DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8
C.RumusanMasalahPenelitian... 11
D.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
F. Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
A. Kebangkrutan ... 14
1. Problematika Kesulitan Keuangan (financial distress) ... 14
2. Kebangkrutan Perusahaan ... 16
3. PenyebabKebangkrutan ... 18
4. IndikatorKebangkrutan ... 19
B. AnalisisKebangkrutan Model Altman Z-Score ... 20
1. Model Original Z-Score (untukperusahaanpublikmanufaktur) ... 20
2. Model A Z-Score (untukperusahaanprivatemanufaktur) ... 21
3. Model B Z-Score (untukperusahaandiluarmanufaktur) ... 22
C. LaporanKeuangan ... 23
D. RasioKeuangan ... 26
E. HasilPenelitianTerdahulu ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. DesainPenelitian ... 36
B. OperasionalisasiVariabel ... 36
C. JenisdanSumber Data ... 37
D. PopulasidanSampel ... 38
E. TeknikPengumpulan Data ... 40
F. TeknikAnalisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A.Gambaran Obyek Penelitian ... 42
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 68
A. Simpulan ... 68
B. Saran ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Total Aktivalancar, KewajibanlancardanRasiolancar ... 6
Tabel 3.1 OperasionalisasiVariabel ... 37
Tabel 3.2 JenisdanSumber Data ... 38
Tabel 3.3 Sampel ... 39
Tabel 4.1 Modal kerjapada Total aktivaPeriode2011-2014 ... 50
Tabel 4.2 Labaditahanpada Total aktivaPeriode 2011-2014 ... 53
Tabel 4.3 LabaSebelumBungadanPajakPeriode 2011-2014 ... 55
Tabel 4.4 NilaiPasar Modal PadaNilaiBukuHutangPeriode 2011-2014 ... 57
Tabel 4.5 Penjualanpada Total aktivaPeriode 2011-2014 ... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Rasio Modal Kerjapada Total Aktiva Perusahaan
OtomotifdanKomponenPeriode 2011-2014 ... 51
Gambar 4.2 Grafik RasioLadaditahanpada Total Aktiva Perusahaan
OtomotifdanKomponenPeriode 2011-2014 ... 53
Gambar 4.3 Grafik RasioLabaSebelumBungadanPajakPada Total Aktiva
Perusahaan OtomotifdanKomponenPeriode 2011-2014 ... 56
Gambar 4.4 Grafik RasioNilaiPasar Modal padaNilaiBukuHutang Perusahaan
OtomotifdanKomponenPeriode 2011-2014 ... 58
Gambar 4.5 Grafik RasioPenjualanPada Total Aktiva Perusahaan
OtomotifdanKomponenPeriode 2011-2014 ... 60
Gambar 4.6 Grafik Nilai Altman Z-Score Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, didukung dengan
peluang usaha yang sangat besar membuat persaingan bisnis antar perusahaan
menjadi semakin ketat. Persaingan ini menuntut perusahaan untuk selalu
memperkuat fundamental manajemen agar perusahaan mampu bersaing dengan
perusahaan yang lain. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah
untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham,
dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kemampuan suatu perusahaan
untuk dapat bersaing ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan
yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya cepat atau lambat
akan mengalami kebangkrutan. Menurut Batubara (2011 : 1) :
Agar kelangsungan hidup suatu perusahaan tetap terjaga, maka pihak manajemen harus dapat mempertahankan atau terlebih lagi melakukan peningkatan kinerja perusahaannya. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang di publikasikan.
Pada dasarnya kebangkrutan sangat merugikan banyak pihak, terutama
kreditur dan investor. Bagi investor, kebangkrutan akan mempunyai konsekuensi
berkurangnya investasi atau bahkan hilangnya investasi secara keseluruhan,
sedangkan bagi kreditur, pernyataan bangkrut akan mengakibatkan kerugian
sebagai akibat hilangnya tagihan pokok pinjaman piutang beserta bunganya. Bagi
perusahaan, kebangkrutan akan menanggung biaya yang tidak sedikit. Kesulitan
keuangan merupakan salah satu penyebab terjadinya kebangkrutan yang
tergambar dari ketidakmampuan atau tidak tersedianya dana untuk membayar
kewajiban-kewajiban yang telah jatuh tempo, sehingga perusahaan mengalami
kegagalan pembayaran yang tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Resiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur
melalui laporan keuangan, untuk mengantisipasi kebangkrutan suatu perusahaan
kemungkinan kebangkrutan itu dengan cara melakukan analisis rasio terhadap
laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Analisis rasio keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi
beberapa pihak. Hal ini sejalan dengan pendapat Husnan & Pudjiastuti (2006 : 59)
yang menyatakan, “Analisis rasio ini berguna untuk beberapa pihak yaitu pihak
intern perusahaan, para calon pemodal, dan kreditur. Kepentingan mereka
mungkin berbeda tetapi mereka mengharapkan untuk memperoleh informasi dari
laporan keuangan perusahaan.”
Pemakaian analisis rasio memiliki kendala karena masing-masing rasio
memiliki kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan
keuangan perusahaan. Terkadang rasio-rasio tersebut juga terlihat berlawanan satu
sama lain. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara
individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk
memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Untuk
melengkapi keterbatasan dari analisis rasio maka dapat dipergunakan alat analisis
yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksi resiko
kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis ini dikenal dengan analisis Z-Score.
Analisis Z-Score merupakan sebuah alat prediksi kebangkrutan yang
dibuat oleh Dr. Edward I. Altman pada tahun 1968. Metode ini menggunakan
rasio-rasio tertentu dalam rangka memprediksi resiko kebangkrutan sebuah
perusahaan. Altman berusaha mengkombinasikan beberapa rasio keuangan
menjadi suatu model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminan
yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dari
penelitiannya tersebut, Altman menggunakan lima rasio keuangan yang
diperuntukkan bagi perusahaan go public yaitu Modal Kerja terhadap Total
Aktiva, Laba Ditahan terhadap Total Aktiva, EBIT terhadap Total Aktiva, Nilai
Pasar Ekuitas terhadap Total Hutang, dan Penjualan terhadap Total Aktiva. Dari
hasil perhitungan akan diperoleh nilai Z (Z-Score) yang dapat menggambarkan
posisi keuangan perusahaan sedang dalam kondisi sehat, rawan atau dalam
Setiap perusahaan bila dalam kondisi tidak sehat dapat terancam
mengalami kebangkrutan, tidak terkecuali pada perusahaan yang memproduksi
beberapa kebutuhan masyarakat. Sub sektor Otomotif dan Komponen yang berada
dalam sektor aneka industri merupakan sub sektor dengan nilai kapitalisasi pasar
tertinggi sebesar 95,67% dibandingkan dengan sub sektor-sub sektor lainnya yang
berada di dalam sektor aneka industri.
Selain itu industri otomotif merupakan perusahaan yang sangat sensitif
dengan keadaan ekonomi secara makro yang dikenal dengan cyclical industries.
Hantaman krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1998
membuat perusahaan harus memangkas produksi besar-besaran. Data Gabungan
Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyebutkan, pemanfaatan
kapasitas produksi komponen tahun 1998 hanya 30% saja, namun dari tahun ke
tahun perkembangan industri otomotif dan komponen seakan menguasai daerah
pemasaran di negeri ini. Akan tetapi krisis financial global pada tahun 2008
dampaknya telah mempengaruhi kinerja sektor otomotif di Indonesia terutama
pada tahun 2009. Menurut laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Indonesia (Gaikindo) tingkat produksi dan penjualan mobil pada tahun 2009
mengalami penurunan dibandingkan pada tahun sebelumnya. Tingkat produksi
merosot menjadi 464.815 unit pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya
600.628 unit atau mengalami penurunan sebesar 22,6%, sedangkan tingkat
penjualan melemah 19,9%, pada tahun 2008 penjualan tercatat sebanyak 603.774
unit menjadi hanya 483.548 unit pada tahun 2009, penurunan penjualan ini
disebabkan oleh melemahnya nilai rupiah yang menyebabkan kenaikan harga
mobil, sehingga konsumen menunda untuk membeli mobil. Memasuki tahun 2010
pasar mobil mulai bergairah karena ekonomi dunia mulai pulih. Setiap rumah
rata-rata memiliki setidaknya satu atau bahkan lebih kendaraan bermotor, namun
kondisi pasar otomotif Indonesia kembali kurang bergairah di awal tahun 2015.
Penjualan ritel di pasar turun 20% dari Desember ke Januari, ini penurunan
terbesar dalam lima tahun. Ada beberapa penyebab kondisi demikian, diantaranya
harga mobil naik mulai Januari, pajak progresif, biaya produksi, dan penurunan
umumnya pembelian mobil baru turun 10%, sementara di mobil bekas turun 5%.
Itu berarti pembelian mobil baru lebih jatuh dibanding mobil bekas.
(kompas.com)
Bila keadaan seperti ini terus terjadi perusahaan-perusahaan otomotif dan
komponen akan kesulitan mendapatkan laba, keadaan ini akan menganggu
keuangan perusahaan sehingga perusahaan pun akan mengalami kesulitan
keuangan yang akan berakibat pada terganggunya kegiatan operasional
perusahaan dan kewajiban perusahaan dalam memenuhi utangnya. Sedangkan
setiap perusahaan pada dasarnya didirikan untuk menghasilkan laba. Jumlah laba
yang diperoleh merupakan salah satu tolok ukur dalam menilai keberhasilan
perusahaan. Untuk mendapatkan laba yang tinggi, dapat dicapai apabila seluruh
elemen dalam perusahaan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Selain itu, untuk mendapatkan laba yang tinggi
diperlukan adanya pengelolaan terhadap keuangan yang disebut dengan
manajemen keuangan. Manajemen keuangan ini menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Oleh karena itu,
semua perusahaan otomotif bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar yang luas,
sehingga setiap perusahaan otomotif harus berani mengambil langkah yang tepat
untuk persaingan tersebut demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan secara seksama adalah
aspek pengaturan keuangan dalam aktiva lancar dan utang, karena aktiva lancar
dan utang yang dicakup dalam manajemen modal kerja berkaitan erat dengan
kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan
dapat berjalan dengan lancar apabila perusahaan dapat mempertahankan jumlah
dan komposisi aktiva lancar melalui modal kerja sesuai kebutuhan perusahaan.
Sebaliknya kegiatan operasional perusahaan akan terhambat apabila perusahaan
mengambil kebijakan penggunaan utang (utang lancar maupun utang jangka
panjang) dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan namun tidak dapat
mengelola utang tersebut secara produktif. Hal ini memberi dampak negatif bagi
digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dan menjadi kewajiban
perusahaan yang harus dibayar pada waktu jatuh tempo, sehingga perusahaan
harus memperhitungkan risiko yang ditimbulkan dari utang tersebut agar terhindar
dari kerugian yang akan berdampak pada kinerja perusahaan. Pengelolaan aktiva
lancar dan utang yang tepat akan memungkinkan perusahaan untuk mencapai
tingkat laba yang diharapkan.
Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat
diuangkan pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun, sedangkan kewajiban
lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus segera
dibayar. Jangka waktu kewajiban lancar adalah maksimal satu tahun. Jika
dilakukan perbandingan menggunakan rasio likuiditas salah satunya yaitu dengan
rasio lancar, maka akan terlihat kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban lancar jika dibandingkan dengan aktiva lancarnya. Semakin kecil nilai
rasio lancar, semakin berkurang kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban lancarnya. Kasmir (2009 : 134) menyatakan bahwa rasio lancar atau
current ratio merupakan :
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Dalam prakteknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% atau 2:1 yang artinya satu rupiah utang lancar dijamin dengan dua rupiah aktiva lancar terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Dengan hasil rasio seperti itu perusahaan sudah merasa berada dititik aman dalam jangka pendek.
Industri otomotif dan komponen Indonesia adalah salah satu industri yang
berkembang sangat pesat, bernilai tinggi dan paling menjanjikan di Indonesia.
Walaupun begitu bukan berarti perusahaan-perusahaan yang terdapat di dalamnya
bebas dari kendala dan masalah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Masalah
yang dialami oleh perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen adalah adanya
kesulitan keuangan yang diakibatkan turunnya penjualan, hal ini berdampak pada
operasional perusahaan. Untuk dapat melihat kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya dapat diukur menggunakan rasio lancar.
Berikut ini merupakan tabel total aktiva lancar, kewajiban lancar dan rasio
lancar pada Industri Otomotif dan Komponen pada tahun 2013.
TABEL 1.1
TOTAL AKTIVA LANCAR, KEWAJIBAN LANCAR, DAN RASIO LANCAR PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN
Kode
Perusahaan Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Rasio Lancar (%)
ASII 88352 71139 124,196
BRAM 91543 58257 157,136
GDYR 49903 53178 93,841
GJTL 6843 2964 230,870
IMAS 11634 10717 108,556
INDS 1086590 281799 385,590
AUTO 5029 2661 188,989
LPIN 117583 47334 248,411
MASA 163564 104398 156,673
NIPS 534840 508836 105,110
PRAS 331855 321945 103,08
SMSM 1097152 523047 209,762
Sumber: Laporan Keuangan Industri Otomotif dan Komponen dalam ww.idx.co.id periode 2013 (data diolah)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat tujuh perusahaan yang
memiliki nilai rasio dalam kisaran 100%. Hal ini menunjukkan keadaan
perusahaan tersebut belum dapat dikatakan aman tetapi aktiva lancarnya dapat
menutupi semua utang lancar perusahaan. Semakin kecil nilai rasio lancar,
semakin berkurang kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
lancarnya. Bila hal ini terus terjadi maka akan timbul masalah likuiditas
perusahaan yang menunjukkan adanya kesulitan keuangan. Ketujuh perusahaan
tersebut yaitu PT Astra Internasional Tbk, PT Indo Kordsa Tbk, PT Indomobil
Sukses Internasional Tbk, PT Astra Otoparts Tbk, PT Multistrada Arah Sarana
Tbk, PT Nipress Tbk, PT Prima Alloy Steel Universal Tbk, sedangkan pada PT
total aktiva lancar yang lebih kecil dibandingkan dengan total kewajiban
lancarnya, hal ini menunjukkan adanya kesulitan keuangan pada perusahaan
sehingga perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Jika keadaan seperti ini dibiarkan maka pada beberapa tahun ke depan perusahaan
akan mengalami kebangkrutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Munawir (2008 :
94) :
Current ratio memberikan indikasi penting mengenai kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya atau utang jangka pendeknya, karena kalau utang lancarnya melebihi aktiva lancarnya berarti perusahaan tidak akan mampu membayar tagihan utangnya.
Sedangkan, menurut Blum (dalam Munawir, 2008 : 288) kegagalan keuangan
dapat diartikan sebagai :
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditor untuk mengurangi atau menghapus utangnya.
Sementara itu, menurut Prihadi (2011 : 332) kebangkrutan (bankcruptcy)
merupakan :
Kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.
Beberapa penelitian untuk melihat resiko kebangkrutan pada perusahaan
telah dilakukan, Hadi dan Anggraeni (2008) melakukan penelitian untuk
memprediksi perusahaan yang akan delisting menggunakan model zmijewski,
model altman, dan model springate. Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa model prediksi Altman merupakan prediktor terbaik
diantara ketiga prediktor yang dianalisis. Selanjutnya penelitian Jayanti (2010),
berdasarkan hasil penelitian terdapat satu perusahaan yang pada setiap tahunnya
memiliki nilai Z-Score terendah dan disarankan untuk segera melakukan tindakan
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Jayanti (2010) yang
menganalisis resiko kebangkrutan dengan menggunakan model Altman Z-Score
pada industri Property di BEI pada tahun 2004-2008. Adapun perbedaan dari
penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah penulis
memilih untuk melakukan penelitian pada perusahaan Otomotif dan Komponen
yang list di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014 berdasarkan kriteria
kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara utuh
kondisi kinerja keuangan industri Otomotif dan Komponen yang list di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan 2014 berdasarkan model
Altman Z-Score, apakah perusahaan yang terdapat dalam industri otomotif dan
komponen berada dalam keadaan sehat atau berpotensi bangkrut.
Berdasarkan pendapat para ahli dan penelitian di atas untuk menghindari
terjadinya kerugian oleh berbagai pihak akibat kebangkrutan suatu perusahaan,
maka harus dilakukan analisis untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan dengan menggunakan model Altman Z-Score, sehingga dapat
dilakukan tindakan preventif sebelum kerugian yang lebih besar dan meluas
terjadi. Jika perusahaan mampu untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan, maka perusahaan juga dapat menggunakannya sebagai tanda
peringatan awal akan adanya kemungkinan kebangkrutan pada masa yang akan
datang.
B. Identifikasi Masalah
Penyebab kebangkrutan pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor
internal perusahaan maupun faktor eksternal, baik yang bersifat khusus yang
berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum.
Adapun faktor internal menurut Munawir (2008 : 289) adalah :
2. Tidak seimbangnya antara jumlah modal perusahaan dengan jumlah utang piutangnya. Utang yang terlalu besar dapat mengakibatkan beban bunga yang besar dan memberatkan perusahaan. Namun piutang yang terlalu besarpun dapat merugikan perusahaan, karena modal kerja yang tertanam pada piutang terlalu besar akan mengakibatkan berkurangnya likuiditas perusahaan atau bahkan mengalami kesulitan keuangan, lebih parah lagi kalau debitur-debitur perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya atau bahkan menjadi kredit macet. 3. Sumberdaya secara keseluruhan yang tidak memadai keterampilannya,
integritas dan loyalitas dan bahkan moralitasnya rendah sehingga banyak terjadi kesalahan, penyimpangan, dan kecurangan-kecurangan terhadap keuangan perusahaan serta penyalahgunaan wewenang yang akibatnya akan sangat merugikan perusahaan.
Sedangkan faktor eksternal menurut Munawir (2008 : 290) terbagi menjadi
dua yaitu :
1. Faktor eksternal yang bersifat umum yang dapat mengakibatkan kebangkrutan suatu perusahaan adalah faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta tingkat campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berada.
2. Faktor eksternal yang bersifat khusus, artinya faktor-faktor luar yang berhubungan langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan, pemasok, dan faktor pesaing.
Berdasarkan indikasi kebangkrutan perusahaan yang dikemukakan di atas
salah satu indikasi kebangkrutan perusahaan adalah kesulitan keuangan. Untuk
mengantisipasi munculnya kesulitan keuangan dapat dilihat melalui prediksi
kebangkrutan yang dilakukan sebagai langkah antisipasi yang diperlukan
perusahaan terhadap masalah kesulitan keuangan dimasa yang akan datang.
Altman Z-Score merupakan salah satu model prediksi yang diambil dari model
terkenal yaitu bankcruptcy model, digunakan untuk memprediksi kemungkinan
atau resiko kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisis laporan
keuangan perusahaan tersebut. Model ini dikembangkan oleh seorang pakar
ekonomi keuangan di New York University’s Stern School of business kyang
bernama Profesor Edward I Altman, pada tahun 1968, sehingga model ini dikenal
dengan Altman Z-Score (www.bankcruptcyaction.com). Mengetahui nilai z
perusahaan dengan metode diskriminan kebangkrutan Altman, perusahaan dapat
mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaannya, jika nilai z perusahaan
dapat memperbaiki kesehatan keuangan perusahaannya dengan segera, sehingga
dengan mengetahui nilai z ini maka kondisi keuangan perusahaan akan semakin
kuat dan dapat diantisipasi sedini mungkin (early warning system). Model Altman
Z-Score dapat diterapkan untuk perusahaan go public maupun non go public. Hal
ini didukung oleh penelitian Sanobar Anjum (2012) yang menyatakan dengan
bantuan model Altman Z-Score dapat memprediksi efisiensi
keuangan/kebangkrutan hingga 2 sampai 3 tahun mendatang. Sebuah studi yang
signifikan model Altman Z-Score menunjukkan berbagai informasi keuangan
yang dapat berguna dalam memprediksi kegagalan bisnis. Model Dr Altman telah
diteliti dengan baik dan banyak studi perintis telah dilakukan menggunakan
Z-Score. Perubahan signifikan yang dilakukan pada persamaan Altman telah
meningkatkan prediktabilitas kebangkrutan.
Sejalan dengan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana analisis kebangkrutan perusahaan pada sub sektor
otomotif dan komponen dengan menggunakan model Altman Z-Score. Dalam
model prediksi Altman Z-Score terdapat lima indikator rasio-rasio keuangan yang
dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut
dan tidak bangkrut, yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to
Total Assets, EBIT to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of total
Liabilities, Sales to Total Assets. Kelima rasio keuangan tersebut telah mewakili
aspek-aspek likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas.
Berdasarkan gambaran dan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut guna dapat melakukan prediksi
potensi kebangkrutan perusahaan. Prediksi kebangkrutan ini perlu dilakukan
untuk memperoleh peringatan awal dan sebagai langkah antisipasi yang
diperlukan perusahaan atas masalah kesulitan keuangan di masa yang akan
datang. Adapun model untuk memprediksi kebangkrutan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan model Altman Z-Score, sehingga penulis
“Analisis Resiko Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Altman Z
-Score Pada Industri Otomotif dan Komponen Yang List Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2014”
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan identifikasi masalah
penelitian yang telah dikemukakan di atas, peneliti membatasi rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana rasio likuiditas yang digunakan pada model prediksi Altman
Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
2. Bagaimana rasio profitabilitas yang digunakan pada model prediksi
Altman Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
3. Bagaimana rasio solvabilitas yang digunakan pada model prediksi Altman
Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
4. Bagaimana rasio aktivitas yang digunakan pada model prediksi Altman
Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
5. Bagaimana metode Altman Z-Score memprediksi kecenderungan potensi
kebangkrutan pada industri otomotif & komponen periode 2011-2014
yang listing di Bursa Efek Indonesia
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis potensi kebangkrutan
perusahaan pada sub sektor otomotif dan komponen dengan menggunakan model
Altman Z-Score, sehingga melalui penelitian ini dapat diketahui gambaran
kecenderungan potensi kebangkrutan perusahaan yang terdapat dalam sub sektor
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis rasio likuiditas yang digunakan pada model
prediksi Altman Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
2. Mengetahui dan menganalisis rasio profitabilitas yang digunakan pada
model prediksi Altman Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan
pada perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
3. Mengetahui dan menganalisis rasio solvabilitas yang digunakan pada
model prediksi Altman Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan
pada perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
4. Mengetahui dan menganalisis rasio aktivitas yang digunakan pada model
prediksi Altman Z-Score dalam memprediksi potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif dan komponen periode 2011-2014
5. Mengetahui dan menganalisis kecenderungan potensi kebangkrutan pada
perusahaan-perusahaan otomotif & komponen periode 2011-2014 yang
listing di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman
Z-Score
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai analisis rasio keuangan dengan
menggunakan model Altman Z-Score dalam memprediksi potensi
kebangkrutan suatu perusahaan
b. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan acuan
serta perbandingan bagi para akademisi yang juga melakukan penelitian
terhadap hal yang sama
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk
menganalisis fakta dan gejala yang terjadi dan dapat ditarik kesimpulan
b. Bagi investor atau kreditor dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan
bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan, bagi
manajer dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan yang dipakai untuk menjalankan atau mengelola
usahanya, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan kondisi keuangan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Merumuskan desain penelitian merupakan hal yang penting karena dengan
merumuskan desain penelitian tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik.
Pengertian dari desain penelitian menurut Nazir (2011 : 84) adalah “semua
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”
Metode penelitian merupakan cara kerja untuk penelitian suatu objek, yang
akan memandu peneliti tentang urutan-urutan penelitian yang dilakukan dan
juga meliputi teknik dan prosedur yang akan digunakan dalam penelitian.
Menurut Sugiyono (2011 : 2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dapat
disimpulkan metode penelitian merupakan cara meneliti untuk memperoleh,
menyusun, menganalisis dan mengintrupsikan data yang sedang diteliti. Sesuai
dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Definisi
metode analisis deskriptif menurut Sugiyono (2008 : 147) yaitu :
Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Adapun tujuan dari analisis deskriptif menurut Nazir (2011 : 54) adalah “untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.”
B.Operasionalisasi Variabel
Darmawan (2013 : 108) mendefinisikan “variabel pada dasarnya adalah suatu
hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kesimpulannya.” Berdasarkan judul yang diteliti yaitu “Analisis Resiko Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Pada Industri
Otomotif & Komponen Yang List Di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2014”, maka variabel yang diteliti adalah Resiko Kebangkrutan. Dalam
penelitian ini untuk memprediksi resiko kebangkrutan perusahaan
menggunakan metode Altman Z-Score. Dalam Altman Z-Score menggunakan
lima rasio keuangan yang mewakili aspek likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas
dan Aktivitas, sehingga penjabaran konsepnya dapat dituangkan dalam tabel
operasionalisasi variabel penelitian di bawah ini :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Resiko
Kebangkrutan
Likuiditas =
Rasio
Profitabilitas
=
=
Rasio
Solvabilitas =
Rasio
Aktivitas =
Rasio
C. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sumber yang
merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi berupa publikasi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sugiyono (2013 : 137) jika dilihat dari sumber data, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan. Data sekunder yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan Perusahaan
Sub sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2011-2014. Adapun tabel mengenai data dan sumber yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jenis dan Sumber Data
No Data Jenis
Data
Sumber Data
1 Stock Chart perusahaan sub sektor
otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI
Sekunder www.sahamok.com
2 Laporan Keuangan tahunan perusahaan sub sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI
Sekunder www.idx.co.id
D.Populasi dan Sampel
a. Populasi
Definisi populasi menurut Sugiyono (2011:117) “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahan-perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang berjumlah
12 perusahaan.
b. Sampel
Definisi sampel menurut Arikunto (2010 : 174) “sampel adalah sebagian
yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Penarikan sampel dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu “teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” (Sugiyono, 2013:126)
Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan:
“untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.” (Sugiyono, 2012 : 126)
Adapun krteria sampel yang akan digunakan yaitu :
1) Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2011-2014
2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2011-2014
3) Memiliki data lengkap mengenai variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian
4) Perusahaan bergerak di bidang otomotif dan komponen
5) Perusahaan yang diprediksi memiliki kesulitan keuangan
Berdasarkan kriteria di atas maka diperoleh delapan perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini. Berikut merupakan tabel daftar
perusahaan otomotif dan komponen yang menjadi sampel.
Tabel 3.3
Daftar Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Menjadi Sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 ASII PT Astra Internasional Tbk
2 BRAM PT Indo Kordsa Tbk
3 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk
4 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
5 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
6 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk
7 NIPS PT Nipress Tbk
8 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Menurut Arikunto (2006 : 158,231) “Metode dokumentasi
dalam pelaksanaanya, peneliti mencari, mengumpulkan dan menyelidiki
variabel penelitian yang ada di dalam benda tertulis seperti
dokumen-dokumen.” Penulis dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan keuangan tahun 2011-2014 perusahaan otomotif dan komponen yang
sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data yang dibutuhkan, dan
diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Adapun tahap-tahap analisis data yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh data yang diperlukan yaitu laporan keuangan perusahaan
otomotif dan komponen di BEI pada tahun 2011-2014 yang sudah
diolah.
b. Menghitung rasio keuangan perusahaan dengan menggunakan model
Original Altman Z-Score (untuk perusahaan publik manufaktur) , rasio
keuangan yang dihitung mencakup rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas
c. Menghitung nilai model Altman Z-Score dari rasio keuangan yang
telah diketahui tersebut. Adapun rumus dari model Altamn Z-Score
adalah
Z = 1,2 + 1,4 + 3,3 + 0,6 + 1,0
Keterangan :
= Modal kerja / Total aktiva
= Laba ditahan / Total aktiva
= Laba sebelum bunga dan pajak / Total aktiva
d. Melakukan interpretasi nilai hasil perhitungan model Altman Z-Score.
Interpretasi nilai Z-Score :
1) Z-Score di atas 2,99 : perusahaan berada dalam keadaan
tidak potensial bangkrut
2) Z-Score antara 1,81-2,99 : perusahaan berada dalam di grey
area
3) Z-Score di bawah 1,81 : perusahaan berada dalam keadaan
potensial bangkrut
e. Menghitung nilai kebangkrutan (Zi) untuk mengetahui perusahaan
yang memiliki kinerja terbaik dan terendah guna diperbandingkan