• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM

(Studi Kasus di DKM Al- Furqon SMAN 3 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Ade Yuni Ratnasari 1102218

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Ade Yuni Ratnasari NIM 1102218

Sebuah skripsi yang digunakan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

©Ade Yuni Ratnasari, 2015

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JANUARI 2015

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

(3)
(4)
(5)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Ade Yuni Ratnasari (1102218) Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

(6)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci: Karakter Privat, Karakter Publik, Ekstrakurikuler ABSTRACT

Ade Yuni Ratnasari (1102218) Citizenship Character Building through Rohis Extracurricular

(7)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(8)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

F. Penjelasan Istilah ... 9

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Karakter ... 12

1. Pengertian Karakter... 13

2. Komponen Karakter ... 12

3. Nilai-nilai Pembentuk Karakter ... 17

(9)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

2. Peran dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 24

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 24

4. Komponen Pendidikan Kewargaegaraan ... 25

C. Ekstrakurikuler ... 27

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 27

2. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 28

3. Peranan Ekstrakurikuler ... 28

4. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 30

5. Ekstrakurikuler Rohis ... 30

D. Pembinaan Karakter Kewarganegaraan melalui Ekstrakurikuler Rohis Ditinjau dari Teori PKn ... 32

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 39

1. Lokasi Penelitian ... 39

2. Subjek Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 40

1. Tahap Pra Penelitian ... 40

2. Tahap Perizinan ... 40

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 41

4. Tahap Analisis Data ... 42

5. Tahap Penyusunan Laporan ... 42

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 43

1. Pendekatan Penelitian ... 43

2. Metode Penelitian ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

(10)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Observasi ... 47

3. Catatan Lapangan ... 47

4. Dokumentasi ... 48

5. Triangulasi ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 51

1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 51

2. Analisis Data di Lapangan Model Miles and Huberman ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum Lokasi Penulisan ... 54

1. Sejarah dan Fungsi Bangunan SMA Negeri 3 Bandung ... 54

2. Profil SMA Negeri 3 Bandung ... 55

3. Manajemen 1567 SMA Negeri 3 Bandung ... 55

4. Sarana Prasarana yang Ada di SMA Negeri 3 Bandung ... 57

5. Daya Dukung Tenaga Pendidik di SMA Negeri 3 Bandung ... 58

6. Data Peserta Didik ... 59

7. Ekstrakurikuler di SMA Negeri 3 Bandung ... 59

8. Ekstrakurikuler Rohis DKM Al-Furqon SMA Negeri 3 Bandung ... 59

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Proses Pembinaan Karakter Privat yang Dilakukan Melalui Ekstrakurikuler Rohis ... 62

2. Proses Pembinaan Karakter Publik yang Dilakukan Melalui Ekstrakurikuler Rohis ... 68

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembinaan Karakter Privat dan Publik yang Dilakukan Melalui Ekstrakurikuler Rohis ... 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

1. Proses Pembinaan Karakter Privat yang Dilakukan Melalui Ekstrakurikuler Rohis ... 79

(11)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembinaan Karakter Privat

dan Publik yang Dilakukan Melalui Ekstrakurikuler Rohis ... 88

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

1. Kesimpulan Umum ... 95

2. Kesimpulan Khusus ... 96

B. Saran ... 97

1. Bagi Sekolah ... 97

2. Bagi Guru ... 97

3. Bagi Ekstrakurikuler Rohis ... 98

4. Bagi Departemen Pendidikan Kewarganegaraan ... 98

5. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100 DAFTAR LAMPIRAN

(12)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup manusia pada dasarnya adalah untuk selalu belajar. Belajar untuk selalu berubah kearah yang lebih baik lagi, baik dari segi pemikiran, tingkah laku dan perbuatan. Menurut Gulo (2008, hlm. 8) “Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat”. Bebicara masalah belajar tentunya tidak terlepas dari masalah pendidikan, baik itu berupa pendidikan formal maupun non-formal.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Di era globalisasi ini pendidikan pada ranah kognitif bukan lagi satu-satunya yang dapat diandalkan. Diperlukan adanya pendidikan yang tidak hanya berupaya mengembangkan kognitif siswa namun dapat mengintegrasikan kognitif, apektif dan psikomotor siswa dalam porsi yang seimbang. Menurut Majid dan Andayani (2011, hlm. 8) “tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya”.

(13)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagogic Jerman FW Foester. Bagi Foester, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi” (Majid dan Andayani, 2011, hlm. 8). Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah kualitas seorang pribadi diukur. Oleh karena itu pendidikan untuk kematangan karakter sangatlah penting terutama bagi anak pada usia remaja. Bahkan Spencer dalam Qomaruzzaman (2011, hlm. 17) menyatakan bahwa ‘pengetahuan yang paling berharga adalah pengetahuan yang membuat kaum muda mampu untuk menagani berbagai masalah dan menyiapkan mereka sebagai orang dewasa di

tengah masyarakat yang semakin terbuka’.

Sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang baik dan benar, setiap warga negara diperlukan memiliki yang disebut karakter kewarganegaraan.

“Karakter kewarganegaraan merupakan suatu bentuk implementasi kepribadian terhadap norma, hal dan kewajiban sebagai warga negara” (Samsudiat, 2013)

Tanggung jawab utama dalam pembentukan karakter anak khususnya karakter kewarganegaraan adalah berada pada keluarga. Akan tetapi sekolah berada pada posisi kedua sebagai media sosialisasi setelah keluarga. Hal ini berarti sekolah mempunyai peranan yang cukup dominan dalam mengenalkan dan menanamkan nilai dan norma kepada siswa dalam rangka pembentukan karakter kewarganegaraan. Apalagi sekolah jenjang SMA atau SMP dimana anak lebih banyak menghabiskan waktunya disekolah daripada dirumah.Sehingga sekolah sebagai institusi pendidikan tidak dapat menghindarkan diri dari amanah dalam upaya pembentukan karakter posistif pada anak didiknya.

Akan tetapi, “dewasa ini banyak siswa sebagai produk pendidikan di sekolah belum menampakan kualitas moral dan karakter yang baik” (Majid dan Andayani, 2011, hlm. 8). Seperti halnya banyak generasi muda khususnya siswa SMA yang terlibat tawuran, menggunkan narkoba dan kenakalan remaja lainnya.

(14)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melonjak tajam lebih dari 100 persen yaitu 330 kasus yang menewaskan 82 pelajar. Pada tahun 2012, terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar’ (Kusmiyati dalam Liputan6.com, 10/09/2013). Berikut data tersebut disajikan dalam grafik dibawah:

Grafik 1.1 Kasus Tawuran Antar Pelajar

Selain itu kasus free sex atau sex diluar nikah menurut Direktur Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Elizabeth Jane Soepardi, ( Liputan6.com, 10/09/2013) mengalami peningkatan : ‘Walaupun peningkatannya sedikit namun jumlahnya terbilang banyak yaitu sebanyak 14, 6 persen pada pria dan 4,5 persen pada perempuan’.

Penyebab dari berbagai kenakalan remaja menurut Psikolog Adelina Syarief (Liputan6.com, 10/09/2013) ada dua, yaitu faktor dari diri sendiri dan lingkungannya. Faktor dari diri sendiri inilah yang berhubungan dengan karakter siswa sedangkan faktor dari lingkungan salah satunya adalah faktor keluarga dan

0 50 100 150 200 250 300 350

2010 2011 2012

(15)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah. Meskipun faktor dari diri siswa adalah faktor yang paling menentukan akan tetapi justru faktor lingkungan itu sendiri yang membentuk karakter siswa.

Mansur (2011, hlm. 3) mengibaratkan “anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga pendidik atau orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca dimana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang wajar”.

Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (Haryanto, hlm. 2012),

‘ada 18 karakter yang harus dimiliki oleh warga negara yaitu, karakter religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab’. Dari ke 18 karakter tersebut ada yang termasuk karakter kewarganegaraan. Hal tersebut dapat dilihat dari pengertian karakter kewarganegaraan itu sendiri menurut Samsudiat (2013) yaitu:

karakter kewarganegaraan adalah suatu konsep pendidikan yang berdasarkan atas kekuatan keadilan serta keutamaan citizenship (meliputi tanggung jawab social, kesetiaan, dan mampu bekerja sama), fairness (meliputi memperlakukan seorang dengan keadilan), dan kepemimpinan.

Menurut Dharma (2011, hlm. 7) tugas sekolah dalam konteks pendidikan karakter adalah:

Dalam konteks pendidikan karakter, kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia.

Untuk mewujudkan itu semua karakter kewarganegaraan sangat perlu dibina dalan setiap diri warga negara. Di sisi lain Hidayat Syarif (Komalasari dan Syaifullah, 2009, hlm. 48) mengidentifikasikan ciri-ciri warga negara pada civil

(16)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertama, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Pancasilais dan

memiliki cita-cita serta harapan masa depan; kedua, demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat; ketiga, menghargai Hak Azasi Manusia; keempat, tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum; kelima, memiliki kepercayaan diri dan kemandirian; keenam, memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal (pluralis).

Pendidikan karakter disamping membutuhkan guru yang berkarakter juga membutuhkan ruang yang mendukung. “Sekolah harus menjadi ruang nyaman yang memungkinkan semua orang dapat mengembangkan visi, disiplin, gairah

dan nuraninya” (Qomaruzzaman, 2011, hlm. 55). Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman kedua setelah rumah bagi siswa. Sekolah harusnya mampu melengkapi fasilitas yang dibutuhkan siswa dalam rangka pengembangan dirinya yang tidak dapat mereka dapatkan di rumah. Fasilitas itu selain didapatkan dari kegiatan belajar mengajar dikelas, siswa juga dapat mengembangkan kepribadiannya melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan diluar jam pelajaran formal, sangat bermanfaat bagi pembentukan karakter siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan miat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama dan terbiasa dengan kegiatan mandiri.

(17)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki motto berbasis karakter. SMAN 3 Bandung adalah contoh konkrit sekolah yang berkarakter. Hal ini terlihat dari motto yang dimiliki sekolah tersebut yaitu “Knowledge is Power but Character is More”. Selain itu pendidikan karakter yang di usung oleh SMAN 3 Bandung terlihat dari visi yang

dimiliki sekolah tersebut yaitu “Terwujudnya Sekolah Bertaraf Internasional yang

Unggul dalam Bidang IPTEK, Berwawasan Kebangsaan, dan Berbudaya

Lingkungan Berdasarkan IMTAK”. Visi tersebut dijabarkan dalam beberapa misi

yang menunjukkan target pendidikan karakter yang ingin dicapai sekolah, diantaranya misi poin 1; membangun SDM yang unggul dalam IMTAK dan IPTEK sesuai dengan dinamika globalisasi, poin 3; mewujudkan lulusan yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan, serta peduli terhadap lingkungan hidup, poin 4; mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual guna memberikan solusi terhadap dinamika permasalahan bangsa dan negara.

Dari motto, visi dan misi SMA N 3 Bandung diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah tersebut sangat menjunjung tinggi pendidikan karakter dalam memberikan pendidikan kepada siswa. Selain itu sekolah tersebut menyediakan banyak kegiatan ekstrakurikuler yang mampu mengembangkan potensi siswa.

(18)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga tidak ada salahnya kita mengembangkan karakter kewarganegaraan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Setelah melakukan studi pendahuluan dan melihat sendiri bagaimana karakter siswa di SMAN 3 Bandung, peneliti tertarik untuk meneliti karakter siswa di SMAN 3 Bandung, terutama karakter kewarganegaraan siswa dihubungkan dengan ekstrakurikuler Rohis dengan judul penelitian: Pembinaan

Karakter Kewarganegaraan melalui Ekstrakurikuler Rohis (Studi Kasus di

DKM SMAN 3 Bandung).

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, baik secara sosial, spiritual maupun kepribadian. Pendidikan bukan hanya sekedar proses belajar dan mengajar yang dilakukan didalam kelas saja. Kegiatan ekstrakurikuler disekolah merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat dan kepribadian siswa. Setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diharapkan siswa mampu mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya serta terbina karakter kewarganegaraan sesuai harapan bangsa.

(19)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

citizenship). Diharapkan dalam diri siswa terbina karakter kewarganegaraan yaitu

menjadi warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji adalah tentang “Sejauh mana

pembinaan karakter kewarganegaraan dapat dilakukan melalui ekstrakurikuler Rohis di SMAN 3 Bandung”

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut, maka peneliti mengidentifikasikan dalam beberapa sub masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembinaan karakter privat dilakukan melalui

ekstrakurikuler Rohis pada siswa di SMAN 3 Bandung?

2. Bagaimana proses pembinaan karakter publik dilakukan melalui ekstrakurikuler Rohis pada siswa di SMAN 3 Bandung?

3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan karakter privat dan publik melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis?

D. Tujuan Penelitian

Untuk memberikan penjelasan dari penelitian ini, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pembinaan karakter kewarganegaraan yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis.

2. Tujuan Khusus

(20)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Untuk mengetahui proses pembinaan karakter publik yang dilakukan melalui ekstrakurikuler Rohis pada siswa di SMAN 3 Bandung.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung proses pembinaan karakter privat dan publik melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis.

d. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat proses pembinaan karakter Privat dan publik nelalui ekstrakurikuler Rohis.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dari segi keilmuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pengembangan PKn. Lebih spesifik diharapkan dapat bermanfaat bagi berlangsungnya pendidikan karakter yang merupakan salah satu bidang kajian dari Pendidikan Kewarganegaraan yang peneliti sedang geluti.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti mampu memperdalam mengenai pendidikan kewarganegaraan melalui pendidikan karakter di sekolah yang tidak hanya dilaksanakan didalam kelas saja, melainkan pada praktiknya dapat dilakukan dimanapun salah satunya didalam kegiatan ekstrakurikuler. Lebih spesifik lagi mengenai pendidikan karakter kewarganegaraan melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis.

b. Bagi Ekstrakurikuler Rohis di SMAN 3 Bandung

(21)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kreatifitas dan berinovasi dalam mengadakan berbagai kegiatan keagaman yang dikemas dengan sangat apik dan menarik.

c. Bagi SMAN 3 Bandung

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu tolok ukur keberhasilan ekstrakurikuler Rohis dalam membantu pengembangan karakter siswa, khususnya karakter kewarganegaraan siswa. Sehingga selanjutnya dapat terus dikembangkan lagi agar ekstrakurikuler keagamaan dijadikan ekstrakurikuler andalan dalam rangka pengembangan karkater siswa. Secara khususnya untuk mewujudkan motto dari SMAN 3 sendiri yaitu “Knowledge is

Power but Character is More“ .

d. Bagi Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan terutama mengenai pembinaan karakter yang merupakan salah satu tujuan dari PKn.

F. Penjelasan Istilah

Untuk lebih menjelaskan berbagai istilah yang peneliti gunakan dalam judul penelitian ini, demikian peneliti mencantumkan penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Karakter

“Pengertian karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak” (Lickona , 2012, hlm. 165). Karakter adalah suatu nilai kejiwaan yang positif yang dimiliki manusia dan mampu menjadikan seseorang berbeda dari yang lainnya. Karakter ini didapatkan dari pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua dan lingkungan sejak anak berusia dini.

(22)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karakter kewarganegaraan adalah suatu sifat kejiwaan dimana seseorang sadar akan fitrahnya sebagai warga negara dengan segala hak dan kewajibannya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Samsudiat (2013) yang mengartikan “karakter kewarganegaraan adalah suatu bentuk implementasi kepribadian terhadap norma, hak, dan kewajiban sebagai warga negara”.

3. Ekstrakurikuler

Menurut Suryosubroto (2009, hlm. 287) “kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di luar struktur program yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa”.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah kegiatan yang di programkan oleh sekolah diluar jam pelajaran formal dengan tujuan untuk memberikan wawasan tambahan dan sebagai sarana pengembangan minat dan bakat bagi siswa.

4. Rohis

Rohis berasal dari kata Rohani dan Islam yang berarti sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas ke dalam bentuk ekstrakurikuler disekolah.

Ekstrakurikuler Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian (Rowiyah, 2011).

Jadi, Rohis merupakan kegiatan keagamaan keislaman yang dibentuk dalam suatu ekstrakurikuler di sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa berdasarkan nilai-nilai keislaman.

(23)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur organisasi dalam penelitian ini berisi rincian urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen- dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian peneliti.

3. BAB III Metodologi penelitian. Pada bab ini peneliti menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang peneliti teliti.

4. BAB IV Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini peneliti menganalisis data yang didapatkan tentang Pengembangan Karakter Kewarganegaraan Siswa melalui Ekstrakurikuler Rohis.

(24)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan dalam berbagai aspek, baik itu keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Sekolah mempunyai peranan penting dalam pembinaan karakter dalam diri peserta didik. Pembinaan karakter tersebut dilakukan dalam berbagai kegiatan disekolah, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan diluar sekolah seperti ekstrakurikuler.

Peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai proses pembinaan karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler. Untuk memfokuskan proses penelitian, maka peneliti memilih SMAN 3 Bandung yang beralamat di Jl. Belitung No. 8 Bandung sebagai tempat yang dijadikan lokasi penelitian. Lebih spesifik lagi peneliti akan meneliti kegiatan ekstrakurikuler Rohis yang ada di SMAN 3 Bandung tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian sangatlah penting sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Subjek yang dijadikan sebagai subjek penelitian oleh peneliti adalah warga SMAN 3 Bandung yang meliputi:

(25)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Kepala Sekolah 1 orang

2 Guru (PKn) 1 orang

3 Pembina ekstrakurikuler ROHIS 2 orang

4 Mentor 1 orang

5 Anggota ekstrakurikuler ROHIS (Siswa) 5 orang

JUMLAH 10 orang

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

Subjek diatas peneliti anggap representative purposive karena subjek tersebut akan memberikan informasi data sehubungan dengan penelitian ini. Serta informasi dari informan lain akan digunakan oleh peneliti untuk membandingkan informasi yang telah diperoleh dari subjek penelitian agar hasil yang diperoleh akurat dan dapat dipercaya.

B. Desain Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

(26)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada saat melakukan tahap pra penelitian ini, peneliti tidak terlalu memfokuskan dalam mencari data, akan tetapi lebih menjalin kedekatan secara emosional dengan pihak-pihak yang sekiranya dapat mendukung penelitian. Adapun data yang diambil hanya gambaran secara umum saja demi kepentingan penyusunan proposal penelitian.

2. Tahap Perizinan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan tahap perizinan. Hal ini dilakukan agar proses penelitian berjalan lancar dan mendapat legitimasi dari lembaga terkait. Adapun tahap perizinan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian skripsi kepada Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Surat izin penelitian yang telah ditandatangani oleh Ketua Departemen PKn kemudian diserahkan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Dekan Pembantu Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.

c. Selanjutnya peneliti membuat perizinan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung

d. Perizinan dilanjutkan ke Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk kemudian mendapatkan disposisi untuk melaksanakan penelitian di sekolah terkait

e. Surat izin yang telah melalui BKBPM dan Dinas Pendidikan Kota Bandung tersebut kemudian diserahkan kepada sekolah terkait yaitu SMA Negeri 3 Bandung

(27)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Peneliti mempersiapkan berbagai hal terkait langkah awal penelitian dengan membuat format wawancara terlebih dahulu.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini peneliti mulai terjun ke lapangan untuk menggali data berkaitan dengan hal yang akan diteliti. Dalam penelitian kali ini fokus penelitian yaitu kepada ekstrakurikuler Rohis yang ada di SMA Negeri 3 Bandung dan kepada karakter kewarganegaraan siswa terutama mereka yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Menentukan responden yang akan dijadikan narasumber dalam wawancara, kemudian menghubunginya.

b. Melakukan wawancara dengan narasumber sesuai dengan kesepakatan

c. Melakukan dokumentasi dan catatan sesuai dengan permasalahan di lapangan d. Peneliti mengkaji literatur yang berkaitan dengan focus masalah dalam

penelitian ini

e. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan.

Narasumber yang akan peneliti wawancara diantarnya, kepala sekolah, guru PKn dan guru PAI selaku pembina ekstrakurikuler Rohis, siswa selaku anggota ektrakurikuler Rohis dan komite sekolah sebagai yang mewakili orang tua siswa.

4. Tahap Analisis Data

(28)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh data”. Jadi data yang telah diperoleh pada saat penelitian, diolah dan dianalisis untuk mencari keabsahan dan kebenarannya guna menjawab rumusan permasalahan penelitian.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Proses penyusunan laporan merupakan hal yang penting dalam penelitian. Dalam tahap ini berbagai persiapan, proses dan hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk sebuah karya tulis. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 151):

Laporan penelitian adalah merupakan laporan ilmiah, untuk itu maka harus dibuat secara sistematis dan logis pada setiap bagian, sehingga pembaca mudah memahami langkah-langkah yang telah ditempuh selama proses penelitian, dan hasilnya.

Data yang diperoleh selama penelitian kemudian dianalisis dan disusun dalam sebuah laporan penelitian. Sebuah laporan penelitian disusun secara sistematis dan sesuai dengan panduan karya tulis ilmiah. Laopran tersebut nantinya akan dipertanggungjawabkan dalam ujian sidang skripsi.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena permasalahan berhubungan dengan manusia yang secara fundamental bergantung pada pengamatan. Hal ini merujuk dari pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 60) yang menyatakan bahwa :

(29)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kualitatif sangat identik dengan pengamatan peneliti. Pada saat berlangsungnya penelitian kemungkinan permasalahan baru muncul sangat memungkinkan. Hal tersebut dapat terjadi karena permasalahan kualitatif yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dapat sewaktu-waktu berubah seiring perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang diteliti.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian dibutuhkan agar penelitian mempunyai metode khusus dalam proses pengumpulan data. “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2012, hlm. 2). Permasalahan yang dijadikan focus penelitian akan mempengaruhi metode apa yang digunakan dalam proses penelitian dan begitu juga sebaliknya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian studi kasus. Menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 63) “metode studi kasus adalah metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu”. Dalam pelaksanaannya metode penelitian studi kasus menuntut ketelitian dan fokus dari peneliti pada suatu permasalahan yang akan diteliti secara intensif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryabrata (2010, hlm. 80) bahwa “tujuan dari penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga atau masyarakat”.

D. Instrument Penelitian

(30)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 102) “instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Jika dalam penelitian fenomena alam ini biasanya disebut dengan variabel penelitian.

Dalam penelitian kualitatif yang peneliti pilih, yang menjadi instrument penelitian adalah manusia sebagai peneliti itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Sugiyono (2012, hlm. 307) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitan sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Oleh karena peneliti yang dijadikan instrument penelitian itu sendiri, maka peneliti sebagai instrument harus dipastikan sejauh mana peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian kualitatif. Kesiapan tersebut dilihat dari tingkat pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti untuk memasuki wilayah penelitian. Hal tersebut karena peneliti kualitatif sebagai instrument penelitian memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut dijelaskan Sugiyono (2012, hlm. 306) sebagai berikut:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

(31)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan dapat menafsirkan, melahrkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan.

7. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

(32)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara umum yatu hanya sekedar kegiatan Tanya jawab antara peneliti dan responden dalam proses penelitian, maka Herdiansyah (2013, hlm. 31) menjelaskan pengertian wawancara lebih luas yaitu:

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.

Dari pengertian yang diungkapkan Herdiansyah diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu proses pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih (narasumber dan pewawancara) dengan di dasari rasa sukarela dan keterbukaan serta kepercayaan kedua belah pihak satu sama lain.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, lebih tepatnya wawancara tidak terstruktur. “Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya” (Sugiyono, 2012, hlm. 140). Pada saat akan melakukan wawancara tidak terstruktur peneliti hanya menggunakan pedoman berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(33)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Observasi

Observasi atau studi lapangan merupakan suatu teknik pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang dalam hal ini adalah manusia dalam kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik di dalam lingkungan ekstrakurikuler Rohis maupun perilaku dan sikap siswa yang menjadi anggota Rohis. “Dalam studi lapangan, peneliti dapat menggali dan menemukan sendiri informasi yang tidak terungkap dalam wawancara. Peneliti juga dapat mengamati apa yang sebenarnya terjadi” (Sarosa, 2012, hlm. 57). Ketika kegiatan observasi atau mengamati peneliti dapat melakukan pengujian data dari wawancara yang telah dilakukan apakah sesuai atau tidak dengan keadaan yang peneliti alami dan amati sendiri.

Merujuk dari pendapat Sugiyono (2012, hlm. 145) bahwa “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”. Maka peneliti memilih teknik pengumpulan data dengan observasi untuk melengkapi data-data yang didapatkan dari hasil wawancara, karena penelitian yang dilakukan berhubungan dengan manusia yaitu karakter kewarganegaraan yang dibina dalam ekstrakurikuler Rohis. Menurut Nazir (2005, hlm. 175) “dalam metode observasi langsung pengambilan data hanya menggunakan mata tanpa ada alat bantu standar lainnya”.

3. Catatan Lapangan

(34)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selanjutnya dirumuskan menjadi suatu catatan lapangan. Pada saat melakukan pengamatan dan wawancara, peneliti membuat catatan-catatan singkat yang berisi inti dan pokok-pokok pembicaraan, baru setelah dirumah peneliti merumuskannya kedalam catatan lengkap. Catatan lengkap itulah yang disebut dengan catatan lapangan.

Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2002, hlm. 153) menyatakan bahwa ‘catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif’. Semua data yang peneliti dengar, lihat dan alami pada saat melakukan pengamatan dan observasi harus dirumuskan dalam suatu catatan lapangan karena penemuan pengetahuan dan teori harus didukung oleh data konkret dan bukan dtopang oleh ingatan semata.

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi tidak kalah pentingnya untuk mendukung penguatan hasil wawancara dan pengamatan. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 326) “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”. Dengan adanya dokumentasi ini hasil penelitian akan semakin kredibel. Meskipun dalam pelaksanaannya peneliti harus cermat karena tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto-foto yang sebetulnya tidak mewakili keadaan sebenarnya karena foto-foto tersebut dibuat untuk kepentingan tertentu.

(35)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Dokumen Pribadi

Dokumen pribadi merupakan catatan yang dibuat oleh individu mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Dengan mengumpulkan dokumen pribadi, peneliti diharapkan dapat memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor disekitar subjek penelitian. Pengertian dokumen pribadi itu sendiri menurut Moloeng (2002, hlm. 161) adalah “catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya”. Contoh dari dokumen pribadi ialah buku harian, surat pribadi dan autobiografi.

b. Dokumen Resmi

Jika dokumen pribadi dibuat oleh seseorang selaku individu, maka dokumen resmi adalah dokumen yang dimiliki atau dibuat oleh lembaga atau organisasi. Dokumen resmi dibagi menjadi dua yaitu dokumen resmi internal dan dokumen resmi eksternal. Dokumen internal berupa pengumuman, memo, atau aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan untuk kalangan lembaga tersebut. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin dan berita yang disiarkan melalui media massa.

5. Triangulasi

(36)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara mendalam

data yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

a. Triangulasi Teknik

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 328) “Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama”. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Sugiyono (2012, hlm. 328) menggambarkan triangulasi teknik sebagai berikut:

Gambar 3.1a. triangulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam cara pada sumber yang sama)

b. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber merupakan kebalikan dari triangulasi teknik. Jika triangulasi teknik fokus pada teknik yang berbeda namun sumber yang sama, maka triangulasi sumber fokus pada teknik yang sama dengan sumber yang berbeda-beda. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 327) “triangulasi sumber berarti

Observasi partisipatif

Dokumentasi

(37)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama”. Berikut Sugiyono menggambarkan triangulasi sumber:

Gambar 3.1b. triangulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C)

F. Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang diperoleh. Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh merupakan data kkualitatif (meskipun tidak menolak data kuantitatif). Sugiyono (2012, hlm. 243) menyatakan pengertian analisis data, yaitu:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisisr data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan perolehan data yang kemudian berkembang menjadi suatu hipotesis. Setelah

A

B

C

(38)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Periodepengumpulan

terbentuk sebuah hipotesis dilanjutkan pencarian data secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi untuk menguji hipotesis tersebut. Jika dari hasil pengumpulan data suatu hipotesis dapat diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi suatu teori. Jadi dalam sebuah penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 245) ‘analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian’.

1. Analisis sebelum di lapangan

Analisi sebelum dilapangan ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan sebelumnya. Akan tetapi hasil analisis data studi pendahuluan ini bersifat sementara dan kemungkinan akan berkembang atau bahkan berubah saat peneliti melakukan penelitian ke lapangan.

2. Analisis Data di lapangan Model Miles and Huberman

Analisi data penelitian kualitatif berlangsung selama pengambilan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat melakukan wawancara, peneliti sudah melakukan analisis data. Apabila data yang didapatkan selama wawancara dirasakan kurang memuaskan, maka peneliti akan mengajukan pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul tiba-tiba dalam benak peneliti. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012, hlm. 246) mengemukakan bahwa:

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

(39)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2. Komponen dalam analisis data

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Pada saat peneliti melakukan pengambilan data ke lapangan, maka data yang di dapatkan akan semakin banyak. Oleh karena itu kegiatan mereduksi data sangat penting dilakukan. “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya” (Sugiyono, 2012, hlm. 247). Kegiatan reduksi data ini akan semakin mempermudah peneliti dalam mengolah data yang benar-benar diperlukan dalam penelitian. Oleh karena itu dalam melakukan reduksi data diperlukan kecerdasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah sebelumnya dilakukan reduksi data, maka hasil data yang telah direduksi kemudian disajikan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,bagan, hubungan antar kategori, flowchart

Antisipasi

Reduksi Data

Selama Setelah

Display Data

Selama Setelah

Selama Setelah Kesimpulan/ verifikasi

(40)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sejenisnya. Penyajian data ini akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

c. Conclusion Drawing/verification

(41)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka pada bab V ini peneliti akan merumuskan beberapa kesimpulan sebagai intisari dari kajian hasil penelitian ini. Selanjutnya, pada bagian akhir peneliti mengajukan saran atau rekomendasi kepada pihak yang terkait, sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Ekstrakurikuler Rohis efektif dalam membina karakter kewarganegaraan dalam diri siswa, karena dalam ekstrakurikuler Rohis diterapkan berbagai kebiasaan yang baik terutama yang mengarah pada karakter religius. Pembinaan karakter yang dilakukan melalui ekstrakurikuler Rohis dilakukan dalam tiga proses, yaitu Pengkaderan, Pembinaan dan Ukhuwah.

Proses pengkaderan ini dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi Basic Training, MIT (Muslim Intensif Training) dan LKOD (Latihan Kepemimpinan

(42)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses selanjutnya yaitu Pembinaan, dalam pembinaan ini yang paling banyak berperan dalam pembinaan karakter siswa. Proses pembinaan meliputi berbagai kegiatan yang rutin dilaksanakan, seperti mentoring, pemeliharaan kebersihan fasilitas ibadah, amalan yaumian, ceramah/ taklim. Proses pembinaan yang paling utama ialah kegiatan mentoring yang melibatkan langsung alumni. Dalam proses pembinaan ini, siswa tetap diberikan materi dan berbagai pembiasaan positif. Berbagai pembinaan tersebut banyak berpengaruh dalam pembinaan kedisiplinan dan berpikir kritis siswa.

Proses ketiga yaitu Ukhuwah, proses ukhuwah ini bertujuan untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi baik antar sesama anggota Rohis maupun anggota ekstrakurikuler Rohis dengan seluruh warga SMA Negeri 3 Bandung. Bentuk kegiatan ukhuwah ini seperti rapat koordinasi, rapat persiapan kegiatan dan berbagai acara yang dilakukan secara rutin ataupun acara yang bersifat insidentil misalnya acara qurban, kegiatan galang dana bencana alam, pengajian bazar dan sebagainya. Dari kegiatan ukhuwah ini, siswa banyak berinteraksi dengan seluruh warga sekolah baik itu sesama siswa, guru dan warga lainnya.

Tujuan ekstrakurikuler Rohis pada dasarnya untuk membina karakter religius dalam diri siswa, namun pada pelaksanaannya ekstrakurikuler Rohis sangat efektif dalam proses pembinaan berbagai karakter yang harus dimiliki oleh seorang warga negara yang meliputi karakter privat dan karakter publik.

2. Kesimpulan Khusus

Disamping kesimpulan umum di atas, peneliti merumuskan kesimpulan khusus dari hasil penelitian ini, yakni:

(43)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pembinaan karakter publik yang meliputi kepedulian, kesopanan, mengindahkan aturan main, berpikir kritis, kemauan mendengar, bernegosiasi dan berkompromi dominan dilakukan melalui kegiatan pembinaan dan ukhuwah.

c. Faktor pendukung dalam proses berjalannya ekstrakurikuler Rohis diantarannya dukungan sekolah baik secara materil maupun non-materil, adanya kegiatan MT-PAI, keterlibatan alumni, sumber daya manusia yang banyak, dan metode yang digunakan selalu diupayakan untuk terus bervariasi.

d. Faktor penghambat dalam proses pembinaan karakter kewarganegaraan melalui ekstrakurikuler Rohis, diantarnya keterbatasan waktu ditengah padatnya kegiatan siswa, banyaknya anggota Rohis sehingga dalam proses komunikasi dan koordinasi dirasakan sedikit sulit, tujuan siswa yang berbeda-beda untuk bergabung dalam ekstrakurikuler Rohis, pandangan eksklusif siswa yang bukan anggota Rohis terhadap anggota Rohis, banyaknya paham-paham menyimpang diluar yang membawa pengaruh negative bagi siswa.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan saran atau rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan maka bebrapa hal yang dapat menjadi bahan saran atau rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

a. Sekolah terus meningkatkan dukungan terhadap ekstrakurikuler Rohis sebagai salah satu sarana pembinaan karakter.

b. Sekolah intensif melakukan monitoring dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan yang telah Rohis lakukan.

(44)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Guru hendaknya lebih memberikan contoh dalam berbagai pembiasaan yang diterapkan melalui ekstrakurikuler Rohis

b. Guru hendaknya membantu program syiar dan dakwah yang dilakukan ekstrakurikuler Rohis dengan selalu memasukan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Ekstrakurikuler Rohis

a. Ekstrakurikuler Rohis hendaknya terus meningkatkan kreatifitasnya dalam membuat berbagai kegiatan Rohis menjadi kegiatan yang menarik.

b. Ekstrakurikuler Rohis hendaknya lebih update terhadap berbagai informasi dan isu yang saat ini sedang berkembang agar materi yang disampaikan terus bervariasi dan dapat merangsang sikap kritis siswa.

c. Ekstrakurikuler Rohis hendaknya terus menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dengan pihak sekolah, alumni dan kepada siswa secara umum untuk memudahkan proses pembinaan karakter yang tidak hanya ditujukan kepada anggota Rohis saja, melainkan kepada seluruh siswa SMA Negeri 3 Bandung. d. Ekstrakurikuler Rohis hendaknya memperhatikan kegiatan lain agar lebih

menarik lagi sama halnya kegiatan mentoring, agar anggota Rohis tertarik mengikuti semua kegiatan bukan hanya kegiatan mentoring saja.

e. Ekstrakurikuler Rohis lebih meningkatkan kerjasama antar sesama anggotanya, agar semua anggota merasa mempunyai tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan berbagai program Rohis.

4. Bagi Departemen PKn Universitas Pendidikan Indonesia

(45)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Departemen PKn harus lebih mengembangkan karakter privat dan publik yang diimplementasikan dalam setiap perkuliahan dalam upaya mencetak guru PKn yang lebih baik.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya hendaknya dapat meneliti karakter kewarganegaraan yang dibina melalui ekstarkurikuler Rohis lebih dalam lagi.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai pembinaan karakter kewarganegaraan melalui kegiatan ekstrakurikuler lain.

(46)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Anwar, S. (2015). Management of Student Development (perspektif Al-Qur’an &

As-Sunah ). Riau: Yayasan Indragiri.

Budimansyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press

Budimansyah, D. (2012). Dimensi-dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press

Danial, E dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Dharma, dkk. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Gulo.(2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi dan Focus Group sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Komalasari, K dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia: Konsep,

Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium

Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Kusnaedi. (2013). Pendidikan Karakter. Bekasi: Duta Media Utama.

Lickona, T. (2012). Character Matters. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(47)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mansur. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moloeng, L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Qomaruzzaman, B. (2011). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Samani dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sopiatin, P. (2010). Managemen belajar berbasis kepuasan siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, NS. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

(48)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Wuryan, S dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Winarno. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara

Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

B. Sumber Internet

Rowiyah. (2013). Ekstrakurikuler Rohani Islam (ROHIS). [Online]. Tersedia:

http://rowiyah7.blogdetik.com/2011/03/17/ekstrakurikuler-rohani-islam-rohis/. [2014].

Samsudiat. (2013). Karakter Kewarganegaraan. [Online]. Tersedia: samsudiat-

sam.blogspot.com/2013/02/pendidikan-karakter-kewarganegaraan-di.html?m=1. [2014].

Haryanto.(2012). Pengertian Pendidikan Karakter.[Online]. Tersedia: belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/. [2014].

Kusmiyati. (2013). Berbagai Perilaku Kenakalan Remaja yang

Mengkhawatirkan.[Online]. Tersedia:

http://m.liputan6.com/health/read/688614/berbagai-perilaku-kenakalan-remaja-yang-mengkhawatirkan. [2014].

C. Sumber Lain

(49)

Ade Yuni Ratnasari, 2014

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Majalah Remaja Fitrah (2012). Rohis Teroris?.Bandung:Rumah Rohis Jawa Barat.

Gambar

Grafik 1.1 Kasus Tawuran Antar Pelajar
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Gambar 3.1a. triangulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam cara pada sumber yang sama)
Gambar 3.1b. triangulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Mercu Buana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Universitas Bina Nusantara Universitas Trisakti Universitas Tarumanagara Universitas Nasional Profil Sekolah Tinggi

Data-data yang disajikan dalam publikasi ini menggambarkan Potensi dan hasil pembangunan yang telah dicapai di Kecamatan Kayoa Utara pada tahun 2014.. Publikasi ini diharapkan

Hasil penelitian menunjukan bahwa unsur perbuatan melawan hukum dalam transaksi e-commerce adalah adanya perbuatan yang melanggar undang- undang yang berlaku, atau

Pemahaman terhadap makna ibadah menjadi penting karena hal tersebut dapat mempengaruhi pemahaman jemaat terhadap hubungan antara dirinya dengan Allah maupun dengan

Kamu juga sudah mengetahui simbol dan bunyi sila ke-4 Pancasila.. Sambungkan garis putus-putus berikut agar membentuk simbol

Contextual Teaching Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Kompetensi Menulis Kebahasaan”.. Orang tua dan keluarga besarku yang telah dengan tulus

Kebu Kebutuha tuhan ras n rasa ama a aman 1 n 1ang d ang diberik iberikan o an oleh leh 'im'inan dalam bekerja4 mendorong !a1a 'im'inan dalam bekerja4 mendorong !a1a untuk bekerja

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “GAMBARAN KOMITMEN SUAMI DALAM