• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Industri Manufaktur Menurut UU Nomor 3 Tahun 2014, industri adalah seluruh bentuk kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Industri Manufaktur Menurut UU Nomor 3 Tahun 2014, industri adalah seluruh bentuk kegiatan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1.1 Industri Manufaktur

Menurut UU Nomor 3 Tahun 2014, industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa industri. Sedangkan industrI manufaktur, menurut Badan Pusat Statistik (2021), adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan dengan cara mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi’setengah jadi, dana tau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang bernilai tinggi, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakaian akhir.

Kegiatan usaha industri meliputi industri kecil, industri menengah dan industri besar. Industri kecil ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri menengah dan besar ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan/ atau nilai investasi.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap, industri sedang mempunyai pekerja antara 20 hingga 99 orang, sedangkan industri besar mempunyai pekerja sebanyak 100 orang atau lebih (BPS, 2010).

Output industri manufaktur merupakan nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri berupa barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual,

(2)

jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan lainnya. Dalam publikasi Indikator Industri Manufaktur Besar dan Sedang 2014, BPS (2016) mengelompokkan output industri manufaktur berdasarakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 dan 3 digit tahun 2009. Terdiri dari 71 golongan industri 3 digit yaitu mulai kode 101 sampai dengan 332 dan 24 golongan pokok industri 2 digit mulai kode 10 sampai dengan 33 seperti tercantum dalam Tabel 2.1.1 berikut

Tabel 2.1.1 Golongan Pokok Industri 2 Digit Mulai Kode 10 sampai dengan 33 Kode Klasifikasi Industri No Klasifikasi Industri

10 Industri Makanan 22

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

11 Industri Minuman 23

Industri Barang Galian Bukan Logam

12 Industri Pengolahan Tembakau 24 Industri Logam Dasar

13 Industri Tekstil 25

Industri Barang logam, Bukan mesin dan Peralatannya

14 Industri Pakaian Jadi 26

Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik 15

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan

Alas Kaki 27 Industri Peralatan Listrik

16

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu,

Rotan dan Sejenisnya 28

Industri Mesin dan Perlengkapan Ytdl

17

Industri Kertas dan Barang dari

Kertas 29

Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 18

Industri Percetakan dan Reproduksi

Media Rekaman 30 Industri Alat Angkutan Lainnya 19

Industri Produk dari Batu Bara dan

Pengilangan Minyak Bumi 31 Industri Furnitur 20

Industri Bahan Kimia dan Barang

dari Bahan Kimia 32 Industri Pengolahan lainnya 21

Industri Farmasi, Produk Obat

Kimia dan Obat Tradisional 33

Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

Sumber: BPS Malut, 2016

(3)

2.1.2 Tenaga Kerja

Menurut UU Nomor 13 tahun 2003 yang tercantum dalam Bab I pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan dalam menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun bagi masyarakat. Sumarsono (2003) menyatakan tenaga kerja sebagai semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja.

Lebih spesifik, Simanjuntak, 2005 (dalam Maryanti & Rasyad, 2015) menyebutkan tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sementara menurut Ritonga dan Firdaus (2007;2) pengertian tenaga kerja yaitu penduduk usia kerja yang bersedia melakukan pekerjaan antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.

Secara katagoris Simanjuntak, 1985:5) membagi tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri atas golongan

(4)

orang yang bekerja, golongan orang yang menganggur dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan Bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan penerima pendapatan atau lain-lain.

Pengangguran yaitu mereka yang tidak memiliki pekerjaan satetapi sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat memperoleh pekerjaan atau mereka yang bekerja secara tidak optimal. Menurut Simanjuntak (1985:5) pengangguran yaitu orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama satu seminggu sebelum pencacahan dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan. Sebaliknya bekerja adalah orang yang bekerja dengan maksud untuk memperoleh penghasilan paling sedikit dua hari dalam satu minggu sebelum hari pencacahan. Tingkat Pengangguran adalah perbandingan antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan yang dinyatakan dalam persen (Simanjuntak, 1985:5).

Menurut Mantra (2000) angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau mereka yang sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Angkatan kerja merupakan jumlah orang yang bekerja dan pengangguran atau yang sedang mencari pekerjaan atau bisa ditulis sebagai berikut:

Bukan Angkatan kerja ialah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah, yang sudah lanjut usia, cacat secara

(5)

jasmani dan sebagainya, dan tidak memiliki kegiatan yang dapat dikatakan masuk dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau sedang mencari pekerjaan.

Secara skematis Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standard Labor Force Concept), seperti pada Gambar 2.1.2 Gambar tersebut menunjukkan tenaga kerja adalah orang dalam batas usia kerja dan masuk ke dalam angkatan kerja yang bekerja, baik sedang bekerja atau mencari pekerjaan. Angkatan kerja yang tidak bekerja diistilahkan sebagai pengangguran. Dengan kata lain tenaga kerja adalah angkatan kerja yang tidak menganggur.

Sumber: BPS, 2014.

Gambar 2.1.2 Diagram Ketenagakerjaan 2.1.3 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja menunjukkan kondisi permintaan tenaga kerja dari sisi perusahaan. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan

(6)

perminataan konsumen terhadap output. Konsumen membeli barang karena output memberikan utilitas kepada pembeli tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang untuk membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain, tergantung dari pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap output yang diproduksinya.

Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak 1985, hal 67)

Menurut Sumarsono (2009), naik turunnya permintaan pasar output suatu perusahaan akan menentukan naik-turunnya permintaan tenaga kerja perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan output perusahaan meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya, termasuk menambah penggunaan tenaga kerjanya.

2.1.4 Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Investasi menurut para ekonom memiliki beberapa pengertian. Menurut Tandelin (2001), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Tandelin menambahkan bahwa investasi juga mempelajari dalam mengelola kesejahteraan investor (investor’s wealth) yang bersifat moneter bukan kesejahteraan rohaniah. Kesejahteraan moneter bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini (present value) pendapatan dimasa yang akan datang.

(7)

Menurut Case et al (2012) investasi adalah proses penggunaan sumber daya untuk menghasilkan modal baru. Meskipun dalam bahasa sehari-hari, istilah investasi sering mengacu pada tindakan membeli saham atau obligasi, namun dalam ilmu ekonomi, bagaimanapun, investasi selalu mengacu pada penciptaan modal:

pembelian atau penempatan bangunan, peralatan, jalan, rumah, dan sejenisnya.

Investasi modal yang bijaksana adalah investasi yang menghasilkan manfaat masa depan yang lebih berharga daripada biaya saat ini.

Mankew (2016) membagi investasi menjadi tiga jenis pengeluaran investasi.

Pertama, investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan, software, dan kekayaan intelektual yang dibeli oleh bisnis untuk digunakan dalam produksi. Investasi ini diberi label "tetap" untuk membedakannya dengan investasi dalam persediaan. Kedua, investasi residensial (residential investment) mencakup perumahan baru baik dibeli untuk ditinggali ataupun disewakan. Ketiga, investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang disimpan bisnis bail dalam bentuk bahan, barang dalam proses, dan barang jadi.

Investasi, terutama investasi tetap bisnis akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Sebab dengan semakin banyak investasi yang digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peraralatan lainnya produktivas tenaga kerja ataupun marjinal produksi semakin meningkat, sehingga permintaan tenaga kerja juga semakin meningkat pula. Pada suatu industri, menurut Haryani (2002), dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja.

(8)

Menurut Badan Pusat Statistil (BPS), perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi dan bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta terdapat seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas perusahaan/usaha tersebut.

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (6), perusahaan adalah:

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hokum, baik milik swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyao pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dengan menambah jumlah perusahaan, maka diperkirakan akan meningkatkan jumlah produksi, sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja juga akan meningkat karena tenaga kerja diperlukan dalam proses produksi. Sejalan dengan Shafira dan Wahyuni (2019) bahwa jumlah unit usaha mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan tenaga kerja, artinya jika unit usaha suatu industri ditambah maka permintaan tenaga kerja juha bertambah. Semakin banyak jumlah

(9)

perusahaan atau unit usaha yang berdiri maka akan semakin banyak terjadi penambahan tenaga kerja.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian terkait dengan penyerapan kerja telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Metode, cakupan wilayah, dan hasil penelitian menunjukkan berbagai variasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2 yang menyajikan ringkasan penelitian terdahulu yang terkait dengan permintaan tenaga kerja.

Tabel 2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Muslihatinningsih dan Kusumasari (2020)

Penyerapan

Tenaga Kerja pada Sektor Industri Pengolahan

Model Regresi Linear Berganda dengan menggunakan data time series dan cross section

Secara individu hasil

penelitian ini

menunjukan bahwa investasi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan PDRB dan UMK berpengaruh tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industry pengolahan

2 Purnamawati dan Khoirudin (2019)

Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Manufaktur di Jawa Tengah 2011-2015

Model

Regresi Data Panel dengan menggunakan data deret waktu (time series)

Hasil analisis yang diperoleh yaitu Upah sektor industri dan jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan pada penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah

3

Rakhmawati dan Boedirochminarni (2018)

Analisis Tingkat Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri di Kabupaten Gresik

Analisis Regresi Data Panel

Upah Minimum

Kabupaten (UMK) dan jumlah angkatan kerja berpengaruh positif dan signifakan terhadap penyerapan tenaga

(10)

kerja sektor industri di Kabupaten Gresik.

Sedangkan Jumlah Industri berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kabupaten Gresik.

4 Rafat, M (2018) The Effects of Trade Integration, Globalization and Foreign Direct Investments on Employment in Iranian

Manufacturing Sector

Studi ini menggunakan sistem

estimator GMM

Hasilnya menunjukkan bahwa investasi asing langsung berhubungan positif dengan lapangan Pekerjaan industry manufaktur Iran di perdagangan mitra Asia dan Eropa. Sementara globalisasi di Iran dan mitra Asia

tidak berdampak signifikan terhadap ketenagakerjaan.

5 Ardiansyah1 , Muhammad, et al (2018)

Analisis Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan tahun 2001-2015 di Pasuruan dan Sidoarjo

Model Regresi Linier Berganda dengan Data Time Series

Jumlah unit usaha dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Sementara Upah

minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

6 Rocmani, T.S., Purwaningsih, Y., dan Suryantoro (2016)

Analisis Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah

Teknik analisis yang digunakan Regresi data panel

Variabel Laju

pertumbuhan ekonomi,

Upah minimum

kabupaten dan Jumlah unit usaha industri berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah.

Secara parsial variabel Laju pertumbuhan

(11)

ekonomi dan Upah minimum kabupaten berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan Jumlah unit usaha

industry tidak

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

7 Jamaliah (2015) The effect of Investment to Value Added Production,

Employment Absorption,

Productivity, and Employees

Economic Welfare In Manufacturing Industry Sector In West Kalimantan Province

Model regresi data panel

Temuan penelitian ini adalah: 1) Investasi swasta berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai tambah produksi dan penyerapan tenaga kerja. 2) Nilai tambah produksi berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

3) Nilai tambah produksi

dan pekerjaan

berpengaruh tidak

signifikan dan

mempunyai hubungan positif dan negatif terhadap produktivitas

karyawan. 4)

Produktivitas

berpengaruh tidak signifikan dengan hubungan negative terhadap tingkat upah.

8 Chusna A (2013) Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011

Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Laju pertumbuhan sektor industri tidak

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri,

sedangkan investasi dan upah berpengaruh terhadap penyerpan

(12)

tenaga kerja sektor industry di Jawa Tengah 9 Pinn, S. L. S.,

Ching, K. S., Kogid, M., Mulok, D., Mansur, K., &

Loganathan, N.

(2011).

Empirical analysis of employment and foreign direct investment in Malaysia: An ARDL bounds testing approach to cointegration

Penelitian ini menggunakan pendekatan pengujian batas

(ARDL), dan model ECM- ARDL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi antara

ketenagakerjaan dan FDI dalam jangka panjang.

Namun FDI dapat berkontribusi terhadap Ketenagakerjaan di Malaysia

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang menjadi dasar dalam penelitian penyerapan tenaga kerja sektor industry di Maluku Utara adalah permintaan atau penyerapan tenaga kerja yang mana merupakan jumlah permintaan tenaga kerja oleh perusahaan.

Permintaan ini merupakan variabel dependen. Besarnya permintaan ditentukan oleh variabel output, investasi, dan jumlah perusahaan yang merupakan variabel independent. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Output menentukan naik turunnya permintaan tenaga kerja karena permintaan tenaga kerja suatu perusahaan adalah turunan dari permintaan output perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan output perusahaan meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya, termasuk menambah penggunaan tenaga kerjanya. Investasi, terutama investasi bisnis tetap akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Sebab dengan semakin banyak investasi yang digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peraralatan lainnya, produktivas tenaga kerja ataupun marjinal produksi akan meningkat, sehingga

(13)

permintaan tenaga kerja juga semakin meningkat. Jumlah perusahaan akan meningkatkan jumlah produksi, sehingga kebutuhan akan jumlah tenaga kerja juga akan meningkat karena tenaga kerja diperlukan dalam proses produksi.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris (Sugiyono, 2004). Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Diduga Output berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur di Maluku Utara pada tahun 2014-2019.

2. Diduga Investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur di Maluku Utara pada tahun 2014-2019

3. Diduga Jumlah perusahaan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur di Maluku Utara pada tahun 2014-2019

Penyerapan Tenaga Kerja

Output Investasi Jumlah Perusahaan

Gambar

Tabel 2.1.1 Golongan Pokok Industri 2 Digit Mulai Kode 10 sampai dengan 33  Kode  Klasifikasi Industri  No  Klasifikasi Industri
Gambar 2.1.2 Diagram Ketenagakerjaan  2.1.3  Penyerapan Tenaga Kerja
Tabel 2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran  2.4  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, penyiar radio Ramaloka FM dalam berkomunikasi dengan pendengarnya juga harus memiliki tujuan agar tidak hanya pesan dapat diterima oleh pendengarnya

Menurut saya apa yang dilakukan oleh Dani dengan men-deface KPU adalah mengakses komputer dimana data-data tentang hasil Pemilu terekam, dan pada UU RI No.36 tahun 1999 tidak

Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.Tujuan asuhan komprehensif yang

Berdasarkan dari kuisioner pada tabel 2 tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan adanya sistem pendukung keputusan penentuan warga miskin dapat membantu kegiatan di kelurahan

Interaksi antara pemberian naungan plastik transparan x kerapatan tanaman x dosis pupuk N tidak terjadi terhadap hasil bobot umbi segar (saat panen), bobot umbi kering eskip

Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada Peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul "Pengaruh Model

Peruubahan itu harus diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan di sekolah (didalam kelas ataupun diluar kelas). Kualitas proses pembelajaran saat

Indikasi terapi bedah sendiri dikerjakan bila secara klinis maupun neurologis tidak ada perbaikan atau cenderung memburuk dengan pemberian medikamentosa OAT fase