seiring dengan usulan Menteri Muda Urusan peningkatan Produksi Tanaman Keras (Ir. Hasjrul Harahap) dan keputusan Presiden R.I. Nomor 041/B/Tahun 1987 tanggal 3 April 1987, perkembangan perkebunan kakao terus meningkat (Sunanto, 1992). Perkembangan areal dan produksi perkebunan kakao di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

(11)

Tabel 2. Perkembangan areal dan produksi perkebunan kakao di Indonesia

Tahun Areal (ha) Produksi (ton)

PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah 1970 5156 5722 1232 12110 487 1061 190 1738 1975 5733 10453 1312 17498 801 3074 46 3921 1980 13125 18636 5321 37082 1058 8410 816 10284 1985 51765 29198 11834 92797 8997 20512 4289 33798 1990 252237 57600 47653 357490 97418 27016 17913 142347 1995 428614 66021 107484 602119 231992 40933 31941 340866 2000 641133 51590 56094 749917 363628 34790 22724 4211422 2001 710044 55291* 56114 821499 476924 33905 25975 536804 2002 798628 54815 60608 914051 511379 34083 25693 571155 2003* 801332 54815 61487 917634 512251 34310 26079 572640

Sumber : Goenadiet al., 2005

Keterangan : *Data sementara

PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta

Buah kakao yang terdiri dari 74% kulit buah, 2% plasenta dan 24% biji. Menurut Baharuddin (2007), bahwa kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Komposisi zat gizi kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3. Komposisi zat gizi kulit buah kakao

No Zat Gizi Jumlah (%)

1 Bahan kering (%) 88 2 Protein kasar (%) 22 3 Lemak Kasar (%) 23 4 Serat Kasar (%) 3-9 5 Energi (k.kal/gr) 50.8 Sumber : Baharuddin, (2007)

(12)

Table 4. Komposisi zat gizi tape kulit buah kakao

No Zat Gizi Jumlah (%)

1 Bahan kering (%) 17.02

2 Protein kasar (%) 15.01

3 Lemak Kasar (%) 2.85

4 Serat Kasar (%) 30.33

5 Energi (k.kal/gr) 4.4428

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2008)

Selanjutnya Baharuddin (2007) mengatakan bahwa sebelum digunakan sebagai pakan, limbah kulit buah kakao perlu difermentasi terlebih dahulu untuk menurunkan kadar serat kasar, lemak, lignin, dan theobromine yang merupakan faktor pembatas bagi penggunaan kulit buah kakao, serta meningkatkan kadar proteinnya.

Ragi Tape

Kata “Ragi” dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, oncom, tape, roti, anggur, bir, brem dan lain sebagainya. Ragi untuk tape merupakan campuran populasi, dimana terdapat species-species dari genus Aspergillus, Saccharomycetes, candida, Hansenula, sedang bakteriAcetobacterbiasanya tidak ketinggalan (Dwidjoseputro, 1994).

Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat. Ragi tape merupakan inokulan yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati. Beberapa keuntungan hasil fermentasi terutama adalah asam asetat dan alkohol dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun di dalam pakan. Ragi yang bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana sehingga lebih muda dicerna. Ragi biasanya digunakan untuk penambahan protein dalam pakan ternak

(13)

bersama-sama tepung ikan. Pada ayam pedaging, bahan pakan tepung ikan atau tepung kedelai dapat digantikan dengan ragi dengan nilai nitrogen dalam pakan yang sebanding (Widodo, 2002).

Saccharomyces cerevisiae menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki dalam hal tekstur, rasa dan aroma, Pelczar (1988). Dalam beberapa hal pertumbuhan ragi dalam bahan pakan menyebabkan pertumbuhan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pakan dari sisi mutu, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Penggunaan ragi adalah sebagai sumber protein dan vitamin bagi konsumsi manusia dan ternak (Widodo, 2002).

Gambar

Gambar 1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan Kambing Boerka Pencernaan Pada Ruminansa
Tabel 1. Kebutuhan ternak kambing akan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk setiap hari.
Tabel 2. Perkembangan areal dan produksi perkebunan kakao di Indonesia
Table 4. Komposisi zat gizi tape kulit buah kakao

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapatkan titik-titik sebagai titik rawan ( Incident Points ), kemudian ditetapkan titik evakuasi bencana yang merupakan titik yang paling rendah risikonya

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa berkat penyertaan, perlindungan dan kasih Karunia-Nya, sehingga penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Perencanaan

memberikan pemahaman kepadakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dengan apa yang di berikan oleh guru, sebelum mereka saling memberi siswa harus menghafal terlebih dahulu

Alvin Saputra 11623143154 Asian Medical Student's Conference 2016 Poster Ilmiah Asian Medical Student's Association (AMSA) - Phillipines 2016 Delegates Internasional

Misi penting dari inisiatif Nabi membuat Piagam Madinah adalah satu sisi Nabi berhasil menyatukan penduduk Madinah dalam perjanjian damai, sedang sisi lain menguntungkan Nabi

Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah (PPKKI- YSHHB) sebagai sebuah institusi pengajian yang menawarkan program pengajian

Pembuatan karya tulis/karya ilmi ### Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey PROFESI dibidang kebidanan dan evaluasi di bidang kebidanan

yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun perempuan”. Ini berarti bahwa kaum perempuan sejajar dengan laki-laki dalam potensi intelektualnya, mereka juga dapat