59
Lampiran 1. Metode Pengukuran Kualitas Air
Parameter Satuan Alat Sumber
Fisika :
Suhu oC Termometer/Pemuaian SNI 06-6989.23-2005
Kimia:
Amonia mg/L Ammonia test kit SNI 06-6989.30-2005
pH - pH-meter SNI 06-6989.11-2004
Oksigen Terlarut mg/L DO-meter SNI 06-6989.14-2004
Nitrat mg/L Spektrofotometer SNI 06-2480-199 1
Posfat mg/L Colorimeter SNI 06-6989.31-2005
Lampiran 2. Prosedur Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran Suhu
•Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer maksimum minimum yang disimpan pada wadah perlakuan. Hal ini untu mengetahui perubahan suhu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan benih lele sangkuriang.
Pengukuran pH
•Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter untu mengetahui tingka keasaman media budidaya. Alat tersebut sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu, selanjutnya dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan sampai keluar angka yang menunjukkan nilai pH tersebut.
Pengukuran Oksigen Terlarut
•Pengukuran Oksigen Terlarut menggunakan suatu alat yaitu DO Meter yang sebelumnya sudah dikalibrasi terlebih dahulu. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kandungan oksigen terlarut dalam media budidaya.
Pengukuran ammonia
•Dilakukan dengan menggunakan amonium test kit yang terdiri dari 3 reagent, dengan prosedur sebagai berikut :
•Bilas botol vial dengan menggunakan air yang akan diuji, lalu masukan 10 ml air tersebut. •Tambahkan 6 tetes reagent 1 ke dalam botol vial kemudian kocok hingga merata •Tambahkan 6 tetea reagent 2 kedalam botol vial kemudian kocok hingga merata. •Tambahkan 6 tetes reagent 3 kedalam botol vial kemudian kocok hingga merata
•Bandingkan warna setelah 5 menit dengan indikator warna yang menunjukkan besarnya nilai amonia.
Pengukuran Nitrat
•Dilakukan dengan menggunakan Nitrate test yng terdiri dari 4 reagent, dengan prosedur sebagai berikut :
•Masukanair kedalam botol vial sebanyak 5 ml
•Tambahkan reagent 1 sebanyak 14 tetes kedalam botol vial kemudian kocok hingga merata. •Tambahkan reagent 2 sebanyak 7 tetes kemudian kocook hingga merata
•Masukan reagent serbuk sesuai sendok takaran kemudian kocok hingga merata •Tutup botol vial kemudian kocok hingga merata selama 20 detik
•Terakhir masukan reagent 3 sebanyak 7 tetes kemudian kocok hingga merata sampai 10 menit kemudian bandingkan dengan indikator warna nilai Nitrat.
Pengukuran posfat
•Dilakukan dengan menggunakan posfat test kit yang terdiri dari 3 reagent, dengan prosedur sebagai berikut
•Bilas botol vial dengan menggunakan air yang akan diuji, lalu masukan 10 ml air tersebut. •Tambahkan 6 tetes reagent 1 kedalam botol vial kemudian kocok hingga merata
•Tambahkan 6 tetes reagent 2 kedalam botol vial kemudian kocok hingga merata
•Masukan reagent 3 berupa serbuk sebanyak takaran kemudian tutup botol untuk dikocok secara merata
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Wadah Pemeliharaan Ikan Media Tanam Kangkung
Penimbangan Bobot Kangkung Penimbangan Pakan
Bak Fiber Keranjang (Media Tanam Kangkung)
Timbangan analitik Penggaris
DO Meter pH Meter
Lampiran 4. Data Kualitas Air Selama Penelitian
Perlakuan Padat Tebar (ekor/m2)
Parameter Kualitas Air DO
(mg/L)
pH Suhu (0C) Amonia (mg/L)
Nitrat (mg/L)
Posfat (mg/L) A (50 DK) 6,0-8,0 6,9-7,5 24,1-26,0 0,01-0,17 19-35 0,3-2,0 B (50 TK) 6,0-8,0 6,9-8,0 24,2-25,6 0,01-0,27 20-40 2,0-4,0 C (100 DK) 5,7-7,4 7,0-7,5 23,7-27,2 0,01-0,53 18-40 0,5-2,0 D (100 TK) 6,0-8,0 6,9-8,0 23,8-26,2 0,03-0,75 20-40 2,0-4,0 E (150 DK) 5,7-7,1 6,9-8,0 23,6-25,5 0,03-0,75 18-33 2,0
F (150 TK) 5,2-7,29 7,0-8,0 24,1-26,2 0,03-0,75 20-40 2,0-4,0 Optimal * >4 6,5-8,5 25,0-30,0 <1
Data Rata-rata suhu (oC)
Suhu (oC)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Data Rata-rata DO (mg/L)
Dissolved Oksigen (DO) (mg/L)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Kondisi Kandungan Oksigen terlarut (mg/L) Selama 24 Jam Pengamatan
Pukul Padat tebar 50 DK
Padat tebar
50 TK
Padat tebar
100 DK
Padat tebar
100 TK
Padat tebar
150 DK
Padat tebar
150 TK
17.00 5,7 5,0 5,8 5,1 6,0 5,6
23.00 4,0 4,5 3,9 4,4 3,9 4,3
05.00 6,0 5,5 6,3 5,4 6,1 5,6
11.00 7,7 6,7 7,5 7,0 7,4 6,8
Data Rata-rata Amonia (mg/L)
Amonia (mg/L)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Data Rata-rata Nitrat (mg/L)
Nitrat (mg/L)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Data Rata-rata Posfat (mg/L)
Posfat (mg/L)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Lampiran 5. Rata-rata bobot ikan (gr)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Lampiran 7. Rata-rata Panjang Ikan (cm)
Perlakuan Ulangan Periode (Minggu ke-)
Lampiran 8. Produktivitas Kangkung Air
Rata-rata jumlah daun (helai) pada tiap perlakuan
Lampiran 9. Analisis Statistik RAL Faktorial
Analisis pengaruh padat penebaran dan keberadaan kangkung terhadap pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang
Model percobaan ini adalah:
dimana:
Yijk = bobot benih ikan lele pada perlakuan padat penebaran ke-i, keberadaan
kangkung ke-j, dan ulangan ke-k
u = rata-rata bobot ikan lele yang sesungguhnya
αi = pengaruh aditif dari padat penebaran ke-i βj = pengaruh aditif dari keberadaan kangkung ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi padat penebaran ke-i dan keberadaan kangkung ke-j ij = pengaruh galat percobaan yang timbul pada padat penebaran ke-i,
keberadaan kangkung ke-j dan ulangan ke-k
Tabel analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian benih lele sangkuriang
No Perlakuan Pertumbuhan pada ulangan ke Total Rata-rata
( )
( )
Tabel Analisis Ragam
Sumber Ragam db JK KT Fhit Ftab
Perlakuan 5 4,416 0,883
Kepadatan 2 3,519 1,760 11,83 3,89
Kangkung 1 0,161 0,161 1,08 4,75
Interaksi
Kep-Kang 2 0,737 0,368 2,48 3,89
Galat 12 1,784 0,149
17 6,201
Hasil Analisis sidik ragam terlihat bahwa pengaruh padat penebaran
(faktor A) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan, sedangkan
pengaruh keberadaan kangkung (faktor B) dan interaksi antara padat penebaran
dan keberadaan kangkung tidak signifikan terhadap pertumbuhan. Artinya
perbedaan padat penebaran berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan lele
sedangkan ada atau tidak adanya kangkung tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan lele.
Model percobaan yang baru ini adalah:
dimana:
Yij = bobot benih ikan lele pada padat penebaran ke-i dan ulangan ke-j
u = rata-rata bobot benih ikan lele yang sesungguhnya
αi = pengaruh aditif dari padat penebaran ke-i
ij = pengaruh galat percobaan yang timbul pada padat penebaran ke-i dan
Pada model yang baru unit-unit percobaan yang ditanami kangkung
disamakan dengan yang tidak ditanami kangkung dan menjadi ulangan dari
perlakuan (padat penebaran). Komponen faktor keberadaan kangkung dan
interaksi hilang dan termuat di dalam komonen galat.
Pertumbuhan pada ulangan ke
Total Rata-rata
1 2 3 4 5 6
3,20 3,31 2,88 2,63 3,24 3,28 18,54 3,09
2,50 2,65 2,77 2,54 2,88 2,49 15,83 2,64
2,15 2,77 1,00 1,74 1,75 2,66 12,07 2,01
7,85 8,73 6,65 6,91 7,87 8,43 46,44
Perhitungan analisis ragam:
( )
Tabel Analisis Ragam
Sumber Ragam db JK KT Fhit Ftab
Kepadatan 2 3,519 1,760 9,84 3,68
Galat 15 2,682 0,179
Total 17
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%: KTG = 0,179
√ √ LSR = Sx×SSR
2 3
SSR 3,01 3,16
LSR 0,520 0,545
Tabel Perbandingan Antara Perlakuan
Perlakuan Selisih LSR Tanda
(X-C) (X-B)
C 2,01 - - b
B 2,64 0,63 - 0,52 a
A 3,09 1,08 0,45 0,545 a
Tabel Hasil Uji Lanjutan dengan Uji Jarak Berganda Duncan
Padat Tebar Bobot A (50) 3.09a B (100) 2.64a C (150) 2.01b
Menurut uji jarak berganda Duncan padat penebaran benih 150 ekor/m2
menghasilkan pertumbuhan benih ikan lele yang nyata lebih rendah dibanding
padat penebaran 100 ekor/m2 dan 50 ekor/m2. Sementara padat penebaran 50
ekor/m2 dan 100 ekor/m2 menghasilkan pertumbuhan benih yang tidak berbeda
nyata. Jadi, padat penebaran 50 ekor/m2 dan 100 ekor/m2 menghasilkan
pertumbuhan benih ikan lele paling tinggi. Namun, dalam sistem budidaya
karenanya, padat penebaran yang lebih tinggi adalah lebih baik dibanding padat
penebaran yang lebih rendah. Disimpulkan bahwa dalam penelitian padat
penebaran 100 ekor/m2 adalah padat penebaran yang optimum.
Perlakuan
Jumlah
Ikan Panjang pada ulangan ke Total
Rata-rata
1 2 3 4 5 6
A 50 2,36 2,88 2,92 2,86 2,4 2,9 16,32 2,72
B 100 1,98 2,02 2,5 2,8 2,98 2,8 15,08 2,51
C 150 0,54 1,68 1,98 1,87 1,83 2,05 9,95 1,66
jumlah 4,88 6,58 7,4 7,53 7,21 7,75 41,35
Perhitungan analisis ragam:
( )
Tabel Analisis Sidik ragam
Sumber ragam dB JK KT Fhit Ftab
Kepadatan 2 3,801 1,900 10,03 3.68
Galat 15 2,842 0,189
Total 17 6,643
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%: KTG = 0,179
√ √ LSR = Sx×SSR
2 3
SSR 3,01 3,16
LSR 0,535 0,561
Tabel Perbandingan Antara Perlakuan
Perlakuan Selisih LSR Tanda
(X-C) (X-B)
C 1,65 - - b
B 2,51 0,85 - 0,53 a
A 2,72 1,06 0,20 0,56 a
Tabel Hasil Uji Lanjutan dengan Uji Jarak Berganda Duncan
Menurut uji jarak berganda Duncan padat penebaran benih 150 ekor/m2
menghasilkan pertambuhan panjang benih ikan lele yang nyata lebih rendah
dibanding padat penebaran 100 ekor/m2 dan 50 ekor/m2. Sementara padat
penebaran 50 ekor/m2 dan 100 ekor/m2 menghasilkan pertambahan panjang benih
yang tidak berbeda nyata. Jadi, padat penebaran 50 ekor/m2 dan 100 ekor/m2
menghasilkan pertambahan panjang benih ikan lele paling tinggi. Namun, dalam
sistem budidaya intensif, efisiensi tempat budidaya adalah pertimbangan yang
sangat penting. Oleh karenanya, padat penebaran yang lebih tinggi adalah lebih
baik dibanding padat penebaran yang lebih rendah. Disimpulkan bahwa dalam
Lampiran 10. Analisis Regresi Pengaruh Padat Penebaran Benih Lele
Persamaan regresi linier Y atas X adalah:
Untuk mengetahui apakah model regresi linier sederhana di atas ini tepat dan bisa
digunakan maka harus diuji dengan “Analisis Ketepatan Model”.
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑Yij2– FK
= 24315,057 –24248,718
= 66,339
3. Jumlah Kuadrat Regresi (JKR) = b1∑xiyi
= -0,0148x -222 = 3,2856
4. Jumlah Kuadrat Galat = JKT – JKR = 66,339-3,286 = 63,053
5. Jumlah Kuadrat Galat murni (JKGm)
Pada pengulangan t (-50) = (Y12 + Y22 + Y32) – (Y1+Y2+Y3)2 /3 =1,906
Pada pengulangan t (0) = (Y42 + Y52 + Y62) – (Y4+Y5+Y6)2 /3= 8,371
Pada pengulangan t (50) = (Y72 + Y82 + Y92) – (Y7+Y8+Y9)2 /3= 2,776
JKG murni = 13,053
6. DBG murni = 6
7. JKsdm = JKG – JKGm
= 63,053 – 13,053
= 50,000
8. DBsdm = 1
Tabel Analisis Ragam Untuk Model Regresi Linier Sederhana
Sumber Ragam DB JK KT Fh Ftabel 0,05% R (b1|b0) 1 3,286 3,286 0,364 5,591
Galat 7 63,053 9,008
SDM 1 50 50 22,983* 5,987
Galat murni 6 13,053 2,176
Total 8 66,339
Regresi Kuadratik
5380800 = 105000a + 14000000b + 660000000000c ………. (3)
Setelah diselesaikan dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi,
diperoleh nilai :
a =36,720; b = 0,385 ; c = -0,002
*) Persamaan regresi kuadratik Y atas X adalah ;
*) Nilai padat tebar optimum yang menghasilkan bobot kangkung tertinggi diperoleh dari turunan di atas, yaitu :
∂X = b + 2cX
Y = 58,248 gram (Bobot maksimum kangkung)
3. Jumlah Kuadrat Regresi (b1,b2,b3)
= a∑Y + b∑XY + c∑X2Y – FK
= (36,72)(467,160) + (0,385)( 46494) + (-0,002)(5380800) – 24248,718
= 53,286
4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKR = 66,339 – 53,286 = 13,053
5. Jumlah Kuadrat Galat murni (JKGm)
Pada pengulangan t (-50) = (Y12 + Y22 + Y32) – (Y1+Y2+Y3)2 /3 = 1,906
Tabel Analisis Ragam Untuk Model Regresi Kuadratik
Sumber Ragam DB JK KT Fh Ftabel 0,05% kuadratik tepat untuk menyatakan hubungan berbagai padat penebaran benih lele sangkuriang dengan bobot kangkung. Tidak adanya simpangan dari model (SDM) ini lebih baik daripada Fh SDM<F tabel.
Koefisien determinasi (R2) = JKR JKT = 53,286 66,339 = 0,8032