• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIVERSIFIKASI TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG BIJI DURIAN DALAM PEMBUATAN COOKIES TERHADAP KESUKAAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DIVERSIFIKASI TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG BIJI DURIAN DALAM PEMBUATAN COOKIES TERHADAP KESUKAAN KONSUMEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

379

DIVERSIFIKASI TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG BIJI DURIAN DALAM PEMBUATAN COOKIES TERHADAP

KESUKAAN KONSUMEN

Murtiningsih 1 murtiningsih12346@gmail.com Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Jl. Batikan UH III/1043 Yogyakarta

ABSTRACT

Research objectives to find out (1) The results of organoleptic properties in cookies of jackfruit seed flour and durian seeds. (2) The difference between cookies of jackfruit seed flour and durian seed flour. (3) The level of consumer preference for cookies of jackfruit seed flour and durian seeds. This research is a type of experimental research. Data analysis techniques used were organoleptic tests (color and texture) and hedonic tests on consumer preferences.

The results showed that between jackfruit seed cookies and basic cookies (controls), consumers preferred cookies of jackfruit seeds with a ratio of 35% flour and 65% jackfruit seed flour, whereas in durian seed cookies and basic cookies, consumers prefer durian seed cookies with a ratio of 25% flour and 75% durian flour, thus durian seed cookies are preferred in terms of taste, aroma, color, and texture compared to jackfruit seed cookies.

Keywords: Diversification, cookies, jackfruit seed flour, durian see.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber pangan lokal melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan lokal guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tertuang dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat.

Permasalahan dan tujuan, serta kegunaan penelitian ditulis secara naratif dalam paragraf-paragraf, tidak perlu diberi subjudul khusus. Demikian pula definisi operasional, apabila dirasa perlu, juga ditulis naratif.

Sumber pangan yang melimpah diharapkan mampu meningkatan inovasi pengolahan bahan pangan untuk menghasilkan produk pangan baru yang bergizi dan berkualitas guna memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat dengan memanfaatkan bahan hasil pertanian yang selama ini tersedia.

Banyak hasil pertanian yang selama ini kurang diolah secara maksimal, sehingga menjadi limbah yang mubadzir, salah satu contoh yaitu durian dan nangka, dalam pemanfaatannya durian dan nangka hanya dikonsumsi dagingnya saja dan biji dari buah durian dan nangka hanya dibuang dan dianggap sebagai limbah.

Nangka merupakan tanaman multi fungsi karena hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan, salah satunya biji dari buah nangka.Biji nangka yang sering disebut dengan “beton” oleh masyarakat Jawa Tengah ini merupakan jenis biji-bijian yang terdapat pada buah nangka. Biji buah nangka atau nama latinnya yaitu Artotocarpus Integra ada juga yang menyebutnya Artocarpus heterophylus, termasuk dalam keluarga Maracea [1]

Durian merupakan salah satu buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia, sehingga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi[2]. Menurut

(2)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

380 Badan Pusat Statistik[3], produksi buah

durian Indonesia tahun 2012 sebanyak 888.130 ton, sementara Indonesia mengimpor buah durian sebanyak 20.638,61 ton pada tahun yang sama.

Pengolahan limbah belum dilakukan secara maksimal sampai saat ini masyarakat hanya mengonsumsi daging buahnya saja, sehingga sisa limbah dari buah durian seperti bijinya hanya dibuang, kurangnya pengetahuan dan kreatifitas masyarakat mengenai pengolahan limbah menyebabkan limbah biji duriuan belum dimanfaatkan dengan baik. Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sehingga berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan yang memerlukan sifat-sifat pati. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan tentang setiap 100 gr biji durian mengandung nilai gizi tinggi, yaitu 2,4 gr protein, 28,0 gr karbohidrat, 3,0 gr lemak, dan 65,5 gr air.

Pemanfaatan tepung lokal atau non terigu saat ini telah menjadi inovasi terbaru terutama bagi industri bakery. Hal tersebut dikarenakan harga tepung terigu cenderung fluktuatif, sehingga produsen bakery mengganti tepung terigu dengan tepung nonterigu, selain pemanfaatan tepung non terigu juga didukung oleh berbagai penelitian mengenai potensi tanaman lokal sebagai pengganti tepung terigu yang telah banyak dilakukan, sehingga menarik para produsen bakery untuk memanfaatkan tepung non terigu[4].

Upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu yaitu dengan melakukan inovasi pangan lokal berbasis tepung.Salah satu pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tepung yaitu biji nangka dan biji durian.Tepung biji nangka dan biji durian dapat digunakan sebagai bahan alternatif dalam membuat berbagai macam produk makanan salah satunya cookies.

Cookies (Kue kering) merupakan istilah dari makanan ringan yang bertekstur keras namun renyah.

Menariknya, kue kering dibentuk dengan ukuran kecil, sehingga disebut ‘keokje’

(Belanda) yang kemudian dikenal sebagai cookies yang artinya kue kecil. Bahan utama pada pembuatan cookies adalah terigu, gula, telur dan lemak.

Seiring dengan bertambahnya keanekaragaman dalam pengolahan makanan, saat ini cookies tidak hanya berbahan dasar tepung terigu saja. Bahan dasar cookies dapat disubstitusikan dengan jenis tepung-tepungan lain seperti tepung jagung, tepung ubi ungu, dan tepung dari pati umbi-umbian. Umbi- umbian banyak bahan pangan lokal lain yang mengandung nilai gizi dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan cookies salah satunya tepung dari biji nangka karena bahan tersebut belum banyak digunakan pada olahan makanan kering [5]. Cookies yang diolah dalam penelitian dibuat dengan inovasi bahan baku yaitu tepung biji nangka dan tepung biji durian. Campuran bahan baku ini belum pernah digunakan dalam pembuatan cookies, sehingga perlu diketahui rasio yang tepat untuk mendapatkan produk yang terbaik.

Berdasarkan latar belakang perlu adanya pengembangan potensi alam dengan cara menggunakan bagian tumbuhan untuk diversifikasi dalam pembuatan cookies guna melestarikan lingkungan dan sumberdaya dalam negeri serta mengurangi penggunaan bahan pangan seperti tepung terigu. Pembuatan cookies tepung biji nangka dan tepung biji durain memiliki kandungan gizi tinggi yang baik untuk tubuh.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen. Tempat penelitian dilakukan diLaboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan waktu penelitian selama 3 bulan sejak bulan April sampai Juni 2019. Populasi yang digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah

(3)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

381 Industri pangan, Dosen Tata Boga,

Mahasiswa Boga, dan masyarakat umum.Sampel dalam penelitian ini adalah cookies biji nangka dan cookies biji durian.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk factorial design. Dikatakan factorial design karena desain ini Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu uji organoleptik (warna dan tekstur) yang dilakukan Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Jl.

Flora 1,Bulaksumur, Yogyakarta 55281, uji hedonic yang dilakukan secara incidental yaitu konsumen yang dipilih adalah mereka yang memiliki pengetahuan mengenai cookies seperti para industri pangan, dosen tata boga, mahasiswa tata boga, dan masyarakat umum untuk memberikan penilaian/

pendapat yang baik pada cookies tersebut, kuisioner atau angket disusun dengan bimbingan pihak ahli (expert judgement) dan dokumentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksperimen ini dilakukan dengan mensubsitusikan tepung terigu dengan tepung biji nangka ataupun tepung biji durian, pada uji coba pertama dengan menggunakan kuning telur. Perlakuan tersebut menghasilkan cookies dengan warna yang lebih gelap atau kurang terang. Perlakuan cookies biji nangka, perbandingan pertama yaitu tepung biji nangka 75% dan tepung terigu 25%

menunjukkan warna cookies lebih kuning kecokelatan namun tidak terlalu cokelat, serta menghasilkan tekstur yang renyah.

Perbandingan kedua yaitu tepung biji nangka 65% dan tepung terigu 35%

menunjukkan warna yang sama dikarenakan selisih 10%, menghasilkan tekstur yang renyah. Uji coba pertama cookies menggunakan kuning telur, menghasilkan cookies yang kurang terang. Uji coba kedua tidak

menggunakan kuning telur menghasilkan cookies lebih terang.

Perlakuan untuk kontrol (cookies dasar), perlakuan pertama menghasilkan warna cookies yang sangat terang meskipun tanpa menggunakan kuning telur.Perlakuan kedua menggunakan kuning telur menghasilkan cookies dengan warna yang lebih gelap

Gambar 1. Grafik Hasil Analisis 1 Warna Cookies

Memperhatikan gambar diagram menunjukkan bahwa cookies biji nangka sampel A dengan penggunaan perbandingan tepung biji nangka 75%

dan tepung terigu 25% menghasilkan tingkat kecerahan warna yaitu hasil analisa I: 59,54 dan hasil analisa II adalah 59,52 ( jauh dengan angka 100 yaitu warna putih), nilai hasil analisa I: 10,41 dan hasil analisa II: 10,35 adalah tingkat warna merah yang rendah, serta hasil analisa I memiliki nilai 26,44 dan hasil analisa II: 26,36 adalah tingkat warna kuning yang rendah. Pada nilai tekstur terdapat nilai analisa I : 9.3863 dan hasil analisa II : 9.9936 merupakan tingkat kelembutan/ kekerasan cookies karena tingkat kekerasan maksimal. adalah 5.2803. Cookies biji nangka sampel B dengan penggunaan perbandingan tepung biji nangka 65% dan tepung terigu 35%

menghasilkan tingkat kecerahan yaitu hasil analisa I : 61,35 dan hasil analisa II : 61,30 ( jauh dengan angka 100 yaitu warna putih), nilai hasil analisa I: 9,34 dan hasil analisa II: 9,36 adalah tingkat warna merah yang rendah, serta hasil

77,09

59,54 61,35 58,17 60,63

4,24 10,41 9,34 10,12 9,09 32,34 26,44 26,52 25,82 26,61

CONTROL COOKIES BIJI NANGKA A

COOKIES BIJI NANGKA B

COOKIES BIJI DURIAN A

COOKIES BIJI DURIAN B

HASIL ANALISA I WARNA COOKIES

L a b

(4)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

382 analisa I memiliki nilai 26,52 dan hasil

analisa II: 26,48 adalah tingkat warna kuning yang rendah. Pada nilai tekstur terdapat nilai analisa I : 7.2765 dan hasil analisa II : 6.7492 merupakan tingkat kelembutan/ kerenyahan cookies karena tingkat kerenyahan maksimal adalah 4.343. Hasil analisis dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2. Grafik Hasil Analisis II Warna Cookies

Gambar grafik 2, menunjukkan bahwa cookies biji durian sampel A dengan penggunaan perbandingan tepung biji nangka 75% dan tepung terigu 25%

menghasilkan tingkat kecerahan warna yaitu hasil analisa I: 58,17 dan hasil analisa II adalah 58,13 ( jauh dengan angka 100 yaitu warna putih), nilai hasil analisa I: 10,12 dan hasil analisa II: 10,13 adalah tingkat warna merah yang rendah, serta hasil analisa I memiliki nilai 25,82 dan hasil analisa II: 25,75 adalah tingkat warna kuning yang rendah. Pada nilai tekstur terdapat nilai analisa II : 6.4465 dan hasil analisa II : 6.4649 merupakan tingkat kelembutan/ kekerasan cookies karena tingkat kekerasan maksimal adalah 3.2090.

Cookies biji nangka sampel B dengan penggunaan perbandingan tepung biji nangka 65% dan tepung terigu 35%

menghasilkan tingkat kecerahan yaitu hasil analisa I :60,63 dan hasil analisa II : 60,59 (jauh dengan angka 100 yaitu warna putih), nilai hasil analisa I: 9,09 dan hasil analisa II: 9,02 adalah tingkat

warna merah yang rendah, serta hasil analisa I memiliki nilai 26,61 dan hasil analisa II: 26,60 adalah tingkat warna kuning yang rendah. Pada nilai tekstur terdapat nilai analisa I : 7.6259 merupakan tingkat kelembutan/

kerenyahan cookies karena tingkat kerenyahan maksimal adalah 3.9784.

Gambar 3. Grafik Hasil Analisis Tekstur Cookies

Dua kali uji coba dalam pembuatan cookies, hasil olah cookies yang baik yaitu cookies yang menggunakan tepung dengan perbandingan 25:75% diujikan kepada 20 konsumen untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap masing-masing cookies yang dirasakan. Konsumen diberikan 5 sampel cookies yaitu cookies dasar, cookies biji nagka A, cookies biji nangka B, cookies biji durian A, dan cookies biji durian B. setelah diberikan beberapa sampel cookies, konsumen diminta untuk mengkonsumi cookies tersebut kemudian mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan untuk memberikan penilaian/ kesukaan pada masing-masing sampel cookies. Hasil penilaian dari 20 konsumen dapat dijelaskan pada gambar 4, 5, 6 dan 7 sebagai berikut:

77,06

59,52 61,3 58,13 60,59

4,23 10,35 9,36 10,13 9,02 32,31 26,36 26,48 25,75 26,6

CONTROL COOKIES BIJI NANGKA A

COOKIES BIJI NANGKA B

COOKIES BIJI DURIAN A

COOKIES BIJI DURIAN B

HASIL ANALISA II WARNA COOKIES

L a b

13,3004

9,3863 7,2765

6,4465 7,6259 11,8437 9,9936

6,7492 6,4649 7,7694 4,2861 5,2803 4,3439 3,9784 3,209

CONTROL COOKIES BIJI NAGKA

A

COOKIES BIJI NAGKA

B

COOKIES BIJI DURIAN A

COOKIES BIJI DURIAN B

HASIL ANALISA TEKTUR COOKIES

HASIL ANALISA I HASIL ANALISA II HASIL CRUSH

(5)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

383 Gambar 4. Diagram Kesukaan terhadap

cookies dasar

Gambar 5. Diagram Kesukaan terhadap cookies biji nangka A

Gambar 6. Diagram Kesukaan terhadap cookies biji nangka B

Gambar 7. Diagram Kesukaan terhadap cookies biji durian A

Hasil penelitian uji hedonik pada konsumen, menunjukkan bahwa perlakuan cookies biji durian dengan rasio tepung yang dominan kuesioner

menyatakan sangat suka (SS), banyak konsumen yang menyatakan lebih menyukai cookies biji durian dibandingkan dengan cookies biji nangka.

Hal tersebut disebabkan karena pada cookies biji durian memiliki aroma yang khas dan lebih harum dibandingkan dengan cookies biji nangka, sedangkan untuk rasanya cookies biji durian lebih enak dan memiliki rasa yang khas aroma biji durian, ini menunjukkan bahwa tepung biji durian dalam pembuatan cookies tidak merubah rasa dari cookies tersebut, melainkan hanya menambah aroma cookies menjadi lebih harum dan khas sesuai aroma biji durian. Dapat dilihat juga bahwa rasa biji durian tidak sama dengan rasa daging buah duriannya yang berasa manis. Biji durian tidak memiliki rasa manis, asin, maupun pahit, sehingga tidak merubah rasa pada cookies. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan lendir yang sepenuhnya hilang pada saat pengolahan biji durian menjadi tepung biji durian. Hutapea menyatakan bahwa biji durian apabila dikupas atau dipotong akan mengeluarkan lendir yang tidak berbau dan berasa serta larut dalam air dingin maupun panas[6].

Berdasarkan dari segi tekstur cookies biji durian lebih renyah dibandingkan dengan cookies biji nangka. Semakin banyak tepung biji durian yang digunakan, maka tekstur cookies yang dihasilkan akan lebih renyah sehingga disukai oleh panelis. Hal ini disebabkan karena tepung biji durian memiliki kandungan amilopektin yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung biji nangka.

Menurut yandri pati biji durian hasil ekstrasi memiliki rasio 14:74 yang hampir sama dengan pati tapioka, sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan cookies[7].

Perlakuan cookies biji nangka dengan rasio tepung yang dominan kuesioner menyatakan suka (S). hal ini disebabkan karena cookies biji nangka memiliki rasa (after taste) sedikit pahit. Rasa pahit ini berasal dari senyawa saponin yang

39% 50%

11% 0%

COOKIES DASAR

SANGAT SUKA SUKA

TIDAK SUKA SANGAT TIDAK SUKA

31%

49%

20% 0%

COOKIES BIJI NANGKA A

SANGAT SUKA SUKA

TIDAK SUKA SANGAT TIDAK SUKA

35%

45%

20% 0%

COOKIES BIJI NANGKA B

SANGAT SUKA SUKA

TIDAK SUKA SANGAT TIDAK SUKA

37% 50%

13% 0%

COOKIES BIJI DURIAN A

SANGAT SUKA SUKA

TIDAK SUKA SANGAT TIDAK SUKA

(6)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

384 terkandung pada tepung biji nangka, rasa

inilah yang kurang disukai oleh panelis.

Hal tersebut sependapat dengan Asmarawati biji nangka positif mengandung senyawa kimia berupa saponin yang memiliki rasa pahit [8]Cookies biji nangka memiliki tekstur

yang kurang renyah jika dibandingkan dengan cookies biji durian, ini disebabkan karena tepung biji nangka memiliki kandungan amilopektin yang lebih sedikit dibandingkan dengan tepung biji durian.

SIMPULAN DAN SARAN Hasil uji organoleptik sifat warna

pada cookies biji nangka dipengaruhi oleh tepung biji nangka yang bewarna kecokelatan, sedangkan tekstur dipengaruhi oleh sifat tepung yang mengandung banyak amilopektin, sehingga menghasilkan tekstur cookies lebih renyah dibandingkan cookies dasar (kontrol). Sifat warna cookies biji durian dipengaruhi oleh warna tepung dasar yang digunakannya, serta pada tekstur cookies biji durian dipengaruhi oleh sifat tepung biji durian yang berbeda dengan tepung terigu, tekstur cookies yang lebih renyah dibandingkan cookies biasa dan cookies biji nangka .Perbedaan warna, tekstur dan rasa sebagai pada cookies biji durian dan nangka sebagai berikut: Pada sifat organoleptik tekstur, cookies biji nangka dan biji durian lebih renyah dibandingkan cookies dasar (kontrol).

Hasil tingkat kesukaan menunjukkan konsumen lebih menyukai sampel cookies biji nangka dengan berbandingan tepung terigu 35% dan tepung biji nangka 65%, sedangkan pada cookies biji durian, tingkat kesukaan konsumen setelah diberikan dua sampel. Konsumen lebih menyukai cookies biji durian dengan

perbandingan tepung terigu 25% dan tepung biji durian 75%.

Adapun saran sebagai berikut: Bagi masyarakat perlu mengetahui pengolahan limbah buah lokal dalam diversifikasi pangan, agar masyarakat ikut membantu mengurangi limbah makanan selain itu diharapkan juga hal ini mampu menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat. Bagi masyarakat penggemar cookies perlu mencoba dan mengganti konsumsi cookies ke cookies karena memiliki kandungan gizi yang baik dan cita rasa enak, unik dan khas. Bagi pemerintah dan dinas terkait perlu ikut membantu dalam melestarikan dan menambah produksi bibit maupun buah durian dan nangka, di era yang semakin maju banyak inovasi produk makanan dari berbagai macam bahan baku baik buah durian maupun nangka, yang mulai diminati baik dari buahnya, hingga limbah dari buah tersebut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga semua terselesaikan dengan baik dan lancar

DAFTAR PUSTAKA

[1] Lies Suprapti, Keripik, Manisan Kering, dan Sirup Nangka. yogyakarta: kanisius.

[2] hetman, Tanaman Pangan Buah dan Sayuran. 2007.

[3] Badan Pusat Statistik (BPS, Produksi Buah-Buahan di Indonesian 2011-2015.

2015.

[4] kementrian pertanian, kementrian pertanian. jakarta:

http://naturindonesia.com/665 durian-kani.html, 2013.

[5] Nyoman Restu, “Pemanfaatan Tepung Biji Nangka Menjadi Kue Pia Kering,”

vol. XI, 2015.

[6] HUTAPEA, Pembuatan Tepung Biji Nangka dan aplikasinya dalam Pembuatan Roti Manis. PADANG, 2010.

(7)

Jurnal KELUARGA Vol 5 No 2 September 2019

385 [7] Yandri A.S, “Pengaruh Modifikasi Kimia Terhadap Stabilitas Termal Enzim a-

Amilase Dari Bakteri Isolat Lokal Bacillus Subtilis ITBCCB148,” SAINS MIPA, 2012.

[8] Asmarawati, “Karakteristik Amilum Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk.) dan Uji Anktivis Antioksidan Secara In-virto,” 2016.

Gambar

Gambar 1. Grafik  Hasil Analisis 1 Warna  Cookies
Gambar 2. Grafik  Hasil Analisis II  Warna Cookies
Gambar 6. Diagram Kesukaan terhadap  cookies biji nangka B

Referensi

Dokumen terkait

Tepung biji nangka memiliki beberapa nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan tepung terigu sehingga tepung biji nangka berpotensi untuk dijadikan salah satu produk pangan,

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan flakes adalah biji nangka yang diperoleh dari pedagang keripik nangka di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten

Dari kurva isotermis sorpsi air untuk produk cookies tepung biji durian, maka dapat ditentukan kadar air kesetimbangan (Me) pada RH penyimpanan (70%).. KESIMPULAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI COOKIES YANG DIMODIFIKASI DENGAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN PENAMBAHAN KUBIS MERAH”

Saran dari peneliti ini adalah agar konsumen dapat menjadikan cookies tepung biji nangka dengan sari kubis merah sebagai alternatif cemilan yang sehat dan murah.. Selain

Berdasarkan hasil analisis data terhadap penggunaan tepung biji durian dan nangka pada berbagai level terhadap kualitas bakso daging itik petelur afkir ditinjau berdasarkan variasi

Alasan pemilihan biji nangka sebagai bahan baku pembuatan kue nastar ini adalah karena biji nangka lebih unggul bila dibandingkan biji buah lain yang sejenis (Biji

Penggunaan tepung biji nangka dan tepung terigu untuk pembuatan kue nastar dengan Perbandingan 50:50 dan 70:30 tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dari sisi Warna,