• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dapat dikutip untuk pemberitaan Analisis Isu Strategis Sawit Vol. IV, No. 24/06/2018 PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dapat dikutip untuk pemberitaan Analisis Isu Strategis Sawit Vol. IV, No. 24/06/2018 PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Perkembangan revolusioner produksi kelapa sawit yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia juga mulai berkembang di Provinsi Lampung. Meskipun Lampung bukan sentra kelapa sawit secara nasional, namun keberadaan perkebunan kelapa sawit potensial sebagai motor penggerak pembangunan pedesaan. Area kelapa sawit di Lampung telah mencapai 256 ribu hektar yang didominasi oleh petani sawit rakyat sebesar 54%. Sentra perkebunan kelapa sawit di Lampung berada di 4 kabupaten yaitu Kab. Mesuji, Kab. Tulang Bawang, Kab. Lampung Tengah dan Kab. Way Kanan. Pengembangan kelapa sawit rakyat di Lampung meskipun masih terkendala produktivitas yang rendah, namun tetap layak dikembangkan petani dengan luas lahan 3-5 hektar karena sejak umur tanaman 4 tahun petani sawit mampu menghasilkan pendapatan Rp 15.661.038/hektar/tahun. Dengan jumlah petani sawit rakyat mencapai 95.792 KK, pengembangan perkebunan sawit rakyat di Lampung sangat potensial dimanfaatkan dalam upaya peningkatan perekonomian rakyat.

Keywords: pembangunan pedesaan, petani sawit, produktivitas rendah

PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh Tim Riset PASPI

m nitor

Analisis Isu Strategis Sawit Vol. IV, No. 24/06/2018

“Dapat dikutip untuk pemberitaan”

(2)

PENDAHULUAN

Produksi kelapa sawit Indonesia tersebar di 190 kabupaten di dua pulau utama yaitu Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Pengembangan agribisnis kelapa sawit bermula di Sumatera Utara sebagai sentra utama, kemudian seiring dengan semakin prospektifnya komoditas kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit mulai tersebar di provinsi – provinsi lainnya baik di Sumatera maupun di Kalimantan. Hingga tahun 2017, luas area kelapa sawit Indonesia telah mencapai 12,3 juta hektar dengan proporsi perkebunan kelapa sawit terluas berada di Provinsi Riau yang hampir mencapai 2,5 juta hektar (Ditjenbun 2017).

Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah di Pulau Sumatera juga mulai mengembangkan kelapa sawit sebagai pendorong pertumbuhan perekonomiannya.

Provinsi Lampung secara nasional dikenal sebagai daerah sentra komoditas tebu, lada, ubikayu, dan kopi. Namun dengan semakin berkembangnya kelapa sawit sebagai salah satu minyak nabati yang memiliki pangsa pasar yang besar di dalam negeri dan luar negeri, perkebunan kelapa sawit mulai berkembang di wilayah Lampung. Hingga pada tahun 2015, perkebunan kelapa sawit di wilayah lampung telah mencapai 200 ribu hektar.

Keberadaan kelapa sawit secara nasional telah menjadi penyumbang devisa

terbesar bagi Negara dari sektor perkebunan. Berbagai kajian atau penelitian juga menunjukkan bahwa keberadaan perkebunan kelapa sawit berpengaruh positif terhadap PDRB daerah sentra – sentra sawit. Selain itu perkebunan kelapa sawit juga dianggap berperan sebagai pendorong pembangunan di pedesaan lokasi perkebunan kelapa sawit berada. Sehingga melalui tulisan ini akan didiskusikan bagaimana perkembangan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Lampung dan potensi kelapa sawit dalam pengembangan ekonomi rakyat Lampung.

PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI LAMPUNG

Lampung merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang didominasi oleh sektor pertanian. Secara historis sejak tahun 2011, sektor pertanian, perikanan dan kehutanan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Lampung dengan proporsi di atas 30 persen (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung, termasuk perkebunan kelapa sawit yang mulai berkembang di wilayah Lampung.

Tabel 1. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Lampung (dalam bentuk persen) No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pertanian, Perikanan Dan

Kehutanan 34,67 33,81 33,16 32,70 31,86 31,45

2. Pertambangan dan Penggalian 6,03 6,02 6,39 6,31 5,67 5,46 3. Industri Pengolahan 17,14 17,51 17,65 18,03 19,31 18,83

4. Konstruksi 8,75 8,82 8,73 8,90 8,49 8,72

5. Perdagangan Besar dan Ecer 12,11 11,70 11,33 11,01 10,74 11,15 6. Transportasi dan Pergudangan 4,06 4,13 4,49 4,65 5,13 5,29 Sumber : BPS 2017

(3)

Secara nasional Provinsi Lampung bukanlah daerah sentra kelapa sawit, namun lebih dikenal sebagai daerah penghasil lada, kopi, ubikayu, dan tebu. Namun perkebunan kelapa sawit mulai berkembang di provinsi Lampung sehingga menarik untuk diamati bagaimana perkembangan dan pengaruhnya terhadap perekonomian daerah. Karena menurut Zoelkarnaen (2018), kelapa sawit masuk dalam kategori komoditas unggulan dengan nilai LQ 2,72 di Kab. Tulang Bawang dan LQ 3,89 di Kab. Mesuji. Dengan demikian, komoditas kelapa sawit potensial untuk dikembangkan lebih lanjut di Provinsi Lampung.

Luas area perkebunan kelapa sawit di Provinsi Lampung pada tahun 2017 telah mencapai 256 ribu hektar, dengan produksi minyak sawit mencapai 455 ribu ton atau mengalami pertumbuhan rata – rata 6,24 persen pertahun sejak tahun 2000 (Gambar 1). Berdasarkan gambar tersebut, dapat kita amati bahwa hingga tahun 2010, luas area kelapa sawit di Provinsi Lampung tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, bahkan cenderung stagnan di sekitar angka 120 ribu hektar. Peningkatan luas area mulai terjadi sejak tahun 2011 hingga sekarang.

Namun dari segi produksi, produksi mulai meningkat sejak tahun 2006 yang menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit mulai memasuki masa menghasilkan dengan produksi yang tinggi tiap hektarnya.

Perkebunan kelapa sawit di Provinsi Lampung sama halnya dengan perkebunan

kelapa sawit di daerah lainnya yang terdiri dari tiga bentuk pengusahaan yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Swasta (PS), dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Berdasarkan ketiga jenis pengusahaan tersebut, luas area perkebunan kelapa sawit di Lampung sebagian besar dimiliki petani rakyat dengan proporsi mencapai 54 %. Sedangkan perkebunan swasta dan perkebunan Negara masing – masing dengan proporsi 41 % dan 5 % (Gambar 2a).

Namun meskipun perkebunan rakyat (PR) memiliki proporsi yang dominan dalam status pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Lampung, produksi perkebunan rakyat justru lebih rendah dari perkebunan swasta (PS). Dengan proporsi luas area yang mencapai 54 %, perkebunan rakyat hanya memiliki pangsa produksi sebesar 42 %.

Sementara perkebunan swasta, dengan proporsi luas area 41 % mampu memegang pangsa produksi hingga 52 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktifitas kelapa sawit rakyat yang rendah diakibatkan karena kultur teknis yang tidak sesuai standar atau penggunaan bibit yang tidak tersertifikasi/bukan bibit unggul. Kendala ini merupakan kendala yang dihadapi perkebunan rakyat hampir di setiap daerah pengembangan kelapa sawit, sehingga sangat tepat upaya pemerintah untuk membantu petani rakyat dalam proses replanting yang sedang digencarkan dengan bantuan dana dari BPDP Kelapa Sawit.

Gambar 1. Luas Area dan Produksi Kelapa Sawit Provinsi Lampung 0

100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Luas/ area (ha) Produksi (ton)

(4)

(a) (b)

Gambar 2. a) Luas Area dan b) Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan di Provinsi Lampung Tahun 2017

Industri kelapa sawit yang mulai berkembang di Provinsi Lampung tersebar di 4 daerah utama yaitu Kab. Mesuji (21.588 hektar), Kab. Tulang Bawang (18.873 hektar), Kab. Lampung Tengah (18.827 hektar), dan Kab. Way Kanan (14.346 hektar). Meskipun Kab. Mesuji memiliki luas area perkebunan kelapa sawit terbesar, namun produktifitasnya yang rendah karena jumlah Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM) yang besar menyebabkan produksi tertinggi berasal dari Kab. Tulang Bawang mencapai 45 ribu ton atau dengan produktifitas 2.93 ton/ha. Pabrik pengolahan CPO juga sudah mulai berkembang di daerah sentra tersebut dan pengolahan minyak goreng juga sudah ada di Provinsi Lampung tepatnya di daerah Kab.

Pringsewu dan Kab. Lampung Tengah (Gambar 3).

Gambar 3. Penyebaran Industri Kelapa Sawit di Provinsi Lampung Sumber : Ismono 2018

POTENSI KELAPA SAWIT DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT

Berdasarkan gambaran umum perkembangan kelapa sawit di Provinsi Lampung telah kita ketahui bahwa perkebunan rakyat (PR) mendominasi lebih dari setengah luas area perkebunan kelapa

sawit di Lampung. Jumlah petani yang terlibat dalam perkebunan kelapa sawit di Provinsi Lampung mencapai 95.792 KK.

Dengan jumlah petani yang terlibat cukup besar, patut menjadi perhatian pemerintahan daerah jika ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selian itu keberadaan perkebunan kelapa sawit di Lampung dapat menjadi motor penggerak

139.203 (54%) 12.749

(5%) 104.053

(41%)

PR PBN PS

214.720 (42%) 30.983

(6%) 266.880

(52%)

PR PBN PS

(5)

pembangunan di daerah – daerah pedesaan karena menurut Sari et al. (2014), perkebunan kelapa sawit di Lampung memiliki nilai multiplier yang lebih tinggi dibanding perkebunan lainnya untuk output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja.

Pengusahaan kebun rakyat di Lampung terbagi dua yaitu petani mandiri dan petani plasma. Petani kelapa sawit mandiri tersebar di 4 Kabupaten utama penghasil kelapa sawit di Lampung yaitu Kab. Mesuji, Kab.

Tulang Bawang, Kab. Way Kanan, dan Kab.

Lampung Tengah. Sementara pola pengusahaan petani plasma yang masih berjalan berada di Kab. Tulang Bawang antara PT. SIP dengan koperasi Krida Sejahtera (Ismono 2018). Luas lahan sawit yang dimiliki petani rakyat agar mampu memenuhi kebutuhannya yaitu berkisar 3 – 5 hektar, selain itu petani sawit di Lampung juga memiliki lahan lain yang ditanami palawija, karet atau kopi.

Permasalahan yang dihadapi petani rakyat di Lampung yaitu produktivitas kebun kelapa sawitnya yang masih rendah yaitu sekitar 15 ton TBS/ha/tahun.

Produktivitas ini dapat ditingkatkan dengan mengatasi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi kelapa sawit misalnya ketersediaan air, dan retensi hara melalui penyediaan air irigasi dan memperbanyak penggunaan bahan organik. Menurut Hafif et al. 2014, teknis pengelolaan kebun dan tingkat produksi TBS memiliki korelasi yang signifikan dalam upaya peningkatan produktifitas kebun sawit rakyat di Lampung. Produktivitas berpeluang meningkat dengan peningkatan pupuk organik pada Tanaman Menghasilkan (TM) dan peningkatan penggunaan pupuk NPK untuk TBM. Identifikasinya menunjukkan bahwa rendahnya produkstivitas sawit rakyat diakibatkan hanya 41 % petani yang aktif melakukan pemupukan saat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).

Meskpun perkebunan kelapa sawit rakyat di Lampung masih terkendala produktivitas yang rendah, namun usahatani kelapa sawit rakyat masih dikategorikan layak untuk diusahakan petani. Analisis finansial yang dilakukan Pujiharti dan Hafif (2016) menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit rakyat di Lampung memiliki

nilai B/C 3,98 dan Net Present Value (NPV) sebesar Rp 21.299.697. Nilai B/C sebesar 3,98 artinya kebun kelapa sawit rakyat memberikan benefit sebesar Rp 3.980.000 dari setiap Rp 1.000.000 biaya yang dikeluarkan petani. Menurut hasil penelitiannya, pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat diperoleh sejak tanaman berumur 4 tahun dengan besar pendapatan yaitu Rp 15.661.038/hektar/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kelapa sawit berpotensi dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Lampung.

Berdasarkan data standar produktivitas, usahatani kelapa sawit di Kab. Lampung Timur memiliki daya saing atau keunggulan kompetitif dan komparatif yang tinggi sehingga layak untuk dikembangkan lebih lanjut untuk memberikan keuntungan maksimal bagi perekonomian daerah Provinsi Lampung. Namun usahatani kelapa sawit sensitif terhadap penurunan harga output yang tajam, maupun kenaikan harga input yang sedikit saja (Hermayanti et al.

2013). Sehingga pemerintah daerah harus menjaga stabilitas sektor hulu dan hilir kelapa sawit agar petani sawit rakyat dapat bertahan dalam agribisnis kelapa sawit Lampung.

KESIMPULAN

Provinsi Lampung meskipun bukan sentra produksi kelapa sawit nasional, namun perkebunan kelapa sawit telah mulai berkembang di Lampung seiring semakin prospektifnya industri minyak sawit. Luas area perkebunan kelapa sawit di Lampung telah mencapai 256 ribu ha pada tahun 2017 atau mengalami pertumbuhan rata – rata 6,24 % pertahun sejak tahun 2000. Proporsi area kebun sawit di Provinsi Lampung masih didominasi Perkebunan Rakyat (PR) yang mencapai 54% dan tersebar di 4 Kabupaten yaitu Kab. Mesuji, Kab. Tulang Bawang, Kab.

Way Kanan, dan Kab. Lampung Tengah.

Perkebunan kelapa sawit rakyat di Lampung masih terkendala tingkat produktivitasnya yang rendah. Namun meskipun demikian, kelapa sawit sangat potensial dikembangkan dalam upaya peningkatan ekonomi rakyat karena jumlah

(6)

petani yang terlibat mencapai 95.792 KK dan nilai multiplier perkebunan kelapa sawit juga lebih tinggi dibanding perkebunan lain.

Analisis finansial juga menunjukkan bahwa kebun sawit rakyat memiliki nilai B/C 3.98 dan NPV 21.299. 697. Selain itu pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat yang diperoleh sejak tanaman berumur 4 tahun mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp 15.661.038/hektar/tahun.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha 2012-2016. Bandar Lampung (ID).

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.

2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2016-2018 : Kelapa Sawit. Jakarta (ID):

Kementerian Pertanian.

Ismono H. 2018. Kondisi Sosio Ekonomi Pengusahaan Kelapa Sawit di Provinsi Lampung. Dalam Seminar : Revolusi Agribisnis Minyak Sawit dan Tantangan Persaingan Minyak Nabati Global.

Lampung.

Hafif B, Ernawati, Pujiarti Y. 2014. Peluang Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Lampung. Jurnal Littri. 20(2): 100-108.

Hermayanti NW, Abidin Z, Santoso H. 2013.

Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Waway Karya Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis. 1(1): 44-52.

Pujiharti Y, Hafif B. 2016. Analisis Finansial Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Sari AN, Affandi MI, Abidin Z. 2014. Analisis Keterkaitan dan Pengganda Perkebunan dan Agroindustri Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Wilayah Provinsi Lampung. Jurnal Sosio Ekonomika. 18(2): 95-104.

Zoelkarnaen. 2018. Potensi Pengembangan Industri Kelapa Sawit Lampung. Dalam Seminar : Revolusi Agribisnis Minyak Sawit dan Tantangan Persaingan Minyak Nabati Global. Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari penelitian ini adalah “ Survei dan Pemetaan Status Hara Tembaga dan Boron Pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Hutabayu Raja” , yang merupakan salah satu

Macrotermes gilvus dengan metode umpan menggunakan termitisida berbahan aktif fipronil pada perkebunan kelapa sawit milik rayat di Kabupaten Mesuji Lampung, maka

Herbisida Efektif, Efisien Dan Ramah Lingkungan Untuk Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Provinsi Bengkulu.. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP

Uji korelasi dan regresi antara keragaan dan teknis pengelolaan kebun dengan produksi TBS memperlihatkan bahwa produktivitas kebun kelapa sawit rakyat di Lampung berpeluang

Tunas Baru Lampung, pendapatan usahatani perkebunan kelapa sawit plasma yang didapat selama kemitraan berlangsung, dan bagaimana tingkat kepuasan petani plasma