PELAYANAN SUPERVISI PENGAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR
(Studi Deskriptif Analitls
di Kabupaten Bone Propinsl Sulawesi Selatan)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhl sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Amiruddin Matturungeng
No. Pokok : 8832005/XX-12
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAN DU N G
Halaman
HALAMAN^JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN P2NGE3AHAN
ii
KATA PENGANTAR
•
1±i
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB-
I. PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. M a s a l a h °
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
9
D. Prerais Penelitian
12
BAB II. TIHJAUAN PUSTAKA
l6
A. Hakekat, Fungsi, dan Tujuan Supervisi Pengajaran
16
1. Hakekat Supervisi Pengajaran
16
2. Fungsi Supervisi Pengajaran
20
3. Tujuan Supervisi Pengajaran
26
B. Efektivitas Supervisi Pengajaran
30
C. peranan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dalam
Pelaksanaan Supervisi Pengajaran
37
D. Teknik-Teknik Supervisi Pengajaran
42
BAB. III. METOD0L0GI PENELITIAN
4-9
A. Lokasi Penelitian
50
B. Subyek Penelitian
52
C. Teknik Pengumpulan Data
53
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
58
E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil
Pene
litian
60
F. Cara Analisis Data
. .
63
BAR IV. HASIL PENELITIAN
65
A. Pelayanan Supervisi Pengajaran oleh Penilik
Se
kolah
65
1. Pemahaman Penilik Sekolah Terhadap Peranannya
dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran
...
65
2. Pemahaman Kepala Sekolah dan Guru Terhadap
Peranan Penilik Sekolah dalam pelaksanaan Supervisi Pengajaran
68
vx
Halaman
3. Hubungan antara Penilik Sekolah dengan Guru
dalam Kegiatan Pembinaan dan BimbinganPer-baikan Pengajaran
72
4. Kegiatan Kunjungan Sekolah dan Qbservasi
Kelas oleh Penilik Sekolah 75
5. Kegiatan Pertemuan dan Bimbingan
Penilik
Sekolah kepada Guru
94
6. Kegiatan Pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG)
100
B. Pelayanan Supervisi Pengajaran oleh Kepala Se
kolah no
1. Pemahaman Kepala Sekolah Terhadap
Peranan-nya dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran
111
2. Pemahaman Guru Terhadap Peranan Kepala Se
kolah dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran 114 3. Hubungan antara Kepala Sekolah dengan Guru
bantunya dalam Kegiatan Pembinaan dan
Bim
bingan Perbaikan Pengajaran
117
4. Kegiatan Kunjungan dan Observasi Kelas oleh
Kepala Sekolah
120
5. Kegiatan Pertemuan dan Bimbingan Kepala Se
kolah kepada Guru
135
6. Kegiatan Pertemuan dan Diskusi Rutin
. . .
141
BAR
V. KESIMPULAN DAN, KOMENTAR
147
A. Kesimpulan
147
B. Komentar • 153
DAFTAR PUSTAKA
157
Halaman
1. Sumber, Arah dan Tujuan Supervisi Pengajaran
28
2. Tahap-tahap Pertumbuhan Sistem Sekolah Dasar
32
3. Keterkaitan Komponen-komponen dalam Pelaksanaan Supervisi
Pengajaran
25
4. Sistem Sosial Model Getzels
36
5. Sistem Sosial Model Getzel dan Thelen
36
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara(GBHN) Tahun 1988 dan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dikemukakan bah
wa pada hakekatnya tujuan Pendidikan Nasional adalah
mencerdas
kan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuh-nya. Hal ini secara jelas dikemukakan dalam Undang-Undang aepublik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,
pasal 4: "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manu
sia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
ke-sehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Dalam meuujudkan tujuan pendidikan nasional,
sebagaimana
diamanahkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Un
dang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) di atas, pendidik
an yang diselenggarakan di sekolah memegang peranan yang
sangat
strategis dan penting. Karenanya diperlukan pengelolaan yang
man-tap dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu
pengeta-huan dan teknologi.
Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada
dasamya mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan dan
-an, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam
penyelengga-raan dan pengelolaan pendidikan di sekolah.
Administrasi Pendidikan mencakup penataan sumberdaya
yang
mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu:
ma
nusia (personil), sumber belajar (kurikulum), dan fasilitas. Ad
ministrasi Pendidikan pada dasamya merupakan suatu media
atau
alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan
efi-Pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi Ad
ministrasi Pendidikan, bertujuan untuk menjaga dan mendorong agar
pelaksanaan proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah dapat
berja-lan berja-lancar, berhasU guna, dan tepat guna sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Depdikbud, 1987). Fungsi
peng
awasan dan pembinaan mengandung unsur bimbingan yang dapat
dimak-nai sebagai supervisi. Karena itu. bertolak dari tujuan pengawas
an ini, maka dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan,
khususnya kegiatan proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah,
pi-hak-pihak yang diberi wewenang melakukan pengawasan dan pembinaan
aaras lebih menitikberatkankepada personil sekolah, terutama ke
pada guru, sebagai pelaksana langsung proses
belajar-mengajar
tersebut.
Rendahnya kualitas hasil belajar siswa pada semua jenjang
persekolahan yang banyak disoroti sejak beberapa tahun
terakhir
ini, merupakan tantangan dan masalah yang dihadapkan kepada
pengelolaan pendidikan di sekolah, terutama guru sebagai pelaksa
na proses belajar-mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan gu
ru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar sangat strategis dan
penting.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Achmad Sanusi
(1990) mengemukakan «... secara jujur dapat diketengahkan
bahwa
persepsi umum dari para guru/dosen pada pekerjaan atau
'profesi-nya' dan tugas-tugasnya menunjukkan suatu gambaran yang
sedang
mengalami perobahan mendalam". Lebih lanjut dikemukakannya:
"Mes-kipun saya sendiri merasa sangat prihatin dan menyesal,
namun
tergambarkan bahwa persepsinya itu tidak mapan, tidak ^elas,
ku-rang ajeg dan utuh" (Achmad Sanusi, 1990).
Kalau persepsi guru terhadap tugasnya tidak mapan dan tidak
jelas sebagaimana yang disinyalir ungkapan di atas, maka
dengan
sendirinya kemampuan profesionalnya diragukan dan tidak
akan
mungkin dapat melaksanakan tugas mengajar secara maksimal sasuai
dengan petunjuk yang tercantum dalam kurikulum dan pedoman pelak
sanaan administrasi sekolah. Kenyataan ini merupakan
tantangan
yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terha
dap pembinaan guru sebagai pelaksana langsung proses belajar-meng
ajar di sekolah.
Pembinaan personil (guru) termasuk kegiatan
administrasi
personil yang merupakan salah satu fungsi Administrasi Pendidikan
(Castetter, 1981). Pihak yang seharusnya berperanan dalam pembi
menjadi persoalan ialah apakah supervisi pengajaran atau pembina
an profesional guru tersebut telah dilaksanakan secara
efektif
oleh penilik sekolah dan kepala sekolah? Jawaban pertanyaan ter
sebut tidak dapat dipisahkan dari pemahaman atau persepsi penilik
sekolah dan kepala sekolah tentang hakekat dan fungsi
supervisi
pengajaran itu sendiri. Sebab tanpa pemahaman dan persepsi
yang
jelas tentang hakekat dan fungsi supervisi pengajaran oleh
mere-ka, mustahil dapat melaksanakan supervisi pengajaran secara
efek-tif
Supervisi pengajaran yang merupakan salah satu
fungsi
pengawasan yang sangat khusus (Oteng Sutisna, 1937) merupakan
layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru agar dapat melak
sanakan tugas mengajar secara l^bih baik (Wiles, 1956). Ungkapan
tersebut mengandung makna bahwa peranan atau fungsi
supervisi
pengajaran ialah "mendukung, membantu, dan bukan menyuruh" (Oteng
Sutisna, 1987). Selanjutnya beliau aenguiip ungkapan Uiles
yang
mengatakan bahwa «... supervisi yang baik hendaknya mengembangkan
kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan
dalam
jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, atau membantu guru
meningkatkan kemampuannya menilai hasil pekerjaannya" (Oteng Su
tisna, 1987).
Berdasarkan pengalaman penulis yang diperoleh selama
mem-bimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa IKIP Ujung
Pandang
beberapa periode di beberapa kecamatan dan desa di Sulawesi
Sela-tan dari tahun 1980 sampai dengan 1988, dapat diidentifikasi be
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, antara
lain:
1. Pada musim turun sawah dan musim panen, tingkat ketidak
hadiran
(absen siswa di sekolah sangat tinggi, karena sebagian besar da
ri mereka membantu orangtuanya menggarap sawah atau memanen
ha-silnya.
2. Pendapatan (gaji) guru yang belum mencukupi kebutuhan
keluarga-nya, sehingga banyak di antara mereka mencari pekerjaan
samping-an, seperti: bertani, berdagang, dan sebagainya. Hal ini
juga
menyebabkan mereka tidak dapat mengkonsentrasikan pikiran
dan
perhatiannya secara penuh kepada pekerjaan pokoknya
sebagai
pengajar di sekolah.
3. Pendidikan persiapan guru yang kurang baik dan pelatihan
dalam
jabatan yang tidak memadai.
4. Kurangnya sarana belajar yang dapat digunakan oleh guru
untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan profesionalnya,
seperti: perpustakaan, latihan, pertemuan-pertemuan profesional,
dan sebagainya.
Masalah-masalah umum yang dihadapi guru tersebut cukup
ber-pengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
yang dilakukannya di sekolah. Tidak dapat disangkal bahwa lemahnya
kualitas guru dalam mengajar sebagaimana tercerndnJdalam
ungkapan
Achmad Sanusi di muka, berlarut-larut belum memperoleh
penanganan
dan penyelesaian secara efektif dan menyeluruh,terutama
guru-guru
sekolah dasar yang bertugas dan mengabdi di pelosok dan
pedalaman
sekolah sangat ditentukan oleh kualitas personil pengelolanya,
ter-utama personil gurunya. Beeby (1966) menekankan bahwa kualitas
se
kolah yang ideal dan* diharapkan adalah kualitas yang berada
pada
tahap ««<»Ar^T>g" ya^S sangat menekankan pada aspek kebermaknaan
ke
giatan belajar-mengajar di sekolah. Untuk mencapai tahap ini
diper-lukan guru-guru yang berkualitas dan berkemampuan profesional
yang
tinggi. Hal ini hanya dapat dicapai melalui pendidikan,latihan, dan
pembinaan yang baik dan efektif.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dalam
penelitian ini yang dijadikan fokus masalah adalah pelayanan super
visi pengajaran yang diberikan penilik sekolah dan kepala
sekolah
kepada guru sekolah dasar dalam usaha meningkatkan kemampuan
profe-sionalnya. Bantuan dan layanan profesional ini akan member!
warna
pada kualitas mengajar guru dan hasil belajar siswa di sekolah.
B. Masalah
Pada latar belakang masalah di atas telah dikemukakan
bahwa
yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah
pelayanan
supervisi pengajaran yang diberikan oleh penilik sekolah dan kepala
sekolah kepada guru-guru sekolah dasar dalam usaha meningkatkan ke
mampuan profesionalnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka masa
lah dalam penelitian ini diruauskan sebagai berikut: "Bagaimana
efektivitas pelayanan supervisi pengajaran oleh penilik
sekolah
dan kepala sekolah kepada guru-guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone
Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, perlu dikemu
kakan definisi operasional istilah efektivitas dan supervisi pengajaran
yang tercantum. pada rumusan masalah tersebut. Efektivitas dapat dilihat .
dari aspek produk atau hasil, yaitu pencapaian hasil secara optimum dari
suatu kegiatan, dan dapatpula dari aspek proses, yaitu ketepatan
atau
kesesuaian prosedur dan langkah-langkah atau kegiatan. untuk mencapai tu
juan tertentu. Sedangkan supervisi pengajaran, adalah pembinaan dan bim
bingan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
meng-ajarnya dalam upaya memperbaiki pengajaran.
Dalam penelitian ini efektivitas supervisi pengajaran, akan
dika-ji dari aspek proses. Dengan dendkian, efektivitas supervisi pengajaran
yang dimaksudkan di sini, adalah kesesuaian atau ketepatan langkah-lang
kah atau kegiatan-kegiatan pembinaan dan bimbingan Penilik Sekolah
dan
Kepala Sekolah dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan. mengajar
guru sebagai upaya memperbaiki pengajaran.
Sehubungan dengan nasalah yang dikemukakan di atas, maka
dalan
penelitian ini, aspek-aspek yang akan diteliti, adalah:
1. Pandangan dan pemahaman Penilik Sekolah dart Kepala Sekolah
tentang
peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar
di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
2. Pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang peranan Penilik Seko
lah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar di Ka
bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
3. Pandangan. dan. pemahaman guru tentang peranan Penilik Sekolah dan. Kam
Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
4. Hubungan antara Penilik Sekolah dengan guru dalam kaitannya de
ngan. kegiatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan pelaksanaan proses belajar-mengajar pada Sekolah Da
sar di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi Selatan.
5. Hubungan Kepala Sekolah dengan guru dalam kaitan dengan pembina
an dan bimbingan dalam rangka perbaikan dan peningkatan
pelak
sanaan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di
Kabupaten
Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
6. Kegiatan kunjungan dan. observasi kelas yang dilakukan
Penilik
Sekolah dalam kaitannya dengan pelayanan supervisi
pengajaran
pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi
Selatan.
7. Kegiatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan
Kepala
Sekolah dalam kaitannya dengan pelayanan supervisi
pengajaran
pada Sekolah Dasar.di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
8. Kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilakukan Penilik Sekolah
kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mengajamya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi
Sula-wesi Selatan.
9. Kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilakukan Kepala
Sekolah
kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mengajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi
Sula-wesi Selatan.
diskusi dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran yang
di-hadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar
pada
Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
11. Kegiatan pertemuan dan diskusi rutin yang diadakan di sekolaii
setiap hari sabtu dalam usaha mengantisipasi masalah-masalah
pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-meng
ajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi
Sulawesi
Selatan.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapat-kan gambaran tentang efektivitas pelayanan supervisi pengajar
an yang diberikan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah
kepada
guru-guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi
Sulawesi
Selatan. Tujuan secara umum ini dija^kan ke dalam
tujuan-tu-juan khusus sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan gambaran de
*angan dan
pemahaman Penilik Sekolah d
ranannya dalam pelaksanaa lah Dasar di Kabupaten
b. Untuk mendapatkan g&v
pemahaman Kepala Sf
dalam pelaksanaar
di KabuJ?aten Bc
Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah
Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
d. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang hubungan anta
ra Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dengan guru
dalam
kaitan dengan pemberian pembinaan dan bimbingan dalam rangka
perbaikan pelaksanaan proses belajar-mengajar pada
Sekolah
Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
e. Untuk mendapatkan gambaran dan menganalisis efektivitas ke
giatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan Penilik
Sekolah dan Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan kemampu
an dan keterampilan mengajar guru pada Sekolah Dasar di Ka
bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
f. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang proses kegiat
an pertemuan dan bimbingan Penilik Sekolah dan Kepala Seko
lah kepada guru dalam upaya memecahkan masalah-masalah peng
ajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar
pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Sela
tan.
g. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif dan menganalisis pro
ses kegiatan KKG sebagai wadah pertemuan dan diskusi
guru
dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
meng-ajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sula
wesi Selatan.
h. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang proses
ke
11
setiap hari sabtu dalam mengantisipasi masalah-masalah peng
ajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses
belajar-meng
ajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi
Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi,
yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
a. Kegunaan Teoritis
- Dalam penelitian ini dikaji dan dikembangkan
mak-na dan hakekat supervisi pengajaran yang diharapkan ada manfaatnya terhadap pengembangan teori supervisi peng
ajaran sebagai bagian dari ilmu Administrasi Pendidikan.
Manfaat lain penelitian ini, adalah dilihat dari
segi
metodologis yang digunakan, yaitu pendekatan
naturalis-tik kuslitatif yang telah memberikan pengetahuan dan
pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal bagaimana
proses penelitian dilakukan. Dan dapatpula
melahirkan
internalisasi pemahaman, daripada hanya sekedar
membaca
dan mempelajari teori dari bermacam-macam
literatur
yang ditulis oleh orang lain.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan ter
hadap perbaikan sistem pelayanan supervisi
pengajaran.
dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
pelaksanaan
Selain daripada itu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
pene
litian yang
**
VarmiTraVfln dalam penelitian ini dapat dijadikan landasan.
yang kokoh bagi para administrator pendidikan dalam menentukan.
kebi-jaksanaan yang menyangkut bidang supervisi pengajaran.
D. Premis Penelitian
Sebagai landasan, maka dalam penelitian ini dikemukakan-bebe
rapa premis, yaitu sebagai berikut:
Premis 1: Pengawasan merupakan fungsi Administrasi Pendidikan. untuk
menjaga agar pelaksanaan proses belajar-mengajar
di seko
lah dapat berjalan lancar sesuai dengan pedoman dan
petun-juk yang telah ditetapkan.dalam kurikulum dan administrasi
sekolah. Dalam pengawasan ini termasuk
bidang
garapannya
adalah pembinaan profesional guru
(supervisi pengajaran)
untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
proses
belajar-mengajar di sekolah.
Premis 2: Kualitas proses belajar-mengajar (sekolah) sangat
ditentu-kan oleh kemampuan pengetahuan dan keterampilan
personil
pengelolanya terutama personil gurunya
sebagai
pelaksana
langsung proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah.
Premis 3: Peningkatan kemampuan pengetahuan dan keterampilan
perso
nil guru dapat dilakukan penilik sekolah dan kepala seko
lah melalui pembinaan profesional (supervisi pengajaran)
secara efektif dengan mempergunakan pendekatan dan
teknik-teknik supervisi pengajaran tertentu sesuai dengan
masa
13
Premis 4: Supervisi pengajaran yang efektif, mendorong pertumbuhan
profesional guru. Hal ini dapat melalui
kepemimpinan
partisipatif yang memberikan kesempatan kepada guru
ber-inisiatif dan berkreasi sebagai upaya mengembangkan
ba-kat, minat, dan potensi-potensi lain yang dimiliki guru.
Premis 5: Supervisi pengajaran yang efektif dapat membantu
guru
memperoleh arah diri, memahami masalahnaasalah yang
di-hadapi dan dialami sehari-hari, belajar memecahkan masa
lah dengan kemampuan imajinasi dan kreativitas sendiri.
Dalam suasana seperti itu, pemikiran, alternatif
peme-cahan masalah dan gagasan inovatif akan muncul dari guru
tanpa menunggu intruksi dari atasan.
Premis 6: Efektivitas pelayanan supervisi pengajaran dapat dilihat
dan didekati dari aspek proses dan produk dari
pelaksa
naan supervisi pengajaran. Kedua aspek ini harus
dikait-kan secara langsung dalam upaya. mewujuddikait-kan tujuan super
visi pengajaran, yaitu memperbaiki dan-meningkatkan pro
ses belajar-mengajar di sekolah.
Premis-premis yang dikemukakan di atas, merupakan pedoman
dalam
mengajukan pertanyaan dalam proses pengumpulan data.
Sehubungan
.hal tersebut, dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang ber
kaitan dengan pelayanan supervisi pengajaran yang dilakukan Peni
lik Sekolah dan Kepala Sekolah.
1. Fertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan supervisi
a. Bagaimana pandangan dan pemahaman Penilik Sekolah
tentang
peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Se
kolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?
b. Bagaimana pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah dan
guru
tentang peranan Penilik Sekolah dalam pelaksanaan supervisi
pengajaran pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone
Propinsi
Sulawesi Selatan?
c. Bagaimana sifat hubungan antara Penilik Sekolah dengan guru
dalam kaitan dengan pemberian pembinaan dan bimbingan dalam
rangka perbaikan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar
di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi Selatan?
d. Bagaimana efektivitas kegiatan kunjungan sekolah dan obser
vasi kelas yang dilakukan Penilik Sekolah dalam upaya
me
ningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar guru
pada
Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?
e. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan,Mmbingan yang di
lakukan Penilik Sekolah kepada guru dalamjnemecahkan masa
lah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses
belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Pro
pinsi Sulawesi Selatan?
f. Bagaimana proses kegiatan KKG sebagai wadah pertemuan dan
diskusi guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
mengajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone
Propinsi
15
2. Pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan
supervisi
pengajaran oleh Kepala Sekolah, adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang
peran-annya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar
di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?
b. Bagaimana pandangan dan pemahaman guru tentang peranan
Kepala
Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada
Sekolah
Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?
c. Bagaimana sifat hubungan antara Kepala Sekolah dengan guru', da
lam kaitan dengan pemberian bimbingan dan pembinaan dalam rang
ka perbaikan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di
Ka
bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?
d. Bagaimana efektivitas kegiatan kunjungan dan observasi
kelas
yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan kemampu
an dan keterampilan mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kabupa
ten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?
e. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilaku
kan Kepala Sekolah kepada guru dalam memecahkan
masalah-masa
lah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses
belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi
Selatan?
f. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan diskusi rutin yang di
adakan setiap hari sabtu di sekolah pada Sekolah Dasar di Kabu
METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab I (Pendahuluan) telah dikemukakan bahwa dalam
pene
litian ini digunakan pendekatan naturalistik kualitatif yang
oleh
R.C. Bogdan dan S.K. Biklen (1982) disebut sebagai
"Qualitative
Research". Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif
biasa-nya berbentuk uraian yang kaya akan deskripsi sehubungan dengan ke
giatan subyek yang diteliti, seperti tentang pendapatnya, sikapnya,
dan aspek-aspek lainnya yang diperoleh melalui pengamatan (observa
si), wawancara, dan studi dokumenter. S. Nasution (1988: 5) menge
mukakan bahwa: "Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah
meng
amati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitar-nya". Ungkapan ini menunjukkan bahwa dalam penelitian kualitatif,
peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian yang harus turun ke
lapangan dalam kurun waktu tertentu untuk mengumpulkan data
dan
informasi yang relevan dengan masalah penelitian yang telah
dipi-lih.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan mengkonstrasikan
perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi,
dan
sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti
tersebut.
Oleh karena itu peneliti kualitatif mengumpulkan data dan informa
si dengan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti.
50
Dalam beberapa literatur dapat diidentifikasi beberapa
karak-teristik penelitian kualitatif,
di-ahtaranya yang dikemukakan
oleh
Bogdan dan Biklen (1982: 27-29) sebagai berikut:
l.Qualitatiye research has;the natural setting as the direct
source of data and the researcher is the key instrument.
2.Qualitative research is descrptive.
3.Qualitative researchers
are concerned-with_process rather
than
simply with outcomes or products.
4.Qulaitative researchers tend to analyze their data inductively.
5.'Meaning' is of essential concern to the qualitative approach.
Kutipan tersebut di atas menunjukkan adanya lima ciri
penelitian
kualitatif yaitu: sumber datanya adalah situasi yang wajar, peneliti
sebagai instrumen, sifatnya deskriptip, mengutamakan proses daripada
produk, mengutamakan data langsung, dan mencari makna dari perilaku
dan tindakan subyek penelitian. Ciri-ciri yang dikemukakan tersebut,
menjiwai
penelitian ini dan dijadikan pedoman-dalaa pelaksanaannya.
Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat:llokasi penelitian,
subyek penelitian, tekinik pengumpulan data, pengumpulan data,
cara
memperoleh tingkat kopercayaan hasil penelitian, dan
cara anaiisis
-.:=
data.
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Bone Propinsi Su
lawesi Selatan. Secara singkat lokasi penelitian ini
dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan
Kantor Depdikbud Kecamatan merupakan tempat kerja
para
penilik sekolah sebagai salah satu pihak yang berkompeten me
laksanakan supervisi^pengajaran. Di sinilah dipikirkan dan
dilaksanakan oleh penilik sekolah.
Pada kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Keca matan ini akan diperoleh data dan informasi, terutama data
do-kumentasi, seperti: program kerja penilik sekolah, keadaan se
kolah, keadaan guru, fasilitas penunjang pengajaran, dan seba
gainya .
2. Sekolah Dasar
Sekolah Dasar sebagai tempat berlangsungnya proses be
lajar-mengajar (pengajaran) yang dilaksanakan oleh guru,
mem
punyai fungsi yang sangat strategis dan penting, karena di
si-nilah ditanamkan dasar-dasar pendidikan s'ebagai lanjutan. pen didikan dalam keluarga, teruatama pengembangan intelektual,mo ral, dan aspek sosial. Pendidikan di sekolah dasar merupakan fundasi yang sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik
pada tingkat pendidikan formal seianjutnya. Oleh karena itu
pengelolaannya menuntut personil-personil yang mempunyai ke mampuan profesional kependidikan yang memadai sesuai .dengan
tuntutan sekolah dasar yang Pbaik".
Kemampuan profesional guru-guru sekolah dasar terkait dengan pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh penilik sekolah dan kepala sekolah, sebagai supervisor peng ajaran yang mempunyai peranan memperbaiki pengajaran dengan memberikan pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional gu
52
Penelitian ini dilaksanakan pada tiga kecamatan di
kabupa
ten Bone propinsi Sulawesi Selatan, yaitu: (1) Kecamatan Tanete
Riattang, terletak di ibukota kabupaten, mewakili daerah
perkota-an, (2) Kecamatan Kahu, terletak jauh dari ibukota kabupaten, me
wakili daerah pedesaan, dan (3) Kecamatan Cina, terletak
tidak
jauh dari ibukota kabupaten, mewakili daerah antara
(perkotaan
dan pedesaan).
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek atau
responden
ialah penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru-guru Sekolah Da
sar (SD). Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak
di-tentukan sebelumnya, tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bah
wa konteks lebih penting daripada jumlah. Subino Hadisubroto
(1988: 12) mengemukakan bahwa "... peneliti kualitatif tidak akan
memulai dengan menghitung atau memperkirakan banyaknya
populasi
dan kemudian menghitung proporsi sampelnya sehingga
dipandang
sebagai yang telah representatif». Sedangkan S. Nasution-(1988:
32-33) menjelaskan bahwa: "Untuk memperoleh informasi
tertentu,
sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf 'redudancy',
ketun-tasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjutnya boleh dikatakan tidak l§gi diperoleh tambahan infor
masi baru yang berarti.
Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa besar sampel
ter-gantung informasi yang diberikan responden apabila sudah dianggap
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam pene
litian ini para penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru yang
di-pilih sebagai subyek penelitian, yaitu mereka yang dianggap
dapat
memberikan informasi sesuai dengan yang diperlukan dalam peneliti
an ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif pada umumnya teknik yang
digu
nakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan
(observasi),wawan-cara, dan studi dokumenter. Ketiga teknik tersebut digunakan dalam
penelitian ini deagan harapan dapat saling melengkapi dalam
mem
peroleh data yang diperlukan.
1. Observasi (pengamatan)
Guba dan Lincoln (1981: 191-193) menjelaskan
pentingnya
penggunaan pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu:
(1) Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara
lang
sung. pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk
menge-tes suatu kebenaran, (2) Teknik pengamatan juga memungkinkan
me-lihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku dan
kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya, (3) Pengamtan
memungkinkan
peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi
yang
berkaitan dengan
pengetahuan proposional maupun
pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data, (4) Sering terjadi
keraguan
54
pewawancara dengan pihak yang diwawancarai, maka untuk mengecek
kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan peng
amatan, (5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu mema
hami situasi-situasi yang rumit dan kompleks, dan (6) Dalam
ka-sus-kasus tertentu, dimana teknik komunikasi lainnya tidak
di-mungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
berman-faat.
Penggunaan teknik pengamatan (observasi) dalam
peneli
tian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi (data) tentang:
a. Pendekatan yang digunakan penilik sekolah dalam
memberikan
pembinaan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan
guru-guru,
begitupula hubungan di antara mereka.
b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penilik sekolah dan kepala
sekolah sebagai supervisor pengajaran.
c. Hal-hal yang diamati penilik sekolah dan kepala sekolah pada
waktu mengadakan kunjungan atau observasi kelas.
d. Reaksi dan sikap yang diperlihatkan guru pada waktu
penilik
sekolah dan kepala sekolah mengadakan kunjungan atau
obser
vasi kelas.
e. Pendekatan yang digunakan kepala sekolah pada waktu memberi
kan pembinaan dan bimbingan kepada guru-guru bantunya.
f. Masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada pertemuan KKG.
g. Peranan penilik sekolah dan kepala sekolah pada
pertemuan
KKG.
h. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan KKG.
i. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada
per
j. Peranan kepala sekolah pada pertemuan rutin tiap hari sabtu.
k. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan rutin
tiap hari sabtu di sekolah.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pi
hak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang
diwawancarai
(interviewee) dengan maksud untuk memperoleh informasi
terten-tu. Wawancara dalam penelitian naturalistik kualitatif merupa
kan teknik pengumpulan data yang sangat penting, karena selain
sebagai alat pengumpul data yang berdiri sendiri, juga
ber
fungsi sebagai teknik penyerta atau pelengkap pada waktu meng
adakan observasi dan analisis dokumen (Bogdan dan Biklen,1982:
135).
Dalam beberapa literatur dikenal macam-macam wawancara,
namun S. Nasution (1988: 72) mengemukakan bahwa pada dasarnya
wawancara ada dua macam yaitu "wawancara berctruktur dan wa wancara tak berstruktur". Kedua macam wawancara ini biasanya
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu pada taraf
permu-laan biasanya digunakan wawancara tak berstruktur yang
sifat-nya memberikan kebebasan kepada responden mengemukakan
buah
pikiran, pandangan, dan perasaannya. Setelah diperoleh
sejum-lah keterangan yang diperlukan, maka diadakan wawancara
yang
berstruktur dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terarah
kepada fokus masalah.
56
tersebut di atas dalam mengumpulkan iformasi atau data
yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Penggunaan teknik wawan
cara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh infor
masi dan data tentang:
a. peesepsi dan penuhaman penilik sekolah terhadap peranannya
dalam pelaksanaan fungsi supervisi pengajaran.
b. Peesepsi dan pemahaman kepala sekolah dan guru
terhadap
peranan penilik sekolah dalam pelaksanaan fungsi supervisi
pengajaran.
c. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah terhadap peranannya
dalam pelaksanaan fungsi supervisi pengajaran.
d. Persepsi dan pemahaman guru terhadap peraaan kepala sekolah
dalam pelaksanaan supervisi pengajaran.
e. Sifat dan pendekatan yang digunakan penilik sekolah dan ke
pala sekolah dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada
guru.
f. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penilik sekolah dan kepala
sekolah dalam usaha memberikan pembinaan dan bimbingan ke
pada guru.
gi Pemahaman penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru terha
dap maksud dan tujuan kunjungan atau observasi kelas.
h. Intensitas dan frekuensi kunjungan atau observasi
kelas
yang dilakukan penilik sekolah dan kepala sekolah.
i. pertimbangan pemilihan kelas yang akan diobservasi penilik
j. Hal-hal yang diamati penilik sekolah dan kepala sekolah pa
da waktu mengadakan kunjungan atau observasi kelas.
k. Reaksi dan sikap yang diperlihatkan guru pada waktu penilik
sekolah atau kepala sekolah mengadakan kunjungan/observasi
kelas.
1. Masalah-masalah yang dibicarakan penilik sekolah dan kepala
sekolah mengadakan pertemuan dengan guru-guru.
m. Pemahaman penilik sekolah, kepala sekolah, pengurus KKG,dan
guru tentang maksud dan tujuan KKG.
n. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada per
temuan KKG*
o* Waktu dan frekuensi pertemuan KKG.
p. Peranan penilik sekolah dan kepala sekolah pada pertemuan
KKG.
q. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan KKG.
r. Manfaat yang diperoleh guru mengikuti pertemuan KKG.
s. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan efektivitas
kegiatan KKG.
t. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada per
temuan rutin tiap harisabtu.
u. Peranan kepala sekolah pada pertemuan rutin tiap hari sabtu.
3. Studi dokumenter
Diakui bahwa dalam penelitian
naturalistik kualitatif
58
melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi adapula sumber
lain bukan manusia (non human resources), di antaranya dokumen,
foto, dan bahan statistik (S.Nasution, 1988: 85).
Penggunaan teknik ini (studi dokumenter) tidak
memerlu-kan biaya, hanya memerlumemerlu-kan waktu untuk mempelajari dan
menga-nalisisnya. Hanya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
"(1) Apakah dokumen itu otentik atau palsu, (2) Apakah
isinya
dapat diterima sebagai kenyataan, dan (3) Apakah data itu cocok
untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti"(Sartono
Kartodirdjo, 1986: 63).
Penggunaan studi dokumenter dalam penelitian ini
dimak-sudkan untuk memperoleh data tentang:
a. Tugas dan fungsi penilik dan kepala sekolah.
b. Program kerja penilik dan kepala sekolah.
c. Frekuensi kunjungan/observasi kelas yang dilakukan penilik
dan kepala sekolah.
d. Hasil-hasil pembinaan kepada guru yang telah
diberikan oleh
Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah.
e. Keadaan guru setiap sekolah. f. Program kerja KKG.
* g. Fasilitas penunjang pengajaran.
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan pengumpulan data, pene<ii yang
ber
fungsi sebagai instrumen,penelitian berpedoinan pada prosedur atau
yaitu: tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap 'member check".
Tahap pertama: Orientasi lapangan
Sebelum mengadakan orientasi lapangan terlebih dahulu
pe
neliti mengurus izin- penelitian sebagai berikut:
a. Akhir bulan Juni 1990 mengurus izin penelitian di Direktorat
Sosial Politik Propinsi Jawa Barat sebagai rekomendasi
untuk
mengurus izin penelitian di Direktorat Sosial Politik Propinsi
Sulawesi Selatan.
b. Awal bulan Juli 1990 mengurus izin penelitian di Direktorat
Sosial Politik Propinsi Sulawesi Selatan dan Direktorat Sosial
Politik Kabupaten Bone.
c. Perteagahan bulan Juli 1990 mengadakan orientasi lapangan - di
lokasi penelitian. Pada waktu mengadakan orientasi lapangan
ini peneliti berusaha mengidentifikasi dan memilih
masalah
yang akan dijadikan fokus penelitian.
Tahap kedua: Eksplorasi (Tahap pengumpulan data)
Tahap kedua ini merupakan kegiatan pengumpulan data di la
pangan yaitu di tiga kecamatan: Kecamatan Tanete Riattang,
keca
matan Kahu, dan kecamatan Cina. Kegiatan pengumpulan data ini di
lakukan mulai tanggal 1 Agustus 1990 sampai dengan Oktober 1990.
Dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi
doku
menter, penulis berusaha semaksimalmungkin menggali informasi
yang berhubungan dengan masalah atau fokus penelitian.
Tahap ketiga: "Member check"
60
data baik melalui observasi, wawancara, maupun melalui studi do
kumenter. Sedangkan kegiatan "member check" secarakumulatif dila kukan setelah pengumpulan data selesai secara keseluruhan dalam
arti penulis menganggap bahwa data yang diperlukan dalam peneli
tian ini sudah cukup, yaitu minggu terakhir bulan Oktober 1990.
"Member check" kumulatif ini terutama terhadap data yang diperoleh dari penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru.
E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan
erat dengan pemenuhan kriteria "kredibilitas ("validitas
inter
nal"), transferabilitas ("validitas eksternal"), dependabilitas
("reliabilitas"), dan konfirmabilitas ("objectivitas")n(S.Nasution,
1988: 114).
1. Kriteria kredibilitas
Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil
penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kriteria ini dilaku
kan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengadakan pengamatan secara kontinu
Dengan pengamatan yang .'terus menerus atau kontinu,pe neliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat,
ter-inci dan mendalam (S.Nasution, 1988: 115). Dalam
penelitian
ini penulis melakukan pengamatan secara kontinu dalam kurun
waktu tiga bulan, sehingga penulis dapat memberikan deskrip
b. Mengadakan triangulasi
Tujuan triangulasi ialah mencocokkan kebenaran data
dengan cara membandingkannya dengan data yang deperoleh dari
sumber lain (S.Nasution, 1988: 115). Dalam penelitian
ini,
penulis melakukan triangulasi dengan cara: (1) membandingkan
informasi (data) yang sama yang diperoleh melalui teknik ob
servasi dan teknik wawancara, (2) membandingkan
informasi
(data) yang sama yang diperoleh
(bersumber) dari
penilik
sekolah dan guru, (3) membandingkan informasi (data) yang sa
ma. yang bersumber dari kepala sekolah dan guru, (4) memban
dingkan informasi (data) yang sama yang bersumber dari peni
lik sekolah dan kepala sekolah, (5) membandingkan informasi
(data) yang sama yang bersumber dari penilik sekolah
dan
pengurus KKG, dan (6) membandingkan informasi (data)
yang
sama yang bersumber dari pengurus KKG dan guru. c. Mengadakan "member check"
Tujuan "member check" ialah agar informasi yang diper
oleh dalam penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan
oleh informan (S.Nasution, 1988: 118). Jadi kegiatan "member
check" ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh keyakin-an terhadap kebenarkeyakin-an data ykeyakin-ang bersumber dari responden.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan "member check"
terhadap informasi (data yang diperoleh dari: (1) hasil
wa
wancara dengan penilik sekolah, (2) hasil wawancara
dengan
62
2. Kriteria transferabilitas
Nilai transfer dalam penelitian berkenaan dengan perta
nyaan: sejauhmanakah hasil penelitian tersebut dapat
diaplikasi-kan atau digunadiaplikasi-kan dalam situasi lain. Menurut S.Nasution (1988:
119): "Bagi peneliti naturalistik, transferability tergantung
pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu
dapat
mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu". Berdasarkan
kutipan ini, maka dapat dikatakan bahwa pengaplikasian hasil pe
nelitian ini tergantung kepada penilik sekolah dan kepala seko
lah sebagai pelaksana supervisi pengajaran di sekolah.Dalam hal ini
penulis hanya melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan,
transfer aplikasinya tergantung kepada yang berkompeten
dalam
pelaksanaan supervisi pengajaran. 3. Dependabilitas dan konfirmabilitas
Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan dengan masa
lah kebenaran penelitian naturalistik yang ditunjukkan dengan
dilakukannya proses "audit trail" (Lincoln dan Guba, 1985: 319).
Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak,
sedanglan
"audit" artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang
melahirkan
keyakinan. Agar dapat dilakukan proses "audit trail" dalam pene
litian ini, maka penulis berusaha menyusun dan menyimpan:
(a) data mentah yang diperoleh sebagai hasil observasi, wawanca
ra, dan studi dokumenter, (b) hasil analisis data berupa
rang-kuman, konsep-konsep, dan sebagainya, (c) hasil sintesis data,
seperti: tafsiran, konsep-konsep, dan sebagainya, dan (d)
disain, strategi, prosedur, dan sebagainya.
F. Cara inalisis Data
Analisis data dalam penelitian naturalistik kualitatif,
me-nurut Moleong (1989: 112) yang mengutip pendapat Patton, adalah
"proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu
pola, kategori, dan situasi uraian dasar". Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang dihadapi oleh para pe
neliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya prose
dur yang baku yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data.
Oleh karena itu peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau ca
ra yang dianggap sesuai dengan sifat penelitiannya.
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses
menyusun data agar dapat ditafsirkan dan dapat diketahui maknanya.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sebagai berikut:
1. Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik melalui observa
si, wawancara, maupun melalui studi dokumenter, langsung diana
lisis.
2. Penganalisisan yang dilakukan setiap selesai pengumpulan data,
diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan
makna
yang terkandung di dalamnya.
3. Membuat kategorisasi dan unitisasi data dengan
mengkodingkan
data, sehingga data mentah yang terkumpul dapat
ditransformasi-kan dengan sistimatis menjadi unit-unit yang dapat
dicandrakan
64
unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data terkumpul semua,
tetapi dilakukanpula selama proses pengumpulan data.
4. Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informasi
(data)
yang sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan da
ta (observasi, wawancara, dan studi dokumenter), di samping mem
bandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari berba
gai sumber (responden).
5. Mengadakan "member check" dengan penilik sekolah, kepala sekolah
dan guru-guru sebagai sumber utama informasi (data) dalam
pene
litian ini. Kegiatan "member check" ini penulis lakukan setiap selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan
responden.,Se-dangkan "member check" terakhir dilakukan setelahselesai pengum
pulan data secara keseluruhan.
6. Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha
mengu-ji validitas data yang terkumpul.
7. Memberikan tafsiran sebagai usaha menemukan makna yang
terkan-dung dan diperoleh dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara
terus-menerus sejak saat kegiatan pengumpulan data di lapangan sampai se
KESIMPULAN DAN KOMENTAR
Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan dan komentar da ri pembahasan hasil penelitian sebagai penutup tulisan ini.
A. Kesimpulan
1. Pemahaman Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah terhadap peranan?-nya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran merupakan salah sa tu faktor penting dalam upaya mewujudkan pelayanan supervisi pengajaran yang efektif. Begitupula pemahaman guru terhadap
peranan Fenilik Sekolah dan Kepala Sekolah tersebut, karena
merekalah yang menjadi obyek atau sasaran pelayanan supervisi
pengajaran. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Penilik Se
kolah dan Kepala Sekolah memahami dengan. jelas peranannya ma sing-masing dalam pelaksanaan supervisi pengajaran.
Demikian-pula halnya guru, mereka memahasd. peranan Penilik Sekolah
dan
Kepala Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran terse
but.
Adanya kesesuaian pemahaman ini melahirkan interaksi
positif yang saling mendukung antara Penilik Sekolah dan Kepa la Sekolah sebagai pihak yang memberikan pembinaan dan bim
bingan (supervisor pengajaran) dengan guru sebagai pihak
yang
dibina dan dibimbing. Interaksi positif ini tercermin pada si
kap dan perilaku mereka pada setiap upaya pembinaan dan
bim
bingan ke arah perbaikan pengajaran.
148
2. Hasil penelitian mengungkapkan bahva pendekatan
kekeluargaan
(pendekatan informal) yang selama ini digunakan Penilik
Seko
lah dan Kepala Sekolah dalam kegiatan pembinaan dan bimbingan kepada guru, telah melahirkan hubungan kolegialitas yang akrab. dan intim antara Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dengan. gu
ru. Dampak positifnya terhadap pelayanan supervisi pengajaran, guru secara terbuka tanpa rasa segan dan takut menyampaikan
setiap masalah pengajaran atau kesulitan-kesulitan yang diha dapinya dalam.pelaksanaan proses belajar-mengajar kepada -Pe
nilik Sekolah gtau kepada Eepa-la Sekolah untuk mendapatkan
pmebinaan dan bimbingan.
Hubungan kolegialitas yang akrab dan intim antara Peni lik Sekolah dan. Kepala Sekolah sebagai supervisor pengajaran dengan guru sebagai obyek supervisi pengajaran, merupakan kon disi yang kondusif bagiefektivitas pelayanan supervisi peng ajaran dalam upaya perbaikan proses belajar-mengajar pada
khu-susnya, dan perbaikan pengajaran pada umumnya.
3. Hasil penelitian tentang kegiatan kunjungan dan observasi ke las dengan. beberapa aspek yang mempengaruhinya, dapat disim-pulkan:
a. Terdapat kesesuaian pemahaman antara Penilik Sekolah dan
Kepala Sekolah dengan guru tentang maksud dan tujuan kun
jungan dan observasi kelas.
Sekolah dan Kepala Sekolah pada waktu mengadakan kunjungan dan observasi kelas, yaitu: suasana kelas, pelaksanaan pro ses belajar-mengajar, dan pajangan-pajangan kelas.
c. Sikap positif guru terhadap kunjungan dan observasi kelas
merupakan hal yang esensil dan sangat berarti bagi upaya pengidentifikasian masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar untuk kepentingan pem
binaan dan bimbingan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah ke
pada guru.
d. Dilihat dari aspek frekuensi dan intensitas kunjungan dan observasi kelas, Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah telah
berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan waktu
yang dimiliki masing-masing dalam memonitoring dan meng identifikasi masalah-masalah pengajaran dalam pelaksanaan
proses belajar-mengajar. Walaupun diakui bahwa belum
dapat
merekam semua masalah pengajaran yang mungkin muncul dan yang dihadapi guru, mengingat ketrebatasan kem mpuan, wak
tu, dan fasilitas yang tersedia. Namun kegiatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan Penilik Sekolah dan Ke
pala Sekolah telah memberikan sumbangan yang sangat berarti
bagi pembinaan dan bimbingan kepada guru dalam rangka per
baikan pengajaran.
4»
Kegiatan pertemuan dan bimbingan
kepada guru, baik yang
dila
kukan Penilik Sekolah, maupun yang dilakukan Kepala Sekolah,
150
yang dihadapi guru. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan
bahwakegiatan pertemuan dan bimbingan tersebut, cenderung le
bih menitik beratkan pada pertemuan dan bimbingan secara ko
lektif, terutama melalui pertemuan KKG dan. pertemuan rutin.
setiap hari sabtu. Kecenderungan ini bagi Penilik Sekolah da
pat dimengerti, mengingat jumlah .sekolah atau guru yang ada dalam wilayah kepenilikannya cukup banyak, yaitu dalam satu wilayah kepenilikan terdiri dari 9-12 buah sekolah atau
kurang lebih 60 - 80 Orang guru. Dengan jumlah yang demikian
besarnya, pemberian bimbingan akan lebih efektif apabila di lakukan secara kolektif. Namun demikian, Penilik Sekolah ti
dak mengabaikan pembinaan dan bimbingan secara individual, tetap dilakukannya sesuai dengan kesempatan yang ada.
Kepala Sekolah mempunyai kesempatan lebih banyak ber hubungan dengan. guru, tetapi Kepala Sekolah juga harus me ngerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas administratif, se
hingga adakalanya kegiatan pertemuan dan bimbingan secara individual tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Tetapi
setiap masalah pengajaran yang muncul dan dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, diusahakan alternatif pe-mecahannya melalui bimbingan secara individual atau secara ke
lompok.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan perte
dimilikinya. Dan hal ini telah memberikan manfaat yang sangat
berarti, baik bagi pengembangan diri: dan peningkatan kemampuan
guru, maupun bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
5. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa KKG sebagai wadah perte muan dan diskusi guru, telah difungsikan dengan baik dalam meaibicarakan dan mendiskusikan alternatif pemecahan masalah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses bela jar-mengajar, baik yang bersumber dari guru, maupun yang ber
sumber dari kunjungan dan observasi kelas oleh Penilik Sekolah. Kehadiran organisasi KKG di lingkungan kerja guru-guru
Sekolah Dasar di Kabupaten Bone.Propinsi Sulawesi Selatan te lah memberikan nilai tambah dan manfaat yang sangat berarti
bagi guru, terutama pada pertumbuhannya dalam jabatan. Karena
melalui pertemuan dan diskusi KKG ini: (l) pengalaman,
kemam
puan dan keterampilan mengajar;
guru
meningkat, (2) sikap
kri-tis, terbuka, dan percaya diri guru tumbuh dan berkembang se
cara positif, dan (3) gairah dan motivasi kerja guru
mening
kat.
152
6. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pertemuan rutin yang di
adakan pada setiap hari sabtu di sekolah, berfungsi sebagai
forum diskusi yang mempertemukan kebutuhan profesional guru, terutama dalam membicarakan dan mendiskusikan alternatif peme
cahan masalah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan
proses belajar-mengajar pada minggu itu.
Sehubungan dengan fungsinya tersebut, hasil penelitian
mengungkapkan bahwa kegiatan pertemuan rutin setiap hari sabtu
tersebut memberikan manfaat kepada guru dalam hal-hal sebagai
berikut: (l) guru menjadi terlatih melihat dan mengidentifika si masalah-masalah pengajaran yang dirasakan dan dihadapi da
lam pelaksanaan proses belajar-mengajar, (2) guru-guru berada
dalam situasi hubungan profesional yang akrab, (3) guru terla
tih dan berani mengemukakan ide, pikiran, dan pendapatnya ter
hadap masalah-masalah pengajaran yang muncul dan alternatif
pemecahannya, dan (4) merangsang tumbuhnya rasa percaya
diri
guru, karena ide, pikiran, dan pendapatnya diterima dan
dihar-gai oleh Kepala Sekolah dan teman-teman sejawatnya.
7. Dalam penelitian ini teridentifikasi tiga macam kegiatan pokok
yang dilakukan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah sehubungan
dengan pelaksanaan supervisi pengajaran, yaitu: kunjungan
dan.
observasi kelas, pertemuan dan bimbingan kepada guru, dan
meng-aktifkan pertemuan KKG dan pertemuan rutin. Ketiga macam
ke
kunjungan dan observasi kelas berkaitan dengan kegiatan per
temuan dan bimbingan kepada guru danr
kegiatan
pertemuan
KKG/
pertemuan rutin.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah sebagaimana dikemukakan di atas, baru merupakan
sebagian dari sekian banyak metode dan teknik supervisi peng ajaran atau pembinaan profesional guru yang dapat digunakan. Hal ini disebabkan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki Pe
nilik Sekolah dan Kepala Sekolah, terutama dalam hal: kemam
puan, waktu , dan fasilitas penunjang.
B. Komentar
Pada bagian ini dikemukakan beberapa komentar sehubungan
dengan hasil penelitian yang telah diperoleh.
1. Dari data dokumentasi diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan
masih berkualifikasi pendidikan menengah atas (SGA, SPG,
dan.
KPG). Rendahnya kualifikasi pendidikan dari guru-guru ini me rupakan indikator rendahnya pula kemampuan akademis atau ke mampuan profesional yang dimilikinya. Hal ini mempengaruhi kualitas hasil belajar peserta didik yang diajarnya. Oleh ka rena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari para pem
bina (Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah) untuk lebih
mening
154
lebih baik dari keadaan sekarang. Karena hanya dengan demikian baru dapat diharapkan pelaksanaan proses belajar-mengajar le bih meningkat dan lebih baik.
2. Sebagaimana hasil penelitian mengungkapkan bahwa Penilik Seko
lah dan Kepala Sekolah telah melakukan secara intensif tiga macam kegiatan pokok dalam usaha pelayanan supervisi pengajaran atau pembinaan dan bimbinga profesional kepada guru, yaitu: kegiatan kunjungan dan observasi kelas, kegiatan pertemuan dan bimbingan kepada guru, dan kegiatan KKG dan pertemuan rutin.
Kegiatan-kegiatan ini telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perbaikan proses belajar-mengajar secara ke seluruhan. Namun untuk lebih meningkatkan efektivitas pelayan
an supervisi pengajaran, Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah
dapat lebih mengembangkan dan lebih mengvariasikan lagi
usaha-usaha atau kegiatan-kegiatannya, seperti: kegiatan seminar, kegiatan pertemuan ilmiah, kegiatan kunjungan antar sekolah, kegiatan penelitian, dan kegiatan-kegiatan lain yang relevan. dan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan dan per baikan proses belajar-mengajar.
3, Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam kegiatan pertemuan dan bimbingan terhadap pemecahan masalah-masalah pengajaran.
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar,
Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah adakalanya mengalami kesu
litan, karena keterbatasan kemampuan dan keterampilan
dalam
Hal ini dapat dimengerti mengingat para Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah ;tidak.pernah dipersiapkan dan dididik untuk
menduduki jabatan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah. Penilik Sekolah diangkat dari kalangan Kepala Sekolah yang dianggap
pretasi kariernya baik, berpengalaman, dan senioritas.
Begitu-pula halnya Kepala Sekolah, diangkat dari kalangan guru yang dianggap berprestasi baik dalam mengajar, berpengalaman, dan senioritas. Oleh karena itu perlu dipikirkan dan ditempuh langkah-langkah pembinaan kepada para Penilik Sekolah dan pa ra Kepala Sekolah melalui pendidikan atau kepelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam bi dang tugasnya masing-masing. Karana hanya dengan demikian baru dapat diharapkan mampu memberikan pembinaan dan bimbing an secara efektif kepada guru.
4. Sebagaimana hasil penelitian mengungkapkan bahwa kegiatan ke
lompok kerja guru (KKG) telah memberikan sumbangan yang
sa
ngat berarti terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan
mengajar guru dan terhadap perbaikan proses belajar-mengajar,
maka
..Kelompok
Kerja
Kepala
Sekolah
(KKKS) sebagai wadah
dan forum pertemuan dan diskusi kepala sekolah, dan kelompok
kerja penilik sekolah (KKPS) sebagai wadah dan forum
perte
muan dan diskusi penilik sekolah, yang selama ini belum
ber
fungsi sebagaimana mestinya, diharapkan dapat difungsikan dan
156
adanya pertemuan dan diskusi secara intensif dan rutin dari
KKK3 dan KKPS, akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah. Hal ini sangat bermanfaat
dan membantu terhadap upaya-upaya pembinaan dan bimbingan ke pada guru yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Telah diungkapkan bahwa penelitian ini diadakan hanya terbatas
pada kegiatan pelayanan supervisi pengajaran bagi guru,
dide-kati dari aspek proses, maka diharapkan diadakan penelitian
tentang efektivitas peleyanan supervisi pengajaran yang
dide=
kati dari aspek hasil yang dicapai. Demikianpula dapat
diada
kan penelitian tentang supervisi pengajaran
dari aspek-aspek
lain, seperti: dari aspek kurikulum, sarana dan fasilitas,
Achmad Sanusi, 1990, Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Fakultas Pasca Sarjana Institut Kegu
ruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.
Acheson, Keith A. dan Meredith, D. Gall, 1980, Techniques
in
the
Clinical Supervision of Teachers: Preservice and Inservice Applications, Longman, Inc., New York.
Adam Ibrahim Indrawijaya, 1983, Perilaku Organisasi. Sinar, Bandung.
Alfonso, R.J., Firth, G.R. dan Neville, R.F., 1981,
Instructional
Supervision: A Behavior System. Aliyn and Bacon, Inc., Boston.
Anwar Jasin, Kemampuan Mengajar Guru SD Masih Terikat Petunjuk Atasan.
Kompas, 14 Maret 1991, Jakarta.
Baharuddin Harahap, 1983, Supervisi Pendidikan Yang Dilakukan
Oleh
Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. PT. Ciawijaya,
Jakarta.
Beeby, C.E., 1966, The Quality of Education in Developing
Countries.
Harvard University press, Cambridge, Massachusetts.
1987, Pendidikan di Indonesia. Terjemahan BP3K
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, LP3FS, Jakarta.
Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp, 1982, Qualitative Research
for Education: An.Introduction, to Theory and Methods. Allyn. and
Bacon, Inc., Boston-London-Sydney-Toronto.
Burch, B.G. dan Danley, W.E., 1980, The Instructional Leadership:
Role of Central Office Supervisors, Educational Leadership.
37,
8, 636-638Burgess, R.G., 1985, Field Methods in the Study of Education.
The
Falmer Press, London.Burton, W.H. dan Lee, J. Bruckner, 1955, Supervision. Applenten. Cen
tury-Croft, Inc., New York.
Castetter, William B., 1981, Personnel Function, in Educational Ad
ministration, Macmillan Publishing Co., Inc., New York.
Dachnel Kamars, 1985, Pengawasan Pendidikan Melekat, Makalah
disam-paikan pada Temu Pendapat Sarjana Administrasi Pendidikan,
tang-gal 4 Juli 1985 di Bandung.
158
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984, Keputusan Menteri Pendi
dikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0304/1984 Tentang
Perincian Tugas Satuan Organisasi, Koordinator Urusan Administra si, Pengawas. dan Penilik di Lingkungan Instansi Vertikal Deper-temen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
_, 1988, Pengawasan Melekat dan Kaitannya dengan Kebi.jaksanaan
Mendikbud, Jakarta.t
1989, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
, 1989/1990, Pedoman Supervisi dan Pembinaan Profesional Guru
Sekolah Dasar. Jakarta., 1990/1991, Pedoman Administrasi Sekolah Dasar, Jakarta.
Djam'an Satori, 1989, Pengembangan Model Supervisi Sekolah
Dasar.
Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Engkoswara, 1987, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Ting
gi, Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan, Jakarta.
, 1984, Menata fflningVatan Kualitas Manusia Indonesia Tinggal
Landas, Orasi Ilmiah disampaikan dalam rangka penerimaan
Guru
Besar Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung.Finch, R. Curtis dan Robert, L. McGough, 1982, MnHnistoring and
Su-pervising Occupational Education, Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs, New Jersey.
Glickman, Garl D., 1985, Supervision of Instruction. Allyn and Bacon,
Inc., Boston-London-Sydney-Toronto.
Goetzs, Judith P. dan LeCompte, Margaret D., 1981, Etnographic
Re
search and the Problem of Data Education, Anthropology and
Edu-cation Quarterly. 12, 51-70
Good, Carter V., 1973, Dictionary of Education. McGraw-Hill Book
Company, New York.
Guba, Egon G. dan Yvonna, S. Lincoln, 1981, effective Evaluation,
Jossey-Bass Publishers, San Francisco.
Harris, Ben M., 1985, Supervisor Behavior in Education. Prentice-Hall,
Harris, Chester, 1959, Encyclopedia of Educational Researchf N. J. McGraw-Hill Company, Inc., New York.
Jarvis, D.T. dan Pounds, H.R., 1969, Organizingf Supervising and
Ad
ministrating the Elementary School. Parker Publishing Company,Inc., New York.
Leeper, R. Robert, I969, Supervision Emerging; Profession.
ASCD NEA,
Washington D.C.
Lincoln, J.S. dan Guba, E.G., 1985, Naturalistic Inquiry. Sage Pub lishing, Inc., London.
Lofland, John dan Lofland, Lyn H., 1984, Analyzing Social Settings: A Guide to Qualitative Observation and Analysis. Belmont,Wadsworth Publishing Company.
Lovell, J.T. dan Phelps, M.S., 1977, Supervision in Tennessee as Per ceived by Teachers, Principals and Supervisors, Educational Leader
ship. 35, 3, 226-228
Martorana, S.V. dan Kuhns, E., 1975, Managing Academic Change, Jossey-Bass Publ