Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA WANITA MUSLIMAH BERCADAR USIA DEWASA AWAL
DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi
Oleh
Qhorryisza Maliani 0800666
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN IINDONESIA
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BANDUNG
Oleh
Qhorryisza Maliani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Qhorryisza Maliani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i ABSTRAK
Qhorryisza Maliani (0800666). Hubungan antara Religiusitas dengan Resiliensi
pada Wanita Muslimah Bercadar Usia Dewasa Awal di Kota Bandung. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 2013.
Cadar dalam Islam adalah jilbab yang tebal dan longgar, yang menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan (Shihab, 2010). Prasetyo (2007) mengyatakan bahwa cadar merupakan salah satu indikator wanita dewasa awal memiliki nilai religiusitas. Keputusan yang dibuat seorang muslimah untuk pada akhirnya menggunakan cadar sangat rentan akan konflik, baik konflik yang terjadi pada diri perempuan bercadar (within people) maupun konflik antara perempuan bercadar dengan orang lain atau masyarakat (between people), (Wijayani, 2008). Kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada disebut sebagai resiliensi (Davis, 1999). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran umum tingkat religiusitas dan resiliensi, serta mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Subjek penelitian adalah wanita muslimah usia dewasa awal yang menggunakan cadar di Kota Bandung; berjumlah 40 orang. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik korelasional. Pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat religiusitas muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung berada pada tingkat tinggi. tingkat resiliensi muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung berada pada tingkat sedang. Serta terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas dan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung, dengan korelasi 0,605. Dengan demikian, semakin tinggi nilai religiusitas individu maka semakin tinggi pula tingkat resiliensinya. Dapat disimpulkan bahwa tingkat religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal yang menggunakan cadar di Kota Bandung berada pada kategori tinggi. Penulis merekomendasikan kepada wanita muslimah bercadar agar dapat mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang tidak hanya memperkaya pengetahuan mengenai agama tetapi juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga cadar tidak lagi dikatakan sebagai sebuah simbol penolakan wanita muslimah bercadar usia usia dewasa awal untuk bergabung dengan masyarakat
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii ABSTRACT
Qhorryisza Maliani (0800666). The relationship between religiosity with veiled
Muslim women Resilience in Women Age Adults Beginning in the city of Bandung. Thesis. Department of Psychology Faculty of Education University of Education Indonesia. Bandung.2013.
Hijab veil in Islam is a thick and loose, covering the entire genitalia including the face and hands (Shihab, 2010). Prasetyo (2007) said, that the veil is one of the early indicators of adult women have a religious value. Decisions made at the end of a Muslim to use the veil is very vulnerable to conflict, whether the conflict on women veiled themselves (within people) as well as the conflict between veiled women with other people or community (between people), (Wijayani, 2008). Individual's ability to confront and resolve conflict is referred to as resilience (Davis, 1999). The purpose of this study to describe the general level of religiosity and resilience, as well as determine the relationship between the two variables. Subjects were Muslim woman early adulthood using the veil in Bandung; numbered 40 people. The method used is descriptive research with correlational techniques. Hypothesis testing is done by nonparametric statistics using Spearman Rank correlation test. The results showed that the level of veiled Muslim religiosity in early adulthood Bandung is at a high level. Veiled Muslim resilience level early adulthood in Bandung is at a medium level. And there is a positive and significant relationship between religiosity and resilience veiled Muslim woman early adulthood in the city of Bandung, with a correlation of 0.605. Thus, the higher the value of individual religiosity, the higher the level resiliensinya. It can be concluded that the level of religiosity and resilience early adulthood Muslim woman using veil in Bandung at the high category. The authors recommend to veiled Muslim woman to attend religious activities not only enrich knowledge about religion but also to socialize with people, so the veil is no longer regarded as a symbol of resistance to the veiled Muslim woman early adult age to join the community
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
E. Struktur Penulisan Skripsi ... 10
BAB II RELIGIUSITAS DAN RESILIENSI ... 12
A. Religiusitas ... 12
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 47
B. Desain Penelitian ... 48
C. Variabel dan Definisi Operasional ... 49
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 60
F. Teknik Pengumpulan Data ... 67
G. Teknik Analisis Data ... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72
A. Hasil Penelitian ... 72
B. Pembahasan ... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91
A. Simpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN ... 98
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas ... 52
Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi ... 54
Tabel 3.3. Kategorisasi Religiusitas ... 56
Tabel 3.4. Kategorisasi Dimensi Keyakinan ... 57
Tabel 3.5. Kategorisasi Dimensi Peribadatan ... 57
Tabel 3.6. Kategorisasi Dimensi Pengamalan ... 57
Tabel 3.7. Kategorisasi Dimensi Pengalaman ... 58
Tabel 3.8. Kategorisasi Resiliensi ... 58
Tabel 3.9. Kategorisasi Dimensi Regulasi Emosi ... 59
Tabel 3.10. Kategorisasi Dimensi Pengendalian Impuls ... 59
Tabel 3.11. Kaegorisasi Dimensi Optimisme ... 59
Tabel 3.12. Kategorisasi Dimensi Causal Analisis ... 60
Tabel 3.13. Kategorisasi Dimensi Empati ... 60
Tabel 3.14. Dimensi Self Efficacy ... 60
Tabel 3.15. Kategorisasi Dimensi Reaching Out ... 60
Tabel 3.16. Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Religiusitas ... 62
Tabel 3.17. Kisi-kisi instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba ... 63
Tabel 3.18. Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Resiliensi ... 64
Tabel 3.19. Kisi-kisi instrumen Resiliensi Setelah Uji Coba ... 64
Tabel 3.20 Koefisien Reliabilitas Guilford ... 66
Tabel 3.21. Uji Normalitas ... 68
Tabel 3.22. Uji Kelinieran ... 70
Tabel 3.23. Pedoman Koefisien Korelasi ... 71
Tabel 3.24. Kriteria Signifikansi Korelasi ... 71
Tabel 4.1 Kategorisasi Religiusitas ... 72
Tabel 4.2 Gambaran Data Religiusitas ... 73
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv
Tabel 4.4 Kategorisasi Resiliensi ... 75
Tabel 4.5 Gambaran Data Resiliensi ... 75
Tabel 4.6 Gambaran Data Resiliensi per Dimensi ... 76
Tabel 4.7 Korelasi Variabel Religiusitas terhadap Variabel Resiliensi .... 77
Tabel 4.8 Uji Kelinieran ... 79
Tabel 4.9 Besar Peranan Religiusitas terhadap Resiliensi ... 79
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Gambaran Data Religiusitas ... 73
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1.1 Data Penelitian Kuesioner Religiusitas... 99
1.2 Data Penelitian Kuesioner Resiliensi ... 103
1.3 Skor Mentah Religiusitas ... 107
1.4 Skor Mentah Resiliensi ... 112
1.5 Hasil Uji Coba Instrumen Religiusitas ... 117
1.6 Hasil Uji Coba Instrumen Resiliensi ... 119
1.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas ... 121
1.8 Hasil Uji Validitas Variabel Religiusitas ... 121
1.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Resiliensi ... 123
1.10 Hasil Uji Validitas Variabel Resiliensi ... 123
1.11 Sebaran Data Variabel Religiusitas ... 126
1.12 Sebaran Data Variabel Religiusitas per Dimensi ... 127
1.13 Sebaran Data Variabel Resiliensi ... 129
1.14 Sebaran Data Variabel Resiliensi per Dimensi ... 130
1.15 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
1.16 Surat Izin Penelitian
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang
pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah
laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut
timbul karena tercantumnya pasal 29 ayat 1 dalam Undang-undang Dasar
1945 yang menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa dan juga adanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dasar
Negara Pancasila (Daradjat, 1989).
Sejak tahun 1980-an mulai tampak fenomena-fenomena yang
mengindikasikan menguatnya religiusitas umat Islam. Fenomena-fenomena
yang menunjukkan peningkatan religiusitas umat Islam di Indonesia ini salah
satunya muncul dalam bentuk merebaknya penggunaan busana islami,
Rahmat (dalam Wijayani, 2008).
Rahmat (dalam Wijayani, 2008) juga mengungkapkan bahwa salah
satu fenomena menarik terkait dengan merebaknya penggunaan busana islami
adalah penggunaan cadar dikalangan muslimah.
Cadar dalam Islam adalah jilbab yang tebal dan longgar, yang
menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan (Shihab, 2010).
Cadar biasa dikenakan oleh istri Rasullullah SAW dan isteri para sahabat.
memiliki perbedaan pendapat, ada yang berpendapat hukumnya wajib
(Mahzab Safi’i) dan ada yang mengatakan hukumnya sunnah dan merupakan
keutamaan bila melakukannya (Mahzab Maliki dan Hanafi). Kedua pendapat
tersebut berangkat dari penafsiran yang berbeda terhadap satu ayat pada Al
Qur’an, yaitu surat Annur ayat 31 :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa nampak dari mereka dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau perempuan-perempuan muslim atau hamba-hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak punya hasrat (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.”
Dasar dari penggunaan cadar adalah untuk menjaga perempuan
sehingga tidak menjadi fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan
muhrim (Stowasser, 1993).
Orang dewasa awal lebih memerhatikan hal-hal keagamaan jika
dibesarkan di lingkungan yang erat dengan keagamaan serta memiliki
tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan
(Hurlock, 1990).
Dalam konteks sosial, keberadaan perempuan bercadar masih belum
dapat diterima secara penuh oleh masyarakat. Terdapat persepsi sosial yang
negatif terhadap perilaku bercadar yang mereka lakukan. Penggunaan cadar
hubungan antar pribadi dalam bermasyarakat. Al- Asymawi (dalam Shihab,
2010) menganggap penggunaan cadar sebagai hambatan untuk menciptakan
keadaan yang lebih baik, dimana hubungan positif di antara masyarakat
menjadi semakin sulit karena melihat wajah adalah sesuatu yang fundamental
dalam hubungan antar sesama (Shihab, 2010).
Kondisi yang berkembang saat ini juga menempatkan cadar lekat
dengan fenomena teroris ataupun gerakan-gerakan islam radikal (Prasetyo,
2007). Fenomena radikalisme keagamaan akhir-akhir ini berupa teror
peledakan yang melambungkan beberapa nama seperti Amrozi, Imam
Samudra, dan Ali Imron, kerap menyisakan sosok perempuan bercadar yang
berada di balik mereka. Dengan dasar inilah kemudian sebagian masyarakat
mengasosiasikan keberadaan setiap perempuan bercadar dengan teroris. Sikap
yang ditunjukkan oleh masyarakat ini disebut oleh Baron dan Byrne (2004),
dengan istilah prasangka.
Di sisi lain, bila di lihat dari sudut pandang psikologis perempuan
memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian dari lawan jenis untuk
memenuhi kebutuhan tahap perkembangannya. Hyde dan Rosenberg (dalam
Wijayani, 2008), mengungkapkan bahwa sejak pubertas perempuan telah
mendapatkan sosialisasi dari masyarakat bahwa terdapat kelebihan dari
bentuk tubuh perempuan yang menjanjikan penerimaan lingkungan,
popularitas dan cinta. Ketika perempuan telah menginjak masa dewasa akan
timbul kebutuhan seksualitas yang mendalam, dimana hal ini tidak akan
dengan menggunakan pakaian yang menarik atau berdandan. Sedangkan di
sisi lain, dalam Islam wanita diharuskan untuk menutup auratnya sesuai
dengan perintah Allah SWT di dalam Q.S. Annur Ayat 31 agar tidak menjadi
fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan muhrim (Stowasser, 1993).
Sebagian masyarakat merasa bahwa keberadaan perempuan bercadar
mengganggu proses integrasi sosial. Mereka beranggapan bahwa alasan di
balik penggunaan cadar oleh muslimah adalah keengganan mereka untuk
bersosialisasi dengan masyarakat. Cadar dikatakan sebagai sebuah simbol
penolakan seorang individu untuk bergabung dengan masyarakat (Wijayani,
2008).
Dalam hal ini telah terjadi pemberian atribusi sosial yang negatif
terhadap para perempuan bercadar. Atribusi yang dilakukan mencoba untuk
mencari alasan dibalik penggunaan cadar bagi seorang perempuan muslimah.
Atribusi adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain
berdasarkan sifat-sifat, tujuan atau kemampuan tertentu, mengharuskan kita
untuk membuat kesimpulan tentang mereka (Myers, 1996).
Myers (1996) juga menyatakan kecenderungan memberikan atribusi
karena kita tidak memiliki akses tentang pikiran-pikiran pribadi, motif
ataupun perasaan orang lain, kita membuat kesimpulan tentang sifat-sifat
mereka berdasarkan perilaku yang dapat kita amati. Atribusi mencoba
menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa
melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung
Dengan adanya persepsi, prasangka dan pemberian atribusi sosial
yang negatif terhadap keberadaan perempuan bercadar, mereka akan
mengalami kesulitan untuk bergabung dan bersosialisasi dalam masyarakat.
Hal ini menjadi satu permasalahan sendiri mengingat pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Cadar atau hijab merupakan salah satu indikator wanita dewasa awal
memiliki nilai religiusitas. Religiusitas dan agama memang merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam penggunaan cadar. Dilihat dari
kenampakannya, agama lebih menunjukkan kepada suatu yang mengatur tata
penyembahan manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas lebih melihat
aspek yang ada di lubuk hati manusia. Religiusitas lebih menunjuk kepada
aspek kualitas dari manusia yang beragama (Rakhmat, 2005). Agama dan
religiusitas saling mendukung dan saling melengkapi karena keduanya
merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yang mempunyai dua
kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan kutub kebersamaannya di tengah
masyarakat (Shihab, 2010).
Peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang wanita usia
dewasa awal yang menggunakan kerudung cadar pada tanggal 15 Desember
2011 di Mesjid “X” Kota Bandung. Subjek menyatakan bahwa tidak sedikit
yang beranggapan negatif tentang wanita muslimah yang menggunakan
cadar, ketika subjek melewati sekelompok orang yang tidak menggunakan
cadar mereka terlihat seperti berbisik sambil memandang ke arah dirinya, hal
masyarakat lainnya, dan tidak jarang pula masyarakat yang bertanya seputar
cadar yang subjek gunakan kemudian dihubungkan dengan aksi terorisme
yang terjadi di Indonesia, namun bagi subjek menggunakan cadar merupakan
kewajiban yang tidak ada alasan untuk melanggarnya.
Keputusan yang dibuat seorang muslimah untuk pada akhirnya
menggunakan cadar sangat rentan akan konflik, baik konflik yang terjadi
pada diri perempuan bercadar (within people) maupun konflik antara
perempuan bercadar dengan orang lain atau masyarakat (between people),
(Wijayani, 2008). Konflik yang ada akan menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman, cemas serta berbagai emosi yang akan mempengaruhi hidup dan
hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar. Perempuan bercadar harus
mampu menghadapi dan mengatasi konflik yang ada sehingga ia dapat
meneruskan kehidupannya dengan lebih baik. Menurut Davis (1999),
kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada
disebut sebagai resiliensi.
Resiliensi adalah kemampuan seorang individu untuk mampu
bertahan dan berkembang secara positif dalam situasi yang penuh tekanan,
resiliensi harus dipahami sebagai kemampuan individu tidak sekedar berhasil
dalam beradaptasi terhadap resiko atau kemalangan namun juga memiliki
kemampuan untuk pulih, bahagia dan berkembang menjadi individu yang
lebih kuat, lebih bijak dan lebih menghargai kehidupan (Grotberg, 1995).
Seorang muslimah bercadar yang memiliki resiliensi akan mampu
hidup secara positif, pulih dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat
dan bijak. Untuk dapat menjadi individu yang resilien, seseorang harus
memiliki keahlian yang disebut oleh Reivich dan Shatte (2002) dengan istilah
tujuh faktor resiliensi. Tujuh faktor resiliensi yaitu, regulasi emosi,
pengendalian impuls, optimisme, causal analysis, empati, self-efficacy dan
reaching out. Masing-masing individu memiliki kekuatan yang berbeda-beda
pada setiap faktor (Reivich dan Shatte, 2002). Perbedaan kekuatan pada
setiap faktor resiliensi yang terdapat pada masing-masing individu akan
mempengaruhi kemampuan resiliensi seorang individu.
Resiliensi sepenuhnya berada dalam kontrol individu dan kemampuan
ini dapat dikuasai oleh individu manapun oleh proses latihan (Reivich dan
Shatte, 2002). Ketika perempuan bercadar terus menerus berusaha untuk
meningkatkan kemampuan tujuh faktor resiliensi yang ada pada dirinya,
maka bersamaan dengan itu kemampuan resiliensi yang dimiliki dengan
sendirinya akan meningkat.
Resiliensi tidak hanya ditekankan pada hasil akhir yang positif dimana
individu mampu bertahan dan pada akhirnya mampu berkembang secara
positif. Resiliensi juga harus dilihat secara utuh sebagai suatu proses, dengan
melihat faktor-faktor pendukung yang berkontribusi dalam membentuk
seorang individu yang resilien (Reivich dan Shatte, 2002). Tentunya mustahil
bagi perempuan bercadar untuk dapat menjadi resilien tanpa sebelumnya
terdapat sebuah proses yang didalamnya melibatkan faktor-faktor pendukung
Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis mencoba mengadakan
penelitian yang bertujuan untuk menelusuri lebih dalam mengenai Hubungan
antara Religiusitas dengan Resiliensi pada Wanita Muslimah Usia Dewasa
Awal Bercadar di Kota Bandung.
B. Rumusan Masalah
Fenomena menarik terkait dengan merebaknya busana islami adalah
penggunaan cadar dikalangan muslimah. Cadar merupakan salah satu
indikator muslimah usia dewasa awal memiliki nilai religiusitas. Keputusan
yang di buat muslimah untuk menggunakan cadar sangat rentan akan konflik,
kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik disebut
sebagai resiliensi.
Guna mengetahui lebih lanjut mengenai sejauh mana hubungan antara
religiusitas dengan resiliensi, maka dari itu pertanyaan penelitian yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran religiusitas pada muslimah bercadar usia dewasa
awal di Kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa
awal di Kota Bandung?
3. Bagaimana hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada muslimah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memperoleh gambaran religiusitas muslimah bercadar usia dewasa awal
di Kota Bandung.
2. Memperoleh gambaran resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa
awal di Kota Bandung.
3. Memperoleh hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada
muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang hubungan religiusitas dengan resiliensi, selain itu diharapkan
dapat menjadi sumber masukan empiris serta menambah referensi dan
memperkaya keilmuan psikologi yang menyangkut religiusitas dan
resiliensi.
2. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
a. Bagi muslimah bercadar usia dewasa awal
Memberikan gambaran terhadap wanita muslimah bercadar usia
dewasa awal untuk dapat bersosialisasi dan bermasyarakat dengan
individu lain di luar komunitasnya, sehingga cadar tidak dianggap
sebagai suatu hambatan untuk melakukan hubungan positif dengan
masyarakat.
b. Masyarakat Umum
Memberikan gambaran religiusitas dan resiliensi muslimah bercadar
usia dewasa awal, sehingga masyarakat dapat mengurangi atau
menghilangkan asosiasi negatif dan atribusi negatif yang mereka
berikan kepada wanita muslimah bercadar.
E. Struktur Penulisan Skripsi
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Penelitian
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian
e. Struktur Penulisan Skripsi
BAB II Konsep Dasar Religiusitas dan Resiliensi
BAB III Metode Penelitian
a. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian
c. Metode Penelitian
d. Defisi Operasional Variabel
e. Instrumen Penelitian
f. Teknik Pengumpulan Data
g. Analisis Data
BAB IV Hasil dan Pembahasan
BAB V Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah di beberapa mesjid yang tersebar di
Kota Bandung, diantaranya Mesjid Daarutauhid (Geger Kalong), Mesjid
Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung
Bandung), Mesjid Cipaganti (Cipaganti).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi pada mesjid-mesjid
tersebut karena dari fenomena di lapangan ditemukan banyak wanita usia
dewasa awal yang menggunakan cadar pada mesjid tersebut dibandingkan
dengan mesjid-mesjid lainnya.
Peneliti menggunakan teknik sampling purposive. Sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2008).
Peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40
orang yang menyebar di mesjid-mesjid dan komunitas pengajian wanita
muslimah bercadar di Kota Bandung dengan kriteria:
a. Perempuan berusia 18 – 30 tahun
b. Sudah menggunakan cadar minimal 6 bulan
c. Sudah tinggal di Kota Bandung minimal 6 bulan.
Arikunto (1997) menyatakan bahwa apabila jumlah subjek lebih dari
100 orang, maka dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Hal
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengemukakan bahwa, ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah
antara 30 sampai dengan 500 orang.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendektan kuantitatif, yaitu sebuah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2008).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang betujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada seberapa
eratkah serta berarti atau hubungan itu (Arikunto, 1997). Dalam penelitian ini,
metode deskriptif korelasional digunakan untuk mendapatkan gambaran
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai hubungan antara religiusitas
dengan resiliensi pada wanita muslimah usia dewasa awal, sehingga dapat
ditarik kesimpulan dengan mudah.
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008) variabel penelitian adalah suatu atribut
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
religiusitas sebagai variabel bebas dan resiliensi sebagai variabel terikat
2. Definisi Operasional Variabel
a. Religiusitas
Religiusitas pada penelitian ini adalah religiusitas seorang muslimah
usia dewasa awal dalam menggunakan cadar yang diukur berdasarkan
hal-hal di bawah ini, yaitu:
a) Keyakinan/akidah islam. Keyakinan seorang muslimah bercadar usia
dewasa awal terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama
terhadap ajaran-ajaran yang fundamental atau bersifat dogmatik.
b) Praktik agama (syariah). Kepatuhan seseorang muslimah bercadar
usia dewasa awal dalam mejalankan kegiatan-kegiatan ritual
sebagaimana dianjurkan dalam agamanya.
c) Pengamalan (akhlak). Bagaimana seseorang muslimah bercadar usia
dewasa awal dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran
agamanya, yaitu bagaimana muslimah bercadar usia dewasa awal
berelasi dengan dunianya.
d) Pengetahuan (ilmu). Pengetahuan dan pemahaman seorang
muslimah bercadar usia dewasa awal terhadap ajaran agamanya,
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e) Pengalaman (penghayatan). Bagaimana seorang muslimah bercadar
usia dewasa awal dalam merasakan dan mengalami
perasaan-perasaan serta pengalaman religius.
b. Resiliensi
Resiliensi dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan
muslimah bercadar usia dewasa awal dalam menyikapi atau
merespon setiap kejadian dalam hidupnya. meliputi:
1) Regulasi emosi (Emotional Regulation), kemampuan muslimah
bercadar usia dewasa awal untuk mengatur emosi sehingga tetap
tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan.
2) Kontrol terhadap impuls (Impulse Control), kemampuan muslimah
bercadar usia dewasa awal mengendalikan impuls atau
dorongan-doroangan dalam dirinya.
3) Optimisme (Optimism), kepercayaan muslimah bercadar usia
dewasa awal bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik,
mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa
mereka dapat mengontrol arah kehidupannya.
4) Kemampuan mnganalisis masalah (Causal Analysis), muslimah
bercadar usia dewasa awal dapat mengidentifikasikan secara akurat
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Empati (Empathy), sebaik apa muslimah bercadar usia dewasa awal
dapat membaca dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi
orang lain.
6) Efikasi diri (Self Efficacy), keyakinan muslimah bercadar usia
dewasa awal bahwa ia dapat memecahkan masalah yang dialaminya
dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai
kesuksesan.
7) Peningkatan aspek positif (Reaching Out), kemampuan muslimah
bercadar usia dewasa awal untuk meningkatkan aspek-aspek yang
positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian
muslimah bercadar usia dewasa awal untuk mengatasi segala
ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner
dengan menggunakan skala Likert. Menurut Arikunto (1997), kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang ia ketahui. Pemilihan metode kuesioner dipilih karena metode ini
dianggap lebih efisien. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Instrumen Religiusitas
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel
tingkat religiusitas adalah berdasarkan kelima dimensi religiusitas Glock
(1996). Instrumen religiusitas pada penelitian ini dibagi menjadi lima
bagian. Tiap bagian mengukur dimensinya masing-masing. Kisi-kisi
instrumen religiusitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas
Dimensi Indikator Nomor Item
Fav Unfav
1. Keyakinan (akidah)
1. Keyakinan Pada Allah
2. Keyakinan pada malaikat Allah 3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah 4. Keyakinan pada Nabi dan Rasul Allah 5. Keyakinan tentang hari akhir
6. Keyakinan kepada qadha dan qadar
1,3,5,8 2,4,13, 6
2. Peribadatan (Syariah)
1. Melakukan shalat baik wajib ataupun shalat sunnah
2. Melakukan puasa baik puasa wajib (ramadhan) ataupun puasa sunnah 3. Menunaikan zakat, infak dan shadaqoh 4. Pelaksanaan haji, umrah dan kurban 5. Menggunakan hijab
6. Menjaga lingkungan hidup
11,17,
1. Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an 2. Pokok-pokok ajaran Islam yang harus
diimani dan dilaksanakan
3. Pengetahuan tentang hukum-hukum islam
4. Pengetahuan tentang sejarah islam
33, 36,
1. Perasaan dekat dengan Allah
2. Perasaan doa-doanya sering terkabul
14, 23, 29, 25
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Perasaan tentram bahagia karena
menuhankan Allah
4. Perasaan bertawakkal (berpasrah diri secara positif) kepada Allah
5. Perasaan bergetar ketika mendengar
adzan atau ketika ayat Al Qur’an
dikumandangkan
6. Perasaan bersyukur kepada Allah 7. Perasaan mendapatkan peringatkan atau
pertolongan dari Allah.
2. Instrumen Resiliensi
Instrumen resiliensi pada penelitian ini yaitu:
Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi
No Dimensi Indikator Nomor Item
Favorable Unfavorable
1 Regulasi
Emosi Kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.
Keterampilan ini akan
membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh individu.
Kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 Optimisme Memiliki kepercayaan diri
bahwa kemampuan untuk
mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan
18, 27, 32, 53
3, 33,39, 43
4 Causal Analysis
Kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara
akurat penyebab dari
permasalahan yang mereka hadapi
12, 19, 21, 48
1, 41,44, 52
5 Empati Kemampuan individu untuk
membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain
10, 34, 37, 46
24, 30, 50, 54
6 Self-Efficacy Sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.
5, 28, 29, 49 9, 17,20, 22
7 Reaching Out
Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa
6, 8, 14, 40 16, 35, 45, 51
3. Teknik Skoring
Skala yang digunakan dalam kuesioner religiusitas dalam
penelitian ini adalah Skala Likert yang merupakan metode penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai
penentuan nilai skalanya (Anwar, 2007). Responden diminta untuk
memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap suatu
pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang diberikan. Pernyataan
yang disajikan memiliki rentang skor 1-4 yaitu terdiri dari Sangat Tidak
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimana setiap pernyataannya bernilai favourable (+) dan unfavourable
(-). Namun terdapat satu bagian yag disajikan dengan alternatif jawaban
benar dan salah dengan penilaian 1 dan 0.
Untuk kuesioner resiliensi, menggunakan skala Likert. Responden
diminta untuk memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya
terhadap suatu pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang
diberikan. Pernyataan yang disajikan memiliki rentang skor 1-5 yaitu
terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Ragu-ragu
(R), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS), dimana setiap pernyataannya
bernilai favourable (+) dan unfavourable (-).
a. Kategorisasi Skala Religiusitas
Untuk variabel religiusitas, yang terdiri atas 40 item skala
yang dibuat digolongkan menjadi empat kategori, dimana skor 1
untuk jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk
jawaban S, dan skor 4 untuk jawaban SS, terdapat satu bagian yag
disajikan dengan alternatif jawaban benar dan salah dengan
penilaian skor 4 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban
salah. Empat kategorisasi religiusitas adalah :
Tabel 3.3.
Kategorisasi Religiusitas
Batas Kategori
X ≤ µ-1,5σ Sangat Rendah
µ-1,5σ < X < µ Rendah
µ ≤ X ≤ µ+1,5σ Tinggi
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
X = Skor subjek
μ = Mean (nilai rata-rata)
σ = Standard Deviation (deviasi standar)
(Azwar, 2007)
Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala religiusitas, maka
peneliti membahasnya dengan memisah-misahkan besaran skala
religiusitas menurut dimensi-dimensinya. Lima kategorisasi skala
dimensi religiusitas adalah :
1) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Keyakinan
Tabel 3.4.
Kategorisasi Dimensi Keyakinan Rentang Nilai Kategori
X ≤ 26,27 Sangat Rendah
26,27 < X < 28,82 Rendah
28,82 ≤ X ≤ 31,37 Tinggi
31,37 < X Sangat Tinggi
2) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Peribadatan
Tabel 3.5.
Kategorisasi Dimensi Peribadatan Rentang Nilai Kategori
X ≤ 27 Sangat Rendah
27 < X < 29,4 Rendah
29,4 ≤ X ≤ 31,8 Tinggi
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengamalan
Tabel 3.6.
Kategorisasi Dimensi Pengamalan Rentang Nilai Kategori
X ≤ 26,925 Sangat Rendah
26,925 < X < 29,55 Rendah
29,55 ≤ X ≤ 32,175 Tinggi
32,175 < X Sangat Tinggi
4) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengetahuan
Tabel 3.7.
Kategorisasi Dimensi Pengetahuan Rentang Nilai Kategori
X ≤ 23,5 Sangat Rendah
23,5 < X < 28 Rendah
28 ≤ X ≤ 32,5 Tinggi
32,5 < X Sangat Tinggi
5) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengalaman
Tabel 3.8.
Kategorisasi Dimensi Pengalaman Rentang Nilai Kategori
X ≤ 26,45 Sangat Rendah
26,45 < X < 29,6 Rendah
29,6 ≤ X ≤ 32,75 Tinggi
32,75 < X Sangat Tinggi
b. Kategorisasi Skala Resiliensi
Untuk variabel resiliensi, yang terdiri atas 56 item skala yang
dibuat digolongkan menjadi lima kategori, dimana skor 1 untuk
jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk jawaban R,
skor 4 untuk jawaban S, dan skor 5 untuk jawaban SS. Lima
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9.
Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala resiliensi, maka
peneliti membahasnya dengan memisah-misahkan besaran skala
resiliensi menurut dimensi-dimensinya. Tujuh kategorisasi skala dimensi
resiliensi adalah :
1) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Regulasi Emosi
Tabel 3.10.
Kategorisasi Dimensi Regulasi Emosi
Rentang Nilai Kategori
X ≤ 30,87 Sangat Rendah
30,87 < X < 32,97 Rendah
32,97 ≤ X ≤ 35,07 Sedang
35,07 < X ≤ 37,17 Tinggi
37,17 < X Sangat Tinggi
2) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Pengendalian
Impuls
Tabel 3.11
Kategorisasi Dimensi Pengendalian Impuls
Rentang Nilai Kategori
X ≤ 32,28 Sangat Rendah
32,28 < X < 34,03 Rendah
34,03 ≤ X ≤ 35,77 Sedang
35,77 < X ≤ 37,52 Tinggi
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Optimisme
Tabel 3.12
Kategorisasi Dimensi Optimisme
Rentang Nilai Kategori
X ≤ 31,45 Sangat Rendah
31,45 < X < 33,71 Rendah
33,71 ≤ X ≤ 35,99 Sedang
35,99 < X ≤ 38,25 Tinggi
38,25 < X Sangat Tinggi
4) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Causal Analysis
Tabel 3.13
Kategorisasi Dimensi Causal Analysis
Rentang Nilai Kategori
X ≤ 31,08 Sangat Rendah
31,08 < X < 33,26 Rendah
33,26 ≤ X ≤ 35,44 Sedang
35,44 < X ≤ 37,62 Tinggi
37,62 < X Sangat Tinggi
5) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Empati
Tabel 3.14
Kategorisasi Dimensi Empati
Rentang Nilai Kategori
X ≤ 27,98 Sangat Rendah
27,98 < X < 30,73 Rendah
30,73 ≤ X ≤ 33,51 Sedang
33,51 < X ≤ 36,29 Tinggi
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Self Efficacy
Tabel 3.15
Kategorisasi Dimensi Self Efficacy Rentang Nilai Kategori
X ≤ 30,52 Sangat Rendah
30,52 < X < 32,69 Rendah
32,69 ≤ X ≤ 34,85 Sedang
34,85 < X ≤ 37,02 Tinggi
37,02 < X Sangat Tinggi
7) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Reaching Out
Tabel 3.16
Kategorisasi Dimensi Reaching Out Rentang Nilai Kategori
X ≤ 31,18 Sangat Rendah
31,18 < X < 33,04 Rendah
33,04 ≤ X ≤ 34,9 Sedang
34,9 < X ≤ 36,76 Tinggi
36,76 < X Sangat Tinggi
E. Proses Pengembangan Istrumen
Uji coba instrumen yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana
instrumen penelitian dapat mengungkapkan dengan tepat gejala-gejala yang
akan diukur dan sejauh mana instrumen tersebut dapat menunjukkan dengan
sebenarnya gejala yang akan di ukur tidak dilakukan, instrumen yang dimiliki
langsung dijadikan sebagai data untuk penelitian. Instrumen dilakukan
kepada 40 orang muslimah usia antara 18-30 tahun yang berdomisili di Kota
Bandung. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan
software SPSS 19.0 for Windows untuk dilakukan uji validitas dan
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Uji Validitas
Validitas instrumen menujukkan mampu atau tidaknya sebuah
instrumen mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008).
Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu, pengujian validitas ini perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keakuratan instrumen.
Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji
validitas isi (content validity).
Validitas isi menunjuk kepada sejauhmana tes yang merupakan
seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang
dimaksud untuk diukur (Suryabrata, 2004). Untuk mengetahui validitas
isi instrumen dilakukan melalui pendapat profesional (professional
judgement) yang berjumlah satu orang. Judger melihat kesesuaian antara
kisi-kisi dalam indikator dengan soal-soal yang terdapat dalam instrumen
penelitian.
Setelah dilakukan professional judgement, maka dilakukan
pengujian daya diskriminasi untuk mengetahui item yang layak dengan
menggunakan bantuan program SPSS versi 19. Item yang layak adalah
item yang memiliki daya beda atau daya diskriminasi item, yaitu item
yang mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Azwar (2007) mengemukakan bahwa semua item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap
memuaskan. Namun, menurut Azwar apabila jumlah item belum
mencukupi, maka dapat diturunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi
0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Yang sangat
tidak disarankan adalah menurunkan batas kriteria di bawah 0,20. Pada
penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan 0,25 sehingga
jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.
a. Instrumen Religiusitas Muslimah Bercadar Usia Dewasa Awal
Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item terhadap
40 item dalam instrumen religiusitas, diperoleh 36 item yang
memiliki indeks daya diskriminasi item yang dianggap memuaskan.
Rincian item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.17.
Tabel 3.17
Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Religiusitas
Item Yang Terpilih Item Yang Tidak Terpilih
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37
34, 38, 39, 40
Item-item yang terpilih kemudian digunakan dalam instrumen
penelitian yang sebenarnya, sedangkan item-item yang tidak terpilih
tersebut dihapus dan tidak dipergunakan kembali dalam instrumen
penelitian yang sebenarnya karena tidak mampu membedakan antara
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki atribut yang diukur. Adapun kisi-kisi religiusitas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.18
Kisi-kisi Instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba
Dimensi Indikator Nomor Item
Fav Unfav
1. Keyakinan
(akidah)
1. Keyakinan Pada Allah
2. Keyakinan pada malaikat Allah 3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah 4. Keyakinan pada Nabi dan Rasul Allah 5. Keyakinan tentang hari akhir
6. Keyakinan kepada qadha dan qadar
1,3,5,8 2,4,13, (ramadhan) ataupun puasa sunnah 3. Menunaikan zakat, infak dan shadaqoh 4. Pelaksanaan haji, umrah dan kurban 5. Menggunakan hijab
6. Menjaga lingkungan hidup
11,17,
1. Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an 2. Pokok-pokok ajaran Islam yang harus
diimani dan dilaksanakan
3. Pengetahuan tentang hukum-hukum islam
4. Pengetahuan tentang sejarah islam
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Pengalaman
(Penghayatan)
1. Perasaan dekat dengan Allah
2. Perasaan doa-doanya sering terkabul 3. Perasaan tentram bahagia karena
menuhankan Allah
4. Perasaan bertawakkal (berpasrah diri secara positif) kepada Allah
5. Perasaan bergetar ketika mendengar
adzan atau ketika ayat Al Qur’an
dikumandangkan
6. Perasaan bersyukur kepada Allah 7. Perasaan mendapatkan peringatkan atau
pertolongan dari Allah.
14, 23, 29, 25
19, 28, 24,20
b. Intrumen Resiliensi
Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item terhadap
56 item dalam instrumen resiliensi, diperoleh 53 item yang memiliki
indeks daya diskriminasi item yang dianggap memuaskan. Rincian
item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.19.
Tabel 3.19.
Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Resiliensi
Item Yang Terpilih Item Yang Tidak Terpilih
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,
Kisi-kisi Instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba
No Dimensi Indikator Nomor Item
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 Regulasi
Emosi Kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.
Keterampilan ini akan
membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh individu.
Kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.
4,15, 42, 47 11, 36, 38, 55
3 Optimisme Memiliki kepercayaan diri
bahwa kemampuan untuk
mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan
18, 27, 32, 53
3, 33,39, 43
4 Causal Analysis
Kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara
akurat penyebab dari
permasalahan yang mereka hadapi
12, 19, 21, 48
1, 41,44, 52
5 Empati Kemampuan individu untuk
membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain
34, 37, 46 24, 50, 54
6 Self-Efficacy Sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.
5, 28, 29, 49 9, 17, 22
7 Reaching Out
Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Reliabilitas
Pengujian reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.
Tinggi-rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas (Azwar, 2007). Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan software
SPSS 19.0 for Windows dan formula Cronbach Alpha untuk menguji
reliabilitas.
Koefisien reabilitas menurut Guilford disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 3.17.
Koefisien Reliabilitas Guilford
Interval Kofisiensi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang 0,60 – 0,79 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
1) Instrumen Religisuitas
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa hasil reliabilitas
Cronbach Alpha dari 40 item religiusitas adalah 0,761.
Berdasarkan tabel koefisien realibilitas Guilford, instrumen
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Instrumen Resiliensi
hasil reliabilitas Cronbach Alpha dari 56 item resiliensi
adalah 0,776. Berdasarkan tabel koefisien realibilitas Guilford,
instrumen resiliensi ini memiliki tingkat reliabilitas yang kuat.
Kemudian, reliabilitas per dimensi dari instrumen resiliensi
yakni untuk dimensi regulasi emosi sebesar 0,284 yang berarti
memiliki tingkat reliabilitas rendah, dimensi pengendalian
impuls sebesar 0,180 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas
sangat rendah, dimensi optimisme sebesar 0,541 yang berarti
memiliki tingkat reliabilitas sedang, dimensi causal analysis
sebesar 0,334 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah,
dimensi empati sebesar 0,478 yang berarti memiliki tingkat
reliabilitas sadang, dimensi self efficacy sebesar 0,293 yang
berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah, serta dimensi
reaching out sebesar 0,088 yang berarti memiliki tingkat
reliabilitas sangat rendah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data berdasarkan kondisi nyata pada wanita muslimah
usia dewasa awal yang menggunakan cadar yang tersebar di Kota Bandung
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
angket tertulis. Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan yang diajukan
untuk dijawab oleh subjek penelitian.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah
data penelitian berdistribusi normal, sehingga dapat dianalisis
menggunakan statistik parametrik (Widhiarso, 2009). Uji normalitas
adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita
berasal dari populasi yang sebarannya normal.
Uji normalitas untuk data religiusitas dan resiliensi ini menggunakan
analisis Kolmogorov Smirnov. Suatu data dikatakan berdistribusi normal,
jika p lebih besar daripada 0,05. Sedangkan suatu data dikatakan tidak
berdistribusi normal, jika p lebih kecil daripada 0,05. Uji normalitas untuk
variabel religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal
bercadar dapat dilihat pada table 3.18
Tabel 3.18. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Resiliensi
N 40 40
Normal Parametersa,b Mean 121,6000 227,9500
Std. Deviation 5,15304 9,19295
Most Extreme Differences Absolute ,129 ,127
Positive ,083 ,056
Negative -,129 -,127
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Asymp. Sig. (2-tailed) ,516 ,537
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Nilai p (Asymp. Sig.) untuk religiusitas (sig.=0,516) dan resiliensi
(sig.=0,537), lebih besar dari 0,05 sehingga data religiusitas dan resiliensi
berdistribusi normal.
2. Uji Kelinieran
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada
SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi
0,05. Kaidah uji linieritas adalah signifikansi > 0,05 maka regresi linier.
Sebaliknya jika signifikasi ≤ 0,05 maka regresi tidak linier (Duwi, 2011).
Secara umum persamaan regresi sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut
(Sugiyono, 2008):
Y’ = a + b X
Keterangan:
Y’ = Nilai yang diprediksikan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan
independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X = Nilai variabel independen
Hasil uji linieritas untuk kedua variabel dalam penelitian ini ditunjukkan
dalam tabel 3.19.
Tabel 3.19 Uji Kelinieran
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dilihat bahwa hasil
signifikansi linearity < 0,05 yaitu 0,001. Artinya kedua variabel dalam
penelitian ini memiliki model yang linier.
4. Uji Korelasi
Analisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan
analisis korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mencari keeratan
hubungan dan arah hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis korelasi Rank Spearman. Korelasi Spearman digunakan untuk
menentukan hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif dua
ANOVA Table
Deviation from Linearity 1042,515 16 65,157 1,049 ,450
Within Groups 1366,800 22 62,127
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel yang datanya ordinal. Uji korelasi ini akan dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 19.0. Berikut rumus korelasi Spearman
(Sugiyono, 2008):
Keterangan :
�
= Koefisien korelasi Spearman�₁
= selisih nilai variabel religiusitas dan variabel resiliensin = Jumlah sampel
Setelah diketahui koefisien korelasinya, maka langkah selanjutnya
adalah menginterpretasikan koefisien korelasinya.
Tabel 3.20
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi
Terhadap Koefisien Korelasi
(Sugiyono, 2008)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat
�
= 1
−
6
�₁
2
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Uji Signifikansi
Menurut Sugiyono (2009), uji signifikansi dilakukan untuk menguji
apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak. Pada penelitian ini
uji signifikansi diukur dengan membandingkan angka signifikansi/ Kriteria
Signifikansi korelasinya dapat dilihat pada tabel 3.21.
Tabel 3.21
Kriteria Signifikansi Korelasi
Kriteria
Probabilitas > 0,05 Ho diterima Probabilitas < 0,05 Ho ditolak
Qhorryisza maliani, 2013
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal
Di kota bandung
Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Religiusitas wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota
Bandung berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
wanita muslimah bercadar memiliki kemampuan yang baik dalam
menampilkan perilaku beragama yang diwujudkan dalam bentuk
keyakinan terhadap agama, praktek agama, pengalaman beragama,
pengetahuan beragama dan pengamalan agama.
2. Resiliensi wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota
Bandung berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
wanita muslimah beracadar memiliki kemampuan yang cukup baik
dalam meregulasi emosi, mengendalikan impuls, tetap optimis,
menganalisis penyebab masalah, berempati, efikasi diri dan
meningkatkan aspek-aspek positif di dalam hidupnya (reaching out).
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiuistas dengan
resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota
Bandung dengan derajat korelasi sangat kuat. Hubungan ini berkorelasi
positif yang artinya semakin tinggi religisuitas wanita muslimah
bercadar di Kota Bandung maka semakin tinggi pula resiliensi wanita