• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MATA PELAJARAN PRADAKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MATA PELAJARAN PRADAKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTA TABEL ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Dan Pertanyaan Penelitian ... 14

C. Definisi Operasional ... 21

D. Tujuan Penelitian ... 27

E. Manfaat Penelitian ... 28

BAB II KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN A. Hakekat Pendidikan Teknologi Kejuruan ... 31

1. Konsep Dasar Pendidikan Kejuruan ... 31

a. Tinjauan Filosofis ... 35

b. Tinjauan Sosiologis ... 36

c. Tinjauan Ekonomi ... 38

2. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 38

3. Pelaksanaan Kurikulum SMK ... 41

4. Uji Kompetensi dan Sertifikasi ... 42

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Kejuruan ... 46

B. Konsep Kurikulum dan Pembelajaran ... 49

1. Konsep Dasar Kurikulum ... 50

2. Konsep Pembelajaran ... 53

3. Pendekatan Kontruktivisme dalam Pembelajaran ... 55

a. Pengertian Pembelajaran Konstruktivis ... 55

(2)

ii

C. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ... 63

1. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ... 63

2. Model Pengembangan Kurikulum ... 66

a. Model Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Kejuruan ... 66

b. Perencanaan Kurikulum ... 67

c. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum ... 69

d. Strategi Penetapan Isi Kurikulum ... 69

e. Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan ... 73

3. Strategi Pembelajaran SMK ... 74

4. Mata Pelajaran Produktif ... 77

a. Karakteristik Pembelajaran Mata Pelajaran Produktif ... 78

b. Strategi Penyelenggaraan Pembelajaran Mata Pelajaran Produktif ... 82

c. Standar Kompetensi Hasil Belajar ... 88

D. Pendekatan Pembelajaran SMK ... 90

1. Konsep Dasar Work Based Learning ... 90

2. Teaching and Learning Factory ... 93

a. Latar Belakang Teaching Factory ... 93

b. Teaching and Learning Factory Ditinjau dari Komponen Utama Pendidikan... 98

1) Model Pengembangan Kurikulum ... 98

2) Learning Factory sebagai Model Pembelajaran Terintegrasi ... 102

c. Teaching Factory Ditinjau dari Paradigma Filsafat Pendidikan... 112

d. Teaching Factory Ditinjau Dukungan Pelaksanaan Learning Factory ... 115

3. Model Pembelajaran Teaching Factory yang Diaplikasikan di SMK ... 117

a. Tujuan Model Pembelajaran Teaching Factory ... 117

b. Proses Model Pembelajaran Teaching Factory ... 118

c. Mekanisme dalam Menyusun Model Pembelajaran Teaching Factory ... 118

4. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education)... 120

a. Konsep Dasar ... 120

b. Landasan Filosofis, Historis dan Yuridis ... 123

c. Hubungan Antara Kehidupan Nyata, Kecakapan Hidup dan Mata Pelajaran ... 125

E. Penelitian yang Relevan ... 127

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 132

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 140

(3)

iii

D. Metode Pengumpulan Data ... 142

E. Prosedur Analisis Data ... 145

F. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 149

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Studi Pendahuluan ... 156

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 157

2. Manajemen Sekolah... 157

3. Manajemen Kurikulum ... 160

4. Karakteristik Siswa ... 164

5. Karakteristik Guru ... 165

6. Keadaan Sarana, Prasarana, Fasilitas Belajar ... 167

7. Sistem Program Pembelajaran ... 168

a. Industri Pasangan ... 168

b. Praktek Kerja Industri ... 169

c. Program Production Based Training (PBT) ... 170

8. Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan ... 172

9. Hasil Studi Pendahuluan ... 177

B. Pengembangan Model Pembelajaran Alternatif ... 178

C. Uji Coba Terbatas ... 190

1. Pendahuluan ... 190

2. Persiapan Pra Pelaksanaan Uji Coba ... 193

3. Siklus Model Program Pembelajaran Alternatif ... 196

4. Persiapan Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 202

a. Tahap Persiapan Awal ... 202

1) Persiapan Administrasi, Guru, Bahan, Alat ... 203

2) Persiapan Siswa ... 206

b. Tahap Persiapan Implementasi ... 206

1) Perubahan Manajemen ... 206

2) Latihan Berkomunikasi ... 210

(4)

iv

5. Implementasi Uji Coba Terbatas ... 216

a. Siklus 1 Dengan Order Rumah Tracker ... 217

1) Tahap Pendahuluan ... 217

2) Tahap Inti ... 222

3) Tahap Penutup ... 226

b. Siklus 2 Dengan Order Batang Penekan Tracker ... 227

1) Tahap Pendahuluan ... 227

2) Tahap Inti ... 229

3) Tahap Penutup ... 231

c. Siklus 3 Dengan Order Batang Pemutar Tracker ... 231

1) Tahap Pendahuluan ... 232

2) Tahap Inti ... 233

3) Tahap Penutup ... 236

6. Pengolahan Hasil Uji Coba Terbatas ... 236

a. Hasil Uji Normalitas Data Uji Coba Terbatas ... 236

1) Statistik Deskriptif... 236

2) Statistik Inferensial ... 238

a) Uji Normalitas Data Soft Skill ... 238

b. Uji Perbedaan Rata-rata ... 239

1) Uji Perbedaan Kompetensi Siswa Order 1, Order 2, dan Order 3 ... 239

a) Statistik Deskriptif ... 239

b) Statistik Imperensial ... 239

2) Uji Perbedaan Aspek Kognitif Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Alternatif ... 241

a) Statistik Deskriptif ... 241

b) Statistik Imperensial ... 242

3) Uji Perbedaan Soft Skill Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Alternatif ... 243

a) Statistik Deskriptif ... 243

(5)

v

4) Uji Perbedaan Hard Skill Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran

Menggunakan Model Alternatif ... 247

a) Statistik Deskriptif ... 247

b) Statistik Imperensial ... 248

7. Hasil Uji Coba Terbatas... 252

8. Perbaikan Model Pembelajaran Alternatif... 257

D. Uji Coba Lebih Luas ... 259

1. Pendahuluan ……. ... 259

2. Persiapan Pra Pelaksanaan Uji Coba ... 260

3. Siklus Model Program Pembelajaran Alternatif ... 264

4. Persiapan Pelaksanaan Uji Coba Lebih Luas ... 271

a. Tahap Persiapan Awal ... 271

1) Persiapan Administrasi, Guru, Bahan, Alat ... 272

2) Persiapan Siswa ... 274

b. Tahap Persiapan Implementasi ... 275

1) Perubahan Manajemen ... 276

2) Latihan Berkomunikasi ... 279

3) Latihan Menganalisis Order ... 282

5. Implementasi Uji Coba Lebih Luas ... 284

a. Implementasi Uji Coba Lebih Luas Kelas XII TPM 1: 25 -29 Agustus 2009 ... 285

1) Siklus 1 Dengan Order Rumah Tracker ... 286

a) Tahap Pendahuluan ... 286

b) Tahap Inti ... 288

c) Tahap Penutup ... 290

2) Siklus 2 dan 3 Dengan Order Batang Penekan Tracker dan Order Batang Pemutar Tracker... 291

a) Tahap Pendahuluan ... 291

b) Tahap Inti ... 292

(6)

vi

b. Implementasi Uji Coba Lebih Luas Kelas XII TPM 3: 1 - 5 September

2009 ... 294

a) Tahap Pendahuluan ... 295

b) Tahap Inti ... 297

c) Tahap Penutup ... 298

c. Implementasi Uji Coba Lebih Luas Kelas XII TPM 4: 8 – 12 September 2009 ... 299

a) Tahap Pendahuluan ... 300

b) Tahap Inti ... 301

c) Tahap Penutup ... 302

6. Pengolahan Data Hasil Uji Coba Lebih Luas ... 303

a. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa ... 303

1) Uji Normalitas ... 303

2) Uji Keberartian - Gain Kemampuan Kognitif Siswa ... 303

b. Peningkatan Kemampuan Hard Skill Siswa ... 304

1) Uji Normalitas ... 304

2) Uji Keberartian - Gain Kemampuan Hard Skill Siswa ... 305

c. Peningkatan Kemampuan Soft Skill Siswa ... 307

1) Uji Normalitas ... 307

2) Uji Keberartian - Gain Kemampuan Soft Skill Siswa ... 308

d. Uji Kompetensi Siswa... 310

1) Uji Normalitas ... 310

2) Uji Keberartian - Gain Kemampuan Kompetensi Siswa ... 311

e. Uji Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran ... 313

1) Uji Normalitas ... 343

2) Uji Perbedaan Siswa Tentang Model Pembelajaran Konvensional dan Model TF-6M Siswa ... 314

7. Interpretasi Hasil Uji Coba Lebih Luas ... 316

(7)

vii

Uji Validasi……….. ... 321

1. Pendahuluan …. ... 321

2. Persiapan Pra Pelaksanaan Uji Validasi ... 322

3. Siklus Model Program Pembelajaran Alternatif ... 323

4. Persiapan Pelaksanaan Uji Validasi... 324

a. Tahap Persiapan Awal ... 324

1) Persiapan Administrasi, Guru, Bahan, Alat ... 325

2) Persiapan Siswa ... 327

b. Tahap Persiapan Implementasi ... 328

1) Perubahan Manajemen ... 328

2) Latihan Berkomunikasi ... 330

3) Latihan Menganalisis Order ... 332

5. Implementasi Uji Validasi ... 333

a. Implementasi Uji Validasi Kelas XI TPM 2: Tanggal 6 – 17 Oktober 2009 Dengan order tracker... 334

a) Tahap Pendahuluan ... 335

b) Tahap Inti ... 337

c) Tahap Penutup ... 339

b. Tahap Implementasi Uji Validasi Kelas XI TPM 4: Tgl. 19 – 31 Oktober 2009 Dengan Order Tracker ... 341

a) Tahap Pendahuluan ... 342

b) Tahap Inti ... 344

c) Tahap Penutup ... 346

6. Hasil Pengolahan Data Uji Validasi ... 349

a. Gain Kognitif Siswa ... 349

1) Uji Normalitas ... 349

2) Uji Perbedaan Gain Kemampuan Kognitif Siswa ... 350

b. Gain Hard Skill Siswa Setelah Pembelajaran Menggunakan Model TF-6M ... 351

1) Uji Normalitas Gain Hard Skill Siswa ... 352

(8)

viii

c. Gain Soft Skill Siswa ... 354

1) Uji Normalitas Gain Soft Skill Siswa ... 355

2) Uji Keberartian Gain Kemampuan Soft Skill Siswa ... 355

d. Uji Kompetensi Siswa... 358

1) Kompetensi Siswa Untuk Order 1 ... 358

a) Uji Normalitas Data Kompetensi Siswa Untuk Order 1 ... 358

b) Uji Perbedaan Kompetensi Siswa Untuk Order 1 Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 359

2) Kompetensi Siswa Untuk Order 2 ... 360

a) Uji Normalitas Data Kompetensi Siswa Untuk Order 2 ... 360

b) Uji Perbedaan Kompetensi Siswa Untuk Order 2 Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 361

3) Kompetensi Siswa Untuk Order 3 ... 362

a) Uji Normalitas Data Kompetensi Siswa Untuk Order 3 ... 362

b) Uji Perbedaan Kompetensi Siswa Untuk Order 3 Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 363

e. Persepsi Siswa Tentang Model Pembelajaran ... 364

1) Uji Normalitas ... 365

2) Uji Perbedaan Siswa Tentang Model Pembelajaran Konvensional dan Model TF-6M Siswa ... 365

f. Kehadiran siswa ... 366

7. Interpretasi Hasil Uji Validasi ... 367

Pembahasan Hasil Penelitian ... 370

1. Hakekat Pengembangan Model ... 370

2. Karakteristik Model TF-6M ... 373

3. Desain Model Program Pembelajaran Teaching Factory-6M atau Model TF-6M ... 376

4. Desain Implementasi Model TF-6M ... 379

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Model TF-6M ... 383

a. Faktor-faktor Pendukung ... 383

(9)

ix

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan…………. ... 385

1. Efektivitas Model Program Pembelajaran ... 385

2. Kondisi Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 6 Kota Bandung ... 386

3. Desain Model Program Pembelajaran ... 389

4. Implementasi Model Program Pembelajaran... 392

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model TF-6M ... 395

a. Faktor-faktor Pendukung ... 395

b. Faktor-faktor Penghambat ... 397

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 399

1. Implikasi Teoritis (Dalil-dalil Hasil Penelitian) ... 399

2. Implikasi Praktis. ... 403

C. Rekomendasi ... 404

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1.1 Faktor-faktor (variable) yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

(11)

xi

DAFTAR BAGAN

BAGAN

2.1 Perencanaan Kurikulum ... 68

2.2 Anatomi Dasar Pengembangan Kurikulum ... 99

2.3 Kontur Piramida Kurikulum ... 100

2.4 Relationship between Learning Factory, Product Realization Curriculum, and Traditional Laboratories ... 107

2.5 Learning Factory Implementation Concept ... 108

2.6 UPR-M Learning Factory and Supporting Labs ... 109

2.7 Learning Factory Layout at the University of Washington ... 110

2.8 Skema Teaching dan Learning Factory ... 111

2.9 Learning Factory Implementation Concept ... 116

2.10 UPR-M Learning Factory dan Supporting Labs ... 117

(12)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL

2.1 Distribusi Keterampilan dan Pengetahuan ... 102

3.1 Rancangan Pelaksanaan Penelitian ... 140

3.2 Subyek Penelitian ... 141

3.3 Aspek yang diteliti dan Teknik Pengambilan Data ... 145

4.1 Daftar Industri Pasangan ... 160

4.2 Tenaga Pendidik ... 166

4.3 Daftar Alat-alat Ukur ... 168

4.4 Daftar Alat Operasional (Mesin) ... 168

(13)

xiii

DAFTAR SKEMA

SKEMA

4.1 Pencapaian Kompetensi ... 163

4.2 Model Program Pembelajaran Alternatif.(Draft 1) ... 183

4.3 Implementasi Model Program Pembelajaran Alternatif ... 185

4.4 Model Program Pembelajaran Alternatif.(Draft 2) ... 189

4.5 Model Pembelajaran Alternatif.(Draft 3) ... 192

4.6 Model Program Pembelajaran Alternatif.(Draft 4) ... 258

4.7 Model Program Pembelajaran Alternatif.(Draft 4) ... 260

4.8 Model Program Pembelajaran Alternatif.(Draft 4) ... 264

4.9 Model TF-6 ... 320

4.10 Model TF-6M ... 322

4.11 Model TF-6M ... 324

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang teknologi informasi telah memberikan dampak terhadap percepatan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Perubahan mempengaruhi dinamika kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang pendidikan diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003), Bab II Pasal 3, bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

(15)

2

(a) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak; (b) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik; (c) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab; (d) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; (e) menyiapkan peserta didik agar dapat menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni; (f) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati; (g) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

Tujuan SMK tersebut akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam usaha meningkatkan kualitas individu siswa. Hal ini ditandai dengan akan terciptanya tenaga-tenaga terampil yang siap memasuki dan membuka lapangan kerja baru, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan produktivitas nasional serta menaikkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Peningkatan IPM diharapkan akan merupakan faktor yang dapat mengantisipasi dampak perubahan global yang sudah terasa dewasa ini. Perubahan global yang telah, sedang, dan akan dihadapi bangsa ini adalah lahirnya era perdagangan bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, era persaingan tenaga kerja secara bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFLA (Asean Free Labour Area) tahun 2010, dan era kerja sama ekonomi kawasan asia pasifik atau APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) tahun 2020.

(16)

3

SMK, 2004) Ini mengindikasikan bahwa pembelajaran di SMK belum banyak menyentuh atau mengembangkan kemampuan adaptif siswa. Siswa perlu dipersiapkan lebih serius dengan mempertajam kemampuan adaptif, mengedepankan keunggulan lokal sejalan dengan tuntutan standar kompetensi lulusan SMK. Artinya perlu dikembangkan kompetensi siswa menyeluruh dan seimbang dilihat dari aspek-aspek kecakapan hidup lulusan SMK. Sementara itu masih besar permasalahan dan tantangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia. Suranto (2005) mengungkapkan berbagai tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan sebagai berikut: 1) masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk membiayai pendidikan, terutama di bidang keteknikan, vokasi, okupasi bahkan saat ini terjadi kemerosotan peminat kuliah di bidang keteknikan atau kejuruan, 2) tingginya persentase lulusan bidang keteknikan yang belum mendapat kerja, 3) penyelenggaraan pendidikan program keteknikan membutuhkan biaya yang tinggi dibandingkan dengan pendidikan program ilmu sosial, 4) kurikulum yang selama ini dipakai kurang mempunyai tingkat keluwesan dan terlalu terstruktur sehingga kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas dan kurang berorientasi ke pasar kerja, dan 5) pendidikan keteknikan dan kejuruan dan pendidikan lainnya di perguruan tinggi mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.

(17)

4

2006, dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan delapan stadar pendidikan yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar proses, standar penilaian, standar sarana prasarana, standar pembiayaan dan standar pengelolaan (PP19/2005). Disamping itu Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional 2005 menetapkan proporsi jumlah siswa SMK : SMA dari saat ini 35% : 65% menjadi 70% : 30% tahun 2015.

Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK tahun 1994 edisi 1999, telah merubah orientasi dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi. Dalam perkembangannya kurikulum tersebut dievaluasi dan direvisi menjadi kurikulum SMK tahun 2004, yang kemudian disusul dengan penyempurnaan pada tahun 2006 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang.

(18)

5

pencapaian standar kompetensi yang sudah ditetapkan. Melalui implementasi kurikulum ini diharapkan akan memperkecil bahkan meniadakan kesenjangan antara tuntutan kompetensi di industri dengan penguasaan kompetensi yang dimiliki siswa. Pencapaian standar kompetensi siswa diharapkan berbanding lurus dengan kemampuan pekerja di industri.

Perubahan kurikulum tersebut merupakan jawaban kekhawatiran Direktorat pembinaan SMK (DPSMK, 2002). Selain perubahan kurikulum, telah dilakukan pengembangan bidang studi keahlian,program studi keahlian dan kompetensi keahlian. SMK kini telah berkembang dalam 6 bidang studi keahlian dengan 40 program studi keahlian dan 121 kompetensi keahlian (Kep.Dirjen Mandikdasmen No.251/C/kep/Mn/2008). Dari bidang dan program keahlian tersebut SMK memproyeksikan lulusannya bisa menciptakan lapangan pekerjaan (enterpreneurship) 20%, mendapat pekerjaan dalam negeri sebesar 50% dan mendapat pekerjaan luar negeri sebesar 10% serta melanjutkan ke perguruan tinggi sebesar 10% (Renstra Mandikdasmen 2008). Dari sejumlah bidang dan program keahlian tersebut, bisa dijadikan tantangan dan harapan bagi SMK untuk lebih memacu dalam peningkatan kualitas layanan untuk menghasilkan lulusan yang terstandar.

(19)

6

(8) standar pendidikan, 2) kelompok sekolah mandiri atau rintisan mandiri apabila sekolah telah memenuhi delapan standar pendidikan, dan 3) sekolah bertaraf internasional apabila sekolah telah memenuhi delapan standar pendidikan ditambah kurikulum internasional dan menggunakan dwi bahasa sebagai pengantar pembelajaran.

(20)

7

memanfaatkan kompetensi hasil pendidikan dengan memanfaatkan peluang yang ada misalnya dengan melakukan wirausaha.

Lapangan usaha yang paling banyak berpeluang menampung tenaga kerja lulusan SMK di Kota Bandung adalah sektor industri pengolahan disamping sektor lainnya, seperti perdagangan, hotel, restoran dan jasa. Dikmenjur (2003) menunjukkan bahwa data kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK di Kota Bandung untuk sektor industri pengolahan dari tahun 1999-2003, yaitu 32,47%; 33,11%; 33,73%; 34,35%; dan 34,96%. Besarnya peluang kerja lulusan SMK baru terisi sebesar 47,50%. Artinya masih besar peluang kerja yang ada di Kota Bandung bagi lulusan SMK, asal para lulusan SMK memiliki standar kompetensi yang diprasyaratkan. Peluang kerja yang ada di dunia usaha dan industri serta wirausaha menuntut adanya kompetensi kerja yang harus dimiliki oleh para lulusan SMK. Kompetensi kerja yang dimiliki oleh para lulusan SMK harus disesuaikan dengan kompetensi yang dituntut oleh pasar kerja, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan kebutuhan kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kompetensi kerja merupakan karakteristik dasar yang dimiliki seseorang, mengindikasikan cara berpikir dan bertindak untuk berbagai situasi dan dalam jangka waktu yang lama (Spencer, 1993: 9). Siswa yang memiliki kompetensi kerja diharapkan tidak akan mengalami kesulitan dalam memasuki dunia kerja maupun menciptakan pekerjaan sendiri.

(21)

8

SMK. Selain memiliki kompetensi vokasional, lulusan SMK harus mempunyai keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kreatif dan proaktif mencari dan menemukan solusi, dan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain para lulusan SMK harus memiliki kecakapan hidup baik kecakapan: personal, sosial, akademik dan vokasional dalam menghadapi perkembangan era global. Untuk mencapai kondisi tersebut bagaimana kecakapan hidup dapat dicapai oleh para siswa melalui proses belajar yang dijalaninya di sekolah.

Di negara maju inovasi pendidikan mengarah kepada pengembangan kecakapan hidup. Model pembelajaran terpadu (integrated learning dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kecakapan hidup (Blanchard, 2001)

Struktur kurikulum SMK terdiri dari tiga komponen yaitu: mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Mata pelajaran terdiri dari mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif (KTSP SMK 2008: 63). Dengan struktur seperti itu diharapkan dapat membekali para lulusan SMK dengan bekal mata pelajaran produktif, adaptif dan normatif sehingga dapat berkembang di masyarakat dunia usaha dan dunia industri, disamping berbekal untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(22)

9

belajar teori dan praktek mata pelajaran produktif sepenuhnya dilakukan di sekolah ditambah dengan praktek kerja lapangan (PKL) atau praktek kerja industri (prakerin), 2) Sebagian kecil dari SMK juga melaksanakan mata pelajaran produktif dengan pola pendidikan sistem ganda (PSG) dengan beberapa variasi, misalnya: (a) Pelaksanaan mata pelajaran produktif yang bersifat teori sepenuhnya dilaksanakan di sekolah dan yang bersifat praktek dilaksanakan di industri, (b) Pelaksanaan mata pelajaran produktif yang bersifat teori sepenuhnya dilaksanakan di sekolah ditambah dengan latihan keterampilan terbatas di sekolah, kemudian dilanjutkan di industri. Kedua pola pendidikan di atas masing-masing dengan keunggulan dan kekurangan dalam mencapai kompetensi siswa.

(23)

10

Program manufaktur dan layanan jasa yang dioperasikan berbasis SMK, yang dikembangkan dalam renstra Direktorat PSMK bertujuan:

1. Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah 2. Memperluas Pasar Kerja

3. Menciptakan Barang Murah Produksi Dalam Negeri

4. Meningkatkan Perputaran Rupiah di Dalam Negeri (Multiplier Effect) 5. Meningkatkan Kualitas SDM Dalam Negeri

6. Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Indonesia (Dit.PSMK, 2005-2009)

Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas misalnya dalam memenuhi kebutuhan mesin-mesin perkakas, dilakukakan dengan mendayagunakan mesin perkakas kapasitas terpasang bekerjasama dengan industri mesin perkakas, SMK memproduksi mesin-mesin perkakas dengan sasaran pasar SMK-SMK yang memerlukan mesin-mesin perkakas tersebut. Khusus pada lini produk industri mesin perkakas perkiraan permintaan pasar mesin perkakas sebagai berikut:

Tabel 1.1

Permintaan Pasar Mesin Perkakas: Captive Market SMK Program Keahlian (PK) SMK yang membutuhkan mesin

Perkakas

Jumlah PK 1 PK Teknik Mesin 4.704 SMK

7605 SMK 2 PK Teknik Otomotif 1.952 SMK

3 PK Teknik Bangunan 949 SMK Kebutuhan Minimal Mesin Perkakas Per Program

Keahlian

Jumlah Unit

1 Mesin Bubut 5 Unit

12 Unit/PK

2 Mesin Miling 5 Unit

3 Mesin Drilling 2 Unit

Total Minimal Kebutuhan Mesin Perkakas 91.260 Unit

Kapasitas Kapasitas

Assembling Waktu

Jumlah

(Unit Mesin Perkakas / waktu) 1 SMK 1 Bulan 16 Unit Mesin Perkakas/ bulan

1 Tahun 192 Unit Mesin Perkakas/ tahun

10 SMK 1 Tahun 1920 Unit

(24)

11

Memperhatikan data-data asumsi dalam pengembangan manufaktur berbasis SMK, dimana kapasitas produksi dapat menghasilkan 1.920 unit Mesin Perkakas per tahun oleh 10 SMK, dengan asumsi setiap SMK membutuhkan 12 unit mesin perkakas, berarti ada 160 SMK yang dapat dilengkapi, atau bila dilengkapi dengan 35 unit mesin perkakas, ada 55 SMK dengan sarana fasilitas standar.

(25)

12

hidup dan kehidupan dengan wajar, proaktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Oleh karena itu harus dicari model pembelajaran dengan pendekatan integrated learning, dengan menggunakan sarana fasilitas yang dimiliki sekolah dengan menciptakan suasana industri tanpa harus melibatkan industri secara langsung. Namun demikian siswa merasakan suasana industri, terbina kecakapan hidupnya, dan tercapai kompetensi kerja dalam suasana industri tapi di sekolah.

(26)

13

menyuruh di sekolah. Siswa tidak perlu lagi melakukan praktek kerja industri (Prakerin) seperti selama ini dilakukan.

Pola atau model pembelajaran yang bagaimanakah yang memberi bekal para lulusannya dapat bekerja langsung di industri. Penerapan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pencapaian standar kompetensi lulusan harus dilakukan melalui skenario pembelajaran yang sama prosesnya dengan proses di dunia usaha dan dunia industri dengan pendekatan Integrated Learning dalam pembelajaran mata pelajaran produktif. Sekolah harus mengembangkan model pembelajaran yang mendukung program tersebut, serta menyediakan perangkat (tools), alat dan bahan untuk mengembangkan perencanaan dan proses pabrikasi.

(27)

14

demikian siswa mendapat pengalaman langsung melakukan pekerjaan industri dalam suasana industri tetapi di sekolah.

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian pengembangan ini bertolak dari adanya kesenjangan antara kompetensi peserta didik yang belum optimal dicapai dengan kompetensi standar sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau tuntutan dunia usaha dan industri. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian kompetensi siswa tersebut baik yang berkenaan dengan aspek raw input, yaitu siswa dengan potensi yang dimilikinya, instrument input seperti kurikulum (aspek proses: model pembelajaran, metode, dan pendekatan pembelajaran, media pembelajaran) pendidik (guru) dan tenaga kependidikan lainnya. Disamping itu faktor lain yang memepengaruhi adalah berkenaan dengan aspek environmental input, seperti lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, sarana prasarana dan lain sebagainya.

(28)

15

Gambar 1.1 Faktor-faktor (variable) yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran (Diadaptasi dari Dunkin dan Biddle, 1975)

Dunkin dan Biddle (1975), membagi komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari variable-variabel. Presage variable yaitu variabel yang berkenaan dengan raw input dimana latar belakang kemampuan guru mengajar dan latar belakang kemampuan siswa berada di dalamnya. Keterampilan guru mengajar, sikap dan motivasi serta intelegensi dan lain-lain merupakan faktor yang dominan dalam proses pembelajaran. Demikian juga dengan kemampuan awal siswa baik yang berkenaan dengan pengetahuan dan sikap, motivasi dan lain sebagainya. Variabel instrumental berkenaan dengan aspek-aspek yang terdiri atas kurikulum, program pembelajaran, model pembelajaran, materi, sumber

INSTRUMENTAL VARIABLE

1. Kurikulum: a.Tujuan; b. Isi; c. Proses (model dan metode pembelajaran, media sumber pem belajaran); dan d. Evaluasi

2. Guru/pendidik dan tenaga kependidikan

PRESAGE VARIABLE

Guru: Kompetensi guru

Siswa: Pengetahuan awal siswa, sikap, intelegensi, motivasi, potensi, dll PRODUCT VARIABLE Kompetensi siswa

sesuai dgn SKL

CONTEXT VARIABLE -Masyarakat/ Dudi

-Lingkungan Sekolah -Lingkungan Kelas

-Iklim belajar

-Fasilitas Kelas, lab., workshop, dll PROSES VARIABLE Peran/ perilaku guru di kelas

Peran/perilaku siswa di kelas

Perubahan kompetensi yang

(29)

16

pembelajaran, media dan lain sebagainya, semuanya dapat mempengaruhi variable proses pembelajaran. Variabel conteks berkenaan dengan aspek lingkungan (environment) yang juga dapat mempengaruhi variabel proses pembelajaran. Sedangkan variable product berkenaan dengan aspek output (keluaran) yang diharapkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa dalam pembelajaran produktif di SMK, guru diharapkan memiliki kemampuan dan kreativitas untuk mengembangkan berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat membuat siswa tidak bosan dan menangkap makna dari proses pembelajaran. Penggunaan pendekatan dan strategi baru akan lebih memberi motivasi kepada diri siswa sehingga diharapkan adanya peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan. Peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan siswa tidak hanya ditentukan oleh faktor guru saja, tetapi perlu dukungan dan interaksi yang baik dengan faktor dari dalam diri siswa. Interaksi keduanya akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, tercapainya standar kompetensi lulusan yang baik harus merupakan harapan dan cita-cita bagi guru maupun siswa itu sendiri. Motivasi siswa sangat penting dalam proses pembelajaran ini.

(30)

17

kondisi lingkungan di sekitar siswa , dan (3) faktor pendekatan belajar (approach of learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi pendekatan, strategi, dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran produktif.

Faktor guru dan siswa merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Kerjasama diantara keduanya harus mendukung satu sama lain. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan harapan bagi guru dan siswa. Penggunaan pendekatan dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa untuk beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya akan membuat efektif proses pembelajaran itu sendiri. Sebagai akibatnya, karena siswa merasa bahwa pendekatan yang diberikan oleh guru sesuai dengan harapan dirinya dan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya, proses pembelajaran akan dirasakan lebih bermakna.

Berdasarkan paparan tersebut, perlu dikembangkan model pembelajaran dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan pelaksanaan kurikulum mata pelajaran produktif di SMK, yaitu:

a. Agar pembelajaran produktif menghasilkan standar kompetensi sesuai dengan tuntutan standar kompetensi dunia usaha dan dunia industri, maka proses pembelajaran harus dilakukan secara konkret dan realistis, sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.

(31)

18

menerapkan persamaan kesempatan, menyenangkan, dan memperhatikan keragaman siswa, dan siswa mendapat pengalaman langsung.

c. Hasil pembelajaran mata pelajaran produktif harus mengembangkan potensi siswa yang holistik atau tidak bersifat parsial. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang memungkinkan pengorganisasian dan pengintegrasiaan komponen kompetensi (knowledge, skills, and attitudes), melalui proses mengalami dengan belajar sambil melakukan.

d. Perlu dicari model pembelajaran yang membekali siswa dengan pengalaman melalui learning by doing pada setting sebuah factory. Disini siswa belajar mencapai kompetensi dalam hubungan sebagai komponen dari manajemen factory dengan konsumen atau pelanggan yang berorientasi kepada kualitas produk, dimana guru berperan sebagai fasilitator.

e. Pembelajaran mata pelajaran produktif masih bersifat situasional (sesuai dengan situasi sekolah), dimana proses dan hasil belajar masih belum memberi makna yang lebih luas. Hasil belajar hanya bermuara pada nilai mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Perlu dikembangkan model pembelajaran yang proses dan hasil belajarnya dimuati tanggung jawab standar kompetensi sehingga siswa tahu persis apakah apa yang dihasilkan dari proses belajar dapat diterima oleh pasar (konsumen) atau tidak.

(32)

19

g. Pada model pembelajaran konvensional, guru masih sangat dominan dan kurang memberikan peran kepada siswa untuk menentukan jalannya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran jangan sampai siswa berperan semu karena penentu jalannya proses pembelajaran didominasi oleh guru. Perlu dilakukan perubahan orientasi pembelajaran dari konvensional ke model pembelajaran dimana siswa diberi peran yang lebih luas dalam proses pembelajaran agar mereka menangkap makna pembelajaran tersebut sebagai milik dirinya dan mereka akan menunjukkan semangat belajar dan etos kerja. Maka perlu dikaji bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam mencapai penguasaan kompetensi.

h. Prosedur pencapaian kompetensi yang dilatihkan kepada siswa tanpa dilengkapi dengan situasi dunia usaha dan dunia industri yang sesungguhnya, mengakibatkan siswa kurang mampu memecahkan masalah pada kontek yang berbeda. Guna meningkatkan pencapaian kompetensi siswa, perlu diberikan pengalaman belajar sesuai dengan kondisi nyata di dunia usaha dan dunia industri (real teaching).

(33)

20

menghasilkan data yang autentik. Hal ini memudahkan guru dalam mengisi skill pasport sebagai bukti pencapaian kompetensi siswa.

Dari identifikasi di atas dapat ditarik benang merah bahwa diperlukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa, dengan mendapat pengalaman langsung suasana industri di sekolah, dimana guru berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu disusun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Model Pembelajaran bagaimanakah yang dapat memberikan siswa pengalaman

langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi

siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi keahlian Teknik Pemesinan?

Untuk menjawab permasalahan di atas dikembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan yang dilaksanakan di SMK Negeri 6 Kota Bandung saat ini?

2. Bagaimanakah desain model program pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa, dengan memberikan pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan?

(34)

21

4. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model program pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa, dengan memberikan pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan? 5. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kompetensi siswa, dengan memberikan pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan?

C. Definisi Operasional

Dari pertanyaan penelitian yang dikembangkan dalam disertasi ini perlu penjelasan untuk beberapa istilah agar tidak menimbulkan salah pengertian. Istilah istilah yang perlu penjelasan yaitu: model pembelajaran, standar kompetensi, mata pelajaran produktif dan pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah. 1. Model Pembelajaran

(35)

22

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pembelajar dengan pengajar dalam suatu lingkungan tertentu dalam rangka perubahan perilaku pembelajar sesuai dengan yang diinginkan dalam suatu program pendidikan.

Ada beberapa istilah berkaitan dengan pembelajaran, yaitu: a) Pendekatan Pembelajaran; yang merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran termasuk pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa dan pendekatan pembelajaran berpusat pada guru, b) Strategi pembelajaran; adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Mengandung makna perencanaan dan bersifat konseptual tentang keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran, baik bersifat induktif atau deduktif; exposition- discovery learning atau group- individual learning, c) Metode Pembelajaran; yang diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran, d) Teknik Pembelajaran; diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik, e) Taktik Pembelajaran; merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik tertentu yang bersifat individual.

(36)

23

pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan dalam sebuah program pendidikan.

2. Kompetensi

Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat untuk melaksanakan tugas tetentu (Sk Mendiknas no.045/U/2002). Tindakan cerdas tersebut tergambarkan dalam aspek pengetahuan, aspek afektif dan keterampilan atau skill. Kompetensi didasari sikap dan nilai dimana unsur unsur pengetahuan, skill proses dan penyesuaian diri yang membangun indikator kemampuan kerja dalam hal ini kecakapan siswa dalam melakukan tugas pekerjaan sesuai Kompetensi keahlian Teknik Pemesinan. Dalam konteks kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa SMK tentu bukan hanya kompetensi vokasional, tetapi juga harus memiliki kompetensi dasar (pribadi) yaitu kemampuan memelihara, memenuhi kebutuhan mengembangkan diri dan belajar lebih lanjut. Kompetensi lain yang juga harus dimiliki adalah kompetensi umum (sosial) yaitu kemampuan menjalin hubungan, kerjasama dan hidup bermasyarakat.

3. Mata Pelajaran Produktif.

(37)

24

dimiliki siswa agar dapat melaksanakan tugas tertentu, misalnya sebagai Teknisi Yunior Teknik Pemesinan. Mata pelajaran ini merupakan bagian dari Program Studi Keahlian, misalnya Program Studi Teknik Mesin dalam Bidang Studi Keahlian tertentu, misalnya Bidang Studi Teknologi dan Rekayasa. (Spektrum Keakhlian Pendidikan Menengah Kejuruan SK Mendikdasmen no.251/C/Kep/Mn/2008).

Jadi yang dimaksud mata pelajaran Produktif pada penelitian ini adalah mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Bidang Studi KeahlianTeknologi dan Rekayasa yang memuat indikator-indikator kompetensi seorang Teknisi Yunior Teknik Pemesinan.

4. Pengalaman Langsung Dalam Suasana Industri Di Sekolah.

(38)

25

teaching-learning factory manajemen sekolah dan guru harus melakukan rekognisi karena guru berubah peran dari guru sebagai sumber utama belajar menjadi sebagai fasilitator yaitu sebagai asessor dan atau konsultan.

Pada model pembelajaran teaching-learning factory, yang selama ini sudah dilaksanakan di Indonesia siswa memang berperan sebagai pekerja dan yang dialami oleh mereka adalah pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi vokasional. Sedangkan pada model pembelajaran alternatif pengalaman kompetensi vokasional hanya salah satu aspek karena beberapa aspek yang menjadi pengalaman siswa yang lain yaitu : (1) melakukan quality control terhadap benda kerja yang mereka kerjakan; (2) menganalisis order yang akan mereka kerjakan; dan (3) pengalaman yang bersifat soft skill meliputi: berkomunikasi dalam menerima order; menyatakan kesanggupan / ketidaksanggupan mengerjakan order kepada pemberi order; menyerahkan benda kerja/order pesanan kepada pemberi order sebagai pertanggungjawaban atas kerja yang telah dilakukan.

(39)

26

Dalam model ini terjadi juga perubahan peran siswa dalam melakukan pekerjaan praktek dari pengerjaan job sheet yang biasanya dirancang guru khusus untuk melatih kompetensi siswa, menjadi mengerjakan order/ pesanan dari konsumen yang merupakan benda kerja yang fungsional di masyarakat. Penilaian hasil kerja siswa dari keduanya sangat berbeda, berubah dari penilaian PAN-PAP dengan standar sekolah menjadi Go no Go dengan standar industri.

(40)

27

mengintegrasikan 3(tiga), atau 4(empat) mata pelajaran produktif, dalam suatu blok waktu tertentu.

Jadi model pembelajaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah bagaimana guru mengembangkan model pembelajaran dengan mengadaptasi model teaching factory dimana siswa mengalami pengalaman langsung suasana industri di sekolah. Guru memadukan teknik dan taktik pembelajaran dari metode-metode pembelajaran dalam suatu strategi pembelajaran individual learning dengan pendekatan student centered. Guru melakukan rekognisi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan berperan sebagai assessor dan konsultan dan siswa berperan sebagai pekerja dalam proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung dalam membantu siswa mencapai kompetensi belajarnya. Pelaksanaan model ini dilakukan dalam suatu blok waktu tertentu.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas maka tujuan umum yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: menghasilkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK. Mengacu pada tujuan umum tersebut di atas, selanjutnya dijabarkan dalam tujuan khusus sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran mata

(41)

28

pembelajaran, dan sarana/fasilitas pembelajaran) di SMK Negeri 6 Kota Bandung.

2. Menemukan desain pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK.

3. Menemukan model implementasi pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK.

4. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK.

5. Memperoleh data empiris tentang efektivitas model pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikembangkan diharapkan penelitian ini bermanfaat baik teoritis maupun praktis sebagai berikut:

(42)

29

siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi siswa: model pembelajaran hasil penelitian ini memberikan pengalaman langsung suasana industri di sekolah dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran diharapkan memberikan makna yang lebih dalam.

b. Bagi guru: model pembelajaran hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang memberi siswa pengalaman langsung suasana industri di sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran Produktif, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK, dengan mengubah peran guru sebagai sentral sumber belajar menjadi fasilitator (sebagai asesor/ konsultan) dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah: model pembelajaran hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya pengembangan dan implementasi KTSP SMK dengan memanfaatkan sarana prasarana (fasilitas praktek) yang makin lengkap dan terstandar dan sekaligus mengembangkan sumber daya sekolah dalam era industrialisasi.

(43)

30

prasaran sekolah. Pemaanfaatan sarana prasarana sekolah sekaligus memberi layanan yang baik kepada siswa berupa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah dengan cara merekognisi pemikiran kepala sekolah dan guru khususnya sehingga sekolah sekaligus sebagai industri.

(44)

132 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif di SMK. Untuk dapat menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa perlu dipelajari model-model pembelajaran yang selama ini dilakukan termasuk konsep-konsep pembelajaran, khususnya yang berkaitan erat dengan pembelajaran dalam bidang kejuruan. Hasil pengkajian terhadap model-model dan konsep pembelajaran tersebut, menjadi landasan untuk mencari alternatif model pembelajaran yang dipandang lebih baik sehingga memungkinkan dengan model yang baru tersebut dapat meningkatkan kompetensi siswa. Dalam upaya mendapatkan model tersebut perlu ditempuh langkah-langkah dan prosedur penelitian sehingga dapat dihasilkan yang tepat dan dapat dilaksanakan secara efektif.

(45)

133

yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Selanjutnya Sukmadinata (2005: 164) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam penelitian pengembangan ini penulis menggunakan prosedur dan langkah-langkah terutama yang disarankan oleh Brog and Gall. Brog and Gall (1989) mengemukakan ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian.

1. Research and information collecting (Penelitian dan Pengumpulan Data). Pada tahap ini, dilaksanakan studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur untuk menemukan konsep atau landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Melalui studi literatur dikaji pula ruang lingkup suatu produk, keluasaan penggunaan, kondisi pendukung, dan lain-lain. Langkah-langkah yang tepat untuk mengembangkan produk, memberikan gambaran hasil penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan.

2. Planning (Perencanaan)

(46)

134

coba, dan sarana pendukung lain dilakukan studi lapangan disebut sebagai pengukuran kebutuhan dan penelitian dalam skala kecil. Pengembangan produk, didasari pengukuran kebutuhan (need assessment).

3. Develop Preliminary form of product (Pengembangan Produk Awal) Pengembangan produk awal merupakan draft kasar dari produk yang akan dibuat. Draft produk tersebut disusun selengkap dan sesempurna mungkin. 4. Preliminary field (Testing Uji coba pendahuluan)

Draft atau produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta bantuan para ahli dan atau praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji coba di atas meja/ desk try out atau desk evaluation). Dilanjutkan dengan ujicoba terbatas di lapangan (field testing) di satu lokasi (satu kelas). Dalam ujicoba ini penilaian meliputi aspek proses (kualitatif) tanpa pretest dan post test.

5. Main product revision (Revisi untuk menghasilkan Produk Utama)

Uji coba atau evaluasi oleh ahli bersifat perkiraan atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika dari para peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapatkan kelayakan secara mikro, kasus demi kasus untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum atau digeneralisasi.

6. Main field testing (Uji Coba Utama)

(47)

135

sama dengan ujicoba terbatas hanya pelaksanaannya dilakukan dengan empat kelas. Di sini penilaian diperluas pada aspek hasil dan dilakukan pretest dan posttest. Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal tersebut.

7. Operasional product revision (Revisi untuk Menghasilkan Produk Operasional)

Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal tersebut.

8. Operational field testing (Uji Coba Operasional)

(48)

136 9. Final product revision (Revisi Produk Akhir)

Pengujian produk akhir, untuk menguji apakah suatu produk pendidikan layak dan memiliki keunggulan dalam tataran praktek. Produk diasumsikan sudah sempurna. Pengujian produk akhir, dilakukan pada sekolah yang sama dengan tahap ujicoba kedua atau berbeda dengan jumlah sampel yang sama. Dalam pengujian produk akhir, digunakan kelompok kontrol. Dalam bentuk desain eksperimen. Model desainnya adalah “The randomized pretest-postest control group design”.

10. Dissemination and implementation (Diseminasi dan Penerapan)

Setelah dihasilkan suatu produk final yang sudah teruji keampuhannya, langkah selanjutnya adalah desiminasi, implementasi, dan institusionalisasi. Desiminasi dari suatu produk, yang dikembangkan akan membutuhkan sosialisasi yang cukup panjang dan lama. Biasanya proses desiminasi dan implementasi akan berhadapan dengan berbagai masalah kebijakan, legalitas, pendanaan, dan lain-lain.

Menurut Sukmadinata (2005: 184), secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan ini terdiri atas tiga tahap, yaitu (1)Studi pendahuluan, (2)Pengembangan model, dan (3)Validasi model.

(49)

137

Bagan 3.1: Tahap-Tahap Penelitian dan Pengembangan Model pembelajaran

Dari gambar skema di atas langkah langkah penelitian terdiri dari tiga fase yang terbagi dalam empat tahapan yaitu; tahap pertama studi pendahuluan; tahap kedua studi pengembangan terdiri dari penyusunan konstruk model dan pengembangan model pembelajaran; tahap ketiga uji coba terdiri dari uji coba terbatas dan uji coba lebih luas dan tahap keempat validasi model dengan membentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apa yang dilakukan pada setiap tahapan diuraikan sebagai berikut:

1. Fase Studi Pendahuluan

Kegiatan studi pendahuluan pengembangan desain pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Studi lapangan yang ditujukan untuk melihat kondisi nyata tentang kesiapan subjek dan objek untuk penerapan model. Kegiatan

FASE KEDUA FASE

KETIGA

TAHAP STUDI PENGEMBANGAN

TAHAP UJI COBA TAHAP VALIDASI

Diskusi

Delphi FGD

Uji coba Terbatas

Uji coba

Lebih Luas EKSPERIMEN

Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF PENYUSUNAN KONSTRUK MODEL PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UJI COBA TERBATAS UJI COBA LEBIH LUAS Konstruk Model Pembelajaran Draft Model Pembelajaran Alternatif Laporan Hasil Uji Coba Terbatas dan Revisi Model Laporan Hasil Uji Lebih Luas dan Model Final FASE PERTAMA

(50)

138

ini meliputi survei di SMK Negeri 6 Kota Bandung terhadap beberapa orang guru mata pelajaran Produktif, Kompetensi keahlian Teknik Pemesinan, berkaitan dengan perencanaan, proses, dan evaluasi kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Survei ini lebih difokuskan pada kompetensi keahlian teknik pemesinan yang meliputi penggunaan sarana dan prasarana, sumber belajar, keadaan siswa, serta iklim sekolah secara umum; b). Mengkaji atau menganalisis beberapa konsep atau teori terutama teori belajar model konstruktivisme, teori model mengajar, teori pendekatan dan strategi pembelajaran, serta mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengembangan model pembelajaran mata pelajaran produktif; dan c) Mengkaji atau menganalisis dokumen KTSP 2006, terutama mata diklat kelompok produktif dan beberapa pedoman pelaksanaan kurikulum.

2. Fase Pengembangan dan Uji Coba Model Pembelajaran

(51)

139

Ujicoba model dilakukan dalam lingkungan terbatas dan analisis hasil ujicoba melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a)Penetapan tempat ujicoba terbatas; b)Melaksanakan ujicoba terbatas; c)Menganalisis atau mengevaluasi hasil ujicoba terbatas berdasarkan kriteria yang telah ditentukan; d)Menyempurnakan model pembelajaran untuk mendapatkan model yang memadai dan siap untuk diuji coba lebih luas; e) Hasil ujicoba lebih luas memberikan indikasi tentang kesempurnaan model yang dikembangkan dan siap untul diuji validasi.

3. Fase Validasi Model a. Uji Validasi

Kegiatan ini pada dasarnya merupakan uji validitas model pembelajaran dalam lingkup kelas eksperimen dan kelas kontrol yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a)Penetapan kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk keperluan uji validasi; b)Mengadakan kegiatan penelitian ke lapangan; c)Melaksanakan uji validasi pada sampel yang telah ditetapkan; d)Menganalisis atau mengevaluasi hasil uji validasi; f)Menyusun laporan hasil uji validasi.

b. Seminar hasil dan finalisasi

(52)

140 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 6 Kota Bandung, SMK ini mengembangkan dan melaksanakan pendidikan Bidang Teknologi dan Rekayasa. Penelitian dilaksanakan pada Program Keahlian Teknik Mesin, khususnya pada siswa kelas XI dan kelas XII Kompetensi keahlian Teknik Pemesinan. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 4 tahun ajaran 2008/2009, kelas XI semester 3 tahun ajaran 2009/2010 dan kelas XII semester 5 tahun ajaran 2009/2010.

[image:52.595.96.532.248.632.2]

Penelitian dilaksanakan mulai bulan April tahun 2009 sampai dengan bulan Januari tahun 2010, seperti tergambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Rancangan Pelaksanaan Penelitian Langkah

Ujicoba

Kelas Waktu

Model Keterangan 1.Uji coba

terbatas XII-2

Semester 5

(3 – 8 Agustus 2009 ) Alternatif Draft model

2.Uji coba lebih luas XII-1,3,dan 4. Semester 5 (24-29 Agustus;31 Agustus-5

September;dan 7 – 12 September 2009)

Alternatif Draft hasil revisi

3.Uji validasi

XI -2 dan 4. (experimen) XI -1dan 3.(control)

Semester 3

(5-17 Oktober dan 19-31 Oktober 2009) Semester 3

(Juli – Desember 2009)

Alternatif Konvensional Model Alternatif Model Konvensional

C. Subjek Penelitian

(53)

141

dari empat rombongan belajaran (kelas). Uji coba terbatas dilakukan pada 1 (satu) rombongan belajar kelas XII TPM2, semester 5 (35 siswa). Uji coba lebih luas dilakukan pada 3 (tiga) rombongan belajar kelas XII: TPM1, TPM3, dan TPM4, semester 5 (98 siswa). Uji validasi dilakukan pada 4 rombongan belajar yaitu kelas XI 2TPM2, 2TPM4 semester 3 (65 siswa) sebagai kelas experimen, dan kelas XI 2TPM1, 2TPM3 semester 3 (67) sebagai kelas kontrol.

[image:53.595.102.540.231.681.2]

Pemilihan subjek penelitian (siswa) yang akan dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Pemilihan subjek penelitian secara random akan berakibat pada berubahnya susunan subjek penelitian pada tiap-tiap kelas. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena susunan subjek penelitian pada tiap-tiap kelas telah dilakukan sebelumnya oleh sekolah yang bersangkutan dalam penentuan anggota rombongan belajar. Subjek penelitian tersebut dapat digambarkan pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2. Subjek Penelitian Langkah

Ujicoba

Siswa Kelas Mata Pelajaran Produktif Guru Produktif

Keterangan

1.Uji Coba Terbatas

XII TPM -2 35 siswa

M7.10A (Mengerinda Pahat dan Alat Potong),

M7.11A (Memfrais Kompleks), dan M7.21A

(Membubut Kompleks). Tim guru terdiri dari 2 (dua) orang guru 1.Guru dan Mata pelajaran uji coba terbatas dan uji coba luas

sama. 2.Uji Coba Lebih Luas XII-TPM 1,3,dan 4. 98 siswa M7.10A (Mengerinda Pahat dan Alat Potong),

M7.11A (Memfrais Kompleks), dan M7.21A

(Membubut Kompleks). Tim guru terdiri dari 2 (dua) orang guru 2.Mata pelajar an uji coba ter batas, uji coba luas dan valida si dilaksanakan

(54)

142 3.Uji

Validasi

XI -2 dan 4. (experimen) 65 siswa; XI -1dan 3.(control) 67 siswa M7.5A(Bekerja dengan Mesin Umum), M7.6A (Membubut) , M7.7A (Memfrais), dan M7.8A

(Menggerinda) Tim guru terdiri dari 2 (dua) orang guru 3.Guru dan Mata pelajaran uji validasi untuk kelas experimen dan kontrol sama.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Tenik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen, seperti: alat tes hasil belajar baik berupa alat tes kognitif, maupun format observasi penilaian psikomotor dan afektif, angket, dan pedoman wawancara. Alat tes hasil belajar baik berupa alat tes kognitif, maupun format observasi penilaian psikomotor dan afektif digunakan untuk mengukur kompetensi siswa. Angket digunakan untuk menggali data yang berkenaan dengan persepsi siswa tetang model pembelajaran baik yang selama ini mereka jalani maupun model alternatif, dan sikap siswa terhadap jabatan teknisi yunior. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data, informasi tentang kodisi dan proses pembelajaran yang selama ini terjadi di SMK Negeri 6 Kota Bandung maupun model alternatif dari guru produktif dan kepala sekolah. Pedoman observasi digunakan untuk melihat dan menelaah kondisi sekolah dan kegiatan implementasi model yang dilakukan oleh khalayak sasaran penelitian.

2. Alat Pengumpul Data

(55)

143

pengembangan model pembelajaran mata pelajaran produktif. Dalam proses pengembangan model tersebut dilakukan evaluasi terhadap perkembangan kompetensi, persepsi, sikap dan perkembangan siswa lainnya. Untuk itu diperlu kan alat pengumpul data baik berupa:

a. Pedoman wawancara. Pedoman wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara langsung dari responden dengan cara mengajukan pertanyaan. Pedoman wawancara dipergunakan dalam wawancara dengan kepala dan wakil kepala sekolah, guru produktif dan siswa pada studi pendahuluan. Selain itu dipergunakan juga pada wawancara dengan guru produktif dan industriawan yang terlibat uji coba model pembelajaran.

(56)

144

dan Ibrahim (1989) yang menyatakan bahwa “penyusunan tes prestasi belajar buatan peneliti sebagai alat pengumpul data jauh lebih baik daripada tes baku atau sekedar mengumpulkan data sekunder dari dokumen hasil belajar yang telah ada”. Tes kognitif dilakukan pada uji coba maupun uji validasi sebelum siswa mengikuti pembelajaran (pretest) dan setelah melaksanakan pembelajaran (post test).

c. Pedoman observasi. Pedoman observasi berupa format isian,dipergunakan untuk melihat atau mengamati dan mengukur perilaku belajar siswa dalam situasi nyata dan situasi buatan (Sudjana dan Ibrahim,1989). Format observasi untuk penilaian kompetensi siswa baik psikomotor maupun afektif yang selanjutnya disebut hard skill, memuat karakteristik benda kerja, aspek dan bobot penilaian. Sedangkan format penilaian proses yang yang lain dipergunakan untuk mengobservasi siswa melakukan komunikasi selama siklus pembelajaran yang selanjutnya disebut soft skill. Format observasi yang lain adalah format untuk mengobservasi: (1) perubahan manajeman sekolah menjadi manajemen industri; (2) latihan berkomunikasi; dan (3) latihan menganalisis order. Ketiga kegiatan tersebut dilakukan pada tahap persiapan implementasi model. Hasil observasinya dapat menjadi masukan untuk penyempurnaan implementasi model pembelajaran.

(57)

145

menggali persepsi siswa tentang model pembelajaran konvensional yang selama ini mereka jalani dan tentang model pembelajaran alternatif yang merekan alami selama pelaksanaan model alternatif tersebut.

[image:57.595.114.513.253.626.2]

Secara umum kebutuhan alat pengumpul data dilihat dari aspek-aspek yang ingin digali dapat digambarkan pada tabel dibawah ini dan format untuk teknik pemgambilan data terlampir dalam lampiran 1 :

Tabel 3.3

Aspek yang diteliti dan Teknik Pengambilan Data

E. Prosedur Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap data-data yang dikumpulkan pada setiap tahap penelitian, khususnya pada tahap studi pendahuluan, tahap uji coba dan tahap validasi model pembelajaran sebagai berikut:

NO ASPEK YANG DITELITI TEKNIK

PENGAMBILAN DATA 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Siswa berkomunikasi baik dengan konsumen saat menerima pemberi order

Siwa menganalisis order

Siswa menyatakan kesanggupan/ketidak sanggupan mengerjakan order

Siswa mengerjakan order: a. proses mengerjakan dan b. hasil kerja

Siswa melakukan Quality Control

Siswa berkomunikasi baik dengan konsumen waktu menyerahkan hasil kerja /order Alat tes kognitif untuk menguji kompetensi kognitif siswa dalam mata pelajaran Produktif pada uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji validasi.Objektif test.

Persepsi tentang model pembelajaran

konvensional dan model program pembelajaran alternatif.

Kehadiran siswa sebagai pekerja industri

(58)

146

1. Studi pendahuluan. Pada tahap studi pendahuluan analisis data dilakukan melalui teknik deskriptif kualitatif, dengan cara mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara tentang karakteristik dan potensi SMK Negeri 6 Kota Bandung, lebih khusus kondisi dan potensi Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Kondisi dan potensi yang menjadi studi pendahuluan meliputi kondisi sarana prasarana, manajemen sekolah dan kurikulum,sumberdaya manusia khususnya guru,siswa dan proses pembelajaran.

2. Uji coba terbatas dan uji coba lebih luas model alternatif. Pada setiap uji coba ini data yang dikumpulkan pada tahap persiapan, tahap pendahuluan, dan tahap inti adalah (1)data pre test dan post test kognitif; (2) data hasil pengamatan proses setiap langkah berkomunikasi dari siklus model (soft skill); (3) data proses dari siklus model selain berkomunikasi (hard skill); (4) nilai hasil kerja siswa dari setiap order (nilai kompetensi); (5) data pre test dan post test persepsi siswa tentang model pembelajaran; (6) data kehadiran siswa dari finger scan; dan (7) khusus untuk uji coba lebih luas data-data kehadiran siswa pada finger scan. Sedangkan (8) adalah data hasil observasi pada tahap persiapan berupa data kualitatif dari proses perubahan manajeman, latihan berkomunikasi dan latihan menganalisis order.

(59)

147

a. Perbedaan kemampuan kognitif siswa antara sebelum dengan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran alternatif.

b. Nilai kompetensi order1, order2 dan order3 siswa pada uji coba model pembelajaran alternatif.

c. Kemampuan soft skill (baik M1, M3, dan M6) siswa antara sebelum dengan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran alternatif. d. Kemampuan hard skill (baik M2, M4, dan M5) siswa antara sebelum

dengan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran alternatif.

e. Persepsi siswa terhadap model pembelajaran konvensional sebelum siswa mengikuti model pembelajaran alternatif.

f. Persepsi siswa terhadap model pembelajaran alternatif dibandingkan dengan persepsi siswa terhadap model pembelajaran konvensional setelah siswa mengikuti model pembelajaran alternatif.

g. Data kehadiran dan kepulangan siswa pada finger scan.

(60)

148

finger scan (8) data hasil observasi proses persiapan meliputi proses perubahan manajemen, proses latihan berkomunikasi dan proses latihan menganalisis order bersifat kualitatif. Sedangkan data-data dari kelas kontrol adalah (1) data pre test dan post test kognitif; dan (2) nilai hasil kerja siswa dari setiap order (nilai kompetensi);

Data-data kuantitatif dari uji validasi diolah dengan statistik deskriptif dan stasistik imperensial menggunakan SPSS-16. Dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik imperensial dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang berkaitan dengan:

a. Kemampuan kognitif siswa siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol.

b. Kompetensi siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilihat dari order 1, order2 dan order3.

c. Kemampuan soft skill siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran alternatif.

d. Kemampuan hard skill siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran alternatif.

e. Persepsi siswa terhadap model pembelajaran konvensional sebelum siswa mengikuti model pembelajaran alternatif.

f. Persepsi siswa kelompok eksperimen terhadap model pembelajaran konvensional setelah siswa mengikuti model pembelajaran alternatif.

(61)

149

h. Data kehadiran dan kepulangan siswa pada finger scan.

F. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian

Ta

Gambar

GAMBAR 1.1 Faktor-faktor (variable) yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
TABEL
Tabel 1.1
Gambar 1.1 Faktor-faktor (variable) yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

1 Buah CD yang berisi Salinan (soft copy / hasil scan) Dokumen Penawaran Administrasi, Teknis dan Biaya serta Dokumen Kualifikasi Perusahaan yang berisi

Dari beberapa pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membangun manusia secara utuh untuk menghadapi dan

Pengaruh Manajemen Karir Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimana tulisan ini ditujukan kepada masyarakat untuk memberikan informasi mengenai bengkel mobil PT.ADI KENCANA MOTOR beserta produk-produk dan layanan yang ditawarkan.

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari tegangan sisa terhadap struktur mikro dan kekerasan pada baja rel R.54 - R.42 hasil las thermite. Kemudian

Sahabat MQ/ Harapan akan dukukuhkannya Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang berwenang memberikan sertifikasi jaminan produk halal melalu undang-undang/

Sahabat MQ/ Seiring dengan pelaksanaan program BLT ini/persoalan baru kini muncul berkaitan dengan program ini// Ketua Badan Pemeriksa Keuangan-BPK- Anwar Nasution

Sahabat MQ/ Pengelolaan asset Negara selama ini tidak baik/ tidak efisien/ dan tidak transparan// Akan sangat berbahaya jika pengelolaan BUMN/ apalagi yang