2012
SKRIPSI
Disusun Oleh :
LINDA PRASTIWI NPM. 0811010018
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi
tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH DI INDONESIA”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang ada. Berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan dari ibu
Ir.Hamidah Hendrarini,MSi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh
kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada
peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra,Ec.Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Timur (BPS) dan Bank Indonesia, yang telah memberikan banyak
informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Terima kasih buat Ayahku dan ibuku yang sudah merawat aku mulai
sejak kecil sampai aku mendapatkan gelar sarjana dan selalu
menyayangiku sampai sekarang ini serta selalu mendoakan
aku,memberikan motivasi,semangat sehingga peneliti ini dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.
7. Terima kasih buat mas handoko yang selalu sayang sama aku,memberikan
selalu menghibur aku dan selalu menemaniku aku sejak awal semester
sampai sekarang. Serta teman seperjuangku dari Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan
rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah
satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 30 Maret 2012
Halaman
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAKSI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 5
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Penelitian Terdahulu... 7
2.1.1 Perbedaan penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pengertian Bank... 10
2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank ... 11
2.2.5. Bank Syariah ... 16
2.2.5.1. Pengertian Bank Syariah ... 16
2.2.5.2. Fungsi Dan Peran Bank Syariah... 18
2.2.5.3. Sumber Dana Bank Syariah... 18
2.2.5.4. Sejarah Berdirinya Bank Syariah ... 20
2.2.5.5. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah... 20
2.2.5.6. Konsep Bank Syariah ... 21
2.2.5.7. Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvensional... 22
2.2.5.8. Kegiatan Usaha Bank Syariah ... 23
2.2.5.9. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 24
2.2.6. Tingkat Suku Bunga ... 26
2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga ... 26
2.2.6.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga... 27
2.2.6.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga ... 29
2.2.6.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 30
2.2.6.5. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil ... 33
2.2.7. Bagi Hasil ... 35
2.2.7.1. Pengertian Bagi Hasil ... 35
2.2.7.5. Hubungan Nisbah Bagi Hasil Dengan
Tabungan Masyarakat... 39
2.2.8. Jumlah Kantor Bank ... 40
2.2.8.1. Jumlah Kantor Bank Syariah... 40
2.2.8.2. Hubungan Jumlah Kantor Bank Dengan Tabungan Masyarakat... 43
2.2.9. Sistem Kurs Valuta Asing ... 44
2.2.9.1. Pengertian Kurs Valuta Asing ... 44
2.2.9.2. Sistem Kurs Tetap ... 45
2.2.9.3. Sistem Kurs Mengambang ... 47
2.2.9.4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali ... 48
2.2.9.5. Sistem Kurs Yang Berubah Ubah... 49
2.2.9.6. Sistem Kurs Yang Stabil ... 50
2.2.9.7. . Perubahan Kurs Valuta Asing ... 50
2.2.9.8. Permintaan Dan penawaran Kurs Valuta Asing ... 52
2.2.9.9. Fungsi Pasar Valuta Asin ... 53
2.3. Kerangka Pikir... 54
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 58
3.3. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data... 58
3.3.1. Jenis Data... 58
3.3.2. Sumber Data ... 59
3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... 59
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis... 59
3.4.1. Teknik Analisis... 60
3.4.2. Uji Hipotesis ... 61
3.5 Pendekatan Asumsi BLUE ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 68
4.1.1.Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia... 68
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
4.2.1 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 70
4.2.2 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito... 71
4.2.3 Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah... 72
4.2.4 Perkembangan Jumlah Kantor Bank ... 72
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 79
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan... 80
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 82
4.3.4. Pembahasan... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 93
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Antara Bank Syariah Dengan Bank Konvensional ... 23
Tabel 2. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil... 35
Tabel 3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Syariah... 70
Tabel 4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 71
Tabel 5. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah ... 72
Tabel 6. Perkembangan Jumlah Kantor Bank... 73
Tabel 7. Perkembangan Kurs Valuta Asing... 74
Tabel 8. Tes Multikolinier... 77
Tabel 9. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman ... 78
Tabel 10. Analisis Varian (ANOVA)... 80
Halaman
Gambar 1. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga ... 28
Gambar 2. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga ... 30
Gambar 3. Penentuan Niilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap ... 46
Gambar 4. Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang ... 48
Gambar 5. Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Bank Syariah... 54
Gambar 6. Distribusi Kriteria Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis... 62
Gambar 7. Kurva Distribusi Kriteria Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis ... 64
Gambar 8. Kurva Statistik Durbin Watson... 76
Gambar 9. Distribusi Kriteria Penerimaa/Penolakan Hipotesis Secara Simultan ... 81
Gambar10. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Deposito (X1) Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 83
Syariah ... 86
Gambar13. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Kurs Valas (X4)
Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 87
1.1 LATAR BELAKANG
Bank bagi masyarakat yang hidup dinegara-negara maju, seperti Negara-negara Eropa, Amerika, dan Jepang sudah merupakan suatu kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi. Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan mereka sehari hari. Bank dijadikan tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti, tempat mengamankan
uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran,atau melakukan penagihan.
Kehadiran lembaga bank islam dapat dikatakan baru khususnya dilihat dari konteks Indonesia. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim dan diyakini bahwa minat masyarakat untuk berhubungan dengan bank syariah
cukup besar, namun karena kurangnya sosialisasi pihak-pihak yang terkait dengan bank syariah membuat perkembangan bank syariah belum sebagaimana mestinya. (Wibowo, 2005)
Begitu pentingnya dunia perbankan, memunculkan suatu anggapan bahwa
bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, tempat melakukan investasi
dan jasa keuangan lainnya (kasmir, 2004: 8).
Dengan munculnya kesadaran masyarakat akan pengetahuan dan manfaat
bank umum syariah maka masyarakat semakin tertarik untuk menjadi bagian dari bank umum syariah. Didukung dengan karakter bank umum syariah yang akomodatif dalam menanggapi fenomena masyarakat, maka bank umum syariah
akan cepat menggunakan fasilitas pelayanan perbankan sebagaimana di perbankan konvansional. Selain itu didukung berbagai lembaga pendidikan, pelatihan,
pengkajian mengenai bank umum syariah ini lebih aktif, apresiatif, dan prospektif terhadap perkembangan ekonomi nasional maupun internasional.
(Sudarsono,2003 :12)
Bank umum Syariah menerapkan system bagi hasil kedalam produk-produk perbankan, baik produk-produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana, diharapkan dapat memainkan peranan penting sebagai lembaga keuangan dalam
meningkatkan kualitas ekonomi meneter dan perbankan yang melanda Negara Indonesia saat ini. Selain itu pula bank umum syariah tiak terkena dampak dari
Salah satu produk penghimpunan dana yang ada di bank umu syariah
adalah Tabungan Mudharabah. Sebagaimana diketahui dengan prinsip syariah
bank membagi hasilkan kepada nasabahnya setiap bulan dengan mempertimbangkan tingkat pendapatan yang diperoleh dari kegiatan bank
tersebut dan juga nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama. Berbeda dengan prinsip konvensional, dimana bank memiliki keharusan membayar bunga terhadap
nasabahnya setiap bulan yang harus dipenuhi tanpa ada pertimbangan lain, misalnyan saja tingkat pendapatan bank pada bulan yang bersangkutan
(Susana,2003:162)
Krisis yang melanda dunia semua pihak bahwa perbankan dengan system konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi
ada system perbankan lain yang lebih tangguh karena menanamkan prinsip
keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah (Fauzi,2008). Meskipun kala
itu hanya ada satu lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui oleh
banyak kalangan bahwa system yang dianut dapat menjawab tantangan krisis
yang terjadi pada tahun 1997-1998 (Khaidar,2007). Sejak saat itu, perbankan
syariah yang lahir dari rahim umat islam menjadi dikenal oleh masyarakat muslim
dan non muslim. Hingga saat ini banyak bank-bank konvensional yang mempunyai unit khusus bank syariah (Perwataatmadja dan Tanjung,
2006).Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan
prinsip bagi hasil dan resiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem
perbankan nasional, bank syariah mempunyai peranan yang penting dalam
jauh berbeda dengan perbankan konvensional (Banoon dan Malik,2007). Keberadaaan bank syariah diharapkan dapat mendorong perkonomian suatu negara.Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekomomian adalah kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang optimum, keadailan social ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan
yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta pelayanan yang efektif. Dalam dunia perbankan Indonesia saat ini, perbankan syariah sudah tidak dianggap sebagai tamu asing. Hal ini disebabkan oleh kinerja dan kontribusi
perbankan syariah terhadap perkembangan industri perkembangan industri perbankan di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Kinerja ini semakin nyata
ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketika perbankan konvensional banyak yang terpuruk, perbankan syariah relatif dapat bertahan bahkan menunjukkan perkembangan. Perkembangan ini misalnya dapat dilihat dari jaringan kantor
perbankan syariah baik kantor pusat (KP), kantor pusat operasional (KPO), kantor cabang (KC), kantor cabang pembantu (KCP), maupun kantor kas (KK).
Jumlah jaringan kantor bank syariah dan unit usaha syariah yang
beroperasi di Jawa Timur sampai dengan akhir Desember 2005 sebanyak 20
kantor cabang, 10 kantor cabang pembantu dan 9 kantor kas. (Anonim,2005:52).
Selain bank umum syariah, bank konvensional juga mulai melirik bentuk perbankan syariah ini dengan mendirikan unit usaha syariah. Saat ini terdapat beberapa bank yang memiliki unit usaha syariah ,yaitu bank IFI, Bank BNI, Bank
ini tampaknya akan banyak bank bank konvensional yang mempercepat
pembentukan UUS.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil, jumlah kantor bank, kurs
valuta asing, berpengaruh terhadap penghimpunan dana bank syariah di Indonesia?
2. Diantara variabel tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil, jumlah kantor
bank, kurs valuta asing, , manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penghimpunan dana bank syari’ah di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan diatas, dapat di ketahui tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah variabel tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil,
valuta asing, jumlah kantor bank berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank syari’ah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui diantara variabel tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil,
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya ataupun untuk berbagai kalangan umumnya. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis seputar dunia
perbankan syariah.
2. Memberikan gambaran mengenai keunggulan keunggulan perbankan syariah
dibandingkan dengan perbankan konvensional, terutama dalam menggerakkan sektor riil.
3. Membantu mewujudkan visi dan misi bank syariah yaitu mewujudkan iklim
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai referensi
serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian sekarang. Para peneliti
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jurnal oleh : Susana, 2003 dengan judul penelitian
“ Analisis perbedaan perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip
konvensional dengan prinsip syari’ah pada Bank di Indonesia. “ Dengan dasar
pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauhmana
perbedaan perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip
konvensional dengan prinsip syari’ah pada Bank Indonesia. Dari hasil analisa
dan menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh nasabah bank
konvensional lebih kecil dibandingkan dengan bank syari’ah sedangkan
pendapatan pada nasabah bank syari’ah pada tahun 2000 juga lebih kecil
dibandingkan pendapatan nasabah bank syari’ah pada tahun 2001.
2. Jurnal media Mahardika : Noerchoidah,SE,MM.
Judul : “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Menabung
Pada Bank “X” Cabang Surabaya “.
Menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor – faktor
layanan, promosi, pendapatan nasabah, fasilitas kemudahan yang ditawarkan
terhadap tindakan seorang nasabah untuk menabung di tabungan bank “X”
Cabang Surabaya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan
Nasabah untuk menabung (terbatas pada factor yang teliti) ternyata factor
keamanan dana nasabah merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling
besar.
3. Kurniawan :1993, dengan judul :
“ Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil, Tabungan Mudharabah Pada Bank
Muamalat Indonesia ”.
Menyatakan bahwa : secara simultan factor keuntungan bank (X1), dana yang
disimpan pada tabungan Mudharabah (X2) berpengaruh secara nyata terhadap
dana bagi hasil Tabungan Mudharabah, sedangkan secara parsial factor
keuntungan bank dan jumlah dana yang disimpan pada Tabungan Mudharabah
berpengaru secara nyata terhadap bagi hasil Tabungan Mudharabah.
Sedangkan jumlah pemegang rekening Tabungan Mudharabah tidak
berpengaruh secara nyata terhadap dana bagi hasil Tabungan Mudharabah, hal
tersebut dikarenakan dana yang ditabung mempunyai proporsi yang berbeda.
4. Ayuthia, 2004 dengan judul penelitian “ faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah pada Bank Syari’ah
Mandiri di Indonesia. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh antara Nisbah (X1) nilai pembiayaan (X2) jumlah
kantor bank (X3) terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah
(Y).Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel bebas secara
Mudharabah (Y). Sedangkan secara parsial menunjukkan Nisbah (X1) nilai
pembiayaan (X2) dan jumlah kantor bank (X3) berpengaruh nyata terhadap
jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah (Y).
5. Niswatin, 2005 dengan judul penelitian “ analisis beberapa faktor yang mempengaruhi penghimpunan tabungan Mudharabah pada Bank syari’ah
Mandiri di Surabaya”. Penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya
hubungan yang nyata antara variabel bebas : pendapatan perkapita, Nisbah
bagi hasil, Likuiditas bank dan Tingkat suku bunga. Bank umum berpengaruh
nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada Bank Syari’ah Mandiri di
Surabaya. Secara parsial, variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara
nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada bank syari’ah Mandiri di
Surabaya. Sedangkan variabel nisbah bagi hasil tidak berpengaruh secara
nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada bank Syari’ah Mandiri di
Surabaya. Berdasarkan hasil pengamatan data Nisbah bagi hasil mangalami
penurunan. Secara parsial likuiditas bank berpengaruh secara nyata terhadap
jumlah tabungan Mudharabah pada bank syari’ah. Dan secara parsial tingkat
suku bunga bank umum tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
tabungan Mudharabah pada bank syari’ah mandiri di Surabaya.
2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu
Perbedaan dan persamaan peneliti yang dilakukan oleh peneliti pada
kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang
ruang lingkup yang digunakan, jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian.
Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga
merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pada Bank Syariah di Indonesia”, dengan
variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y), sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Suku Bunga (X1), Nisbah Bagi Hasil (X2), Jumlah Kantor Bank (X3), Valuta Asing (X4). .
2.2 Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima deposit dan
menyalurkannya ke dalam kredit. Bank adalah sebagai intermediasi keuangan,
penghubung antara orang yang kelebihan modal dengan orang yang memerlukan
modal (Miskhin,2001).Kemudian menurut Undang – undang Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank
dari sumber lain :
1. “Bank adalah lembaga keuangan yang sangat penting peranannya didalam
proses penciptaan kredit yang dimiliki pengaruh besar terhadap kegiatan
2. “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menarik uang dari
masyarakat yang membutuhkannya“. (Raharja, 1997 :66)
3. “Bank adalah suatu tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat
yang membutuhkannya. (Kasmir, 1994: 4)
Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dalam berbagai alternative investasi. Sehubungan
dengan fungsi penghimpunan dana, bank sering pula disebut lembaga
kepercayaan. Maka bank merupakan suatu kegiatan perbankan yang banyak
diatur oleh pemerintah.
2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank
Bank yang bertindak sebagai keuangan memiliki fungsi sebagai
penghubung, penghimpun, penyalur, dan pelayan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang dimasyarakat yang bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak.
Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1) Penghimpunan Dana
Yang berarti untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana,
maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada 3 sumber,
yaitu :
a) Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu
b) Dana yang bersumber dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui
usaha simpanan giro, deposito, dan tabanas.
c) pinjaman dana yang berupa kredit likuiditas dan call money (dana yang
sewaktu – sewaktu dapat ditarik oleh yang meminjam ).
2) Penyalur atau pemberi kredit Bank
Dalam kegiatannya bank tidak hanya menyimpan dana akan tetapi
memanfaatkan dana itu untuk disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada
masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam
melaksanakan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber
pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit.
Pemberian kredit akan menimbulkan resiko oleh sebab itu pemberiannya
harus benar – benar teliti dan memenuhi persyaratan.
3) Fungsi Investasi
Yaitu menyalurkan dana yang terkumpul oleh bank – bank untuk
membeli surat – surat berharga, penyertaan dan pemilikan harta tetap.
4) Memberikan Pelayanan jasa
Bank dalam mengembangan tugas sebagai pelayanan lalu lintas
pembayaran uang, untuk melakukan berbagai aktivitas kegiatannya antara lain
mengirim uang, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Sedangkan tugas pokok dari pada semua perbankan dibawah
binbingan BI ialah untuk menghimpun segala dana dari masyarakat guna
2.2.3. Sumber Dana Bank
Sumber – sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana
dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Dana
untuk membiayai operasi suatu bank dapat diperoleh dari berbagai sumber, yang
terdiri dari dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang bersumber dari
masyarakat luas, dan dana yang bersumber dari lembaga lain.
1. Dana Yang Bersumber Dari Bank Sendiri
Sumber dana yang berasal dari bank itu sendiri merupakan sumber
dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari
para pemegang saham. Di samping itu, pihak perbankan dapat pula
menggunakan cadangan – cadangan laba yang belum digunakan. Keuntungan
dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relative
lebih besar dari pada jika meminjam ke lembaga lain.
2. Dana Yang Berasal Dari Masyarakat Luas
Sumber dana ini merupakan yang terpenting bagi kegiatan operasi
suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan suatu bank jika mampu
membiayai operasinya dari dana ini. Sumber dana dari masyarakat luas ini
penting karena merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber
dana yang juga disebut dana pihak ketiga (DPK) ini disamping mudah untuk
mencarinya juga tersedia di masyarakat. Pencarian sumber dan ini paling
dominan asalkan dapat memberikan bunga dan fasilitas lainnya. Akan tetapi,
sumber dana ini relative lebih mahal jika dibandingkan dengan sumber dana
Secara umum kegiatan penghimpuan sumber dana ini terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.
Pengertian simpanan menurut Undang – undang perbankan Nomor 10 tahun
1998 adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam
bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, atau yang dapat
dipersamakan dengan itu.
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap
pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama
jasa giro.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan
dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi, atau Kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan
yang diberikan bunga tabungan atas balas jasa tabungannya.
c. Simpanan Deposito (Time Deposite)
Merupakan simpanan pada bank yang memiliki jangka waktu
tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu
2.2.4. Jenis Bank
Menurut undang-undang pokok perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
jenis bank, bank di Indonesia hanya terdiri atas dua jenis (Budisantoso, 2006 : 84) antara lain :
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip sayari’ah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalulintas pembayaran
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yank melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional atau berdasarkan prinsip sayari’ah yang dalam kegiatanya
tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Selain itu, di Idonesia juga terdapat bank sentral yakni Bank Indonesia
(BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana ditetapkan dalam UU NO. 23
Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai
rupiah. Selain itu pula B.I memiliki hak untuk mencuptakan serta mengedarkan
uang logam dan uang kertas, dan berfungsi sebagai lembaga pembina dan
pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat, untuk mengetahui posisi
bank syariah di dalam bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), di mana
bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip islam, jadi bank syariah bisa
pada bank umum atau pada bank perkreditan rakyat (BPR) karena syariah
digunakan sebagai prinsip, sehingga bank umum atau bank perkreditan rakyat
dapat mengaplikasikanya pada mekanisme kerja, serta memiliki peranan yang
2.2.4.1. Jenis- Bank Menurut Pembagian Bunga a) Bank Konvensional
Bank konvensinal merupakan bank yang menjalankan usahanya seperti
pemberian kredit, jasa-jasa lalu lintas, dan perbedaan uang secara
konvensional, dan di dalam ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk
bunga.
b) Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan kegitannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara syariah dan didalam
ketentuan pemberian imbalan bank syariah memberikanya dalam bentuk bagi
hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan
berbeda-beda setiap bulanya, menurut (Lewis, 2001: 64).
2.2.5. Bank Syari’ah
2.2.5.1. Pengertian Bank Syariah
Menurut ensiklopedi islam, Bank islam atau Bank Syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat islam.
Berdasarkan rumusan tersebut, Bank islam berarti bank yang tata
cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam,
yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Al-Hadits (Sumitro,
Perbankan syaria’ah dalam peristilahan dikenal dengan Islamic banking atau juga disebut dengan interest free banking atau selanjutnya disebut juga dengan bank syari’ah adalah lembaga keuangan atau perbankan
yang operasi dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan
Hadits Nabi SAW ( Antonio, 2003 ; 3 ).
Sedangkan menurut ensiklopedia islam, Bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit (pembiayaan)
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam bukan saja
menyeluruh, tetapi juga universal komprehensif. (Sudarsono,2004 : 27) Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa Bank Syari’ah adalah bank umum
yang melaksankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, termasuk unit
usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
memperlancar mekanisme ekonomi melalui aktivitas investasi atau jual beli,
serta memberikan pelayanan jasa simpanan bagi para nasabah. Tata cara
operasional bank syariah didasarakan pada tata cara bermuamalat secara islam,
yang mengacu kepada ketentuan – ketentuan Al-Qur’an dan Al Hadits.
Dari definisi diatas bank syariah dapat disimpulkan sebagai lembaga
lintas pembayaran yang tidak mengandalkan pada bunga sesuai dengan syariat
islam.
2.2.5.2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah adalah sebagai berikut :
1. Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah
2. Investor bank syariah, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimiliki maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan social sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan dan
mendistribusikan) zakat serta dana-dana social lainnya. (Lestari, 2006:34)
2.2.5.3. Sumber Dana Bank Syariah
Sumber dana yang diperoleh atau didapatoleh Bank Syariah
adalah sebagai berikut :
1. Modal Inti (Care Capital)
Modal ini adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para
pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal
inti terdiri dari :
a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama
dari modal peruusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya
akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank
berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan
menjual tambahan saham baru.
b. Cadangan, yaitu sebagaian laba bank yang tidak dibagi, yang
disishkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian dikemudian
hari.
c. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan
kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham
sendiri diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.
2. Kuasi Ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah,
yaitu akad kerjasama antara pemilik dana dengan pengusaha untuk
melakukan bisnis sehari –hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara
keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati bersama. Kerugian financial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola
tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan.
3. Dana Titipan atau Simpanan tanpa imbalan (Wadiah)
Yaitu dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya
berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang
menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan
memperoleh keleluasan untuk menarik kembali dananya
sewaktu-waktu. Berbeda dengan tabungan mudharabah, bank syariah tidak memperjanjikan bagi hasil atas tabungan wadiah walaupun atas kemampuannya sendiri bank dapat memberi bonus kepada para
pemegang rekening titipan maupun tabungan wadiah adalah tergantung manajemen bank. Bonus biasanya hanya diberikan apabila bank
mengalami surplus pendapatan, setelah dikurangi pembagian hasil
2.2.5.4. Sejarah Berdirinya Bank Syariah
Secara Kolektif, gagasan berdirinya Bank Syariah di tingkat internasional, muncul dalam konferensi Negara-negara islam se-dunia, di
Kuala Lumpur Malaysia pada tanggal 21 sampai dengan 27 April 1969,
yang diikuti oleh 19 negara peserta.
Konferensi tersebut memutuskan beberapa hal yaitu :
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi,
jika tidak ia termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak
hukumnya haram.
2. Diusulkan supaya dibentuk suatu Bank Islam yang bersih dari
system riba dalam waktu secepat mungkin.
3. Sementara menunggu berdirinya suatu Bank islam, bank-bank
yang menerapkan bunga diperbolehkan beroperasi. Namun jika
benar-benar dalam keadaan darurat.
Pembentukan Bank Syariah semula memang banyak diragukan.
Pertama,banyak orang beranggapan bahwa system perbankan bebas
bunga (interest free) adalah sesuatu yang tak mungkin dan tak lazim. Kedua, adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai
operasinya. Tetapi di lain pihak, Bank Islam adalah satu alternative
system ekonomi islam (Sumitro,2003:8)
2.2.5.5. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah
Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternative terhadap
persoalan pertentangan antara bunga bank denganke riba. Dengan
demikian, kerinduan umat islam Indonesia yang ingin melepaskandiri
dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank islam.
Bank islam lahir di Indonesia pada awal tahun 1990-an atau tepatnya
setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan UU Perbankan
No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan
perkembangannya bank Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang
bank syariah melalui UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Dan pihak Bank Indonesia sendiri telah membentuk biro perbankan
syariah yang menjadi wadah bagi perbankan syariah yang ada di
Indonesia, dan saat ini biro tersebut telah ditingkatkan menjdi sebuah
direktorat.
Yang menjadi latar belakang pendirian bank syariah adalah:
1. Keinginan umat islam untuk menghindari dari riba dalam kegiatan
muamalahnya.
2. Keinginan umat islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin
melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama.
3. Keinginan umat islam untuk mempunyai alternative pilihan dalam
mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai.
Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan
yang dikeluarkan oleh bank islam. Melalui pembiayaan ini bank islam
dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank islam
dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi
hubungan kemitraan.
2.2.5.6. Konsep Bank Syariah
Pada Dasarnya konsep bank syariah dalam menjalankan
usahanya sama dengan bank konvensional lainnya seperti memberikan
kredit,jasa lalu lintas pembayaran, dan pembayaran uang. Tetapi bank
syariah dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep
konsep syariah yang mengatur produk dan operasionalnya. Salah satu
ketentuan syariah itu adalah bank syariah tidak menerapakan system
bunga pada berbagi produknya, dan ini merupakan yang paling mendasar
dari kedua konsep bank tersebut.
Dasar utama dari system perbankan islam, menurut Algaoud dan
a. Riba dilarang dalam semua transaksi
b. Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktivitas-aktivitas
yang halal.
c. Transaksi harus bebas dari unsur gharar (spekulasi atau
ketidakpastian).
d. Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat.
e. Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-psrinsip
islam,dengan dewan khusus sebagai pengawas.
Bank Syariah dengan system bagi hasil dirancang untuk
mewujudkan terbinanya kebersamaan dalam menenggung resiko usaha
dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana.
2.2.5.7. Perbedaan Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional
Karakteristik yang membedakan bank syari’ah dengan bank
konvensional antara lain : tidak mengenal adanya konsep time value of money, tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat spekulatif karena adanya
ketidakpastian, serta tidak diperkenankan dua transaksi dan dua harga untuk satu
barang Antonio (2001)
Sedang menurut Triyuwono (2002) perbedaan bank syariah dengan bank konvensional terletak juga pada resikonya. Resiko pelaksanaan bank ini
juga lebih besar daripada bank dengan sistem bunga, karena bagi hasil yang
diterapkan bank syari’ah kepada bank deposan tergantung dari seberapa besar
profit yang diperoleh oleh bank syari’ah. Sedangkan seberapa profit yang
diperoleh oleh bank syariah itu tergantung dari seberapa besar keberhasilan bisnis
para pengusaha yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah. Berbeda
pasti dari bank. Jika bank itu rugi atau untung, para deposan tetap memperoleh
return yang pasti. Namun, system bunga bersifat lebih eksploitatif karena tidak melihat kondisi ekonomi riil dari pengusaha. Di sisi lain system syari’ah lebih
adil karena hasil yang diperoleh tergantung pada keberhasilan pengusaha yang
mendapatkan pembiayaan pembiayaan dari bank syari’ah. Secara umum
perbandingan antara bank syari’ah dengan bank konvensional disajikan dalam
table berikut :
Tabel 1 Perbandingan Antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional
NO. BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1.
Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
Profit dan falah oriented Hubungan kemitraan
Penghimpunan dan penyaluran dana
Investasi halal dan haram
Memakai perangkat bunga
Profit oriented
Hubungan debitor – kreditor
Tidak terdapat dewan sejenis harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah
Sumber : Antonio (2000)
2.2.5.8.Kegiatan Usaha Bank Syari’ah
Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 tentang bank. Berdasarkan prinsip syari’ah, prinsip usaha kegiatan bank syari’ah antara lain :
1. Hiwalah (Alih hutang piutang)
Tujuan fasilitas ini adalah untuk membantu supplier mendapat modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
Tujuan akad Rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
3. Qardh
Qard adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran
sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
4. Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan syariah terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya dalam melakukan
pekerjaan jasa tertentu L/C (letter of credit), inkaso, dan transfer uang. 5. Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat memberi syarat kepada nasabah
untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank
dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah.
2.2.5.9. Produk Penghimpunan Dana Bank Syari’ah
Produk dari penghimpunan dana bank syariah, menurut kasmir terbagi
atas dua akad yakni Wadiah dan Mudharabah antara lain:
1. Al-wadiah
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari suatu pihak kepihak
yang lain, baik individu maupun badan badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja. Dalam produk bank syariah dapat dikembangkan
a. Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada asset titipan. Selama hal
ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang titipan.
b. Yad Al-Dhamanah, yaitu pihak penyimpan yang bertanggung jawab
atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang
tersebut. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan
Al-Wadiah untuk tujuan Current Accaunt (Giro), dan Saving Account
(Tabungan Berjangka).
2. Al-Mudharabah
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak yakni pertama
(shohibul Maal) yang menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain
menjadi pengelola keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut
kesempatan yang ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan
akibat kelalaian si pengelola.Secara umum Mudharabah terbagi menjadi dua
jenis yakni :
a. Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis
b. Mudharabah Muqayyadah adalah pihak kedua dibatasi dengan
batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Kecenderungan umum
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk – produk pembiayaan
dan pendanaan. Adapun pada siswa pembiayaan Mudharabah
diterapkan untuk :
1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
2. Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran
yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak
pertama.
2.2.6. Tingkat Suku Bunga 2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga
Tingkat suku bunga dapat diartikan sebagai tingkat balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya.
Menurut Kem dan Gultman, menganggap suku bunga merupakan sebuah
harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh
interaksi antara permintaan dan penawaran. (Laksomo, 2001 : 128). Suku bunga
dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Suku Bunga Nominal
yaitu suku bunga yang dapat diamati di pasaran.
2. Suku Bunga Riil
Yaitu suku bunga yang secara konsep diukur tingkat pengembaliannya setelah
dikurangi inflasi.
Yaitu suku bunga yang jatuh tempo satutahun atau kurang.
Bunga bank dapat juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperolah pinjaman, sehingga
besar-kecilnya tingkat suku bunga akan berpengaruh pada tingkat suku bunga simpanan
dan tingkat suku bunga pinjaman. (Boediono, 2001).
Dengan menurunnya tingkat suku bunga pinjaman, maka masyarakat akan
mencari alternative lain untuk menempatkan dananya, apakah untuk investasi atau
ditempatkan di bank lain yang tidak menggunakan system bunga, yaitu pada bank
syariah.
2.2.6.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga.
Makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan masyarakat
untuk menabung artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat
terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi
guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku
bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan penggunaan dana
juga makin besar. Tingkat suku bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada
dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung
Gambar 1 : Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
Jumlah uang yang ditabung dan di investasikan
Kurva S adalah kurva penawaran dana modal (tabungan) dan I adalah
kurva permintaan dana modal (investasi). Keseimbangan tercapai pada titik Eo
dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana modal yang akan diinvestasikan sebesar
0Io dan tingkat bunga sebesar 0ro. Kalau dimisalkan permintaan dana modal
tetap besar S, keseimbangan berpindah ke E1 yang berarti tingkat bunga naik dari
0ro menjadi 0r1 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 0Io menjadi 0I1,
dan apabila permintaan dana modal tetap sebesar 1, tetapi penawarannya
bertambah menjadi S1, maka keseimbangan berpindah ke E2. Dengan demikian
perubahan tersebut menyebabkan tingkat bunga turun dari 0rO. Menjadi 0r2 dan
2.2.6.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga
Pandangan Keynes tentang tingkat suku bunga adalah suku bunga
merupakan fenomena moneter yang ditentukan dari permintaan dan penawaran
yang terjadi dipasar uang. Permintaan akan uang dalam teori Keynes
dikemukakan dalam teori liquidity preference, yaitu permintaan keatas uang oleh
masyarakat dalam perekonomian. Keynes menyatakan bahwa permintaan uang
oleh masyarakat mempunyai 3 motifasi / tujuan yaitu :
1. Motif spekulasi yaitu permintaan akan uang untuk ditanamkan dalam bentuk
saham-saham atau surat berharga lainnya.
2. Motif transaksi yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi dan melancarkan
konsumsi yang akan dilakukan.
3. Motif barjaga-jaga yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi
pembayaran-pembayaran yang tidak terduga atau diluar rencana.
Lihat gambar dibawah, dalam kurva teori Keynes tentang tingkat suku
bunga, kurva LP menunjukkan bahwa pada waktu jumlah uang sebesar 0M0,
maka tingkat suku bunga sebesar 0r0 dan pada waktu jumlah uang bertambah dari
0Mo menjadi 0M1 tingkat bunga turun dari 0ro menjadi 0r1 ini menunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah uang yang beredar, maka semakin rendah tingkat
bunga. Kurva Mo dan M1 adalah jumlah uang yang beredar dan bentuknya elastis
tidak sempurna karena pada suatu waktu tertentu jumlah uang adalah tetap.
Gambar 2 : Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga
Sumber : Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi 11 Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal. 384
2.2.6.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga adalah sebagai berikut :
1.Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan
bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak
sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan
2.Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.
Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata – rata 16% maka, jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas
bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman
kita harus berada di bawah bunga pesaing.
3.Kebijakan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4.Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan
besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5.Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,
maka bunganya relatif lebih rendah.
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat
deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama
perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang
diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat
deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk
dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7.Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena
biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet
dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8.Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk
produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif .
9.Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama
(primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan
pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.
bank, sehingga dalam penentuan suku bungapun berbeda dengan nasabah
biasa.
10.Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang diberikan jaminan kepada penerima kredit.
Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi
kemampuan membayar, nama maupun loyalitasnya terhadap bank,
maka bunga yang dibeban pun juga berbeda. Demikian pula
sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak
dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai
jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.(Kasmir, 2004 : 122 – 124)
2.2.6.5. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil
Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank (khususnya bank non
syariah) baik yang menyangkut factor ekonomi maupun non ekonomi.
Faktor keuntungan, hadiah (factor ekonomi) cukup mempengaruhi
responden dalam menentukan keputusan. Sementara itu factor pelayanan,
keterjangkauan atau lokasi, keamanan lingkungan keluarga, psikologis
langkah-langkah atau sikap masyarakat (non nasabah Bank Syariah) ketika
akan menjatuhkan pilihan pada perbankan syariah sebagai lembaga
keuangan tempat menabung atau pembiayaan.
Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank
Syariah tersebut. Sekitar 63,6% menyatakan bahwa keputusan untuk
memilih Bank cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7% yang
menyikapi bahwa factor informasi kurang releven dengan keputusan untuk
memilih Bank Syariah, maka factor informasi kepada masyarakat menjadi
kata kunci.
Faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden adalah
factor rasionalitas. Faktor- factor tersebut tidak hanya meliputi aspek
ekonomi saja, namun juga factor non ekonomi, pertimbangan agama, dan
factor non ekonomi, pertimbangan agama, dan factor rasional lainnya.
Sejumlah 60,8% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih Bank
Tabel 2:Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil
Melakukan investasi-investasi yang halal
saja
Berdasarkan prinsip bagi hasil,jual beli
atau sewa
Profit dan falah oriented
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan
Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah
Sumber : Antonio,2001 Bank Syariah Dari Teori Ke Prakti, Penerbit Gema Insani, Jakarta, Halaman 34.
2.2.7.1. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio,2001 : 90)
2.2.7.2. Sistem Bagi Hasil
Salah satu perbedaan prinsip antara bank syariah dengan bank
konvensional adalah pada tata cara atau ketentuan pemberian imbalan dalam
bentuk bunga, sedangkan bank syariah memberikannya dalam bentuk bagi hasil.
Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda beda.
Setiap bulannya, tergantung dari pendapatan hasil investasi yang dilakukan pada
bulan bersangkutan. Sistem bagi hasil diperbolehkan dalam islam, sementara
bunga tidak, adalah karena dalam sistem bagi hasil yang ditetapkan sebelumnya
hanyalah rasio (nisbah), bukan tingkat keuntungannya.
Menurut Antonio ( 2001 :139) dalam perjalanan prinsip bagi hasil, ada beberapa factor penting yang menentukan besar kecilnya presentase keuntungan
yang akan dibagikan antara pihak bank dan penabung maupun dengan peminjam
dana. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Invesment Rate, merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana bank.
2. Jumlah dana yang tersedia untuk di investasikan, merupakan jumlah
investment rate dilakukan dengan jumlah dana aktual yang
dugunakan.
3. Nisbah bagi hasil (Profit Sharing Ratio)
Pada dasarnya menurut Muhammad (2002 : 110), bank bagi hasil memberikan keuntungan pada deposan dengan pendekatan Loan To Deposit Ratio (LDR). Sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya, artinya dalam mengakui pendapatan, Bank syariah
menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang
diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua hal
tersebut. Sedangkan bank konvensional langsung menganggap semua
bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa
pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut.
Maka dalam hal ini, bank syariah terhadap unsur ketidakpastian dalam
memperoleh keuntungan, karena beberapa rupiah pendapatan riil yang
akan diperoleh nasabah sangat bergantung kepada pendapatan yang
akan diperoleh bank.
Maka agar dapat tetap tersaing dengan bank konvensional, bank syariah
memberikan special nisbah yang kira kira indikasinya sama dengan special rate pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank atau dengan
kata lain menambah biaya bagi hasil dan pihak ketiga. Special nisbah yang diberikan hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002;111).
Bobot
Pendapatan
Rata-rata saldo
Besarnya keuntungan yang diterima deposan berdasarkan proporsi / rasio
yang telah disepakati. Maka untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dari tabungan Mudharabah, dihitung dengan rumus :
Saldo rata – rata tabungan nasabah X pandapatan bank X Rasio
saldo rata – rata tabungan pada bank
(Harijanto, 1999 : 74) Dari rumus diatas dapat diketahui apabila rasio bagi hasil yang
ditawarkan Bank Syariah semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang
diperoleh nasabah semakin besar. Hal ini mempengaruhi minat nasabah
untuk menabung di Bank Syariah.
2.2.7.3. Jenis-Jenis Bagi Hasil
Secara syariah ada dua jenis bagi hasil dalam system bank syariah
yaitu mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua jenis ini maka mudharabah
adalah jenis yang paling umum digunakan. Berdasarkan jenis ini, bank islam
akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan
peminjam dana. Dengan penabung bank akan bertindak sebagai pengelola
dana dan disisi lain, dengan peminjam dana bank akan bertindak sebagai
pemilik dana. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil :
1. Musyarakah
Musyarakah (shirkah / sharikah) adalah perjanjian diantara pemilik dana / modal untuk mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan diantara pemilik modal berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya. Musyarakah dapat bersifat tetap atau temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusidari setiap pihak dengan
atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya. Mudharabah merupakan bentuk kerjasama antara dua belah pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100 persen
modal dari Shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
2.2.7.5. Hubungan Nisbah Bagi Hasil Dengan Tabungan Masyarakat
Bagi hasil memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan antara pihak
Bank dan Nasabah bahwa keuntungan dan resikoakan ditanggung bersama sesuai
Dengan kesepakatan tersebut nasabah akan lebih terasa nyaman untuk
menabung. Selain itu didukung dengan berbagai keuntungan bagi hasil yang
antara lain : Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar
benar halal,aman dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan, bank akan menikmati
peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat dan lain-lain.
Bagi hasil merupakan pola kerjasama ekonomi yang menjadi unggulan
bank syariah. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak masyarakat yang
mengidentifikasikan bank syariah sebagai “bank bagi Hasil”. Bagi hasil dianggap
lebih mampu menjamin keadilan antar pelakunya, dimana keadilan tersebut
merupakan hakekat perekonomian islam.
2.2.8. Jumlah Kantor Bank 2.2.8.1.Kantor Bank Syariah
Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar syariah
(Muhammad, 2002 : 147).
Yang dimaksud dengan jenis kantor bank syariah dapat dilihat dari
kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank berdasarkan
prinsip syariah. Luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor
pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank
Melihat perkembangan riil bank syariah membuat bank konvensional
membuka bank syariah (Islamic Windows). Banyak sedikitnya kantor bank sangatmempengaruhi besar kecilnya tingkat operasional suatu bank.
Adapun beberapa jenis kantor bank syariah yang dimaksud :
1) Kantor Pusat
Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan
terdapat dikantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor
pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank
lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan terhadap
kantor cabang-cabangnya.
2) Kantor Unit Usaha Syariah
Merupakan salah satu kantor yang berfungsi sebagai kantor induk dari
seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut beradadi kantor pusat bank
dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau penjabat satu tingkat di
bawah direksi.
3) Kantor Cabang Syariah
Merupakan kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada
kantor pusat bank yang bersangkutan dengan alamat tempat usaha yang jelas
dimana kantor cabang tersebut melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah.
Kantor dibawah kantor cabang yang kegiatan usahanya membantu kantor
cabang induknya dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.
5) Kantor Kas Syariah
Merupakkan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya
meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya
melakukan sebagaian kecil dari kegiatan perbankandan berada di bawah
cabang pembantu atau cabang penuh dan melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah.
Dasar kantor pendirian syariah di Indonesia UU No 10 Tahun 1998 Pasal
6 mendirikan cabang bank umum yang melakukan kegiatan secara konvensional
dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah
meliputi:
1. Pendirian kantor cabang atau dibawah kantor cabang.
2. Penghasilan kantor cabang atau dibawah kantor cabang yang melakukan
kegiatan usah berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah harus memenuhi peraturan dan persyaratan perbankan yang
berlaku pada umumnya, antara lain :
a. Ketentuan perjanjian dalam pengembangan usaha, seperti pembukaan cabang
dari kegiatan devisa.
b. Kegiatan pelaporan ke Bank Indonesia.
d. Pengawasan atas prestos, pemodalan, manajemen, sentabilitas, likuiditas, dan
factor- factor yang lainnya.
e. Penggunaan sangsi atas pelanggaran ( Muhammad, 2002 : 75 ).
Kantor – kantor cabang dan bank umumnya konvensional pada dasarnya
merupakan unit yang mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari
kantor – kantor konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan suatu unit usaha
syariah yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang syariah.
Unit tersebut berada dipusat bank. Secara umum tugas syariah mencakup :
1. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor bank syariah.
2. melaksankan dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang
bersumber dari kantor – kantor cabang bank syariah.
3. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor – kantor cabang
syariah. (Muhammad, 2002 :179).
Pembukaan kantor cabang syariah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Pembukaan kantor cabang dengan mendirikan kantor cabang baru.
2. Perubahan kantor cabang yang ada menjadi kantor cabang syariah.
3. Peningkatan status kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang syariah.
Pengembangan jaringan perbankan syariah, terutama ditujukan untuk
menyediakan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan jasa bank syariah (Antonio, 2001 : 229).
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka
perluasan. Jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian jelas
bahwa banyaknya jumlah jaringan kantor bank juga bank meningkatkan efisien
usaha perkembangannya. Jaringan kantor bank syariah juga diharapkan dapat
dan mendorong inovasi penduduk dan jasa perbankan syariah. (Antonio, 2001 : 226).
2.2.8.2. Hubungan Jumlah Kantor Bank Dengan Tabungan Masyarakat Jumlah kantor bank yang meliputi, kantor pusat, kantor cabang, kantor
cabang pembantu, dan kantor kas. Hal-hal yang berhubungan dengan lembaga
keuangan ditentukan pula oleh jaringan kantor lembaga-lembaga keuangan yang
bersangkutan, serta kemudahan pelayanannya.
Dengan semakin banyaknya jumlah bank-bank umum yang didirikan,
maka akan sangat berpengaruh di dalam upaya penyerapan dana masyarakat pada
lembaga keuangan bank. Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan
fasilitas yang ditawarkan pada masyarakat. Upaya ini ditunjang dengan adanya
peningkatan teknologi dalam pelayanan terhadap masyarakat, sehingga akan
membawa peluang atau kesempatan serta menambah minat masyarakat untuk
menabung. Hal ini tentunya juga ditunjang dengan produk-produk perbankan
yang memanjakan para nasabah. Selain itu untuk menarik minat masyarakat pada
bank perlu juga dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu
yang cukup luas dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2.2.9. Kurs Valuta Asing
2.2.9.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dan terdapat
Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari
mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit (satuan) mata uang dan
jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 2004 : 140)
Kurs adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang negara lainnya
yang ditetapkan (Sukirno, 2002 : 103)
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar, apabila transaksi
jual beli valas dapat dilakukan secara bebas, maka kurs valas akan berubah-ubah
sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah
menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi
transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah dalam batas yang kecil,
meskipun batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu, pemerintahan yang
dapat menguasai sepenuhnya transaksi valas. (Nopirin, 2000 : 172)
Valuta asing (valas) atau foreign exchange ( FOREX) atau foreign
currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan
untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan
yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. (Hamdy, 1999 : 16 ) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan perbandingan
nilai mata uang sehinngga untuk mendapatkan mata uang maka harus menukarkan
mata uang tersebut dengan mata uang negara lain agar memperoleh satu unit mata
uang asing.