• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA

WANITA ANTARA

SHIFT

PAGI,

SHIFT

SORE, DAN

SHIFT

MALAM DI BAGIAN

WINDING

PT. ISKANDAR INDAH

PRINTING TEXTILE SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

Eka Rosanti NIM. R0207025

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBEBLAS MARET Surakarta

(2)
(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2011

(4)

commit to user

ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT

MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

Eka Rosanti1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan

tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik dengan

pendekatan cross sectional, dengan sampel penelitian 56 pekerja wanita di bagian

Winding. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan

menentukan ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur tingkat kelelahan kerja tenaga kerja menggunakan

Reaction Timer. Analisis yang digunakan adalah uji statistik non parametrik

Kruskal Wallis dengan program komputer SPSS versi 17.00.

Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja

wanita antara shift pagi (326,41 ± 79,52), shift sore (393,32 ± 83,20), dan shift malam (483,00 ± 118,66) menunjukkan nilai sangat signifikan yaitu p = 0.001.

Kesimpulan : Tingkat kelelahan tertinggi terjadi pada shift malam. Untuk

mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi serta menerapkan rotasi shift dengan pola metropolitan rota (2 - 2 - 2) atau continental rota (2 - 2 - 3).

Kata Kunci : Shift Kerja, Kelelahan

1

Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta

2

Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali 3

(5)

commit to user

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF FEMALE LABOR’S WORK FATIGUE LEVEL BETWEEN THE MORNING, EVENING, AND NIGHT SHIFTS IN

WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

Eka Rosanti1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3

Objective : This research was aimed to know and investigate the difference of

female labor’s work fatigue level between the morning, evening, and night shifts in winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Methods : This research is an observational cross sectional analytical approach,

sample were 56 woman in Winding division. Sampling technique uses in this research was purposive sampling by determining the predefined characteristics. The data collection was done by measuring the labor fatigue level using Reaction Timer. The data analysis used statistic non parametric kruskal Wallis by using computer program SPSS 17.00 Version.

Result : The result of statistic showed the difference of female labor’s work

fatigue level between the morning (326,41 ± 79,52), evening (393,32 ± 83,20), and nights shift (483,00 ± 118,66) showed very significance value p = 0.001.

Conclution : The highest level of fatigue was night shift. To solved this

problems, it could be recommended by giving some nutritions and applying rotation shift patern with rota metropolitan (2 - 2 - 2) and rota continental (2 - 2 - 3).

Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali 3

(6)

commit to user

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kelelahan kerja Tenaga Kerja Wanita Antara Shift Pagi, Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei 2011.

2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei 2011 – 16 Mei 2015.

3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Sebelum 16 Juni 2011

4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni 2011 – 16 Juni 2015

5. Bapak Tarwaka, PGDip.S., M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

8. Pimpinan Perusahaan PT. Iskandartex Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian.

9. Bapak Agus Mulya, selaku Pembimbing Lapangan yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi penulis dalam pengambilan data.

10.Bapak Sarosa, S.IP, MM dan Ibu Karsi serta adikku Selvia Mita Saraswati tercinta, terima kasih atas nasehat, motivasi dan kasih sayang yang tiada tara. 11.Wahyu Noor Aryfien, terimakasih atas dukungannya, motivasi dan kasih

sayangnya.

12.Recha Dwindra F dan Siti Nurjanah, terimakasih atas motivasinya selama ini. 13.Teman-teman angkatan 2007 Program D.IV Kesehatan Kerja dan semua pihak

yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(7)

commit to user

akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Surakarta, Juli 2011

(8)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 29

C. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 32

D. Teknik Sampling ... 32

E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

G. Instrumen Penelitian... 38

H. Desain penelitian ... 39

(9)

commit to user

BAB IV HASIL

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 41

B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 46

C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 59

D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ... 66

BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan... 70

B. Analisa Karakteristik Subjek Penelitian... 72

C. Analisa Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 77

D. Analisa Hasil pengukuran Kelelahan kerja ... 82

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 87

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori IMT ... 22 Tabel 2. Data Masa Kerja Subjek Pada Shift Pagi di Bagian Winding PT.

Iskandartex Surakarta ... 47 Tabel 19. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk IMT ... 58 Tabel 20. Data Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan Bagian Winding di

PT. Iskandartex Surakarta... 59 Tabel 21. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA

untuk Intensitas Penerangan ... 60 Tabel 22. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Inrensitas Penerangan ... 60 Tabel 23. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVAuntuk Intensitas

Penerangan... 61 Tabel 24. Data Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Winding di

PT. Iskandartex Surakarta... 62 Tabel 25. Hasil uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA

(11)

commit to user

Tabel 26. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Intensitas Kebisingan ... 63 Tabel 27. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Intensitas

Kebisingan ... 64 Tabel 28. Data Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Bagian Winding PT.

Iskandartex Surakarta ... 65 Tabel 29. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA

untuk Iklim Kerja ... 65 Tabel 30. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Iklim Kerja ... 66 Tabel 31. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Iklim

Kerja ... 66 Tabel 32. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Pagi Bagian Winding di

PT. Iskandartex Surakarta... 67 Tabel 33. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Sore Bagian

Winding di PT. Iskandartex Surakarta ... 68 Tabel 34. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Malam Bagian

Winding di PT. Iskandartex Surakarta ... 68 Tabel 35. Hasil Uji dengan Kruskal Wallis (Ranks) untuk Shift dengan

Kelelahan Kerja ... 69 Tabel 36. Hasil Uji dengan Kruskal Wallis (Test Statistics) untuk Shift

(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan

Penyegaran ... 15

Gambar 2. Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam ... 25

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel ... 34

Gambar 5. Bagan Desain Penelitian... 39

Gambar 6. Pembuatan Benang Lusi ... 43

Gambar 7. Pembuatan Benang Lusi (LOOM Warping) ... 43

Gambar 8. Proses Pengkanjian Benang ... 43

Gambar 9. Proses Cucuk ... 43

Gambar 10. Proses Winding (Pemaletan Benang) ... 44

Gambar 11. Proses Penenunan Benang ... 45

Gambar 12. Proses Finishing ... 45

(13)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Denyut Nadi per Menit

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri (Tarwaka,

dkk., 2004).

Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan

produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini

memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah

satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah

ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja. Shift kerja berpengaruh

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini berhubungan dengan

irama sirkadian (Circadian Rhytm) (Setyawati, 2010).

Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan

oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007).

Menurut Wicken dalam Setyawati dan Djati (2008), kelelahan bisa disebabkan

oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh

(15)

commit to user

atau shift work. Sharpe dalam Setyawati dan Djati (2008) menyatakan bahwa pekerja pada shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cidera

atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi,

gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari

kesalahan manusia.

PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebagai perusahaan yang

bergerak di bidang textile beroperasi 24 jam setiap harinya. Oleh karena itu

shift work (kerja bergilir) harus diterapkan. Untuk memenuhi tuntunan ini

perusahaan tersebut memberlakukan tiga shift setiap harinya.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di PT. Iskandar Indah

Printing Textile Surakarta mengenai perbedaan tingkat kelelahan tenaga antara

shift pagi, shift sore, dan shift malam dapat diketahui bahwa pekerja shift

malam lebih lelah dari pada shift sore dan shift pagi, dan shift sore lebih lelah dari pada shift pagi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian

mengenai Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Antara Shift pagi,

Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian winding PT. Iskandar Indah Printing

Textile Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita

antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar

(16)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita

antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT.

Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita di

bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile.

b. Untuk mengetahui jenis shift kerja yang diterapkan di bagian Winding

PT. Iskandar Indah Printing Textile.

c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja

wanita oleh karena penerapan shift di bagian Winding PT. Iskandar

Indah Printing Textile.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan dapat membuktikan adanya perbedaan tingkat kelelahan

kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

2. Praktis

a. Peneliti dapat memberikan solusi tentang penerapan shift kerja yang baik untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja tenaga kerja di bagian

(17)

commit to user

b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah kepustakaan

program Diploma IV Kesehatan Kerja.

c. Tenaga kerja dapat mengatur waktu tidur dan istirahat di luar

pekerjaannya dengan baik agar tidak mengalami kelelahan.

d. Pihak manajemen dapat mengatur penjadualan waktu shift kerja dengan baik berdasarkan perundangan yang berlaku untuk

menghindari kelelahan kerja sehingga tercapai produktivitas yang

(18)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Shift Work

a. Pengertian Shift Work

Shift Work adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga

kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi

atas kerja pagi, sore, dan malam (Suma’mur, 2009).

Shift Work adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai

pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan sore hari sebagaimana

yang biasa dilakukan (Lintje, 2010).

b. Jenis-jenis Shift Work

Ada dua kelompok besar Shift work, yaitu permanen dan rotasi. Namun demikian dipandang dari sudut kesehatan yang penting adalah

apakah Shift work itu mengandung unsur kerja malam atau tidak.

Pembagian berikutnya adalah sistem Shift terputus dan sistem Shift terus-menerus. Sistem Shift terputus berlangsung antara hari senin

sampai dengan jum’at atau antara hari Senin sampai dengan hari Sabtu.

Sistem Shift terus-menerus berlangsung selama 7 hari seminggu termasuk hari-hari libur. Pembagian sistem Shift work lainnya ialah

(19)

commit to user

jangka waktu masing-masing Shift, urutan rotasi Shift, jangka daur

Shift, dan keteraturan sistem Shift (Kuswadji, 1997).

Menurut awal dan akhir jam Shift work, lama satu Shift, dan keteraturan sistem (Kuswadji, 1997), dapat dibagi sebagai berikut :

1) Sistem 3 Shift biasa

Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang

sama selama 24 jam : dinas pagi antara pukul 06.00 - 14.00 WIB,

dinas sore antara pukul 14.00 - 22.00 WIB, dan dinas malam antara

pukul 22.00 - 06.00 WIB.

2) Sistem Amerika

Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00 - 16.00

WIB, dinas sore antara pukul 16.00 - 24.00 WIB, dan dinas malam

antara pukul 24.00 - 08.00 WIB. Sistem ini memberikan keuntungan

fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada

pekerja pagi dan sore. Setiap Shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.

3) Sistem 12 - 12

Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12 -

12. Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam.

Jadwal antara 07.00 - 19.00 WIB dan 19.00 - 07.00 WIB. Satu

minggu kerja sore dan satu minggu kerja malam. Bila pekerjaan Shift dilakukan selama ini, masing-masing Shift baik sore atau malam,

(20)

commit to user

Menurut Suma’mur (2009) dalam soal periode kerja sore atau

malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam.

Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal

sebagai berikut :

1) Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja malam-

tidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat

disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian. Hal ini mudah

dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan, nadi, tekanan

darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan

dengan keadaan waktu bekerja sore hari. Semua ini sekarang banyak

dipelajari dalam ilmu kronobiologi dalam aspek irama hayati.

2) Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak aspek

yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur

siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di

darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur

sore, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur, fosfor, mangan,

dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel, sehingga dengan

pergantian waktu kerja sore oleh malam tidak dapat dipengaruhinya.

Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat

diserasikan dengan keperluan kerja malam.

3) Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara

lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan.

(21)

commit to user

parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam

hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, simpatis harus melebihi

kekuatan parasimpatis.

4) Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada

sore harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan

gangguan suasana sore hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang,

dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat

diubah seluruhya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan

lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada sore hari.

5) Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada kerja

malam tidur sore. Dengan demikian jumlah makanan yang diambil

relatif lebih sedikit, sedangkan pencernaan kurang bekerja

semestinya.

6) Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat

antara lain penurunan berat badan.

7) Selain soal biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi

psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan

tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan malam. Akibat

dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat banyak pada

kerja malam.

8) Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin

(22)

commit to user

c. Dampak Shift Malam

Perubahan dari siang menjadi malam menurut Grandjean dalam

Nurmianto (2000) mengganggu circadian rhythm yang akhirnya mengganggu semua fungsi organ tubuh.

Pulat menyebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan (kerja),

yaitu :

1) Efek fisiologis

Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh :

a) Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur sore tidaklah seefektif tidur

pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya

memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu

tidur malam akibat kerja shift malam.

b) Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari.

Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan

yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah.

c) Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat

melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental

mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti

pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan

Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat

meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena

(23)

commit to user

d) Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara

pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari

kerja shift juga merupakan alasan utama.

e) Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan

bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan

30% mengalami gangguan usus.

2) Efek Sosial

Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan

sosial :

1) Mengganggu kehidupan keluarga.

2) Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan

rekan.

3) Mengganggu aktivitas kelompok.

3) Efek Performansi

Wyatt dan Marriott dalam Pulat (2002) mengkonfirmasikan

bahwa sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi

(penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Browne

menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilan

telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift malam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi

secara bermakna dilakukan oleh pembaca meteran di perusahaan gas

(24)

commit to user

menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya

kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam.

d. Pengendalian Dampak Shift Malam

Menurut Knauth (1993), penerapan shift kerja di malam hari

harus memenuhi saran sebagai berikut :

1) Pekerja shift malam berumur antara 25 - 50 tahun.

2) Pekerja berpenyakit perut/usus, emosi tidak stabil disarankan tidak

kerja pada shift malam.

3) Pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang ada di

lingkungan masyarakat ramai tidak dapat bekerja malam.

4) Sistem shift dengan tiga rotasi biasanya berganti pada pukul 6 – 14 – 22 WIB, atau lebih baik pukul 7 – 15 – 23 WIB atau pukul 8 – 16

– 24 WIB.

5) Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang dan kerja malam

secara terus-menerus tanpa perubahan harus dihindarkan. Rotasi

shift dengan pola 2 - 2 - 2 (Metropolitan pola) atau pola 2 - 2 - 3

(Continental pola).

6) Kerja malam selama 3 hari berturut-turut harus diikuti istirahat

sedikitnya 24 jam.

7) Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan dua hari istirahat yang berturutan.

8) Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup digunakan untuk

(25)

commit to user

2. Kelelahan

a. Pengertian Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat (Tarwaka, 2010).

Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) kelelahan kerja

adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan.

Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan

yang sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan

merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil

untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian yang

hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana

yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari

siklus lambat yang tidak normal (Nurmianto, 2003).

b. Jenis-jenis Kelelahan

Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2010) kelelahan

diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu :

1) Kelelahan otot, adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri

pada otot.

2) Kelelahan umum, biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan

untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan

lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status

(26)

commit to user

Menurut Grandjean dan Kogi dalam Setyawati (2010),

berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dibagi menjadi dua macam,

yaitu :

1) Kelelahan Akut

Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh

secara berlebihan.

2) Kelelahan Kronis

Terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan.

Menurut Singleton dalam Setyawati (2010) terdapat dua macam

kelelahan, yaitu :

1) Kelelahan Fisiologis

Disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu

dan kebisingan.

2) Kelelahan Psikologis

Merupakan kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis.

c. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng (2003)

gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain :

1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.

2) Kurang mampu berkonsentrasi.

3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan.

(27)

commit to user

5) Berkurangnya gairah untuk bekerja.

6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) mengemukakan

bahwa gejala kelelahan kerja ada dua macam yaitu gejala subjektif dan

gejala obyektif. Gejala kelelahan yang penting antara lain adalah

adanya perasaan kelelahan, somnolensi, tidak bergairah bekerja, sulit

berpikir, penurunan kesiagaan, penurunan persepsi dan kecepatan

(28)

commit to user

d. Penyebab Kelelahan Kerja

Faktor penyebab kelelahan digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Tarwaka, 2010).

e. Pengukuran Derajat Kelelahan Kerja

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat

kelelahan kerja secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang

dilakukan hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya

kelelahan akibat kerja (Tarwaka, dkk., 2004).

Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan

Circadian rhytm

Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik

Kenyerian dan kondisi kesehatan

Nutrisi

Pemulihan/ penyegaran

(29)

commit to user

Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004)

metode pengukuran tingkat kelelahan kerja ada beberapa cara, antara

lain :

1) Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu.

2) Uji Psiko-motor

Pada metode ini pengukuran yang digunakan adalah

perhitungan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari

pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau

dilaksanakannya suatu kegiatan.

3) Uji Fliker Fusion

Dalam kondisi yang lelah kemampuan tenaga kerja untuk

melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah maka semakin

panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antar dua kelipatan.

4) Perasaan kelelahan secara subjektif

Subjective Self Rating test dari Industrial Fatique Research

Committe (IFRC) Jepang, Merupakan salah satu kuesioner yang

dapat untuk mengukur tingkat kelelahan.

5) Uji mental

Pada uji ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan

yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan

(30)

commit to user

Pengukuran tingkat kelelahan kerja pada penelitian ini

dilakukan dengan metode kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja.

f. Waktu Reaksi (Reaction timer)

Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana

atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi.

Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu dari pembuatan rangsang

sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan

tertentu (Suma’mur, 1999).

Menurut Sanders & Mc Cormick (1987) yang dikutip oleh

Tarwaka,dkk (2004), waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu

respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Sedangkan menurut

laporan Setyawati yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), dalam uji

waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh

reseptor daripada stimuli suara.

Menurut Grandjean yang dikutip dalam Heru Setiarto (2002),

proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang

datang dari luar tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian

secara aktif menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem

aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor dan amplifier

sinyal-sinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara neurofisiologis, korteks

cerebri mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan pengarahan

(31)

commit to user

Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang atau

range waktu reaksi sebagai berikut :

1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik

2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi > 240,0 - < 410,0

milidetik

3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi > 410,0 – < 580,0

milidetik

4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi 580,0 milidetik

(Tim Hiperkes, 2004)

g. Akibat Kelelahan Kerja

Menurut Gilmer dan Suma’mur dalam Setyawati (2010)

kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi

kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang

menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang

menurun. Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya

kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri

maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktifitas kerja.

Menurut Tarwaka, dkk (2004) risiko terjadinya kelelahan

adalah sebagai berikut :

1) Motivasi kerja turun

2) Performansi rendah

3) Kualitas kerja rendah

(32)

commit to user

5) Stress akibat kerja

6) Penyakit akibat kerja

7) Cidera

8) Terjadi kecelakaan akibat kerja

h. Pencegahan kelelahan kerja

Upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan

meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap

kelelahan kerja. Menurut Tarwaka, dkk (2004) :

Cara mengatasi kelelahan :

1) Sesuai kapasitas kerja fisik

2) Sesuai kapasitas kerja mental

3) Redesain stasiun kerja ergonomis

4) Sikap kerja alamiah

5) Kerja lebih dinamis

6) Kerja lebih bervariasi

7) Redesain lingkungan kerja

8) Reorganisasi kerja

9) Kebutuhan kalori seimbang

(33)

commit to user

Manajemen pengendalian kesehatan :

1) Tindakan preventif

2) Tindakan kuratif

3) Tindakan rehabilitatif

4) Jaminan masa tua

3. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya

Kelelahan

Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya

kelelahan sebagai berikut :

a. Faktor Internal

1) Usia

Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan

ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, dkk., 2004). Menurut

Chaffin dan Guo et al dalam Tarwaka, 2004 pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25 -

65 tahun. Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat

besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur

(Suma’mur, 2009).

2) Jenis Kelamin

Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya,

kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui

(34)

commit to user

dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang

tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit

sehingga akan lebih cepat lelah (Suma’mur, 2009).

3) Psikis

Menurut Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk.,

(2003) Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis amatlah

mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu

penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton

yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam

periode atau waktu yang tertentu dan dalam jangka waktu yang

lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar.

4) Kesehatan

Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu

pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan

tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, 2000).

5) Status gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan

tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan

untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan.

Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan

meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur,

(35)

commit to user

Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan

menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

Tabel 1. Kategori IMT

NO Kategori IMT

1. Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 2. Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

3. Normal 18,5 – 25,0

4. Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 5. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. Tahun 2002

6) Sikap Kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya

terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam

bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi

jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi

kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang

lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak

akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan

menyebabkan kelelahan (Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng,

dkk., 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat

menimbulkan berbagai masalah, antara lain : nyeri, kelelahan, dan

bahkan kecelakaan (Santoso Gempur, 2004). IMT =

(36)

commit to user

b. Faktor Eksternal

1)Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.

Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja. Di antara mereka ada yang

lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial

(Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus

kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari

pembebanan kerja yang berlebihan (Ramadhani Srie dalam

Budiono Sugeng, dkk., 2003).

2) Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja

melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa

upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang

memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan

keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan

(Hapsari Diana dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003) adalah :

a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi

kerja.

b) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala

(37)

commit to user

c) Kerusakan indera mata.

d) Kelelahan mental.

e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan.

3) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak

dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat

menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.

Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan

pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya

metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga

mempercepat kelelahan (Heru Setiarto, 2002).

4) Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan

menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh

mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan

dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan

keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan

pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada

perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman

(38)

commit to user

5) Monotoni

Suatu kerja yang berhubungan dengan hal sama dalam

periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama

dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah

satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari

kapasitas kerja dan produktifitas (Pusparini dalam Budiono

Sugeng, dkk., 2000).

4. Mekanisme Terjadinya Kelelahan Kerja oleh karena Shift Kerja

Di bawah ini adalah bagan mengenai penyebab dan gejala

penyakit pada pekerja malam menurut Knauth dalam Nurmianto (2000) :

Sleept Work

Gambar 2.Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam Sumber : Knauth dalam Nurmianto (2000)

Day Night

Disturbance of Circadian Rhythm

Insufficient Sleep

Chronic Fatigue

(39)

commit to user

Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah

circadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik

dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada sore hari dan menurun pada

malam hari termasuk temperatur tubuh, detak jantung, tekanan darah,

kemampuan mental, produksi adrenalin, dan kemampuan fisik. Secara

umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada

sore hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat dan

pemulihan sumber daya (energi). Fungsi tubuh yang ditandai dengan

sirkadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom,

fungsi vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan

tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan

siklus harian yang teratur (Fovilia, 2008).

Menurut Suma’mur (2009) kelelahan kerja malam relatif sangat

besar dengan, faktor faal dan metabolisme tidak dapat diserasikan. Sebab

penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk

bekerja, simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis.

5. Hubungan Antara Shift Work Dengan Kelelahan Kerja

Menurut Wicken dalam Setyawati dan Djati (2008) kelelahan bisa

disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab

(40)

commit to user

dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythm akibat jet lag atau shift work.

Secara praktis, semua fungsi fisiologis dan psikologis manusia

digambarkan sebagai sebuah irama selama periode waktu 24 jam, dan

menunjukkan adanya fluktuasi harian. Fungsi tubuh yang ditandai dengan

circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, prosese otonom dan

vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan

tekanan darah. Semua fungsi manusia tersebut menunjukkan siklus harian

yang teratur (Setyawati, 2010).

Menurut Jarpadi (2002) gangguan tidur yaitu gangguan dimana

penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,

walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan

cyrcardian rhythm. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan

cyrcardian rhythm antara lain temperatur badan, plasma darah, urine,

fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi cyrcardian

rhythm mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana sepertiga

waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus

cyrcardian rhythm ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut

mengalami pergeseran.

a. Sementara (acut work shift, Jet lag) b. Menetap (shift worker)

Keduanya dapat mengganggu irama tidur cyrcardian sehingga

(41)

commit to user

Menurut Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004), sebagaimana kita

ketahui, sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada

sore hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari

dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini,

secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm.

Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita

seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan

aktivitas pada sore hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan

tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan

timbullah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat

(42)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran

Shift Work

(Shift Pagi, shift Sore, Shift Malam)

Cyrcadian Rhytm

Fungsi Faal Tubuh Menurun

Kelelahan Kerja

- Jenis kelamin - Psikis

- Status Gizi - Usia

- Monotoni - Masa kerja

- Keadaan Lingkungan (penerangan, tekanan panas, iklim kerja, dan kebisingan)

- Beban kerja - Sikap kerja

(43)

commit to user

C. Hipotesis

Ada perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift

(44)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel

melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi

Suryabrata, 1989).

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bagian Winding PT. Iskandar Indah

Printing Textile Surakarta, yang beralamatkan di Jl. Pakel No. 11, Surakarta,

Jawa Tengah, Indonesia, Fax. (0271) 716183, Telp. (0271) 716165. Penelitian

(45)

commit to user

B. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Populasi tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile

Surakarta sebanyak 469 tenaga kerja wanita. Populasi tenaga kerja di bagian

winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebanyak 86 tenaga

kerja wanita.

Subjek adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut dengan penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi

sasaran dan akan diwakili oleh subjek di dalam penyelidikan/berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 56

tenaga kerja wanita di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia menjadi subjek penelitian

b. Jenis kelamin : Perempuan

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian

b. Tenaga kerja yang sedang tidak masuk kerja

C. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Purposive sampling berarti pengambilan sampel didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

(46)

commit to user

2002). Dengan purposive sampling didapatkan subjek penelitian yang sebanyak 56 orang, kelompok shift pagi sebanyak 17 orang, shift siang

sebanyak 21 orang, dan shift malam sebanyak 18 orang, yang memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jenis kelamin perempuan

2. Usia 20 – 45 tahun

3. Masa kerja > 3 bulan

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah shift work (shift pagi, shift sore, dan shift malam). 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kelelahan kerja.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu

dalam penelitian ini ada dua yaitu :

(47)

commit to user

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : status gizi, masa kerja,

penerangan, kebisingan, dan iklim kerja.

Berdasarkan Identifikasi variabel penelitian maka dapat

digambarkan seperti bagan dibawah ini :

Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel Variabel pengganggu

Terkendali :

a. Usia

b. Jenis Kelamin

Variabel Terikat :

Kelelahan Kerja Variabel Bebas :

Shift Kerja

Variabel Pengganggu

Tidak Terkendali :

a. Status Gizi

b. Masa Kerja

c. Penerangan

d. Kebisingan

(48)

commit to user

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Shift work

Shift work adalah waktu kerja yang dibagi dalam tiga kelompok

kerja secara bergilir, yaitu :

a. Shift pagi

Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari

dimulai dari pukul 07.00 – 15.00 WIB.

b. Shift siang

Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada siang hari

dimulai dari pukul 15.00 – 23.00 WIB.

c. Shift malam

Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam

hari dimulai dari pukul 23.00 – 07.00 WIB.

Alat ukur : Kuesioner

Skala pengukuran : Ordinal

Hasil Pengukuran : 1) Shift Pagi : pukul 07.00 – 15.00 WIB

2) Shift Sore : pukul 15.00 – 23.00 WIB

3) Shift malam : pukul 23.00 – 07.00 WIB

2. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah keadaan dimana tenaga kerja merasakan

atau mengalami kelelahan pada saat atau setelah bekerja yang berakibat

(49)

commit to user

kerjapun menurun yang akhirnya dapat menyebabkan rendahnya

produktifitas kerja.

Alat ukur : Reaction Timer tipe Lakassidaya Hasil pengukuran : Waktu reaksi (milidetik)

Skala pengukuran : Interval

3. Usia

Usia adalah jangka waktu sejak tenaga kerja dilahirkan sampai

pada saat waktu pengambilan data.

Alat ukur : Kuesioner

Skala pengukuran : Interval

Hasil pengukuran : Tahun

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang dapat membedakan antara

laki-laki dan perempuan berdasarkan ciri-ciri fisik dan biologis.

Alat ukur : Kuesioner

Skala pengukuran : Nominal

Hasil Pengukuran : a. Laki-laki

b. Perempuan

5. Status gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat

gizi seseorang. Status gizi dapat dilihat dari dari Indeks Massa Tubuh

(IMT) yang dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi

(50)

commit to user

Alat ukur : Kuesioner

Skala Pengukuran : Ordinal

Hasil Pengukuran : Kilogram (Kg)

6. Masa kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung dari tenaga kerja tersebut

mulai bekerja pada perusahaan itu sampai pada saat waktu pengambilan

data.

Alat ukur : Kuesioner

Skala pengukuran : Interval

Hasil Pengukuran : Tahun

7. Penerangan

Penerangan adalah besarnya cahaya dengan satuan Lux yang ada

di bagian winding yang bersumber dari penerangan alami dan buatan. Alat ukur : Luxmeter ANA-999

Skala Pengukuran : Interval

Hasil pengukuran : Lux 8. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang berasal dari

mesin penenun benang.

Alat ukur : Sound Level MeterMerk RION Skala Pengukuran : Interval

(51)

commit to user

9. Iklim Kerja

Iklim Kerja adalah besarnya Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

yang berada di bagian winding.

Alat ukur : Heat Stress Area Monitor

Skala pengukuran : Interval

Hasil Pengukuran : Derajat Celcius (0C)

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain :

1. Lembar isian data yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk

menentukan subjek penelitian.

2. Reaction Timer tipe Lakassidaya.

3. Heat Stress Area Monitor

4. Luxmeter Merk ANA-999

5. Alat timbangan badan.

6. Alat pengukur tinggi badan.

7. Data sekunder PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak

langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan

(52)

commit to user

a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang

diteliti.

b. Profil perusahaan dan data karyawan.

G. Desain Penelitian

Gambar 5. Bagan Desain Penelitian Populasi

Purposive Sampling

Subjek

Shift Pagi Shift Sore Shift Malam

Ciri-ciri :

1. Jenis Kelamin

Perempuan

2. Usia 20 – 45

tahun

(53)

commit to user

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

Anova Non Parametrik (Kruskal Wallis) dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17, dengan interpretasi hasil bahwa jika p value < 0,01

maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan jika p value ≤ 0,050 maka hasil

uji dinyatakan signifikan dan jika p value > 0,050 maka hasil uji dinyatakan

(54)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Profil Perusahaan

PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan salah satu dari sekian

banyak perusahaan textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah

(grey) yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau

lebih dikenal dengan sebutan batik printing.

PT. Iskandar Indah Printing Textile didirikan pada tanggal 25 Mei

1975, bentuk badan usaha CV (Commanditer Vennonschao) dengan nama CV

Iskandartex, berdasarkan akta perusahaan NO. 98 tanggal 23 Mei 1975, CV

Iskandartex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun

1976. Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan

kemudian mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977 perusahaan

memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat, hal ini

dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari

Taiwan yang fungsinya mengeringkan secara otomatis. Pada tahun yang sama

perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah mesin tenun hingga

300 unit. Karena permintaan yang semakin meningkat, maka perusahaan

(55)

commit to user

hingga pada akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun yang dimiliki perusahaan

berjumlah 614 unit.

Melihat usaha yang terus berkembang, maka pimpinan perusahaan

mengambil kebijakan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV

(Commanditer Vennonschap) atau persekutuan komanditer menjadi bentuk

PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan bentuk ini didasarkan alasan bahwa

dengan bentuk PT, perusahaan lebih mempunyai peluang dalam

mengembangkan usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex

pada tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor izin usaha

199/II.16/PB/VIII/1991/PT. Pergantian nama terjadi sejak bulan Pebuari 1996

menjadi PT. Iskandar Indah Printing Textile.

2. Proses produksi

a. Tahap Persiapan

1) Pembuatan Benang Lusi

Benang lusi adalah benang yang membujur dalam proses

penenunan. Benang tersebut digulung ke dalam alat yang disebut

LOOM Warping. Kelanjutannya pada proses warping adalah proses

pengkanjian, yaitu proses pengeringan, untuk meratakan bulu-bulu,

menghilangkan kotoran agar benang tidak kaku sehingga tidak

mudah putus. Benang lusi agar dapat dipisah-pisahkan dimasukkan

(56)

commit to user

Gambar 6. Pembuatan Benang Lusi Gambar 7. Pembuatan Benang Lusi Sumber : Data Primer, 2011

(57)

commit to user

2) Pembuatan Benang Pakan

Benang pakan adalah benang yang menyilang dalam proses

penenunan, diproses melalui mesin kelos dan mesin palet (bagian

winding) yang akan menggulung ke dalam kayu klinting.

Dalam proses pemaletan benang tenaga kerja melakukan

kegiatan mengoperasikan alat, yaitu dengan memasukkan kayu

klinting ke dalam mesin palet. Kegiatan ini seluruhnya dilakukan

oleh tenaga kerja wanita dengan memberlakukan tiga shift kerja.

Gambar 10. Proses Winding (Pemaletan Benang) Sumber : Data Primer, 2011

b. Tahap Penenunan

Penenunan adalah proses penyilangan dari benang lusi dan

benang pakan sehingga terbentuk suatu kain yang memenuhi suatu

(58)

commit to user

Gambar 11. Proses Penenunan Benang Sumber : Data Primer, 2011 c. Proses Finishing

Kain yang telah melalui proses penenunan kemudian menuju

proses akhir yaitu finishing. Dalam proses finishing ini kain diperiksa

kualitasnya dengan menggunakan mesin. Jika ada yang tidak sesuai

dengan ketentuan maka kain diperbaiki. Setelah itu kain dilipat

dengan menggunakan mesin dan selanjutnya menuju proses

pengepakan.

(59)

commit to user

3. Jadwal Shift Kerja

PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang sebagian tenaga

kerjanya adalah wanita memberlakukaan shift kerja dengan sistem rotasi panjang. Hari kerjanya adalah enam hari selama satu minggu yaitu hari

Senin samapai hari Sabtu. Dengan waktu kerja sebagai berikut :

a. Shift pagi : 07.00 – 15.00 WIB

b. Shift sore : 15.00 – 23.00 WIB

c. Shift malam : 23.00 – 07.00 WIB

Tenaga kerja dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu

kelompok A, B, dan C. Khususnya di bagian winding terdapat 86 tenaga kerja wanita dengan rotasi kelompok A shift sore selama 6 hari kerja, kelompok B shift malam selama 6 hari kerja, dan kelompok C shift pagi

selama 6 hari kerja. Rotasi kerja tersebut bergantian setelah 6 hari kerja.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada tanggal 10 Maret 2011

terhadap 56 subjek penelitian di bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil bahwa semuanya berjenis kelamin wanita.

2. Masa Kerja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan data masa kerja

(60)

commit to user

a. Shift Pagi

Tabel 2. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta

Sumber : Pengambilan Data Tanggal 4 Mei 2011

b. Shift Sore

Tabel 3. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Sore di Bagian Winding

(61)

commit to user

Sumber : Pengambilan Data Tanggal 4 Mei 2011

c. Shift Malam

Tabel 4. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Malam di Bagian

Winding PT. Iskandartex Surakarta

No. Nama Masa Kerja (Tahun)

Sumber : Pengambilan Data Tanggal 4 Mei 2011

Berdasarkan penyebaran kuesioner pada tanggal 10 Maret 2011

terhadap 56 subjek penelitian di bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta

didapatkan hasil bahwa semuanya mempunyai masa kerja > 3 bulan.

(62)

commit to user

sore adalah 18,43 ± 2,78, dan rerata masa kerja shift malam adalah 16,44 ± 4,56. Dari data keseluruhan didapatkan masa kerja minimal 9 tahun dan

masa kerja maksimal 26 tahun.

Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 17.0

dengan menggunakan uji ANOVA :

Tabel 5. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,259, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.

Tabel 6. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Masa Kerja

ANOVA

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

(63)

commit to user

Lower Bound Upper Bound

Shift pagi Shift sore -3.899* 1.226 .007 -6.85 -.94

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

perbedaan masa kerja untuk shift pagi dan shift sore adalah 0,007,

sehingga signifikansi < 0,01 (sangat signifikan). Nilai signifikansi

perbedaan masa kerja untuk shift pagi dan shift malam adalah 0,296,

sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan). Nilai signifikansi

perbedaan masa kerja untuk shift sore dan shift malam adalah 0,236

(64)

commit to user

3. Umur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan data umur

sebagai berikut :

Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011

(65)

commit to user

Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011

c. Shift Malam

(66)

commit to user

Berdasarkan distribusi umur di atas didapatkan rerata umur shift pagi sebesar 35,82 ± 5,38, rerata umur shift sore sebesar 37,86 ± 4,35, dan

rerata umur shift sore sebesar 37,72 ± 4,39. Umur minimal subjek penelitian adalah 27 tahun dan umur maksimal subjek penelitian adalah 45

tahun.

Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 17.0

dengan menggunakan uji ANOVA :

Tabel 11. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,362, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.

Tabel 12. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Umur

ANOVA

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

(67)

commit to user

Tabel 13. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Umur

Multiple Comparisons

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

perbedaan umur untuk shift pagi dan shift sore adalah 0,416, sehingga

signifikansi > 0,05 (tidak signifikan). Nilai signifikansi perbedaan umur

untuk shift pagi dan shift malam adalah 0,457, sehingga signifikansi > 0,05

(tidak signifikan). Nilai signifikansi perbedaan umur untuk shift sore dan

shift malam adalah 1,0 sehingga signifikansi > 0,05 (tidak signifikan).

4. StatusGizi

Status gizi responden dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh(IMT)

yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Nilai IMT responden berada pada kisaran 18,5 - 25,0 Kg dalam

kategori status gizi baik (Normal). Berikut ini adalah hasil pengukuran

IMT : IMT =

(68)

commit to user

Sumber : Pengambilan Data 4 mei 2011

(69)

commit to user

Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011

c. Shift Malam

Sumber : Pengambilan data tanggal 4 Mei 2011

Berdasarkan data di atas rerata IMT shift pagi adalah 22,0 ± 1,98,

rerata IMT untuk shift sore adalah 20,66 ± 1,66, dan rerata IMT untuk shift

malam adalah 20,65 ± 1,86. IMT minimal subjek penelitian adalah 18,59

(70)

commit to user

Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 17.0

dengan menggunakan uji ANOVA :

Tabel 17. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,214, dimana signifikansi > 0,05 sehingga tidak signifikan.

Tabel 18. Hasil Uji dengan ANOVA untuk IMT

ANOVA

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

(71)

commit to user

Tabel 19. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk IMT

Multiple Comparisons

Lower Bound Upper Bound

Shift pagi Shift sore 1.82765* .68969 .028 .1646 3.4907

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

perbedaan IMT untuk shift pagi dan shift sore adalah 0,028, sehingga

signifikansi < 0,05 (signifikan). Nilai signifikansi perbedaan IMT untuk

shift pagi dan shift malam adalah 0,034, sehingga signifikansi < 0,05

(signifikan). Nilai signifikansi perbedaan IMT untuk shift sore dan shift

Gambar

Tabel 1. Kategori IMT
Gambar 2. Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam Sumber : Knauth dalam Nurmianto (2000)
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Bahan tanah diambil dari lokasi bekas tambang batubara pit Kalajengking, site Bendili. Kemudian bahan tanah tersebut dibawa ke rumah kaca di area nursery Tango

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa Koperasi Tanjung Intan selama ini menerapkan cash basis dalam pengakuan pendapatan dan beban kurang

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada angka kejadian metrorrhagia antara lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi 3 bulan dengan lebih

Hipotesis dalam penelitian ini pertama diduga bahwa faktor tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesuksesan usaha kuningan di Desa

Skala foto udara 1:25.000 dapat memberikan informasi yang lebih rinci untuk analisis geomorfologi melalui stereoskop cermin (3-D) dibandingkan dengan SRTM Citra dari

iii.. Selain itu juga diperlukan data mengenai lokasi dan jarak antara sumber dan lokasi pengambilan sampel. Model matematika yang digunakan untuk menentukan pola

Perlakuan orangtua kepada anak-anaknya sejak kecil, akan berdampak pada perkembangan sosial moralnya di masa dewasa (Anisah, 2011, h.15). Bagi ketiga subjek, faktor