MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU
JAWA BARAT
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yohannes Pandu Putra Sagala NIM : 121124055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendengar dan
mengabulkan doa-doaku.
Kedua orang tuaku, Bapak Mardhenus Sagala dan Ibu Maria Iko Sartika untuk
doa, cinta, kasih sayang, dukungan dalam bentuk apapun yang aku terima.
Kakakku Batsun Sagala dan adikku Gamas Sagala, terimakasih untuk
dukungan serta doanya.
Keuskupan Bandung dan Paroki Santo Mikail Indramayu yang sudah memberi dukungan baik dari moril maupun materiil.
Teman dekat Ratna Natalia Wardhani terimakasih atas dukungan motivasi dan doa.
Sahabat dan teman seperjuangan terimakasih untuk segalanya.
Teman-teman yang selalu menanyakan “kapan skripsi selesai”
v MOTTO
“Rasa malas adalah musuh terbesar dalam diri kita, bukan bagaimana cara kita melawannya, tetapi bagaimana cara kita mengubahnya”.
(Pandu Sagala)
“Terang sudah terbit untuk orang benar, Dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati”.
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap proses pembelajaran yang masih kurang dalam penggunaan media di sekolah.
Persoalan mendasar dari skripsi ini adalah bagaimana membantu para guru-guru di sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan sebuah media pembelajaran dan melihat manfaat dari media yang dipakai dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik atau Katekese di sekolah. Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan penelitian ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu penulis terjun langsung untuk melihat manfaat Film Boneka Santo-Santa yang digunakan dalam proses pembelajaran di SD Santo Mikail Indramayu dan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
ix ABSTRACT
This thesis is entitled: THE BENEFITS OF PUPPET FILMS ON THE STORY OF SAINTS PRODUCED BY SAV PUSKAT IN THE PROCESS OF CATECHISM AT THE ELEMENTARY SCHOOL OF SAINT MICHAEL, INDRAMAYU WEST JAVA. The selection of this title is based on the author’s concern about the learning process in schools which is still lacking of the using of media.
The fundamental problem of this thesis is how to help teachers in schools to improve student of learning achievement by using a medium of learning and see the benefits of using media in the learning process of Catholic Religious Education or catechesis in schools. The author reviewed this problem using the analytical description method and this study was conducted in two steps: the author went directly to see the benefits of Puppet Film used in the learning process at Saint Michael Indramayu Elementary School and the data were obtained by using questionnaires and interviews.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai saya. Banyak
pengalaman yang muncul selama penulisan skripsi ini, pengalaman gembira,
sedih, cemas maupun kecewa. Meskipun demikian berkat perhatian, dukungan
dan doa-doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV Puskat Dalam Proses Katekese Di SD Santo Mikail Indramayu Jawa Barat”
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir,
banyak pihak yang terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan
dan bantuan yang tidak terhingga dari:
1. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, S.J., M.A. selaku dosen pembimbing utama
yang telah setia, sabar, peduli, serta meluangkan waktu membimbing penulis
dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing II, atas
segala bimbingan, kepercayaan, kebaikan dan pengarahan dari awal penulisan
xi
3. Bapak Y. H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing
Akademik (DPA) yang selalu mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
5. Keuskupan Bandung dan Paroki Santo Mikail Indramayu yang sudah
membantu dan memberi dukungan baik dalam bentuk moril maupun materiil.
6. Bapak Mardhenus Sagala dan Ibu Maria Lia Iko Sartika sebagai orang tua
yang selalu memberi kasih sayang, perhatian, semangat dan doa serta
dukungan yang telah diberikan selama ini hingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kakak Emmanuel Mahesa Batsun Sagala dan Adik Gregorius Gamas Milenza
Sagala yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa.
8. Bapak Yohanes Heriono dan Ibu Christiana Sumarni, Mas Dedan Hertanto
serta Yericho Trinugroho selaku keluarga angkat yang sudah memberi
semangat, dukungan, dan doa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Kost V-Man yang selalu mengingatkan dengan cara yang unik
dan mengesalkan, tetapi sangat memotivasi untuk terselsaikannya skripsi ini.
10.Semua teman-teman Prodi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2012 dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini
dengan tulus telah memberikan semangat dan bantuan hingga selesainya
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK... viii
D. Manfaat Penulisan... 4
E. Metode Penulisan... 5
F. Sistematika Penulisan... 6
BAB II. MEDIA FILM SANTO-SANTA DALAM KATEKESE 8
A. Gambaran Umum Media dan Film... Pengertian Media... 1. Fungsi Media... 2. Media Audio Visual... 3. Film... 4. Pengertian tentang Boneka... 5. Film Boneka Santo-Santa SAV Puskat...
B. Katekese Audio Visual...
xiii
c. Katekese Audio Visual dan Group Media... d. Katekese Audio Visual di Sekolah (PAK)... e. Kekuatan dan Keterbatasan Katekese Audio Visual...
C. Sinopsis Film dan Kekuatannya...
27 32 33
34
BAB III. PENELITIAN TENTANG MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT...
A. Latar Belakang Sekolah...
1. Sejarah Singkat Yayasan Salib Suci... 2. Visi Keuskupan dalam Bidang Pendidikan... 3. Visi dan Misi Yayasan Salib Suci... 4. Latar Belakang SD Santo Mikail Indramayu... 5. Kegiataan Ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler... 6. Visi dan Misi Santo Mikail... 7. Nilai-nilai dalam Bidang Pendidikan Yayasan Salib Suci...
B. Metodologi Penelitian... 9. Tempat dan Waktu Penelitian... 10. Teknik Pengumpulan Data... 11. Kisi-kisi Instrumen... a. Tabel 1. Kisi-Kisi Penelitian... b. Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Variabel... c. Tabel 3. Kuesioner Penelitian... d. Tabel 4. Variabel Penelitian Wawancara...
xiii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A. Hasil Penelitian Kuesioner... 1. Manfaat Film... 2. Proses Katekese...
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 1. Pembahasan Kuesioner...
a. Manfaat Film dalam Proses Pembelajaran... b. Proses Pendidikan Agama Katolik atau Katekese di Sekolah...
2. Pembahasan melalui Wawancara...
C. Kesimpulan Hasil Wawancara... D. Refleksi Kateketis... E. Pedoman Pembelajaran dengan Menggunakan Film...
49
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Sekolah... (2)
Lampiran 3 : Rencana Pelakasanaan Pembelajaran... (3)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kisi-kisi Penelitian
Tabel 2 : Skor Alternatif Jawaban Variabel
Tabel 3 : Kuisioner Penelitian Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV
Puskat dalam Proses Katekese di SD Santo Mikail Indramayu Jawa
Barat
Tabel 4 : Variabel Penelitian Melalui Wawancara
Tabel 5 : Manfaat Film
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
Mrk. : Markus
Mzm. : Mazmur
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae
KGK : Katekismus Gereja Katolik
C. Singkatan Lain
AVA : Audio Visual Aids
CB : Carolus Borromeus
CD : Compact Disk
DLL : Dan lain-lain
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
xviii N : Netral
OSC : Ordo Sanctae Crucis (Ordo Salib Suci)
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PUSKAT : Pusat Kateketik
R : Ragu-ragu
RPP : Rencana Proses Pembelajaran
S : Setuju
SAV : Studio Audio Visual
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SJ : Serikat Jesus
SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus Yesus)
TK : Taman Kanak-kanak
TS : Tidak Setuju
USD : Universitas Sanata Dharma
WACC : World Association for Christian Communication
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia telah berubah seturut perkembangan zaman. Berbagai macam
kemajuan pola pikir telah membawa manusia pada situasi baru. Kemajuan dan
perubahan ini secara nyata terwujud dalam bentuk penemuan teknologi, seperti
penemuan alat komunikasi (mesin cetak, mesin ketik, komputer, internet, film).
Perubahan zaman ini secara jelas telah memengaruhi pola kehidupan
anak-anak baik yang sekolah maupun yang tidak sekolah. Perubahan juga memengaruhi
dunia pendidikan yang memang merupakan salah satu kebutuhan sangat penting
untuk perkembangan diri anak, karena memang pendidikan sejak dini diharapkan
mampu membentuk anak yang berpengetahuan luas. Banyak macam metode yang
ditawarkan dalam dunia pendidikan seperti metode ceramah, metode dengan
menggunakan media, juga metode belejar sambil bermain. Metode yang
ditawarkan dalam pendidikan tersebut dimaksudkan agar anak-anak tidak merasa
cepat bosan saat belajar. Salah satu metode yang ditawarkan bisa menggunakan
media film. Dengan menggunakan media berupa film anak-anak dapat mengingat
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model atau metode ceramah dan
tanya jawab saja. Selain mampu mempermudah anak untuk mengingat, media
film juga memiliki manfaat untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan
pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas. Dalam
pembelajaran yang mendukung teracapainya tujuan itu, serta strategi belajar
mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan.
Sekolah diharapkan tidak tinggal diam dengan adanya perkembangan ini
melainkan sekolah lebih aktif lagi untuk turut mengembangkan metode
pendidikan dengan menggunakan media film ini. Melihat perkembangan zaman
ini penulis juga ingin memanfaatkan metode menggunakan film boneka
Santo-Santa yang diproduksi oleh Studio Audio Visual (SAV) Puskat untuk berkatekese
di SD Santo Mikail Indramayu dengan mengharapkan manfaat dari metode ini.
Katekese merupakan salah satu bentuk evangelisasi atau pewartaan, maka
katekese selalu mendapat perhatian yang penting dalam pengembangan metode
penelitian di sekolah. Banyak anggapan bahwa pelajaran agama di sekolah lebih
mementingkan segi pengetahuan saja. Anak hanya mendengarkan dan kurang
aktif, sehingga kebutuhan-kebutuhan konkrit anak kurang terpenuhi. Pelajaran di
sekolah kurang memperhatikan pembinaan sikap kritis dan kreatif. Anak lebih
pandai dalam bidang ilmu pengetahuan tetapi kurang cakap menghadapi
kehidupan yang semakin ganas. Di lain pihak muncul keprihatinan bahwa para
orangtua dirasa tidak mampu menjamin iman anak-anaknya karena kesibukannya,
sehingga mereka melepaskan tanggung jawab dan memercayakan pendidikan
iman anaknya kepada sekolah. Katekismus Gereja Katolik, art. 2226 mengatakan
pendidikan iman oleh orangtua harus mulai sejak usia anak-anak. Ia mulai dengan
kebiasaan bahwa anggota-anggota keluarga saling membantu, supaya dapat
tumbuh di dalam iman melalui kesaksian hidup yang sesuai dengan injil. Katekese
memperkayanya. Orangtua menerima perutusan untuk mengajar anak-anaknya
berdoa dan mengajak mereka menemukan panggilan mereka sebagai anak-anak
Allah.
Seorang anak tidak dapat langsung berkembang dengan sendirinya, baik
jasmani maupun rohani tanpa peran serta orang di sekitarnya. Orangtua atau orang
yang ada di sekitarnya sangat berperan dalam hidupnya, karena pada dasarnya
anak membutuhkan sentuhan, bimbingan dan membutuhkan komunikasi dengan
orang lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Dengan
alat-alat yang canggih seperti halnya kamera video, gadget, internet, serta hal
lainnya anak-anak akan sangat terbantu dalam mengembangkan baik segi jasmani,
rohani maupun segi mentalitasnya selama dengan cara penggunaan yang positif,
sehingga anak tumbuh dan berkembang ke arah suatu kepribadian yang harmonis
dan matang diimbangi dengan perkembangan iman yang semakin mantap dan
kokoh.
Dengan uraian di atas yaitu dengan melihat keprihatinan-keperihatinan,
kebutuhan-kebutuhan dalam Pendidikan Iman Siswa-siswi di sekolah maka dalam
skripsi ini penulis mengambil judul “MANFAAT FILM BONEKA SANTO
-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD
SANTO MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya
1. Apa itu Film Boneka?
2. Apa yang dimaksud dengan Katekese?
3. Seberapa besar Film Boneka Santo-Santa berperan bagi anak dalam proses
katekese?
4. Sejauh mana manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV PUSKAT
dapat memengaruhi minat belajar anak di SD Santo Mikail Indramayu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat penulisan ini adalah sebagai
berikut yaitu:
1. Menyampaikan pengertian Film Boneka dengan benar.
2. Menyampaikan pengertian yang benar mengenai Katekese.
3. Mengetahui seberapa besar peranan Film Boneka Santo-Santa bagi anak
dalam proses katekese di sekolah.
4. Mengetahui sejauh mana manfaat Film Boneka Santo-Santa memengaruhi
minat belajar anak di SD Santo Mikail Indramayu.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan skripsi dengan judul “Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV PUSKAT dalam Proses Katekese di SD Santo Mikail
Bagi Penulis:
Memberikan wawasan serta pemahaman kepada penulis mengenai manfaat
Film Boneka Santo-Santa dalam proses katekese di SD Santo Mikail
Indramayu.
Bagi Sekolah:
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat membantu guru-guru lain
untuk lebih memanfaatkan penggunaan media berupa film dalam
pendidikan, sehingga anak lebih tertarik dalam belajar.
Bagi Siswa:
Membantu siswa semakin memiliki semangat dalam belajar khususnya
dalam proses Katekese di sekolah.
E. Metode Penulisan
Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis.
Dengan metode ini penulis menggambarkan sejauh mana manfaat media Film
Boneka Santo-Santa dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu.
Penulis juga mencoba memahami manfaat Film Boneka Santo-Santa dengan
melihat realita yang terjadi saat di sekolah dan akan menganalisis permasalahan
yang ada sehingga ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Untuk proses
penelitian ini, penulis menayangkan sebuah Film Boneka Santo-Santa dan melihat
proses katekese yang terjadi. Setelah menayangkan film penulis membagikan
kuisioner kepada siswa-siswi tentang pemahaman Film Boneka Santo-Santa dan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pengukuran data kuantitatif
dan statistik objektif, melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang.
Metode penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk
mengumpulkan data. Dalam metode ini penulis juga memaparkan temuan-temuan
dari studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam
skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan
pokok-pokok sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II: Penulis menjelaskan gambaran umum media Film Boneka Santo- Santa, pengertian media, gambaran umum tentang media, audio
visual dalam proses katekese di sekolah.
BAB III: Penulis menjelaskan situasi sekolah serta penjelasan mengenai penelitian yang dilaksanakan dan pemahaman tentang film santo-
santa dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu.
BAB IV: Penulis menjelaskan dan memaparkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di SD Santo Mikail Indramayu dan menuliskan
BAB V: Penulis menyampaikan kesimpulan dan saran mengenai manfaat Film Boneka Santo-Santa di SD Santo Mikail Indramayu dan
BAB II
MEDIA FILM BONEKA SANTO SANTA DALAM KATEKESE
Manfaat film dalam proses pembelajaran dapat membantu para siswa
semakin memahami materi yang diberikan. Media yang dapat digunakan yaitu
salah satunya media Film Boneka Santo-Santa. Para siswa dapat semakin
mengetahui sejarah dan nama-nama santo-santa dan semakin memahami atau
meningkatkan dasar-dasar proses Katekese atau Pendidikan Agama Katolik di
sekolah.
A. Gambaran Umum Media dan Film Pengertian Media
Media memiliki banyak makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara
luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam
sudut pandang, maksud dan tujuannya. Kata “media” berasal dari bahasa Latin
yaitu medium yang secara harafiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Oleh karena itu media dimengerti sebagai wadah atau sarana. Istilah media yang
sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi.
Media komunikasi mempunyai peran dalam memengaruhi perubahan hidup sosial
manusia di masyarakat. Media dimengerti oleh banyak orang sebagai sarana atau
alat untuk mengantarkan sesuatu yang hendak dicapai bagi orang yang
menggunakan media tersebut. Media sendiri dapat digolongkan menjadi empat
kategori. Menurut Manuel Olivera, dalam bukunya yang berjudul Group Media
a) Media raksasa yaitu gabungan antara satelit, televisi, telepon dan komputer. Alat-alat ini sudah sampai ke rumah kita, misalnya kalau kita menikmati acara-acara khusus secara langsung.
b) Media massa ukuran besar yang sudah menjadi umum, ini terdiri dari bioskop, radio dan televisi.
c) Media massa ukuran sedang, media yang berukuran sedang. Misalnya: Surat kabar lokal, majalah dan pemancar radio yang berfrekuensi rendah. d) Media massa ukuran kecil. Media kecil ini seperti kaset, piringan hitam,
foto, slide, fotocopy dan komputer pribadi.
Media adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau sebuah
informasi pendidikan yang biasanya dapat disajikan dengan mempergunakan
sebuah peralatan. Sedangkan perangkat keras (hardware) sendiri merupakan
sarana untuk dapat menampilkan sesuatu pesan yang terkandung dalam media
tersebut.
1. Fungsi Media
Media komunikasi sosial dengan berbagai macam inovasi dan
kecanggihannya sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia di
zaman sekarang ini. Kecanggihan ini dapat dirasakan dimana pun dan kapan pun
jika sedang dibutuhkan, baik dari segi hiburan dan berbagai informasi terkini serta
dalam bidang pendidikan. Media komunikasi menjadi sumber utama informasi
dan pendidikan yang diperlukan oleh masyarakat (Iswarahadi, 2000:2).
Menurut Iswarahadi, dalam bukunya yang berjudul Beriman Dengan
Bermedia (2003: 115-117) terdapat empat fungsi media yang penting untuk
diketahui.
1) Media berfungsi korelatif: yakni jika media tersebut dapat menimbulkan rasa bangga dan memperteguh identitas suatu kelompok serta mampu meningkatkan “sense of belonging” seseorang.
menciptakan solidaritas, menggugah nilai-nilai kemanusiaan seseorang serta mampu mendorong seseorang untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Fungsi ini disebut sebagai fungsi kontinyuitas.
3) Ketika media mampu menggerakkan massa sehingga mereka terdorong untuk melakukan sesuatu, media tersebut memenuhi fungsinya untuk memobilisasi. Dengan fungsi mobilisasi ini media mengambil peran dalam menggerakkan masyarakat untuk peduli terhadap kehidupan.
4) Fungsi media untuk memberikan hiburan merupakan fungsi yang paling menonjol. Kejenuhan terhadap pekerjaan dan aktivitas kehidupan menuntut seseorang untuk beristirahat dan melakukan relaksasi untuk dirinya. Saat inilah masyarakat membutuhkan media komunikasi untuk menikmati hiburan dan melepaskan kelelahan mereka. Melalui televisi, internet, video dan berbagai media lainnya kebutuhan mereka akan hiburan dapat teratasi.
Media juga merupakan komunikasi ataupun interaksi yang dapat dilakukan
oleh semua orang. Selain itu menurut Iswarahadi dalam bukunya yang berjudul
Media dan Pewartaan Iman (2013:10-11). Orang kristiani mempunyai
prinsip-prinsip dalam komunikasi. Tujuan dari proses komunikasi adalah memberi
kemuliaan kepada Allah dan suka cita kepada manusia. Selain itu juga prinsip
komunikasi bukan untuk menggalakkan teknologi komunikasi melainkan untuk
menyelamatkan hubungan antara manusia. Dalam konteks ini ada lima hal yang
menjadi keprihatinan WACC (World Association for Christian Communication),
yaitu sebagai berikut:
a) Komunitas: komunitas di sini bukan komunitas Kristiani saja, melainkan
persatuan bersama tanpa menghiraukan keyakinan agama. Hanya
komunikasi yang insklusif mampu memuliakan Allah sebagai Bapa
seluruh umat manusia dan membawa suka cita kepada semua orang.
b) Partisipasi: pernyataan itu mengecam “tradisi profesional” di dalam
media dikuasai oleh kalangan tertentu saja. Situasi ini harus diubah. Tidak
boleh dengan alasan “profesionalisme” sebagian masyarakat dikucilkan dari proses komunikasi.
c) Kebebasan: komunikasi yang membebaskan itu mampu membuat orang
mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhannya. Jadi tidak ada dominasi
sepihak dari kalangan yang kebetulan menguasai media.
d) Kebudayaan: sistem komunikasi yang semakin canggih cenderung
menciptakan sebuah dunia media yang asing. Perkembangan kebudayaan
setempat diabaikan. Komunikasi yang sesuai dengan visi Kristiani akan
terjadi apabila kebudayaan rakyat diperkembangan.
e) Profetis: komunikasi profetis merangsang kesadaran kritis akan realitas
yang diciptakan oleh media dan menolong orang untuk membedakan
kebenaran dari kebohongan.
Perkembangan media pendidikan, kalau melihat lagi perkembangannya
pada awal mula media hanya dianggap sebagai salah satu alat bantu mengajar oleh
guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai dalam mengajar adalah alat bantu
visual, yaitu gambar, model, obyek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan
sesuatu pengalaman yang konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap
dan minat belajar setiap siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan
perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan
aspek desain, pekembangan pembelajaran dalam sebuah produksi dan
mengkonkritkan perkembangan media pendidikan dilengkapi dengan
digunakannya alat audio sehingga kita mengenal adanya alat audio visual atau
audio visual aids (AVA). Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan dari
kata bahasa Inggris intruction. Kata intruction mempunyai pengertian yang lebih
kuas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru dan
murid di kelas dalam ruang formal, pembelajaran atau intruction mencakup pula
kegiataan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Dalam intruction
yang ditekankan adalah sebuah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana
dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadinya sebuah proses belajar
dalam diri siswa yang disebut pembelajaran.
2. Media Audio Visual
Media audio dan audio - visual merupakan bentuk media pembelajaran
yang murah dan terjangkau contoh saja seperti video atau musik. Menggunakan
media audio juga dapat membantu dan menyesuaikan tingkat kemampuan siswa.
Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi. Contoh media audio yang
dipakai yaitu tape atau radio, karena mudah dibawa kemana saja. Menurut Azhar
Arsyad dalam bukunya Media Pembelajaran (2011:149), selain dapat memotivasi
siswa, media audio memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1) Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa
yang telah didengar.
2) Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan
3) Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.
4) Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat
kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu
masalah.
Media audio dapat digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai dari
pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasan sampai kepada
evaluasi hasil belajar siswa. Selain itu proses pembelajaran menggunakan media
audio visual dapat membantu siswa yang bekerja lamban, karena dapat memutar
kembali dan mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasai. Siswa yang dapat
belajar dengan cepat bisa maju terus sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya.
3. Film
Film merupakan media yang sangat berkembang pesat kecanggihannya.
Perkembangan film dari zaman ke zaman memang sangat jauh perbedaannya.
Menurut Iswarahadi dalam buku Media dan Pewartaan Iman (2013:37) film
mendahului radio dan televisi sebagai satu sarana komunikasi untuk tujuan
hiburan di samping untuk menyebarluaskan ideologi. Para ahli mulai memusatkan
perhatian pada gambar bergerak setelah pada tahun 1824 Mark Roger
mengembangkan teorinya tentang persistence of vision. Jadi satu seri gambar mati
dalam pita film celluloid bila diproyeksikan pada 16-24 bingkai per detik akan
menciptakan ilusi tentang satu gerak gambar yang kontinyu. Pada tahun 1895
yang dibayar di Grand Cafe Paris. Film memiliki narasi tetap seputar masalah
yang diangkat ke layar perak dan harus diselesaikan pada akhir film tersebut.
Selama menonton film bisa terjadi proses identifikasi psikologis. Oleh sebab itu
ada pengaruh positif dan negatif.
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu
proses belajar mengajar. Sebagai suatu media, ada keunggulan-keunggulan film
menurut Sardiman Arif dalam buku yang berjudul Media Pendidikan
(1989:70-71), antara lain:
1) Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan
lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan
ilustrasi. Contohnya: Film merupakan media yang sangat membantu guru
untuk memberikan sebuah materi, bukan hanya menjelaskan secara teori
saja. Film sangat membantu anak-anak untuk fokus pada materi yang
diberikan dan dengan menggunakan media film proses pembelajaran
tidak terasa membosankan.
2) Film dapat memikat perhatian anak. Contohnya: Pada zaman sekarang
banyak anak yang kurang tertarik saat mengikuti proses pembelajaran di
dalam kelas. Media film sangat membantu untuk mengajak anak-anak
bisa fokus dalam proses pembelajaran, karena anak-anak akan lebih
tertarik dengan melihat gambar/film dibandingkan harus terus-menerus
mendengarkan guru berbicara. Film yang digunakan merupakan film
3) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Contohnya:
Selain dapat membuat anak-anak fokus pada proses pembelajaran, film
juga mampu mengajak anak-anak untuk berpikir dan mengikuti alur dari
cerita film tersebut. Anak-anak mudah mengingat apa yang mereka lihat.
Jadi anak-anak akan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Media film memiliki beberapa keunggulan, seperti dituliskan oleh Sadiman
Arif S (1989) dalam bukunya yang berjudul Media Pendidikan (Pengertian,
Pengembangan dan P emanfaatan), yaitu:
1) Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang
cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang
sama. Keterampilan membaca dan penguasaan bahasa yang kurang bisa
diatasi dengan menggunakan film.
2) Film sangat bagus untuk menerangkan sesuatu proses. Gerak-gerakan
lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan
ilustrasi.
3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian sejarah pada masa lampau.
4) Film dapat mengembara dengan lincah dari satu negara ke negara yang
lainnya, horizon menjadi amat lebar, dan dunia luar dapat dibawa masuk
kelas.
5) Film dapat juga menyajikan baik dari segi teori maupun segi praktik yang
6) Film dapat menghadirkan seseorang ahli dan memperdengarkan suaranya
di dalam kelas.
7) Film dapat menggunakan teknik seperti warna gerak lambat animasi dan
sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.
8) Film juga dapat memikat perhatian anak.
9) Film lebih realistis dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya sesuai
dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak dapat menjadi lebih jelas.
10)Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera seperti halnya
pengelihatan.
11)Film juga dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
Selain adanya keunggulan media film, media film juga memiliki dampak
positif sebagai integral pembelajaran di dalam kelas. Menurut Azhar Arsyad
dalam bukunya Media Pendidikan (2011:21), dampak-dampak dari film yaitu
sebagai berikut:
1) Peyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
Cara mengajar setiap guru memang berbeda-beda, namun dengan penggunaan media para guru mampu memberikan informasi yang akan diberikan kepada siswa lebih efisien.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik.
Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap memperhatikan. Isi cerita yang membuat para siswa menimbulkan keingintahuan yang lebih mendalam.
3) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
4. Pengertian tentang Boneka
Daryanto (2013: 33) mengungkapkan bahwa boneka merupakan benda
tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Boneka dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sebuah pertunjukan.
Penggunaan boneka sebagai media pendidikan dapat dilihat di berbagai wilayah di
Indonesia. Di Jawa Barat, penggunaan boneka tongkat yang disebut “wayang golek” digunakan untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana. Di
Jawa Timur dan Jawa Tengah digunakan dua boneka tongkat dalam dua dimensi
yang dibuat dari kayu yang disebut “wayang krucil” dan boneka bayang-bayang yang disebut “wayang kulit.” Penggunaan media boneka sebagai media
pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan perkembangan zaman, tujuan
penggunaan dan keadaan sosio-kultural masing-masing.
Daryanto (2013: 33) mengklasifikasikan boneka menjadi lima jenis
sebagai berikut.
1) Boneka jari, dimainkan dengan jari tangan. Contoh: dengan
menggunakan jari tangan, pergerakan boneka jari lebih mudah
dimainkan dan mudah untuk digerakkan. Jadi hasilnya akan lebih baik
dan menarik untuk dilihat.
2) Boneka tangan, satu tangan memainkan satu boneka. Contoh: jika satu
tangan memainkan lebih dari satu boneka, hasil yang digerakkan tidak
akan baik. Sebaiknya satu tangan memainkan satu boneka saja, agar
3) Boneka tongkat seperti wayang-wayangan. Contoh: wayang biasanya
dilengkapi oleh kayu untuk memainkan wayang tersebut. Biasanya
dimainkan oleh dalang dan wayang biasanya menceritakan sebuah
kisah kerajaan atau cerita rakyat.
4) Boneka tali (marionet): cara menggerakkan melalui tali yang
menghubungkan kepala, tangan, dan kaki. Contohnya: biasanya boneka
tali dimainkan oleh seseorang dari atas. Jadi para penonton biasanya
melihat boneka bergerak-gerak, karena orang yang memainkan boneka
tali harus berkonsentrasi menghubungkan kepala, tangan dan kaki agar
bisa seimbang pada saat dimainkan.
5) Boneka bayang-bayang (shadow puppet): dimainkan dengan cara
mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Contohnya: boneka
bayang-bayang ini sama dengan boneka wayang, karena boneka ini
memakai tongkat kayu untuk memainkannya. Dan boneka
bayang-bayang ini dimainkan di balik kain putih yang diberikan cahaya agar
terlihat bayang-bayang dari boneka tersebut.
Boneka tangan dipilih sebagai media pembelajaran karena dapat menarik
perhatian, minat siswa, dan stimulus yang baik dalam kegiatan pembelajaran.
Media boneka berfungsi membantu mempermudah pemahaman isi cerita dan
penokohan dalam dongeng. Film merupakan media komunikasi yang paling
menggunakan media film proses pembelajaran akan semakin baik dan mengajak
anak-anak untuk tetap fokus dan konsentrasi dalam proses pembelajaran.
Kelebihan menggunakan boneka sebagai media pembelajaran menurut
Daryanto (2013: 33) adalah sebagai berikut.
1) Efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan. 2) Tidak memerlukan keterampilan yang rumit.
3) Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira.
Melalui penggunaan media film boneka dalam pembelajaran, isi cerita
yang ingin disampaikan oleh film tersebut dapat mudah dipahami oleh siswa.
Selain itu, siswa dapat tertarik melihat melalui media film boneka yang menarik
perhatiannya. Berdasarkan ulasan di atas, media yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah media film boneka. Media film boneka dipilih karena bersifat
komunikatif dan sesuai untuk memvisualkan tokoh dan penokohan dalam
dongeng.
Sudarmadji (2010: 21) mengungkapkan berdasarkan pemanfaatan alat
peraga, bercerita dapat dibedakan dengan alat peraga dan bercerita tanpa alat
peraga. Bercerita dengan alat peraga yaitu menggunakan boneka tangan, boneka
jari, flannel, wayang, dan lain-lain. Bercerita tanpa menggunakan alat peraga lebih
mengoptimalkan seluruh anggota tubuh, mimik muka, ekspresi, suara, dll.
Media boneka dapat membantu siswa mengenal segala aspek yang
berkaitan dengan benda dan memberikan pengalaman tentang tokoh dalam
dongeng. Isi cerita dan situasi yang diajarkan kepada anak lebih mudah dipahami
bila objek tersebut ada di hadapan mereka. Penggunaan media boneka menolong
berhubungan dengan objek. Menggunakan boneka tangan sebagai alat bantu akan
membuat suasana kelas lebih berkonsentrasi pada cerita yang disampaikan.
5. Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV PUSKAT
Film Boneka Santo-Santa yang diproduksi oleh SAV PUSKAT ini dibuat
sekitar tahun 2005. Hal yang melatarbelakangi pembuatan Film Boneka
Santo-Santa ini adalah bahwa pentingnya peranan katekese pendidikan iman untuk anak
di zaman yang serba modern ini, dimana anak-anak lebih tertarik duduk manis di
depan televisi dibandingan mengikuti pelajaran agama. Hal inilah yang
menyebabkan banyak Sekolah Minggu yang sudah tidak aktif lagi karena anak
lebih memilih program-program televisi yang lebih menarik seperti halnya film
Upin dan Ipin atau film animasi lainnya. Gereja harusnya bisa bertindak untuk
menyediakan sarana-sarana yang menarik agar anak tertarik untuk datang
mengikuti sekolah minggu. Oleh sebab itu SAV PUSKAT membuat dan
menerbitkan Cerita Boneka Santo-Santa dengan media film supaya dijadikan
salah satu sarananya, dan tidak hanya untuk Sekolah Minggu saja, kemungkinan
juga bisa dipakai untuk pengajaran di sekolah dan di tengah keluarga.
Film Boneka Santo-Santa ini memiliki 5 seri, dimana setiap serinya terdiri
dari 2-3 judul cerita yang berbeda. Seri 1: Santa Elisabeth, Santa Maria Goretti,
Santo Vincentius de Paulo. Seri 2: Santa Bernadetta, Santa Maria Magdalena,
Santa Martinus. Seri 3: Uskup Romero, Santa Fransiskus Asisi. Seri 4: Santa
Angela, Pater Damian. Seri 5: Santa Antoine Daniel, Santa Rosa de Lima.
hampir sekitar 2 tahun. Kendala terutama yang dialami dalam pembuatan film
boneka Santo-Santa ini adalah bagaimana membuat film ini lebih menarik
dibandingkan dengan cerita Santo-Santa dalam bentuk buku. Selain itu, Film
Boneka Santo-Santa yang diproduksi SAV PUSKAT merupakan salah satu film
boneka yang dapat membantu pengembangan iman anak. Dengan latar belakang
sederhana dan bentuk boneka yang sederhana pula, film boneka mampu
merangsang anak untuk berimajinasi.
Film boneka bukan film animasi, melainkan film yang menampilkan suatu
cerita dalam layar kaca dengan menggunakan sarana boneka. Dalam proses
pembuatannya tidak ada trik-trik kamera melainkan trik yang dirancang khusus
lewat seperangkat program animasi komputer. Proses pembuatan film boneka
sama persis dengan pagelaran wayang golek atau wayang kulit. Ketrampilan
tangan dan setting background menjadi hal yang paling penting diperhatikan.
Melalui cerita penonton berhadapan dengan suatu realita hidup yang dialaminya
sendiri, sehingga mampu membawa penonton pada suatu kesadaran diri yang
mendalam. Selain itu melalui media film, imajinasi anak-anak mampu menyusun
suatu hal seperti yang dikehendakinya. Dengan berbekal ingatan akan pengalaman
anak-anak siap membangun imajinasi dalam otaknya sampai mereka memiliki
sesuatu pemahaman, prinsip, dan nilai hidup yang sifatnya personal. Cerita yang
disampaikan melalui media audio visual jauh lebih menarik dan mendorong
B. Katekese Audio Visual
1. Pengertian Katekese Audio Visual
Jakob Papo dalam buku Memahami Katekese (1987: 11) menguraikan
beberapa pengertian katekese, yaitu :
1) Asal Kata
Kateketik berasal dari kata Yunani: Katechein. Bentukan dari kata Kat yang
berarti pergi atau meluas, dan dari kata Echo yang berarti menggemakan atau
menyuarakan ke luar. Kata ini mengandung dua pengertian. Pertama, katechein
berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau ditawarkan. Kedua: katechein
berarti ajaran dari para pemimpin.
2) Pengertian
Istilah katechein yang digunakan oleh umum lama-kelamaan diambilalih
oleh orang Kristen menjadi istilah khusus dalam bidang pewartaan Gereja. Kata
katechein menjadi istilah teknik untuk pelbagai aspek ajaran Gereja kepada
manusia dalam hidup konkritnya. Sedangkan segala macam usaha penyampaian
ajaran, pendidikan agama atau ajaran Gereja disebut katekese.
Katekese mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan memiliki
kekhususan pada setiap zaman dan tempat tertentu. Pada zaman dan tempat
tertentu katekese dijelmakan dalam suatu pola atau rumusan yang merupakan
dan tempat tertentu itu. Menurut Jakob Papo (1987:12) terdapat tiga pola
pemikiran katekese.
a) Pola pemikiran katekese dalam Gereja purba: katekese ialah penyampaian
ajaran Yesus oleh umat bagi calon-calon permandian. Keseluruhan kegiatan
katekese terlibat dalam usaha ini. Maksudnya usaha ini adalah para
calon-calon permandian mampu menyerap dan menerima ajaran-ajaran Yesus di
dalam hidup mereka.
b) Pola pemikiran katekese dalam Konsili Trente: Katekese ialah penyampaian
segala macam pengetahuan tentang ajaran Gereja yang sifatnya ilmiah dan
moralitas, penuh semangat kebaktian dan bersifat tertutup. Keseluruhan
warna kegiatan katekese dipengaruhi oleh pola pemikiran ini. Contohnya:
kegiataan katekese dapat berjalan dengan baik karena adanya pemikiran yang
bersifat ilmiah yang berati bahwa pemikiran yang logis, masuk akal dan
nyata. Selain itu adanya moralitas yang saling berhubungan dengan pemikiran
ilmiah karena moralitas ialah perbuataan yang benar. Jadi seseorang
melakukan perbuataan itu karena sudah tahu bahwa itu benar. Oleh karena itu
katekese model ini berjalan dengan baik dengan adanya pemikiran ini.
c) Pola pemikiran katekese dalam Konsili Vatikan II: Katekese ialah usaha
pewartaan Sabda Allah untuk membina penghayatan iman perorangan dan
iman jemaat dalam kenyataan hidup sehari-hari. Contohnya: penghayatan
hidup seseorang dapat dilihat dari bagaimana iman mereka berkembang di
kehidupan sehari-hari, yaitu seperti mengikuti doa lingkungan dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
2. Isi katekese Audio Visual
Isi katekese tidak lain adalah Kristus dan ajaran-Nya. Katekese berpusat
pada pribadi Kristus. Pelaku katekese bukan menyampaikan ajarannya sendiri,
melainkan kebenaran dan ajaran Kristus. Berbicara mengenai Yesus Kristus tentu
tidak bisa dilepaskan dari pembahansan mengenai Allah Tritunggal. Misteri Allah
Tritunggal merupakan pusat iman dan hidup Kristiani. Pokok katekese yang
utama dan hakikinya yaitu untuk menggunakan ungkapan yang disukai oleh Santo
Paulus oleh teologi masakini. Misteri Kristus, katekese mencakup arti mengajak
sesama mendalami misteri dalam segala dimensinya untuk menunjukkan kepada
semua orang makna rencana yang terkandung dalam misteri dengan kata lain,
maksudnya ialah menampilkan dalam pribadi Kristus seluruh rencana kekal Allah,
yang mencapai kepenuhannya dalam pribadi itu.
a. Tujuan katekese
Tujuan utama katekese adalah membawa orang dalam kesatuan dengan
Yesus Kristus (CT 5). Melalui katekese orang diharapkan dapat mengembangkan
pengertian tentang misteri Kristus dalam terang sabda Allah. Menjadi pengikut
Kristus berarti menyatakan “Ya” kepada Kristus, setia mengikutinya, dan
Selain tujuan katekese juga memiliki tugas yaitu katekese merupakan
tindakan Gerejawi, menurut B.A. Rukiyanto dalam bukunya yang berjudul
Pewartaan Di Zaman Global (2012:63) tugas katekese adalah mendukung
pertumbuhan Gereja dengan:
1) Mengembangkan pengetahuan iman. 2) Pendidikan liturgis.
3) Pembinaan moral.
4) Mengajar berdoa, di samping itu katekese juga.
5) Membawa orang masuk kedalam hidup jemaat (pendidikan hidup berjemaat).
6) Perutusannya, termasuk menjalin relasi dengan Umat dari Gereja lain (dimensi ekumenis) dan dialog dengan umat beragama lain.
Keenam tugas itu merupakan tugas yang penting dan saling berhubungan.
Karena tugas itu dapat dikategorikan menjadi dua hal pokok, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan Gereja dan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat. Tugas
pengembangan iman, pendidik liturgis, mengajar berdoa, dan pendidikan hidup
berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan kegiatan hidup Gereja,
sedangkan tugas pembinaan moral dan perutusan menyangkut tugas umat di
dalam masyarakat.
b. Pengertian Audio Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual
atau dapat disebut media pandang-dengar. Dewasa ini bahasa audio visual
sangatlah berguna. Bahasa audio visual bukan pertama-tama memberikan
kesempatan pada kita untuk menyampaikan kata-kata yang teliti, tetapi untuk
menyampaikan pengalaman secara menyeluruh. Audio visual tidak banyak
seorang pribadi. Misalkan, suara yang disampaikan melalui mic dan amplifier
yang baik dapat mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Sehingga ketika
penggunaan media atau audio visual dalam proses pembelajaran sudah tentu akan
semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para siswa. Selain itu,
media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas
guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi, tetapi
penyajian materi dapat digantikan oleh media. Peran guru dapat beralih menjadi
fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.
Salahudin Anas, dalam buku yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas (2015:125)
contoh media audio visual di antaranya: program video/televisi, video/televisi
intruksional dan program slide suara. Beberapa fungsi media adalah sebagai
berikut:
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,
melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif.
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran
sebagai salah satu komponen lain untuk menciptakan situasi belajar yang
diharapkan.
Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi
pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam
c. Katekese Audio-Visual di Group Media
Audio visual merupakan perpanjangan elektronik seluruh pengalaman
seseorang. Katekese audio visual merupakan pesan sejauh pesan menyeluruh
pancaindera, perasaan, badan, dan gagasanku. Namun katekese audio visual lebih
dari pada hanya bahasa audio visual. Sehubungan hal itu menurut FX. Adisusanto
SJ dan Sr. Ernestine dalam bukunya yang berjudul Katekese Audio Visual
(1980:12-14) ada dua hal yang perlu diingat sebelum memasuki dunia katekese
audio visual, yaitu:
1) Iman.
a) Katekese audio visual berasal dari seseorang yang beriman, seorang
yang merasa terdorong untuk memaklumkan rahmat yang tersembunyi
dalam injil. Kalau orangnya tidak beriman, audio visual hanya sebagai
alat saja yang dipergunakan untuk membicarakan Kristus dengan tidak
menarik dan membosankan.
b) Libatkan diri anda dalam dunia audio visual. Pilihlah kaset atau
piringan hitam yang bermutu. Carilah pengalaman audio visual secara
mendalam dan intensif, karena kedalaman dan intensitasnya
membawa anda ke perasaan yang spirituil.
c) Berdoalah dengan media audio visual. Jangan ragu-ragu untuk berdoa
dengan sebuah gambar yang indah dan mempergunakan waktu cukup
lama untuk merenung dengan gambar-gambar yang indah.
d) Carilah gambar, suara atau lagu-lagu yang memupuk perasaan kagum,
e) Komunikasi kelompok, hidup berkelompok membantu hubungan
semakin erat karena dengan adanya semangat keterbukaan dan sharing
antar anggota kelompok. Karena dalam sharing seseorang melihat dan
mendengar sesuatu intensitas yang besar.
2) Evaluasi kritis.
Bagi seseorang yang tidak dididik dalam bahasa audio visual, untuk
menguasai medium ini dituntut lebih dari pada suatu introduksi sederhana tentang
macam-macam unsur bahasa audio visual. Demikian juga untuk dapat mengenal
bahasa audio visual dengan baik, orang harus menceburkan diri ke dalamnya,
harus melibatkan diri dalam dunia audio visual dan sekaligus secara teratur
mengadakan refleksi, membandingkan dan memandang dunia audio visual dari
perspektif yang berbeda-beda.
Katekese audio visual dalam bentuk pewartaan iman merupakan salah satu
cara menggunakan media dalam berkatekese. Penggunaan film dan televisi untuk
pewartaan iman sudah direkomendasi oleh Gereja Katolik melalui dokumen
Aetatis Novae (1992). Melalui surat gembala pada hari komunikasi sosial sedunia,
setiap tahun kita diingatkan oleh Paus agar mempergunakan media komunikasi
untuk meningkatkan pewartaan iman. Menurut Iswarahadi dalam buku yang
berjudul Pewartaan Di Zaman Global (2012:63), katekese audio visual kegiatan
1) Bentuk pertama ialah, katekese audio visual dalam pertemuan reguler
seminggu dalam kesempatan katekese.
2) Bentuk kedua ialah pertemuan periodik dalam kesempatan rekoleksi.
3) Bentuk ketiga adalah dalam bentuk retret audio visual.
4) Bentuk keempat adalah penayangan film di bioskop dan siaran
program religius lewat televisi bentuk ini dapat ditindak lanjuti dengan
perjumpaan antara pemirsa atau pendengar.
5) Bentuk kelima ialah pendalaman iman melalui khotbah audio visual di
Gereja.
Dalam era kemajuan teknologi dan cara pandang ini, katekese memerlukan
orang-orang yang kompeten secara akademis dan kreatif memikirkan pola-pola
pemikiran garda depan. Pemikiran yang mampu membawa katekese melakukan
bentuk-bentuk kombinasi, elaborasi, kolaborasi, modifikasi, dan diversifikasi
karya katekese dan di dalam bidang-bidang keilmuan dan juga seni.
Metode yang di pakai dalam katekese audio visual adalah group media.
Yang mendasari pemikiran group media ini adalah metode lama:
melihat-menilai-bertindak, yang diperkaya dengan bahasa audio visual dan teknik belajar
kelompok. Metode tersebut cukup memadai. Kekuatannya telah diakui. Penyajian
audio visual menyediakan cara baru dan menarik untuk melihat kenyataan dengan
hasil yang tidak hanya terdiri dari aspek intelektual, melaikan juga emosional.
Selain tiga unsur tersebut (melihat-menilai-bertindak) di dalam pertemuan
kelompok itu akan dikembangkan filsafat tentang manusia yang sekaligus menjadi
guru dan murid terhadap manusia lain. Diskusi yang demokratis merupakan salah
satu cara untuk menanamkan dasar pemikiran tersebut ke dalam praktik. Selain itu
terdapat pula keinginan untuk mengubah hidup manusia khususnya yang
bersangkut-paut dengan sosial politik. Tujuannya adalah untuk membuat hidup
lebih manusiawi dan bermartabat.
Menurut Manuel Olivera, dalam bukunya yang berjudul Group Media
(1989: 13) terdapat beberapa keberatan yang mungkin timbul sehubungan dengan
sistem kelompok:
a. Sistem ini mengandaikan optimisme yang sangat besar dalam hal
kemampuan manusia.
b. Sistem ini menyaring pengetahuan kita tentang realitas melalui bahasa
media yang menarik.
c. Kehadiran seorang pengarah (monitor) dan pemilihan dokumen
menyebabkan pertemuan jatuh ke tangan diktator-diktator cerdik yang
dengan prosedur halus memaksakan cara mereka sendiri.
d. Seluruh sistem diskusi ini hanya berakhir pada konsep-konsep
intelektual tanpa pernah dilaksanakan.
Berbicara tentang Media Komunikasi Sosial dan kelompok, yaitu tentang
bidang yang oleh banyak orang disebut “group media”. Di antara semua Media
Komunikasi Sosial yang ada, terutama yang kecil menarik perhatian. Media kecil
masyarakat dan bahkan anak-anak pun dapat menggunakannya dengan baik. Sifat
kecilnya tidak mengurangi efisiensinya. Bahkan sekarang media kecil ini sudah
mencapai mutu yang dua puluh tahun lalu belum tentu dimiliki oleh media
profesional yang besar.
Pertemuan kelompok yang bersama-sama menyaksikan program kaset,
slide, foto, dan poster. Setelah itu bertukar pikiran. Beberapa metode dan
langkah-langkah yang biasa disebut SOTARAE: Situasi, Objektif, Tema-tema, Analisis,
Rangkuman, Aksi, dan Evaluasi. Ada segi-segi yang menarik dari
kelompok-kelompok itu. Kami mengenal adanya ide team work yang menjadi nyata, yaitu
ketika ada perkampungan miskin yang harus dibersihkan atau ketika terjadi
bencana. Ada pula kelompok apresiasi psikologis di mana masing-masing anggota
memperhatikan kewajiban atau kemajuan-kemajuannya di dalam kelompok.
Perhatian kami tidak akan mengenai hal-hal itu, kecuali kalau ada hubungannya
dengan persoalan tentang “group media”. Kehidupan sekarang ini begitu ribut,
sehingga cenderung melumpuhkan kemampuan kreatif seseorang. Media besar
bisa membanjiri kita dengan pandangan-pandangan yang belum kita mengerti.
Akibat kita terlelap dalam kepasifan, fatalisme dan sikap tak kritis terhadap apa
yang disajikan kepada kita. Dalam pihak lain dalam suatu kelompok membuat kita
mampu menampilkan pandangan kita sendiri, memperkaya dan
membandingkannya dengan pandangan orang lain. Pertemua kelompok juga
mengajar kita untuk mengembangkan serangkaian kemampuan yang sebelumnya
d. Katekese Audio Visual di Sekolah (Pendidikan Agama Katolik)
Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda dengan fungsi
khas pendidikan iman. Katekese dimengerti sebagai aktivitas gerejani yang
menghantarkan umat bersama-sama atau perorangan menuju kedewasaan iman
Dapiyanta (2008:3) mengatakan bahwa ada beberapa ciri-ciri mengenai
kedewasaan iman, yaitu:
1) Iman menjadi pusat hidup kepribadian seseorang, yaitu dalam keseluruhan
pribadi dan tingkah lakunya iman senantiasa menjadi referensi utama.
2) Iman berkembang dalam diri pribadi seseorang.
3) Iman yang tidak kekanak-kanakan (mendalam dan kritis), mampu
membedakan mana yang pokok dan tambahan, mana yang dapat berubah
dan mana yang tetap.
4) Iman yang dewasa ialah iman yang bermotivasi tinggi dan berani
berdialog dengan iman yang lain (sharing).
5) Iman yang dewasa ialah iman yang konsisten, tidak berubah-ubah.
Melihat ciri-ciri kedewasaan iman di atas, katekese merupakan salah satu
bentuk pelayanan sabda yang berupa komunikasi dan hal tersebut melihat dari
pertobatan dan refleksi seseorang atas hidupnya.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan
pewartaan Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung
(FX. Dapiyanta, 2008:4). Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu
pembelajaran siswa juga diteguhkan dan penghayatan iman siswa diperkaya.
Peran seorang guru memang sangat mempegaruhi bagaimana siswa dapat
menghayati iman nya lebih dalam, harus ada pendampingan dan tuntunan agar
siswa benar-benar merefleksikan hidup dan imannya.
e. Kekuatan dan Keterbatasan Katekese Audio Visual
Audio dan visual memang memberi banyak kemudahan dalam
berkatekese, namun di sisi lain juga memiliki keterbatasan.
Kemungkinan-kumungkinan tersebut perlu dipikirkan baik dalam segi kekuatan maupun
keterbatasannya. Hal ini dilakukan supaya tujuan katekese dapat tercapai dengan
baik.
1) Kekuatan Katekese Audio Visual
Melalui bahasa audio visual dapat dicapai komunikasi iman yang lebih
mendalam. Artinya katekese audio visual mampu mengungkapkan apa
yang tidak mampu diungkapkan dalam sebuah doktrin. Dengan kata lain
katekese audio visual mampu melampaui batas-batas ketidakmampuan
bahasa pengajaran. Melalui media ini pengalaman iman peserta dapat
digali secara bebas dan mendalam (Adisusanto, 2001:6).
2) Keterbatasan Katekese Audio Visual
Keterbatasan penggunaan media audio visual dalam katekese memerlukan
persiapan yang matang. Untuk dapat melaksanakan katekese audi visual
dibutuhkan persiapan baik dari segi materi maupun segi sarana. Oleh
adanya kekacauan dalam pelaksanaan pengajaran. Misalnya jika akan
menggunakan media film, perlu dipersiapkan tindakan antisipasi ketika
listrik padam. Pendidik harus memiliki tuntutan kreativitas agar
pelaksanaan katekese audio visual berjalan dengan baik. Pertama, tuntutan
kreativitas mengharuskan pendidik dalam katekese dapat mencari dan
menciptakan sarana dan suasana yang sesuai dengan tema yang akan
dibahas sekaligus peka terhadap situasi dan kondisi peserta katekese.
Kedua, penggunaan media audio visual juga menuntut partisipasi realitas
yang terjadi kadang justru sebaliknya, artinya keterlibatan kurang dan
bersifat individualis. Ketiga, penggunaan sarana media audio visual harus
efektif. Artinya, sarana tersebut harus sungguh-sungguh berguna dan tepat
dengan tujuan. Pendidik harus mampu melihat apakah sarana mempunyai
nilai guna dalam proses pembelajaran atau hanya sekedar untuk
memeriahkan proses pembelajaran (Adisusanto, 2001:6).
C. Sinopsis Film dan Kekuatannya
Film Boneka Santo-Santa yang pertama adalah menceritakan kisah “Santa Bernadeta”. Pada Film tersebut diceritakan bahwa Santa Bernadetta adalah
seorang wanita dari keluarga yang miskin tetapi keluarga Bernadeta selalu rajin
berdoa. Maria Magdalena sejak kecil sakit-sakitan. Sepulang Bernadeta mencari
kayu, dia melihat penampakan Bunda Maria. Setiap hari Bernadeta selalu datang
ke goa itu selama delapan belas kali lamanya untuk berdoa. Orang-orang pun
mereka mengikuti kebiasaan Bernadeta untuk berdoa di depan goa. Walaupun
sudah dilarang, Bernadetta selalu datang ke goa bersama orang-orang untuk
berdoa, dan pada akhirnya di goa tersebut didirikan kapel. Kekuatan dari film ini
yang ingin diajarkan adalah bagaimana dengan hidup medoa selalu memberi jalan
untuk kebahagiaan kita, serta jika dengan berdoa semua keinginan dapat
terlaksanakan.
Kedua yang akan diceritakan adalah film tentang “Maria Magdalena”. Di dalam film ini diceritakan Maria Magdalena atau yang sering disebut Maria dari
Magdala. Magdala adalah sebuah desa kecil di Israel. Maria Magdalena adalah
seorang perempuan yang pernah diselamatkan oleh Yesus ketika dia ingin
dihukum mati dengan cara dilempari batu. Sejak saat itu setelah Maria
Magdalena diselamatkan. Dia bertobat dan meninggalkan hidupnya yang lama
dan memulai dengan hal baru dan menjadi wanita yang baik. Maria Magdalena
selalu mengikuti kemana pun Yesus pergi, bahkan saat penyaliban Yesus, Dia
selalu ada. Kekuatan yang ingin disampaikan oleh film tersebut adalah bagaimana
pertobatan dialami, dan kesetiaan terhadap Yesus, sehingga diharapkan ketika
setelah menonton film tersebut siswa-siswi diajak untuk menjadi orang yang baik
dan setia kepada Yesus. Alasan mengapa dua film tersebut dipilih sebagai bahan
pembelajaran, karena memang sangat cocok dibawakan saat proses pembelajaran,
dan dari segi ceritanya mudah dipahami, serta yang pasti masih ada sangkut
BAB III
PENELITIAN TENTANG MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO
MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT
A. Latar Belakang Sekolah
Yayasan Salib Suci adalah yayasan yang dimiliki oleh Keuskupan
Bandung, namun dijiwai oleh semangat Pastor-pastor OSC. Pada bab ini
penulisan akan memaparkan sejarah, visi dan misi serta metode penelitian yang
dilaksanakan di SD Santo Mikail Indramayu, Jawa Barat.
1. Sejarah Singkat Yayasan Salib Suci
Yayasan Salib Suci adalah yayasan yang dimiliki oleh Keuskupan
Bandung, bukan milik OSC. Memang pada zaman dulu yang mendirikan Yayasan
Salib Suci adalah pastor-pastor OSC, maka sampai sekarang pun ada ikatan batin
yang kuat antara OSC dan Yayasan Salib Suci.
Yayasan Salib Suci didirikan demi membantu dan menunjang karya
keuskupan, secara khusus dalam bidang karya sosial. Pada awal mulanya Yayasan
Salib Suci menangani beberapa karya, misalnya karya kesehatan (rumah sakit),
yatim piatu, pendidikan dan sebagainya. Jadi bukan hanya dalam pendidikan saja.
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya mulailah didirikan yayasan-yayasan
baru untuk menangani bidang-bidang tertentu, sehingga akhirnya Yayasan Salib
membidangi karya pendidikan pada tahun 1930, sehingga Yayasan Salib Suci
berkecimpung dalam bidang pendidikan selama 67 tahun.
2. Visi Keuskupan dalam Bidang Pendidikan
Tujuan karya di bidang pendidikan adalah membantu orang-orang yang
lemah agar mendapatkan pendidikan yang layak. Untuk itulah sekolah-sekolah
Yayasan Salib Suci hadir di mana-mana. Dengan kata lain, yayasan akan hadir di
mana Gereja dan masyarakat membutuhkannya. Visi keselamatan ini perlu
dihayati oleh seluruh para pendidik, bahwa karya keselamatan itu harus
disampaikan dan diwartakan kepada orang-orang lemah, serta orang yang
menderita dan sengsara, orang-orang kecil yang tidak pernah diperhitungkan.
3. Visi dan Misi Yayasan Salib Suci a. Visi
Visi Yayasan Salib Suci adalah Pengembangan insan pembelajar yang
cerdas dan berbudi pekerti luhur melalui profesionalitas pelayanan pendidikan.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan dari jenjang
pendidikan persekolahan, dasar dan menengah.
2) Mengembangkan pendidikan berdasarkan nilai-nilai kristiani dan nilai-nilai
kemanusiaan universal.
3) Mengembangkan potensi insan pembelajar melalui pembelajaran yang
4) Membantu insan pembelajar menjadi pribadi yang utuh yang
memperjuangkan dan mengembangkan martabat manusia.
4. Latar Belakang SD Santo Mikail Indramayu
SD Santo Mikail masih satu lingkungan dengan TK dan SMP Santo
Mikail. Sekolah ini berdiri pada tanggal 29 Desember 1985 yang terletak di Jalan
Ahmad Yani No.241/D Kel. Lemah Mekar Indramayu. Fasilitas sekolah cukup
memadai di mana setiap ruang kelas diatur secara baik dan cukup teratur. Adanya
ruangan khusus seperti aula dan lapangan (sepak bola, volly, basket, badminton)
untuk menunjang kegiatan di luar pelajaran (ekstra-kurikuler). Ruangan terdiri
atas: ruangan guru (Kepala Sekolah, TU, Guru), ruangan kelas terdiri dari 6
ruangan kelas. Halamannya cukup luas dan sering digunakan sebagai tempat
upacara dan beberapa kegiatan belajar mengajar dengan leluasa. Dari segi guru
dan peserta didik tidak hanya berasal dari kota yang sama dan tidak semua
orang-orang Katolik saja, tetapi beraneka ragam suku, agama dan budaya. Begitu juga
dengan latar belakang keluarga yang kelas ekonominya berbeda-beda tetapi semua
disamaratakan. Situasi sekolah yang heterogen ini sekaligus memberikan
nilai-nilai sosial yang tinggi dengan tidak menghilangkan kekhasannya sebagai
sekolah Katolik. Salah satu yang paling menonjol yang dilakukan oleh pihak
sekolah adalah ketika masa prapaskah. Semua siswa dan guru tanpa terkecuali
diminta untuk memberikan uang sumbangan sukarela. Penanganannya dikoordinir
langsung oleh wali kelas masing-masing. Sumbangan ini melatih siswa untuk
sebagai wujud/tindakan konkrit dari para siswa sendiri dan sekolah khususnya
dalam membangun dan meningkatkan rasa solidaritas dengan sesama.
5. Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler
Kegiatan ko-kurikuler yaitu kegiatan yang menunjang proses
pembelajaran di sekolah khususnya dalam pengembangan iman para siswa.
Kegiatan ko-kurikuler yang dilaksanakan di sekolah ini yaitu para siswa
diwajibkan berdoa bersama sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran. Jika dalam
masa prapaska siswa dan guru yang beragama katolik juga diajak untuk mengikuti
Jalan Salib setiap hari Jumat di gereja.
Pelaksanaan kegiatan rohani ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan
menumbuhkan iman siswa sejak dini. Selain itu juga untuk menambah atau
melengkapi mata pelajaran Agama Katolik sehingga semakin mampu dihayati dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari segi kegiatan ekstrakurikuler pelaksanaan kegiatan ini tidak langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran tetapi berhubungan dengan kegiatan yang
menunjang minat dan bakat/keterampilan para siswa. Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler yang disediakan oleh pihak sekolah juga bermacam-macam, mulai
dari musik, paduan suara (koor), olahraga (basket, volly, sepakbola, badminton),
pramuka dan semuanya ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang pastinya