• Tidak ada hasil yang ditemukan

Flow akademik pada siswa berprestasi tinggi di SMA Negeri 3 Kota Mojokerto.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Flow akademik pada siswa berprestasi tinggi di SMA Negeri 3 Kota Mojokerto."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata (S1) Psikologi (S.Psi)

Diny Utami B57212093

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana flow akademik yang dialami oleh siswa berprestasi yang dilihat dari pengalaman, perilaku, serta perasaan siswa selama mengerjakan pekerjaan di sekolahnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi pendekatan studi kasus, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi dan wawancara serta triangulasi untuk memperoleh keabsahan data. Subjek dalam penelitan adalah salah seorang siswa berprestasi di sekolahnya.

Penelitian ini menemukan enam hasil temuan yang telah dikategorikan berdasarkan tema. Pertama, telah ditemukan gambaran flow yakni mulai dari adanya tujuan yang jelas kemudian bertindak sehingga menghasilkan umpan balik. Adanya keterlibatan penuh terhadap aktifitas dan menghadapi kemungkinan situasi yang sulit. Di samping itu setiap tindakan disertai konsentrasi dan kontrol yang baik hingga menimbulkan hilangnya self conciousness dan distorsi waktu.

Kedua, telah ditemukan pula temuan tambahan yakni beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mulai cara guru menyampaikan materi pelajaran. Ketiga, faktor dari dalam individu yang terkait dengan motifasi dan melakukan aktifitas belajar atas kehendak sendiri. Selanjutnya, faktor dukungan orang tua dan penanaman pentingnya belajar bagi siswa. Kelima, yakni faktor fisik dimana dalam keadaan sehat dan bugar siswa dapat melakukan aktifitasnya dengan segar. Dan hasil temuan keenam, merupakan faktor kondisi lingkungan belajar siswa yang meliputi suhu ruangan, fasilitan dan sarana yang memadai.

(7)

This study aims to reveal how flow experienced by student academic achievement seen from the experience, behaviors, and feelings of students for doing work at school. This study is a qualitative research approach strategy case studies, data collection techniques used is by observation and interviews and triangulation to obtain the validity of the data. Subjects in this research is similar to the title of the study that is one of the students who have academic achievement in the school.

This study found six findings have been categorized by theme. First, it has been found that the flow picture halted from having clear goals and then act so as to produce feedback. Their full involvement of the activities of and facing the possibility of a difficult situation. In addition, every action with good concentration and control to cause a loss of self-conciousness and time distortion.

Secondly, it has been found several factors that affect student learning behavior that is how teachers delivering course material. Thirdly, factor of the individuals associated with motivation and do a learning activity on their own will. Furthermore, parental support factor and the planting of the importance of learning for students. Fifth, the physical factors which are healthy and fit students can conduct its activities with fresh. And the findings of the sixth, a factor of student learning environment that includes room temperature, fasilitan and adequate facilities.

Keywords: Flow Academic, Student Achievement, Learning

(8)

DAFTAR ISI

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow ... 19

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow ... 21

B. Siswa Berprestasi 1. Pengertian Siswa Berprestasi... 22

2. Karakteristik Siswa Berprestasi ... 26

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Cara Pengumpulan Data ... 32

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi ... 33

F. Keabsahan Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 35

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 35

2. Deskripsi Signifikant Others (Informan) ... 37

B. Hasil Penenlitian ... 40

1. Deskripsi Hasil Temuan ... 40

2. Analisis Hasil Penelitian... 51

C. Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yangluhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab, mendiri serta bertanggung jawab. Pendidikan bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membentuk budi pekerti yang luhur sesuai dengan cita cita yang diinginkan oleh setiap siswa. Selain dilaksanakan di sekolah, pendidikan juga menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Tujuan pendidikan meliputi sarana untuk membantu anak didik memenuhi tugas utama kemanusiaan, membantu anak didik untuk menguasai teknologi, mengembangkan tingkat penalaran, membina anak didik menjadi pengolah kebudayaan (Panuntun, 2013).

(14)

2

belumlah optimal. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar yang masih rendah (Wijayanto, 2008).

Di dalam kelas, ketika kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung sering ditemukan adanya reaksi siswa yang berbeda terhadap tugas dan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Ada sebagian siswa yang langsung tertarik dan menyenangi topik-topik pelajaran yang baru diberikan guru, tetapi ada pula siswa yang menerima dengan perasaan jengkel ataupun pasrah, dan ada lagi siswa yang benar-benar menolak untuk belajar. Tidak jarang pula ditemukan di dalam kelas, saat siswa diberi pekerjaan atau tugas dari guru, karena takut pada guru, siswa-siswa memanipulasi tugas-tugas, agar tidak susah payah tetapi tugasnya selesai sehingga tidak mendapat hukuman. Adapula siswa-siswa yang selalu ingin lebih unggul dalam seluruh mata pelajaran, baik mata pelajaran yang bersifat ketrampilan maupun mata pelajaran yang bersifat intelektual, yang menuntut daya abstraksi atau analisis yang tinggi (Wijayanto, 2008).

(15)

pola asuh orang tua, gaya/pendekatan yang digunakan siswa dalam belajar, fasilitas belajar, dan profesionalisme pendidik. Sehingga selain faktor dari dalam diri siswa yang positif, lingkungan tempat tinggal juga menjadi faktor pendukung prestasinya (Muhibbin Syah dalam Latipah, 2010).

Siswa-siswi berprestasi tinggi diharapkan menjadi generasi penerus bangsa yang kompeten dan mampu berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan Negara Indonesia serta dalam menghadapi era globialisasi, utamanya dalam bidang perindustrian di Pulau Jawa dikarenakan Kementerian Perindustrian mengandalkan pulau Jawa sebagai lokasi untuk mendorong pertumbuhan industri dalam jangka menengah maupun panjang (http://www.kemenperin.go.id).

Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat pusat pemerintahan Negara Indonesia ada di Pulau Jawa yakni DKI Jakarta. Salah satu daerah yang memiliki potensi dan daya saing yang kuat melalui produk-produk industri unggulan terbaiknya adalah provinsi Jawa Timur. Hal ini karena ditunjang dengan sumber daya manusia yang inovatif sebagai modal bagi pengembangan perekonomian masyarakat Jawa Timur. Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen IKM Euis Saedah ketika membuka Gelar Produk Unggulan Jawa Timur di Plasa Pameran Industri, Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa – 2 Juli 2013 (http://www.kemenperin.go.id).

(16)

4

kota. Tidak hanya kota-kota besar yang menjadi sorotan bagi pemerintah, akan tetapi kota-kota terpencil diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula melalui prestasi yang dihasilkan siswa-siswi.

Salah satu kota kecil di Jawa Timur yang mendukung penuh dalam hal mencetak generasi bangsa berkualitas adalah Kota Mojokerto. Walikota Mojokerto, Mas’ud Yunus menekankan bahwa pendidikan merupakan prioritas

utama. Untuk itulah pada tahun 2007 telah dicanangkan Program Wajib Belajar 12 tahun dan pada tahun 2009 digagas Program Kota Mojokerto Berlingkungan Pendidikan sesuai dengan peraturan Walikota nomor 17 tahun 2009. Program ini dikatakan berhasil jika tidak ada anak usia sekolah yang tidak sekolah. Karena itulah setiap warga Kota Mojokerto harus menyekolahkan anaknya minimal tingkat SMA (http://realita.co).

Pendidikan merupakan pengeluaran paling tinggi, maka dari itulah Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi semua kebutuhan pendidikan siswa-siswi. Kemudian sejak tahun 2015 yang lalu Pemerintah Kota Mojokerto telah mencanangkan sekolah gratis.

Saya mohon doa restu, kalau tahun ini Kota Mojokerto menggratiskan biaya operasional dan biaya investasi. Mudah-mudahan tahun 2016 nanti kita akan mampu menggratiskan sampai biaya personal. Seragam sekolah akan kita gratiskan. Bahkan akan ada program angkutan sekolah gratis (Bapak Walikota Mojokerto pada acara Gelar Seni dan Anugrah Prestasi yang berlangsung di Gedung Astoria Convention Hall).

(17)

maka tidak ada alasan lagi bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah untuk kesulitan menyekolahkan anaknya hingga tingkat tinggi. Selain itu Kota Mojokerto juga mencanangkan program jam wajib belajar, program ini mengajak Pemerintah Kota Mojokerto, sekolah, masyarakat dan orang tua bersama-sama memperhatikan pendidikan anak-anak. Utamanya adalah peran RT, RW dan warga yang menjadi satgas untuk bekerjasama menutup fasilitas hiburan sementara seperti, televise, game online, play station dan lain-lain selama satu jam, yakni jam 6 hingga jam 7 malam. Dan selama jam tersebut anak sekolah diwajibkan untuk belajar di dalam rumah di bawah pengawasan orang tua. Program tersebut dapat mendukung anak-anak untuk memiliki waktu belajar yang efektif dengan tenang dan dalam bimbingan orang tua (http://realita.co).

(18)

6

Telah ditemui salah seorang siswa yang berprestasi berinisial HA yang sedang duduk di kelas 11 ipa di SMA Negeri 3 Kota Mojokerto, salah satu sekolah favorit di kota tersebut. Siswa tersebut berasal dari keluarga dengan penghasilan di bawah rata-rata, yang berarti hidup serba sangat sederhana. Meski begitu, tanpa bantuan bimbingan belajar atau les tambahan seperti teman-temannya yang lain, siswa tersebut dapat berprestasi di sekolahnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai raport semester lalu yang memiliki rata-rata 8,83 dari 13 mata pelajaran dengan total nilai 1149 dan membuat ia berada pada peringkat 1 dari 32 siswa di kelasnya. Selain itu HA juga aktif mengikuti berbagai lomba seperti Story Telling dan cerdas cermat agama Islam hingga mengantarkan ia di posisi semifinal, cerdas cermat bahasa, dan lomba statistik yang diadakan di ITS dengan peringkat 16 besar dari 243 peserta. Tidak hanya itu, prestasi yang diraih oleh siswa tersebut sudah ia peroleh sejak SMP. Ketika HA duduk di bangku SMP ia juga pernah mengikuti lomba Olimpiade Sains Nasional Matematika dengan membawa juara 3 di tingkat Kota. Di bangku SMA baru baru ini ia mengikuti lomba yang sama dengan membawa hasil juara 1 di tingkat Kota. Selama proes belajar di sekolah, HA mengaku bahwa ia dan teman teman sekelasnya akan diam dan memperhatikan jika guru sedang menjelaskan materi pelajaran di dalam kelas. Selain itu menurut Gibson (1987) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku belajar adalah faktor psikologis yang terdiri dari perhatian, sikap, minat, dan motivasi.

(19)

tanpa paksaan dari siapapun. Ia juga berpendapat bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting sepenting masa depannya. Sikapnya tersebut dapat mewakili bahwa siswa HA memiliki minat dan motivasi terhadap belajar. Minat adalah keinginan atau daya tarik pada kegiatan yang ingin ditekuni lebih mendalam. Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk berpikir dan memusatkan perhatian dengan merencanakan kegiatan yang dapat menunjang proses belajar yang baik. Siswa tersebut bahkan mampu melewatkan beberapa jam dengan belajar hingga larut malam dan sering lupa waktu ketika asyik membaca. Sikap tersebut dapat disebut dengan istilah flow. Individu yang mengalami flow akan menikmati dan melakukan aktifitasnya dengan perasaan senang, fokus, nyaman, serta memiliki motivasi yang berasal dari diri sendiri (Csikszentmihalyi, 1990).

(20)

8

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini berfokus pada proses flow akademik pada siswa berprestasi tinggi dengan melihat bagaimana gambaran proses flow akademik yang dialami oleh siswa berprestasi tinggi.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana flow akademik yang dialami oleh siswa berprestasi. Dalam hal ini siswa dilihat pengalaman, perilaku, serta perasaannya selama mengerjakan pekerjaan di sekolahnya.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan manfaat untuk pengembangan psikologi khususnya dalam konsentrasi psikologi pendidikan dan perkembangan remaja.

2. Manfaat Praktis

(21)

acuhan dan referensi tambahan bagi peneliti yang berminat atau hendak meneliti di topik pembahasan yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Sebelum kita merujuk pada penelitian ini, peneliti telah mengambil beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan tentang flow akademik dengan harapan bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk kajian mengenaipenelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Sebelumnya penelitian tentang flow akademik telah dilakukan oleh Arif pada tahun 2013 yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow

Akademik”. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

menggunakan skala Achievement Motivation (AMI), The Flow Inventory for Student (LIS), dan Steel Procastination Scale (SPS) untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dan flow akademik. Subjek yang diambil merupakan mahasiswa psikologi sebanyak 128 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara motivasi berprestasi dan flow akademik. Hubungan kedua variable tersebut dapat terlihat dari individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi dalam mengerjakan tugas, belajar (self assurance) maka memiliki intrinsic motivasi yang tinggi pula menyelesaikan tugas kuliahnya (r = .237/p= .000). individu yang mampu mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas (task related motivation) maka ia akan mudah fokus (absorption) dalam mengerjakan tugas yang sednag dijalaninya (r= .387/p= .000).

(22)

10

Dukungan Sosialdan Flow Akademik pada Mahasiswa” dimana tujuannya untuk mengetahui hubungan antara kedua variable tersebut dengan subjek penelitian yang diambil sebanyak 131 mahasiswa psikologi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara dukungan social dengan flow akademik (r= .254, p= .02). aspek enjoyment dari flow akademik memiliki korelasi yang memadai dengan dukungan social teman. Artinya, seorang mahasiswa yang mendapat dukungan social maka dia akan merasa nyaman, namun belum tentu mahasiswa tersebut dapat berkonsentrasi dan muncul motivasi intrinsic untuk mengikuti atau mengerjakan tugas dan kegiatan akademiknya.

Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Santoso, Melisa (2014) yang berjudul “Self Afficacy dan Flow Akademik Ditinjau dari Temporal

Motivation Theory pada Mahasiswa Psikologi” dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kedua variable. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Self Afficacy dan Flow Akademik memiliki hubungan yang cukup positif. Hal ini dapat diketahui Self Afficacy dan Flow Akademik mempunyai korelasi sebesar .295 dan signifikansi 0.00 yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Self Afficacy maka akan semakin tinggi Flow Akademik.

Di luar negeri, tepatnya di Negara Korea Selatan, juga pernah dilakukan penelitian oleh Eun Hee Seo (2013) yang berjudul “Hubungan Antara Flow dan Self-Regulated Learning dengan Prokrastinasi”. Penelitian ini dilakukan dengan

subjek sebanyak 278 yang merupakan mahasiswa sarjana di Korea. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa flow dan Self-Regulated Learning memiliki hubungan yang signifikan dengan prokrastinasi.

(23)
(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Flow Akademik

1. Pengertian Flow Akademik

Konsep flow pertama kali dikemukakan oleh Csikszenmihalyi. Menurut pendapat Moneta dan Csikszentmihalyi (dalam Csikszentmihalyi 1990) mereka mendefinisikan Flow sebagai sebuah kondisi psikologis ketika seseorang merasa dalam situasi kognitif yang efisien, termotivasi dan merasa senang. Situasi ini merujuk kepada perasaan yang sangat menyenangkan ketika seseorang sedang melakukan aktifitas yang memerlukan keterlibatan, konsentrasi dan kesenangan secara total selama melakukan aktifitas tersebut. Fokus akan apa yang dikerjakan dalam hal lain juga disebut sebagai salah satu bagian dari flow (Arif, 2013). Saat mengalami flow terkadang individu tersebut akan merasa bahwa waktu cepat berlalu saat mengerjakan suatu pekerjaan. Hal ini disebabkan adanya perasaan nyaman, konsentrasi secara penuh terhadap suatu pekerjaan.

Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala keterampilan, daya upaya dan sumber daya yang mereka miliki sampai ke batas-batasnya atau bahkan melampauinya (Setiadi, 2016).

(25)

Daniel Goleman (2015) berpendapat bahwa flow adalah keadaan ketika seorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan yang dilakukan. Mampu mencapai keadaan flow merupakan puncak kecerdasan emosional yang dapat menumbuhkan perasaan senang dan bahagia. Dalam keadaan flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan, tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, selaras dengan tugas yang dihadapi.

Flow adalah kondisi internal dalam bentuk kesenangan yang melibatkan pengalaman positif seseorang sehingga orang tersebut dapat mengendalikan dirinya untuk tetap focus pada saat mengerjakan sesuatu (Lee, dalam Santoso, 2014). Keadaan flow meliputi gairah dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah kepada pengalaman yang menyenangkan, seseorang sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Keseimbangan yang terjadi antara keterampilan individu dan tantangan tugas sering dilihat sebagai prasyarat suatu keadaan flow. Keyakinan kemampuan individu dalam mengerjakan suatu tugas atau aktivitas juga berperan penting untuk menentukan terjadinya kondisi flow (Csikszentmihalyi, 1990).

(26)

14

energy fisik dan mental yang digunakan (Husna & Dewi, 2014). Pengertian lain tentang flow (Ghani & Dhespande, dalam Ignatius, 2013) adalah konsentrasi yang menyeluruh saat menjalani kegiatan dan munculnya kenikmatan ketika menjalaninya. Konsep flow sebenarnya termasuk dalam bagian yang penting ketika proses belajar terjadi, karena kondisi flow membantu siswa untuk focus dan dengan perasaan nyaman melakukan seluruh aktivitas akademik. Flow di bidang akademik dibutuhkan oleh setiap siswa karena dapat memberikan hasil yang positif berupa mengurangi stress akademik dan meningkatkan well-being (Rupayana dalam Santoso, 2014).

Ahli psikologi Howard Gardner (dalam Daniel Goleman, 2015) berpendapat bahwa flow dan keadaan-keadaan positif yang mencirikannya sebagai salah satu cara paling sehat untuk mengajar anak-anak, memotivasi mereka dari dalam, dan membuat mereka tertarik mempelajari bidang-bidang di mana mereka dapat mengembangkan keahliannya. Secara umum model flow menyiratkan bahwa mencapai penguasaan keterampilan atau ilmu idealnya harus berlangsung secara alami, sewaktu anak tertarik pada bidang yang secara spontan mengasyikannya. Rasa ketertarikan awal ini dapat merupakan benih bagi pencapaian tingkat tinggi.

(27)

cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008, dalam Husna & Dewi, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulan bahwa yang dimaksud dengan flow akademik adalah kondisi dimana individu merasakan nyaman, termotivasi, dapat fokus atau berkonsentrasi terhadap sesuatu yang ia kerjakan, serta merasa senang dan menikmati aktivitas akademik yang sedang ia jalani.

2. Aspek – Aspek Flow Akademik

Terdapat dua aspek penting dalam teori flow yaitu: pengalaman flow didefinisikan sebagai dua perubahan eksperimental subjektif, yaitu tantangan (challenge) dan ketrampilan (skill) (Husna & Dewi, 2014). Bakker (dalam Santoso, 2014) menyebutkan bahwa ada tiga aspek flow yaitu, absorbtion, enjoyment, dan intrinsic motivation. Ketiga aspek tersebut akan ditinjau sebagai berikut:

a. Absorbtion, adalah kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi penuh pada hal yang sedang dikerjakan dan dapat menikmati aktivitas atau tugas tersebut. Individu merasa dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan kepadanya sehingga membuat individu tersebut benar-benar tenggelam pada tugas atau aktivitas yang dikerjakannya dan tidak menyadari perubahan waktu yang terjadi.

(28)

16

dirinya sendiri. Perasaan nyaman tersebut muncul dalam melakukan kegiatan atau tugas sehingga individu mampu melakukan kegiatan yang dikerjakannya dalam waktu yang cukup lama.

c. Intrinsic Motivation, adalah faktor penggerak atau yang lebih sering disebut dengan dorongan internal. Dorongan tersebut merupakan bentuk keinginan yang muncul dalam diri seseorang ketika dia melakukan aktivitas, dengan tujuan agar mendapat kesenangan dan kepuasan dari aktivitas yang ada tanpa ada penghargaan dari orang lain.

3. Dimensi - Dimensi Flow

Cskikszentmihalyi (1990, dalam Akmaliyah, 2016) mengidentifikasi sejumlah dimensi yang berbeda yang terlibat dalam mencapai flow:

1. Ada tujuan yang jelas setiap langkah

Meliputi kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Selain itu, mengidentifikasi hambatan dan kesulitan apa yang mungkin terjadi. Kejelasan tujuan akan membuat hasil dari aktivitas yang dilakukan menjadi lebih memuaskan. Tujuan dengan kemampuan yang dimiliki dapat berjalan selaras.

2. Ada umpan balik langsung ke tindakan

(29)

langsung dan segera. Feedback meliputi kejelasan keberhasilan dan kegagalan dalam perjalanan aktivitas. Fungsinya untuk meningkatkan kinerja dan tahu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja.

3. Ada keseimbangan antara tantangan dan keterampilan

Meliputi keseimbangan antara tingkat kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan tantangan dari aktivitas yang kita lakukan. Dengan adanya keseimbangan antara tantangan yang masuk dan kemampuan kita akan menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan. Di satu sisi diri kita dimotivasi oleh tantangan, di sisi lain tantangan yang ada memungkinkan untuk kita taklukkan.

4. Kesatuan antara kewaspadaan dan tindakan

Meliputi keterlibatan secara penuh ke dalam tindakan atau aktifitas yang akan menimbulkan adanya penyerapan ke dalam aktivitas dan penyempitan fokus kesadaran ke kegiatan yang dilakukannya. Aksi dengan kesadaran semakin memudar seiring berjalannya proses tindakan atau aktifitas yang dilakukannya.

5. Konsentrasi yang fokus

(30)

18

perasaan kita terfokus pada suatu hal saja. Selain itu juga meliputi konsentrasi tingkat tinggi pada bidang batas perhatian. Bagi orang yang terlibat dalam kegiatan ini akan memiliki kesempatan untuk fokus dan menggali suatu hal tersebut secara mendalam.

6. Rasa Kontrol

Meliputi rasa kontrol pribadi atas situasi atau kegiatan. Apa yang dinikmati oleh orang-orang bukanlah perasaan yang sedang dikontrol, tetapi berupa perasaan pelatihan kontrol atas situasi yang sulit.

7. Hilangnya self consciousness

Komponen yang ketujuh meliputi hilangnya kesadaran diri, penggabungan aksi dan kesadaran. Perhatian terhadap diri sendiri menghilang karena seseorang menyatu dengan aktivitasnya.

8. Terjadi distorsi waktu

Terdapat ketidaksadaran akan waktu. Saat seseorang telah larut dalam aktivitas yang sedang ia lakukan, membuat ia tidak sadar berapa banyak waktu yang telah ia lewati.

(31)

9. Adanya penghargaan diri atau pengalaman autothelic

Seseorang akan melakukan sesuatu karena kepentingannya sendiri dan bukan karena ekspektasi atas penghargaan dimasa datang.

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow

Beberapa prasyarat untuk mengalami flow adalah sebagai berikut (Setiadi, dalam Akmaliyah, 2016):

a. Goal

Tujuan akan memberikan daya gerak sehingga seseorang mengerahkan segala keterampilan dan daya upaya yang dimilikinya menuju ke arah tujuan tersebut. Suatu tujuan yang bermakna akan senantiasa jadi penggerak yang efektif, bahkan ketika seseorang menemui banyak kesulitan dalam perjalanannya.

b. Feedback

(32)

20

kejelasan tentang tugasnya dari berbagai sumber, maka ia akan semakin siap untuk mencapai flow.

c. High skill

Semakin tinggi keterampilan seseorang dalam suatu bidang, berbagai kemungkinan baru semakin terbuka dan kreativitas semakin meningkat. Keterampilan yang semakin tinggi akan membuat aktivitas yang dikerjakan senantiasa terasa segar, karena berbagai kemungkinan baru yang menarik senantiasa muncul.

Semakin tinggi keterampilan orang yang melakukannya, semakin menarik dan semakin mudah untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, selain itu juga dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran diri. d. Optimal Challenge

Tantangan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit yaitu tantangan yang mengharuskan seseorang mengeluarkan seluruh kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Saat menghadapi tantangan semacam itu seseorang baru akan dapat merealisasi dan menyadari seluruh keterampilan yang dimilikinya sehingga memunculkan emerging skills. Emerging skills adalah momen seseorang menyentuh dan melewati batasan-batasan dirinya atau disebut momen bertumbuh (growth moment).

(33)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow

Faktor-faktor yang mempengaruhi flow dalam pendidikan (Novita & Dewi, 2014) adalah:

a. Phenomenological factors: dengan intruksi yang relevan yang diberikan guru atau dosen kepada siswa, siswa bisa lebih merasakan minat, konsentrasi, dan enjoyment dengan pelajaran yang dapat berguna untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Instructional and teacher factors: keterlibatan siswa juga dapat dipengaruhi oleh faktor kontekstual yang disampaikan guru dan suasana kelas.

c. Demographic factors and learning history: penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan siswa terjadi karena faktor individu.

Menurut Csikszentmihalyi (dalam Bauman dan Scheffer, 2010) terdapat dua faktor yang mempengaruhi flow yaitu faktor dari individu dan faktor dari lingkungan.

a. Faktor dari individu (person factor), yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas.

(34)

22

B. Siswa Berprestasi

1. Pengertian Siswa Berprestasi

Siswa berprestasi merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar (Kulap, 2013). Secara umum, siswa itu adalah pelajar yang masih bisa dikatakan terkait oleh aturan-aturan yang masih dibatasi kebebasannya dan sekelompok orang yang menuntut ilmu di bangku sekolah. Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar. (Anonim. 2007. Definisi Siswa).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) arti berprestasi adalah mempunyai prestasi dalam suatu hal atau dalam suatu bidang yang merupakan hasil kerja atau hasil usaha dan tindakan seseorang yang berasal dari dorongan dari dalam dirinya atau dari luar dirinya untuk melakukan sesuatu dengan hasil terbaik untuk memperoleh predikat unggul. Dalam berprestasi, perilaku individu selalu mengarah atau diarahkan pada upaya untuk mencapai suatu keunggulan. Selain itu, aktivitas individu untuk mencapai keberhasilan disertai dengan mengatasi rintangan atau bersaing melebihi prestasi yang lampau atau prestasi orang lain. Tujuan untuk dapat berprestasi mendorong individu serta masyarakat untuk giat, tekun, inovatif, bertanggung jawab. Pentingnya Prestasi adalah menciptakan individu dan masyarakat yang memiliki motivasi tinggi untuk meraih sukses dan tidak takut berkompetisi (www.bimbingan.org).

(35)

Siswa Berprestasi adalah impian dari semua siswa sekolah. Menonjol diantara siswa siswa lainya, di kirim ke kompotisi maupun lomba untuk mewakili sekolah, mendapat peringkat, piala, medali, tentu akan membuat bangga dan akan terkenang hingga kapanpun. Menurut Slameto (2010) siswa dan prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan. Bakat merupakan kemampuan bawaan yang berupa potensi. Namun, walau potensi ini sudah ada didalam diri, tetap butuh latihan dan pengembangan terus menerus. Jika bakat tidak dilatih dan dikembangkan, maka tidak mendatangkan manfaat apa pun pada orang yang memilikinya.

(36)

24

Dalam kamus psikologi J.P Chaplin (2006) mengatakan prestasi belajar dalam bidang pendidikan akademik, merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian karya akademik yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes yang dibakukan, atau lewat kombinasi kedua hal tersebut. Sedangkan menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, dan evaluasi. Prestasi belajar merupakan hasil belajar evaluasi dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya nilai pelajaran, mata kuliah, nilai ujian dan lain sebagainya (Suryabrata, 2013). Nilai yang dihasilkan oleh setiap siswa dibagi menjadi dua yaitu dari bidang akademik dan non-akademik. Dalam penelitian ini siswa berprestasi yang dimaksud adalah dilihat dari prestasi di bidang akademik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1999) prestasi akademik merupakan hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi akademik menurut Bloom merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang merupakan ukuran keberhasilan siswa (Sugianto, 2007).

Menurut pendapat Hutabarat (1995), hasil belajar dibagi menjadi empat golongan yaitu :

a) Pengetahuan, yaitu dalam bentuk bahan informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur, hukum, kaidah, standar, dan konsep lainya.

(37)

b) Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisis, mereproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi, berfikir rasional dan menyesuaikan.

c) Kebiasaaan dan keterampilan, yaitu dalam bentuk kebiasaan perilaku dan keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan.

d) Sikap, yaitu dalam bentuk apresiasi, minat, pertimbangan dan selera. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seorang siswa dilihat dari sisi akademiknya, lebih tepat yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diterimanya selama mengikuti belajar-mengajar di kelas. Kemampuan siswa yang dimiliki berupa penguasan pengetahuan, kemampuan kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil tes.

(38)

26

2. Karakteristik Siswa Berprestasi

Sobur (dalam Sahputra, 2006) menyatakan bahwa ciri siswa yang memiliki keinginan untuk berprestasi yang tinggi dihubungkan dengan seperangkat standart. Seperangkat standart tersebut yakni sebagai berikut:

a. Prestasi belajar individu dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi yang lampau, serta tugas yang harus dilakukan.

b. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan yang dilakukan. c. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan

yang dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya, baik berupa hasil yang lebih baik atau lebih buruk.

d. Menghindari tugas yang terlalu sulit atau terlalu mudah,akan tetapi memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang.

e. Memiliki inovasi, yaitu dalam melakukan pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari pada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara yang lebih baik dan menguntungkan dalam pencapaian tujuan.

f. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, dan ingin merasakan kesuksesan atau kegagalan disebabkan oleh individu itu sendiri.

(39)

3. Faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Berprestasi

Siswa yang berprestasi tinggi mempunyai hubungan erat dengan kegiatan belajar, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik yang berasal dari dalam individu itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar individu. Menurut Purwanto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam berprestasi adalah :

a) Faktor dari dalam diri individu yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis adalah kondisi jasmani dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif.

b) Faktor dari luar individu Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam. Sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru, sarana, administrasi, dan manajemen.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Muhibbin Syah (2013) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi 3 macam, yaitu :

1) faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi 2 aspek yakni:

a. Aspek fisiologis

(40)

28

dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

b. Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kwantitas dan kwalitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya lebih essential itu adalah sebagai berikut: yang pertama adalah tingkat kecerdasan/inteligensi siswa merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa karena itu menentukan kualitas belajar siswa, kedua adalah sikap siswa, yang ketiga adalah bakat siswa, keempat minat siswa dan yang terakhir motivasi siswa

2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Dalam hal ini faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan non-sosial dan lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga.

3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah. (Nazir, 1986). Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian yang dikumpulkan dalam metode kualitatif ini berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah. Penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam kehidupan objeknya. (Nawawi, 1994).

(42)

30

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah: 1. Tempat atau kelas yang subjek tempati saat bersekolah 2. Tempat tinggal subjek

Adapun pertimbangan yang mendasari peneliti memilih tempat penelitian, diantaranya yaitu: tempat tersebut merupakan tempat dimana subjek melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga peneliti mudah untuk mendapatkan informasi baik melalui wawancara maupun observasi. Kedua, di tempat tersebut subjek melakukan hubungan komunikasi dengan lingkungannya.

C. Sumber Data

Subjek penelitian merupakan individu-individu yang akan menjadi fokus yang diamati dari suatu penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yaitu flow akademik pada siswa berprestasi tinggi maka yang menjadi subyek penelitian adalah anak remaja yang aktif di sekolah menengah dengan prestasi akademik yang tinggi. Adapun ciri-ciri spesifik subjek yang akan diambil peneliti untuk penelitian adalah remaja yang berusia 16-18 tahun. Remaja tersebut tergolong dalam siswa berprestasi tinggi yang dibuktikan melalui nilai-nilai akademiknya dengan syarat nilai tersebut melampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yakni memiliki nilai rata-rata di atas 8,00. Selain itu, siswa tersebut mendapat peringkat kelas maksimal 3 besar di kelas dan aktif di SMA Negeri 3 Kota Mojokerto serta aktif mengikuti kegiatan lomba dan kejuaraan.

(43)

Prosedur pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball yang juga dikenal sebagai prosedur “rantai rujukan” atau juga prosedur networking. Dalam prosedur ini, dengan siapa peserta atau informan pernah dikontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial. Informan yang peneliti temui pertama adalah salah seorang siswa di SMA Negeri 3 Kota Mojokerto yang memberikan informasi bahwa ada salah seorang subjek yang memenuhi kriteria subjek penelitian di sekolahnya. Subjek tersebut adalah siswa yang berprestasi sejak kecil dan subjek berasal dari keluarga yang sederhana serta tidak mengikuti bimbingan belajar. Informan tersebut memberi rujukan kepada peneliti mengenai orang lain yang berpotensi, berpartisipasi atau berkontribusi, dan mempelajari atau memberi informasi. Prosedur snowball sering digunakan untuk mencari dan merekrut “informan tersembunyi” yaitu kelompok yang tidak mudah

diakses para peneliti melalui strategi pengambilan informan lainnya. Dalam hal ini pula informan pertama memberikan informasi yang kuat mengingat informan tersebut telah menjadi teman subjek sejak SMP sehingga subjek tersebut pada akhirnya dipilih peneliti setelah dilakukan beberapa pencarian informasi terhadap subjek kepada informan lainnya yakni guru sekolahnya.

(44)

32

informan penelitian yang dibutuhkan peneliti. Namun peneliti harus menverivikasi kelayakan setiap informan, untuk memastikan informasi yang diberikan adalah informasi yang akurat dan karena informan benar-benar memahami masalah penelitian yang diperlukan peneliti (Bungin, 2007).

D. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara sebagai metode utamanya, kemudian observasi sebagai pendukungnya untuk lebih dapat mengungkap masalah yang muncul.

1. Observasi

(45)

tanpa menjadi pekerja dalam perusahaan itu. Keberatannya ialah bahwa kehadiran pengamat itu dapat mempengaruhi kelakuan orang yang diamati. Peneliti tentu harus sanggup menyesuaikan diri dalam situasi itu dan jangan menonjol agar tidak mempengaruhi kewajaran kelakuan orang yang diamatinya (Nasution, 2009: 106-108).

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telepon. Pada umumnya wawancara dapat dibedakan dua macam, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat, biasanya secara tertulis. Sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur tidak dipersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya, ia boleh menanyakan apa saja yang dianggapnya perlu dalam situasi wawancara itu. Pertanyaan tidak diajukan dalam urutan yang sama, bahkan pertanyaannya pun tak selalu sama (Nasution, 2009: 113).

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Dalam penelitian ini tahap-tahap analisis yang akan peneliti lakukan adalah: 1. Mengubah hasil wawancara dalam bentuk verbatim

(46)

34

3. Menganalisis data yang telah dipilih dan dipilih sesuai kepentingan analisis

4. Menarik sebuah kesimpulan

F. Keabsahan Data

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Sebelum membahas mengenai hasil penelitian, berikut merupakan deskripsi subjek dalam penelitian ini.

Nama : SHA Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Mentikan 2 / 356 Kota Mojokerto Tempat lahir : Mojokerto

Tanggal Lahir : 17 April 2000 Umur : 17 tahun

Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara

Pendidikan : SMA Negeri 3 Kota Mojokerto Agama : Islam

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dan observasi di rumah dan di sekolah subjek mengingat tujuan tersebut digunakan untuk mengetahui perilaku belajar sehari hari subjek di rumah maupun di sekolah. Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa aktif yang sedang menempuh pendidikan di bangku SMA, tepatnya kelas 11 SMA. Berikut deskripsi lengkap subjek sehari-hari di rumah dan di sekolahnya.

(48)

36

seorang ayah yang berusia 23 tahun kala itu. HA lahir dengan jenis kelamin perempuan dan merupakan anak pertama dari pasangan ibu dan ayah tersebut. Sejak lahir ia telah tinggal dengan kedua orang tua kandungnya di rumah yang cukup sederhana dan nyaman. Rumah tersebut berada di sebuah kampung di belakang sekolahan Islam dan tidak jauh pula dari sebuah pondok pesantren.

HA memiliki berat badan 3,7 kg dan panjang 4,9 cm saat kelahirannya. Kini HA telah tumbuh menjadi gadis remaja dengan tinggi badan sekitar 153cm serta berat badan sekitar 48 kg. HA memiliki warna kulit sawo matang, pipi yang tembem, dan bergigi gingsul saat ia tertawa. Dalam kesehariannya di rumah, ia membuka les untuk anak SD dan SMP yang banyak didatangi oleh tetangga tetangganya. Meskipun begitu, HA selalu memiliki waktu untuk belajar bagi dirinya sendiri. Bukan sesuatu yang mengherankan di saat SMA ini ia selalu meraih peringkat kelas di posisi pertama karena memang selama ia duduk di bangku SD dan SMP ia selalu berada di peringkat pertama di kelas.

Tidak hanya itu, di rumahnya terpampang banyak piala yang ia raih, mulai dari cerdas cermat, story telling dan juga piagam penghargaan memenangkan olimpiade tingkat kota. Memang sejak ia berada di Taman Kanak-Kanak, HA sering diikutkan berbagai lomba dan kemudian hal tersebut berlangsung terus hingga SMA ini. Tentu saja keikutsertaan HA dalam mengikuti didasari oleh prestasinya yang menunjang. Pada saat wawancara subjek memakai seragam sekolah berwarna hijau muda, baju dimasukkan ke dalam rok panjangnya dengan rapi, dan berjilbab. Saat tanya jawab subjek cepat dalam menanggapi pertanyaan dan menjabarkan jawaban dengan jelas terperinci.

(49)

2. Deskripsi Significant Others (Informan)

Di samping memperoleh data dari subjek penelitian, peneliti juga membutuhkan informan yang dengan hal ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai topik yang diteliti. Hal tersebut digunakan sebagai bahan pendukung kelengkapan data serta guna memberikan penguatan data yang diperoleh dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memilih tiga informan yang memiliki hubungan dekat dengan subjek serta mengetahui sebagian besar keseharian subjek.

a. Informan 1

Informan pertama merupakan orang tua dari subjek. Dalam hal ini peneliti memilih ibu subjek sebagai informan karena subjek mengaku lebih dekat dengan ibunya daripada ayahnya. Sehingga demi memperoleh data yang akurat dan kuat, diperlukan seseorang yang mengenal baik dan sangat tahu mengenai perkembangan dan keseharian subjek. Berikut deskripsi informan pertama.

Nama : NW

Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan Pokok : Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Sampingan : Kader Motivasi (Kelurahan) Hubungan dengan Subjek: Ibu

(50)

38

rambutnya diikat ke belakang. Selama proses wawancara, informan menjawab pertanyaan dengan terbuka dan menjabarkan seluruh jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Ia menjawab sambil banyak bercerita setelah peneliti mengajukan pertanyaan. Informan sempat meneteskan air mata ketika memberikan pernyataan mengenai kehidupan keluarganya.

b. Informan 2

Informan selanjutnya ialah guru subjek di sekolah SMA Negeri 3 Kota Mojokerto. Informan tersebut dipiilh peneliti sebagai pemberi informasi penguat mengenai keseharian subjek selama di sekolah. Deskripsi informan kedua tersebut sebagai berikut.

Nama : AR

Jabatan : Wali Kelas XI IPA 2

Bidang Studi : Guru Fisika Hubungan dengan subjek : Guru

Informan tersebut memiliki ciri-ciri kulit putih, badan proporsional dengan tinggi badan, berjilbab, memiliki pipi tembem. Pada saat wawancara informan memakai baju dinas sambil mengoreksi tugas siswa-siswinya. Jawaban yang diungkapkan oleh informan kedua ini cenderung tertutup dan lebih menjabarkan tentang program di dalam sekolah daripada menggambarkan subjek yang dimaksud.

(51)

c. Informan 3

Informan selanjutnya yakni informan ketiga, dipilih sebagai penguat informasi mengenai kegiatan belajar subjek di kelas. Peneliti memilih informan ketiga dengan alasan informan tersebut memiliki hubungan yang dekat dengan subjek. Gambaran profil informan akan dipaparkan sebagai berikut.

Nama : DI

Umur : 17 tahun

Hubungan dengan subjek : Teman sebangku

Informan ketiga merupakan teman dekat subjek, ia adalah teman yang selalu duduk sebangku dengan subjek selama di kelas dan saat pelajaran berlangsung. Sebelumnya, informan dan subjek merupakan teman lama yang semasa SMP berada di sekolah yang sama. Ciri-ciri informan ketiga yakni ia memiliki kulit berwarna sawo matang, tinggi, kurus, berjilbab, serta terkadang memakai kacamata pada saat pelajaran berlangsung. Pada saat wawancara informan ketiga cenderung memberi pernyataan yang mampu menjawab pertanyaan peneliti.

Tabel 1. Jadwal Observasi dan Wawancara dengan Subjek

Tanggal Tempat Tujuan

16 Nopember 2016 SMAN 3 Kota Mojokerto Wawancara

6 Maret 2017 Kelas XI IPA 2 SMAN 3 Kota

Mojokerto.

Observasi

9 Maret 2017 SMAN 3 Kota Mojokerto Observasi dan

(52)

40

Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Significant Others (Informan)

Tanggal Tempat Tujuan

9 Maret 2017 Perpustakaan SMAN 3 Kota

Mojokerto

Wawancara

16 Maret 2017 Rumah subjek Wawancara

1 April 2017 Rumah Informan Wawancara

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Temuan

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran proses flow akademik yang dialami oleh siswa berprestasi tinggi sehingga hasil wawancara dengan subjek beserta informan yang telah didapatkan beberapa temuan lapangan berdasarkan dimensi-dimensi flow yang dapat digambarkan dan kemudian temuan tersebut dimasukkan ke dalam tema-tema yang akan dideskripsikan sebagai berikut ini.

a. Ada tujuan yang jelas setiap langkah

Dalam mencapai flow terdapat adanya tujuan yang jelas setiap langkah. Hal ini meliputi kejelasan mengenai tujuan apa yang hendak dicapai serta bagaimana dan hal apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya.

Dalam hal ini, petikan wawancara yang diperoleh dari jawaban subjek ialah sebagaimana berikut:

(53)

kurang lebih 15% pencapaiannya (Wcr.S.16.11.2016.65)…Tak tulis di buku catetan terus kalau tugas biasanya tak kerjakan jauh jauh hari sebelum di kumpulkan. Jadi kalau besoknya ulangan udah nggak terbebani tugas atau pr. Jadi fokus belajar buat ulangan. Terus tak cicil juga dari pulang sekolah sampek sore jaga jaga kalo malemnya ngantuk atau lampu mati. Jadi biar tinggal sedikit kalau malam belajarnya (Wcr.S.09.03.2017.114)…

Hal yang sama diungkapkan oleh informan bahwa subjek memiliki tujuan yang jelas.

Wong malah katanya juga besok dia pengen jadi guru matematika kok mbak (Wcr.I3.01.04.2017.44).

b. Ada umpan balik langsung ke tindakan

Umpan balik ini merupakan sikap yang dilakukan subjek mengenai informasi yang telah didapat mengenai tugas atau kinerjanya. Kemudian melakukan alternatif tindakan untuk meningkatkan, memecahkan, atau menyelesaikan tugas atau kinerja tersebut sehingga mendapatkan umpan balik secara langsung dan segera yang berupa keberhasilan ataupun kegagalan dalam proses beraktivitasnya.

Berikut penggalan jawaban subjek atas pertanyaan mengenai hal tersebut.

(54)

42

c. Ada keseimbangan antara tantangan dan ketrampilan

Kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan tantangan dari aktifitas yang dilakukan merupakan dua hal saling berpengaruh sehingga perlu diketahui keseimbangan yang dimiliki antara keduanya. Dengan adanya keseimbangan dari dua hal tersebut, maka akan tercipta suasana yang aktif, menyenangkan, termotivasi, dan kemungkinan tantangan tersebut mampu ditaklukkan.

Mengenai keseimbangan antara tantangan dan ketrampilan ini diperoleh petikan jawaban subjek yakni sebagai berikut ini:

Sama yang mudah, kalau yang rumit kadang suka kadang nggak. Sukanya kan karena lebih menantang terus kalau aku bisa ngerjakannya itu seneng banget tapi kadang kalau terlalu rumit itu pusing mbak, sampai nggak bisa tidur I, masih kepikiran soal itu (Wcr.S.09.03.2017.200)…kadang menikmati kadang enggak. Kalau menikmati itu biasanya kalau pas lagi semangat semangatnya aku suka pelajarannya atau gurunya njelasinnya enak. Kalau pas nggak bisa menikmati itu ketika gurunya nggak enak, jarang nerangin, ngasih banyak tugas yang sulit, pelajarannya juga rumit, itu yang nggak bisa kunikmati mbak (Wcr.S.09.03.2017.169).

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan di dalam kelas, salah seorang teman subjek di bangku belakangnya memanggil dan bertanya mengenai cara atau rumus dalam tugas tersebut. subjek menoleh ke belakang sambil menggerakkan pensilnya menunjuk-nunjuk cara menghitung soal.

d. Kesatuan antara kewaspadaan dan tindakan

(55)

aktifitas dan terjadi penyempitan fokus kesadaran ke dalam tindakan yang dilakukannya. Kesadaran tersebut semakin memudar seiring berjalannya proses tindakan yang dilakukan.

Jawaban subjek yang berhubungan dengan pernyataan di atas terdapat dalam petikan berikut:

Biasanya kalau kelompokan itu bagi tugas mbak, kalau nanti temen temen ada yang nggak bisa baru nantin tak bantu gitu mbak (Wcr.S.09.03.2017.146)…lebih seneng sendiri se mbak, soalnya kalau kelompokan itu waktunya lama tapi nanti hasil belajarnya yang di dapet Cuma sedikit soalnya kebanyakan

nggosip, nyemil, becanda, gitu-gitu

(Wcr.S.09.03.2017.139)…aku yakin kalau semuanya butuh proses dan kerja keras. Kan prestasi itu diraih bukan di dapat

Merupakan konsentrasi tingkat tinggi dimana keadaan tersebut meliputi perasaan yang terfokus pada suatu hal saja, tak ada seorangpun yang dapat mengganggu. Serta dapat menggali suatu hal secara mendalam karena memiliki kesempatan untuk focus terhadap tindakan atau aktifitas.

(56)

44

Jawaban subjek tersebut didukung oleh pernyataan dari informan pada saat wawancara sebagai berikut:

Kadang kalau dia pas lagi ngerjain gitu, dia agak lama ngresponnya. Hehehe, ya maklum mbak kan pas lagi ngerjain anaknya. Mungkin lagi konsentrasi gitu. Jadi nolehnya gitu agak lama. Soalnya masih nulis gitu anaknya (Wcr.I3.01.04.2017.20).

Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, subjek mengerjakan tugas dengan tekun tanpa menoleh kanan kiri dan tanpa mengobrol.

f. Rasa Kontrol

Pada saat melakukan aktifitas, seseorang tersebut mampu mengendalikan diri dalam menghadapi situasi sulit yang mungkin terjadi, hal inilah yang dimaksud dengan rasa kontrol.

Dalam hal ini subjek memaparkan pernyataannya selama wawancara, berikut petikan jawabannya:

Jadi sambil ngelesi kan sambil belajar mbak, nginget nginget pelajaran yang dulu dulu (Wcr.S.09.03.2017.102)…di saat lagi males malesnya, sibuk, tugas banyak, terus ada ulangan juga. Apalagi kalau tugasnya nggak jelas disuruh ngapain atau tugasnya sulit. Tanya temen nggak ada yang bisa atau kadang banyak temen yang nggak ngerjakan gitu jadi males juga belajarnya. Beratnya itu kalau melawan malas dalam diri sendiri itu (Wcr.S.09.03.2017.184)…Kadang tak buat nyemil dulu atau dengerin musik, atau smsan, browsing-browsing (Wcr.S.09.03.2017.135).

Jawaban subjek ini pun juga didukung oleh pernyataan informan pertama yakni ibu subjek.

(57)

Hallah mbak mbasio ngelesi ngunu kan wes podo ambek sinau kan, ngiling ngiling materi seng pernah dipelajari de’e (Wcr.I1.16.03.2017.125).

(Oala mbak meskipun ngasih bimbingan belajar seperti itu kan juga sudah sama saja seperti belajar. mengingat-ingat materi yang dulu sudah pernah dipelajari) Wcr.I1.16.03.2017.125

...Ya sampek malem biasa ne mbak, nek belum selesai tugas e tugasnya biasanya dia lanjutkan setelah sholat tahajud sambil menunggu subuh mbak. Biasanya saya bangunkan, “HA, tahajud nak, sudah jam 2. Kamu tidak belajar ta? Kalau kamu belajar sekalian temani ibu. Ibu mau menanak nasi di belakang”. Biasanya ya gitu mbak, pagi itu belajar lagi sampai subuh sambil menemani saya) Wcr.I1.16.03.2017.33

g. Hilangnya Self Conciousness

Maksud dari komponen ini adalah dimana kesadaran mulai menghilang karena seseorang menyatu dengan aktifitasnya. Hal ini didasari dari adanya penggabungan tindakan dengan ksadaran.

Berikut jawaban subjek mengenai komponen di atas:

Ya sering mbak (Wcr.S.16.11.2016.23)…ya awalnya kaget mbak, waktu liat jam loh kok udah jam segini. Kan nggak terasa sama waktu (Wcr.S.09.03.2017.159).

(58)

46

kalinya, subjek baru menoleh ke belakang dan mengajari temannya hasil dari tugasnya.

h. Terjadi distorsi waktu

Meliputi ketidaksadaran terhadap waktu. Saat seseorang telah merasa larut dalam aktifitas yang sedang dilakukan, hal ini akan menimbulkan ketidaksadaran akan berlalunya waktu dan berapa lama aktifitas tersebut telah berjalan.

Kalau ada pr sama ulangan, sampai jam 11 terus jam 2 bangun lagi sampai subuh. Kalau pas membaca itu yang sampai nggak sadar (Wcr.S.16.11.2016.23)…Ya karena saking asyiknya belajar sama terlalu fokus belajarnya jadi sampai nggak inget waktu (Wcr.S.09.03.2017.163)…

i. Adanya penghargaan diri atau pengalaman autothelic

Maksud dari komponen ini adalah dimana seseorang melakukan aktifitasnya atas kemauan dan kepentingannya sendiri serta bukan didasari atas pemaksaan dari orang lain serta harapan memperoleh penghargaan di masa yang akan datang dari aktifitas yang dilakukannya.

Subjek memaparkan jawabannya dalam petikan berikut: Nggak mbak, ya kalau lagi ada PR sama ulangan pasti selalu belajar soalnya bagaimanapun juga kalau tugas nggak dikerjakan ya nggak bakal selesai selesai, malah nambah numpuk mbak (Wcr.S.16.11.2016.17)…Iya suatu prestasi mbak. Entah dapat nilai 100, atau dapat peringkat, atau menang lomba. Itu yang bikin aku puas, jadi biar nggak sia sia gitu kalau belajarnya sampai larut malam (Wcr.S.09.03.2017.209)…

(59)

Pernyataan tersebut didukung oleh jawaban informan pertama yakni ibu subjek di dalam pernyataannya sebagai berikut:

Gak atek di kongkon mbak, wes ngrti dewe kewajiban e. nek akeh tugas yo dari pulang sekolah iku wes sinau ae (Wcr.I1.16.03.2017.26)…

(tidak usah disuruh mbak, sudah tau sendiri kewajibannya. Kalau banyak tugas ya pulang sekolah itu sudah belajar terus) Wcr.I1.16.03.2017.26

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan selama berada di rumah subjek, tampak rumahnya sederhana, jika dilihat dari depan, di jendela rumahnya terlihat beberapa piala yang berhasil didapat oleh subjek selama mengikuti lomba.

Selanjutnya temuan tambahan juga di peroleh dari hasil wawancara dengan subjek dimana dalam hal ini berkaitan dengan tema yang muncul dalam flow akademik yang ada pada siswa berprestasi tinggi. Pernyataan subjek mengenai hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

a. Faktor guru

Keterlibatan siswa dipengaruhi oleh faktor kontekstual dan intruksi yang disampaikan guru sehingga siswa dapat lebih merasakan minat, konsentrasi, dan perasaan nyaman dengan penajaran yang pada akhirnya akan berguna untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

(60)

48

Diem semua mbak. Malah kalau gurunya killer malah nggak ada yang berani rame. Jadi diem semua (Wcr.S.16.11.2016.33)... Kalau menikmati itu biasanya kalau pas lagi semangat semangatnya aku suka pelajarannya atau gurunya njelasinnya enak (Wcr.S.09.03.2017.169).

Selain itu, pernyataan informan juga menjelaskan mengenai proses pembelajaran yang selalu diterapkan sehari-hari.

Ya saya jelaskan dulu, setelah itu saya kasih tugas. Saya nggak pernah ngasih tugas di kerjakan di rumah mbak. Ya Cuma setelah saya jelaskan itu saya suruh mengerjakan langsung di kumpulkan. Nanti saya cek, saya nilai, saya buat nilai hariannya. Gini ini ya saya jadi langsung tau mbak mana yang benar benar mengerjakan sungguhan, mana yang nyontoh. Nanti kan dibandingkan sama nilai uts, nilai uas, dll. Jadi kan nanti keliatan siapa yang bener bener paham betul sama materi (Wcr.I2.09.03.2017.11).

b. Faktor Individu

Merupakan keterlibatan siswa dalam proses belajar, kemampuan, dan ketrampilan dalam melakukan aktifitasnya yang datang dan dipengaruhi dari dalam dirinya sendiri.

Berikut petikan jawaban subjek dari hasil wawancara. Ya sepenting masa depanku mbak (Wcr.S.16.11.2016.52)... ya seneng kan bisa nyantol, bisa ngerjakan, kalau udah paham sama bisa ngerjakan gitu kayak udah bukan pelajaran lagi, kayak rekreasi aja main main soal (Wcr.S.09.03.2017.178).

c. Faktor orang tua

Faktor keluarga adalah salah satu pengaruh penting dalam kegiatan belajar, hal ini dapat dilihat dari hubungan siswa dengan orang tuanya serta dukungan yang diberikan orang tua terhadap aktifitas beljarnya.

(61)

Dalam hal ini, informan pertama yakni ibu subjek memberikan pernyataanya dalam petikan berikut.

Ngk mbak, HA gk atek suwe nek d kongkon. Nurut anaknya, nek tak panggil gitu langsung jawab “dalem” mbak. Tapi nek pas HA sinau ya saya ngerti lah mbak, sadar diri anakku jek sinau. Kadang nek pas tak panggil gitu “lapo pean? Oala sinau, yo wes gak sido nak lanjutno sinau ne.” gk sido tk suruh mbk (Wcr.I1.16.03.2017.17)

(tidak mbak, HA tidak pernah lama menjawab jika sedang saya suruh. Nurut anaknya, kalau saya panggil langsung merespon “iya bu”. Tapi kalau HA sedang belajar ya saya mengerti, sadar diri kalau anak saya masih belajar. kadang kalau pas saya panggil gitu “sedang apa kamu? Oalah sedang belajar ya sudah tidak jadi nak, lanjutkan belajarnya” tidak jadi saya suruh mbak) belajarnya mbak. Biar tidak merasa terbebani) Wcr.I1.16.03.2017.48

(62)

50

d. Faktor Fisik

Meliputi kesehatan siswa, faktor pembawaan dalam kandungan.

Berikut petikan jawaban informan pertama (ibu) mengenai kesehatan subjek.

Iya rutin mbak tepat waktu 3 kali sehari. Makannya dulu gampang kok mbak sama apa aja mau, sayur juga mau. Seneng mbak ini kalau sama sayur. Cuma kalo buah itu yang nggak ada yang suka, sampek sekarang e mbak. Mek melon tok iku loh mbak. Liyane emoh. Hehehe (Wcr.I1.16.03.2017.162)... Nggak ada mbak, nggak bermasalah kok. Alhamdulillah lancar terus. Saya juga nggak pake ngidam ngidam gitu. Mula mual kan wes biasa mbak di awal awal kehamilan (Wcr.I1.16.03.2017.144). e. Kondisi lingkungan belajar

Kondisi yang dimaksud adalah dimana suasana ketika kegitan belajar berlangsung diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu proses belajar secara maksimal.

Petikan jawaban subjek mengenai hal tersebut akan disajikan sebagai berikut.

Suasananya yang mendukung juga, pas hening, tenang, jadi fokus banget gitu belajarnya mbak (Wcr.S.09.03.2017.165).

Pernyataan tersebut didukung oleh jawab informan kedua (guru) yakni sebagai berikut.

mereka diam kok mbak, memperhatikan kalau guru sedang menjelaskan (Wcr.I2.09.03.2017.4)... Ya rapi se mbak, atribut juga selalu lengkap. Loh kayak buku gini juga rajin, di sampul. Saya kan selalu nyuruh anak anak bukunya di sampul rapi (Wcr.I2.09.03.2017.33).

(63)

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan selama di ruangan kelas, terdapat dua AC di sisi kanan yang menyala. Kelas selalu dimulai dengan keadaan pintu tertutup. Meski begitu, ada dua buah lampu yang menerangi kelas sehingga tidak mengganggu kenyamanan siswa ketika belajar. Terdapat juga empat buah jendela di sisi kanan dan kiri kelas beserta tirai penutupnya yang berwarna hijau segar. Di belakang meja guru menggantung penggaris dengan berbagai macam bentuk, mulai dari penggaris tegak lurus, garis busur, garis segitiga siku, dan lain sebagainya.

2. Analisis Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil temuan yang ada di lapangan mengenai flow akademik pada siswa berprestasi tinggi yang dialami oleh subjek dapat digambarkan melalui hasil temuan yang telah memunculkan tema yang kemudian dapat diklarifikasikan ke dalam enam temuan yang terdiri dari satu temuan utama dan lima temuan tambahan. temuan utama dalam penelitian ini diperoleh dari dimensi-dimensi flow akademik yang ada pada siswa berprestasi tinggi. Berikut ulasan analisisnya.

a. Ada tujuan yang jelas setiap langkah

(64)

52

(Wcr.S.16.11.2016.55. Selain itu ia juga berencana mengambil beasiswa untuk biaya kuliahnya karena ia merasa bahwa ia bukan berasal dari keluarga yang serba selalu ada sehingga ia harus kerja keras agar mencapai kesuksesannya (Wcr.S.16.11.2016.58) dan atas kerja kerasnya itu ia berhasil mencapai 15% dari tujuannya (Wcr.S.16.11.2016.65).

Subjek juga memiliki cara untuk melakukan aktifitas belajarnya yakni dengan cara menulis semua tugas di buku catatan kemudian jika tugasnya banyak maka ia akan mengerjakan jauh-jauh hari. Hal ini lakukan untuk menghindari lampu mati atau jika ada ulangan harian agar belajarnya fokus untuk ulangan dan sudah tidak terbebani lagi untuk mengerjakan tugas (Wcr.S.09.03.2017.114).

Tujuan subjek tersebut di perkuat dengan pernyataan informan ketiga yakni teman subjek yang mengatakan bahwa subjek memang ingin menjadi guru matematika suatu hari nanti (Wcr.I3.01.04.2017.44).

b. Ada umpan balik langsung ke tindakan

Dalam hal ini subjek mengatakan bahwa baginya sangat penting untuk belajar dan berprestasi (Wcr.S.09.03.2017.78) sehingga hasil dari belajar itu ia bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk masa depannya, untuk dirinya sendiri dan juga untuk masyarakat (Wcr.S.09.03.2017.83).

(65)

Subjek juga mengungkapkan bahwa ia akan bertanya kepada teman atau kakak kelasnya jika dia mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan gurunya. Tidak jarang pula ia juga bertanya langsung kepada guru yang bersangkutan jika memang ia tidak memahami atau tidak mampu menyelesaikan soal (Wcr.S.09.03.2017.90).

c. Ada keseimbangan antara tantangan dan ketrampilan

Hasil wawancara dengan subjek mengenai hal ini adalah subjek berkata jika ia lebih memilih soal atau tugas yang mudah, akan tetapi tidak di pungkiri terkadang ia juga suka dengan soal yang rumit karena baginya soal yang rumit lebih menantang. Dan ketika ia bisa menyelesaikan soal rumit tersebut, ia akan merasa sangat senang meskipun terkadang jika tidak bisa menyelesaikannya akan membuatnya terus kepikiran hingga susah untuk tidur (Wcr.S.09.03.2017.200).

(66)

54

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan di dalam kelas, salah seorang teman subjek di bangku belakangnya memanggil dan bertanya mengenai cara atau rumus dalam tugas tersebut. Subjek menoleh ke belakang sambil menggerakkan pensilnya menunjuk-nunjuk cara menghitung soal.

d. Kesatuan antara kewaspadaan dan tindakan

Jika dihadapkan dengan tugas kelompok, subjek beserta teman sekelompoknya lebih memilih menbagi tugas kemudian nanti jika ada salah seorang yang kesulitan menerjakan, subjke akan membantu menyelesaikannya (Wcr.S.09.03.2017.146). Jika boleh memilih, subjek lebih suka dengan tugas individu daripada tugas berkelompok. Alasan subjek adalah tugas kelompok lebih banyak menghabiskan waktu tetapi hanya mampu mendapatkan hasil belajar yang sedikit (Wcr.S.09.03.2017.139).

Dalam belajar, subjek juga pernah mengalami perasaan malas, akan tetapi subjek mampu melawan perasaan tersebut. Cara yang ia lakukan dengan meyakinkan dirinya bahwa semua harapan agar bisa diraih selalu membutuhkan proses dan kerja keras. Sehingga ia harus bangkit dari rasa malas yang dapat menjerumuskan dia ke dalam masa depan yang kelam (Wcr.S.09.03.2017.193).

Gambar

Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Significant Others (Informan) ......................
Gambar 1. Skema Flow Akademik pada Siswa Berprestasi Tinggi ........................ 74
Tabel 1. Jadwal Observasi dan Wawancara dengan Subjek
Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Significant Others (Informan)

Referensi

Dokumen terkait

dedak padi men lebih tinggi ingga persentase ingggi dibanding g lain (Tabel 9). di dalam ransum umbuhan jaringan. am ransum sangat pencapaian bobot yang dinyatakan 8), salah satu

Beberapa penelitian untuk pembuatan bahan isolator telah banyak dilakukan seperti penelitian papan sekam padi yang divariasikan ketebalan dan kepadatan dengan pengujian

Jumlah jam kerja menunjukkan banyaknya jam kerja yang dialokasikan oleh tenaga kerja wanita di Kota Manado khususnya pada sektor informal. Peningkatan jam kerja tenaga

Apabila dilihat total hasil tumpangsari kedelai dan jagung dan hasil jagung disetarakan dengan hasil kedelai berdasarkan harga masing- masing komoditas, maka nampak bahwa

Sampel dalam penelitian ini adalah data rekam medis pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi nefropati di RSUD X yang memenuhi kriteria inklusi diantaranya pasien

pengukuran dengan metode pemeruman dan pengukuran elevasi muka air, dapat dilihat bahwa hasil pemeruman lebih kecil dari pada data dasar standar dari PSDA Pemali

16 Senin 8 Juli 2019 09.00WIB Pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Nasional TINGKAT II Angkatan XVI Sasana Widya Praja BPSDMD.. BKD, Seluruh Pejabat

Hasil uji Duncan pengaruh pemberian interaksi arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi bibit sengon buto menunjukkan bahwa