TINGK AT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
IK LAN LAYANAN MASYRAKAT ”E-KTP” di TELEVISI
(Studi Deskr iptif Tingkat Pengetahuan Masyar akat Sur abaya Tentang
Iklan Layanan Masyrakat ” E-KTP” Di Televisi)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Setya Kar tika Ratr i NPM : 0743010014
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
Iklan Layanan Masyrakat ” E-KTP” Di Televisi)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh Gelar Sar jana pada Fisip UPN “Veter an” J awa Timur
Disusun Oleh :
Setya Kar tika Ratr i NPM : 0743010014
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
ABSTRAK
Setya Kar tika, 0743010014, Tingkat Pengetahuan Masyr akat Tentang Iklan Layanan Masyraka t ”E-Ktp” Televisi (Studi Deskr iptif Tingkat Pengetahuan Masyar akat Surabaya Tentang Ik lan Layanan Masyr akat ”E-KTP” Di Televisi)
Berdasarkan tujuannya, iklan terbagi atas iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Permasalahan yang sering terjadi saat ini akibat dari banyaknya jumlah penduduk adalah masalah Administrasi kependudukan. Adanya kepemilikan identitas ganda tersebut membuat pemerintah berinisiatif untuk membuat mengadakan program E-KTP. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang iklan layanan masyarakat E-KTP di televisi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia lebih dari 17-59 tahun dan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah metode non probability sampling dengan teknik accidental sampling.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi
Dari hasil pengujian didapatkan hasil tingkat pengetahuan para responden terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat tentang E-KTP adalah tinggi. Banyaknya responden yang berada pada kategori tinggi hal disini menunjukan tingginya pengetahuan yang dimiliki responden terhadap pensosialisasian E-KTP,
Keyword : Tingkat Pengetahuan, E-KTP
ABSTRACT
Setya Kar tika, 0743010014, Knowledge Exchange communities about public Ser vice Ads Of " E-KTP" Television (Public Knowledge Level Descr iptive Study Surabaya About Public Ser vices Ads " E-KTP" On Television)
The ads is divided into commercial and public service adsProblems that often occur at this time as a result of the large number of population is a matter of Administration population. The existence of the double identity of ownership of the government initiative to make the conduct of the program “E-KTP”. Objectives to be achieved in this study was to determine how the level of public knowledge about the public service ads Surabaya “E-KTP” on TV.
The population in this study are Surabaya people over the age of 17-59 years and sampling techniques in the study were non-probability sampling method with accidental sampling technique. Methods of data analysis in this study using a frequency table.
From the results of the test results obtained respondents' level of knowledge of the content of public service messages about the of the “E-KTP” cards is high. The number of respondents who are at high category of things here showed high knowledge of respondents to sosialitation “E-KTP
melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampikan ucapan terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran
penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,
4. Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi., dosen pembimbing yang telah meluangkan
5. Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”
Jawa Timur.
6. Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun
moril, serta do’a.
7. Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan kritik
kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.
Surabaya, Januari 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
ABSTRKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1. Landasan Teori ... 10
2.1.1. Periklanan ... 10
2.1.2. Jenis Iklan ... 11
2.1.3. Unsur-Unsur Iklan ... 13
2.1.4. Televisi Sebagai Media Periklanan ... 15
2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Televisi Sebagai Media Periklanan ... 17
2.1.6. Iklan Layanan Masyarakat ... 19
2.1.7. Pesan Iklan ... 20
2.1.9. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ... 23
2.1.10.Isi Pesan Iklan Layanan Masyrakat “E-KTP” Di Televisi ... 24
2.1.11.Program E-KTP ... 25
2.1.12.Masyarakat Surabaya Sebagai Khalayak ... 26
2.1.13.Teori S-O-R ... 28
2.2. Kerangka berfikir ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34
3.1. Pendekatan Penelitian ... 34
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.2.1. Definisi Operasional ... 34
3.2.2. Pengukuran Variabel ... 36
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 38
3.3.1. Populasi ... 38
3.3.2. Sampel ... 38
3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 39
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 42
4.1.1. Gambaran Umum E-KTP ... 42
4.2. Penyajian Data dan Analisa ... 44
4.2.1. Identitas Responden ... 44
4.2.2. Deskripsi Subyek ... 47
4.2.3. Tingkat Pengetahuan Pemirsa Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ”E-KTP” di Televisi. ... 50
4.2.4. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan Iklan Layanan Masyrakat ‘’E-KTP’’ Di Televisi ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1. Kesimpulan ... 67
5.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 45
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 47
Table 4.5. Pernyataan Responden Mengenai Pernah Tidaknya Menonton Iklan Layanan Masyarakat ”E-KTP” ... 48
Tabel 4.6. Frekuensi Menonton Iklan Layanan Masyarakat ”E-KTP” ... 48
Tabel 4.7. Perhatian Menonton Iklan Layanan Masyarakat ”E-KTP” ... 49
Tabel 4.8. Tingkat Pengetahuan Mengenai Sosialisasi Agar Masyarakat Segera Mengurus E-KTP ... 50
Tabel 4.9. Tingkat Pengetahuan Mengenai Manfaat E-KTP Sebagai Identitas Jati Diri Warga Negara ... 51
Tabel 4.10. Tingkat Pengetahuan Mengenai E-KTP Berlaku Nasional ... 53
Tabel 4.11. Tingkat Pengetahuan Mengenai Manfaat E-KTP Untuk Semua Keperluan Seperti Tanda Pengenal, Pindahan, Pernikahan Dan Penceraian ... 54
Tabel 4.12. Mengenai Penyuksesan Program E-KTP Untuk Mendukung Pemilu ... 56
Tabel 4.13. Mengenai Penyuksesan Program E-KTP Untuk Mendukung Pemilukada ... 57
Tabel 4.15. Mengenai Penyuksesan Program E-KTP Untuk Mendukung
Penataan Administrasi Negara ... 59
Tabel 4.16. Mengenai Untuk Penyuksesan Program E-KTP Untuk
Mencegah KTP Ganda Dan Pemalsuan KTP ... 60
Tabel 4.17. Mengenai Tingkat Pengetahuan Mengenai E-KTP Memiliki
Keunggulan Lebih Dari Pada KTP Sebelumnya ... 62
Tabel 4.18. Mengenai Mengenai E-KTP Memiliki Tidak Dapat
Digandakan Dan Dipalsukan ... 63
Tabel 4.20. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori
Mengenai Tingkat Pengetahuan Pemirsa Terhadap Isi Pesan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Teori S-O-R ... 30
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 33
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap hari terdapat ratusan tampilan iklan baik di televisi, radio, surat
kabar, majalah atau media yang lainnya. Ada iklan yang menarik, kurang
menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik sehingga pemirsa tidak akan
ingat akan iklan yang tidak menarik tersebut. Nampaknya iklan dipercaya
sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebanyakan pengusaha yang
punya anggaran besar untuk kegiatan promosi. Berbagai hal mengenai
dimensi iklan seperti bagaimana merancang pesan, membujuk, memilih
media dan lain-lain (Sutisna, 2003:275).
Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek
dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau merek. Keuntungan lain
dari iklan melalui media massa adalah kemampuannya menarik perhatian
konsumen terutama produk yang iklannya populer atau sangat dikenal
masyarakat (Morrisan, 2007:14-15). Iklan sendiri merupakan struktur
informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang biasanya dibiayai oleh
produsen dan bersifat persuasive, tentang produk-produk (barang, jasa dan
gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi melalui berbagai macam media.
Sedangkan yang disebut media periklanan adalah suatu metode komunikasi
2
majalah, iklan luar rumah (out of home) atau iklan luar ruang (outdoor)
(Shimp, 2003:504).
Dalam kegiatan periklanan para produsen memerlukan media massa
sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan pesan tentang produk yang
mereka hasilkan kepada audience sasaran mengenai kehebatan produk
mereka (Sutisna, 2003:276). Televisi sebagai salah satu bentuk media massa
menjadi pilihan para produsen untuk mengiklankan produk mereka, hal ini
dikarenakan televisi dipandang lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan
mempengaruhi masyarakat bila dibandingkan dengan media massa lainnya
(Radio, Surat Kabar, Majalah, Buku, dan lain sebagainya) Televisi menjadi
media utama penayangan iklan, karena kelebihan yang dimiliki televisi yaitu
tampilan audio visual, warna, sifat kebaruan dan ilusi kedekatan khalayak
dengan obyek yang ditayangkan. Selain itu jam tayang televisi
memungkinkan penerpaan iklan secara simultan pada khalayak, sehingga
televisi dipandang menjadi sumber informasi utama masyarakat saat ini,
khususnya dalam hal produk konsumsi terbaru (Effendy, 2003:177).
Berdasarkan tujuannya, iklan terbagi atas iklan komersial dan iklan
layanan masyarakat. Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi seperti peningkatan penjualan, sedangkan
iklan layanan masyarakat digunakan untuk menyampaikan informasi,
mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial yaitu
perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan serta mendapatkan
citra baik di mata masyarakat (Widyatama, 2007:104).
Saat ini seringkali kita lihat iklan-iklan layanan masyarakat yang
ditujukan kepada masyarakat sebagai salah satu usaha memasyarakatkan
gagasan-gagasan sosial, yang isi pesannya berasal dari golongan atau instansi
tertentu (pemerintah maupun kelompok), contohnya iklan keluarga
berencana atau BKKBN, iklan anti narkoba ataupun iklan tentang pajak dan
sebagainya. Akhir-akhir ini salah satu iklan layanan yang masyrakat yang
sering tampil di televisi adalah iklan layanan masyrakat E-KTP.
Iklan layanan masyarakat E-KTP dibuat dengan tujuan untuk
mensosialisai program E-KTP yang akan diterapkan oleh pemerintah.
Munculnya iklan serta kaitannya dengan program E-KTP yang sedang
dijalankan oleh pemerintah, program tersebut dibuat pemerintah dikarenakan
banyaknya permasalahan pencatatan kependudukan, saat ini jumlah
penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 241.973.879 jiwa, jumlah
tersebut berarti Indonesia menempatkan Indonesia negara terbesar keempat
di dunia dalam hal jumlah penduduk setelah Republik Rakyat Cina dengan
1.306.313.802 jiwa, India 1.080.264.388 jiwa, Amerika Serikat 295.734.134
jiwa (http://ganjarkurnia.unpad.ac.id/?p=23), dengan jumlah penduduk yang
besar seperti ini, Indonesia tentunya membutuhkan administrasi
kependudukan yang terorganisir dari pusat hingga ke daerah.
Permasalahan yang sering terjadi saat ini akibat dari banyaknya
4
kependudukan ialah menyangkut seluruh masalah kependudukan, yang
meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan pengelolaan data
informasi kependudukan namun fenomena yang terjadi banyak terjadi
masalah mengenai pencatatan kependudukan di Indonesia terutama dalam
hal kepemilikin Kartu Identitas. Berbagai kejahatan saat ini terjadi terkait
pula dengan “mudahnya” membuat KTP. Sering dijumpai kasus di mana
seseorang yang baru datang ke suatu wilayah, yang mungkin saja seorang
penjahat atau teroris, setelah membayar sejumlah uang tertentu kemudian
mendapatkan KTP asli di wilayah tersebut. Atau kasus-kasus di mana
seseorang memiliki KTP lebih dari satu. Karena kemudahan mendapat KTP
di daerah baru (tanpa dilengkapi dengan dokumen yang diperlukan)
seseorang bisa membeli tanah berhektare-hektare di wilayah baru tersebut.
Padahal ada undang-undang yang melarang adanya tanah absentee (guntai)
(http://ganjarkurnia.unpad.ac.id/?p=23).
Fenomena kepemilikan identitas ganda dapat dilihat dari hasil
pendataan yang dilakukan Disnakertransduk Jatim, jumlah penduduk Jatim
berdasar hasil sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS)
2010, mencapai 37,4 juta. Namun jumlah KTP yang dikeluarkan untuk
warga di 38 kabupaten/kota ternyata mencapai 40,228 juta. Ini berarti
terdapat 2,8 juta kepemilikan KTP dobel di masyarakat hal tersebut juga
dapat terjadi di berbagai wilayah di Indonesia Di Jakarta sendiri sebagai ibu
Penduduk ganda dari 7,3 juta warga yang tinggal di Jakarta
(http://www.surya.co.id).
Adanya kepemilikan identitas ganda tersebut membuat pemerintah
berinisiatif untuk membuat mengadakan program E-KTP. E-KTP atau KTP
Elektronik sendiri adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi
informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk
hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk
Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan
berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan
dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM),
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak
Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun
2006 tentang Adminduk) (http://www.E-KTP.com). Pembuatan E-KTP
memiliki beberapa fungí yakni debagai identitas jati diri berlaku Nasional,
sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin,
pembukaan rekening Bank, dan sebagainya, mencegah KTP ganda dan
pemalsuan KTP, terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung
program pembangunan (http://www.E-KTP.com).
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara KTP yang lama
dengan E-KTP yang akan segera diluncurkan, dengan KTP Nasional tahun
2004 dan KTP kabupaten lama pada tahun 1978. yaitu dari segi karakteristik
6
tangan dan cap jempol namun pada E-KTP menggunakan Sidik Jari dan
tersimpan pada card reader, dari teknologi KTP lama menggunakan bahan
dari plasti sedangkan pada E-KTP menggunakan PVC atau PC dan dari segi
verifikasi terdapat kesamaan yaitu Pengawasan dan verifikasi pengesahan
dari tingkat terendah RT/RW dan seterusnya (http://www.E-KTP.com).
Pemutakhiran data kependudukan dan pencatatan sipil menjadi sistem
E-KTP (Elektronik Kartu Tanda Penduduk) menjadi program strategi
nasional kependudukan sampai akhir 2012. Menurut Menteri Dalam Negri
Gamawan Fauzi, sistem kependudukan ini diharapkan mampu memperbaiki
sistem kependudukan yang carut marut. Sistem E-KTP akan
menyempurnakan sistem secara online dari daerah ke pusat. Sehingga tidak
akan ditemukan kepemilikan KTP ganda atau pemalsuan KTP. Mentri Dalam
Negeri menjelaskan bahwa E-KTP ini akan diberikan secara gratis kepada
lebih kurang 170 juta jiwa rakyat Indonesia, dan ada kepastian masyarakat
untuk tidak mengulang pembuatan KTP ketika seorang warga pindah ke kota
lain. Untuk tahun 2011 ini pemerintah menargetkan Program E-KTP selesai
di 197 kabupaten dan kota di Indonesia. Program E-KTP diberi target selesai
tahun 2012, masyarakat yang akan mengganti KTP nantinya karena
pergantian status gelar atau status pernikahan akan mudah diganti dan tetap
gratis (http://waspada.co.id).
Program E-KTP yang sedang berjalan membuat pemerintah butuh
sarana untuk mensosialisasikan program tersebut maka dibuatlah Iklan
E-KTP kepada masyrakat sehingga masyarakat dapat segera membuat dan
mengetahui tata cara pembuatan E-KTP (http://www.E-KTP.com).
Di Jatim sendiri program E-KTP mulai diberlakukan di 12 daerah,
Agustus 2011. Yakni, Surabaya, Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kota Malang,
Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kota Batu, Kota Kediri, Kota Blitar, Ngawi,
Sampang, dan Pamekasan. Ke duabelas daerah ini ditunjuk karena dinilai
lebih siap. Selain sudah menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK), mereka juga sudah menerapkan NIK, membuat
peraturan daerah terkait instansi yang menangani pembuatan E-KTP, dan
pernyataan kesanggupan yang dibuktikan dengan sejumlah kesiapan.
Sedangkan 26 kabupaten/kota sisanya di Jatim baru pada 2012
(http://www.surya.co.id).
Pengetahuan khalayak terhadap iklan yang ditayangkan merupakan
aspek yang menentukan keberhasilan dalam mensosialisasikan isi sebuah
pesan. Tingkat adalah ukuran tinggi rendahnya tentang sesuatu misalnya
derajat, kelas, taraf, pendidikan dan pengetahuan. Tingkat pada tingkat
pengetahuan disini adalah variabel pengetahuan adalah konsep yang
merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari efek
komunikasi massa, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif terjadi bila
ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami/ dipersepsi oleh khalayak
(Rakhmat, 2004:219).
Pengetahuan yang terkandung dari iklan layanan masyrakat E-KTP
8
figur atau peraganya, penonjolan pesan–pesannya, serta manfaat yang dapat
digunakan sehingga terjadilah suatu perubahan sikap kognitif (menjadi lebih
tahu) tentang unsur iklan layanan masyarakat E-KTP serta berbagai hal–hal
yang masih terkait dalam iklan tersebut. Adapun isi pesan yang ingin
disampaikan iklan layanan masyrakat E-KTP adalah pensosialisasian
program E-KTP sebagai pengganti KTP yang lama sehingga masyrakat
segera mengurus E-KTP.
Dipilihnya Surabaya dalam penelitian ini dikarenakan Surabaya
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah
penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa selain itu Surabaya
merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan
Indonesia timur membuat pencatatan kependudukan yang berkualitas
dibutuhkan di Surabaya sehingga masalah mengenai pencatatan
kependudukan di Surabaya dapat diminimalisir, selain itu program E-KTP
juga sudah mulai berlangsung di Surabaya mulai tanggal 18 Agustus 2011
(http://megapolitan.kompas.com). Sedangkan objek dalam penelitian ini
adalah warga surabaya yang berumur minimal 17 tahun hal tersebut
dikarenakan umur 17 tahun ke atas seorang warga negara Indonesia harus
memiliki kartu tanda pengenal.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas maka
peneliti tertarik untuk mengambil judul ”TINGKAT PENGETAHUAN
MASYRAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN LAYANAN
1.2. Per umusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah
tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang iklan layanan masyarakat
”E-KTP” di Televisi” ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang iklan layanan masyarakat
E-KTP di televisi.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna baik secara teoritis
dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan
atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan pada pihak Dinas Kependudukan untuk
meningkatkan dalam melaksanakan dan menginformasikan mengenai
program E-KTP. Serta manfaat lain ialah himbauan bagi masyarakat
BAB II
KAJ IAN PUSATAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Per ik lanan
Iklan adalah suatu pesan yang berisi penawaran suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat untuk menarik minat masyarakat melalui
suatu media. Iklan bertujuan menarik minat konsumen untuk membeli.
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Sehingga secara ringkas, iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu
produk yang ditunjukkan kepada masyarakat lewat suatu media serta tidak
boleh menipu atau membohongi khalayak pemirsa iklan televisi,
setidaknya mereka mencantumkan komposisi bahan, nama perusahaan
yang memproduksi serta dimana mereka dapat membeli
(Kasali, 1992: 173).
Periklanan biasanya mengandung enam elemen. Pertama,
periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar. Kedua, selain pesan
yang harus diampaikan harus dibayar, dalam iklan juga terjadi identifikasi
sponsor. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen merupakan
elemen ketiga dalam definisi periklanan. Keempat, periklanan memerlukan
elemen media massa sebagai media penyampai pesan. Sifat non personal
merupakan elemen kelima dalam definisi periklanan, dan elemen keenam
Moriarty (1998) dalam Sutisna (2003:276) mendefinisikan periklanan
sebagai “Advertising is paid non personal communication from an
identified sponsor using mass media to persuade or influence an
audience”.
Tiga tujuan utama dari periklanan yaitu menginformasikan,
membujuk dan mengingatkan. Periklanan informatif berarti pemasar harus
merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal penting mengenai produk
bisa disampaikan dalam iklan. Periklanan yang bersifat membujuk
berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan yang tinggi.
Iklan yang bersifat membujuk biasanya dituangkan dalam pesan-pesan
iklan perbandingan (comparative advertising). Tujuan periklanan yang
ketiga yaitu mengingatkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periklanan
adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara
non personal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara
membayar.
2.1.2. J enis Ik lan
Dewasa ini terdapat berbagai macam jenis iklan. Banyaknya jenis
iklan tersebut tergantung pada pengelompokkan yang didasarkan pada
kategori-kategori tertentu. Secara teoritik menurut Bitner (1986), ada dua
jenisi klan yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat (Widyatama,
12
1. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan
memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui
media periklanan. Tujuan iklan standar yaitu merangsang motif dan
minat para pembeli atau para pemakai. Dengan kata lain, iklan standar
memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomi.
Umumnya iklan standar ditangani oleh perusahaan periklanan secara
profesional. Pesan-pesan dalam iklan standar disusun secara mantap
baik dalam kata-kata, kalimat, pemilihan gambar dan warna, pemilihan
tepat pemasangan atau media yang tepat agar mampu menjangkau jenis
khalayak sasaran tertentu, sampai dengan menyebarkannya pada waktu
yang sesuai, seluruhnya ditangani oleh orang-orang yang profesional.
Dalam sebutan lain, tampaknya istilah iklan standar sebagaimana
dimaksud oleh Bittner dapat disebut dengan iklan komersil.
2. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit. Iklan
ini sering pula disebut dengan iklan layanan masyarakat. Disebut
dengan bersifat non profit dalam hal ini jangan diartikan sebagai tidak
mencari keuntungan apapun. Sebab iklan layanan masyarakat juga
berupaya mencari keuntungan sosial bukan keuntungan komersial
secara langsung. Keuntungan yang diharapkan dari iklan layanan
masyarakat adalah berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di
tengah masyarakat. Jadi esensi yang membedakan iklan standar dan
ingin diraih atau diharapkan. Bila iklan standar bertujuan mencari
keuntungan ekonomi, maka dalam iklan layanan masyarakat bertujuan
mendapatkan keuntungan berupa citra baik di tengah masyarakat.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan dalam penelitian, jenis
iklan yang diamati dalam penelitian ini yaitu iklan layanan masyarakat
tentang E-KTP termasuk dalam iklan layanan masyarakat.
2.1.3. Unsur -Unsur Iklan
Setiap iklan memiliki beberapa unsur-unsur iklan, unsur-unsur
dalam iklan adalah sebagai berikut (Effendy, 1993:178):
a. Talent
Salah satu unsur terpenting dalam iklan di televisi adalah model iklan
yang berperan dalam menyampaikan pesan terhadap produk. Talent
dalam penelitian ini adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
b. Props
Merupakan alat peraga dengan tujuan untuk menjelaskan gambar yang
digunakan oleh talent atau model dalam menyampaikan pesan dari
suatu produk. Props dalam penelitian ini adalah bentuk dari E-KTP
yang ada dalam iklan layanan masyarakat E-KTP
c. Setting
Lokasi atau tempat pada saat pengambilan gambar sedang berlangsung
yang dilengkapi dengan lampu (lighting) serta didukung dengan model
14
penelitian ini adalah di sebuah kantor kecamatan dimana banyak
orang yang mengurus dokumen-dokumen penting
d. Audio
Cara yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan secara cepat
adalah dengan menggunakan unsur musik atau audio dengan tujuan
agar menarik perhatian pemirsanya seperti adanya dialog yang
diperankan oleh model. Unsur audio dalam penelitian ini adalah
dimana adanya suara backsound perempuan yang menganjurkan agar
mengurus E-KTP serta suara Menteri dalam Negeri yang jelas
sehingga membuat
e. Visual
Gambar-gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam,
tampak pada televisi tidak berasal dari bahan yang mempunyai wujud
sehingga dapat diperhatikan sebuah obyek dalam berbagai jarak dan
berbagai sudut pengambilan gambar . Unsur visual dalam iklan
layanan masyarakat E-KTP adalah adanya tulisan E-KTP yang
bergerak sehingga membuat tampilan iklan layanan masyarakat E-KTP
lebih menarik
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu iklan
akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen
peraga, latar, pencahayaan, grafik dan kecepatan. Semua komponen iklan
tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal, karena
dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut tidak
menarik.
2.1.4. Televisi Sebagai Media Per iklanan
Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit dan detik).
Pesan dari televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Disisi lain,
pesan di televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya
didengar tetapi jiga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang
mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain.
Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran
terhadap pesan yang disampaikan, (Kasali, 1992 :172).
Periklanan adalah suatu cara untuk menciptakan kesadaran pilihan.
masyrakat tidak membeli barang secara langsung kepada para pabrikan,
melainkan melalui agen yang disebut para distributor. Distributor inilah
yang menjual produk ke masyarakat dengan menggunakan para penjual.
Para penjual tersebut memerlukan informasi yang aktual yang perlu
disampaikan pada khalayak berkenaan dengan produknya. Informasi
16
majalah, radio, televisi maupun media-media lain. Ketika pasar industri
menerima informasi tersebut, mereka merespon untuk memilih dan
membeli produk. akhirnya kegiatan yang di dalamnya melibatkan
perputaran uang yang sangat besar (Widyatama, 2007;143-148).
Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan
suatu perusahaan (khususnya produk konsumsi/consumer goods) untuk
mengarahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan
untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap
dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek.
Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membeli. Meskipun tidak secara langsung berdampak pada pembelian,
iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif dalam
menjalin komunikasi antara perusahaan ke konsumen dan sebagai upaya
perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena
adanya suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun
bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada
gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui keberadaan suatu produk
tidak akan menghargai produk tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Televisi
dapat dikatakan sebagai media yang ampuh untuk melaksanakan perang
kilat terhadap bisnis periklanan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari
karakter media yang mampu menghadirkan sebuah realitas visual yang
seakan-akan menjadi sebuah realita yang memperesentasikan sebuah citra
akan ‘dinamika masyarakat’
2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Televisi Sebagai Media Per iklanan
Televisi sebagai media periklanan memiliki beberapa kelebihan
diantaranya adalah sebagai berikut (Morissan, 2004) :
1. Daya J angkau Luas, Harga pesawat televisi yang semakin murah dan
daya jangkau siaran yang semakin luas menyebabkan banyak orang
yang sudah dapat menikmati televisi. Siaran televisi ini sudah
dinikmati oleh berbagai kelompok masyrakat. Daya jangkau yang luas
ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan
produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke
seluruh wilayah suatu negara
2. Selektivita s dan Flek sibilitas, Televisi sering dikritik sebagai media
yang tidak selektif dalam menjangkau audiennya sehingga sering
dianggap sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi massal.
Televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen
khusus atau tertentu.
3. Fokus Per hatian, Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat
perhatian audience pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audien tidak
menekan remote controlnya untuk melihat program stasiun televisi lain
maka ia hanya menyaksikan tayangan iklan televisi satu persatu.
4. Kr eativitas dan Efek, Televisi merupakan media iklan yang paling
18
5. Pr estise, Perusahaan yang mengiklankan produknya di Televisi
biasanya akan menjadi dikenal banyak orang. Baik perusahaan yang
memporduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan
menerima status khusus dari masyrakat.
6. Waktu Ter tentu, Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada
sewaktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada didepan
televisi.
Selain kelebihan juga terdapat beberapa kelemahan menggunakan
media televisi sebagai media periklanan:
1. Biaya Mahal, Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien
dalam menjangkau audien dalam jumlah besar namun televisi
merupakan media paling mahal untuk beriklan.
2. Infor masi Ter batas,Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30
detik dalam sekali tayang maka pemasang iklan tidak memiliki banyak
waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap.
3. Selektifitas Ter batas, Walaupun televisi menyediakan selektivitas
audien melalui program-program yang ditayangkannya dan juga
melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang
paling tepat bagi pemilik iklan yang ingin membidik konsumen yang
sangat khusus atau spesifik jumlah yang sangat sedikit.
4. Penghindar an. Kelemahahan lain siaran iklan televisi adalah
5. Tempat Ter batas, Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak
dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu
program.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu iklan
akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen
iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model,
peraga, latar, pencahayaan, grafik dan kecepatan. Semua komponen iklan
tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal, karena
dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut
tidak menarik.
2.1.6. Iklan Layanan Masyar akat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana
tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan
keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya
penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku
masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra
baik di mata masyarakat. (Widyatama, 2007:104).
Secara normatif bertambahnya pengetahuan, dimilikinya kesadaran
sikap dan perbuahan perilaku masyarakat tersebut sangat penting bagi
kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Sebab masyarakat akan
terbangun dan digiring pada situasi ke arah keadaan yang baik. Umumnya,
informasi-20
informasi publik untuk menggugah khalayak melakukan sesuatu kebaikan
yang normatif sifatnya.
Selain mendatangkan kebaikan dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat, bertambahnya pengetahuan masyarakat dan munculnya
kesadaran sikap serta perilaku sebagaimana inti pesan juga dapat
menguntungkan pengiklan itu sendiri, selain mendapatkan citra baik di
tengah masyarakat (Widyatama, 2007:105).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan yang
menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan
kepedulian masyarakat
2.1.7. Pesan Ik lan
Untuk menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu
mambangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk
yang ditawarkan, memerlukan daya tarik bagi audiens sasaran. Daya tarik
iklan sangat penting karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi
denga audiens (Sutisna, 2003:278).
Terdapat beberapa tipe pesan iklan yang ditrampilkan untuk
menimbulkan daya tarik rasional, sehingga mendapat perhatian dari
kosnumen, yang selanjutnya konsumen memproses pesan tersebut. Berikut
ini beberapa jenis tipe penmapilan iklan untuk menimbulkan daya tarik
1. Faktual. Daya tarik tipe ini umumnya berhubungan dnegan
pengambulan keputusan high involvement, yaitu penerimaan dimotivasi
untuk dapat memproses informasi. Iklan yang menampilkan sisi
manfaat produk dan keunggulan produk sekaligus menampilkan
argumentasi yang masuk akal, termasuk ke dalam tipe daya tarik
faktual. Dengan demikian berarti iklan seharusnya dirancang
sedemikian rupa agar konsumen secara rasional tertarik dengan pesan
iklan yang disampaikan.
2. Potongan Kehidupan. Pesan iklan yang menampilkan potongan
kehidupan sangat banyak ditampilkan di televisi. Pengaruh yang ingin
diperoleh dari penampilan iklan potongan kehidupan yaitu agar terjadi
proses peniruan perilaku dari penonton.
3. Demonstrasi. Teknik yang hampir sama yang digunakan untuk
menyelesaikan maslah yang sering dihadapi kosnumen yaitu
demonstrasi. Pesan iklan yang ditampilkan menggambarkan
kemampuan produk secara instrumenal mampu menyelesaikan
masalah.
4. Iklan Perbandingan. Iklan perbandingan adalah iklan yang berusaha
membandingkan keunggulan produk yang ditawarkan dengan produk
lain sejenis.
Berdasarkan penjelasam diatas maka dapat ditarik kesimpulan
22
menimbulkan daya tarik rasional, sehingga mendapat perhatian dari
kosnumen
2.1.8. Tingkat Pengetahuan
Tingkat adalah ukuran tinggi rendahnya tentang sesuatu misalnya
derajat, kelas, taraf, pendidikan dan pengetahuan. Tingkat pada tingkat
pengetahuan disini adalah variabel pengetahuan adalah konsep yang
merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari efek
komunikasi massa, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif terjadi
bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami/ dipersepsi oleh
khalayak (Rakhmat, 2004:219). Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, ketrampilan, kepercyaan atau informasi (Rakhmat 2004:
219). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran/penalaran sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tidak mengerti, yang tidak bingung
menjadi merasa jelas. (Effendi, 2003:318). Pengertian lain menyebutkan
bahwa tingkat pengetahuan adalah suatu konsep yang merupakan salah
satu akibat dari perubahan yang terjadi, yang diklasifikasikan ke dalam
efek kognitif. Dari efek kognitif itulah terjadi bila ada perubahan pada apa
yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait
dengan pentrasmian pengetahuan (Rakhmat, 2001:67).
Definisi tingkat pengetahuan mengacu pada apakah seseorang
cukup intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga ia
dapat secara jelas menindak lanjuti informasi yang telah diketahui
pengetahuan berasal dari kata tahu ”dimana” arti pengetahuan itu sendiri
adalah segala apa yang diketahui yang berkenaan dengan sesuatu hal..
Pada penelitian ini tingkat pengetahuan yang ingin dilihat adalah sejauh
mana komunikan menerima dan mengingat pesan dari komunikator dapat
ditangkap melalui panca indera tentang sebuah iklan yang diungkapkan
melalui penggunaan kata-kata.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
2.1.9. Isi Pesan Ik lan Layanan Masyar akat
Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori
ILM ada beberapa kriteria isi pesan yang digunakan untuk menentukan
sebuah iklan tersebut adalah iklan layana masyrakat
(http://repository.amikom.ac.id):
1. Tidak komersil (contoh: iklan pemakaian helm dalam berkendara)
2. Tidak bersifat keagamaan.
3. Tidak bersifat politis.
4. Berwawasan nasional
5. Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.
6. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.
24
8. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut
memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklan
layanan masyrakat lebih bersifat untuk memberikan informasi dan
mendidik
2.1.10.Isi Pesan Ik lan Layanan Masyr akat “E-KTP” Di Televisi
Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. tanpa pesan, iklan
tidak akan berwujud, Bila di media cetak, ia hanya ruang kosong tanpa
tulisan, gambar atau bentuk apapun, dalam iklan layanan masyrakat
E-KTP di televsi berisi tentang sebagai berikut:
1. Pensosialisasian agar masyarakat segera mengurus E-KTP
2. Manfaat E-KTP sebagai identitas jati diri warga negara]
3. Talent dalam iklan E-KTP adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan
Fauzi
4. Manfaat E-KTP untuk semua keperluan seperti tanda pengenal,
pindahan, pernikahan dan penceraian
5. Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung pemilu
6. Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung Pemilukada
7. Penyuksesan E-KTP untuk peningkatan pelayanan publik
8. Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung penataan
administrasi negara
9. Setting iklan E-KTP di sebuah kantor kecamatan dimana banyak
orang yang mengurus dokumen-dokumen penting
10.E-KTP memiliki keunggulan lebih dari pada KTP sebelumnya.
2.1.11.Pr ogr am E-KTP
KTP atau KTP Elektronik sendiri adalah dokumen kependudukan
yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan
nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang
tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas
tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada
di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat
Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk)
(http://www.E-KTP.com). Pembuatan E-KTP memiliki beberapa fungsí
yakni debagai identitas jati diri berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi
membuat KTP lokal untuk pengurusan izin, pembukaan rekening Bank,
dan sebagainya, mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP, terciptanya
keakuratan data penduduk untuk mendukung program
pembangunan(http://www.E-KTP.com).
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara KTP yang
lama dengan E-KTP yang akan segera diluncurkan, dengan KTP Nasional
tahun 2004 dan KTP kabupaten lama pada tahun 1978. yaitu dari segi
karakteristik dimana pada KTP lama tahun 1978 dan 2004 KTP
menggunakan Tanda tangan dan cap jempol namun pada E-KTP
26
KTP lama menggunakan bahan dari plasti sedangkan pada E-KTP
menggunakan PVC atau PC dan dari segi verifikasi terdapat kesamaan
yaitu Pengawasan dan verifikasi pengesahan dari tingkat terendah RT/RW
dan seterusnya.
Pemutakhiran data kependudukan dan pencatatan sipil menjadi
sistem E-KTP (Elektronik Kartu Tanda Penduduk) menjadi program
strategi nasional kependudukan sampai akhir 2012. Menurut Menteri
Dalam Negri Gamawan Fauzi, sistem kependudukan ini diharapkan
mampu memperbaiki sistem kependudukan yang carut marut. Sistem
E-KTP akan menyempurnakan sistem secara online dari daerah ke pusat.
Sehingga tidak akan ditemukan kepemilikan KTP ganda atau pemalsuan
KTP. Mentri Dalam Negeri menjelaskan bahwa E-KTP ini akan diberikan
secara gratis kepada lebih kurang 170 juta jiwa rakyat Indonesia, dan ada
kepastian masyarakat untuk tidak mengulang pembuatan KTP ketika
seorang warga pindah ke kota lain. Untuk tahun 2011 ini pemerintah
menargetkan Program E-KTP selesai di 197 kabupaten dan kota di
Indonesia. Program E-KTP diberi target selesai tahun 2012, masyarakat
yang akan mengganti KTP nantinya karena pergantian status gelar atau
status pernikahan akan mudah diganti dan tetap gratis
(http://waspada.co.id).
2.1.12.Masyar akat Sur abaya Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan
dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang
lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu
memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym,
serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak
konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,
1994:201).
Pemirsa televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta kerangka acuan dan lapangan
pengalaman. Mereka adalah sasaran komunikasi massa melalui media
televisi siaran. Komunikasi dapat dikatakan efektif, jika pemirsa terpikat
perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan
melakukan aktifitas apa yang diinginkan pembicara. (Effendy, 2000:84).
Siaran televisi dengan sifatnya yang audio visual (suara dan
gambar) dapat diikuti secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat
dimanapun sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan orang-orang buta
huruf atau tidak dapat membaca sekalipun, dapat mengikuti dan mencerna
siaran televisi sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam setiap proses
komunikasi, pesannya selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai
komunikan yang disampaikan oleh komunikator. Masyarakat Surabaya
merupakan masyrakat yang Heterogen mengkode atau menanda pesan
dalam sebuah tayangan melalui nilai nilai, pengetahuan dan pengalaman
28
2.1.13.Teor i S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response
ini, berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian
menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi
dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen; sikap, opini, prilaku, kognisi dan konasi (Effendy,
2003:115). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu,
teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima
sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi
merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja,
1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk
apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa
tanda dan lambang.
b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat
menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima
sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang
akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan
lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan
memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya
komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi
bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:118)
Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam
lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi
dari ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang
berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan
mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan.
Sedangkan organisme yang menjadi perantara stimulus dan respon
merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam artian
perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku
eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal
organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu
terhadap peristiwa/ stimulus. Menurut Stimulus–Response ini, efek
yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus,
sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
30
Gambar 2.1.: Model Teor i S-O-R (Effendy, 2003:255)
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa
stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan.
Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau
pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya
komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan
proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap
yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy,
2003:56).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul
dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek,
dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu
terhadap obyek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang
melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek
dan peristiwa (Rakhmat, 1999:68). Pada tahap ini individu akan
membuka memorinya, sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek,
lalu ia memberi makna pada menara tersebut dengan nama Eiffel
Response
Stimulus Organisme :
Tower. Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya
tersebut. Dan pada tahap terakhir, ia menyimpan kedalam ingatannya
dan dijadikan pengetahuan. Proses selanjutnya, timbulah perasaan suka
atau tidak suka terhadap obyek. Individu akan menyeleksi atau
memilih, dan dari pilihan tersebut diyakininya. Setelah itu ia akan
membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya (Effendy,
2003:256).
2.2. Ker angka Berpikir
Demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dan berita,
banyak sekali iklan-iklan yang dilempar di pasaran baik itu iklan standar
maupun iklan layanan masyarakat. Pada iklan standar sudah umum karena
masyarakat selalu membutuhkan produk-produk baru dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam iklan layanan masyarakat yang
dibuat oleh pemerintah hanya menonjolkan isi pesan dari iklan layanan
masyarakat tersebut.
Banyak kalangan praktisi periklanan sendiri berusaha menciptakan
iklan yang menarik serta efektif. Menurut Shimp (2003:416) iklan yang
efektif biasanya kreatif yakni bisa membedakan dirinya dengan iklan-iklan
yang sedang-sedang saja atau iklan yang tidak biasa dan berbeda. Iklan yang
sama dengan sebagian besar iklan lainnya tidak akan mampu menembus
kerumunan iklan kompetitif dan tidak akan dapat menarik perhatian
32
pengetahuan khalayak akan isi pesan iklan yang ditayangkan. Salah satu
faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor
psikologis, faktor yang disebabkan oleh psikologi antara lain disebabkan oleh
khalayak. Sehingga untuk mengukur keberhasilan iklan bergantung pada
sikap khalayak terhadap pesan yang diberikannya. Periklanan ditunjukkan
kepada khalayak massal, sehingga diperlukan media massa di dalam
menyebarkan informasi kepada masyarakat. Untuk mengkomunikasikan
iklan kepada masyarakat, pengiklan memilih televisi sebagai media
periklanan. Pemilihan televisi sebagi media periklanan karena televisi
memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan media massa lainnya.
Kelebihan-kelebihan televisi adalah daya jangkau yang besar dan sifatnya
yang audio visual.
Iklan yang bersifat non profit yang tidak mencari keuntungan akibat
dari pemasangannya. iklan E-KTP yang isinya adapun pensosialisasian
program E-KTP, manfaat E-KTP untuk semua keperluan seperti tanda
pengenal, pindahan, pernikahan dan penceraian, penyuksesan program e-ktp
untuk mendukung pemilu, penyuksesan program E-KTP untuk mendukung
pemilukada, penyuksesan E-KTP untuk peningkatan pelayanan publik dan
Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung penataan administrasi
negara.
Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat tingkat pengetahuan pada
masyarakat Surabaya tentang isi pesan iklan E-KTP. Tingkat pengetahuan
intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu, sehingga ia dapat
secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut (Eriyanto,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Peneltian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitaif,
Tipe penelitian deskriptif adalah suatu jenis tipe penelitian yang hanya
menggambarkan atau menguraikan atas suatu keadaan sejernih mungkin
tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti. Metode ini merupakan
suatu metode yang berupaya untuk memberikan gambaran mengenai suatu
fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan diperoleh
pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang sedang diteliti.
Deskriptif dapat juga diartikan sebagai metode yang melukiskan variabel
demi variabel satu per satu. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang berawal
pada data dan bermuara pada pada kesimpulan. Sasaran atau objek penelitian
dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin serta agar
penelitian ini tidak dimungkinkan adanya pelebaran objek penelitian, oleh
karena itu kredibilitas dari peneliti sendiri menentukan kualitas dari
penelitian ini (Bungin, 2001 : 26).
3.2. Definisi Var iabel dan Pengukuran Var iabel
3.2.1. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan
penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan
melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual
dan cermat (Rakhmat, 1999:22). Adapun definisi operasional pada penelitian
ini adalah :
Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah Tingkat adalah ukuran tinggi rendahnya
tentang sesuatu misalnya derajat, kelas, taraf, pendidikan dan pengetahuan.
Tingkat pada tingkat pengetahuan disini adalah variabel pengetahuan adalah
konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari
efek komunikasi massa, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif terjadi
bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami/ dipersepsi oleh
khalayak (Rakhmat, 2004:219). Pada penelitian ini tingkat pengetahuan
yaitu, sejauh mana komunikan menerima dan mengingat pesan dari
komunikator dapat ditangkap melalui panca indera tentang sebuah iklan yang
diungkapkan melalui penggunaan kata-kata.
Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat Surabaya tentang isi pesan iklan layanan masyarakat E-KTP di
televisi. Adapun isi pesan iklan layanan masyarakat E-KTP di televisi
sebagai berikut :
1. Pensosialisasian agar masyarakat segera mengurus E-KTP
2. Manfaat E-KTP sebagai identitas jati diri warga negara
3. Talent dalam iklan E-KTP adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan
36
4. Manfaat E-KTP untuk semua keperluan seperti tanda pengenal,
pindahan, pernikahan dan penceraian
5. Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung pemilu
6. Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung Pemilukada
7. Penyuksesan E-KTP untuk peningkatan pelayanan publik
8. Penyuksesan program E-KTP untuk mendukung penataan administrasi
negara
9. Setting iklan E-KTP di sebuah kantor kecamatan dimana banyak orang
yang mengurus dokumen-dokumen penting
10. E-KTP memiliki keunggulan lebih dari pada KTP sebelumnya.
11. E-KTP memiliki tidak dapat digandakan dan dipalsukan
3.2.2. Pengukuran Var iabel
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang isi pesan
iklan layanan masyarakat E-KTP di televisi yang ditampilkan di televisi
diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam jumlah skor atas
pertanyaan atau kuesioner yaitu :
1. Tahu skor 2
2. Tidak tahu skor 1
Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar
interval dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu tinggi, sedang, dan rendah
Range : batasan dari tiap tingkatan
Skor Tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah
item pertanyaan
Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah
item pertanyaan
Jenjang : 3
Tingkat pengetahuan pemirsa tentang isi pesan iklan layanan
masyarakat E-KTP di televisi terdiri dari 9 pertanyaan dengan penghitungan:
Skor tertinggi : 11 x 2 = 22
Jadi batasan skor dalam lebar interval tingkat pengetahuan adalah
rendah, sedang, dan tinggi yaitu :
a. Jumlah skor 11-14 dalam kategori penilaian rendah
Hal ini menunjukan bahwa responden tidak mengetahui isi pesan iklan
yang ada dalam penayangan iklan layanan masyarakat E-KTP.
b. Jumlah skor 15-18 dalam kategori penilaian sedang
Hal ini menunjukan bahwa responden antara tau dan tidak mengetahui isi
pesan iklan yang ada dalam penayangan iklan layanan masyarakat
E-KTP.
c. Jumlah skor 19-22 dalam kategori penilaian tinggi
Hal ini menunjukan bahwa responden mengetahui isi pesan iklan yang
38
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian
ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia lebih dari 17-59 tahun karena
dianggap pada usia tersebut para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi
menanggapi suatu permasalahan yang ada di sekitarnya dan dikarenakan
umur 17 tahun ke atas seorang warga negara Indonesia harus memiliki kartu
tanda pengenal sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
2.013.082
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat
Surabaya yang memiliki karakteristik antara lain :
1. Berusia minimal 17 tahun
2. Berdomisili di Surabaya
3. Pernah menonton iklan layanan masyarakat E-KTP.
Dengan tingkat populasi penduduk yang besar dan keberagaman
penduduk kota Surabaya dapat mewakili responden secara representatif.
Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel
maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :
N = Populasi
n = Jumlah sampel.
d = Presisi (derajat ketelitian 10%).
1 = angka konstan
3.3.3. Tek nik Penar ikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non
probability sampling dengan teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2009:122).
3.4. Tek nik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini menurut cara memperolehnya,
dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, dengan melakukan pengumpulan
data primer, kedua dengan melakukan pengumpulan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari
responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara
pada responden dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang terutup dan yang terbuka.
2. Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari
lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi
40
dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data
penunjang untuk melakukan analisis.
3.5. Tek nik Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel
frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh
responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah
untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil
kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut
dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap
pertanyaan yang diajukan.
Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
rumus :
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang
diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya
4.1. Gambar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambar an Umum E-KTP
E-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang
memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan
nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang
tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas
tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada
di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat
Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk).
Autentikasi Kartu Identitas (e-ID) biasanya menggunakan
biometrik yaitu verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan
karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Ada banyak jenis
pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari (fingerprint), retina
mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi. Pada e-KTP, yang digunakan
adalah sidik jari. Penggunaan sidik jari e-KTP lebih canggih dari yang
selama ini telah diterapkan untuk SIM (Surat Izin Mengemudi). Sidik jari
tidak sekedar dicetak dalam bentuk gambar (format jpeg) seperti di SIM,
43
disimpan di kartu tersebut telah dienkripsi dengan algoritma kriptografi
tertentu. Struktur e-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan
meningkatkan pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di
antara plastik putih dan transparan pada dua layer teratas (dilihat dari
depan). Chip ini memiliki antena didalamnya yang akan mengeluarkan
gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat
pendeteksi e-KTP sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di
tangan orang yang benar atau tidak.
Proyek e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP
konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki
lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu
yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut
memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara
dengan menduplikasi KTP-nya. Beberapa diantaranya digunakan untuk
hal-hal diantaranya menghindari pajak, memudahkan pembuatan paspor
yang tidak dapat dibuat di seluruh kota, mengamankan korupsi,
menyembunyikan identitas (misalnya oleh para teroris)
4.1.2. Gambar an Umum Surabaya
Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa,
Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan