Etilena glikol
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Etilena glikol
Nama IUPAC [sembunyikan]
1,2-etanadiol Nama lain[sembunyikan]
Glikol
Etilen alkohol Hypodicarbonous acid
Monoetilen glikol Identifikasi
Singkatan MEG
Nomor CAS [107-21-1]
PubChem 174
Nomor EINECS 203-473-3
DrugBank DB01867
KEGG C01380
MeSH Ethylene+glycol
ChEBI 30742
Nomor RTECS KW2975000
SMILES C(CO)O
InChI 1/C2H6O2/c3-1-2-4/h3-4H,1-2H2
Referensi Beilstein 505945 Referensi Gmelin 943
3DMet B00278
Sifat Rumus kimia C2H6O2
Massa molar 62.07 g mol−1 Penampilan cairan bening Densitas 1.1132 g/cm³ Titik lebur
Titik didih
Kelarutan dalam air Miscible
Kelarutan larut pada hampir semua pelarut organik Viskositas 1.61 × 10−2 N*s / m2[1]
Bahaya
MSDS External MSDS
Klasifikasi EU Berbahaya (Xn)
Bahaya utama Berbahaya pada hewan dan anak kecil.
NFPA 704
1
2 1
Frasa-R R22 R36
Frasa-S S26 S36 S37 S39 S45 S53 Titik nyala 111 °C (231.8 °F) (closed cup) Suhu swanyala 410 °C (770 °F)
Senyawa terkait
diol terkait
Propilen glikol Dietilen glikol Trietilen glikol Polietilen glikol
Peringkat
Jawaban Terbaik: >>Glikol<<
Definisi & Karakteristik :
Senyawa organik dari dua keluarga kelompok Alkohol yang saling terikat dengan atom karbon yang berbeda.
Yang paling sederhana dari kelas glikol adalah ethylene glycol (1,2-ethanediol). Ada juga yang lainnya seperti Propylene glycol (1,2-propanediol) seperti ethylene glycol tetapi bukan yang beracun, digunakan secara ekstensif di dalam makanan-makanan, kosmetika, dan produk-produk kesehatan sebagai suatu bahan pelarut, bahan pengawet, dll.
Glikol-glikol yang penting lain termasuk 1,3-butanediol dan 1,4-butanediol, bahan baku yang yang digunakan sebagai untuk plastik dan bahan-kimia lain; 2-ethyl-1,3-hexanediol, bahan baku anti serangga; dan 2-methyl-2-propyl-1,3-propanediol, bahan baku dari meprobamat-obat penenang.
Rumus Struktur dari : Glycol : (CH2)n(OH)2
Ethylene Glycol (1,2-ethanediol) : CH2OHCH2OH
Penggunaan Glikol pada alat pendingin :
Etilena glikol pertama kali dibuat pada tahun 1859 oleh ahli kimia Prancis Charles-Adolphe Wurtz. Etilena Glikol inilah yang dipakai sebagai pengganti air didalam pendingin mesin pesawat terbang.
Definisi dari Etilena glikol :
Merupakan senyawa organik yang dapat menurunkan titik beku pelarutnya dengan mengganggu pembentukan kristal es pelarut.
Karakterisktik:
etilen glikol juga dapat meningkatkan titik didih pelarutnya dengan menghalangi molekul- molekul pelarut saling bertumbukan dan dengan demikian mengurangi tekanan uap pelarutnya.
Sifat yang kedua inilah yang membuat etilen glikol cocok untuk dijadikan bahan pendingin mesin di daerah tropis.
Poli Etilen Glikol (PEG)
PEG adalah
bahan kimia, putih seperti lilin yang menyerupai paraffin. Berupa bentuk padat dalam pada suhu kamar,mencair pada suhu 104°F, memiliki berat molekul rata-rata 1000, mudah larut dalam air
hangat, tidak beracun, non-korosif, tidak berbau, tidak berwarna dan memiliki titik lebur yang sangat tinggi (580°F). [3]
Polietilen glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan 8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul.
Senyawa PEG juga dikenal sebagai PEO (polietilen oksida) dan POE (polioksieltilen).
Sekilas PEG tampak seperti molekul yang sederhana. PEG tersedia dalam bentuk lurus maupun bercabang dalam berbagai ukuran, larut dalam air terutama dalam pelarut organik.
Meskipun tampak sederhana molekul ini merupakan fokus dari banyak kepentingan dalam masyarakat di bidang bioteknik dan biomedis.[1]
Hal ini dikarenakan sifat PEG yang sangat efektif di lingkungan yang berair. Sifat ini diartikan sebagai penolakan protein, pembentukan dua fase sistem polimer yang berbeda. Selain itu, polimer tidak bersifat racun dan tidak membahayakan protein aktif atau sel walaupun
polimer sendiri berinteraksi dengan membran sel. Hal ini tergantung pada penyiapan modifikasinya secara kimia dan keterikatannya pada molekul lain dan permukaan. Ketika melekat pada molekul polimer lainnya memiliki pengaruh pada sifat kimia dan kelarutan molekul tersebut.[1]
Sifat lainnya yakni: larut air, berikatan dengan protein dan biomolekul laiinya untuk agregasi dan meningkatkan kelarutan, sangat fleksibel, member perawatan terhadap permukaan atau biokonjugasi tanpa adanya halangan sterik.[5]
Aplikasi Umum
Dalam industry farmasi PEG digunakan untuk melarutkan obat-obat yang tidak larut air.
Penggunaan PEG sebagai pelarut juga dapat meningkatkan penyebaran obat di dalam tubuh manusia. PEG dapat digunakan untuk melapisi kaca atau metal dan sebagai campuran cat serta tinta. Di dalam kehidupan sehari-hari PEG juga dimanfaatkan untuk pembuatan kosmetik, perlengkapan mandi dan alat-alat rumah tangga. Selain itu, PEG jugs banyak dimanfaatkan dalam industry kertas, bahan karet, kulit dan tekstil.[4]
Pemanfaatan PEG : sebagai basis suppositoria
Dalam bidang farmasi kita mengenal sediaan suppositoria, sediaan obat berbentuk padat yang diberikan melalui rektal (anus), vagina, atau uretra. Seperti yang kita ketahui bahwa sediaan suppositoria merupakan sediaan yang mudah meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh dan dapat meleleh di tangan saat akan digunakan sehingga harus disimpan pada suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh (di kulkas), dalam pembuatan harus diperkirakan titih lelehnya dan penentuan basis ataupun campuran basis suppositoria yang tidak mengganggu pelepasan bahan obat.
Poli Etilen Glikol (PEG) dalam hal ini sangat memungkinkan untuk menjadi solusi beberapa hal mengenai suppositoria di atas.
Sifat kekerasan PEG yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya berat
molekulnya dapat digunakan untuk dijadikan bahan dasar ataupun campuran bahan dasar sediaan suppositoria, tanpa khawatir sediaan suppositoria yang dihasilkan nantinya tidak akan meleleh karena PEG juga memiliki sifat sangat efektif pada lingkungan yang berair dan didukung lagi oleh sifat PEG lainnya yakni tidak beracun, non-korosif dan tidak berbau. Sehingga penggunaan PEG untuk basis maupun campuran bahan dasar suppositoria sangatlah menguntungkan.
Keuntungan PEG sebagai basis suppositoria:
− Stabil dan inert
− Polimer PEG tidak mudah terurai
− Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas sehingga memungkinkan formula
suppositoria dengan berbagai derajat kestabilan panas dan laju disolusi yang berbeda
− Tidak membantu pertumbuhan jamur
Kerugian PEG sebagai basis suppositoria:
− Secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak
− Dibutuhkan perhatian lebih untuk mencegah kontraksi volume yang membuat bentuk
suppositoria rusak
− Kecepatan pelepasan obat larut air menurun dengan meningkatnya jumlah PEG dengan BM
tinggi
Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sebagai basis suppoositoria dan memberikan keuntungan sebagai berikut :
− Titik lebur suppositoria dapat meningkat sehingga lebih tahan terhadap suhu ruangan yang hangat
− Pelepasan bahan obat tidak lagi tergantung pada titik lelehnya
− Stabilitas fisik dalam penyimpanan akan lebih baik
− Sediaan suppositoria akan segera bercampur dengan cairan rektal
REAKSI OKSIDASI SENYAWA HIDROKARBON
Reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon disebut juga reaksi pambakaran, yaitu reaksi antara senyawa hidrokarbon dengan gas oksigen (O2) yang disertai dengan nyala api. Reaksi pembakaran sempurna akan menghasilkan gas CO2, H2O dan energi. Sedangkan pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan gas CO, CO2, H2O, ataupun jelaga (partikel karbon) serta energi. Reaksi ini dapat terjadi pada alkana, alkena dan alkuna.
Contoh:
Pembakaran sempurna
CH4(g) + 2O2(g)→ CO2(g) + 2H2O (g) C4H10(g) + 13/2O2(g) → 4CO2(g) + 5H2O (g) 2C4H10(g) + 13O2(g) → 8CO2(g) +10H2O(g)
Pembakaran tidak sempurna
C2H4(g) + 2O2(g) → 2CO(g) + 2H2O(g)
C21H44(g) + 13O2(g) → 10CO (g) + 10CO2(g) +22H2O (g) + C(s)
Reaksi pembakaran tersebut, pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi. Pada senyawa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) mengandung satu atom karbon.
Kedua senyawa tersebut harus memiliki bilangan oksidasi nol maka bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa metana adalah –4, sedangkan bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa karbon dioksida adalah +4.
Bilangan oksidasi atom C pada senyawa karbon dioksida meningkat (mengalami oksidasi), sedangkan bilangan oksidasi atom C pada senyawa metana menurun.
Jadi, reaksi Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat. Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator. Oksidator yang paling banyak digunakan adalah udara (O2), tetapi dapat juga senyawa yang mudah melepaskan oksigen. Contoh senyawa oksidator antara lain: kalium klorat (KC1O3), kalium permanganat (KMnO4), hidrogen peroksida (H2O2), asam nitrat (HNO), dan asam sulfat pekat (H2SO4). Adapun reaksi-reaksi oksidasi tersebut adalah sebagai berikut.
• Reaksi oksidasi alkohol primer, sekunder, dan tersier
Alkohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi berbeda terhadap oksidator seperti K2Cr2O7, KMnO4, dan O2.
Contoh:
1) Oksidasi alkohol Primer R−CH2−OH → R−CHO 2) Oksidasi alkohol sekunder
R−CH2O−R’ → R−CO−R’
3) Oksidasi alkohol tersier
R−CH3OH−R’ → tidak bereaksi
• Reaksi oksidasi pada alkanal/aldehid
Reaksi oksidasi alkanal digunakan sebagai reaksi identifikasi antara alkanal/aldehid dengan alkanon/keton.
Contoh:
R−CHO → R−COOH (Oksidasi alkanal/aldehid)
• Reaksi oksidasi alkanon/keton
Alkanon tidak dapat mereduksi oksidator lemah seperti larutan fehling dan larutan tollens. Sifat ini, digunakan untuk membedakan alkanon dari isomer fungsinya, yaitu alkanal/aldehid.
Contoh:
R−CO−R’ → R−COO−R’ (Oksidasi alkanon/keton)
• Reaksi oksidasi pada asam alkanoat
Reaksi oksidasi asam alkanoat hanya terjadi pada asam metanoat dan asam 1,2 etanadi
Diposkan oleh adam malik di 19.52 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Kamis, 18 Oktober 2012
ESTER (Adam Malik) A1C1 11 002
Sebelum kita membahas tentang ester, maka hal yang mendasar perlu diketaui adalah terkait dengan reaksi-reaksi dasar pada reaksi kimia organik.
Berikut reaksi dasar pada reaksi kimia organik :
Tipe Reaksi Organik
Reaksi-reaksi senyawa organik digolongkan dalam beberapa tipe, yaitu:
1. Reaksi substitusi
a. Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1) b. Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler (SN2) c. Reaksi substitusi nukleofilik internal (SNi) d. Reaksi substitusi elektrofilik (SE)
2. Reaksi adisi a. Reaksi anti adisi b. Reaksi sin adisi 3. Reaksi eliminasi
a. Reaksi eliminasi �� (eliminasi 1,1) b. Reaksi eliminasi �� (eliminasi 1,2) 4. Reaksi penataan ulang (rearrangement) 5. Reaksi radikal.
A. Pengertian Ester
Senyawa yang termasuk alikil alkanoat atau ester (RCO2R’) dapat dianggap sebagai turunan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuah gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil seperti metil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti fenil.
B. Tata Nama Ester
Sesuai denga namanya, menurut IUPAC cara memberi nama senyawa ini adalah dimulai dengan menyebutkan gugus alikilnya (R’) diikuti dengan gugus karboksilatnya (RCOO).
Contoh ester umum – etil etanoat
Ester yang paling umum dibahas adalah etil etanoat. Pada ester ini, gugus -COOH telah digantikan dengan sebuah gugus etil. Rumus struktur untuk etil etanoat adalah sebagai berikut:
Perhatikan bahwa ester diberi nama berlawanan dengan urutan penulisan rumus strukturnya. Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat, sedangkan "etil" berasal dari gugus etil pada ujungnya.
Contoh ester yang lain
Pada masing-masing contoh berikut, pastikan bahwa kita bisa memahami bagaimana hubungan antara nama dan rumus molekulnya.
C. Sifat dan Kegunaan Ester
Senyawa ester dengan massa molekul rendah umumnya tidak berwarna, berwujud cair pada suhu kamar, mudah menguap, tidak larut dalam air, dan memiliki bau yang sedap. Karena baunya yang sedap ester sering digunakan sebagai essens buatan yang beraroma buah-buahan, contoh etil etanoat (essens pisang) dan etil butanoat (essens strawberry). Ester juga sering digunakan pada industri parfum,sabun dan industri minuman.
D. Pembuatan ester
• Pembuatan ester menggunakan asam karboksilat
Metode ini bisa digunakan untuk mengubah alkohol menjadi ester, tetapi metode ini tidak berlaku bagi fenol – senyawa dimana gugus -OH terikat langsung pada sebuah cincin benzen. Fenol bereaksi dengan asam karboksilat dengan sangat lambat sehingga reaksi tidak bisa digunakan untuk tujuan pembuatan.
o Sifat kimiawi reaksi
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida kering terkadang digunakan, tetapi penggunaannya cenderung melibatkan ester- ester aromatik (ester dimana asam karboksilat mengandung sebuah cincin benzen).
Reaksi pengesteran (esterifikasi) berjalan lambat dan dapat balik (reversibel).
Persamaan untuk reaksi antara asam RCOOH dengan alkohol R’OH (dimana R dan R’
bisa sama atau berbda) adalah sebagai berikut:
Jadi, misalnya, jika anda membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka persamaan reaksinya akan menjadi:
o Melangsungkan reaksi