ABSTRAK
GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA
DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG
PERIODE SEPTEMBER 2012
–
SEPTEMBER 2013
Evivania Riska, 1110212 Pembimbing : Ellya Rosa Delima, dr,.M.kes
Latar Belakang Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Barat, kejadian ini terutama terjadi pada anak dibawah 5 tahun. Salah satu angka yang paling mencolok pada balita penderita gizi buruk yaitu di Kabupaten Bandung. Pada tahun 2012, Puskesmas Caringin Bandung merupakan puskesmas yang tertinggi jumlah gizi buruknya yaitu sebanyak 238 kasus.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin periode September 2012–September 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei analitik dengan cara mengumpulkan data rekam medik kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung.
Hasil pada penelitian didapatkan 128 kasus (2,60%) gizi buruk pada balita, dengan status gizi buruk sangat kurus (72 kasus atau 56.25%), yang paling banyak terjadi pada bulan November (18 kasus atau 14,06%), dengan usia 12 – 36 bulan (54 kasus atau 42,19%), lebih banyak pada perempuan (71 kasus atau 55,47%), dengan ayah berpendidikan SD (104 kasus atau 81,25%), dengan status keluarga Gakin (126 kasus atau 98,45%).
Simpulan Kasus gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung paling tinggi pada bulan November, paling tinggi pada kelompok usia 12 – 36 bulan, lebih banyak pada perempuan, dengan ayah berpendidikan SD dan status keluarga miskin.
Kata kunci : gizi buruk, balita, Puskesmas Caringin Bandung
PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION
AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG
AT SEPTEMBER 2012 – SEPTEMBER 2013
Evivania Riska, 1110212 Tutor : Ellya Rosa Delima, dr,. M.kes
Background Malnutrition is one of the nutrition problems in Indonesia, such as in West Java Province, and it happen to toddler. The one of most striking figures in severly malnourished infants in the district of Bandung. In 2012,at Primary Health Center Caringin Bandung was the highest malnutrition pravelence, there were 238 cases.
Objectives The purpose of this research is to know the profile of toddler malnutrition at Primary Health Center Caringin Bandung at September 2012 -September 2013.
Methods This research is an analytic survey method. The data was retrieved from medical records of toddler malnutrition at Primary Health Center Caringin Bandung at September 2012 - September 2013..
Results The results of this research is 128 cases (2,60%) toddler malnutrition, with severly wested (72 cases or 56.25%),the highest prevalence is on November (18 cases or 14,06%), at age 12-36 years old (54 cases or 42,19%), higher prevalence on women (71 cases or 55,47%), father who graduated from elementary school (104 cases or 81,25%), and low social economic status (126 cases or 98,45%).
Conclusionstoddler malnutrition, the highest prevalence is on November, at age 12-36 years old, higher prevalence on women, father who graduated from elementary school, and low social economic status.
DAFTAR ISI
JUDUL...i
LEMBAR PERSETUJUAN ...ii
LEMBAR PERNYATAAN...iii
ABSTRAK...iv
ABSTRACT...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GRAFIK ...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud danTujuan Penelitian ... 3
1.4 ManfaatPenelitian... 4
1.5 Landasan Teori ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Puskesmas ... 5
2.2 Nutrien ... 5
2.2.1 Kebutuhan Nutrien Tubuh ... 9
2.2.2 Metode Estimasi Nutrisi ... 12
2.2.3 Faktor Mempengaruhi Kebutuhan Nutrien... 14
2.2.4 Penaksiran Kondisi Nutrisi ... 15
2.3 Malnutrisi ... 17
2.3.2 Malnutrisi Protein Energi ... 22
2.3.2.1 Marasmus ... 23
2.3.2.2 Kwashiorkor ... 23
2.3.3 Patofisiologi... 24
2.3.4 Manifestasi Klinik ... 26
2.3.5 Penatalaksanaan... 27
2.3.6 Komplikasi ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan/Subjek Penelitian... 31
3.1.1 Bahan Penelitian ... 31
3.1.2 Subjek Penelitian ... 31
3.1.3 Besar Sampel Penelitian ... 31
3.1.4 Pengukuran Data ... 31
3.2 Metode Penelitian ... 32
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 32
3.3.1 Prosedur kerja ... 32
3.3.2 Cara Pemeriksaan ... 33
3.4 Metode Analisis... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 (Kebutuhan Vitamin per Hari)... 12
Tabel 2.2 (Kebutuhan Vitamin Menurut Umur)... 12
Tabel 2.3 (Ambang Batas Status Gizi) ... 19
Tabel 4.1 (Gambaran Status Gizi BB/U)... 34
Tabel 4.2 (Gambaran Status Gizi Buruk BB/TB)... 36
Tabel 4.3 (Gambaran Gizi Buruk Berdasarkan Umur) ... 37
Tabel 4.4 (Gambaran Gizi Buruk Berdasarkan Jenis Kelamin) ... 39
Tabel 4.5 (Gambaran Gizi Buruk Berdasarkan Pendidikan Ayah) ... 40
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.2 (Presentasi Gizi Buruk Balita) ... 36
Grafik 4.3 (Gambaran Gizi Buruk Berdasarkan Umur) ... 38
Grafik 4.4 (Gambaran Gizi Buruk Berdasarkan Jenis Kelamin)... 40
Grafik 4.5 (Gambaran Gizi Buruk Berdasarkan Pendidikan Ayah)... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (Kategori BB/U Pada Perempuan)... 20
Gambar 2.2 (Kategori BB/U Pada Laki-Laki)... 21
Gambar 2.1 (Kategori BB/TB Pada Perempuan) ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Rentan gizi merupakan kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu
masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Kelompok rentan gizi antara lain kelompok bayi, kelompok balita, kelompok anak sekolah, kelompok remaja, kelompok ibu hamil, ibu menyusui, usia lanjut. Pada kelompok balita tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita yang paling mudah mengalami kelainan gizi. Kejadian gizi buruk seperti fenomena gunung es dimana kasus yang muncul kepermukaan hanya sedikit tetapi sebenarnya kasus yang terjadi di masyarakat sangat banyak. (Novitasari, 2011).
Status gizi buruk dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 %, selain itu balita gizi buruk rawan menderita berbagai penyakit misalnya diabetes dan penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini (Michael & Barrie, 2005).
Gizi buruk merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang. The United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menyatakan gizi buruk sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika (The World Health Organization, 2011). Data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwaa sekitar 18% anak usia balita berstatus gizi buruk, 37% mengalami permasalahan gizi kronis dan 14% mengalami permasalahan gizi akut (Depkes, 2007).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 , angka gizi buruk dan gizi kurang pada anak-anak di bawah usia lima tahun di Jawa Barat masih tinggi. Dari 3.536.981 anak usia balita yang di timbang melalui kegiatan posyandu, 380.769 balita (10,8 %) di antaranya termasuk dalam kategori gizi kurang dan 38. 769 balita (1,01 %) divonis menderita gizi buruk (Dinkes, 2011). Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005, sebanyak 25.735 balita berstatus gizi buruk. Kabupaten Bandung adalah daerah dengan kasus gizi buruk tertinggi kedua setelah Kabupaten Cirebon, dengan jumlah kasus sebanyak 3.653 (Dinkes, 2007). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2012, sebanyak 1,395 balita berstatus gizi buruk, 9,635 balita berstatus gizi kurang. Puskesmas Caringin Bandung dinyatakan sebagai kriteria kecamatan rawan dengan urutan pertama yang memiliki pravelensi gizi kurang dan gizi buruk≥ 10%, yaitu sebanyak3,34 % atau 238 kasus gizi buruk dan 10,28% atau 732 kasus gizi kurang, dengan total kasus sebanyak 13,62% atau 970 kasus gizi bermasalah, dengan keseluruhan balita ditimbang sejumlah 7,124 balita (Dinkes, 2011).
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran penderita gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September 2012–September 2013 berdasarkan status gizi. 2. Bagaimana angka kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin
Bandung periode September 2012–September 2013.
4. Bagaimana gambaran penderita gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September 2012 – September 2013 berdasarkan pendidikan ayah dan status keluarga.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pada penelitian ini adalah :
1.3.1 Maksud
Untuk memperoleh informasi mengenai status gizi, jenis kelamin, usia, pendidikan
ayah, status keluarga pada pasien gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin bandung periode September 2012–September 2013.
1.3.2 Tujuan
- Untuk mengetahui gambaran penderita gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September 2012–September 2013 berdasarkan status gizi.
- Untuk mengetahui angka kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September 2012–September 2013.
- Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September 2012 – September 2013 berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Dari segi akademik khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan tentang kejadian gizi buruk beseerta dampaknya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk tenaga kesehatan untuk mengevaluasi dan dipertimbangkan pencegahan terhadap gejala gizi buruk yang dapat dilakukan sedini mungkin.
1.5 Landasan Teori
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian balita. Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (The World Health Organization, 2011).
1
RIWAYAT HIDUP
Nama : Evivania Riska
Nomor Pokok Mahasiswa : 1110212
Tempat dan tanggal lahir : Pontianak, 5 Juli 1993
Alamat : Jl. Patinggi Sari No.6 Putusibau, Kapuas Hulu– Kalimantan Barat
Riwayat Pendidikan :
GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA
BALITA
DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG
PERIODE SEPTEMBER 2012
–
SEPTEMBER 2013
PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION
AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG
AT SEPTEMBER 2012 – SEPTEMBER 2013
Ellya Rosa Delima1, Evivania Riska2
1Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof.Drg Surya Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Barat, kejadian ini terutama terjadi pada anak dibawah 5 tahun. Salah satu angka yang paling mencolok pada balita penderita gizi buruk yaitu di Kabupaten Bandung. Pada tahun 2012, Puskesmas Caringin Bandung merupakan puskesmas yang tertinggi jumlah gizi buruknya yaitu sebanyak 238 kasus.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin periode September 2012 – September 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei analitik dengan cara mengumpulkan data rekam medik kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung.
Hasil pada penelitian didapatkan 128 kasus (2,60%) gizi buruk pada balita, dengan status gizi buruk sangat kurus (72 kasus atau 56.25%),yang paling banyak terjadi pada bulan November (18 kasus atau 14,06%), dengan usia 12 – 36 bulan (54 kasus atau 42,19%), lebih banyak pada perempuan (71 kasus atau 55,47%), dengan ayah berpendidikan SD (104 kasus atau 81,25%), dengan status keluarga Gakin (126 kasus atau 98,45%).
SimpulanKasus gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung paling tinggi pada bulan November, paling tinggi pada kelompok usia 12 – 36 bulan, lebih banyak pada perempuan, dengan ayah berpendidikan SD dan status keluarga miskin.
ABSTRACT
BackgroundMalnutrition is one of the nutrition problems in Indonesia, such as in West Java Province, and it happen to toddler. The one of most striking figures in severly malnourished infants in the district of Bandung. In 2012,at Primary Health Center Caringin Bandung was the highest malnutrition pravelence, there were 238 cases.
Objectives The purpose of this research is to know the profile of toddler malnutrition at Primary Health Center Caringin Bandung at September 2012 -September 2013.
Methods This research is an analytic survey method. The data was retrieved from medical records of toddler malnutrition at Primary Health Center Caringin Bandung at September 2012 - September 2013..
Results The results of this research is 128 cases (2,60%) toddler malnutrition, with severly wested (72 cases or56.25%),the highest prevalence is on November (18 cases or 14,06%), at age 12-36 years old (54 cases or 42,19%), higher prevalence on women (71 cases or 55,47%), father who graduated from elementary school (104 cases or 81,25%), and low social economic status (126 cases or 98,45%).
Conclusions toddler malnutrition, the highest prevalence is on November, at age 12-36 years old, higher prevalence on women, father who graduated from elementary school, and low social economic status.
PENDAHULUAN
Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Rentan
gizi merupakan kelompok
masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Kelompok rentan gizi antara lain
kelompok bayi, kelompok balita, kelompok anak sekolah, kelompok remaja, kelompok ibu hamil, ibu menyusui, usia lanjut. Pada kelompok balita tersebut mengalami
siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita yang paling mudah mengalami kelainan gizi. Kejadian gizi buruk seperti fenomena gunung es dimana kasus yang muncul kepermukaan hanya sedikit tetapi sebenarnya kasus yang terjadi di masyarakat sangat banyak1.
Status gizi buruk dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir
yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja. Balita penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 %, selain itu balita gizi buruk rawan menderita berbagai penyakit misalnya diabetes dan penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini2.
Gizi buruk merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang. The United Nations
Children’s Fund (UNICEF)
menyatakan gizi buruk sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 % kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 % kematian anak. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika3.
Data dari Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwaa sekitar 18% anak usia balita berstatus gizi buruk, 37% mengalami permasalahan gizi kronis dan 14% mengalami permasalahan gizi akut4.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 , angka gizi buruk dan gizi kurang pada anak-anak di bawah usia lima tahun di Jawa Barat masih tinggi.
Dari 3.536.981 anak usia balita yang di timbang melalui kegiatan posyandu, 380.769 balita (10,8 %) di antaranya termasuk dalam kategori gizi kurang dan 38. 769 balita (1,01 %) divonis menderita gizi buruk. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005, sebanyak 25.735 balita berstatus gizi buruk. Kabupaten Bandung adalah daerah dengan kasus gizi buruk tertinggi kedua setelah Kabupaten Cirebon, dengan jumlah kasus sebanyak 3.653. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2012, sebanyak 1,395 balita berstatus gizi buruk, 9,635 balita berstatus gizi kurang. Puskesmas Caringin Bandung dinyatakan sebagai kriteria
kecamatan rawan dengan urutan
pertama yang memiliki pravelensi gizi kurang dan gizi buruk ≥ 10%, yaitu sebanyak 3,34 % atau 238 kasus gizi buruk dan 10,28% atau 732 kasus gizi kurang, dengan total kasus sebanyak 13,62% atau 970 kasus gizi bermasalah, dengan keseluruhan balita ditimbang sejumlah 7,124 balita5.
PROSEDUR KERJA
Bahan penelitian : Data sekunder berupa data rekam medik penderita gizi buruk pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode
September 2012–September 2013. Pelaksanaan penelitian: Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :
1) Menyerahkan surat
permohonan ijin dari Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung kepada kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat.
2) Menyerahkan surat
Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat kepada kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung.
3) Menyerahkan surat
persetujuan penelitian dari kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung kepada kepala
Puskesmas Caringin
Bandung.
4) Pengumpulan dan pencatatan data rekam medik pasien gizi buruk pada balita di
Puskesmas Caringin
Bandung.
5) Penulisan laporan penelitian yang bersifat survei analitik.
Metode Analisis
Hasil penelitian dianalisis secara survei analitik dan disajikan dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Status Gizi (BB/U)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui “Status Gizi (BB/U)”. Di dapatkan balita yang status gizi (BB/U) nya termasuk dalam kategori
“Gizi Buruk” yaitu sebanyak 128 balita atau 2,60% , Gizi Kurang
sebanyak 80 balita atau 1,62% dengan total balita yang ditimbang sejumlah 4,931 balita.
Tabel 4.1 Gambaran“Status Gizi (BB/U)” Balita
No Status Gizi (BB/U) Frekuensi Persentase
1 Gizi Lebih 187 3,80%
2 Gizi Baik 4,536 91,99%
3 Gizi Kurang 80 1,62%
4 Gizi Buruk 128 2,60%
Total 4,931 100%
Menurut WHO, weight-for-age
merupakan salah satu indikator gizi
yang penting untuk menentukan kesesuaian pertumbuhan tubuh anak
terhadap usia. Indeks status gizi
berdasarkan indeks BB/U
secara umum. Pada kondisi malnutrisi, tubuh anak tidak dapat berkembang secara optimal karena kurangnya nutrien yang dibutuhkan dalam sintesis komponen struktural tubuh. Data WHO pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 18,1% anak di Jawa Barat memiliki weight-for-age
di bawah-2 SD dan 3,0 % anak mengalami gangguan pertumbuhan
berat akibat malnutrisi.
a. Status Gizi Buruk
Berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui “Status Gizi Buruk (BB/TB)”. Mayoritas adalah balita yang status gizi (BB/TB) nya termasuk dalam kategori “Sangat Kurus” yaitu sebanyak 72 balita atau 56,25% dan paling sedikit adalah balita yang status gizi (BB/TB) nya termasuk dalam kategori “Normal” yaitu sebanyak 9 balita atau 7,03%.
Tabel 4.2 Gambaran“Status Gizi Buruk(BB/TB)” Balita
2 Kurus 47 36.72%
3 Sangat Kurus 72 56.25%
Total 128 100%
Sama seperti weight-for-age, weight-for-height merupakan salah satu indikator nutrisi yang menunjukkan proporsi berat tubuh terhadap tinggi. Indikator berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya tidak lama (singkat).
Kriteria diagnosis sangat kurus
terhambat ini akan digambarkan dengan tinggi badan yang lebih rendah daripada balita dengan intake
kalori yang cukup.
Angka Kejadian Gizi Buruk
Pada data kasus gizi buruk pada
balita di Puskesmas Caringin Bandung pada periode September
2012 – September 2013 didapat jumlah penderita kasus gizi buruk pada balita yang disusun berdasar bulan kejadian sejumlah adalah sebagai berikut :
Grafik 4.3 Jumlah kasus penderita gizi buruk balita
Dari grafik didapatkan bahwa jumlah kasus total keselurahan kasus gizi buruk pada balita yang terjadi pada periode September 2012 – September 2013 sebanyak 128 kasus, dengan kasus terbanyak pada bulan November tahun 2012 sebanyak 18 kasus atau 14,06%. Kasus terendah
pada bulan Oktober tahun 2012 sebanyak 5 kasus atau 3,91%.
Diperkirakan kasus terbanyak pada bulan November disebabkan oleh faktor lingkungan dimana pada bulan tersebut merupakan musim hujan yang penyebaran penyakit infeksinya lebih meningkat dari bulan-bulan lainnya sehingga balita yang rentang akan penyakit lebih mudah mengalami kelainan gizi.
Angka Kejadian Gizi Buruk Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 4.4 dapat
diketahui gambaran “Angka
Kejadian Gizi Buruk Berdasarkan Umur” balita. Mayoritas adalah balita yang status gizinya buruk pada rentang umur 36-60 bulan yaitu
paling sedikit adalah balita yang status gizinya buruk pada rentang umur 0 –12 bulan yaitu sebanyak 12 balita atau 9,37%.
Tabel 4.4 Gambaran“Angka Kejadian Gizi Buruk Berdasarkan Umur”
Balita
No Umur Frekuensi Persentase
1 0–12 Bulan 12 9.37%
2 12–36 Bulan 54 42.19%
3 36–60 Bulan 62 48.44%
Total 128 100%
Penelitian yang dilakukan pada balita di Jakarta tahun 2008, usia balita adalah masa pertumbuhan yang cepat sehingga memerlukan kebutuhan gizi paling banyak dibandingkan dengan masa-masa selanjutnya. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Andalas tahun 2007 pada balita dengan usia 12 –59 bulan adalah kelompok yang rawan terhadap gangguan gizi dan kesehatan. Pada usia tersebut kebutuhan balita meningkat dan mereka tidak dapat mencari makanan mereka sendiri. Usia tersebut juga tidak lagi begitu diperhatikan dan
pengurusannya diberikan kepada
orang lain sehingga risiko gizi buruk yang semakin besar.
Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui gambaran “Jenis Kelamin” balita. Mayoritas adalah balita yang
berjenis kelamin “Perempuan” yaitu sebanyak 71 balita atau 55,47% dan
sisanya adalah balita yang berjenis kelamin “Laki-laki” yaitu sebanyak 57 balita atau 44,53%.
Tabel 4.5 Gambaran“Jenis Kelamin” Balita
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Perempuan 71 55.47%
2 Laki-laki 57 44.53%
Total 128 100%
berkembang masih memiliki bias terhadap peran perempuan dalam masyarakat. Anak perempuan yang dididik sebagai calon ibu rumah tangga seringkali tetap berada dalam rumah dan membantu pekerjaan ibu sehari-hari di rumah, sehingga kemungkinan mendapatkan nutrisi yang lebih baik dari makanan.
Berdasarkan Pendidikan Ayah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui gambaran “Pendidikan Ayah” balita. Mayoritas adalah balita yang pendidikan ayahnya “SD” yaitu sebanyak 104 balita atau 81,25%dan paling sedikit adalah balita yang pendidikan ayahnya “SMA” yaitu sebanyak 2 balita atau 1,56%.
Tabel 4.6 Gambaran“Pendidikan Ayah” Balita
No Pendidikan Ayah Frekuensi Persentase
1 SD 104 81.25%
2 SMP 22 17.19%
3 SMA 2 1.56%
Total 128 100%
Pendidikan merupakan salah satu determinan terjadinya malnutrisi. Pendidikan ayah mempengaruhi pilihan pekerjaan dan kapasitas ekonomi keluarga. Selain itu, pendidikan ayah yang kurang juga
mempengaruhi pengetahuan
mengenai kebutuhan nutrisi yang baik dan pelayanan kesehatan.
Status Keluarga
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui gambaran “Status Keluarga” balita. Mayoritas adalah balita yang status keluarganya “Gakin/Keluarga Miskin” yaitu sebanyak 126 orang atau 98,45% dan sisanya adalah balita yang status keluarganya “Non Gakin” yaitu sebanyak 2 orang atau 1,56%.
Tabel 4.6 Gambaran“Status Keluarga” Balita
No Status Keluarga Frekuensi Persentase
1 Gakin 126 98.45%
2 Non Gakin 2 1.56%
Kondisi ekonomi merupakan faktor penyebab utama malnutrisi. Berat dan distribusi malnutrisi protein-energi dan malnutrisi mikronutrien bergantung pada beberapa faktor, seperti kondisi politik, budaya dan agama, pola makan, kebiasaan menyusui, prevalensi penyakit menular, serta efektivitas program nutrisi dan
kualitas pelayanan kesehatan.
Masyarakat dengan ekonomi
menengah kebawah tidak mampu memproduksi maupun membeli makanan dengan kualitas tinggi sehingga asupan nutrisi berkurang. Selain itu, kondisi sosioekonomi lemah dapat menghambat usaha masyarakat untuk memperoleh pendidikan serta pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga prevalensi malnutrisi jauh lebih tinggi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Angka kejadian gizi buruk pada
balita di wilayah kerja Puskesmas
Caringin Bandung periode September 2012 – September 2013 sebanyak 128 kasus (2,60%), dengan kategori paling banyak sangat kurus, paling banyak pada bulan November. 2. Gambaran penderita gizi buruk
pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September
2012 – September 2013
berdasarkan kelompok umur, dengan kasus gizi buruk terbanyak rentang umur 36 - 60 bulan, lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. 3. Gambaran penderita gizi buruk
pada balita di Puskesmas Caringin Bandung periode September
2012 – September 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. Novitasari, D., 2011. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi
Buruk Pada Balita., Dipetik
Maret 2014, dari
http://www.eprints.undip.ac.i
d/
37466/1/DEWINOVITASAR
IA,G2A008052,LAPORANK TI.pdf.
2. Michael, J, Barrie, M., 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta, EGC.
3. The World Health Organization, 2014. WHO Global Database on Child
Growth and Malnutrition.
Geneva: The WHO Press. 4. DepkesRI. 2007. Dipetik
Januari 21, 2014, dari http://www.depkes.go.id/fold
er/view/01/structure-
publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html.
5. Dinkes. 2007. Dipetik Juli 16,
2014, dari
http://www.diskes.jabarprov.
go.id/index.php/submenu/info
rmasi/sorotan_kita/detailsorot
Daftar Pustaka
Dawn B, Marks.et al., 2000. Biokima Kedokteran Dasar. Jakarta, EGC.
Glatz, C., 2012. The Seven Major Classes of Nutrients. [Online] Available at: http://healthylifejournal.org/healthy-living/the-seven-major-classes-of-nutrients/., 24 November 2014.
Hall, J. E., 2010. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed.
Philadelphia(PA): Saunders-Elsevier.
Hood, A., 2013. Nutritional Status Assessment in Adults. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/2141861-overview., 2014 November 2014.
Institute of Medicine (US) Food and Nutrition Board, 1998. Dietary Reference Intakes: A Risk Assessment Model for Establishing Upper Intake Levels for Nutrients.
Washington (DC): National Academies Press.
Longo, D. et al., 2011. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York, NY: McGraw-Hill.
Menkes, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta
Michael, J, Barrie, M., 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta, EGC.
Novitasari, D., 2011. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita., http://www.eprints.undip.ac.id/37466/1/DEWINOVITASARIA,G2A008052,LAPOR ANKTI.pdf., 25 Maret 2014.
Robert K, Murray.et al., 2009. Biokimia Harper. Jakarta, EGC.
Rabinowitz, S., 2014. Marasmus. [Online]
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/984496-overview., 24 November 2014.
Scheinfield, N., 2014. Protein-Energy Malnutrition. [Online]
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview., 24 November 2014.
The European Food Information Council, 2014.What does high biological value protein and low biological value protein mean?. [Online] Available at: http://www.eufic.org/page/en/page/faq/faqid/biological-value-protein/., 24 November 2014.
The World Bank, 2012. Child malnutrition: how did boys and girls fare in the past decade., http://data.worldbank.org/news/child-malnutrition-how-did-boys-and-girls-fare-last-decade ., 24 November 2014.
The World Health Organization, 2006. WHO Child Growth Standards. Geneva: The WHO Press.
The World Health Organization, 2014. WHO Global Database on Child Growth and Malnutrition.Geneva: The WHO Press.
WHO, 2011. Global Database on Child Growth and Malnutrition.,