• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA WANITA MUSLIMAH BERCADAR USIA DEWASA AWAL DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA WANITA MUSLIMAH BERCADAR USIA DEWASA AWAL DI KOTA BANDUNG."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA WANITA MUSLIMAH BERCADAR USIA DEWASA AWAL

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi

Oleh

Qhorryisza Maliani 0800666

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN IINDONESIA

(2)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BANDUNG

Oleh

Qhorryisza Maliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Qhorryisza Maliani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

(4)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

(5)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

Qhorryisza Maliani (0800666). Hubungan antara Religiusitas dengan Resiliensi

pada Wanita Muslimah Bercadar Usia Dewasa Awal di Kota Bandung. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 2013.

Cadar dalam Islam adalah jilbab yang tebal dan longgar, yang menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan (Shihab, 2010). Prasetyo (2007) mengyatakan bahwa cadar merupakan salah satu indikator wanita dewasa awal memiliki nilai religiusitas. Keputusan yang dibuat seorang muslimah untuk pada akhirnya menggunakan cadar sangat rentan akan konflik, baik konflik yang terjadi pada diri perempuan bercadar (within people) maupun konflik antara perempuan bercadar dengan orang lain atau masyarakat (between people), (Wijayani, 2008). Kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada disebut sebagai resiliensi (Davis, 1999). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran umum tingkat religiusitas dan resiliensi, serta mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Subjek penelitian adalah wanita muslimah usia dewasa awal yang menggunakan cadar di Kota Bandung; berjumlah 40 orang. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik korelasional. Pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat religiusitas muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung berada pada tingkat tinggi. tingkat resiliensi muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung berada pada tingkat sedang. Serta terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas dan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung, dengan korelasi 0,605. Dengan demikian, semakin tinggi nilai religiusitas individu maka semakin tinggi pula tingkat resiliensinya. Dapat disimpulkan bahwa tingkat religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal yang menggunakan cadar di Kota Bandung berada pada kategori tinggi. Penulis merekomendasikan kepada wanita muslimah bercadar agar dapat mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang tidak hanya memperkaya pengetahuan mengenai agama tetapi juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga cadar tidak lagi dikatakan sebagai sebuah simbol penolakan wanita muslimah bercadar usia usia dewasa awal untuk bergabung dengan masyarakat

(6)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii ABSTRACT

Qhorryisza Maliani (0800666). The relationship between religiosity with veiled

Muslim women Resilience in Women Age Adults Beginning in the city of Bandung. Thesis. Department of Psychology Faculty of Education University of Education Indonesia. Bandung.2013.

Hijab veil in Islam is a thick and loose, covering the entire genitalia including the face and hands (Shihab, 2010). Prasetyo (2007) said, that the veil is one of the early indicators of adult women have a religious value. Decisions made at the end of a Muslim to use the veil is very vulnerable to conflict, whether the conflict on women veiled themselves (within people) as well as the conflict between veiled women with other people or community (between people), (Wijayani, 2008). Individual's ability to confront and resolve conflict is referred to as resilience (Davis, 1999). The purpose of this study to describe the general level of religiosity and resilience, as well as determine the relationship between the two variables. Subjects were Muslim woman early adulthood using the veil in Bandung; numbered 40 people. The method used is descriptive research with correlational techniques. Hypothesis testing is done by nonparametric statistics using Spearman Rank correlation test. The results showed that the level of veiled Muslim religiosity in early adulthood Bandung is at a high level. Veiled Muslim resilience level early adulthood in Bandung is at a medium level. And there is a positive and significant relationship between religiosity and resilience veiled Muslim woman early adulthood in the city of Bandung, with a correlation of 0.605. Thus, the higher the value of individual religiosity, the higher the level resiliensinya. It can be concluded that the level of religiosity and resilience early adulthood Muslim woman using veil in Bandung at the high category. The authors recommend to veiled Muslim woman to attend religious activities not only enrich knowledge about religion but also to socialize with people, so the veil is no longer regarded as a symbol of resistance to the veiled Muslim woman early adult age to join the community

(7)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

E. Struktur Penulisan Skripsi ... 10

BAB II RELIGIUSITAS DAN RESILIENSI ... 12

A. Religiusitas ... 12

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

B. Desain Penelitian ... 48

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 49

(8)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 60

F. Teknik Pengumpulan Data ... 67

G. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 98

(9)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas ... 52

Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi ... 54

Tabel 3.3. Kategorisasi Religiusitas ... 56

Tabel 3.4. Kategorisasi Dimensi Keyakinan ... 57

Tabel 3.5. Kategorisasi Dimensi Peribadatan ... 57

Tabel 3.6. Kategorisasi Dimensi Pengamalan ... 57

Tabel 3.7. Kategorisasi Dimensi Pengalaman ... 58

Tabel 3.8. Kategorisasi Resiliensi ... 58

Tabel 3.9. Kategorisasi Dimensi Regulasi Emosi ... 59

Tabel 3.10. Kategorisasi Dimensi Pengendalian Impuls ... 59

Tabel 3.11. Kaegorisasi Dimensi Optimisme ... 59

Tabel 3.12. Kategorisasi Dimensi Causal Analisis ... 60

Tabel 3.13. Kategorisasi Dimensi Empati ... 60

Tabel 3.14. Dimensi Self Efficacy ... 60

Tabel 3.15. Kategorisasi Dimensi Reaching Out ... 60

Tabel 3.16. Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Religiusitas ... 62

Tabel 3.17. Kisi-kisi instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba ... 63

Tabel 3.18. Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Resiliensi ... 64

Tabel 3.19. Kisi-kisi instrumen Resiliensi Setelah Uji Coba ... 64

Tabel 3.20 Koefisien Reliabilitas Guilford ... 66

Tabel 3.21. Uji Normalitas ... 68

Tabel 3.22. Uji Kelinieran ... 70

Tabel 3.23. Pedoman Koefisien Korelasi ... 71

Tabel 3.24. Kriteria Signifikansi Korelasi ... 71

Tabel 4.1 Kategorisasi Religiusitas ... 72

Tabel 4.2 Gambaran Data Religiusitas ... 73

(10)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv

Tabel 4.4 Kategorisasi Resiliensi ... 75

Tabel 4.5 Gambaran Data Resiliensi ... 75

Tabel 4.6 Gambaran Data Resiliensi per Dimensi ... 76

Tabel 4.7 Korelasi Variabel Religiusitas terhadap Variabel Resiliensi .... 77

Tabel 4.8 Uji Kelinieran ... 79

Tabel 4.9 Besar Peranan Religiusitas terhadap Resiliensi ... 79

(11)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Gambaran Data Religiusitas ... 73

(12)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Data Penelitian Kuesioner Religiusitas... 99

1.2 Data Penelitian Kuesioner Resiliensi ... 103

1.3 Skor Mentah Religiusitas ... 107

1.4 Skor Mentah Resiliensi ... 112

1.5 Hasil Uji Coba Instrumen Religiusitas ... 117

1.6 Hasil Uji Coba Instrumen Resiliensi ... 119

1.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas ... 121

1.8 Hasil Uji Validitas Variabel Religiusitas ... 121

1.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Resiliensi ... 123

1.10 Hasil Uji Validitas Variabel Resiliensi ... 123

1.11 Sebaran Data Variabel Religiusitas ... 126

1.12 Sebaran Data Variabel Religiusitas per Dimensi ... 127

1.13 Sebaran Data Variabel Resiliensi ... 129

1.14 Sebaran Data Variabel Resiliensi per Dimensi ... 130

1.15 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing

1.16 Surat Izin Penelitian

(13)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang

pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah

laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

timbul karena tercantumnya pasal 29 ayat 1 dalam Undang-undang Dasar

1945 yang menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang

Maha Esa dan juga adanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dasar

Negara Pancasila (Daradjat, 1989).

Sejak tahun 1980-an mulai tampak fenomena-fenomena yang

mengindikasikan menguatnya religiusitas umat Islam. Fenomena-fenomena

yang menunjukkan peningkatan religiusitas umat Islam di Indonesia ini salah

satunya muncul dalam bentuk merebaknya penggunaan busana islami,

Rahmat (dalam Wijayani, 2008).

Rahmat (dalam Wijayani, 2008) juga mengungkapkan bahwa salah

satu fenomena menarik terkait dengan merebaknya penggunaan busana islami

adalah penggunaan cadar dikalangan muslimah.

Cadar dalam Islam adalah jilbab yang tebal dan longgar, yang

menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan (Shihab, 2010).

Cadar biasa dikenakan oleh istri Rasullullah SAW dan isteri para sahabat.

(14)

memiliki perbedaan pendapat, ada yang berpendapat hukumnya wajib

(Mahzab Safi’i) dan ada yang mengatakan hukumnya sunnah dan merupakan

keutamaan bila melakukannya (Mahzab Maliki dan Hanafi). Kedua pendapat

tersebut berangkat dari penafsiran yang berbeda terhadap satu ayat pada Al

Qur’an, yaitu surat Annur ayat 31 :

Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa nampak dari mereka dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau perempuan-perempuan muslim atau hamba-hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak punya hasrat (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.”

Dasar dari penggunaan cadar adalah untuk menjaga perempuan

sehingga tidak menjadi fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan

muhrim (Stowasser, 1993).

Orang dewasa awal lebih memerhatikan hal-hal keagamaan jika

dibesarkan di lingkungan yang erat dengan keagamaan serta memiliki

tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan

(Hurlock, 1990).

Dalam konteks sosial, keberadaan perempuan bercadar masih belum

dapat diterima secara penuh oleh masyarakat. Terdapat persepsi sosial yang

negatif terhadap perilaku bercadar yang mereka lakukan. Penggunaan cadar

(15)

hubungan antar pribadi dalam bermasyarakat. Al- Asymawi (dalam Shihab,

2010) menganggap penggunaan cadar sebagai hambatan untuk menciptakan

keadaan yang lebih baik, dimana hubungan positif di antara masyarakat

menjadi semakin sulit karena melihat wajah adalah sesuatu yang fundamental

dalam hubungan antar sesama (Shihab, 2010).

Kondisi yang berkembang saat ini juga menempatkan cadar lekat

dengan fenomena teroris ataupun gerakan-gerakan islam radikal (Prasetyo,

2007). Fenomena radikalisme keagamaan akhir-akhir ini berupa teror

peledakan yang melambungkan beberapa nama seperti Amrozi, Imam

Samudra, dan Ali Imron, kerap menyisakan sosok perempuan bercadar yang

berada di balik mereka. Dengan dasar inilah kemudian sebagian masyarakat

mengasosiasikan keberadaan setiap perempuan bercadar dengan teroris. Sikap

yang ditunjukkan oleh masyarakat ini disebut oleh Baron dan Byrne (2004),

dengan istilah prasangka.

Di sisi lain, bila di lihat dari sudut pandang psikologis perempuan

memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian dari lawan jenis untuk

memenuhi kebutuhan tahap perkembangannya. Hyde dan Rosenberg (dalam

Wijayani, 2008), mengungkapkan bahwa sejak pubertas perempuan telah

mendapatkan sosialisasi dari masyarakat bahwa terdapat kelebihan dari

bentuk tubuh perempuan yang menjanjikan penerimaan lingkungan,

popularitas dan cinta. Ketika perempuan telah menginjak masa dewasa akan

timbul kebutuhan seksualitas yang mendalam, dimana hal ini tidak akan

(16)

dengan menggunakan pakaian yang menarik atau berdandan. Sedangkan di

sisi lain, dalam Islam wanita diharuskan untuk menutup auratnya sesuai

dengan perintah Allah SWT di dalam Q.S. Annur Ayat 31 agar tidak menjadi

fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan muhrim (Stowasser, 1993).

Sebagian masyarakat merasa bahwa keberadaan perempuan bercadar

mengganggu proses integrasi sosial. Mereka beranggapan bahwa alasan di

balik penggunaan cadar oleh muslimah adalah keengganan mereka untuk

bersosialisasi dengan masyarakat. Cadar dikatakan sebagai sebuah simbol

penolakan seorang individu untuk bergabung dengan masyarakat (Wijayani,

2008).

Dalam hal ini telah terjadi pemberian atribusi sosial yang negatif

terhadap para perempuan bercadar. Atribusi yang dilakukan mencoba untuk

mencari alasan dibalik penggunaan cadar bagi seorang perempuan muslimah.

Atribusi adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain

berdasarkan sifat-sifat, tujuan atau kemampuan tertentu, mengharuskan kita

untuk membuat kesimpulan tentang mereka (Myers, 1996).

Myers (1996) juga menyatakan kecenderungan memberikan atribusi

karena kita tidak memiliki akses tentang pikiran-pikiran pribadi, motif

ataupun perasaan orang lain, kita membuat kesimpulan tentang sifat-sifat

mereka berdasarkan perilaku yang dapat kita amati. Atribusi mencoba

menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa

melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung

(17)

Dengan adanya persepsi, prasangka dan pemberian atribusi sosial

yang negatif terhadap keberadaan perempuan bercadar, mereka akan

mengalami kesulitan untuk bergabung dan bersosialisasi dalam masyarakat.

Hal ini menjadi satu permasalahan sendiri mengingat pada dasarnya manusia

adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

Cadar atau hijab merupakan salah satu indikator wanita dewasa awal

memiliki nilai religiusitas. Religiusitas dan agama memang merupakan satu

kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam penggunaan cadar. Dilihat dari

kenampakannya, agama lebih menunjukkan kepada suatu yang mengatur tata

penyembahan manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas lebih melihat

aspek yang ada di lubuk hati manusia. Religiusitas lebih menunjuk kepada

aspek kualitas dari manusia yang beragama (Rakhmat, 2005). Agama dan

religiusitas saling mendukung dan saling melengkapi karena keduanya

merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yang mempunyai dua

kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan kutub kebersamaannya di tengah

masyarakat (Shihab, 2010).

Peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang wanita usia

dewasa awal yang menggunakan kerudung cadar pada tanggal 15 Desember

2011 di Mesjid “X” Kota Bandung. Subjek menyatakan bahwa tidak sedikit

yang beranggapan negatif tentang wanita muslimah yang menggunakan

cadar, ketika subjek melewati sekelompok orang yang tidak menggunakan

cadar mereka terlihat seperti berbisik sambil memandang ke arah dirinya, hal

(18)

masyarakat lainnya, dan tidak jarang pula masyarakat yang bertanya seputar

cadar yang subjek gunakan kemudian dihubungkan dengan aksi terorisme

yang terjadi di Indonesia, namun bagi subjek menggunakan cadar merupakan

kewajiban yang tidak ada alasan untuk melanggarnya.

Keputusan yang dibuat seorang muslimah untuk pada akhirnya

menggunakan cadar sangat rentan akan konflik, baik konflik yang terjadi

pada diri perempuan bercadar (within people) maupun konflik antara

perempuan bercadar dengan orang lain atau masyarakat (between people),

(Wijayani, 2008). Konflik yang ada akan menimbulkan perasaan yang tidak

nyaman, cemas serta berbagai emosi yang akan mempengaruhi hidup dan

hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar. Perempuan bercadar harus

mampu menghadapi dan mengatasi konflik yang ada sehingga ia dapat

meneruskan kehidupannya dengan lebih baik. Menurut Davis (1999),

kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada

disebut sebagai resiliensi.

Resiliensi adalah kemampuan seorang individu untuk mampu

bertahan dan berkembang secara positif dalam situasi yang penuh tekanan,

resiliensi harus dipahami sebagai kemampuan individu tidak sekedar berhasil

dalam beradaptasi terhadap resiko atau kemalangan namun juga memiliki

kemampuan untuk pulih, bahagia dan berkembang menjadi individu yang

lebih kuat, lebih bijak dan lebih menghargai kehidupan (Grotberg, 1995).

Seorang muslimah bercadar yang memiliki resiliensi akan mampu

(19)

hidup secara positif, pulih dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat

dan bijak. Untuk dapat menjadi individu yang resilien, seseorang harus

memiliki keahlian yang disebut oleh Reivich dan Shatte (2002) dengan istilah

tujuh faktor resiliensi. Tujuh faktor resiliensi yaitu, regulasi emosi,

pengendalian impuls, optimisme, causal analysis, empati, self-efficacy dan

reaching out. Masing-masing individu memiliki kekuatan yang berbeda-beda

pada setiap faktor (Reivich dan Shatte, 2002). Perbedaan kekuatan pada

setiap faktor resiliensi yang terdapat pada masing-masing individu akan

mempengaruhi kemampuan resiliensi seorang individu.

Resiliensi sepenuhnya berada dalam kontrol individu dan kemampuan

ini dapat dikuasai oleh individu manapun oleh proses latihan (Reivich dan

Shatte, 2002). Ketika perempuan bercadar terus menerus berusaha untuk

meningkatkan kemampuan tujuh faktor resiliensi yang ada pada dirinya,

maka bersamaan dengan itu kemampuan resiliensi yang dimiliki dengan

sendirinya akan meningkat.

Resiliensi tidak hanya ditekankan pada hasil akhir yang positif dimana

individu mampu bertahan dan pada akhirnya mampu berkembang secara

positif. Resiliensi juga harus dilihat secara utuh sebagai suatu proses, dengan

melihat faktor-faktor pendukung yang berkontribusi dalam membentuk

seorang individu yang resilien (Reivich dan Shatte, 2002). Tentunya mustahil

bagi perempuan bercadar untuk dapat menjadi resilien tanpa sebelumnya

terdapat sebuah proses yang didalamnya melibatkan faktor-faktor pendukung

(20)

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis mencoba mengadakan

penelitian yang bertujuan untuk menelusuri lebih dalam mengenai Hubungan

antara Religiusitas dengan Resiliensi pada Wanita Muslimah Usia Dewasa

Awal Bercadar di Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah

Fenomena menarik terkait dengan merebaknya busana islami adalah

penggunaan cadar dikalangan muslimah. Cadar merupakan salah satu

indikator muslimah usia dewasa awal memiliki nilai religiusitas. Keputusan

yang di buat muslimah untuk menggunakan cadar sangat rentan akan konflik,

kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik disebut

sebagai resiliensi.

Guna mengetahui lebih lanjut mengenai sejauh mana hubungan antara

religiusitas dengan resiliensi, maka dari itu pertanyaan penelitian yang

diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran religiusitas pada muslimah bercadar usia dewasa

awal di Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa

awal di Kota Bandung?

3. Bagaimana hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada muslimah

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memperoleh gambaran religiusitas muslimah bercadar usia dewasa awal

di Kota Bandung.

2. Memperoleh gambaran resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa

awal di Kota Bandung.

3. Memperoleh hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada

muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

tentang hubungan religiusitas dengan resiliensi, selain itu diharapkan

dapat menjadi sumber masukan empiris serta menambah referensi dan

memperkaya keilmuan psikologi yang menyangkut religiusitas dan

resiliensi.

2. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(22)

a. Bagi muslimah bercadar usia dewasa awal

Memberikan gambaran terhadap wanita muslimah bercadar usia

dewasa awal untuk dapat bersosialisasi dan bermasyarakat dengan

individu lain di luar komunitasnya, sehingga cadar tidak dianggap

sebagai suatu hambatan untuk melakukan hubungan positif dengan

masyarakat.

b. Masyarakat Umum

Memberikan gambaran religiusitas dan resiliensi muslimah bercadar

usia dewasa awal, sehingga masyarakat dapat mengurangi atau

menghilangkan asosiasi negatif dan atribusi negatif yang mereka

berikan kepada wanita muslimah bercadar.

E. Struktur Penulisan Skripsi

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang Penelitian

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Struktur Penulisan Skripsi

BAB II Konsep Dasar Religiusitas dan Resiliensi

BAB III Metode Penelitian

a. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian

(23)

c. Metode Penelitian

d. Defisi Operasional Variabel

e. Instrumen Penelitian

f. Teknik Pengumpulan Data

g. Analisis Data

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB V Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

(24)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah di beberapa mesjid yang tersebar di

Kota Bandung, diantaranya Mesjid Daarutauhid (Geger Kalong), Mesjid

Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung

Bandung), Mesjid Cipaganti (Cipaganti).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi pada mesjid-mesjid

tersebut karena dari fenomena di lapangan ditemukan banyak wanita usia

dewasa awal yang menggunakan cadar pada mesjid tersebut dibandingkan

dengan mesjid-mesjid lainnya.

Peneliti menggunakan teknik sampling purposive. Sampling purposive

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2008).

Peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40

orang yang menyebar di mesjid-mesjid dan komunitas pengajian wanita

muslimah bercadar di Kota Bandung dengan kriteria:

a. Perempuan berusia 18 – 30 tahun

b. Sudah menggunakan cadar minimal 6 bulan

c. Sudah tinggal di Kota Bandung minimal 6 bulan.

Arikunto (1997) menyatakan bahwa apabila jumlah subjek lebih dari

100 orang, maka dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Hal

(25)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengemukakan bahwa, ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah

antara 30 sampai dengan 500 orang.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendektan kuantitatif, yaitu sebuah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (Sugiyono, 2008).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang betujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada seberapa

eratkah serta berarti atau hubungan itu (Arikunto, 1997). Dalam penelitian ini,

metode deskriptif korelasional digunakan untuk mendapatkan gambaran

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai hubungan antara religiusitas

dengan resiliensi pada wanita muslimah usia dewasa awal, sehingga dapat

ditarik kesimpulan dengan mudah.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008) variabel penelitian adalah suatu atribut

(26)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu

religiusitas sebagai variabel bebas dan resiliensi sebagai variabel terikat

2. Definisi Operasional Variabel

a. Religiusitas

Religiusitas pada penelitian ini adalah religiusitas seorang muslimah

usia dewasa awal dalam menggunakan cadar yang diukur berdasarkan

hal-hal di bawah ini, yaitu:

a) Keyakinan/akidah islam. Keyakinan seorang muslimah bercadar usia

dewasa awal terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama

terhadap ajaran-ajaran yang fundamental atau bersifat dogmatik.

b) Praktik agama (syariah). Kepatuhan seseorang muslimah bercadar

usia dewasa awal dalam mejalankan kegiatan-kegiatan ritual

sebagaimana dianjurkan dalam agamanya.

c) Pengamalan (akhlak). Bagaimana seseorang muslimah bercadar usia

dewasa awal dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran

agamanya, yaitu bagaimana muslimah bercadar usia dewasa awal

berelasi dengan dunianya.

d) Pengetahuan (ilmu). Pengetahuan dan pemahaman seorang

muslimah bercadar usia dewasa awal terhadap ajaran agamanya,

(27)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e) Pengalaman (penghayatan). Bagaimana seorang muslimah bercadar

usia dewasa awal dalam merasakan dan mengalami

perasaan-perasaan serta pengalaman religius.

b. Resiliensi

Resiliensi dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan

muslimah bercadar usia dewasa awal dalam menyikapi atau

merespon setiap kejadian dalam hidupnya. meliputi:

1) Regulasi emosi (Emotional Regulation), kemampuan muslimah

bercadar usia dewasa awal untuk mengatur emosi sehingga tetap

tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan.

2) Kontrol terhadap impuls (Impulse Control), kemampuan muslimah

bercadar usia dewasa awal mengendalikan impuls atau

dorongan-doroangan dalam dirinya.

3) Optimisme (Optimism), kepercayaan muslimah bercadar usia

dewasa awal bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik,

mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa

mereka dapat mengontrol arah kehidupannya.

4) Kemampuan mnganalisis masalah (Causal Analysis), muslimah

bercadar usia dewasa awal dapat mengidentifikasikan secara akurat

(28)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Empati (Empathy), sebaik apa muslimah bercadar usia dewasa awal

dapat membaca dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi

orang lain.

6) Efikasi diri (Self Efficacy), keyakinan muslimah bercadar usia

dewasa awal bahwa ia dapat memecahkan masalah yang dialaminya

dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai

kesuksesan.

7) Peningkatan aspek positif (Reaching Out), kemampuan muslimah

bercadar usia dewasa awal untuk meningkatkan aspek-aspek yang

positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian

muslimah bercadar usia dewasa awal untuk mengatasi segala

ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner

dengan menggunakan skala Likert. Menurut Arikunto (1997), kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal

yang ia ketahui. Pemilihan metode kuesioner dipilih karena metode ini

dianggap lebih efisien. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai

(29)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Instrumen Religiusitas

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel

tingkat religiusitas adalah berdasarkan kelima dimensi religiusitas Glock

(1996). Instrumen religiusitas pada penelitian ini dibagi menjadi lima

bagian. Tiap bagian mengukur dimensinya masing-masing. Kisi-kisi

instrumen religiusitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas

Dimensi Indikator Nomor Item

Fav Unfav

1. Keyakinan (akidah)

1. Keyakinan Pada Allah

2. Keyakinan pada malaikat Allah 3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah 4. Keyakinan pada Nabi dan Rasul Allah 5. Keyakinan tentang hari akhir

6. Keyakinan kepada qadha dan qadar

1,3,5,8 2,4,13, 6

2. Peribadatan (Syariah)

1. Melakukan shalat baik wajib ataupun shalat sunnah

2. Melakukan puasa baik puasa wajib (ramadhan) ataupun puasa sunnah 3. Menunaikan zakat, infak dan shadaqoh 4. Pelaksanaan haji, umrah dan kurban 5. Menggunakan hijab

6. Menjaga lingkungan hidup

11,17,

1. Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an 2. Pokok-pokok ajaran Islam yang harus

diimani dan dilaksanakan

3. Pengetahuan tentang hukum-hukum islam

4. Pengetahuan tentang sejarah islam

33, 36,

1. Perasaan dekat dengan Allah

2. Perasaan doa-doanya sering terkabul

14, 23, 29, 25

(30)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Perasaan tentram bahagia karena

menuhankan Allah

4. Perasaan bertawakkal (berpasrah diri secara positif) kepada Allah

5. Perasaan bergetar ketika mendengar

adzan atau ketika ayat Al Qur’an

dikumandangkan

6. Perasaan bersyukur kepada Allah 7. Perasaan mendapatkan peringatkan atau

pertolongan dari Allah.

2. Instrumen Resiliensi

Instrumen resiliensi pada penelitian ini yaitu:

Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi

No Dimensi Indikator Nomor Item

Favorable Unfavorable

1 Regulasi

Emosi Kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.

Keterampilan ini akan

membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh individu.

Kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

(31)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 Optimisme Memiliki kepercayaan diri

bahwa kemampuan untuk

mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan

18, 27, 32, 53

3, 33,39, 43

4 Causal Analysis

Kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara

akurat penyebab dari

permasalahan yang mereka hadapi

12, 19, 21, 48

1, 41,44, 52

5 Empati Kemampuan individu untuk

membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain

10, 34, 37, 46

24, 30, 50, 54

6 Self-Efficacy Sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

5, 28, 29, 49 9, 17,20, 22

7 Reaching Out

Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa

6, 8, 14, 40 16, 35, 45, 51

3. Teknik Skoring

Skala yang digunakan dalam kuesioner religiusitas dalam

penelitian ini adalah Skala Likert yang merupakan metode penskalaan

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai

penentuan nilai skalanya (Anwar, 2007). Responden diminta untuk

memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap suatu

pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang diberikan. Pernyataan

yang disajikan memiliki rentang skor 1-4 yaitu terdiri dari Sangat Tidak

(32)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimana setiap pernyataannya bernilai favourable (+) dan unfavourable

(-). Namun terdapat satu bagian yag disajikan dengan alternatif jawaban

benar dan salah dengan penilaian 1 dan 0.

Untuk kuesioner resiliensi, menggunakan skala Likert. Responden

diminta untuk memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya

terhadap suatu pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang

diberikan. Pernyataan yang disajikan memiliki rentang skor 1-5 yaitu

terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Ragu-ragu

(R), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS), dimana setiap pernyataannya

bernilai favourable (+) dan unfavourable (-).

a. Kategorisasi Skala Religiusitas

Untuk variabel religiusitas, yang terdiri atas 40 item skala

yang dibuat digolongkan menjadi empat kategori, dimana skor 1

untuk jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk

jawaban S, dan skor 4 untuk jawaban SS, terdapat satu bagian yag

disajikan dengan alternatif jawaban benar dan salah dengan

penilaian skor 4 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban

salah. Empat kategorisasi religiusitas adalah :

Tabel 3.3.

Kategorisasi Religiusitas

Batas Kategori

X ≤ µ-1,5σ Sangat Rendah

µ-1,5σ < X < µ Rendah

µ ≤ X ≤ µ+1,5σ Tinggi

(33)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

X = Skor subjek

μ = Mean (nilai rata-rata)

σ = Standard Deviation (deviasi standar)

(Azwar, 2007)

Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala religiusitas, maka

peneliti membahasnya dengan memisah-misahkan besaran skala

religiusitas menurut dimensi-dimensinya. Lima kategorisasi skala

dimensi religiusitas adalah :

1) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Keyakinan

Tabel 3.4.

Kategorisasi Dimensi Keyakinan Rentang Nilai Kategori

X ≤ 26,27 Sangat Rendah

26,27 < X < 28,82 Rendah

28,82 ≤ X ≤ 31,37 Tinggi

31,37 < X Sangat Tinggi

2) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Peribadatan

Tabel 3.5.

Kategorisasi Dimensi Peribadatan Rentang Nilai Kategori

X ≤ 27 Sangat Rendah

27 < X < 29,4 Rendah

29,4 ≤ X ≤ 31,8 Tinggi

(34)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengamalan

Tabel 3.6.

Kategorisasi Dimensi Pengamalan Rentang Nilai Kategori

X ≤ 26,925 Sangat Rendah

26,925 < X < 29,55 Rendah

29,55 ≤ X ≤ 32,175 Tinggi

32,175 < X Sangat Tinggi

4) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengetahuan

Tabel 3.7.

Kategorisasi Dimensi Pengetahuan Rentang Nilai Kategori

X ≤ 23,5 Sangat Rendah

23,5 < X < 28 Rendah

28 ≤ X ≤ 32,5 Tinggi

32,5 < X Sangat Tinggi

5) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengalaman

Tabel 3.8.

Kategorisasi Dimensi Pengalaman Rentang Nilai Kategori

X ≤ 26,45 Sangat Rendah

26,45 < X < 29,6 Rendah

29,6 ≤ X ≤ 32,75 Tinggi

32,75 < X Sangat Tinggi

b. Kategorisasi Skala Resiliensi

Untuk variabel resiliensi, yang terdiri atas 56 item skala yang

dibuat digolongkan menjadi lima kategori, dimana skor 1 untuk

jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk jawaban R,

skor 4 untuk jawaban S, dan skor 5 untuk jawaban SS. Lima

(35)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.9.

Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala resiliensi, maka

peneliti membahasnya dengan memisah-misahkan besaran skala

resiliensi menurut dimensi-dimensinya. Tujuh kategorisasi skala dimensi

resiliensi adalah :

1) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Regulasi Emosi

Tabel 3.10.

Kategorisasi Dimensi Regulasi Emosi

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 30,87 Sangat Rendah

30,87 < X < 32,97 Rendah

32,97 ≤ X ≤ 35,07 Sedang

35,07 < X ≤ 37,17 Tinggi

37,17 < X Sangat Tinggi

2) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Pengendalian

Impuls

Tabel 3.11

Kategorisasi Dimensi Pengendalian Impuls

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 32,28 Sangat Rendah

32,28 < X < 34,03 Rendah

34,03 ≤ X ≤ 35,77 Sedang

35,77 < X ≤ 37,52 Tinggi

(36)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Optimisme

Tabel 3.12

Kategorisasi Dimensi Optimisme

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 31,45 Sangat Rendah

31,45 < X < 33,71 Rendah

33,71 ≤ X ≤ 35,99 Sedang

35,99 < X ≤ 38,25 Tinggi

38,25 < X Sangat Tinggi

4) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Causal Analysis

Tabel 3.13

Kategorisasi Dimensi Causal Analysis

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 31,08 Sangat Rendah

31,08 < X < 33,26 Rendah

33,26 ≤ X ≤ 35,44 Sedang

35,44 < X ≤ 37,62 Tinggi

37,62 < X Sangat Tinggi

5) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Empati

Tabel 3.14

Kategorisasi Dimensi Empati

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 27,98 Sangat Rendah

27,98 < X < 30,73 Rendah

30,73 ≤ X ≤ 33,51 Sedang

33,51 < X ≤ 36,29 Tinggi

(37)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Self Efficacy

Tabel 3.15

Kategorisasi Dimensi Self Efficacy Rentang Nilai Kategori

X ≤ 30,52 Sangat Rendah

30,52 < X < 32,69 Rendah

32,69 ≤ X ≤ 34,85 Sedang

34,85 < X ≤ 37,02 Tinggi

37,02 < X Sangat Tinggi

7) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Reaching Out

Tabel 3.16

Kategorisasi Dimensi Reaching Out Rentang Nilai Kategori

X ≤ 31,18 Sangat Rendah

31,18 < X < 33,04 Rendah

33,04 ≤ X ≤ 34,9 Sedang

34,9 < X ≤ 36,76 Tinggi

36,76 < X Sangat Tinggi

E. Proses Pengembangan Istrumen

Uji coba instrumen yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana

instrumen penelitian dapat mengungkapkan dengan tepat gejala-gejala yang

akan diukur dan sejauh mana instrumen tersebut dapat menunjukkan dengan

sebenarnya gejala yang akan di ukur tidak dilakukan, instrumen yang dimiliki

langsung dijadikan sebagai data untuk penelitian. Instrumen dilakukan

kepada 40 orang muslimah usia antara 18-30 tahun yang berdomisili di Kota

Bandung. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan

software SPSS 19.0 for Windows untuk dilakukan uji validitas dan

(38)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Uji Validitas

Validitas instrumen menujukkan mampu atau tidaknya sebuah

instrumen mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008).

Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu, pengujian validitas ini perlu

dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keakuratan instrumen.

Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji

validitas isi (content validity).

Validitas isi menunjuk kepada sejauhmana tes yang merupakan

seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang

dimaksud untuk diukur (Suryabrata, 2004). Untuk mengetahui validitas

isi instrumen dilakukan melalui pendapat profesional (professional

judgement) yang berjumlah satu orang. Judger melihat kesesuaian antara

kisi-kisi dalam indikator dengan soal-soal yang terdapat dalam instrumen

penelitian.

Setelah dilakukan professional judgement, maka dilakukan

pengujian daya diskriminasi untuk mengetahui item yang layak dengan

menggunakan bantuan program SPSS versi 19. Item yang layak adalah

item yang memiliki daya beda atau daya diskriminasi item, yaitu item

yang mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang

(39)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Azwar (2007) mengemukakan bahwa semua item yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap

memuaskan. Namun, menurut Azwar apabila jumlah item belum

mencukupi, maka dapat diturunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi

0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Yang sangat

tidak disarankan adalah menurunkan batas kriteria di bawah 0,20. Pada

penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan 0,25 sehingga

jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

a. Instrumen Religiusitas Muslimah Bercadar Usia Dewasa Awal

Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item terhadap

40 item dalam instrumen religiusitas, diperoleh 36 item yang

memiliki indeks daya diskriminasi item yang dianggap memuaskan.

Rincian item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.17.

Tabel 3.17

Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Religiusitas

Item Yang Terpilih Item Yang Tidak Terpilih

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37

34, 38, 39, 40

Item-item yang terpilih kemudian digunakan dalam instrumen

penelitian yang sebenarnya, sedangkan item-item yang tidak terpilih

tersebut dihapus dan tidak dipergunakan kembali dalam instrumen

penelitian yang sebenarnya karena tidak mampu membedakan antara

(40)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki atribut yang diukur. Adapun kisi-kisi religiusitas dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.18

Kisi-kisi Instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba

Dimensi Indikator Nomor Item

Fav Unfav

1. Keyakinan

(akidah)

1. Keyakinan Pada Allah

2. Keyakinan pada malaikat Allah 3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah 4. Keyakinan pada Nabi dan Rasul Allah 5. Keyakinan tentang hari akhir

6. Keyakinan kepada qadha dan qadar

1,3,5,8 2,4,13, (ramadhan) ataupun puasa sunnah 3. Menunaikan zakat, infak dan shadaqoh 4. Pelaksanaan haji, umrah dan kurban 5. Menggunakan hijab

6. Menjaga lingkungan hidup

11,17,

1. Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an 2. Pokok-pokok ajaran Islam yang harus

diimani dan dilaksanakan

3. Pengetahuan tentang hukum-hukum islam

4. Pengetahuan tentang sejarah islam

(41)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Pengalaman

(Penghayatan)

1. Perasaan dekat dengan Allah

2. Perasaan doa-doanya sering terkabul 3. Perasaan tentram bahagia karena

menuhankan Allah

4. Perasaan bertawakkal (berpasrah diri secara positif) kepada Allah

5. Perasaan bergetar ketika mendengar

adzan atau ketika ayat Al Qur’an

dikumandangkan

6. Perasaan bersyukur kepada Allah 7. Perasaan mendapatkan peringatkan atau

pertolongan dari Allah.

14, 23, 29, 25

19, 28, 24,20

b. Intrumen Resiliensi

Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item terhadap

56 item dalam instrumen resiliensi, diperoleh 53 item yang memiliki

indeks daya diskriminasi item yang dianggap memuaskan. Rincian

item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.19.

Tabel 3.19.

Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Resiliensi

Item Yang Terpilih Item Yang Tidak Terpilih

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,

Kisi-kisi Instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba

No Dimensi Indikator Nomor Item

(42)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 Regulasi

Emosi Kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.

Keterampilan ini akan

membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh individu.

Kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

4,15, 42, 47 11, 36, 38, 55

3 Optimisme Memiliki kepercayaan diri

bahwa kemampuan untuk

mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan

18, 27, 32, 53

3, 33,39, 43

4 Causal Analysis

Kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara

akurat penyebab dari

permasalahan yang mereka hadapi

12, 19, 21, 48

1, 41,44, 52

5 Empati Kemampuan individu untuk

membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain

34, 37, 46 24, 50, 54

6 Self-Efficacy Sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

5, 28, 29, 49 9, 17, 22

7 Reaching Out

Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa

(43)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.

Tinggi-rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien

reliabilitas (Azwar, 2007). Instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian

ini, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan software

SPSS 19.0 for Windows dan formula Cronbach Alpha untuk menguji

reliabilitas.

Koefisien reabilitas menurut Guilford disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 3.17.

Koefisien Reliabilitas Guilford

Interval Kofisiensi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang 0,60 – 0,79 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat

1) Instrumen Religisuitas

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa hasil reliabilitas

Cronbach Alpha dari 40 item religiusitas adalah 0,761.

Berdasarkan tabel koefisien realibilitas Guilford, instrumen

(44)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Instrumen Resiliensi

hasil reliabilitas Cronbach Alpha dari 56 item resiliensi

adalah 0,776. Berdasarkan tabel koefisien realibilitas Guilford,

instrumen resiliensi ini memiliki tingkat reliabilitas yang kuat.

Kemudian, reliabilitas per dimensi dari instrumen resiliensi

yakni untuk dimensi regulasi emosi sebesar 0,284 yang berarti

memiliki tingkat reliabilitas rendah, dimensi pengendalian

impuls sebesar 0,180 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas

sangat rendah, dimensi optimisme sebesar 0,541 yang berarti

memiliki tingkat reliabilitas sedang, dimensi causal analysis

sebesar 0,334 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah,

dimensi empati sebesar 0,478 yang berarti memiliki tingkat

reliabilitas sadang, dimensi self efficacy sebesar 0,293 yang

berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah, serta dimensi

reaching out sebesar 0,088 yang berarti memiliki tingkat

reliabilitas sangat rendah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan kondisi nyata pada wanita muslimah

usia dewasa awal yang menggunakan cadar yang tersebar di Kota Bandung

(45)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angket tertulis. Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan yang diajukan

untuk dijawab oleh subjek penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah

data penelitian berdistribusi normal, sehingga dapat dianalisis

menggunakan statistik parametrik (Widhiarso, 2009). Uji normalitas

adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita

berasal dari populasi yang sebarannya normal.

Uji normalitas untuk data religiusitas dan resiliensi ini menggunakan

analisis Kolmogorov Smirnov. Suatu data dikatakan berdistribusi normal,

jika p lebih besar daripada 0,05. Sedangkan suatu data dikatakan tidak

berdistribusi normal, jika p lebih kecil daripada 0,05. Uji normalitas untuk

variabel religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal

bercadar dapat dilihat pada table 3.18

Tabel 3.18. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Resiliensi

N 40 40

Normal Parametersa,b Mean 121,6000 227,9500

Std. Deviation 5,15304 9,19295

Most Extreme Differences Absolute ,129 ,127

Positive ,083 ,056

Negative -,129 -,127

(46)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Asymp. Sig. (2-tailed) ,516 ,537

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Nilai p (Asymp. Sig.) untuk religiusitas (sig.=0,516) dan resiliensi

(sig.=0,537), lebih besar dari 0,05 sehingga data religiusitas dan resiliensi

berdistribusi normal.

2. Uji Kelinieran

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan

sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada

SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi

0,05. Kaidah uji linieritas adalah signifikansi > 0,05 maka regresi linier.

Sebaliknya jika signifikasi ≤ 0,05 maka regresi tidak linier (Duwi, 2011).

Secara umum persamaan regresi sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut

(Sugiyono, 2008):

Y’ = a + b X

Keterangan:

Y’ = Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau

penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan

independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis

(47)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X = Nilai variabel independen

Hasil uji linieritas untuk kedua variabel dalam penelitian ini ditunjukkan

dalam tabel 3.19.

Tabel 3.19 Uji Kelinieran

Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dilihat bahwa hasil

signifikansi linearity < 0,05 yaitu 0,001. Artinya kedua variabel dalam

penelitian ini memiliki model yang linier.

4. Uji Korelasi

Analisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan

analisis korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mencari keeratan

hubungan dan arah hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis korelasi Rank Spearman. Korelasi Spearman digunakan untuk

menentukan hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif dua

ANOVA Table

Deviation from Linearity 1042,515 16 65,157 1,049 ,450

Within Groups 1366,800 22 62,127

(48)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variabel yang datanya ordinal. Uji korelasi ini akan dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 19.0. Berikut rumus korelasi Spearman

(Sugiyono, 2008):

Keterangan :

= Koefisien korelasi Spearman

�₁

= selisih nilai variabel religiusitas dan variabel resiliensi

n = Jumlah sampel

Setelah diketahui koefisien korelasinya, maka langkah selanjutnya

adalah menginterpretasikan koefisien korelasinya.

Tabel 3.20

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi

Terhadap Koefisien Korelasi

(Sugiyono, 2008)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat

= 1

6

�₁

2

(49)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Uji Signifikansi

Menurut Sugiyono (2009), uji signifikansi dilakukan untuk menguji

apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak. Pada penelitian ini

uji signifikansi diukur dengan membandingkan angka signifikansi/ Kriteria

Signifikansi korelasinya dapat dilihat pada tabel 3.21.

Tabel 3.21

Kriteria Signifikansi Korelasi

Kriteria

Probabilitas > 0,05 Ho diterima Probabilitas < 0,05 Ho ditolak

(50)

Qhorryisza maliani, 2013

Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal

Di kota bandung

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 91

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Religiusitas wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota

Bandung berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

wanita muslimah bercadar memiliki kemampuan yang baik dalam

menampilkan perilaku beragama yang diwujudkan dalam bentuk

keyakinan terhadap agama, praktek agama, pengalaman beragama,

pengetahuan beragama dan pengamalan agama.

2. Resiliensi wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota

Bandung berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa

wanita muslimah beracadar memiliki kemampuan yang cukup baik

dalam meregulasi emosi, mengendalikan impuls, tetap optimis,

menganalisis penyebab masalah, berempati, efikasi diri dan

meningkatkan aspek-aspek positif di dalam hidupnya (reaching out).

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiuistas dengan

resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota

Bandung dengan derajat korelasi sangat kuat. Hubungan ini berkorelasi

positif yang artinya semakin tinggi religisuitas wanita muslimah

bercadar di Kota Bandung maka semakin tinggi pula resiliensi wanita

Gambar

Tabel 4.4 Kategorisasi Resiliensi ...........................................................
Grafik 4.2 Gambaran Data Resiliensi ................................................
Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas
Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan body image pada wanita dewasa awal yang mengikuti zumba fitness di Pusat Kebugaran Kota Bandung..

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemburuan terhadap pasangan pada wanita dan pria usia dewasa

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menikah pada wanita usia dewasa awal yaitu meliputi sifat individu yang terlalu idealis mengenai pria, kurang percaya diri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan kecemasan menghadapi pernikahan pada wanita dewasa awal, tingkat kematangan emosi pada wanita

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.. Uji statistik yang digunakan untuk

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.. Uji statistik yang digunakan untuk

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menikah pada wanita usia dewasa awal yaitu meliputi sifat individu yang terlalu idealis mengenai pria, kurang percaya diri

Gambaran posttraumatic growth pada wanita penderita kanker payudara pasca mastektomi usia dewasa awal ditunjukkan dengan perubahan positif menuju level yang