• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN SUPERVISI PENGAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR: Studi Deskriptif Analitis di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAYANAN SUPERVISI PENGAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR: Studi Deskriptif Analitis di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN SUPERVISI PENGAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Analitls

di Kabupaten Bone Propinsl Sulawesi Selatan)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhl sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Amiruddin Matturungeng

No. Pokok : 8832005/XX-12

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAN DU N G

(2)

Halaman

HALAMAN^JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN P2NGE3AHAN

ii

KATA PENGANTAR

1±i

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR

vii

BAB-

I. PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. M a s a l a h °

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

9

D. Prerais Penelitian

12

BAB II. TIHJAUAN PUSTAKA

l6

A. Hakekat, Fungsi, dan Tujuan Supervisi Pengajaran

16

1. Hakekat Supervisi Pengajaran

16

2. Fungsi Supervisi Pengajaran

20

3. Tujuan Supervisi Pengajaran

26

B. Efektivitas Supervisi Pengajaran

30

C. peranan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dalam

Pelaksanaan Supervisi Pengajaran

37

D. Teknik-Teknik Supervisi Pengajaran

42

BAB. III. METOD0L0GI PENELITIAN

4-9

A. Lokasi Penelitian

50

B. Subyek Penelitian

52

C. Teknik Pengumpulan Data

53

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

58

E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil

Pene

litian

60

F. Cara Analisis Data

. .

63

BAR IV. HASIL PENELITIAN

65

A. Pelayanan Supervisi Pengajaran oleh Penilik

Se

kolah

65

1. Pemahaman Penilik Sekolah Terhadap Peranannya

dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran

...

65

2. Pemahaman Kepala Sekolah dan Guru Terhadap

Peranan Penilik Sekolah dalam pelaksanaan Su

pervisi Pengajaran

68

(3)

vx

Halaman

3. Hubungan antara Penilik Sekolah dengan Guru

dalam Kegiatan Pembinaan dan Bimbingan

Per-baikan Pengajaran

72

4. Kegiatan Kunjungan Sekolah dan Qbservasi

Kelas oleh Penilik Sekolah 75

5. Kegiatan Pertemuan dan Bimbingan

Penilik

Sekolah kepada Guru

94

6. Kegiatan Pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG)

100

B. Pelayanan Supervisi Pengajaran oleh Kepala Se

kolah no

1. Pemahaman Kepala Sekolah Terhadap

Peranan-nya dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran

111

2. Pemahaman Guru Terhadap Peranan Kepala Se

kolah dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran 114 3. Hubungan antara Kepala Sekolah dengan Guru

bantunya dalam Kegiatan Pembinaan dan

Bim

bingan Perbaikan Pengajaran

117

4. Kegiatan Kunjungan dan Observasi Kelas oleh

Kepala Sekolah

120

5. Kegiatan Pertemuan dan Bimbingan Kepala Se

kolah kepada Guru

135

6. Kegiatan Pertemuan dan Diskusi Rutin

. . .

141

BAR

V. KESIMPULAN DAN, KOMENTAR

147

A. Kesimpulan

147

B. Komentar • 153

DAFTAR PUSTAKA

157

(4)

Halaman

1. Sumber, Arah dan Tujuan Supervisi Pengajaran

28

2. Tahap-tahap Pertumbuhan Sistem Sekolah Dasar

32

3. Keterkaitan Komponen-komponen dalam Pelaksanaan Supervisi

Pengajaran

25

4. Sistem Sosial Model Getzels

36

5. Sistem Sosial Model Getzel dan Thelen

36

(5)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara(GBHN) Tahun 1988 dan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dikemukakan bah

wa pada hakekatnya tujuan Pendidikan Nasional adalah

mencerdas

kan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuh-nya. Hal ini secara jelas dikemukakan dalam Undang-Undang aepublik

Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional,

pasal 4: "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manu

sia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

ke-sehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".

Dalam meuujudkan tujuan pendidikan nasional,

sebagaimana

diamanahkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Un

dang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) di atas, pendidik

an yang diselenggarakan di sekolah memegang peranan yang

sangat

strategis dan penting. Karenanya diperlukan pengelolaan yang

man-tap dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu

pengeta-huan dan teknologi.

Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada

dasamya mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan dan

(6)

-an, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam

penyelengga-raan dan pengelolaan pendidikan di sekolah.

Administrasi Pendidikan mencakup penataan sumberdaya

yang

mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu:

ma

nusia (personil), sumber belajar (kurikulum), dan fasilitas. Ad

ministrasi Pendidikan pada dasamya merupakan suatu media

atau

alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan

efi-Pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi Ad

ministrasi Pendidikan, bertujuan untuk menjaga dan mendorong agar

pelaksanaan proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah dapat

berja-lan berja-lancar, berhasU guna, dan tepat guna sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Depdikbud, 1987). Fungsi

peng

awasan dan pembinaan mengandung unsur bimbingan yang dapat

dimak-nai sebagai supervisi. Karena itu. bertolak dari tujuan pengawas

an ini, maka dalam penyelenggaraan dan pengelolaan

pendidikan,

khususnya kegiatan proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah,

pi-hak-pihak yang diberi wewenang melakukan pengawasan dan pembinaan

aaras lebih menitikberatkankepada personil sekolah, terutama ke

pada guru, sebagai pelaksana langsung proses

belajar-mengajar

tersebut.

Rendahnya kualitas hasil belajar siswa pada semua jenjang

persekolahan yang banyak disoroti sejak beberapa tahun

terakhir

ini, merupakan tantangan dan masalah yang dihadapkan kepada

(7)

pengelolaan pendidikan di sekolah, terutama guru sebagai pelaksa

na proses belajar-mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan gu

ru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar sangat strategis dan

penting.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Achmad Sanusi

(1990) mengemukakan «... secara jujur dapat diketengahkan

bahwa

persepsi umum dari para guru/dosen pada pekerjaan atau

'profesi-nya' dan tugas-tugasnya menunjukkan suatu gambaran yang

sedang

mengalami perobahan mendalam". Lebih lanjut dikemukakannya:

"Mes-kipun saya sendiri merasa sangat prihatin dan menyesal,

namun

tergambarkan bahwa persepsinya itu tidak mapan, tidak ^elas,

ku-rang ajeg dan utuh" (Achmad Sanusi, 1990).

Kalau persepsi guru terhadap tugasnya tidak mapan dan tidak

jelas sebagaimana yang disinyalir ungkapan di atas, maka

dengan

sendirinya kemampuan profesionalnya diragukan dan tidak

akan

mungkin dapat melaksanakan tugas mengajar secara maksimal sasuai

dengan petunjuk yang tercantum dalam kurikulum dan pedoman pelak

sanaan administrasi sekolah. Kenyataan ini merupakan

tantangan

yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terha

dap pembinaan guru sebagai pelaksana langsung proses belajar-meng

ajar di sekolah.

Pembinaan personil (guru) termasuk kegiatan

administrasi

personil yang merupakan salah satu fungsi Administrasi Pendidikan

(Castetter, 1981). Pihak yang seharusnya berperanan dalam pembi

(8)

menjadi persoalan ialah apakah supervisi pengajaran atau pembina

an profesional guru tersebut telah dilaksanakan secara

efektif

oleh penilik sekolah dan kepala sekolah? Jawaban pertanyaan ter

sebut tidak dapat dipisahkan dari pemahaman atau persepsi penilik

sekolah dan kepala sekolah tentang hakekat dan fungsi

supervisi

pengajaran itu sendiri. Sebab tanpa pemahaman dan persepsi

yang

jelas tentang hakekat dan fungsi supervisi pengajaran oleh

mere-ka, mustahil dapat melaksanakan supervisi pengajaran secara

efek-tif

Supervisi pengajaran yang merupakan salah satu

fungsi

pengawasan yang sangat khusus (Oteng Sutisna, 1937) merupakan

layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru agar dapat melak

sanakan tugas mengajar secara l^bih baik (Wiles, 1956). Ungkapan

tersebut mengandung makna bahwa peranan atau fungsi

supervisi

pengajaran ialah "mendukung, membantu, dan bukan menyuruh" (Oteng

Sutisna, 1987). Selanjutnya beliau aenguiip ungkapan Uiles

yang

mengatakan bahwa «... supervisi yang baik hendaknya mengembangkan

kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan

dalam

jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, atau membantu guru

meningkatkan kemampuannya menilai hasil pekerjaannya" (Oteng Su

tisna, 1987).

Berdasarkan pengalaman penulis yang diperoleh selama

mem-bimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa IKIP Ujung

Pandang

beberapa periode di beberapa kecamatan dan desa di Sulawesi

Sela-tan dari tahun 1980 sampai dengan 1988, dapat diidentifikasi be

(9)

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, antara

lain:

1. Pada musim turun sawah dan musim panen, tingkat ketidak

hadiran

(absen siswa di sekolah sangat tinggi, karena sebagian besar da

ri mereka membantu orangtuanya menggarap sawah atau memanen

ha-silnya.

2. Pendapatan (gaji) guru yang belum mencukupi kebutuhan

keluarga-nya, sehingga banyak di antara mereka mencari pekerjaan

samping-an, seperti: bertani, berdagang, dan sebagainya. Hal ini

juga

menyebabkan mereka tidak dapat mengkonsentrasikan pikiran

dan

perhatiannya secara penuh kepada pekerjaan pokoknya

sebagai

pengajar di sekolah.

3. Pendidikan persiapan guru yang kurang baik dan pelatihan

dalam

jabatan yang tidak memadai.

4. Kurangnya sarana belajar yang dapat digunakan oleh guru

untuk

menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan profesionalnya,

seperti: perpustakaan, latihan, pertemuan-pertemuan profesional,

dan sebagainya.

Masalah-masalah umum yang dihadapi guru tersebut cukup

ber-pengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar

yang dilakukannya di sekolah. Tidak dapat disangkal bahwa lemahnya

kualitas guru dalam mengajar sebagaimana tercerndnJdalam

ungkapan

Achmad Sanusi di muka, berlarut-larut belum memperoleh

penanganan

dan penyelesaian secara efektif dan menyeluruh,terutama

guru-guru

sekolah dasar yang bertugas dan mengabdi di pelosok dan

pedalaman

(10)

sekolah sangat ditentukan oleh kualitas personil pengelolanya,

ter-utama personil gurunya. Beeby (1966) menekankan bahwa kualitas

se

kolah yang ideal dan* diharapkan adalah kualitas yang berada

pada

tahap ««<»Ar^T>g" ya^S sangat menekankan pada aspek kebermaknaan

ke

giatan belajar-mengajar di sekolah. Untuk mencapai tahap ini

diper-lukan guru-guru yang berkualitas dan berkemampuan profesional

yang

tinggi. Hal ini hanya dapat dicapai melalui pendidikan,latihan, dan

pembinaan yang baik dan efektif.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dalam

penelitian ini yang dijadikan fokus masalah adalah pelayanan super

visi pengajaran yang diberikan penilik sekolah dan kepala

sekolah

kepada guru sekolah dasar dalam usaha meningkatkan kemampuan

profe-sionalnya. Bantuan dan layanan profesional ini akan member!

warna

pada kualitas mengajar guru dan hasil belajar siswa di sekolah.

B. Masalah

Pada latar belakang masalah di atas telah dikemukakan

bahwa

yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah

pelayanan

supervisi pengajaran yang diberikan oleh penilik sekolah dan kepala

sekolah kepada guru-guru sekolah dasar dalam usaha meningkatkan ke

mampuan profesionalnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka masa

lah dalam penelitian ini diruauskan sebagai berikut: "Bagaimana

efektivitas pelayanan supervisi pengajaran oleh penilik

sekolah

dan kepala sekolah kepada guru-guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone

(11)

Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, perlu dikemu

kakan definisi operasional istilah efektivitas dan supervisi pengajaran

yang tercantum. pada rumusan masalah tersebut. Efektivitas dapat dilihat .

dari aspek produk atau hasil, yaitu pencapaian hasil secara optimum dari

suatu kegiatan, dan dapatpula dari aspek proses, yaitu ketepatan

atau

kesesuaian prosedur dan langkah-langkah atau kegiatan. untuk mencapai tu

juan tertentu. Sedangkan supervisi pengajaran, adalah pembinaan dan bim

bingan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan.

meng-ajarnya dalam upaya memperbaiki pengajaran.

Dalam penelitian ini efektivitas supervisi pengajaran, akan

dika-ji dari aspek proses. Dengan dendkian, efektivitas supervisi pengajaran

yang dimaksudkan di sini, adalah kesesuaian atau ketepatan langkah-lang

kah atau kegiatan-kegiatan pembinaan dan bimbingan Penilik Sekolah

dan

Kepala Sekolah dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan. mengajar

guru sebagai upaya memperbaiki pengajaran.

Sehubungan dengan nasalah yang dikemukakan di atas, maka

dalan

penelitian ini, aspek-aspek yang akan diteliti, adalah:

1. Pandangan dan pemahaman Penilik Sekolah dart Kepala Sekolah

tentang

peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar

di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

2. Pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang peranan Penilik Seko

lah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar di Ka

bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

3. Pandangan. dan. pemahaman guru tentang peranan Penilik Sekolah dan. Kam

(12)

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

4. Hubungan antara Penilik Sekolah dengan guru dalam kaitannya de

ngan. kegiatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka perbaikan dan

peningkatan pelaksanaan proses belajar-mengajar pada Sekolah Da

sar di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi Selatan.

5. Hubungan Kepala Sekolah dengan guru dalam kaitan dengan pembina

an dan bimbingan dalam rangka perbaikan dan peningkatan

pelak

sanaan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di

Kabupaten

Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

6. Kegiatan kunjungan dan. observasi kelas yang dilakukan

Penilik

Sekolah dalam kaitannya dengan pelayanan supervisi

pengajaran

pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi

Selatan.

7. Kegiatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan

Kepala

Sekolah dalam kaitannya dengan pelayanan supervisi

pengajaran

pada Sekolah Dasar.di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

8. Kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilakukan Penilik Sekolah

kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan

mengajamya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi

Sula-wesi Selatan.

9. Kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilakukan Kepala

Sekolah

kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan

mengajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi

Sula-wesi Selatan.

(13)

diskusi dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran yang

di-hadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar

pada

Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

11. Kegiatan pertemuan dan diskusi rutin yang diadakan di sekolaii

setiap hari sabtu dalam usaha mengantisipasi masalah-masalah

pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-meng

ajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi

Sulawesi

Selatan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk

mendapat-kan gambaran tentang efektivitas pelayanan supervisi pengajar

an yang diberikan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah

kepada

guru-guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi

Sulawesi

Selatan. Tujuan secara umum ini dija^kan ke dalam

tujuan-tu-juan khusus sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan gambaran de

*angan dan

pemahaman Penilik Sekolah d

ranannya dalam pelaksanaa lah Dasar di Kabupaten

b. Untuk mendapatkan g&v

pemahaman Kepala Sf

dalam pelaksanaar

di KabuJ?aten Bc

(14)

Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

d. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang hubungan anta

ra Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dengan guru

dalam

kaitan dengan pemberian pembinaan dan bimbingan dalam rangka

perbaikan pelaksanaan proses belajar-mengajar pada

Sekolah

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

e. Untuk mendapatkan gambaran dan menganalisis efektivitas ke

giatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan Penilik

Sekolah dan Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan kemampu

an dan keterampilan mengajar guru pada Sekolah Dasar di Ka

bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

f. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang proses kegiat

an pertemuan dan bimbingan Penilik Sekolah dan Kepala Seko

lah kepada guru dalam upaya memecahkan masalah-masalah peng

ajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar

pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Sela

tan.

g. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif dan menganalisis pro

ses kegiatan KKG sebagai wadah pertemuan dan diskusi

guru

dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan

meng-ajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sula

wesi Selatan.

h. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang proses

ke

(15)

11

setiap hari sabtu dalam mengantisipasi masalah-masalah peng

ajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar-meng

ajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi

Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi,

yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

a. Kegunaan Teoritis

- Dalam penelitian ini dikaji dan dikembangkan

mak-na dan hakekat supervisi pengajaran yang diharapkan ada manfaatnya terhadap pengembangan teori supervisi peng

ajaran sebagai bagian dari ilmu Administrasi Pendidikan.

Manfaat lain penelitian ini, adalah dilihat dari

segi

metodologis yang digunakan, yaitu pendekatan

naturalis-tik kuslitatif yang telah memberikan pengetahuan dan

pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal bagaimana

proses penelitian dilakukan. Dan dapatpula

melahirkan

internalisasi pemahaman, daripada hanya sekedar

membaca

dan mempelajari teori dari bermacam-macam

literatur

yang ditulis oleh orang lain.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan ter

hadap perbaikan sistem pelayanan supervisi

pengajaran.

dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan

pelaksanaan

(16)

Selain daripada itu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

pene

litian yang

**

VarmiTraVfln dalam penelitian ini dapat dijadikan landasan.

yang kokoh bagi para administrator pendidikan dalam menentukan.

kebi-jaksanaan yang menyangkut bidang supervisi pengajaran.

D. Premis Penelitian

Sebagai landasan, maka dalam penelitian ini dikemukakan-bebe

rapa premis, yaitu sebagai berikut:

Premis 1: Pengawasan merupakan fungsi Administrasi Pendidikan. untuk

menjaga agar pelaksanaan proses belajar-mengajar

di seko

lah dapat berjalan lancar sesuai dengan pedoman dan

petun-juk yang telah ditetapkan.dalam kurikulum dan administrasi

sekolah. Dalam pengawasan ini termasuk

bidang

garapannya

adalah pembinaan profesional guru

(supervisi pengajaran)

untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan

proses

belajar-mengajar di sekolah.

Premis 2: Kualitas proses belajar-mengajar (sekolah) sangat

ditentu-kan oleh kemampuan pengetahuan dan keterampilan

personil

pengelolanya terutama personil gurunya

sebagai

pelaksana

langsung proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah.

Premis 3: Peningkatan kemampuan pengetahuan dan keterampilan

perso

nil guru dapat dilakukan penilik sekolah dan kepala seko

lah melalui pembinaan profesional (supervisi pengajaran)

secara efektif dengan mempergunakan pendekatan dan

teknik-teknik supervisi pengajaran tertentu sesuai dengan

masa

(17)

13

Premis 4: Supervisi pengajaran yang efektif, mendorong pertumbuhan

profesional guru. Hal ini dapat melalui

kepemimpinan

partisipatif yang memberikan kesempatan kepada guru

ber-inisiatif dan berkreasi sebagai upaya mengembangkan

ba-kat, minat, dan potensi-potensi lain yang dimiliki guru.

Premis 5: Supervisi pengajaran yang efektif dapat membantu

guru

memperoleh arah diri, memahami masalahnaasalah yang

di-hadapi dan dialami sehari-hari, belajar memecahkan masa

lah dengan kemampuan imajinasi dan kreativitas sendiri.

Dalam suasana seperti itu, pemikiran, alternatif

peme-cahan masalah dan gagasan inovatif akan muncul dari guru

tanpa menunggu intruksi dari atasan.

Premis 6: Efektivitas pelayanan supervisi pengajaran dapat dilihat

dan didekati dari aspek proses dan produk dari

pelaksa

naan supervisi pengajaran. Kedua aspek ini harus

dikait-kan secara langsung dalam upaya. mewujuddikait-kan tujuan super

visi pengajaran, yaitu memperbaiki dan-meningkatkan pro

ses belajar-mengajar di sekolah.

Premis-premis yang dikemukakan di atas, merupakan pedoman

dalam

mengajukan pertanyaan dalam proses pengumpulan data.

Sehubungan

.hal tersebut, dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang ber

kaitan dengan pelayanan supervisi pengajaran yang dilakukan Peni

lik Sekolah dan Kepala Sekolah.

1. Fertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan supervisi

(18)

a. Bagaimana pandangan dan pemahaman Penilik Sekolah

tentang

peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Se

kolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

b. Bagaimana pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah dan

guru

tentang peranan Penilik Sekolah dalam pelaksanaan supervisi

pengajaran pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone

Propinsi

Sulawesi Selatan?

c. Bagaimana sifat hubungan antara Penilik Sekolah dengan guru

dalam kaitan dengan pemberian pembinaan dan bimbingan dalam

rangka perbaikan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar

di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi Selatan?

d. Bagaimana efektivitas kegiatan kunjungan sekolah dan obser

vasi kelas yang dilakukan Penilik Sekolah dalam upaya

me

ningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar guru

pada

Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

e. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan,Mmbingan yang di

lakukan Penilik Sekolah kepada guru dalamjnemecahkan masa

lah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Pro

pinsi Sulawesi Selatan?

f. Bagaimana proses kegiatan KKG sebagai wadah pertemuan dan

diskusi guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan.

mengajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone

Propinsi

(19)

15

2. Pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan

supervisi

pengajaran oleh Kepala Sekolah, adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang

peran-annya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar

di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

b. Bagaimana pandangan dan pemahaman guru tentang peranan

Kepala

Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada

Sekolah

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

c. Bagaimana sifat hubungan antara Kepala Sekolah dengan guru', da

lam kaitan dengan pemberian bimbingan dan pembinaan dalam rang

ka perbaikan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di

Ka

bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

d. Bagaimana efektivitas kegiatan kunjungan dan observasi

kelas

yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan kemampu

an dan keterampilan mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kabupa

ten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

e. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilaku

kan Kepala Sekolah kepada guru dalam memecahkan

masalah-masa

lah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi

Selatan?

f. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan diskusi rutin yang di

adakan setiap hari sabtu di sekolah pada Sekolah Dasar di Kabu

(20)

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab I (Pendahuluan) telah dikemukakan bahwa dalam

pene

litian ini digunakan pendekatan naturalistik kualitatif yang

oleh

R.C. Bogdan dan S.K. Biklen (1982) disebut sebagai

"Qualitative

Research". Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif

biasa-nya berbentuk uraian yang kaya akan deskripsi sehubungan dengan ke

giatan subyek yang diteliti, seperti tentang pendapatnya, sikapnya,

dan aspek-aspek lainnya yang diperoleh melalui pengamatan (observa

si), wawancara, dan studi dokumenter. S. Nasution (1988: 5) menge

mukakan bahwa: "Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah

meng

amati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitar-nya". Ungkapan ini menunjukkan bahwa dalam penelitian kualitatif,

peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian yang harus turun ke

lapangan dalam kurun waktu tertentu untuk mengumpulkan data

dan

informasi yang relevan dengan masalah penelitian yang telah

dipi-lih.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan mengkonstrasikan

perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi,

dan

sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti

tersebut.

Oleh karena itu peneliti kualitatif mengumpulkan data dan informa

si dengan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti.

(21)

50

Dalam beberapa literatur dapat diidentifikasi beberapa

karak-teristik penelitian kualitatif,

di-ahtaranya yang dikemukakan

oleh

Bogdan dan Biklen (1982: 27-29) sebagai berikut:

l.Qualitatiye research has;the natural setting as the direct

source of data and the researcher is the key instrument.

2.Qualitative research is descrptive.

3.Qualitative researchers

are concerned-with_process rather

than

simply with outcomes or products.

4.Qulaitative researchers tend to analyze their data inductively.

5.'Meaning' is of essential concern to the qualitative approach.

Kutipan tersebut di atas menunjukkan adanya lima ciri

penelitian

kualitatif yaitu: sumber datanya adalah situasi yang wajar, peneliti

sebagai instrumen, sifatnya deskriptip, mengutamakan proses daripada

produk, mengutamakan data langsung, dan mencari makna dari perilaku

dan tindakan subyek penelitian. Ciri-ciri yang dikemukakan tersebut,

menjiwai

penelitian ini dan dijadikan pedoman-dalaa pelaksanaannya.

Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat:llokasi penelitian,

subyek penelitian, tekinik pengumpulan data, pengumpulan data,

cara

memperoleh tingkat kopercayaan hasil penelitian, dan

cara anaiisis

-.:=

data.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Bone Propinsi Su

lawesi Selatan. Secara singkat lokasi penelitian ini

dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan

Kantor Depdikbud Kecamatan merupakan tempat kerja

para

penilik sekolah sebagai salah satu pihak yang berkompeten me

laksanakan supervisi^pengajaran. Di sinilah dipikirkan dan

(22)

dilaksanakan oleh penilik sekolah.

Pada kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Keca matan ini akan diperoleh data dan informasi, terutama data

do-kumentasi, seperti: program kerja penilik sekolah, keadaan se

kolah, keadaan guru, fasilitas penunjang pengajaran, dan seba

gainya .

2. Sekolah Dasar

Sekolah Dasar sebagai tempat berlangsungnya proses be

lajar-mengajar (pengajaran) yang dilaksanakan oleh guru,

mem

punyai fungsi yang sangat strategis dan penting, karena di

si-nilah ditanamkan dasar-dasar pendidikan s'ebagai lanjutan. pen didikan dalam keluarga, teruatama pengembangan intelektual,mo ral, dan aspek sosial. Pendidikan di sekolah dasar merupakan fundasi yang sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik

pada tingkat pendidikan formal seianjutnya. Oleh karena itu

pengelolaannya menuntut personil-personil yang mempunyai ke mampuan profesional kependidikan yang memadai sesuai .dengan

tuntutan sekolah dasar yang Pbaik".

Kemampuan profesional guru-guru sekolah dasar terkait dengan pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh penilik sekolah dan kepala sekolah, sebagai supervisor peng ajaran yang mempunyai peranan memperbaiki pengajaran dengan memberikan pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional gu

(23)

52

Penelitian ini dilaksanakan pada tiga kecamatan di

kabupa

ten Bone propinsi Sulawesi Selatan, yaitu: (1) Kecamatan Tanete

Riattang, terletak di ibukota kabupaten, mewakili daerah

perkota-an, (2) Kecamatan Kahu, terletak jauh dari ibukota kabupaten, me

wakili daerah pedesaan, dan (3) Kecamatan Cina, terletak

tidak

jauh dari ibukota kabupaten, mewakili daerah antara

(perkotaan

dan pedesaan).

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek atau

responden

ialah penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru-guru Sekolah Da

sar (SD). Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak

di-tentukan sebelumnya, tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bah

wa konteks lebih penting daripada jumlah. Subino Hadisubroto

(1988: 12) mengemukakan bahwa "... peneliti kualitatif tidak akan

memulai dengan menghitung atau memperkirakan banyaknya

populasi

dan kemudian menghitung proporsi sampelnya sehingga

dipandang

sebagai yang telah representatif». Sedangkan S. Nasution-(1988:

32-33) menjelaskan bahwa: "Untuk memperoleh informasi

tertentu,

sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf 'redudancy',

ketun-tasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden

selanjutnya boleh dikatakan tidak l§gi diperoleh tambahan infor

masi baru yang berarti.

Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa besar sampel

ter-gantung informasi yang diberikan responden apabila sudah dianggap

(24)

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam pene

litian ini para penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru yang

di-pilih sebagai subyek penelitian, yaitu mereka yang dianggap

dapat

memberikan informasi sesuai dengan yang diperlukan dalam peneliti

an ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif pada umumnya teknik yang

digu

nakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan

(observasi),wawan-cara, dan studi dokumenter. Ketiga teknik tersebut digunakan dalam

penelitian ini deagan harapan dapat saling melengkapi dalam

mem

peroleh data yang diperlukan.

1. Observasi (pengamatan)

Guba dan Lincoln (1981: 191-193) menjelaskan

pentingnya

penggunaan pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu:

(1) Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara

lang

sung. pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk

menge-tes suatu kebenaran, (2) Teknik pengamatan juga memungkinkan

me-lihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku dan

kejadian

sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya, (3) Pengamtan

memungkinkan

peneliti mencatat

peristiwa dalam situasi

yang

berkaitan dengan

pengetahuan proposional maupun

pengetahuan

yang langsung diperoleh dari data, (4) Sering terjadi

keraguan

(25)

54

pewawancara dengan pihak yang diwawancarai, maka untuk mengecek

kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan peng

amatan, (5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu mema

hami situasi-situasi yang rumit dan kompleks, dan (6) Dalam

ka-sus-kasus tertentu, dimana teknik komunikasi lainnya tidak

di-mungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

berman-faat.

Penggunaan teknik pengamatan (observasi) dalam

peneli

tian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi (data) tentang:

a. Pendekatan yang digunakan penilik sekolah dalam

memberikan

pembinaan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan

guru-guru,

begitupula hubungan di antara mereka.

b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penilik sekolah dan kepala

sekolah sebagai supervisor pengajaran.

c. Hal-hal yang diamati penilik sekolah dan kepala sekolah pada

waktu mengadakan kunjungan atau observasi kelas.

d. Reaksi dan sikap yang diperlihatkan guru pada waktu

penilik

sekolah dan kepala sekolah mengadakan kunjungan atau

obser

vasi kelas.

e. Pendekatan yang digunakan kepala sekolah pada waktu memberi

kan pembinaan dan bimbingan kepada guru-guru bantunya.

f. Masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada pertemuan KKG.

g. Peranan penilik sekolah dan kepala sekolah pada

pertemuan

KKG.

h. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan KKG.

i. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada

per

(26)

j. Peranan kepala sekolah pada pertemuan rutin tiap hari sabtu.

k. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan rutin

tiap hari sabtu di sekolah.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pi

hak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang

diwawancarai

(interviewee) dengan maksud untuk memperoleh informasi

terten-tu. Wawancara dalam penelitian naturalistik kualitatif merupa

kan teknik pengumpulan data yang sangat penting, karena selain

sebagai alat pengumpul data yang berdiri sendiri, juga

ber

fungsi sebagai teknik penyerta atau pelengkap pada waktu meng

adakan observasi dan analisis dokumen (Bogdan dan Biklen,1982:

135).

Dalam beberapa literatur dikenal macam-macam wawancara,

namun S. Nasution (1988: 72) mengemukakan bahwa pada dasarnya

wawancara ada dua macam yaitu "wawancara berctruktur dan wa wancara tak berstruktur". Kedua macam wawancara ini biasanya

digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu pada taraf

permu-laan biasanya digunakan wawancara tak berstruktur yang

sifat-nya memberikan kebebasan kepada responden mengemukakan

buah

pikiran, pandangan, dan perasaannya. Setelah diperoleh

sejum-lah keterangan yang diperlukan, maka diadakan wawancara

yang

berstruktur dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terarah

kepada fokus masalah.

(27)

56

tersebut di atas dalam mengumpulkan iformasi atau data

yang

relevan dengan masalah yang diteliti. Penggunaan teknik wawan

cara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh infor

masi dan data tentang:

a. peesepsi dan penuhaman penilik sekolah terhadap peranannya

dalam pelaksanaan fungsi supervisi pengajaran.

b. Peesepsi dan pemahaman kepala sekolah dan guru

terhadap

peranan penilik sekolah dalam pelaksanaan fungsi supervisi

pengajaran.

c. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah terhadap peranannya

dalam pelaksanaan fungsi supervisi pengajaran.

d. Persepsi dan pemahaman guru terhadap peraaan kepala sekolah

dalam pelaksanaan supervisi pengajaran.

e. Sifat dan pendekatan yang digunakan penilik sekolah dan ke

pala sekolah dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada

guru.

f. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penilik sekolah dan kepala

sekolah dalam usaha memberikan pembinaan dan bimbingan ke

pada guru.

gi Pemahaman penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru terha

dap maksud dan tujuan kunjungan atau observasi kelas.

h. Intensitas dan frekuensi kunjungan atau observasi

kelas

yang dilakukan penilik sekolah dan kepala sekolah.

i. pertimbangan pemilihan kelas yang akan diobservasi penilik

(28)

j. Hal-hal yang diamati penilik sekolah dan kepala sekolah pa

da waktu mengadakan kunjungan atau observasi kelas.

k. Reaksi dan sikap yang diperlihatkan guru pada waktu penilik

sekolah atau kepala sekolah mengadakan kunjungan/observasi

kelas.

1. Masalah-masalah yang dibicarakan penilik sekolah dan kepala

sekolah mengadakan pertemuan dengan guru-guru.

m. Pemahaman penilik sekolah, kepala sekolah, pengurus KKG,dan

guru tentang maksud dan tujuan KKG.

n. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada per

temuan KKG*

o* Waktu dan frekuensi pertemuan KKG.

p. Peranan penilik sekolah dan kepala sekolah pada pertemuan

KKG.

q. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan KKG.

r. Manfaat yang diperoleh guru mengikuti pertemuan KKG.

s. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan efektivitas

kegiatan KKG.

t. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada per

temuan rutin tiap harisabtu.

u. Peranan kepala sekolah pada pertemuan rutin tiap hari sabtu.

3. Studi dokumenter

Diakui bahwa dalam penelitian

naturalistik kualitatif

(29)

58

melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi adapula sumber

lain bukan manusia (non human resources), di antaranya dokumen,

foto, dan bahan statistik (S.Nasution, 1988: 85).

Penggunaan teknik ini (studi dokumenter) tidak

memerlu-kan biaya, hanya memerlumemerlu-kan waktu untuk mempelajari dan

menga-nalisisnya. Hanya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

"(1) Apakah dokumen itu otentik atau palsu, (2) Apakah

isinya

dapat diterima sebagai kenyataan, dan (3) Apakah data itu cocok

untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti"(Sartono

Kartodirdjo, 1986: 63).

Penggunaan studi dokumenter dalam penelitian ini

dimak-sudkan untuk memperoleh data tentang:

a. Tugas dan fungsi penilik dan kepala sekolah.

b. Program kerja penilik dan kepala sekolah.

c. Frekuensi kunjungan/observasi kelas yang dilakukan penilik

dan kepala sekolah.

d. Hasil-hasil pembinaan kepada guru yang telah

diberikan oleh

Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah.

e. Keadaan guru setiap sekolah. f. Program kerja KKG.

* g. Fasilitas penunjang pengajaran.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengumpulan data, pene&ltii yang

ber

fungsi sebagai instrumen,penelitian berpedoinan pada prosedur atau

(30)

yaitu: tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap 'member check".

Tahap pertama: Orientasi lapangan

Sebelum mengadakan orientasi lapangan terlebih dahulu

pe

neliti mengurus izin- penelitian sebagai berikut:

a. Akhir bulan Juni 1990 mengurus izin penelitian di Direktorat

Sosial Politik Propinsi Jawa Barat sebagai rekomendasi

untuk

mengurus izin penelitian di Direktorat Sosial Politik Propinsi

Sulawesi Selatan.

b. Awal bulan Juli 1990 mengurus izin penelitian di Direktorat

Sosial Politik Propinsi Sulawesi Selatan dan Direktorat Sosial

Politik Kabupaten Bone.

c. Perteagahan bulan Juli 1990 mengadakan orientasi lapangan - di

lokasi penelitian. Pada waktu mengadakan orientasi lapangan

ini peneliti berusaha mengidentifikasi dan memilih

masalah

yang akan dijadikan fokus penelitian.

Tahap kedua: Eksplorasi (Tahap pengumpulan data)

Tahap kedua ini merupakan kegiatan pengumpulan data di la

pangan yaitu di tiga kecamatan: Kecamatan Tanete Riattang,

keca

matan Kahu, dan kecamatan Cina. Kegiatan pengumpulan data ini di

lakukan mulai tanggal 1 Agustus 1990 sampai dengan Oktober 1990.

Dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi

doku

menter, penulis berusaha semaksimalmungkin menggali informasi

yang berhubungan dengan masalah atau fokus penelitian.

Tahap ketiga: "Member check"

(31)

60

data baik melalui observasi, wawancara, maupun melalui studi do

kumenter. Sedangkan kegiatan "member check" secarakumulatif dila kukan setelah pengumpulan data selesai secara keseluruhan dalam

arti penulis menganggap bahwa data yang diperlukan dalam peneli

tian ini sudah cukup, yaitu minggu terakhir bulan Oktober 1990.

"Member check" kumulatif ini terutama terhadap data yang diperoleh dari penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru.

E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan

erat dengan pemenuhan kriteria "kredibilitas ("validitas

inter

nal"), transferabilitas ("validitas eksternal"), dependabilitas

("reliabilitas"), dan konfirmabilitas ("objectivitas")n(S.Nasution,

1988: 114).

1. Kriteria kredibilitas

Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kriteria ini dilaku

kan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengadakan pengamatan secara kontinu

Dengan pengamatan yang .'terus menerus atau kontinu,pe neliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat,

ter-inci dan mendalam (S.Nasution, 1988: 115). Dalam

penelitian

ini penulis melakukan pengamatan secara kontinu dalam kurun

waktu tiga bulan, sehingga penulis dapat memberikan deskrip

(32)

b. Mengadakan triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencocokkan kebenaran data

dengan cara membandingkannya dengan data yang deperoleh dari

sumber lain (S.Nasution, 1988: 115). Dalam penelitian

ini,

penulis melakukan triangulasi dengan cara: (1) membandingkan

informasi (data) yang sama yang diperoleh melalui teknik ob

servasi dan teknik wawancara, (2) membandingkan

informasi

(data) yang sama yang diperoleh

(bersumber) dari

penilik

sekolah dan guru, (3) membandingkan informasi (data) yang sa

ma. yang bersumber dari kepala sekolah dan guru, (4) memban

dingkan informasi (data) yang sama yang bersumber dari peni

lik sekolah dan kepala sekolah, (5) membandingkan informasi

(data) yang sama yang bersumber dari penilik sekolah

dan

pengurus KKG, dan (6) membandingkan informasi (data)

yang

sama yang bersumber dari pengurus KKG dan guru. c. Mengadakan "member check"

Tujuan "member check" ialah agar informasi yang diper

oleh dalam penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan

oleh informan (S.Nasution, 1988: 118). Jadi kegiatan "member

check" ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh keyakin-an terhadap kebenarkeyakin-an data ykeyakin-ang bersumber dari responden.

Dalam penelitian ini penulis mengadakan "member check"

terhadap informasi (data yang diperoleh dari: (1) hasil

wa

wancara dengan penilik sekolah, (2) hasil wawancara

dengan

(33)

62

2. Kriteria transferabilitas

Nilai transfer dalam penelitian berkenaan dengan perta

nyaan: sejauhmanakah hasil penelitian tersebut dapat

diaplikasi-kan atau digunadiaplikasi-kan dalam situasi lain. Menurut S.Nasution (1988:

119): "Bagi peneliti naturalistik, transferability tergantung

pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu

dapat

mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu". Berdasarkan

kutipan ini, maka dapat dikatakan bahwa pengaplikasian hasil pe

nelitian ini tergantung kepada penilik sekolah dan kepala seko

lah sebagai pelaksana supervisi pengajaran di sekolah.Dalam hal ini

penulis hanya melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan,

transfer aplikasinya tergantung kepada yang berkompeten

dalam

pelaksanaan supervisi pengajaran. 3. Dependabilitas dan konfirmabilitas

Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan dengan masa

lah kebenaran penelitian naturalistik yang ditunjukkan dengan

dilakukannya proses "audit trail" (Lincoln dan Guba, 1985: 319).

Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak,

sedanglan

"audit" artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang

melahirkan

keyakinan. Agar dapat dilakukan proses "audit trail" dalam pene

litian ini, maka penulis berusaha menyusun dan menyimpan:

(a) data mentah yang diperoleh sebagai hasil observasi, wawanca

ra, dan studi dokumenter, (b) hasil analisis data berupa

rang-kuman, konsep-konsep, dan sebagainya, (c) hasil sintesis data,

seperti: tafsiran, konsep-konsep, dan sebagainya, dan (d)

(34)

disain, strategi, prosedur, dan sebagainya.

F. Cara inalisis Data

Analisis data dalam penelitian naturalistik kualitatif,

me-nurut Moleong (1989: 112) yang mengutip pendapat Patton, adalah

"proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

suatu

pola, kategori, dan situasi uraian dasar". Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang dihadapi oleh para pe

neliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya prose

dur yang baku yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data.

Oleh karena itu peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau ca

ra yang dianggap sesuai dengan sifat penelitiannya.

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses

menyusun data agar dapat ditafsirkan dan dapat diketahui maknanya.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik melalui observa

si, wawancara, maupun melalui studi dokumenter, langsung diana

lisis.

2. Penganalisisan yang dilakukan setiap selesai pengumpulan data,

diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan

makna

yang terkandung di dalamnya.

3. Membuat kategorisasi dan unitisasi data dengan

mengkodingkan

data, sehingga data mentah yang terkumpul dapat

ditransformasi-kan dengan sistimatis menjadi unit-unit yang dapat

dicandrakan

(35)

64

unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data terkumpul semua,

tetapi dilakukanpula selama proses pengumpulan data.

4. Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informasi

(data)

yang sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan da

ta (observasi, wawancara, dan studi dokumenter), di samping mem

bandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari berba

gai sumber (responden).

5. Mengadakan "member check" dengan penilik sekolah, kepala sekolah

dan guru-guru sebagai sumber utama informasi (data) dalam

pene

litian ini. Kegiatan "member check" ini penulis lakukan setiap selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan

responden.,Se-dangkan "member check" terakhir dilakukan setelahselesai pengum

pulan data secara keseluruhan.

6. Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha

mengu-ji validitas data yang terkumpul.

7. Memberikan tafsiran sebagai usaha menemukan makna yang

terkan-dung dan diperoleh dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara

terus-menerus sejak saat kegiatan pengumpulan data di lapangan sampai se

(36)

KESIMPULAN DAN KOMENTAR

Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan dan komentar da ri pembahasan hasil penelitian sebagai penutup tulisan ini.

A. Kesimpulan

1. Pemahaman Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah terhadap peranan?-nya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran merupakan salah sa tu faktor penting dalam upaya mewujudkan pelayanan supervisi pengajaran yang efektif. Begitupula pemahaman guru terhadap

peranan Fenilik Sekolah dan Kepala Sekolah tersebut, karena

merekalah yang menjadi obyek atau sasaran pelayanan supervisi

pengajaran. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Penilik Se

kolah dan Kepala Sekolah memahami dengan. jelas peranannya ma sing-masing dalam pelaksanaan supervisi pengajaran.

Demikian-pula halnya guru, mereka memahasd. peranan Penilik Sekolah

dan

Kepala Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran terse

but.

Adanya kesesuaian pemahaman ini melahirkan interaksi

positif yang saling mendukung antara Penilik Sekolah dan Kepa la Sekolah sebagai pihak yang memberikan pembinaan dan bim

bingan (supervisor pengajaran) dengan guru sebagai pihak

yang

dibina dan dibimbing. Interaksi positif ini tercermin pada si

kap dan perilaku mereka pada setiap upaya pembinaan dan

bim

bingan ke arah perbaikan pengajaran.

(37)

148

2. Hasil penelitian mengungkapkan bahva pendekatan

kekeluargaan

(pendekatan informal) yang selama ini digunakan Penilik

Seko

lah dan Kepala Sekolah dalam kegiatan pembinaan dan bimbingan kepada guru, telah melahirkan hubungan kolegialitas yang akrab. dan intim antara Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dengan. gu

ru. Dampak positifnya terhadap pelayanan supervisi pengajaran, guru secara terbuka tanpa rasa segan dan takut menyampaikan

setiap masalah pengajaran atau kesulitan-kesulitan yang diha dapinya dalam.pelaksanaan proses belajar-mengajar kepada -Pe

nilik Sekolah gtau kepada Eepa-la Sekolah untuk mendapatkan

pmebinaan dan bimbingan.

Hubungan kolegialitas yang akrab dan intim antara Peni lik Sekolah dan. Kepala Sekolah sebagai supervisor pengajaran dengan guru sebagai obyek supervisi pengajaran, merupakan kon disi yang kondusif bagiefektivitas pelayanan supervisi peng ajaran dalam upaya perbaikan proses belajar-mengajar pada

khu-susnya, dan perbaikan pengajaran pada umumnya.

3. Hasil penelitian tentang kegiatan kunjungan dan observasi ke las dengan. beberapa aspek yang mempengaruhinya, dapat disim-pulkan:

a. Terdapat kesesuaian pemahaman antara Penilik Sekolah dan

Kepala Sekolah dengan guru tentang maksud dan tujuan kun

jungan dan observasi kelas.

(38)

Sekolah dan Kepala Sekolah pada waktu mengadakan kunjungan dan observasi kelas, yaitu: suasana kelas, pelaksanaan pro ses belajar-mengajar, dan pajangan-pajangan kelas.

c. Sikap positif guru terhadap kunjungan dan observasi kelas

merupakan hal yang esensil dan sangat berarti bagi upaya pengidentifikasian masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar untuk kepentingan pem

binaan dan bimbingan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah ke

pada guru.

d. Dilihat dari aspek frekuensi dan intensitas kunjungan dan observasi kelas, Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah telah

berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan waktu

yang dimiliki masing-masing dalam memonitoring dan meng identifikasi masalah-masalah pengajaran dalam pelaksanaan

proses belajar-mengajar. Walaupun diakui bahwa belum

dapat

merekam semua masalah pengajaran yang mungkin muncul dan yang dihadapi guru, mengingat ketrebatasan kem mpuan, wak

tu, dan fasilitas yang tersedia. Namun kegiatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan Penilik Sekolah dan Ke

pala Sekolah telah memberikan sumbangan yang sangat berarti

bagi pembinaan dan bimbingan kepada guru dalam rangka per

baikan pengajaran.

Kegiatan pertemuan dan bimbingan

kepada guru, baik yang

dila

kukan Penilik Sekolah, maupun yang dilakukan Kepala Sekolah,

(39)

150

yang dihadapi guru. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan

bahwakegiatan pertemuan dan bimbingan tersebut, cenderung le

bih menitik beratkan pada pertemuan dan bimbingan secara ko

lektif, terutama melalui pertemuan KKG dan. pertemuan rutin.

setiap hari sabtu. Kecenderungan ini bagi Penilik Sekolah da

pat dimengerti, mengingat jumlah .sekolah atau guru yang ada dalam wilayah kepenilikannya cukup banyak, yaitu dalam satu wilayah kepenilikan terdiri dari 9-12 buah sekolah atau

kurang lebih 60 - 80 Orang guru. Dengan jumlah yang demikian

besarnya, pemberian bimbingan akan lebih efektif apabila di lakukan secara kolektif. Namun demikian, Penilik Sekolah ti

dak mengabaikan pembinaan dan bimbingan secara individual, tetap dilakukannya sesuai dengan kesempatan yang ada.

Kepala Sekolah mempunyai kesempatan lebih banyak ber hubungan dengan. guru, tetapi Kepala Sekolah juga harus me ngerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas administratif, se

hingga adakalanya kegiatan pertemuan dan bimbingan secara individual tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Tetapi

setiap masalah pengajaran yang muncul dan dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, diusahakan alternatif pe-mecahannya melalui bimbingan secara individual atau secara ke

lompok.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan perte

(40)

dimilikinya. Dan hal ini telah memberikan manfaat yang sangat

berarti, baik bagi pengembangan diri: dan peningkatan kemampuan

guru, maupun bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

5. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa KKG sebagai wadah perte muan dan diskusi guru, telah difungsikan dengan baik dalam meaibicarakan dan mendiskusikan alternatif pemecahan masalah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses bela jar-mengajar, baik yang bersumber dari guru, maupun yang ber

sumber dari kunjungan dan observasi kelas oleh Penilik Sekolah. Kehadiran organisasi KKG di lingkungan kerja guru-guru

Sekolah Dasar di Kabupaten Bone.Propinsi Sulawesi Selatan te lah memberikan nilai tambah dan manfaat yang sangat berarti

bagi guru, terutama pada pertumbuhannya dalam jabatan. Karena

melalui pertemuan dan diskusi KKG ini: (l) pengalaman,

kemam

puan dan keterampilan mengajar;

guru

meningkat, (2) sikap

kri-tis, terbuka, dan percaya diri guru tumbuh dan berkembang se

cara positif, dan (3) gairah dan motivasi kerja guru

mening

kat.

(41)

152

6. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pertemuan rutin yang di

adakan pada setiap hari sabtu di sekolah, berfungsi sebagai

forum diskusi yang mempertemukan kebutuhan profesional guru, terutama dalam membicarakan dan mendiskusikan alternatif peme

cahan masalah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan

proses belajar-mengajar pada minggu itu.

Sehubungan dengan fungsinya tersebut, hasil penelitian

mengungkapkan bahwa kegiatan pertemuan rutin setiap hari sabtu

tersebut memberikan manfaat kepada guru dalam hal-hal sebagai

berikut: (l) guru menjadi terlatih melihat dan mengidentifika si masalah-masalah pengajaran yang dirasakan dan dihadapi da

lam pelaksanaan proses belajar-mengajar, (2) guru-guru berada

dalam situasi hubungan profesional yang akrab, (3) guru terla

tih dan berani mengemukakan ide, pikiran, dan pendapatnya ter

hadap masalah-masalah pengajaran yang muncul dan alternatif

pemecahannya, dan (4) merangsang tumbuhnya rasa percaya

diri

guru, karena ide, pikiran, dan pendapatnya diterima dan

dihar-gai oleh Kepala Sekolah dan teman-teman sejawatnya.

7. Dalam penelitian ini teridentifikasi tiga macam kegiatan pokok

yang dilakukan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah sehubungan

dengan pelaksanaan supervisi pengajaran, yaitu: kunjungan

dan.

observasi kelas, pertemuan dan bimbingan kepada guru, dan

meng-aktifkan pertemuan KKG dan pertemuan rutin. Ketiga macam

ke

(42)

kunjungan dan observasi kelas berkaitan dengan kegiatan per

temuan dan bimbingan kepada guru danr

kegiatan

pertemuan

KKG/

pertemuan rutin.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah sebagaimana dikemukakan di atas, baru merupakan

sebagian dari sekian banyak metode dan teknik supervisi peng ajaran atau pembinaan profesional guru yang dapat digunakan. Hal ini disebabkan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki Pe

nilik Sekolah dan Kepala Sekolah, terutama dalam hal: kemam

puan, waktu , dan fasilitas penunjang.

B. Komentar

Pada bagian ini dikemukakan beberapa komentar sehubungan

dengan hasil penelitian yang telah diperoleh.

1. Dari data dokumentasi diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan

masih berkualifikasi pendidikan menengah atas (SGA, SPG,

dan.

KPG). Rendahnya kualifikasi pendidikan dari guru-guru ini me rupakan indikator rendahnya pula kemampuan akademis atau ke mampuan profesional yang dimilikinya. Hal ini mempengaruhi kualitas hasil belajar peserta didik yang diajarnya. Oleh ka rena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari para pem

bina (Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah) untuk lebih

mening

(43)

154

lebih baik dari keadaan sekarang. Karena hanya dengan demikian baru dapat diharapkan pelaksanaan proses belajar-mengajar le bih meningkat dan lebih baik.

2. Sebagaimana hasil penelitian mengungkapkan bahwa Penilik Seko

lah dan Kepala Sekolah telah melakukan secara intensif tiga macam kegiatan pokok dalam usaha pelayanan supervisi pengajaran atau pembinaan dan bimbinga profesional kepada guru, yaitu: kegiatan kunjungan dan observasi kelas, kegiatan pertemuan dan bimbingan kepada guru, dan kegiatan KKG dan pertemuan rutin.

Kegiatan-kegiatan ini telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perbaikan proses belajar-mengajar secara ke seluruhan. Namun untuk lebih meningkatkan efektivitas pelayan

an supervisi pengajaran, Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah

dapat lebih mengembangkan dan lebih mengvariasikan lagi

usaha-usaha atau kegiatan-kegiatannya, seperti: kegiatan seminar, kegiatan pertemuan ilmiah, kegiatan kunjungan antar sekolah, kegiatan penelitian, dan kegiatan-kegiatan lain yang relevan. dan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan dan per baikan proses belajar-mengajar.

3, Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam kegiatan pertemuan dan bimbingan terhadap pemecahan masalah-masalah pengajaran.

yang dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar,

Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah adakalanya mengalami kesu

litan, karena keterbatasan kemampuan dan keterampilan

dalam

(44)

Hal ini dapat dimengerti mengingat para Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah ;tidak.pernah dipersiapkan dan dididik untuk

menduduki jabatan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah. Penilik Sekolah diangkat dari kalangan Kepala Sekolah yang dianggap

pretasi kariernya baik, berpengalaman, dan senioritas.

Begitu-pula halnya Kepala Sekolah, diangkat dari kalangan guru yang dianggap berprestasi baik dalam mengajar, berpengalaman, dan senioritas. Oleh karena itu perlu dipikirkan dan ditempuh langkah-langkah pembinaan kepada para Penilik Sekolah dan pa ra Kepala Sekolah melalui pendidikan atau kepelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam bi dang tugasnya masing-masing. Karana hanya dengan demikian baru dapat diharapkan mampu memberikan pembinaan dan bimbing an secara efektif kepada guru.

4. Sebagaimana hasil penelitian mengungkapkan bahwa kegiatan ke

lompok kerja guru (KKG) telah memberikan sumbangan yang

sa

ngat berarti terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan

mengajar guru dan terhadap perbaikan proses belajar-mengajar,

maka

..Kelompok

Kerja

Kepala

Sekolah

(KKKS) sebagai wadah

dan forum pertemuan dan diskusi kepala sekolah, dan kelompok

kerja penilik sekolah (KKPS) sebagai wadah dan forum

perte

muan dan diskusi penilik sekolah, yang selama ini belum

ber

fungsi sebagaimana mestinya, diharapkan dapat difungsikan dan

(45)

156

adanya pertemuan dan diskusi secara intensif dan rutin dari

KKK3 dan KKPS, akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah. Hal ini sangat bermanfaat

dan membantu terhadap upaya-upaya pembinaan dan bimbingan ke pada guru yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Telah diungkapkan bahwa penelitian ini diadakan hanya terbatas

pada kegiatan pelayanan supervisi pengajaran bagi guru,

dide-kati dari aspek proses, maka diharapkan diadakan penelitian

tentang efektivitas peleyanan supervisi pengajaran yang

dide=

kati dari aspek hasil yang dicapai. Demikianpula dapat

diada

kan penelitian tentang supervisi pengajaran

dari aspek-aspek

lain, seperti: dari aspek kurikulum, sarana dan fasilitas,

(46)

Achmad Sanusi, 1990, Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Fakultas Pasca Sarjana Institut Kegu

ruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Acheson, Keith A. dan Meredith, D. Gall, 1980, Techniques

in

the

Clinical Supervision of Teachers: Preservice and Inservice Applications, Longman, Inc., New York.

Adam Ibrahim Indrawijaya, 1983, Perilaku Organisasi. Sinar, Bandung.

Alfonso, R.J., Firth, G.R. dan Neville, R.F., 1981,

Instructional

Supervision: A Behavior System. Aliyn and Bacon, Inc., Boston.

Anwar Jasin, Kemampuan Mengajar Guru SD Masih Terikat Petunjuk Atasan.

Kompas, 14 Maret 1991, Jakarta.

Baharuddin Harahap, 1983, Supervisi Pendidikan Yang Dilakukan

Oleh

Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. PT. Ciawijaya,

Jakarta.

Beeby, C.E., 1966, The Quality of Education in Developing

Countries.

Harvard University press, Cambridge, Massachusetts.

1987, Pendidikan di Indonesia. Terjemahan BP3K

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, LP3FS, Jakarta.

Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp, 1982, Qualitative Research

for Education: An.Introduction, to Theory and Methods. Allyn. and

Bacon, Inc., Boston-London-Sydney-Toronto.

Burch, B.G. dan Danley, W.E., 1980, The Instructional Leadership:

Role of Central Office Supervisors, Educational Leadership.

37,

8, 636-638

Burgess, R.G., 1985, Field Methods in the Study of Education.

The

Falmer Press, London.

Burton, W.H. dan Lee, J. Bruckner, 1955, Supervision. Applenten. Cen

tury-Croft, Inc., New York.

Castetter, William B., 1981, Personnel Function, in Educational Ad

ministration, Macmillan Publishing Co., Inc., New York.

Dachnel Kamars, 1985, Pengawasan Pendidikan Melekat, Makalah

disam-paikan pada Temu Pendapat Sarjana Administrasi Pendidikan,

tang-gal 4 Juli 1985 di Bandung.

(47)

158

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984, Keputusan Menteri Pendi

dikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0304/1984 Tentang

Perincian Tugas Satuan Organisasi, Koordinator Urusan Administra si, Pengawas. dan Penilik di Lingkungan Instansi Vertikal Deper-temen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

_, 1988, Pengawasan Melekat dan Kaitannya dengan Kebi.jaksanaan

Mendikbud, Jakarta.

t

1989, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

1989

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

, 1989/1990, Pedoman Supervisi dan Pembinaan Profesional Guru

Sekolah Dasar. Jakarta.

, 1990/1991, Pedoman Administrasi Sekolah Dasar, Jakarta.

Djam'an Satori, 1989, Pengembangan Model Supervisi Sekolah

Dasar.

Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.

Engkoswara, 1987, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan

Ting

gi, Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan, Jakarta.

, 1984, Menata fflningVatan Kualitas Manusia Indonesia Tinggal

Landas, Orasi Ilmiah disampaikan dalam rangka penerimaan

Guru

Besar Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung.

Finch, R. Curtis dan Robert, L. McGough, 1982, MnHnistoring and

Su-pervising Occupational Education, Prentice-Hall, Inc., Englewood

Cliffs, New Jersey.

Glickman, Garl D., 1985, Supervision of Instruction. Allyn and Bacon,

Inc., Boston-London-Sydney-Toronto.

Goetzs, Judith P. dan LeCompte, Margaret D., 1981, Etnographic

Re

search and the Problem of Data Education, Anthropology and

Edu-cation Quarterly. 12, 51-70

Good, Carter V., 1973, Dictionary of Education. McGraw-Hill Book

Company, New York.

Guba, Egon G. dan Yvonna, S. Lincoln, 1981, effective Evaluation,

Jossey-Bass Publishers, San Francisco.

Harris, Ben M., 1985, Supervisor Behavior in Education. Prentice-Hall,

(48)

Harris, Chester, 1959, Encyclopedia of Educational Researchf N. J. McGraw-Hill Company, Inc., New York.

Jarvis, D.T. dan Pounds, H.R., 1969, Organizingf Supervising and

Ad

ministrating the Elementary School. Parker Publishing Company,

Inc., New York.

Leeper, R. Robert, I969, Supervision Emerging; Profession.

ASCD NEA,

Washington D.C.

Lincoln, J.S. dan Guba, E.G., 1985, Naturalistic Inquiry. Sage Pub lishing, Inc., London.

Lofland, John dan Lofland, Lyn H., 1984, Analyzing Social Settings: A Guide to Qualitative Observation and Analysis. Belmont,Wadsworth Publishing Company.

Lovell, J.T. dan Phelps, M.S., 1977, Supervision in Tennessee as Per ceived by Teachers, Principals and Supervisors, Educational Leader

ship. 35, 3, 226-228

Martorana, S.V. dan Kuhns, E., 1975, Managing Academic Change, Jossey-Bass Publ

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berpedoman pada sastra di atas, bahwa seorang pemangku tugas pokoknya tidak cukup memberikan pelayanan kepada umat dalam rangka menyelesaikan upacara yajna

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi menerima pengajuan penerbitan NUPTK dari sekolah dalam aplikasi verval PTK dengan melakukan pemeriksaan berkas persyaratan

(5) Direktur Jenderal melaporkan secara tertulis kepada Menteri atas setiap permohonan izin prinsip yang dianggap disetujui, paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah

Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari PDB riil per kapita negara tujuan ekspor, daya saing kakao olahan, harga riil ekspor kakao olahan, jumlah penduduk

Selain itu, hasil penelitian tersebut juga di dukung oleh Sohail et al (2013) yang menyatakan bahwa pasien stroke dengan kadar HDL yang rendah memilki

Menganalisis karakeristik perilaku menyiap kendaraan ringan yang meliputi kecepatan menyiap (passing speed) dan kecepatan disiap (passed speed), jarak lateral, jarak

Penelitian (Nuruni Ika 2011: 27) menyatakan bahwa kepercayaan merek berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. Kepercayaan meningkatkan nilai dari

Ritus kolektif pada pantang larang masyarakat Melayu Pontianak di dapat dilihat pada prosesi perkawinan dan masa kehamilan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pantang larang