• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR KABUPATEN PONOROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR KABUPATEN PONOROGO."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR

KABUPATEN PONOROGO

VULNERABILITY TO LANDSLIDES

PONOROGO DISTRICT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh :

HANIF YUNIARTA

NIM. I 0110051

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

HALAMANPENGESAHAN

Ir .Bam bang Santosa, M. T . NIP 19590823 1986011 001

(3)
(4)

MOTTO

Shihghah Allah. Dan siapakah yang leblh balk shihghahnya darl pada Allah? Dan hanya kepada-

Nya-lah kami menyembah (Q§ Al Baqarah : 138)

"Maka bersabarlah dengan sabaryang balk (Al-Ma'ari]: 5-7)"

Maka sesungguhnya bersama kusulltan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai darl

suatu urusan, tetaplah beketja keras untuk urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap, (OJ. Asy-Syarh ayat 5 - 8)

Kuliah itu seperti nalk gunung, semakin tlnggl semakin nyesee, pemandangan dl puncak leblh lndah darlpada pemandangan dllembah,jadl segerakanlah menuju ke puncak (penulls)

(5)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdullllah penulls panjatkan kepada Allah swt sehlngga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan balk, dan dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini kepada:

*

Sepasang malalkatlru..Mereka, yang dalam stYud-stYud paryangnya berdoa untuk kebalkanku. Mereka yang begltu teristimewa dalam hldupku. Terima kaslh lbu terima kaslh Bapak, Maaf,

hlngga detlk ini behon bisa menjadi anak yang berbaktl dan belton bisa membahaglakan

kallan.

*

Kakakku yang tak pemah lelah memblmblng adlknya ini menuju jalan kebenaran,jalan yang menghantarkan pada kesuksesan, lngatkan akujlka melakukan kesalahan yang tak kusadarl.

*

Bapak lr, Agus P. Saido M.sc dan bapak Yusep Muslih Purwana ST MT PhD, yang selalu sabar

memblmblngku selama mi.

*

Mu'aUimatin N~ihah, s.pd. yang memberikan aku semangat, menglngatkan aku untuk tetap istiqomah beljuang, yang telah mau merepotkan dlrlnya untuk menemaniku merajut asa hari

deml harl untuk membuat rajutan yang lndah dl masa depan. Terima kaslh sudah

menemaniku selama ini A_A. Semangat buat bangku kullah barunya ©.

*

Teman-temanku VESPA (flVE Sience Pallng Asije), walaupun sangat jarang bertegur sapa, namun dlantara klta semua, mungkln akulah yang pallng menglnglnkan agar masa -masa

putlh abu-abu itu dapat terulang kembali.

*

Ternan ternan civilist2010, kalian luar biasa, bersama kallan aku belajar menuntut ilmu untuk

meraih mimpi, Terima kaslh atas kebersamaan dan dukungannya selama ini,

*

Almamaterlru.,Universitas Sebelas Maret, telah meryadl tempatku untuk memundi ilmu dan harapan. Tempatku untuk mencapai gelaryang menggelegar, Sarjana Teknlk. A_A.

(6)

ABSTRAK kehidupan masyarakat. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang umumnya terjadi di wilayah pegunungan, terutama di musim hujan. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah yang berpotensi mengalami bencana tanah longsor karena bentuk morfologi Kabupaten Ponorogo yang bervariasi seperti dataran tinggi dan perbukitan. Salah satu cara yang dapat diterapkan untuk memperkirakan bencana tanah longsor adalah menggunakan program aplikasi yang mampu menginventarisasi lokasi terdampak menggunakan sistem informasi geografis yang memiliki kemampuan untuk menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menyajikan data bereferensi geografis.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis kerawanan tanah longsor menggunakan software ArcGIS dengan metode dari Paimin, et al (2006) yang dimodifikasi, dengan parameter yang digunakan yaitu Hujan Harian maksimal 3 harian (25%), Lereng Lahan (15%), Geologi (10%), Gempa (5%), Keberadaan Sesar (5%), Penggunaan Lahan (20%), Infrastruktur (15%), dan Kepadatan Pemukiman (5%). Semua parameter ditumpangsusunkan (overlay), kemudian diberikan pembobotan (skor) pada peta hasil analisis tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Ponorogo dapat di kategorikan sebagai daerah kerawanan bencana tanah longsor agak rawan di daerah perbukitan dan pegunungan, pada bagian dataran rendah dapat dikategorikan sebagai daerah yang kerawanan tanah longsor sedikit rawan. Penyusunan proses dan analisis yang menggunakan toolbox menghasilkan dokumentasi proses dan analisis mudah dipahami dan dapat diulang-ulang sesuai dengan kelengkapan data terkini.

Kata Kunci : Kerawanan, Longsor, Sistem Informasi Geografis, Toolbox.

(7)

ABSTRACT

Hanif Yuniarta. 2014. VULNERABILITY TO LANDSLIDES PONOROGO

DISTRICT. Skripsi. Departement of Civil Engineering. Engineering Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

Natural disasters are natural events that can occur at anywhere and anytime, which cause loss of material and immaterial to people's lives. Landslides are one of the natural disasters that typically occur in mountainous areas, especially in the rainy season. Ponorogo District is an area that has the potential to experience landslides because Ponorogo District morphology varied as plateaus and hills. One way that can be applied to predict landslides using an application program that is able to inventory the affected location using geographic information system which has the ability to enter, store, retrieve, process, analyze and display geographically referenced data.

In this research, the analysis landslide vulnerability using ArcGIS software with the method of Paimin, et al (2006) were modified, the parameter used is The maximum daily rain 3 daily (25%), Slope Land (15%), Geology (10%), Earthquake (5%), Existence of fault (5%), Land use (20%), Infrastructure (15%), and Density Residential (5%). All parameters are overlayed, and then weighting (score) are given to map the results of the analysis.

The results of this study indicate that Ponorogo District can be categorized as an area of vulnerability rather prone to landslides in hilly and mountainous regions, in the lowlands can be categorized as areas prone to landslides little gristle. The preparation and analysis process using the toolbox generates documentation process and analysis that easy to understand and can be repeated in accordance with recent completeness of the data.

Keywords: Geographic Information Systems, Landslide, Toolbox, Vulnerability.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah 'azza wa jalla atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul "Kerawanan Bencana Tanah Longsor

Kabupaten Ponorogo" guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sebelas Maret.

Penyusunan Skripsi ini berjalan lancar dengan bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ir.Agus P.Saido, M.Sc dan Yusep Muslih P, ST, MT, Ph.D selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II.

4. Ir. Antonius Mediyanto, MT, selaku dosen Pembimbing Akademik.

5. Segenap dosen pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Sebelas

Maret.

6. Keluarga besar Civilist 2010.

7. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan laporan tugas akhir ini hingga

selesai.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempuma, dan

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita

semua.

Surakarta, Desember 2014

Penulis

(9)

DAFTARISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .

HALAMAN PERSETUJUAN U

HALAMAN PENGESAHAN 111

MOTTO IV PERSEMBAHAN V ABSTRAK VI ABSTRACT vn KATA PENGANTAR viii

DAFTAR lSI IX DAFTAR TABEL XU DAFTARGAMBAR XV BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Tanah Longsor 6

2.1.1 Definisi Tanah Longsor 6

2.1.2 Penyebab Tanah Longsor 6

2.1.3 Bahaya Tanah Longsor 9

(10)

Halaman

2.2 Sistem Informasi Georgrafis (SrG) 10

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SrG) 10

2.2.2 Sistem Pendukung Sistem Informasi Geografis (SrG) 11

2.2.3 Referensi Geogafis 18

2.2.4 Skala 20

2.3 Identifikasi Kerawanan Bencana Tanah Longsor 20

2.3.1 Metode Paimin et. al. (2006) 20

2.3.2 Metode Kementrian Pekerjaan Umum 23

2.3.3 Metode Badan Nasional Penanggulangan Bencana 25

2.3.4 Metode Anbalagan (1992) 25

BAB 3 METODE PENELITIAN 28

3.1 Jenis Penelitian 28

3.2 Data 28

3.3 Lokasi Penelitian 29

3.4 Peralatan Yang Digunakan 29

3.5 Tahapan Penelitian 29

3.5.1 Pengumpulan Data 29

3.5.2 Persiapan Data 29

3.5.3 Analisis Kerawanan Bencana Tanah Longsor 30

3.6 Diagram Alir Tahap Penelitian 34

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 35

4.1 Peta Dasar 35

4.2 Pembuatan Toolbox 36

(11)

Halaman

4.3 Curah Hujan Kabupaten Ponorogo 38

4.3.1 Data Curah Hujan 38

4.3.2 Menghitung Hujan Maksima13 Harian Kumulatif 40

4.3.3 Pengolahan Peta Curah Hujan Kabupaten Ponorogo 40

4.4 Kemiringan Lahan Kabupaten Ponorogo 44

4.5 Geologi Kabupaten Ponorogo 49

4.5.1 Georeferensi 49

4.5.2 Digitasi 50

4.5.3 Menambahkan Keterangan Dalam Attribut Table 55

4.5.4 Pengolahan Peta Geologi Kabupaten Ponorogo 56

4.6 Keberadaan Sesar/PatahanlGawir Kabupaten Ponorogo 57

4.7 Gempa Kabupaten Ponorogo 60

4.8 Tata Guna Lahan Kabupaten Ponorogo 62

4.9 Infrastruktur Kabupaten Ponorogo 66

4.10 Kepadatan Pemukiman Kabupaten Ponorogo 73

4.11 Tingkat Kerawanan Tanah Longsor 76

4.11.1 Perhitungan Pembobotan Pada Setiap Parameter 76

4.11.2 Penjumlahan Seluruh Parameter 77

4.11.3 Klasifikasi Tingkat Kerawanan Tanah Longsor 78

4.11.4 Tabulasi Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Ponorogo . 84

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 128

5.1 Kesimpulan 128

5.2 Saran 128

DAFTAR PUSTAKA 129

LAMPlRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel formula kerentanan tanah longsor

Halaman

21

Tabel 2.2 Tabel nilai skor dan kategori daerah rawan tanah longsor 23

Tabel2.3 Tabel indeks kerawanan bencana tanah longsor BNPB 25

Tabel 2.4 Tabel skema pengkelasan faktor kerawanan terhadap longsoran

pada Metode Anbalagan (1992) . 26

Tabel 2.5 Tabel skema pengkelasan jumlah estimasi bahaya tanah longsor

pada Metode Anbalagan (1992) . 27

Tabel4.2 Tabel rekapitulasi curah hujan 3 harian kumulatif di Kabupaten

(13)

Halaman

Tabel 4.13 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten

Ponorogo di Kecamatan Mlarak 103

Tabel 4.20 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten

Ponorogo di Kecamatan Sampung 117

Tabel 4.24 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten

Ponorogo di Kecamatan Jenangan 125

(14)

Halaman

Tabel 4.25 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten

Ponorogo di Kecamatan Ngebel 127

(15)

DAFTARGAMBAR

Gambar 2.1 Contoh model data vektor dan sistem koordinat 12

Gambar 2.2 Model data raster dan sistem selnya 13

Gambar 2.3 Ukuran sel 13

Tool yang telah dipindahkan ke ModelBuilder dengan kotak

operasi dan output yang belum terisi data (putih)

Tool dengan input, kotak operasi dan output yang telah terisi

15

17

data (input: biru, operasi : kuning, output: hijau) dan belum

dioperasikan (tanpa bayangan). 17

Gambar 2.9 Tool dengan input, kotak operasi, dan output yang telah terisi

data (input: biru, operasi: kuning, output: hijau) dan sukses

(16)

Halaman

Gambar 4.1 Append untuk penggabungan shapefile 36

Gambar 4.2 Pembuatan ModelBuilder 36

Gambar 4.3 ModelBuilder Analisis Longsor 37

Gambar 4.4 Peta stasiun curah hujan Kabupaten Ponorogo 39

Gambar 4.5 ModelBuilder IDW curah hujan Kabupaten Ponorogo 41

Gambar 4.6 Proses IDW curah hujan Kabupaten Ponorogo 41

Gambar 4.7 Proses Extent ID W curah hujan Kabupaten Ponorogo 42

Gambar 4.8 ModelBuilder Extract by Mask curah hujan Kabupaten

Ponorogo 42

Gambar 4.9 Proses Extract by Mask curah hujan Kabupaten Ponorogo 43

Gambar 4.10 ModelBuilder Reclassify Curah Hujan Kabupaten Ponorogo 43

Gambar 4.11 Proses Reclassify curah hujan Kabupaten Ponorogo 44

Gambar 4.12

Gambar 4.13

ModelBuilder Tapa to Raster peta DEM Kabupaten Ponorogo

Peta klasifikasi curah hujan maksimal 3 harian Kabupaten

Ponorogo

44

45

Gambar 4.14 Proses Tapa To Raster peta DEM Kabupaten Ponorogo 46

Gambar 4.15 ModelBuilder Slope dalam % Kabupaten Ponorogo 46 Gambar 4.16 Proses Slope dalam % Kabupaten Ponorogo 47 Gambar 4.17 ModelBuilder Reclassify Slope Kabupaten Ponorogo 47

Gambar 4.18 Peta klasifikasi kemiringan lereng Kabupaten Ponorogo .. 48

Gambar 4.19 Menambahkan Toolbar Georeferencing 49

Gambar 4.20 Add Control Points untuk menambahkan titik kontrol 50

Gambar 4.21 Input koordinat titik kontrol .. 50

Gambar 4.22 Proses pembuatan shapefile di ArcCatalog 51

Gambar 4.23 Pengaturan dalam pembuatan shapefile baru 51

Gambar 4.24 Spatial Reference Properties untuk mengatur sistem koordinat. 52

Gambar 4.25 Sistem Koordinat yang Dipakai Shapefile 53

Gambar 4.26 Start Editing untuk memulai digitasi peta 53

Gambar 4.27 Window untuk mengatur snapping pada saat digitasi 53

Gambar 4.28 Create Feature untuk menambahfeature baru pada shapefile 53

Gambar 4.29 Jenis Feature yang bisa ditambahkan pada saat digitasi 54

(17)

Halaman

Gambar 4.30 Proses digitasi peta 54

Gambar 4.31 Add Field untuk menambahkan kolom keterangan pada Attribut Table 55

Gambar 4.47 ModelBuilder Reclassify tata guna lahan Kabupaten Ponorogo 64

Gambar 4.48 Peta klasifikasi tata guna lahan Kabupaten Ponorogo 65

Gambar 4.49 ModelBuilder Select Layer By Attribute untuk memilihjalan lingkungan Kabupaten Ponorogo 66

Gambar 4.50 Proses Select By layer By Attribute untuk memilihjalan lingkungan Kabupaten Ponorogo 66

Gambar 4.51 ModelBuilder Buffer jalan lingkungan Kabupaten Ponorogo 67

Gambar 4.52 ModelBuilder Append untuk menggabungkan semua jenis jalan 67

Gambar 4.53 ModelBuilder Select Layer By Attribute untuk memilihjenis penggunaan lahan pemukiman dan gedung 67

Gambar 4.54 ModelBuilder Union gabungan antara jalan dan tata guna lahan 68

(18)

Halaman Gambar 4.55 Modelliuilder Can memilih kemiringan lereng lebih dari 25 %. 68

Gambar 4.56

Gambar 4.57

Proses Can memilih kemiringan lereng lebih dari 25 %

ModelBuilder Raster to Polygon mengubah klasifikasi slope

69

Gambar 4.58

menjadi vektor

Proses Raster to Polygon mengubah klasifikasi slope menjadi

vektor

69

69

Gambar 4.59 Modelliuilder Intersect untuk mencari potongan 2 shapefile.. 70

Gambar 4.60

Gambar 4.63 ModelBuilder Reclassify infrastruktur Kabupaten Ponorogo .. 71

Gambar 4.64

Gambar 4.65

Peta klasifikasi infrastruktur Kabupaten Ponorogo

Field yang ditambahkan pada Attribute Table shapefile

72

Modellluilder Feature To Raster kepadatan pemukiman

Kabupaten Ponorogo

ModelBuilder Reclassify kepadatan pemukiman Kabupaten

73

74

Ponorogo 74

Gambar 4.69 Peta klasifikasi kepadatan pemukiman Kabupaten Ponorogo . 75

Gambar 4.70 ModelBuilder Times untuk pembobotan parameter 76

Gambar 4.71 Proses Times untuk pembobotan parameter 77

Gambar 4.72 ModelBuilder Raster Calculator untuk penjumlahan parameter 77

Gambar 4.73

Gambar 4.74

Proses Raster Calculator untuk penjumlahan parameter ..

Modellluilder Reclassify Kerawanan Longsor Kabupaten

Ponorogo dengan Klasifikasi dari Paimin, dkk dan BNPB ... 78

79

Gambar 4.75 Pengaturan kertas yang digunakan pada Page and Print Setup 80

Gambar 4.76 Pengaturan tampilan nilai output pada Layer Properties 81

Gambar 4.77 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo hasil penelitian 82

(19)

Halaman

Gambar 4.78

Gambar 4.79

Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo dari BNPB

ModelBuilder Zonal Statistics as Table kerawanan tanah

83

longsor Kabupaten Ponorogo 84

Gambar 4.80

Gambar 4.81

Proses Zonal Statistics as Table kerawanan tanah longsor

(20)

Halaman

Gambar 4.102 ..Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan

Ngebel 126

Referensi

Dokumen terkait

Pengelompokkan dari hasil metode Minimum Spanning Tree dilakukan dengan menghitung jarak minimum antara dua data untuk membentuk satu cluster kemudian data cluster

Dengan demikian, di sini yang ditekankan adalah kegembiraan bekerja; dan inilah esensi dari kegiatan ekonomi dan kewirausahaan dalam perspektif kebijaksanaan.. 28

Jika higiene sudah baik karena kebiasaan mencuci tangan telah dilakukan, tetapi sanitasinya tidak mendukung disebabkan tidak tersedianya air bersih, maka proses

Lokasi relatif objek wisata Danau Teluk Gelam di Desa Mulya Guna Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir ini strategis, karena didukung oleh jalan

Yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam Peraturan Presiden ini adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana

a. Prinsip ilmiah, hal ini berdasarkan dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah memberikan evaluasi kepada guru berdasarkan masalah-masalah yang

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa dalam menentukan track yang tepat untuk grafik yang diberikan, S2 mampu melakukan proses pengaitan skema lama dan baru dengan baik,

Jadi, yang dimaksud dengan tradisi Mantang Aghi dalam tulisan ini ialah kebiasaan menunda datangnya hujan, yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang