• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MANIPULASI NERVUS OPTHALMICUS TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PENDERITA NYERI KEPALA Pengaruh Manipulasi Nervus Opthalmicus Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Nyeri Kepala.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MANIPULASI NERVUS OPTHALMICUS TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PENDERITA NYERI KEPALA Pengaruh Manipulasi Nervus Opthalmicus Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Nyeri Kepala."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MANIPULASI NERVUS OPTHALMICUS TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PENDERITA NYERI KEPALA

NASKAH PUBLIKASI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI

Disusun Oleh :

Nama : CANDRA DEWI KARMILAWATI NIM : J 110 090 033

PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

PENGARUH MANIPULASI NERVUS OPTHALMICUS TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PENDERITA NYERI KEPALA

Candra Dewi Karmilawati

Program Studi Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta E-mail: yuya_achira@yahoo.com

Abstrak

Latar Belakang : Nyeri kepala yang disebut migrain adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia (Prada, 2011). Untuk mengatasi permasalahan nyeri ini, peneliti menggunakan penanganan fisioterapi dengan menggunakan manipulasi nervus opthalmicus teknik gliding. Gerakan gliding pada manipulasi ini memicu perbaikan suplai pembuluh darah dan tercapainya transpotasi nutrisi didalam pembuluh darah dan menghambat pelepasan substansi P sehingga nyeri berkurang (S Butler et al., 1991).

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh manipulasi nervus opthalmicus terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri kepala.

Metode Penelitian: quasi experimental dan menggunakan pendekatan metode penelitian single-case research serta desain yang digunakan adalah A-B-A Design. Responden yang diteliti berjumlah 2 orang, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dengan eksperimen dianalisa dengan Single-Case Research, data dianalisa menggunakan statistik deskriptif menggunakan grafik garis sebagai suatu gambaran dari pelaksanaan dan hasil eksperimen.

Hasil Penelitian: single-case research serta menggunakan A-B-A Design, fase Baseline 1 selama 7 hari awal, fase Treatment selama 14 hari, dan fase Baseline 2 selama 7 hari akhir/ follow up. Menunjukkan adanya perbedaan antara responden yang diberikan perlakuan manipulasi nervus opthalmicus menunjukkan penurunan intensitas nyeri dari pertama kali serangan yaitu 6,7 menjadi 4,5. Sedangkan pada responden kontrol, menunjukkan adanya intensitas nyeri yang dinamis setiap terjadi serangan. Pada responden kontrol, menunjukkan intensitas nyeri awal 6,5 menjadi 6,6 pada akhir serangan.

Kesimpulan: Manipulasi nervus opthalmicus berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri kepala.

(5)

PENDAHULUAN

Nyeri kepala yang disebut Migrain adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri

yang berlangsung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut,

intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat

disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia (Prada, 2011).

Nyeri kepala ini diakibatkan oleh karena pembuluh darah yang menuju otak

mengalami vasokontriksi yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

serotonin dan kemudian mengalami vasodilatasi (Funaidi, 2013). Proses tersebut

mempunyai kontribusi pada aktivasi nervus trigeminus yang merupakan divisi

pertama dari nervus opthalmicus. Untuk mengatasi permasalahan nyeri ini,

peneliti menggunakan penanganan fisioterapi dengan menggunakan manipulasi

nervus opthalmicus.

Manipulasi nervus ophthalmicus adalah penanganan dengan menggunakan

manipulasi pada nervus ophthalmicus dan percabangannya, berupa gerakan

gliding untuk kasus intrakranial seperti migrain, headache dan sinusitis (Barral

2009). Manipulasi nervus ophthalmicus sendiri memiliki efek pada pembuluh

darah kecil didalam saraf (vasa nervorum), mengurangi tekanan intraneural,

mengurangi respon nociceptive dari nervi nervorum (Barral, 2009).

Gerakan gliding pada manipulasi ini memicu perbaikan suplai pembuluh darah

dan tercapainya transpotasi nutrisi didalam pembuluh darah dan menghambat

pelepasan substansi P sehingga nyeri berkurang (Butler et al., 1991). Pemberian

manipulasi nervus ophthalmicus diberikan untuk mencegah penderita dari

ketergantungan obat-obatan pereda nyeri, yang memicu terjadinya gangguan

komplikasi lain.

TUJUAN

Mengetahui pengaruh manipulasi nervus opthalmicus terhadap penurunan

nyeri pada penderita nyeri kepala.

METODE

Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2013 di

(6)

kepala bersifat unilateral. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan

pendekatan metode penelitian single-case research serta desain yang digunakan

adalah desain A-B-A, dengan ketentuan, A1 adalah kondisi baseline awal sebelum

diberi perlakuan. B adalah kondisi pemberian treatment, A2 adalah kondisi

baseline pengulangan atau follow up setelah pemberian intervensi (Horner et al.,

2005). Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok responden diberikan

penanganan berupa manipulasi nervus opthalmicus dan 1 kelompok tidak

diberikan penanganan. Setiap hari pasien diukur nyerinya dengan memakai Visual

Analog Scale. Hasilnya dianalisa menggunakan grafik pada tiap-tiap fase

kemudian hasil tersebut dibandingkan antara intensitas nyeri responden perlakuan

dengan responden kontrol. Responden dari penelitian ini adalah penderita nyeri

kepala yang menjalani fisioterapi di tempat praktik Nugraha Budi S. Responden

merupakan penderita nyeri kepala yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan. Setelah dilakukan anamnesis maka didapatkan 2 responden dimana 1

responden diberi perlakuan berupa manipulasi nervus opthalmicus sedangkan 1

responden lagi tidak diberikan perlakuan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui adanya pengaruh manipulasi nervus opthamicus terhadap

penurunan nyeri pada penderita nyeri kepala. Alat ukur yang digunakan adalah

Visual Analog Scale (VAS). Sebelum penelitian dilakukan, responden diberikan

penjelasan mengenai tujuan pengukuran VAS dan cara penggunaannya untuk

mengukur nilai nyeri pada saat terjadi serangan. Dikarenakan serangan nyeri

kepala yang kambuhnya tidak dapat diperkirakan, maka peneliti memberikan

buku harian kepada responden untuk mencatat hasil pengukuran intensitas nyeri

setiap harinya. Kedua responden berhasil menyelesaikan program penelitian

sampai selesai selama 7 hari pengukuran awal atau fase baseline 1, 14 hari fase

treatment dan 7 hari pengukuran setelah treatment atau follow-up.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan metode

penelitian single-case research serta desain yang digunakan adalah desain A-B-A,

(7)

adalah kondisi pemberian treatment, A2 adalah kondisi baseline pengulangan atau

follow up setelah pemberian intervensi (Horner et al., 2005). Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh manipulasi nervus opthalmicus

terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri kepala. Jumlah sampel adalah 2

responden dimana responden pertama diberikan perlakuan berupa manipulasi

nervus opthalmicus, sedangkan responden kedua tidak diberikan perlakuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Barral, 2009), manipulasi ini efektif

untuk kasus headache, migraine dan sinusitis. Gerakan gliding pada manipulasi

ini memicu perbaikan suplai pembuluh darah dan tercapainya transpotasi nutrisi

didalam pembuluh darah dan menghambat pelepasan substansi P sehingga nyeri

berkurang (Butler et al., 1991).

Berikut ini peneliti tampilkan tabel karakteristik dari kedua responden

sebelum dilakukan penelitian:

1. Berikut adalah perbedaan perubahan intensitas nyeri antara responden

(8)

Grafik 4.12 Perbandingan distribusi data nilai VAS responden perlakuan

dengan responden kontrol

Berdasarkan grafik diatas responden dengan perlakuan manipulasi nervus

opthalmicus menunjukkan hasil bahwa pada fase baseline 1 (hari ke-1 sampai

dengan hari ke 7) tidak mengalami penurunan nyeri melainkan mengalami

peningkatan intensitas nyeri, saat dilakukan manipulasi pada fase treatment pada

hari ke-8 sampai hari ke 21 dengan dosis 2 kali dalam 2 minggu menunjukkan

adanya penurunan intensitas nyeri yang cukup signifikan. Kemudian pada fase

baseline 2 (hari ke- 22 sampai dengan hari ke-28 ) menunjukkan penurunan nyeri

paling tinggi. Sedangkan pada responden kontrol didapatkan hasil bahwa pada

tiap fase mengalami penurunan dan peningkatan intensitas nyeri, dan intensitas

nyeri yang paling tinggi terdapat pada hari ke-21.

Berdasarkan hasil tersebut didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

intensitas nyeri yang signifikan pada responden yang diberikan penanganan

berupa manipulasi nervus opthalmicus yang mana dosis manipulasinya 2 kali

dalam 1 minggu selama 2 minggu dibandingkan dengan reponden kontrol yang

tidak diberikan penanganan tidak terdapat penurunan intensitas nyeri. Penurunan

0 0

Perbandingan nilai VAS kedua responden

(9)

intensitas nyeri pada responden perlakuan ini terjadi karena adanya proses

perbaikan vaskularisasi pembuluh darah dalam saraf.

Pada dasarnya, nervus opthalmicus merupakan saraf yang bersifat sensoris

murni. Berjalan ke depan pada dinding lateral sinus cavernosus dalam fossa

crania media dan bercabang tiga; n. lacrimalis, frontalis, dan nasociliaris, yang

masuk ke orbita melalui fissure orbitalis superior. Saraf ini disebarkan ke kornea

mata, kulit dahi dan kepala, kelopak mata, mukosa sinus paranasalis, dan cavum

nasi. nervus opthalmicus sendiri merupakan divisi pertama dari nervus

trigeminus. Saraf inilah yang teraktivasi ketika serangan nyeri kepala muncul.

Pada beberapa penelitian terhadap nyeri kepala disertai aura, pada saat paling

awal serangan nyeri kepala diketemukan adanya penurunan cerebral blood flow

yang dimulai dari daerah oksipital dan meluas pelan-pelan ke anterior sebagai

suatu gelombang spreading oligemia hal ini berlangsung beberapa jam kemudian

barulah diikuti hiperemia. Pembuluh darah vasodilatasi, blood flow berkurang,

kemudian terjadilah reaktif hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital,

kejadian depolarisasi sel saraf menghasilkan gejala aura kemudian aktifitas sel

saraf menurun menimbulkan skotoma. Peristiwa tersebut disebut dengan Cortical

Spreading Depression (CSD). Timbulnya CSD dan aura tersebut mempunyai

kontribusi pada aktivasi trigeminus yang akan mencetuskan terjadinya nyeri

kepala (Sjahrir, 2004). Untuk mengatasi permasalahan vaskularisasi pada

pembuluh darah tersebut, peneliti memberikan penanganan berupa manipulasi

pada ujung-ujung saraf sensorik dari nervus opthalmicus (divisi pertama nervus

trigeminus yang paling peka terhadap nyeri). Manipulasi tersebut ditujukan pada

axoplasma dari saraf dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap sirkulasi pada

pembuluh darah dan saraf.

Axoplasma adalah cairan di dalam sel saraf dan substansi ini memiliki sifat

thixotropic. Ini berarti bahwa viskositas dari axoplasma berkurang, dengan

gerakan berulang menyebabkan cairan mengalir lebih mudah. Jika cairan

dibiarkan, maka menjadi lebih kental (Michael, 1995).

Dengan mobilisasi menggunakan teknik gliding pada saraf dapat

(10)

mengurangi iritasi dan mengatasi permasalahan vaskularisasi pada saraf tersebut.

(Butler et al., 1991). Respon yang terjadi selama teknik ini adalah adanya

pengurangan tekanan di intra dan ektraneural jaringan saraf, sehingga memicu

peningkatan respon konduktifitas jaringan saraf melalui respon dari perbaikan

suplai pembuluh arteri baik secara lokal maupun sistemik (Barral, 2009).

Akibat dari perbaikan suplai pembuluh darah ini adalah tercapainya

transpotasi nutrisi didalam pembuluh darah dan mengambat pelepasan substansi P

sehingga nyeri akan berkurang.

Keterbatasan Penelitian

Setiap peneliti pasti mempunyai beberapa kelemahan yang dihadapi sejak

awal dilakukannya penelitian maupun yang muncul pada saat berlangsungnya

penelitian.

Beberapa kelemahan tersebut diantaranya :

1. Saat dilakukan penelitian, peneliti tidak dapat mengontrol aktivitas

responden yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian seperti

aktivitas yang terlalu berat yang dilakukan sepanjang hari dan tidak

diimbangi dengan istirahat.

2. Kurangnya validitas hasil pengukuran intensitas nyeri, karena pada

penelitian ini responden mengukur nyerinya sendiri saat serangan terjadi.

3. Pada penelitian single-case terdapat kelemahan yang berupa kurangnya

objektivitas hasil temuan penelitian.

4. Waktu terbatas sehingga perkembangan nyerinya belum bisa diamati

dengan jelas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan uraian deskriptif dari hasil analisa Single Case Research dengan

A-B-A design dapat diambil kesimpulan bahwa: Ada pengaruh manipulasi nervus

opthalmicus terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri kepala.

(11)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberi saran

sebagai berikut:

1. Penderita dapat melanjutkan program manipulasi nervus opthalmicus di

tempat praktik tersebut untuk membantu mengurangi nyeri.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan responden yang lebih

banyak, waktu yang lebih lama atau membandingkan keefektivitasan

dengan intervensi lain. Penelitian ini idealnya dapat dilakukan selama 8

minggu yang terdiri dari 2 minggu fase baseline 1, 4 minggu fase

treatment, 2 minggu fase baseline 2.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat mengukur intensitas nyeri

sendiri untuk menghindari adanya ketidakvaliditasan hasil intensitas nyeri

yang dirasakan responden.

4. Peneliti lain dapat menggunakan metode single case research atau metode

yang lainnya karena metode single case research sendiri memiliki

kelemahan dan kelebihan sehingga hasilnya dapat dijadikan rujukan bagi

penelitian sehingga bermanfaat bagi instansi kesehatan, fisioterapis

maupun masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2011. Pengaruh Riboflavin Terhadap Migraine. diakses: 22-05-2013

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24357/4/Chapter%20II.pdf

Barral JP. 2009. Manual Therapy for the Peripheral nerves. Paris: Elsevier

Butler S.D, Jones A.M, Gore R. 1991. Mobilisation of the nervous system. Churchill Livingstone, Melbourne.

Fransisca K. 2011. Awas Sakit Kepala Jangan Dianggap Sepele. Jakarta: Cerdas Sehat

Funaidi S. 2013. Sakit Kepala, Migrain dan Vertigo. Jakarta: Gramedia

Goadsby PJ. 1997. How Do The Currently Use Prophilactic Agent Work to Migrain. Chepalgia. 17: 85-92

Handayani M. 2011. Pengaruh Pemberian Curetape Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi Pada Wanita Dengan Dismenore Primer Pada Mahasiswi UMS. Skripsi. Surakarta.UMS

Horner, Robert, Edward G.C, James H, Gail M, Samuel, Mark. 2005. The Use of Single Subject Research to Identify Evidence Based Practice in Spinal Education. Council for hoxpmmil Chi Um. 71/(2): 165-179.

(12)

Marcus, Scharff, Mercer, Turk. 1998. Nonpharmacological treatment of migraine: incremental utility of physical therapy with relaxation and thermal biofeedback. Cephalgia. 18, pp. 266-272.

Michael Shacklock. Neurodynamics. Scholarly paper. 1995.

Prada E. 2011. Patofisiologi Migrain. Diakses: 03-06-2013.

http://ekaprada.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-migren.html

Sahar M. Adel. Efficacy of Neural Mobilization in Treatment of Low Back Dysfunctions. Department of Basic Science, Faculty of Physical Therapy, Cairo University, Cairo, Egypt. Journal of American Science, 2011;7(4)

http://www.americanscience.org

Shacklock M. 2005. Clinical applications of neurodynamics. Moving on Pain. Sydney: Butterworth Heinemann. 123-131

Sjahrir H. 2004. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek

Pengobatannya. Diakses: 21-09-2013

http://library.usu.ac.id/download/fk/neurologi-hasan.pdf

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik responden
Grafik 4.12 Perbandingan distribusi data nilai VAS responden perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini ada beberapa responden yang tidak berhasil di edukasi hal tersebut karena ada faktor- faktor lain yang mempengaruhi edukasi sehingga keberhasilan

Bab III berisi hasil penelitian dan pembahasan yang akan menguraikan dan membahas hasil penelitian yang dilakukan oleh Penulis tentang penjelasan status hukum anak yang lahir

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Satu bulan Maret tahun Dua Ribu Tujuh Belas di Ruang ULP Rektorat Lantai I, kami Pokja Pelelangan Konsultansi

Pemeriksaan serum bilirubin"direk dan indirek' harus dilakukan pada neonates yang mengalami ikterus( Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayiCbayi yang

ELSA-8 is the first eco-green Accommodation Work Barge (AWB) in Indonesia, owned by ELNUSA and will work for Total E & P Indonesie (TEPI) in the Mahakam Delta, East

Kinerja pertumbuhan usaha dan fokus untuk tetap mengembangkan lini bisnis batubara termasuk rencana right issue yang mana dana hasil dari aksi korporasi tersebut sekitar 90%

KETERSEDIAAN PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA YANG BERMUTU DAN RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN NASIONAL SEHINGGA BERKONTRIBUSI. SECARA NYATA KEPADA PENINGKATAN DAYA