• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku guru dan buku siswa Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku guru dan buku siswa Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA MATEMATIKA KELAS I SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Devina Anky Arifania 131134174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus atas semua berkat dan karunia yang telah

dilimpahkan selama proses penyusunan skripsi.

 Orangtua tercinta Lucky Ernawati dan Stevanus Marjanto yang selalu

dan tidak pernah lelah mendoakan, memberi dukungan dalam segala bentuk, motivasi, dan bimbingan.

 Budheku Enywati dan Pakdheku Aris yang selalu memberikan doa,

dukungan, membantu segala proses akademik dan selalu menjadi orang tua kedua bagiku.

 Omaku Meity, Mbah Putri, Mbah Kakung yang selalu memberikan doa,

nasehat, motivasi dan inspirasi kepadaku.

 Adik-adikku Ervan Lauren Taruna Utama, Ziva Aqillah Pramono, dan

Ghusan Abel Pramono yang telah ikut memberikan motivasi kakaknya dalam menimba ilmu.

 Seluruh keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu

yang tidak lelah memberikan segala bentuk dukungan kepadaku.

 Bapak Drs. Paulus Wahana dan Ibu Andri Anugrahana, M.Pd selaku

(5)

v

dan mendidikku dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya tugas akhir ini.

 Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya kepada saya.

 Almamaterku Sanata Dharma yang telah memberikan wadah untuk saya

menjadi seorang pendidik.

 Sahabat, teman, dan orang-orang terdekat Yohanes Demi Setiawan,

(6)

vi

MOTTO

Berdoalah dalam segala hal yang kamu lakukan di dunia ini.

All the impossible is possible for those who believe

Tidak ada kasih yang lebih indah dari kasih sayang Tuhan dan orang tua

kepada anaknya.

Don’t lose the faith, keep praying, keep trying!

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang

disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

Pendidikan merupakan perlengkapan terbaik untuk hari tua.

Kerjakanlah, wujudkanlah, raihlah cita-citamu dengan memulainya dari

bekerja, bukan hanya menjadi beban dalam impianmu.

(7)
(8)
(9)

ix

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA MATEMATIKA KELAS I SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

Devina Anky Arifania Universitas Sanata Dharma

2017

Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan perhitungan. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD. Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika. PMRI merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengedepankan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas dengan tujuan agar siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri terhadap masalah matematika yang sedang dihadapi.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian pengembangan (R&D). Prosedur penelitian dan pengembangan ini terdiri dari lima tahapan antara lain (1) potensi masalah, (2) desain produk, (3) validasi produk, (4) instrumen ujicoba, dan (5) uji coba terbatas. Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa buku guru dan buku siswa dengan menggunakan pendekatan PMRI. Produk sudah divalidasi oleh validator ahli. Hasil validasi produk buku guru adalah 4, 54 dan masuk dalam kategori baik. Sedangkan buku siswa memiliki validasi 4, 23, maka buku siswa masuk dalam kategori baik dan layak untuk diujicobakan.

Kata kunci: penelitian dan pengembangan, Pendekatan Pendidikan Matematika

(10)

x

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF MATHEMATIC TEACHER’S BOOK AND STUDENT’S

BOOK FOR FIRST GRADE ELEMETARY SCHOOL BASED ON

PENDIDIKAN MATEMATIKA REASTIK INDONESIA (PMRI) APPROACH

Devina Anky Arifania Sanata Dharma University

2017

Mathematic is one of many tools to develop a way of thingking. Therefore mathematics is indispensable both for daily life as well as in the face of SCIENCE and TECHNOLOGY so that mathematic needs to be supplied to each student since elementary school. Indonesian Realistic Mathematic Education provides opportunities to students to rediscover and to reconstruct mathematical concepts, so that student have a strong understanding of math concepts.indonesian Realistic Mathematic Education is an approach to learning mathematics that put forward the activity of students in the learning process in classroom with the aim of enambling student to build his own math problems that are being ecountered.

The type of research that researcher used is Research and Development (R & D). Research and Development cinsist of five phases, namely the potential issues, planning design development props, product validation and testing limited. The result of this research is the form of book research teachers and student book using Indonesian Realistic Mahtematic Education approach.

The product is already validated by experts. The result of the teachers book obtain average score 5, 54 and full into good category, while student book obtain score 4, 23 and fall into good category.

Keywords: research and development, Indonesian Realistik Mathemathic Education,

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Kelas I Sekolah Dasar dengan Pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Universitas Sanata

Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa terselesainya skripsi ini karena adanya bimbingan,

perhatian, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan rahmat dkesehatan dan

kelancaran selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Kepala program studi PGSD

Universitas Sanata Dharma.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M. Pd. selaku Wakil kepala program studi

PGSD Universitas Sanata Dharma.

5. Drs. Paulus Wahana M.Hum. selaku Dosen pembimbing I dan Andri Anugrahana,

(12)

xii

petunjuk, dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga

selesai.

6. Ibu M. Sri Wartini selaku kepala sekolah SD Kanisius Sengkan yang telah

memberikan ijin tempat untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Natal selaku wali kelas I SD Kanisius Sengkan yang telah membantu selama

proses penelitian berlangsung.

8. Siswa kelas I A SD Kanisius Sengkan selaku subjek penelitian yang telah bersedia

untuk membentu peneliti dalam proses penelitian.

9. Bapak dan ibu guru serta karyawan/ karyawati SD Kanisius Sengkan yang telah

memberikan bantuan sehingga proses peneitian ini berlangsung dengan lancar.

10. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan semangat, motivasi,

bimbingan, arahan, dan doa yang tidak pernah putus kepada peneliti.

11. Sahabat dan orang terdekat Yohanes Demi Setiawan, Yunita Cahyarini, dan

segenap teman satu payungku.

12. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang selalu memberikan semangat,

dukungan, dan kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.

13. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ..iii

PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ...vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ..ix

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... .6

1.7 Definisi Operasional ... .8

1.8 Spesifikasi produk ... .9

(15)

xv

2.1 Teori yang Mendukung ... 13

2.1.1 Buku Ajar ... 13

2.1.2 Pengembangan Buku Ajar ... 14

2.1.3 Matematika ... 16

2.1.3.1 Pengertian Matematika... 16

2.1.3.2 Tujuan Matematika ... 17

2.1.4 Waktu dalam Matematika di SD ... 19

2.1.5 Karakteristik Siswa SD ... 20

2.1.6 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 23

2.1.6.1 Sejarah Pendidikan Matermatika Realistik Indonesia (PMRI) ... 24

2.1.6.2 Prinsip Pendidikan Matermatika Realistik Indonesia (PMRI) ... 26

2.1.6.3 Karakteristik Pendidikan Matermatika Realistik Indonesia (PMRI) ... 28

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

2.2.1 Peneltian tentang Pengembangan Buku ... 31

2.2.2 Penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 32

2.3 Kerangka Berpikir ... 37

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.3.4 Instrumen Penelitian... 45

3.3.5 Uji Coba Terbatas ... 46

(16)

xvi

3.4.1 Tes ... 47

3.4.2 Non Tes ... 47

3.4.2.1 Kuesioner ... 47

3.4.2.1.1Uji Validasi Produk untuk Ahli ... 49

3.4.2.2 Wawancara ... 49

3.6.2 Instrumen Kuesioner Validasi buku ... 56

3.6.3 Pretest dan Posttest ... 58

3.7 Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.7.1 Validitas ... 59

3.7.2 Reliabilitas ... 60

3.8 Jadwal Penelitian ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1 Hasil Penelitian ... 64

4.1.1 Rumusan Masalah ... 64

4.1.1.1 Proses Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa ... 65

4.1.2 Pertanyaan Penelitian ... 68

4.1.2.1 Situasi Pembelajaran di Kelas ... 68

4.1.2.2 Prosedur Pengembangan Produk ... 71

4.1.2.3 Kualitas Produk ... 81

4.1.2.4 Dampak Produk ... 85

4.1.2.4.1Instrumen Persiapan Ujicoba ... 85

4.2 Pembahasan ... 98

BAB V PENUTUP ... 93

5.1 Simpulan ... 93

(17)

xvii

5.3 Saran ... 94

(18)

xviii

DAFTAR BAGAN

(19)
(20)

xx

DAFTAR DIAGRAM

(21)

xxi

DAFTAR RUMUS

3.1 Perhitungan pretest dan posttet ... 58

3.2 Rerata Tes... 58

3.3 Perbedaan nilai pretest dan posttest ... 58

3.4 Korelasi Product Moment ... 59

(22)

xxii

4.13 Latihan menentukan lama suatu peristiwa ... 76

(23)

xxiii

4.22 Kegiatan belajar 7 ... 80

(24)

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan ... .99

Lampiran 1.1 Resume Analisis Kebutuhan Guru ... .99

Lampiran 1.2 Resume Analisis Kebutuhan Siswa ... 101

Lampiran 2. Instrumen Validasi Produk ... 102

Lampiran 2.1 Tes ... 102

Lampiran 2.1.1 Instrumen Soal Tes ... 102

Lampiran 2.1.2 Uji Empiris ... 106

Lampiran 2.1.3 Hasil Uji Validitas ... 110

Lampiran 2.1.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 125

Lampiran 2.2 Kuesioner ... 126

Lampiran 2.2.1 Kuesioner Validasi Produk untuk Ahli ... 126

Lampiran 2.2.2 Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa ... 128

Lampiran 2.2.3 Resume Validasi Produk ... 130

Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas ... 140

Lampiran 3.1 Soal Tes, Rubrik Penskoran, dan Kunci Jawaban ... 140

Lampiran 3.2 Hasil Pretest ... 146

Lampiran 3.3 Hasil Posttest ... 147

Lampiran 3.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 152

Lampiran 4. Admisnistrasi dalam Penelitian ... 158

Lampiran 4.1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ke SD ... 158

Lampiran 4.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SD ... 159

Lampiran 4.3 Surat Permohonan Validasi Ahli ... 160

Lampiran 5. Dokumentasi ... 161

(25)

xxv

Lampiran 5.2 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 162

Lampiran 5.2.1 Uji Coba Lapangan Terbatas hari 1 ... 162

Lampiran 5.2.2 Uji Coba Lapangan Terbatas hari 2 ... 163

Lampiran 5.2.3 Uji Coba Lapangan Terbatas hari 3 ... 164

Lampiran 6. Album Buku Guru dan Buku Siswa ... 165

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional dan spesifikasi produk. Uraian dari

masing-masing bab pendahuluan adalah sebagai berikut.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan

kemampuan manusia. Hal ini disampaikan oleh Tatang (2010: 2) yang

mengungkapkan bahwa ”Pendidikan adalah kegiatan mengembangkan segala

kemampuan dasar atau bawaan (potensi) pendidik yang mencakup kemampuan

dasar jasmaniah dan rohaniah. ”Kemampuan jasmani dan rohani pendidik, dapat

berkembang apabila pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang mampu

mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik dalam hal ini adalah siswa

sedangkan pendidik adalah guru. Bidang studi Matematika merupakan salah satu

komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi

Matematika diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat

dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah (Susanto, 2013:184).

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

(27)

2 bidang studi Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi

dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, serta memberikan

dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto,

2013:185). Menurut Andi Hakim Nasution dalam Masykur (2008: 42)

Matematika adalah ilmu struktur, urutan dan hubungan yang meliputi dasar-dasar

perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.

Belajar Matematika lebih baik apabila dengan menggunaan benda konkret

(Reys, dkk dalam Tombokan dan Kandou, 2014: 28). Siswa SD memiliki rentang

usia antara 7 sampai 12 tahun. Piaget dalam Heruman (2007: 1) mengemukakan

bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai

12-13 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Tahap ini merupakan

kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika

meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. (Hariyati, Indaryanti,

& Zulkardi, 2008: 3) mengatakan bahwa, “Matematika harus dikaitkan dengan

realita dan matematika merupakan aktivitas manusia.” Pernyataan tersebut

memiliki arti bahwa matematika harus dekat dengan kehidupan sehari-hari yang

dialami oleh siswa, karena matematika merupakan aktivitas yang dilakukan oleh

manusia.

Berdasarkan sumber yang peneliti dapat dari hasil wawancara terhadap

empat guru dan empat siswa dari empat Sekolah Dasar yang berbeda, diperoleh

informasi bahwa ada 75% guru yang kesulitan mengajarkan konsep waktu kepada

(28)

3 pembelajaran kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa

kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa

mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan

sehari-hari. Mengingat bahwa tahap perkembangan berfikir siswa tingkat SD belum

formal atau masih konkret, sementara salah satu karakteristik matematika adalah

mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak

siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Buku ajar yang digunakan masih

terbatas jumlahnya yang spesifik membahas tentang materi tertentu. Biasanya

buku membahas materi secara umum sehingga kurang memfasilitasi guru dan

siswa untuk mempelajari suatu materi secara lebih mendalam. Ada juga yang

kesulitan mengajarkan konsep jam kepada anak karena belum terlalu sering

menggunakan jam. Siswa yang diwawancarai juga mengalami kesulitan dalam

materi waktu karena mereka hanya belajar melalui catatan, mereka ingin belajar

dengan benda yang langsung atau buku yang memiliki gambar yang banyak.

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan sebuah buku ajar yang

memfasilitasi guru dan siswa untuk mempelajari materi khususnya materi waktu

kelas I. Buku ajar dibedakan menjadi buku guru yang menjadi pedoman guru dan

buku siswa yang menjadi pegangan siswa. Pendekatan pembelajaran yang

dipandang tepat yang dapat menjembatani permasalahan tersebut yaitu

pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yakni

pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman

sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika

(29)

4 fasilitator untuk siswa. Freudhental (Hariyati, Indaryanti, & Zulkardi, 2008: 3)

mengatakan bahwa, “Matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika

merupakan aktivitas manusia”. Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa

matematika harus dekat dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep

matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep

matematika. Suryanto, dkk (2010: 37) mengungkapakan Pendidikan matematika

realalistik Indonesia (PMRI) adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi

dari realistic mathematics education yang telah diselaraskan dengan kondisi

budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. PMRI merupakan salah

satu alternatif pendekatan pembelajaran yang diupayakan di Indonesia untuk

meningkatkan kemapuan memecahkan persoalan matematika yang sedang

dihadapi.

Dari uraian di atas, perlu adanya upaya untuk membuat sesuatu yang

membantu siswa lebih memahami materi yang diperlukan. Salah satunya dengan

mengembangkan buku guru dan buku siswa dengan pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang dapat digunakan sebagai pendukung

dalam pembelajaran Matematika khususnya pada kelas I materi waktu. Buku guru

dan buku siswa digunakan sebagai panduan dan pedoman guru maupun siswa

dalam mempelajari materi yang nantinya diharapkan dapat membantu guru untuk

mengajarkan materi waktu serta membantu siswa untuk lebih memahami materi

(30)

5

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, ada kesulitan guru dan siswa yang

terjadi di pembelajaran Matematika kelas I pada materi waktu. Berdasarkan hasil

wawancara guru dan siswa yang telah di lakukan di empat sekolah, diperoleh data

bahwa

1.2.1 Guru dan siswa membutuhkan suatu alat yang dapat membantu dalam

pembelajaran Matematika untuk lebih mendalami materi waktu di kelas I.

1.2.2 Pembelajaran di dalam kelas kurang tercapai karena tidak adanya buku

panduan untuk guru yang menerangkan langkah-langkah pembelajaran.

1.2.3 Pembelajaran di dalam kelas kurang tercapai kaena kurangnya

ketersediaan buku untuk siswa.

1.2.4 Pembelajaran di kelas kurang tercapai karena tidak adanya media konkret

yang membantu siswa belajar.

1.2.5 Materi yang diajarkan akan lebih mudah tersampaikan bila bersifat

kontekstual atau melalui benda nyata yang ada di sekeliling siswa dan

guru.

1.3Batasan Masalah

Peneliti melakukan batasan masalah agar inti dari penelitian dapat

terfokus. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1.3.1 Produk yang dikembangkan adalah buku guru dan buku siswa.

1.3.2 Produk yang dikembangkan hanya mengukur mata pelajaran matematika

(31)

6 dan Kompetensi Dasar 2.1 Menentukan waktu (pagi, siang, malam), dan

jam (secara bulat) 2.2 Menentukan lama suatu kejadian berlangsung.

1.3.3 Materi yang digunakan adalah tentang waktu.

1.3.4 Pendekatan pembelajaran dibatasi pada pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1.4Rumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana penyusunan buku guru dan buku siswa kelas I Sekolah Dasar

dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

pada materi waktu?

1.4.2 Bagaimana kualitas buku guru dan buku siswa kelas I Sekolah Dasar

dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

pada materi waktu?

1.5Tujuan Penelitian

1.5.1 Mendeskripsikan buku guru dan buku siswa kelas I Sekolah Dasar dengan

pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) pada materi waktu.

1.5.2 Mendeskripsikan kualitas buku guru dan buku siswa kelas I Sekolah Dasar

dengan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) pada materi waktu.

1.6Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian dapat menambah pengetahuan dan

(32)

7 waktu (pagi, siang, malam), dan jam (secara bulat) serta menentukan lama

suatu kejadian berlangsung.

1.6.2 Manfaat praktis

Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan wawasan baru

mengenai sistematika pembuatan buku, sistematika pembuatan soal,

menganalisis butir soal, untuk mengetahui kualitas buku dan butir soal

serta menjadi bekal peneliti ketika menjadi guru dalam membuat soal.

1.6.3 Bagi guru

Dapat mengajarkan materi waktu dengan bantuan buku guru dan buku

siswa untuk peserta didik kelas 1 agar lebih mudah memahami materi

waktu.

1.6.4 Bagi siswa

Siswa mengalami pengalaman mengerjakan buku siswa dengan

menggunakan model pembelajaran PMRI untuk membantu memahami

materi waktu kelas 1.

1.6.5 Bagi sekolah

Dapat menambah bahan bacaan mengenai pengembangan buku guru dan

buku siswa kelas 1 materi waktu dengan menggunakan model PMRI.

1.6.6 Bagi peneliti

Memberikan pengalaman berharga dan wawasan kepada peneliti mengenai

upaya mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan PMRI berupa buku

siswa dan buku guru untuk memfasilitasi pencapaian literasi matematika

(33)

8

1.7Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1.7.1 Pengembangan buku merupakan upaya meningkatkan mutu suatu agar

dapat dipakai untuk kepentingan akademik yang lebih baik.

1.7.2 Buku guru merupakan buku yang digunakan oleh guru sebagai pegangan

dalam proses pembelajaran

1.7.3 Buku siswa merupakan buku yang digunakan siswa dalam proses

pembelajaran.

1.7.4 Pendekatan PMRI merupakan sebuah pendekatan yang diadaptasi dari

sebuah teori yang berasal dari Belanda yaitu Realistic Mathematics

Education (RME) yang menekankan kebermaknaan belajar matematika

pada siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam prosees belajar mengajar,

serta mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

1.7.5 Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bilangan,

simbol, keteratuaran dari hal yang sifatnya konkret menuju hal yang

sifatnya abstrak (dalil).

1.7.6 Siswa sekolah dasar merupakan murid dengan rentang usia 6 atau 7

sampai 12 atau 13 tahun dan berada dalam tahap operasional konkret

(mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika walaupun terikat dengan

(34)

9

1.8Spesifikasi Produk

1.8.1 Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku guru dan

buku siswa materi waktu untuk kelas I dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran PMRI.

1.8.2 Produk yang dikembangkan terbagi menjadi 2 buku, yaitu buku guru dan

buku siswa.

1.8.3 Buku guru merupakan buku yang menjadi pegangan guru dalam

mengajarkan materi waktu dengan menggunakan pendekatan PMRI di

kelas.

1.8.4 Cara penggunaan buku guru sama dengan cara penggunaan buku siswa,

namun pada buku guru terdapat penjelasan yang lebih detail yang perlu

diperhatikan oleh guru seperti kotak-kotak yang berisikan catatan.

Catatan-catatan tersebut merupakan karakteristik dari PMRI yaitu

penggunaan konteks (berkaitan dengan masalah pada dunia nyata namun

bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, dan situasi lain),

penggunaan model (berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan

matematika tingkat konkret menuju abstrak), konstruksi siswa (siswa

berusaha memecahkan masalah dalam menemukan suatu hasil

pembelajaran), interaktivitas (aktivitas siswa), dan keterkaitan antar topik

(intertwining). Buku guru memuat konten yang lebih lengkap karena

disertai dengan karakteristik PMRI, tahapan PMRI, dan

petunjuk/langkah-langkah kegiatan. Buku guru ini memliki panjang 29cm, lebar 20cm,

(35)

10

Gambar 1.1 Cover buku guru

Komponen dari buku ini adalah halaman judul, kata pengantar petunjuk

penggunaan buku, daftar isi, isi yang meliputi menentukan siang dan malam,

latihan 1, latihan 2, menentukan lama suatu peristiwa, kegiatan belajar 1, kegiatan

belajar 2, kegiatan belajar 3, kegiatan belajar 4, membaca tanda waktu pada jam

analog, jam analog, kegiatan belajar 5, membaca jam analog, kegiatan belajar 6,

jam digital, membaca jam digital, kegiatan belajar 7, aktifitas siswa, latihan soal,

daftar referensi dan riwayat hidup penulis. Buku guru ini memiliki warna cover

yang beragam, beralaskan warna dasar putih yang berisi tulisan buku guru di

pojok kanan atas, tulisan Matematika warna hitam diblok dengan background

warna kuning, lalu ada gambar anak perempuan sedang menggunakan jam

analog, di bawah gambar ada beberapa animasi bergambarkan jam kemudian di

pojok kanan ada tulisan 1 yang artinya kelas 1.

20cm 20cm

(36)

11

Gambar 1.2 Langkah-langkah pembelajaran dan karakteristik PMRI dalam buku guru

Buku siswa merupakan buku yang dipegang oleh siswa memuat konten

yang sama dengan buku guru. Hanya dalam buku siswa tidak disertakan

keterangan yang ditunjukkan seperti pada gambar buku guru. Buku siswa

merupakan buku yang menjadi pegangan siswa dalam mempelajari materi waktu

dengan menggunakan model pembelajaran PMRI di kelas. Buku siswa ini

memliki panjang 29cm, lebar 20cm, ketebalan 3,8 mm, dan memiliki 37 halaman.

Gambar 1.3 Cover Buku Siswa

20 cm 20 cm

(37)

12 Komponen buku siswa meliput latihan-latihansoal yang terdiri dari

gambar-gambar, latihan soal individu, dan aktifitas kelompok. Dalam buku siswa terdapat

alat dan bahan ajar yang mudah dicari dan dekat dengan siswa.

Gambar 1.4 Latihan individu

(38)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II memuat kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir,

dan pertanyaan penelitian. Uraian dari bab landasan teori adalah sebagai berikut.

2.1 Teori yang Mendukung

Kajian teori ini memuat tentang teori belajar yang mendukung;

karakteristik siswa Sekolah Dasar, matematika, dan pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Uraian dari kajian teori yang dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1 Buku Ajar

Buku ajar merupakan salah satu jenis bahan ajar. Bahan ajar menurut Andi

Prastowo (2011: 17) merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks)

yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi

yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran

dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan

ajar menurut Depdiknas (2008: 7) merupakan seperangkat materi yang disusun

secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan

siswa untuk belajar. Bentuk bahan ajar meliputi (a) bahan cetak, (b) Audio, (c)

Visual (d) Audio Visual, dan (e) Multi Media.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian buku ajar adalah bahan yang

didesain untuk disajikan sebagai bahan cetakyang disusun secara sistematis

(39)

14 sebagai alat bantu agar siswa melakukan pengalaman belajar pada proses

pembelajaran tatap muka dengan pendidik/guru maupun pada proses belajar

mandiri. Fungsi buku ajar adalah sebagai pedoman bagi guru untuk mengarahkan

siswa melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran, sedangkan bagi siswa

untuk acuan aktivitas dalam proses pembelajaran.

2.1.2 Pengembangan Buku Ajar

Suatu buku ajar yang telah disusun memiliki kualitas tertentu, jika

digolongkan menjadi dua kriteria, maka suatu buku ajar dengan kualitas baik dan

kurang baik. Untuk menentukan kualitas suatu buku ajar, maka buku ajar harus

melalui serangkaian tahapan pengembangan.

Rangkaian pengembangan dimulai dari memperhatikan prinsip

pengembangan bahan ajar, yaitu

1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret

untuk memahami yang abstrak.

2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan belajar.

5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

mencapai ketinggian tertentu.

6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus

mencapai tujuan.

(40)

15 Acuan pertama berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar menurut Depdinas

(2008: 10 - 11) adalah sebagai berikut.

1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, mulai dari yang konkret

untuk memahami yang abstrak

2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

4. Motivasi yang tinggi merupakan salah satu penentu keberhasilan belajar.

5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

sampai pada ketinggian tertentu

6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus

mencapai tujuan.

Selanjutnya pada halaman Depdinas (2008: 28) diuraikan mengenai

evaluasi buku ajar yang meliputi empat komponen, yaitu komponen kelayakan isi,

kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika.

Komponen kelayakan isi antara lain mencakup.

1. Kesesuaian dengan SK, KD.

2. Kesesuaian dengan perkembangan anak.

3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar.

4. Kebenaran subtansi materi pembelajaran.

5. Manfaat untuk penambahan wawasan.

(41)

16 Acuan kedua berdasarkan pendapat Azhar Arsyad (2011: 87-91) bahwa

dalam mengembangkan buku ajar memperhatikan enam elemen, yaitu konsistensi,

format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

2.1.3 Matematika

Matematika yang dibahas adalah tentang pengertian matematika, tujuan

matematika, dan matematika pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan keliling dan luas persegi serta persegi panjang. Uraian mengenai kajian

teori matematika adalah sebagai berikut.

2.1.3.1Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh

siswa dalam suatu institusi pendidikan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan

tentang pengertian matematika. Russefendi (Heruman, 2007: 1) mengemukakan

bahwa “Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara induktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang

didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.” Jadi, menurut

Russefendi matematika ini menekankan pada ilmu tentang keteratuan pada

struktur maupun unsur tetentu.

Hudojo (2001: 45) mengemukakan hal yang berbeda dengan pernyataan

Rusfendi. Hudojo (2001: 45) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah suatu

alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat

diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi

(42)

17 didik sejak SD, bahkan sejak TK.” Bekal yang diberikan kepada peserta didik

dengan baik sejak usia dini akan menjadikan nilai lebih dibandingkan peserta

didik yang lainnya dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Dukungan dan

kesadaran dari peserta didik sendiri untuk menerapkan bekal pengetahuan

matematika tersebut dalam kehidupan sehari-hari juga sangat diperlukan dalam

hal ini.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online (2014), juga

mengemukakan hal yang berbeda dengan pendapat Hudojo dan Russfendi

mengenai pengertian matematika. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online

(2014) mendefinisikan matematika sebagai, “Ilmu tentang bilangan, hubungan

antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian

masalah mengenai bilangan.” Selaras dengan pengertian matematika menurut

KBBI online, Soedjadi (2000: 11) juga mengemukakan bahwa matematika adalah

pengetahuan tentang bilangan. Simpulan yang berkaitan dengan ketiga pendapat

ahli dan KBBI online tersebut adalah bahwa matematika adalah suatu ilmu yang

mempelajari tentang bilangan, simbol, keteratuaran dari hal yang sifatnya konkret

menuju hal yang sifatnya abstrak (dalil). Matematika ini perlu dibekalkan kepada

anak sejak SD bahkan TK agar anak dapat menghadapi kemajuan IPTEK.

2.1.3.2Tujuan Matematika

Matematika dapat ditinjau dari segi pendidikan dan dari segi pembelajaran

yang masing-masing memiliki tujuan seperti yang dikemukakan oleh

Mathematical Sciences Education Board-National Research Council (Wijaya,

(43)

18 dari posisi matematika dalam lingkungan sosial. Empat tujuan dari pendidikan

matematika tersebut yaitu: tujuan praktis, tujuan kemasyarakatan, tujuan budaya,

dan tujuan profesional. Pertama, tujuan praktis (practical goal) ini berkaitan

dengan pengembangan kemampuan siswa dalam menggunakan matematika untuk

menyelesaikan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan

kemasyarakatan (civic goal) yang berorientasi pada kemampuan siswa untuk

berpartisipasi secara aktif kemasyarakatan merupakan tujuan ke dua dari tujuan

matematika. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan matematika tidak

hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa, tetapi juga aspek afektif

siswa.

Tujuan ketiga yaitu, tujuan profesional (professional goal) yang

mempersiapkan siswa untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan ke empat adalah tujuan

budaya (cultural goal) yang merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk

budaya. Jadi, pendidikan matematika perlu menempatkan matematika sebagai

hasil kebudayaan manusia sekaligus sebagai suatu proses untuk mengembangkan

suatu kebudayaan. Hal ini bertujuan agar pendidikan matematika memiliki nilai

lebih dibandingkan negara lain, khususnya dalam bidang kebudayaan.

Ada lima tujuan pembelajaran matematika. Hal ini dikemukakan oleh

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006

tentang standar isi (Wijaya, 2012: 16). Kelima tujuan tersebut adalah sebagai

berikut.

Tujuan pertama yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan

(44)

19 tepat, dalam pemecahan masalah. Tujuan ke dua adalah menggunakan penalaran

pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika. Tujuan ke tiga, yaitu memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah merupakan urutan ke empat dari

tujuan pembelajaran matematika. Tujuan yang terakhir adalah memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu sikap rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah. Jadi, siswa diharapkan mampu memecahkan suatu

masalah matematika apabila siswa paham konsep setelah diadakannya suatu

pembelajaran. Kedua pendapat mengenai rumusan tujuan matematika tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan dan pembelajaran matematika sangat baik untuk

kehidupan siswa.

2.1.4 Waktu dalam Matematika di SD

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang wajib

dipelajari oleh siswa SD. Sesuai dengan kurikulum KTSP Matemtika adalah salah

satu bagian dari isi pendidikan yang harus disampaikan di Sekolah Dasar, karena

matematika merupakan ilmu yang universal dan mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu, juga

(45)

20 “Matematika adalah mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali para siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, kreatif serta kemampuan kerja sama, agar dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah dan tidak pasti dan kompetitif”.

Tujuan pembelajaran matematika seperti yang diuraikan dalam Kurikulum

2006 (BSNP) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan

masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Materi waktu diajarkan pada pelajaran matematika di Sekolah Dasar mulai

dari kelas I. Materi waktu kelas I meliputi menentukan pagi siang malam,

menentukan hari dan tanggal, membaca tanda waktu pada jam analog,

menentukan lama suatu kejadian berlangsung, dan menyelesaikan soal

pengukuran waktu.

2.1.5 Karakteristik Siswa SD

Siswa SD memiliki rentang usia antara 7 sampai 12 tahun. Piaget dalam

Heruman (2007: 1) mengemukakan bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya

berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12-13 tahun berada dalam tahap operasional

konkret. Tahap ini merupakan kemampuan dalam proses berpikir untuk

mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek yang

bersifat konkret.

Ada beberapa karakteristik siswa sekolah dasar yang dikemukakan oleh

beberapa ahli. Piaget (dalam Ormrod, 2008: 46) menyebutkan bahwa ada 6

(46)

21 pembedaan perspektif sendiri dari perspektif orang lain. Siswa menyadari bahwa

orang lain memiliki pemahaman yang berbeda dengannya dan gagasannya sendiri

belum tentu tepat. Karakteristik ke dua adalah inklusi kelas. Siswa menyadari

bahwa objek-objek dapat secara bersamaan menjadi anggota suatu kategori

sekaligus menjadi anggota suatu kategori sekaligus menjadi anggota salah satu

sub kategorinya. Konservasi adalah karakteristik ke tiga dari siswa sekolah dasar.

Siswa meyakini bahwa jumlah materi tetaplah sama jika tidak ada yang

ditambahkan atau dikurangkan, walaupun ada beberapa materi yang diubah atau

disusun ulang.

Karakteristik ke empat adalah reversibilitas. Siswa memahami bahwa

proses-proses tertentu dapat dilakukan dengan langkah yang berkebalikan, dengan

hasil yang sama. Kemampuan melakukan penalaran mengenai transformasi adalah

karakteristik ke lima dari siswa sekolah dasar. Siswa dapat melakukan penalaran

mengenai perubahan dan dampak-dampaknya. Karakteristik ke enam adalah

penalaran deduktif. Siswa mampu menarik kesimpulan logis berdasarkan dua atau

lebih informasi. Karakteristik yang muncul dimulai dari hal yang mudah terlebih

dahulu, misalnya membedakan sesuatu, sampai dengan hal yang cukup sulit, yaitu

siswa dapat menyimpulkan berbagai hal yang diperolehnya.

Menurut Nasution (dalam Djamarah, 2011: 123) masa usia sekolah dasar

sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga

kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Pendapat Nasution ditambahkan oleh

pendapat Suryobroto dalam Djamarah (2011: 124) yang menyatakan bahwa usia

(47)

22 diperinci menjadi dua fase, yaitu: masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira

umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun dan masa kelas-kelas tinggi

sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun.

Penjelasan dari fase kelas rendah menurut Suryobroto dalam Djamarah (2011:

124) adalah sebagai berikut:

Fase pertama adalah masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang memiliki

beberapa sifat khas yang dimiliki oleh anak-anak pada masa ini, yaitu: a) adanya

korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani

dengan prestasi sekolah; b) adanya sikap yang cenderung untuk mamatuhi

peraturan-peraturan permainan yang tradisional; c) ada kecenderungan memuji

diri sendiri; d) suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal

itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain; e) kalau tidak dapat

menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak penting; dan f) pada

masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang

baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau

tidak. Anak perlu diberi pengawasan dan pengertian oleh guru maupun orang tua

agar karakteristik yang dimilikinya tidak berdampak buruk pada fase usia

selanjutnya.

Fase kedua adalah masa kelas atas siswa SD yang dikemukakan oleh

Suryobroto dalam Djamarah (2011: 124) memiliki penjelasan sebagai berikut:

Fase kelas atas siswa SD memiliki beberapa sifat khas yang dimiliki oleh

anak-anak pada masa ini, yaitu: a) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari

(48)

23 masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus; d) sampai

dengan kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang

dewasa lainnya; dan e) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok

sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.

Fase ini menunjukkan bahwa anak tidak lagi terikat pada aturan permainan

yang tradisional, akan tetapi mereka sudah mampu membuat peraturan sendiri

dalam suatu permainan. Fase kelas atas ini juga menandakan bahwa anak mulai

memiliki karakterisik yang baik, akan tetapi masih diperlukan adanya bimbingan

dari guru, orang tua, maupun orang lain disekitarnya agar karakteristik siswa

tersebut dapat selalu mengarah kepada hal-hal positif.

Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat ahi tersebut adalah

siswa sekolah dasar masih dalam tahap operasional konkret. Jadi, mereka

membutuhkan sesuatu yang nyata terlebih dahulu untuk dapat menyelesaikan

suatu masalah. Siswa dapat diajak pada hal-hal yang bersifat abstrak apabila

perkembangan kemampuan siswa sudah bertambah. Bimbingan, pengertian, dan

pengawasan dari luar diri siswa/anak juga tetap harus diberikan kepada mereka.

Tujuannya adalah agar karakteristik siswa/anak yang kurang baik pada masa

operasional konkret ini tidak berdampak buruk bagi kehidupan selanjutnya.

2.1.6 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan oleh

guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran. Komalasari (2010: 54)

mengemukakan bahwa, “ Pendekatan diartikan titik tolak atau sudut pandang kita

(49)

24 suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu.” Guru perlu melakukan pemilihan pendekatan pembelajaran yang

sesuai dengan tingkat perkembangan siswa agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan pembelajaran yang dibahas dalam

kajian teori ini adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI). Uraian dari masing-masing kajian teori mengenai sejarah PMRI, prinsip

PMRI, dan karakteristik PMRI adalah sebagai berikut.

2.1.6.1Sejarah Pendidikan Matermatika Realistik Indonesia (PMRI)

Pembaharuan dalam berbagai bidang pendidikan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang sesuai selalu dilakukan oleh suatu institusi pendidikan. Salah

satu pembaharuan tersebut dilakukan oleh pendidikan matematika. Suryanto

(2010: 37) mengemukakan bahwa pada tahun 1970-an, universitas Utrecht, yang

memiliki lembaga penelitian tentang pendidikan matematika, melakukan upaya

pembaharuan pendidikan matematika yang dipelopori oleh Hans Freudental.

Lembaga tersebut diberi nama dengan Freudental Institute, dan karya

pembaharuannya diberi nama dengan “Realistic Mathematics Education (RME)”

yang bertumpu pada realitas dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi sebelum PMRI benar-benar

diakui di Indonesia, seperti ketidakpercayaan guru terhadap perubahan hasil

belajar siswa apabila menggunakan pendekatan PMRI, orang tua yang

mengeluhkan perubahan pembelajaran, atasan yang hanya beranggapan bahwa

(50)

25 mempercayai pemegang otoritas (Marpaung, 2008: 7). Tantangan tersebut

sekarang telah terjawab. Kemajuan dan perubahan dalam bidang matematika

sudah mulai terlihat, seperti siswa menjadi senang belajar matematika dengan

suasanya belajar yang tidak membuat tegang dan menakutkan, siswa memiliki

rasa percaya diri yang lebih tinggi, kerjasama antar siswa dengan siswa atau siswa

dengan guru menjadi meningkat, serta guru juga merasa memiliki tantangan

tersendiri pada saat melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk

membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Pemikiran Freudhental selanjutnya digunakan sebagai acuan penerapan

PMRI. Freudhental (Hariyati, Indaryanti, & Zulkardi, 2008: 3) mengatakan

bahwa, “Matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia.” Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa matematika harus

dekat dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa, karena matematika

merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadaptasi Realistic

Mathematics Education (RME) dengan nama “Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI)”. Jadi, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari

Realistic Mathematics Education (RME) yang telah disesuaikan dengan kondisi

budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. Suryanto (2010: 13)

mengatakan bahwa “PMRI terbentuk dari usaha sekelompok kecil (kelompok

awal) pendidik matematika di Indonesia yang peduli terhadap masalah-masalah

(51)

26 berbagai perguruan tinggi, yaitu ITB, UPI, Unesa, UNY, dan USD. Berbagai

persiapan dilakukan oleh sekelompok kecil tersebut untuk melakukan perpindahan

ke arah PMRI. PMRI mulai dikenalkan dan diujicobakan di Indonesia pada tahun

2000 yang akhirnya pada tahun 2011 PMRI (Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia) lahir sebagai suatu gerakan peduli matematika yang mengusahakan

peningkatan kualitas pendidikan matematika di Indonesia.

2.1.6.2Prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

PMRI merupakan pengembangan dari Realistic Mathematics Education

(RME). Hal ini dikemukakan oleh Ullya, dkk (2010: 87), yaitu “Gagasan PMRI

berawal dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah dikembangkan di

Belanda sejak awal 70-an.” Gagasan tersebut menjelaskan bahwa prinsip PMRI

juga mengadaptasi prinsip RME. Gravemeijer (Marpaung, 2008: 4) menyebutkan

bahwa prinsip dari Real Mathematic Education (RME)adalah: guided reinvention

and progressive mathematization, didactical phenomenology, dan from informal

to formal mathematics. Ketiga prinsip yang disebutkan oleh Gravemeijer tersebut

juga dijelaskan oleh Suryanto (2010: 42).

Prinsip yang pertama adalah guided reinvention and progressive

mathematization (penemuan kembali secara terbimbing dan matematisasi

progresif). Prinsip ini menekankan pada “penemuan kembali dan matematisasi

atau pematematikaan” dimulai dari masalah kontekstual yang dapat dipahami atau

dibayangkan/dikonstruksi sendiri oleh siswa dan mengarah ke pemikiran

matematis. Progresif dalam hal ini memiliki maksud bahwa prinsip tersebut terdiri

(52)

27 masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada matematika formal) dan

matematisasi vertikal (dari matematika formal menuju ke matematika formal yang

lebih luas, tinggi, atau rumit).

Prinsip kedua adalah didactical phenomenology (fenomenologi didaktis).

Prinsip ini menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan

menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik

matematika kepada siswa. Jadi, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi

akan berpusat pada siswa, bahkan pada masalah kontekstual, karena dalam

masalah kontekstual dapat digunakan untuk memantapkan pemahaman siswa atas

sesuatu yang dihadapinya.

Prinsip ketiga adalah from informal to formal mathematics (dari

matematika informal menuju matematika formal). Prinsip ini menunjukkan

adanya fungsi “jembatan” yang berupa model. Model disini disebut dengan

“model of” dan sifatnya masih dapat disebut “matematika informal.” Selanjutnya

melalui generalisasi atau formalisasi dapat mengembangkan model yang lebih

umum yang mengarah kepada matematika formal. Model yang memiliki sifat

umum ini disebut dengan “model for.” Proses tersebut sesuai dengan

matematisasi yang berurutan, yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi

vertikal, yang memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah matematika

dengan caranya sendiri.

Ketiga prinsip tersebut juga diilhami oleh Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI). Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan

(53)

28 perlu lagi mengalami ketakutan terhadap matematika. Hal ini dikarenakan dengan

guru menyajikan prinsip-prinsip dari para ahli tersebut maka proses pembelajaran

matematika menjadi lebih baik dan mudah dipahami oleh siswa.

2.1.6.3Karakteristik Pendidikan Matermatika Realistik Indonesia (PMRI)

Ada lima karakteristik Realistic Mathematics Education (RME) yang

digunakan sebagai acuan penarapan pembelajaran matematika di sekolah seperti

yang dikemukakan oleh Traffers. Traffers (Wijaya, 2012: 21-22) merumuskan

lima karakteristik Realistic Mathematics Education (RME), yaitu: penggunaan

konteks, penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas,

dan keterkaitan.

Karakteristik pertama adalah penggunaan konteks. Konteks digunakan

sebagai titik awal pembelajaran matematika. De Lange (Hariyati, Indaryanti, &

Zulkardi, 2008: 4), menyatakan bahwa, “Masalah kontekstual sebagai aplikasi dan

sebagai titik tolak darimana matematika yang diinginkan dapat muncul.” Konteks

dalam hal ini tidak harus berupa masalah dunia nyata, namun bisa dalam bentuk

permainan, penggunaan alat peraga, ataupun situasi yang bermakna bagi siswa

dan dapat dibayangkan dalam pikiran siswa. Suryanto (2010: 44) menambahkan

bahwa masalah kontesktual dapat disajikan di awal, tengah, atau akhir

pembelajaran. Tujuan dari masalah yang disajikan di awal adalah untuk

membangun konsep, definisi, operasi, dan cara pemecahan masalah.

Permasalahan yang disajikan di tengah mengandung maksud untuk memantapkan

(54)

29 diakhir dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam

mengaplikasikan hal-hal yang telah ditemukan tersebut.

Karakteristik ke dua adalah menggunakan model untuk matematisasi

progresif yang dapat menjadi jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika

tingkat konkret menuju pengetahuan matematika tingkat formal. Model yang

dimaksud adalah benda konkret ataupun semikonkret seperti gambar dan skema

(Suryanto, 2012: 44). Usdiyana, Purniati, Yulianti, & Harningsih (2009: 3)

menambahkan bahwa proses penyelesaian soal cerita dilakukan dengan mengubah

soal cerita ke dalam bentuk konkret, dilanjutkan ke dalam bentuk abstrak. Bentuk

abstrak tersebut berupa simbol melalui proses pemahaman soal dengan

menunjukkan hal yang diketahui hal yang ditanyakan, dan operasi hitung yang

diperlukan.

Karakteristik ke tiga adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Siswa

pada karakteristik ke tiga ini ditempatkan sebagai subjek belajar untuk

mengembangkan strategi pemecahan masalah, sehingga diharapkan akan

diperoleh strategi yang bervariasi. De Lange (Hariyati, Indaryanti, & Zulkardi,

2008: 4) menambahkan bahwa kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar

diharapkan dari konstruksi siswa sendiri. Konstruksi tersebut mengarahkan

mereka untuk mengembangkan kemampuannya dalam pemecahan masalah

matematika.

Karakteristik ke empat adalah interaktivitas. Proses belajar diarahkan

kedalam proses sosial (interaksi) bukan hanya proses individu saja. Suryanto

(55)

30 atau siswa dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Bentuk interaksi

tersebut, misalnya: diskusi, negosiasi, dan komunikasi. Selanjutnya, De Lange

(Hariyati, Indaryanti, & Zulkardi, 2008: 4) menyatakan bahwa, “Kontribusi yang

besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang

mengarahkan mereka dari metode informal mereka kearah yang lebih formal atau

standar.” Kebermaknaan pembelajaran merupakan tujuan dari karakteristik ini.

Karakteristik ke lima adalah keterkaitan. RME menempatkan keterkaitan

(intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus

dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. De Lange (Hariyati, Indaryanti, &

Zulkardi, 2008: 4) menambahkan, “Pembelajaran holistik, menunjukkan bahwa

unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan

keintegrasian harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah.” Pernyataan De

Lange selaras dengan pernyataan Suryanto (2010: 45), yang menyatakan bahwa

keterkaitan antar topik, konsep, operasi, sangat kuat, sehingga sangat

dimungkinkan adanya integrasi antara hal-hal tersebut. Jadi, tujuan dari

karakteristik ke lima ini adalah pembelajaran matematika dapat mengenalkan dan

membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan, walaupun akan

ada konsep tertentu yang dominan.

Lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik tersebut diilhami oleh

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Karakteristik yang ada pada

Realistic Mathematics Education (RME) itulah yang membantu peserta didik

(56)

31 akan merubah citra matematika yang awalnya dianggap sebagai mata pelajaran

yang sulit dan menakutkan.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Peneltian tentang Pengembangan Buku

Penelitian relevan yang pertama adalah tentang pengembangan buku oleh

Nurul Laili Rahmawati, Sudarmin, Krispinus Kedati Puka (2013). Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan buku saku IPA terpadu bilingual tema bahan

kimia dalam kehidupan sebagai bahan ajar di MTs dan mengetahui pengaruh

penggunaan buku saku IPA terpadu bilingual terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Research and Development (R&D).

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi, angket, dan tes.

Teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian berupa buku

saku IPA terpadu bilingual yang layak dilihat dari tanggapan siswa dan guru IPA

serta validasi aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan,

dimana semua aspek memiliki kriteria sangat baik. Hasil tanggapan memiliki

kriteria sangat baik dan menarik. Hasil belajar siswa pada skala besar mencapai

85.7% siswa tuntas belajar, menunjukkan adanya pengaruh yaitu thitung>ttabel

dengan gain 0.4 yang termasuk kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian,

maka dapat disimpulkan bahwa buku saku IPA terpadu bilingual tema bahan

kimia dalam kehidupan layak digunakan sebagai bahan ajar dan dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Penelitian relevan yang kedua adalah pengembangan buku ajar. Dara (2011)

(57)

32 Yogyakarta kelas XI semester 2 program IPS berdasarkan pendekatan student

centered learning (scl). Dalam penelitian ini menghasilkan produk berupa buku

ajar bahasa Indonesia SMA di Yogyakarta kelas XI semester 2 program IPS.

Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan analisis kebutuhan, guru dan siswa

membutuhkan buku ajar agar pembelajaran bahasa Indonesia berhasil. Hasil dari

penelitian ini adalah buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti memperoleh

presentasi kelayakan sebesar 80%.

2.2.2 Penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI

Penelitian relevan yang ketiga adalah tentang Realistic Mathemamtics

Education (RME) oleh Ozmeir & Uzel (2011). Judul penelitian yang dilakukan

oleh Ozmeir & Uzel (2011) adalah, “The Effect Of Realistic Mathematics

Education On Student Achievement and Student Opinions Towards Instruction.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas RME terhadap

kemampuan mengemukakan pendapat dan prestasi siswa. Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek dari penelitian ini

adalah 74 siswa dari SD di Balıkesir daerah Turki tahun ajaran 2007/2008 yang

terbagi ke dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menggunakan

pendekatan tradisional.

Hasil dari penelitian dari Ozmeir & Uzel (2011) menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME lebih efektif dibandingkan

dengan pendekatan tradisional, karena pendekatan RME mendukung keterampilan

siswa dalam mengemukakan pendapat dan pada akhirnya meningkatkan prestasi

(58)

33 dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu prestasi belajar siswa.

Persamaaan lainnya adalah pada pendekatan yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada, yaitu pendekatan RME. Pendekatan RME

merupakan pendekatan yang diadaptasi oleh pendekatan PMRI yang digunakan

pada penelitian ini.

Penelitian relevan keempat dilakukan oleh Ullya, Zulkardi, & Putri (2010)

dengan judul, “Desain Bahan Ajar Penjumlahan Pecahan Berbasis Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Negeri 23 Indralaya.” Penelitian ini menggunakan metode penelitian „design

research‟. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 23 Indralaya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa desain bahan ajar penjumlahan

pecahan berbasis PMRI untuk siswa kelas IV sudah dinyatakan baik. Hal ini

dilihat dari hasil ulangan harian siswa dari 4 soal yang diberikan untuk 49 orang

ternyata untuk soal nomor 1 yang dinyatakan berhasil sebanyak 48 orang

(97,96%), soal nomor 2 yang dinyatakan berhasil 42 orang (85,71%), soal nomor

3 yang dinyatakan berhasil sebanyak 32 orang (65,31%), dan soal nomor 4 yang

berhasil sebanyak 41 orang (83,67%). Jika dilihat dari tugas yang diberikan oleh

guru ternyata hasil tugas pertama yang tuntas sebanyak 33 orang (67,3%)

sedangkan untuk pertemuan terakhir (ke empat) siswa yang tuntas mencapai 41

orang (83,67%).

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Ullya, Zulkardi, & Putri

(2010) adalah proses pembelajaran siswa dengan menggunakan bahan ajar

(59)

34 ide-ide dan menumbuhkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah, dilihat

dari proses yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah. Penelitian

ini relevan karena memiliki persamaan dalam menggunakan salah satu pendekatan

untuk mengatasi permasalahan yang ada, yaitu menggunakan pendekatan PMRI.

Penelitian relevan yang terakhir dilakukan oleh Kusumaningtyas,

Wardono, & Sugiarto (2013). Kusumaningtyas, Wardono, & Sugiarto (2013)

melakukan penelitian berjudul, “Penerapan PMRI terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Berbantuan Alat Peraga Materi Pecahan.”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada

aspek kemampuan pemecahan masalah dengan pembelajaran PMRI berbantuan

alat peraga pada materi pecahan. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode quasi eksperimen. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD

Karangtengah tahun pelajaran 2011/2012, sedangkan objek dari penelitian ini

adalah kemampuan pemecahan masalah matematika.

Hasil penelitian dari Kusumaningtyas, Wardono, & Sugiarto (2013)

menunjukkan bahwa persentase hasil pengamatan terhadap guru pada kelas

eksperimen pertemuan kedua adalah 76,3%, sedangkan pada kelas kontrol adalah

69,4%. Persentase hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada kelas eksperimen

pertemuan kedua adalah 69,44% sedangkan pada kelas kontrol adalah 65,2%.

Kesimpulannya yaitu ada perbedaan kemampuan memecahkan masalah atas

penggunaan pembelajaran PMRI berbantuan alat peraga. Relevansi antara

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu karena

(60)

35 untuk mengatasi permasalahan yang ada. Pendekatan tersebut adalah PMRI.

Kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat di literature map pada

(61)

36

(62)

37

2.3 Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah dasar. Ada siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan mata

pelajaran yang sulit dan menakutkan, padahal dalam kegiatan sehari-hari, siswa

selalu menggunakan matematika dengan atau tanpa disadari.

Kenyataan yang terjadi, ada faktor yang menyebabkan matematika

dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa. Faktor tersebut

ada yang berasal dari dalam dan ada juga faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya adalah sifat malas yang telah

ada pada benak siswa untuk berusaha mencoba memecahkan masalah matematika.

Faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya adalah pembelajaran yang

dilakukan guru kurang bermakna bagi siswa, belum mampu untuk

mengembangkan potensi pada diri siswa dalam mecahkan masalah matematika,

dan materi yang disajikan tidak dalam bentuk yang variatif, nyata, serta dapat

dibayangkan oleh siswa. Kedua faktor tersebut juga dapat menghambat

pemahaman siswa akan materi yang diajarkan. Guru dalam hal ini dihnarapkan

dapat menyajikan pembelajaran yang membantu siswa memahami materi yang

diajarkan kepada secara alamiah dalam pemecahan masalah matematika. Guru

memiliki permasalahan yang sama saat mengajarkan suatu materi. Bahan ajar

yang terbatas pada latihan soal dan uraian sangat membatasi guru dalam

mengeksplor pengetahuan siswa tentang materi ajar dan implementasinya dalam

Gambar

Gambar 1.1 Cover buku guru
Gambar 1.3 Cover Buku Siswa
Gambar 1.4 Latihan individu
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R & D)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di wilayah kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur komunitas makrozoobentos serta kondisi faktor fisika-kimia air di Sungai Batang Hari Kabupaten Solok

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kondisi tenaga kerja tidak lagi sebagai pegawai negara melainkan sebagai pegawai perusahaan yang tidak bertanggung jawab

kmdki F& eF dji hhoi$dhddI.riJFsfryis

Dalam hal ini penulis mencoba mengungkap keindahan-keindahan yang terdapat dalam Syair Ikan Terubuk berdasarkan konsep keindahan dalam karya sastra Melayu Klasik seperti yang

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagiaan dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. PADANG

Pihak KFC Padang dapat berfokus pada faktor yang berpengaruh secara significant terhadap loyalitas merek yaitu brand name, harga, promosi dan service quality.. Pihak KFC

[r]