• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu teknologi yang digunakan dalam penjualan adalah penjualan secara online atau yang disebut dengan e-commerce

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Salah satu teknologi yang digunakan dalam penjualan adalah penjualan secara online atau yang disebut dengan e-commerce"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Dengan berkembangnya zaman, gaya hidup masyarakat makin serba instan karena mayoritas masyarakat memiliki mobilitas yang tinggi dalam kegiatan sehari- harinya. Masyarakat mencari sesuatu yang praktis dan instan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kecenderungan tersebut didukung oleh ketersediaan berbagai layanan yang membantu masyarakat. Perusahaan berusaha menawarkan keunggulan kepada konsumen agar dapat terus bertahan. Sistem penjualan telah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Salah satu teknologi yang digunakan dalam penjualan adalah penjualan secara online atau yang disebut dengan e-commerce.

Menurut Surawiguna (2010), e-commerce adalah salah satu mekanisme bisnis secara elektronik yang menggunakan internet sebagai media pertukaran barang dan jasa. Sulianta (2009) mengatakan bahwa e-commerce adalah metode perdagangan yang menggunakan media elektronik. Salah satu media yang digunakan untuk e- commerce adalah media internet. Menurut Clark at al (2010), e-commerce merupakan semua tipe transaksi bisnis dimana seseorang melakukan perdagangan tersebut secara elektronik.

Lay et al (2014) berpendapat bahwa kecepatan perkembangan teknologi, komunikasi, dan informasi dalam e-commerce memungkinkan konsumen untuk membeli produk dan jasa secara online. Pada saat yang sama, pertumbuhan yang pesat dari toko online telah mendorong persaingan yang ketat. Penjualan via online menjadi alternatif cara menawarkan produk dan jasa di era modern yang sejalan dengan kondisi pasar yang semakin dinamis dan persaingan yang kompetitif, sehingga mengakibatkan perubahan pada perilaku konsumen.

Harahap & Amanah (2018) mengemukakan belanja online telah menjadi pilihan banyak pihak untuk memperoleh produk dan jasa di Indonesia. Situs belanja online menyediakan aplikasi wadah belanja online yang lebih berfokus pada mobile platform sehingga pengguna lebih mudah mencari, berbelanja, dan sekaligus berjualan langsung lewat telepon seluler (Harahap & Amanah, 2018). Situs belanja online menawarkan berbagai macam produk, dilengkapi dengan metode pembayaran yang aman, serta layanan pengiriman yang terintegrasi dan fitur sosial yang inovatif untuk menjadikan kegiatan jual beli menjadi lebih menyenangkan, aman, dan praktis.

Internet berdampak terhadap gaya hidup masyarakat yang kini tidak dapat lepas dari internet. Salah satu dampaknya adalah dalam hal aktifitas berbelanja secara online (Kompas, 2018). Fransisca & Tommy (2005) mengemukakan saat ini generasi

(2)

yang paling banyak menggunakan internet adalah generasi Y. Generasi Y atau sering disebut milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1980 hingga 1999 (Praharjo, 2019) dan berada dalam era perkembangan internet. Salah satu aktivitas gaya hidup yang sering dilakukan oleh generasi milenial adalah berbelanja online. Reseach Marketers (2018) menemukan bahwa 50 persen pembelanja berasal dari generasi milenial dan sisanya 30 persen adalah generasi X dan 20 persen berasal dari generasi Z. Robert (2019) menemukan generasi Y banyak meminati aktivitas belanja online dan mempertimbangkan faktor-faktor yang dianggap penting seperti harga, kepercayaan terhadap penjual, kemudahan teknologi, pilihan produk yang beragam dan metode pembayaran. Sedangkan generasi Z dan Y mempertimbangkan mengenai pilihan produk serta metode pembayaran yang akan digunakan?

Beberapa penelitian tersebut meneliti mengenai perilaku berbelanja online pada benerasi X, Z dan Y mengenai apa yang di beli oleh generasi tersebut, namun penelitian sebelumnya yang membahas perbedaan perilaku belanja online antara generasi X, Y, dan Z secara komprehensif belum dilakukan. Komprehensif berarti meliputi tahapan-tahapan yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan belanja. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan kontribusi untuk memberikan analisis komprehensif perbedaan pengambilan keputusan belanja online antar kelompok generasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Perilaku Belanja Online Berdasarkan Profil Kelompok Generasi”. Penelitian ini hanya fokus pada generasi X, Y dan Z hal ini karena generasi tersebut merupakan generasi yang hidup pada jaman internet dan menyukai berbelanja secara online. Penelitian ini tidak meneliti generasi baby boomers yang merupakan sebutan bagi mereka yang lahir di antara tahun 1946-1964 atau usia sekitar 58-76 di tahun 2021. Hal ini karena menurut peneliti generasi ini sudah cukup tua dan tidak memiliki keinginan untuk berbelanja online secara aktif.

Persoalan penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan perilaku belanja online berdasarkan profil kelompok generasi? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku belanja online berdasarkan profil kelompok generasi. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan oleh pemasar untuk menyesuaikan program pemasaran sesuai dengan tahapan-tahapan dalam perilaku belanja online dari masing-masing kelompok generasi.

(3)

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen

Schiffman & Kanuk (2008) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Sedangkan Kotler &

Keller (2008) mengartikan perilaku konsumen sebagai studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.

Profil Generasi

Menurut Putra (2016) mengemukakan teori generasi (theory of generations or sociology of generations) pertama diutarakan oleh seorang sosiologis asal Hungaria bernama Karl Mannheim dalam sebuah essai berjudul “The Problem of Generations”

pada tahun 1923. Semenjak muculnya Generation Theory (Teori Generasi) hingga saat ini dikenal beberapa generasi dengan istilah Baby Boomers, Generasi X, Generasi Y dan Generasi Z.

Generasi X

Generasi X lahir di tahun 1930 – 1980 (Putra, 2016). Generasi yang lahir pada tahun-tahun awal dari perkembangan teknologi dan informasi seperti penggunaan PC (Personal Computer), video games, TV kabel dan internet. Generasi X ini mampu beradaptasi dan mampu menerima perubahan dengan cukup baik sehingga dapat dikatakan sebagai generasi yang tanggung, yang memiliki karakter.

Karakteristik generasi X yaitu: Banyak akal, independen, butuh kenyamanan emosional, lebih suka sesuatu yang informal dan punya kemampuan usaha/berdagang dibandingkan baby boomers. Kehidupan antara pekerjaan dan personal balance, mengembangkan kesempatan yang dipunyai, menyukai hubungan pekerjaan yang positif dan menyukai kebebasan dan punya ruang untuk berkembang (Putra, 2016).

(4)

Generasi Y

Generasi ini lahir di tahun 1980 – 1995. Generasi Y dikenal dengan sebutan generasi milenial atau milenium. Generasi Y ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instant seperti email, SMS, instant messaging dan lain-lain. Hal ini dikarenakan generasi Y merupakan generasi yang tumbuh pada era internet booming (Putra, 2016). Tidak hanya itu saja, generasi Y ini lebih terbuka dalam pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya. Karakteristik generasi Y yaitu: Lebih berkomitmen terhadap perusahaan, pekerjaan merupakah salah satu prioritas, tapi bukan prioritas utama, menyukai peraturan yang tidak berbelit-belit, menyukai keterbukaan dan trasnparansi. Dalam pekerjaan, team orientation fokusnya. Menyukai feedback dan juga suka tantangan baru yang menantang yang membuat diri mereka harus pushed their limits.

Generasi (Z)

Generasi Z yang disebut juga sebagai iGeneration atau generasi net. Generasi Z lahir pada rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2012 (Putra, 2016). Generasi Z merupakan generasi yang lahir dan tumbuh pada saat teknologi digital berkembang dengan cepat. Dapat dikatakan bahwa teknologi sudah mulai menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari generasi Z. Oleh karena itu, generasi Z merupakan generasi digital native yang tumbuh dan besar bersama teknologi. Sejak kecil generasi Z sudah akrab dengan perangkat-perangkat canggih, contohnya ponsel pintar.

Generasi Z sangat mahir menggunakan internet, gawai, komputer, dan perangkat digital lainnya. Semua perangkat yang digunakan telah terhubung dengan fasilitas internet. Berbagai macam informasi yang dibutuhkan hanya perlu mengetikkan jari dan kata kunci pada mesin pencari. Kebiasaan melihat layar ponsel membuat generasi Z lebih terbiasa dengan stimulus-stimulus visual. Google dan Youtube adalah tempat sekaligus sumber untuk menggali informasi. Selain itu tren jejaring sosial juga menjadi hal yang sangat popular di kalangan remaja generasi Z.

Perbedaan karakteristik yang paling signifikan antara generasi X, Y dan Z adalah penguasaan informasi dan teknologi. Bagi generasi Z, informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana akses terhadap internet sudah menjadi budaya global, sehingga berpengaruh

(5)

terhadap nilai dan pandangan tujuan hidup mereka. Pada tahun ini, rata-rata di dunia pendidikan, generasi yang paling banyak sedang menempuh jenjang perkuliahan adalah generasi milenial. Generasi milenial umumnya menyukai sesuatu yang out of the box, sangat suka tantangan dan penghargaan. Mereka cenderung overconfidence, berani mengungkapkan pendapat, baik langsung ataupun lewat media sosial. Generasi milenial tumbuh seiring dengan munculnya berbagai terobosan baru dalam teknologi komunikasi, mulai dari SMS, Email, aplikasi Instant Messaging seperti BBM, Whatsapp, Line, dan berbagai bentuk komunikasi tertulis lainnya. Bentuk komunikasi tertulis dirasa lebih nyaman dan tepat oleh generasi milenial. Generasi milenial juga cenderung menciptakan lingkungan kuliah, kerja dan percakapan sehari-hari yang tidak terlalu formal. Hal ini menunjukkan bahwa generasi milenial lebih menyukai semua bentuk komunikasi yang lebih bersahabat dan nada bicara yang lebih akrab.

Perilaku Belanja Online

Menurut Lay at al (2014) perilaku pembelian online adalah proses membeli produk atau jasa melalui media internet. Proses pembelian online memiliki langkah yang berbeda seperti perilaku pembelian fisik. Kekhasan dari proses membeli melalui media internet adalah ketika konsumen yang berpotensial menggunakan internet dan mencari-cari informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka butuhkan.

Penelitian mengenai perilaku belanja online sebelumnya telah dilakukan oleh penelitian terdahulu. Harahap & Amanah (2018) menemukan bahwa perilaku belanja online ditentukan karena banyaknya saluran belanja online yang semakin merebak di dunia online serta karena adanya banyak kategori produk yang dijual. Semakin banyak situs jual beli online semakin banyak pula kategori produk yang ditawarkan.

Penelitian Fransisca & Tommy (2005) menunjukkan bahwa perilaku belanja online banyak dilakukan masyarakat karena kemudahan dalam hal sistem pembayaran yaitu bayar ditempat maupun pembayaran secara transfer.

Motivasi berbelanja online

Motivasi berbelanja online merupakan dorongan dari diri konsumen ataupun dari luar konsumen unrtuk melakukan pembelian produk secara online (Kotler, 2008).

Konsumen termotivasi dalam memilih produk tidak hanya produk yang dikonsumsi namun berbagai produk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan mudah didapat (Suci, 2018). Di samping itu, konsumen melakukan pembelian produk

(6)

berdasarkan tingkat efisien biaya (Masruroh, 2017) kemudahan dalam melakukan transaksi pembelaian (Tjiptono, 2002).

Harahap dan Amanah (2018) menemukan bahwa motivasi berbelanja online berkaitan dengan kategori produk dan jasa yang dijual seperti informasi harga serta adanya informasi dari produk itu sendiri. Semakin banyak situs e-commerce semakin banyak pula kategori produk yang ditawarkan. Masyarakat lebih mudah dalam membandingkan produk yang dibutuhkan (Octaviani & Sudrajat, 2016). Situs e- commerce memudahkan konsumen yang sibuk dalam bekerja terutama dalam melakukan pembelian seperti mencari kategori produk yang dibutuhkan (Octaviani &

Sudrajat, 2016).

Namun demikian, tidak serta merta semua kalangan dari generasi termotivasi dalam membeli produk yang ada di pasaran. Robert (2019) menemukan motivasi generasi Y dalam, membeli produk karena lebih efisien berdasarkan waktu serta biaya.

Penelitian Simamora & Fatria (2019) menunjukkan bahwa generasi Y cenderung termotivasi dalam membeli produk online karena faktor kesibukan. Ariyanto (2018) mengemukakan generasi X dalam melakukan pembelian produk online karena kemudahan dalam mendapatkan produk serta kemudahan dalam membandingkan produk. Robert (2019) menemukan konsumen dalam melakukan pembelian online didasarkan pada informasi yang mudah didapat. Penelitian Simamora & Fatria (2019) mengemukakan bahwa generasi Z kecenderungan lebih memilih pembelian online karena dapat melihat harga dan produk lebih detail.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Motivasi berbelanja online yang dibeli secara online berbeda antar kelompok generasi.

Kebutuhan Pencarian Informasi

Kebutuhan pencarian informasi merupakan keseluruhan pola laku manusia terkait dengan keterlibatan informasi (Yusup & Subekti, 2010). Sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari, dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran, sumber, dan media informasi lain, itu juga termasuk ke dalam pengertian perilaku informasi.

Kebutuhan informasi tidak langsung berubah menjadi perilaku mencari informasi, melainkan harus dipicu terlebih dahulu oleh pemahaman seseorang tentang persoalan dalam kehidupannya. Kemudian, setelah kebutuhan informasi berubah

(7)

menjadi aktivitas mencari informasi, ada beberapa hal yang memengaruhi perilaku tersebut, yaitu:

1) Kondisi psikologi seseorang, bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira.

2) Demografis, dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Kelas sosial juga dapat memengaruhi perilaku informasi seseorang.

3) Peran seseorang di masyarakat. Peran ini khususnya dalam hubungan interpesonal ikut memengaruhi perilaku informasi.

4) Lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas.

5) Karakteristik sumber informasi. Hal ini berhubungan dengan karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi.

Kelima faktor diatas, akan sangat memengaruhi bagaimana seseorang menunjukkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku pencarian informasi.

Menurut Lay at al (2014) perilaku pembelian online adalah proses membeli produk atau jasa melalui media internet. Proses pembelian online memiliki langkah yang berbeda dibandingkan perilaku pembelian fisik. Kekhasan dari proses membeli melalui media internet adalah ketika konsumen potensial menggunakan internet dan mencari informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka butuhkan.

Sementara itu, generasi Z berkomunikasi dengan semua kelompok, terutama melalui jaringan sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Messenger.

Generasi Z memperoleh informasi tentang produk dari artis dan public figure yang menggunakan produk yang umumnya adalah produk-produk bermerek (Philip, 2019). Artis dan public figure yang menggunakan produk-produk tersebut, secara tidak langsung ikut mempopulerkan dan mengenalkan produk-produk tersebut kepada generasi Z. Hal ini membuat generasi Z semakin mudah memperoleh informasi mengenai barang-barang bermerek khususnya untuk mode terkini (Philip, 2019).

Penelitian Simamora & Fatria (2019) menemukan bahwa informasi yang dibutuhkan sebelum melakukan pembelian produk secara online untuk generasi Z dan Y yaitu melihat iklan di Facebook. Sedangkan generasi Y melihat iklan yang ada di televisi.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(8)

H2 : Ada perbedaan preferensi sumber informasi online ketika mencari informasi tentang produk antar kelompok generasi.

Saluran Belanja Online

Menurut Kotler (2008) saluran online (e-marketing) adalah saluran yang dapat dijangkau seseorang melalui komputer dan modem. Modem menghubungkan komputer dengan jalur telepon sehingga komputer menjangkau beragam layanan informasi online (Kotler, 2008). E-marketing adalah melakukan bisnis online yang bentuknya paling jelas adalah menjual produk kepada konsumen secara online.

Sederhananya adalah membuat, mengelola dan meluaskan hubungan komersial secara online (Kienan, 2001).

Pandangan tentang e-commerce atau yang sering dikenal dengan online shopping atau belanja online adalah penggunaan komputer dan internet dengan web browser untuk membeli dan menjual produk (McLeod & Schell, 2007). Belanja online telah menjadi bagian dari manusia modern. Website adalah alat utama dalam industri dan menciptakan saluran baru bagi para pelanggan. Belanja online bergantung pada sumber daya internet dan banyak teknologi informasinya yang mendukung setiap langkah dari proses jual beli (Bendoly at al, 2005).

Saat ini banyak saluran belanja online yang tersedia. Hal ini dapat mempermudah konsumen dalam melakukan pembelian tanpa harus datang ketempat penjual. Contoh saluran belanja online saat ini seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Blibli, OLX, JD.ID, Elevenia, Zalora (https://idcloudhost.com/kumpulan-website-belanja- online-terbaik-dan-termurah-di-tahun-2020). Penelitian terdahulu mengenai perilaku belanja online sebelumnya telah dilakukan. Harahap dan Amanah (2018) menemukan bahwa perilaku belanja online meningkat seiring saluran belanja online yang semakin merebak.

Saat ini banyak saluran belanja online yang tersedia. Hal ini dapat mempermudah konsumen dalam melakukan pembelian tanpa harus datang ke lokasi penjual. Contoh saluran belanja online saat ini seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Blibli, OLX, JD.ID, Elevenia, Zalora. Harahap & Amanah (2018) menemukan bahwa perilaku belanja online ditentukan karena banyaknya saluran belanja online yang semakin merebak di dunia online. Harahap & Amanah (2018) menemukan pula bahwa profil generasi X dalam melakukan pembelian secara online lebih memilih pembelian di OLX, karena generasi ini lebih mengenal OLX terlebih

(9)

dahulu disebanding situs online saat ini. Sementara itu Setyaningrum (2019), menemukan bahwa generasi Y dan Z lebih memilih pembelian secara online di Shoopee dan Lazada.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Ada perbedaan preferensi saluran belanja online antar kelompok generasi.

Metode Pembayaran

Metode pembayaran adalah struktur transaksi keuangan terhadap barang dan jasa oleh pembeli dan penjual (Miller & VanHoose, 2013). Menurut Hubbard (1994) metode pembayaran adalah suatu mekanisme untuk melakukan transaksi dalam perekonomian. Struktur dan mekanisme transaksi keuangan merupakan tata cara dalam melakukan pertukaran barang atau jasa yang diinginkan pembeli, dengan sejumlah harga yang ditetapkan oleh penjual. Sebagai contoh, ketika individu ingin membeli suatu barang, maka individu tersebut harus menggunakan salah satu alat pembayaran yang tersedia. Alat pembayaran tersebut digunakan untuk melunasi harga (nilai jual) yang diminta penjual ataupun tertera pada label harga. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembayaran adalah suatu mekanisme transaksi keuangan dalam perekonomian terhadap barang dan jasa yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pembeli dan penjual. Dalam era pembangunan yang mengglobal dapat ditemui berbagai jenis metode pembayaran yang tersedia.

Jenis-jenis metode pembayaran secara online yang tersedia adalah Cash On Delivery (COD), Transfer Bank atau ATM, Rekening Bersama (Rekber), Credit Card (Kartu Kredit), dan e-money (OVO, Gopay).

Fakhrurrozi dan Alchudri (2017) menemukan bawa perilaku belanja online yang banyak dilakukan masyarakat disebabkan karena kemudahan dalam hal sistem pembayaran yaitu bayar di tempat maupun pembayaran secara transfer. Aplikasi jual beli secara online menyediakan berbagai metode pembayaran yang beragam. Menurut Fransisca & Tommy (2005) metode pembayaran adalah mekanisme untuk melakukan transaksi dalam perekonomian. Sebagai contoh, ketika individu ingin membeli suatu barang, maka individu tersebut harus menggunakan salah satu alat pembayaran yang tersedia. Alat pembayaran tersebut digunakan untuk melunasi harga (nilai jual) yang diminta penjual ataupun tertera pada label harga. Metode pembayaran dapat dilakukan dengan cara transfer maupun cash on delivery (COD). Fransisca & Tommy

(10)

(2005) mengemukakan bahwa metode paling banyak yang digunakan pada generasi Y dan Z adalah pembayaran melalui aplikasi mobile banking di ponsel.

Robert (2019) mengemukakan bahwa belanja online banyak diminati oleh generasi Y, yaitu berusia sekitar 18 tahun sampai dengan usia 34 tahun. Robert (2019) mengungkapkan bahwa perilaku pembelian secara online muncul karena adanya pertimbangan seperti harga, kepercayaan terhadap penjual, kemudahan teknologi, pilihan produk yang beragam dan metode pembayaran. Penelitian Lestari (2017) mengemukakan bahwa metode pembayaran generasi X kecenderungan menggunakan pembayaran melalui ATM atau pembayaran via Indomart dan Alfamart.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Preferensi alat pembayaran belanja online berbeda antar kelompok generasi.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian (Sekaran, 2016).

Penelitian ini menggambarkan serta menjelaskan mengenai perbedaan perilaku belanja online antar kelompok generasi berdasarkan kriteria saluran belanja online, kategori produk, dan metode pembayaran.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang ingin diteliti, sedangkan sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2016). Populasi dalam penelitian adalah masyarakat Salatiga. Adapun penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriterianya adalah masyarakat kota dengan profil generasi X, Y dan Z di kota Salatiga yang melakukan pembelian secara online. Adapun jumlah responden ditetapkan sebanyak 300 orang (100 orang dari kelompok generasi X, 100 orang dari kelompok generasi Y dan 100 orang dari kelompok generasi Z). Jumlah ini mengacu pada Sugiyono (2012) yang mana jumlah sampel paling sedikit untuk penelitian adalah 100 responden.

(11)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode survey online ditambah survey langsung dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan secara tertulis maupun lisan kepada responden untuk dijawab (Sekaran, 2016). Kuesioner dalam penelitian menggunakan tipe pertanyaan tertutup sehingga responden diminta untuk memilih satu opsi jawaban diantara serangkaian alternatif jawaban yang diberikan peneliti (Sekaran, 2016).

Konsep, Definisi Konsep, Indikator Empirik dan Skala Pengukuran Tabel 1

Konsep, Definisi Konsep, Indikator Empirik dan Skala Pengukuran

Konsep Definisi Konsep Indikator Empirik Skala

Pengukuran

Motivasi berbelanja online

Dorongan dari diri konsumen ataupun dari luar konsumen unrtuk melakukan pembelian produk secara online (Kotler, 2008).

a. Efisiensi biaya dan waktu b. Kesibukan

c. Kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian dan

kemudahan dalam

membandingkan produk

d. Informasi harga dan produk lebih detail

Skala likert 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = netral 4 = setuju 5 = sangat setuju

Preferensi Sumber Informasi Online

Keseluruhan pola laku manusia terkait dengan keterlibatan informasi (Yusup dan Subekti, 2010).

a. Sosial Media

b. Website e-commerce.

c. Forum/komunitas online..

d. Teman e. Saudara

Skala likert 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = netral 4 = setuju 5 = sangat setuju

Preferensi Saluran Belanja Online

Saluran yang dapat dijangkau seseorang melalui komputer dan modem (Kotler, 2008)

a. Website e-marketplace b. Website company.

c. Sosial media

Skala likert 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = netral

(12)

4 = setuju 5 = sangat setuju

Preferensi Metode Pembayaran Online

Struktur transaksi keuangan terhadap barang dan jasa oleh pembeli dan penjual (Miller & VanHoose, 2013)

a. Cash On Delivery (COD), b. Transfer Bank atau ATM, c. Rekening Bersama (Rekber), d. Credit Card (Kartu Kredit), e. Virtual account (OVO, Gopay)

Skala likert 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = netral 4 = setuju 5 = sangat setuju

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji secara signifikan perbedaan perilaku belanja online berdasarkan profil generasi berdasarkan saluran belanja online, kategori produk dan metode pembayaran digunakan uji ANOVA. Sebelum melangkah ke uji ANOVA data akan diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Data dikatakan valid jika nilai t hitung lebih besar dari t table, sedangkan data dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2012). Dalam penelitian ini penguji menguji data penelitian menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Dasar pengambilan keputusan hipotesis berdasarkan uji ANOVA sebagai berikut

a. Jika nilai probabilitas > α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ho) diterima.

b. Jika nilai probabilitas ≤ α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ho) ditolak.

HASIL PENELITIAN Profil Responden

Tabel 2 menyajikan profil responden dari generasi X, generasi Y dan generasi Z berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pembelian secara online dalam satu bulan. Pengumpulan data responden dilakukan antara tanggal 17 febuari sampai dengan tanggal 4 April 2022.

(13)

Tabel 2. Profil responden

Profil Responden Generasi X Generasi Y Generasi Z

Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jenis kelamin

Laki-laki 25 25% 39 39% 32 32%

Perempuan 75 75% 61 61% 68 68%

Jumlah 100 100% 100 100% 100 100%

Pendidikan terakhir

SD 11 11% 0 0% 0 0%

SLTP 22 22% 27 27% 24 24%

SLTA 54 54% 64 64% 61 61%

Diploma 4 4% 3 3% 5 5%

Sarjana 9 9% 6 6% 10 10%

Jumlah 100 100% 100 100% 100 100%

Pembelian online dalam satu bulan

Satu kali 67 67% 61 61% 47 47%

Dua kali 11 11% 21 21% 26 26%

Tiga Kali 13 13% 7 7% 11 11%

Empat Kali 6 6% 10 10% 12 12%

Lebih dari empat kali 3 3% 1 1% 4 4%

Jumlah 100 100% 100 100% 100 100%

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di seluruh kelompok generasi adalah perempuan dengan kisaran proporsi antara 61-75. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, responden paling banyak berlatar belakang pendidikan SLTA untuk seluruh kelompok generasi dengan rentang proporsi 54-64%. Proporsi terendah di seluruh kelompok generasi ada pada responden dengan pendidikan Diploma (3-5%).

Berdasarkan pembelian secara online dalam satu bulan sebagian besar responden melakukan pembelian sebanyak satu kali untuk seluruh kelompok generasi (47-67%).

Responden yang berbelanja online paling intensif (lebih dari empat kali sebulan) proporsinya paling rendah dengan kisaran 1-4%.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Berikut hasil uji validitas dan reliabilitas dari variabel motivasi berbelanja online, preferensi sumber informasi online, preferensi saluran belanja online dan preferensi metode pembayaran online.

(14)

Tabel 3. Uji Validitas dan reliabilitas Motivasi berbelanja Online

No Motivasi Berbelanja Online Pearson

Corelation Cronbach Alpha

1 Lebih efisien berdasarkan waktu 0.489

0.613

2 Lebih efisien berdasarkan biaya 0.452

3 Kesibukan (Waktu terbatas untuk berbelanja) 0.555 4 Kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian 0.561

5 Informasi harga lebih detail 0.405

6 Informasi produk lebih detil 0.573

7 Kemudahan dalam membandingkan produk 0.575

Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, nilai Pearson moment correlation dari variabel motivasi berbelanja online lebih besar dari r tabel sebesar 0.1381 yang artinya bahwa data valid. Nilai Cronbach alpha pada variabel motivasi berbelanja online sebesar 0,613 yang lebih besar dari 0,6 yang artinya bahwa data reliabel.

Tabel 4. Uji Validitas dan reliabilitas Preferensi Sumber Informasi online

No Preferensi Sumber Informasi online Pearson

Corelation Cronbac h Alpha

1 Sosial media 0.437

0.739

2 Website e-commerce 0.590

3 Forum komunikasi online 0.669

4 Teman 0.680

5 Saudara 0.413

Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa, nilai Pearson moment correlation dari variabel preferensi sumber inforasi online lebih besar dari r tabel sebesar 0.1381 yang artinya bahwa data valid. Nilai Cronbach alpha pada variabel preferensi sumber inforasi online sebesar 0,739 yang lebih besar dari 0,6 yang artinya bahwa data reliabel.

Tabel 5. Uji Validitas dan reliabilitas Preferensi Saluran Belanja online

No Preferensi Saluran Belanja Online Pearson

Corelation Cronbach Alpha

1 Website e-marketplaces 0.489

0.761

2 Website company 0.595

3 Sosial media 0.669

4 Personal website 0.490

5 Blog 0.526

Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa, nilai Pearson moment correlation dari variabel preferensi saluran belanja online lebih besar dari 0,3 yang artinya bahwa data valid. Nilai Cronbach alpha pada variabel preferensi saluran belanja online sebesar 0, 761 yang lebih besar dari 0,6 yang artinya bahwa data reliabel.

(15)

Tabel 6. Uji Validitas dan reliabilitas Preferensi Metode Pembayaran Online

No Preferensi Metode Pembayaran Online Pearson

Corelation Cronbach Alpha

1 Cash On Delivery (COD) 0.409

0.653

2 Transfer Bank atau ATM 0.593

3 Rekening Bersama (Rekber) 0.532

4 Credit Card 0.504

5 Virtual Account (OVO, Gopay) 0.407

Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa, nilai Pearson moment correlation dari variabel preferensi metode pembayaran online yang lebih besar dari r tabel sebesar 0.1381 pembayaran online sebesar 0,653 yang lebih besar dari 0,6 yang artinya bahwa data reliabel.

Perilaku Belanja Online Berdasarkan Profil Generasi

Berikut hasil uji perbedaan perilaku berbelanja online berdasarkan profil generasi dilihat dari motivasi berbelanja online, preferensi sumber informasi online, preferensi saluran belanja online, preferensi saluran belanja online dan preferensi metode pembayaran online.

Motivasi Belanja Online

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat berbedaan motivasi berbelanja online dari profil generasi dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,05.

Rata-rata tertingi motivasi berbelanja online adalah generasi Y dengan nilai rata-rata sebesar 4,124, yang artinya motivasi berbelanja online generasi Y lebih tinggi dibandingkan generasi X dan generasi Z. Jika dilihat dari faktor yang memotivasi belanja online terlihat bahwa generasi X termotivasi berbelanja online karena lebih efisien berdasarkan biaya. Generasi Y termotivasi karena Kesibukan (Waktu terbatas untuk berbelanja) dan generasi Z berdasarkan Lebih efisien berdasakan biaya.

Tabel 7. Motivasi Berbelanja Online Berdasarkan Kelompok Generasi

No Motivasi Berbelanja Online Rata-rata

Signifikansi Generasi X Generasi Y Generasi Z

1 Lebih efisien berdasarkan waktu 3,220 4,060 3,230

0,002

2 Lebih efisien berdasakan biaya 4,160 4,050 4,210

3 Kesibukan (Waktu terbatas untuk

berbelanja) 4,060 4,320 4,080

4 Kemudahan dalam melakukan

transaksi pembelian 3,990 4,250 4,100

5 Informasi harga lebih detail 4,120 4,340 4,200

6 Informasi produk lebih detil 4,140 3,890 4,170

(16)

7 Kemudahan dalam membandingkan

produk 3,490 3,960 3,500

Total rata-rata 3,848 4,124 3,927

Preferensi Sumber Informasi Belanja Online

Perbandingan berikut adalah pada preferensi sumber informasi belanja online.

Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi preferensi sumber informasi belanja online sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan perbedaan preferensi sumber informasi belanja online antar profil generasi. Jika dilihat dari nilai rerata, generasi Y memiliki nilai rerata tertinggi yaitu sebesar 4,288. Hal ini berarti bahwa secara umum preferensi terhadap sumber informasi berbelanja online lebih tinggi di generasi Y dibandingkan generasi X dan generasi Z. Sumber informasi belanja online yang paling banyak digunakan generasi X adalah informasi dari Website e-commerce, sementara generasi Y dan generasi Z lebih suka memperoleh informasi dari media sosial.

Tabel 8. Preferensi Sumber Informasi Belanja Online Berdasarkan Kelompok Generasi

No Preferensi Sumber Informasi

Belanja Online Rata-rata

p-value Generasi X Generasi Y Generasi Z

1 Sosial media 3,650 4,370 4,027

0,000

2 Website e-commerce 4,130 4,240 4,001

3 Forum komunikasi online 4,080 4,280 3,989

4 Teman 4,070 4,280 3,973

5 Saudara 4,040 4,270 3,941

Total rata-rata 4,082 4,288 3,986

Preferensi Saluran Belanja Online

Responden memiliki preferensi tentang saluran yang digunakan untuk mengeksekusi transaksi belanja online. Tabel 9 menunjukkan nilai signifikansi preferensi saluran belanja online sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara umum terdapat perbedaan preferensi saluran belanja online antar kelompok generasi. Jika dilihat dari nilai rerata preferensi saluran belanja online, generasi Y memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,102. Hal ini berarti bahwa preferensi saluran belanja online generasi Y lebih tinggi dibandingkan generasi X dan generasi Z. Jika dilihat dari generasi X dan generasi Y lebih memilih Website e- marketplaces dan generasi Z memilih Website company

(17)

Tabel 9. Preferensi Saluran Belanja Online Berdasarkan Kelompok Generasi

No Preferensi Saluran Belanja Online

Rata-rata

Signifikansi Generasi X Generasi Y Generasi Z

1 Website e-marketplaces 4,080 4,260 4,030

0,004

2 Website company 4,050 4,260 4,050

3 Sosial media 3,740 3,900 3,720

4 Personal website 3,980 4,130 3,950

5 Blog 3,810 3,960 3,690

Total rata-rata 3,932 4,102 3,888

Preferensi Metode Pembayaran Belanja Online

Setelah melakukan transaksi pembelian maka tahap selanjutnya adalah melakukan pembayaran transaksi. Secara umum, terdapat perbedaan preferensi metode pembayaran belanja online antar kelompok generasi. Tabel 10 menunjukkan perbedaan tersebut dari nilai signifikansi preferensi metode pembayaran belanja online sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Generasi Y memiliki nilai rerata preferensi metode pembayaran tertinggi yaitu sebesar 4,054. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Y menyukai metode-metode pembayaran yang tersedia untuk berbelanja online dibandingkan generasi X dan generasi Z. Secara khusus, generasi X dan Y menyukai metode pembayaran Cash On Delivery (COD), dan generasi Z condong menyukai pembayaran dengan cara Rekening Bersama (Rekber).

Tabel 10. Preferensi Metode Pembayaran Belanja Online Berdasarkan Kelompok Generasi

No Preferensi Metode

Pembayaran Belanja Online Rata-rata

Signifikansi Generasi X Generasi Y Generasi Z

1 Cash On Delivery (COD) 4,250 4,070 4,080

0,000

2 Transfer Bank atau ATM 3,740 4,032 4,170

3 Rekening Bersama (Rekber) 3,640 4,059 4,240

4 Credit Card 3,660 4,045 4,150

5 Virtual Account (OVO,

Gopay) 3,660 4,062 3,270

Total rata-rata 3,790 4,054 3,982

(18)

Pembahasan

Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa terdapat perbedaan motivasi berbelanja online dari profil generasi dengan nilai signifikansi sebesar 0,028 yang lebih kecil dari 0,05. Rata-rata tertingi motivasi berbelanja online adalah generasi Y dengan nilai rata-rata sebesar 4,124, yang artinya motivasi berbelanja online generasi Y lebih tinggi dibandingkan generasi X dan generasi Z. Jika dilihat dari faktor yang memotivasi belanja online terlihat bahwa generasi X termotivasi berbelanja online karena lebih efisien berdasarkan biaya. Generasi Y termotivasi karena Kesibukan (Waktu terbatas untuk berbelanja) dan generasi Z berdasarkan Lebih efisien berdasakan biaya. Motivasi berbelanja online merupakan dorongan dari diri konsumen ataupun dari luar konsumen unrtuk melakukan pembelian produk secara online (Kotler, 2008). Konsumen termotivasi dalam memilih produk tidak hanya produk yang dikonsumsi namun berbagai produk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan mudah didapat (Suci, 2018). Di samping itu, konsumen melakukan pembelian produk berdasarkan tingkat efisien biaya (Masruroh, 2017) kemudahan dalam melakukan transaksi pembelaian (Tjiptono, 2002). Harahap dan Amanah (2018) menemukan bahwa motivasi berbelanja online berkaitan dengan kategori produk dan jasa yang dijual seperti informasi harga serta adanya informasi dari produk itu sendiri.

Semakin banyak situs e-commerce semakin banyak pula kategori produk yang ditawarkan. Masyarakat lebih mudah dalam membandingkan produk yang dibutuhkan (Octaviani & Sudrajat, 2016). Situs e-commerce memudahkan konsumen yang sibuk dalam bekerja terutama dalam melakukan pembelian seperti mencari kategori produk yang dibutuhkan (Octaviani & Sudrajat, 2016). Namun demikian, tidak serta merta semua kalangan dari generasi termotivasi dalam membeli produk yang ada di pasaran.

Robert (2019) menemukan motivasi generasi Y dalam, membeli produk karena lebih efisien berdasarkan waktu serta biaya. Penelitian Simamora & Fatria (2019) menunjukkan bahwa generasi Y cenderung termotivasi dalam membeli produk online karena faktor kesibukan. Ariyanto (2018) mengemukakan generasi X dalam melakukan pembelian produk online karena kemudahan dalam mendapatkan produk serta kemudahan dalam membandingkan produk. Robert (2019) menemukan konsumen dalam melakukan pembelian online didasarkan pada informasi yang mudah didapat. Penelitian Simamora & Fatria (2019) mengemukakan bahwa generasi Z kecenderungan lebih memilih pembelian online karena dapat melihat harga dan produk lebih detail

(19)

Terdapat perbedaan preferensi sumber informasi belanja online antar profil generasi. Jika dilihat dari nilai rerata, generasi Y memiliki nilai rerata tertinggi yaitu sebesar 4,288. Hal ini berarti bahwa secara umum preferensi terhadap sumber informasi berbelanja online lebih tinggi di generasi Y dibandingkan generasi X dan generasi Z. Sumber informasi belanja online yang paling banyak digunakan generasi X adalah informasi dari Website e-commerce, sementara generasi Y dan generasi Z lebih suka memperoleh informasi dari media social. Generasi Z memperoleh informasi tentang produk dari artis dan public figure yang menggunakan produk yang umumnya adalah produk-produk bermerek (Philip, 2019). Artis dan public figure yang menggunakan produk-produk tersebut, secara tidak langsung ikut mempopulerkan dan mengenalkan produk-produk tersebut kepada generasi Z. Hal ini membuat generasi Z semakin mudah memperoleh informasi mengenai barang-brang bermerek khususnya untuk mode terkini (Philip, 2019). Penelitian Simamora & Fatria (2019) menemukan bahwa informasi yang dibutuhkan sebelum melakukan pembelian produk secara online untuk generasi Z dan Y yaitu melihat iklan di Facebook.

Sedangkan generasi Y melihat iklan yang ada di televisi.

Terdapat perbedaan preferensi saluran belanja online antar kelompok generasi.

Jika dilihat dari nilai rerata preferensi saluran belanja online, generasi Y memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,102. Hal ini berarti bahwa preferensi saluran belanja online generasi Y lebih tinggi dibandingkan generasi X dan generasi Z. Jika dilihat dari generasi X dan generasi Y lebih memilih Website e-marketplaces dan generasi Z memilih Website company. Saat ini banyak saluran belanja online yang tersedia. Hal ini dapat mempermudah konsumen dalam melakukan pembelian tanpa harus datang ketempat penjual. Contoh saluran belanja online saat ini seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Blibli, OLX, JD.ID, Elevenia, Zalora. Harahap &

Amanah (2018) menemukan bahwa perilaku belanja online ditentukan karena banyaknya saluran belanja online yang semakin merebak di dunia online. Harahap &

Amanah (2018) menemukan pula bahwa profil generasi X dalam melakukan pembelian secara online lebih memilih pembelian di OLX, karena generasi ini lebih mengenal OLX terlebih dahulu dibanding situs online saat ini. Sementara itu Setyaningrum (2019), menemukan bahwa generasi Y dan Z lebih memilih pembelian secara online di Shoopee dan Lazada.

Terdapat perbedaan preferensi metode pembayaran belanja online antar kelompok generasi. Tabel 10 menunjukkan perbedaan tersebut dari nilai signifikansi

(20)

preferensi metode pembayaran belanja online sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.

Generasi Y memiliki nilai rerata preferensi metode pembayaran tertinggi yaitu sebesar 4,054. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Y menyukai metode-metode pembayaran yang tersedia untuk berbelanja online dibandingkan generasi X dan generasi Z.

Secara khusus, generasi X dan Y menyukai metode pembayaran Cash On Delivery (COD), dan generasi Z condong menyukai pembayaran dengan cara Rekening Bersama (Rekber). Robert (2019), mengemukakan, online Shoping banyak diminati oleh generasi Y, yaitu usia sekitar 18 tahun sampai dengan usia 34 tahun. Robert (2019), juga mengungkapkan bahwa perilaku pembelian secara online karena adanya pertimbangan seperti harga, kepercayaan terhadap penjual, kemudahan teknologi, pilihan produk yang beragam dan metode pembayaran. Penelitian Lestari (2017) mengemukakan bahwa metode pembayaran generasi X kecenderungan menggunakan pembayaran melalui ATM atau pembayaran via Indomart dan Alfamart.

(21)

PENUTUP Kesimpulan

1) Terdapat berbedaan motivasi berbelanja online dari profil generasi. Rata-rata tertingi motivasi berbelanja online adalah generasi Y dengan nilai rata-rata sebesar 4,124, yang artinya motivasi berbelanja online generasi Y lebih tinggi dibandingkan generasi X dan generasi Z. Jika dilihat dari faktor yang memotivasi belanja online terlihat bahwa generasi X termotivasi berbelanja online karena lebih efisien berdasarkan biaya. Generasi Y termotivasi karena Kesibukan Waktu terbatas untuk berbelanja) dan generasi Z berdasarkan Lebih efisien berdasakan biaya.

2) Terdapat perbedaan preferensi sumber informasi belanja online antar profil generasi. Jika dilihat dari nilai rerata, generasi Y memiliki nilai rerata tertinggi yaitu sebesar 4,288. Hal ini berarti bahwa secara umum preferensi terhadap sumber informasi berbelanja online lebih tinggi di generasi Y dibandingkan generasi X dan generasi Z. Sumber informasi belanja online yang paling banyak digunakan generasi X adalah informasi dari Website e-commerce, sementara generasi Y dan generasi Z lebih suka memperoleh informasi dari media sosial..

3) Terdapat perbedaan preferensi saluran belanja online antar profil generasi.

Preferensi yang digunakan dalam berbelanja online generasi X, Y dan Z menggunakan saluran social media. Jika dilihat dari nilai rerata preferensi saluran belanja online, generasi Y memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,102. Hal ini berarti bahwa preferensi saluran belanja online generasi Y lebih tinggi dibandingkan generasi X dan generasi Z. Jika dilihat dari generasi X dan generasi Y lebih memilih Website e-marketplaces dan generasi Z memilih Website company

4) Terdapat perbedaan preferensi metode pembayaran belanja online antar profil generasi. Generasi Y memiliki nilai rerata preferensi metode pembayaran tertinggi yaitu sebesar 4,054. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Y menyukai metode-metode pembayaran yang tersedia untuk berbelanja online dibandingkan generasi X dan generasi Z. Secara khusus, generasi X dan Y menyukai metode pembayaran Cash On Delivery (COD), dan generasi Z condong menyukai pembayaran dengan cara Rekening Bersama (Rekber).

(22)

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan perilaku belanja berdasarkan profil generasi terutama pada motivasi berbelanja online Konsumen lebih termotivasi untuk berbelanja online karena lebih efisien berdasarkan biaya dan informasi harga yang lebih detail. Oleh sebab itu bagi pihak penjual diharapkan untuk mencantumkan harga lebih detail dan susuai dengan kualitas.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya sebatas meneliti secara kuantitattif mengenai perbedaan perbedaan perilaku belanja online berdasarkan profil generasi dan belum meneliti menambahkan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi profil generasi dalam melakukan pembelian secara online. Serta belum meneliti secara kualitatif sehingga hasil hanya diperoleh secara empiris belum menggambarkan secara detail mengenai alasan-alasan generasi dalam melakukan belanja secara online.

Saran Untuk Penelitian Yang Akan Datang

Bagi penelitian yang akan datang diharapkan untuk menambahkan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi profil generasi dalam melakukan pembelian secara online. Selain itu meneliti secara kualitatif sehingga hasil hanya diperoleh secara empiris belum menggambarkan secara detail mengenai alasan-alasan generasi dalam melakukan belanja secara online. Selain itu bagi penelitian yang akan dating untuk menambahkan secara kualitatif sehingga hasil hanya diperoleh secara empiris belum menggambarkan secara detail mengenai alasan-alasan generasi dalam melakukan belanja secara online.

(23)

Daftar Pustaka

Ariyanto. (2018). Perilaku Pembelian Pada Generasi X (Studi pada masyarakat di Kota Surakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas muhammadiyah Surakarta.

Bendoly E., Blocher, J. D., Bretthauer, K. M., Krishnan, S., & Venkataramanan, M. A.

(2005). Online/in-store integration and customer retention. Journal of Service Research, 7(4), 313–327.

Fakhrurrozi. & Alchudri (2017), Analisis Perilaku Berbelanja Online Konsumen Muslim Dalam Perspektif Gender Di Provinsi Riau (Ditinjau dari Perceived Risk, Service Infrastructure, dan Acquisition Utility). Jurnal marwah. ,Vol. XV No.1 Juni Th. 2016.

Fransisca. & Tommy Y. S. (2005). Perbandingan Perilaku Konsumtif berdasarkan Metode Pembayaran. Jurnal Phronesis. Vol. 7, No. 2, 172-199.

Harahap, D, A. Amanah, D. (2018).Perilaku Belanja Online Di Indonesia: Studi Kasus. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) | Vol 9, No. 2, 2018 Hubbard, R. G. (2014). Money the financial system and the economy. Massachusetts:

Addison-Wesley Publishing Company.

Kienan. B, (2001). Small Business Solutions E-commerce untuk Perusahaan Kecil.

Jakarta: Elek Media Komputindo.

Kotler P, (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran,Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Lay, Peng, Tan., Webster Chynthia., Dhaoui, Chedia.(2017) Social Media sentimentAnalysis : Lexicon versun Machine Learning. Journal of Consumer Marketing . Emerald Insights.

Lestari. (2017). Pemilihan Motode pembayaran pembelian Online. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas muhammadiyah Surakarta.

Masruroh, A. (2017). Konsep Dasar Investasi Reksadana dan Perilaku Pemilihan reksadana. Jurnal Filsafat dan Budaya. Vol. 2. No. 2. Hal. 84-96..

McLeod& Schell. 2007. Management Information Systems 10th edition. New Jersey:

Prentice Hall.

Miller, R. L.. & VanHoose, D. D. (2013). Modern money and banking. (3rd ed.). New York: McGraw-Hill..

Octaviani, L. Sudrajat, A, (2026). Fenomena Perilaku Belanja Online Sebagai Alternatif Pilihan Konsumsi Di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya. Paradigma. (4) 3. 25-37

Philip. (2019). Pengaruh Gaya Hidup terhadap Keputusan Pembelian dengan Perilaku Kosumtif sebagai Variabel Intervening pada Pembelian Sneakers Branded oleh Generasi Z di Surabaya. Agora. Vol 7, No 2

Praharjo. A, (2019). Perilaku Pembelian Secara Online Generasi Milenial Indonesia.

Jurnal Manajemen dan Bisnis MEDIA EKONOMI, Vol . XIX No 1 Januari 2019.

Putra, Y, S. (2016). Theoritical Review : Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti.

(9) 18. 42-53

Robert. (2018). Memahami Konsumen Yang Berbelanja Secara Online. Skripsi.

(24)

Fakultas ekonomika dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Surakarta Schiffman & Kanuk, L, L. (2008). Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Indeks..

Sekaran, U. (2016). Research Method For Bussiness, 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

Simamora. A, A. Fitria, M, (2019). Kemudahan Aplikasi Dan Keragaman Produk Dalam Membentuk Keputusan Pembelian Generasi Milenial Berbelanja Secara Online. Jurnal Maneksi. (8) 2. 37-46

Suci, A. (2018). Faktor-Faktor Prediktor Perilaku Pembelian Emas di Pekanbaru.

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Sulianta, F. (2009). Web Marketing. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta: PT Gramedia

Surawiguna. (2010). E-Commerce:Kiat dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya, Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo.

Tjiptono, F. (2002). Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.

Yusup. (2010). Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

dan perkembangan Rekam Medis dari zaman batu hingga saat ini.  Seiring dengan perkembangan

Koska pro gradu –tutkielmassa ollaan kiinnostuneita nimenomaan oppilaiden käsitepiirroskokemuksista ja käsitepiirrosten vaikutuksesta oppilaiden opiskelumotivaatioon,

didik dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (7) peserta didik bisa memperkaya pengalaman ddengan hal-hal yang bersifat objektif,

Pada tingkat kenyataan persepsi penghuni rumah hemat energi, faktor yang dominan adalah Faktor Kenyamanan Hunian dengan varibel pembentuk variabel tinggi

Bendahara membantu Ketua pengurus DKM dalam memimpin kepengurusan Masjid Al Ghany untuk masa kerja 3 tahun yang ditunjuk dan diangkat oleh Ketua pengurus DKM

Nilai aset total kawasan pertanian sawah dan pertanian lahan kering diperoleh dari hasil penjumlahan nilai fisik lahan (harga jual rata-rata lahan), nilai produktivitas dan nilai

Model pengambilan keputusan konsumen akan diawali dengan munculnya kebutuhan konsumen terhadap produk yang ingin dibelinya, selanjutnya setelah konsumen mengenali

Ada beberapa kendala yang perlu diatasi antara lain: jumlah tiap kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berbda jenis kelamin, dan kemampuan