• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS. Oleh : EKA TRESNA PERMATA /PWD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS. Oleh : EKA TRESNA PERMATA /PWD"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh :

EKA TRESNA PERMATA 197003015/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

Universitas Sumatera Utara

(2)

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

EKA TRESNA PERMATA 197003015/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

Universitas Sumatera Utara

(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Januari 2022

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

Anggota : 1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M. Sc. Ph.D 2. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

3. Dr. Ir. Charloq, MP

Universitas Sumatera Utara

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil harya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penelitian tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, peneliti beredia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanki lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Januari 2022

Penulis,

Eka Tresna Permata

Universitas Sumatera Utara

(6)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Eka Tresna Permata

Tempat / Tanggal Lahir : Lempur Mudik / 02 September 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Alamat : Jl. Makmur Gg. Buntu Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

E-mail : ekatresnapermata1993@gmail.com

JENJANG PENDIDIKAN

1999 – 2005 : SD Negeri 253 Bangko

2005 – 2008 : SMP Negeri 5 Kerinci

2008 – 2011 : SMA Negeri 5 Kerinci

2011 – 2016 : Universitas Negeri Medan, S1 Pendidikan Geografi

2019 – 2022 : S2 Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

PEKERJAAN

2016 – 2017 : BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang 2017 – 2021 : DINAS PUPR Kabupaten Deli Serdang

DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Dahwir, SE

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Nama Ibu : Fatimah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Desa Lempur Mudik, Kec. Gunung Raya Kab.

Kerinci, Jambi

DATA SUAMI

Nama Suami : Hasan Habib Siregar, ST

Pekerjaan : Kontraktor/ Swasta

Universitas Sumatera Utara

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Analisis Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Pada Lahan Pertanian Di Kabupaten Deli Serdang”. Tesis ini diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama melakukan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S Sos, M Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr. Sc., Ph. D selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.

4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M. Sc. Ph. D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Universitas Sumatera Utara

(8)

Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

7. Seluruh mahasiswa Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Angkatan 2019 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

8. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Dahwir, SE dan Ibunda Fatimah yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada suami tercinta Hasan Habib Siregar, ST yang memberikan dukungan dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan tesis ini. Akhirnya atas segala kekurangan, kepada semua pihak dalam kaitan dengan proses penyusunan tesis ini serta selama dalam proses pendidikan saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Medan, Januari 2022 Penulis

Eka Tresna Permata

Universitas Sumatera Utara

(9)

i ABSTRAK

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis perubahan penggunaan lahan kegiatan pertanian tahun 2009 – 2019 (2) Menganalisis dan menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang (3) Menganalisis dan menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis berbasis Geographic Information System (GIS), analisis ekonomi lahan dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang periode tahun 2009 - tahun 2019 yaitu seluas 75.452,93Ha. Nilai ekonomi lahan (land rent) rata-rata lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang adalah Rp 23.642.200,- ha/tahun.

Berdasarkan klasifikasi lahan pertanian, rata-rata land rent tanaman pangan sebesar Rp. 29.469.733,- ha/tahun, rata-rata land rent holtikultura sebesar Rp.

14.408.333,- ha/tahun dan untuk rata-rata land rent perkebunan sebesar Rp.

31.440.000,- ha/tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap land rent pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang yaitu status lahan, total penerimaan, biaya operasional dan pajak, sedangkan variabel usaha tani dan jarak ke pasar tidak berpengaruh nyata.

Kata Kunci : Nilai Ekonomi Lahan, Pertanian, Perubahan Penggunaan Lahan

Universitas Sumatera Utara

(10)

ii ABSTRACT

ANALYSIS OF ECONOMIC LAND VALUE ( LAND RENT ) ON AGRICULTURAL LAND IN DELI SERDANG REGENCY The objectives of this study are (1) to analyze the shift in land use for agricultural activities during 2009 – 2019 (2) to analyze and calculate the economic land value (land rent) on agricultural land in Deli Serdang Regency (3) to analyze and determine the influential factors that take effects on the economic land value(land rent) on agricultural land in Deli Serdang Regency. This research is a quantitative descriptive research using Geographic Information System (GIS) based analysis, land economic analysis and multiple regression analysis. The results of this study show the shift in the use of agricultural land in Deli Serdang Regency for during 2009 - 2019 which consist an area of 75,452.93 Ha. The average land rent value of agricultural land in Deli Serdang Regency is Rp. 23,642,200,- ha/year. Based on the agricultural land classification, the average food crops land rent value is Rp.

29,469,733,- ha/year, the average horticultural land rent value is Rp. 14,408,333,- ha/year and the average plantations land rent value is Rp. 31.440.000,- ha/year. Based on the results of regression analysis, the factors that have a significant effect on land rent value on agricultural land in Deli Serdang Regency are the status of the land, total revenue, operational costs and taxes, while farming variables and distance to the market have no significant effect.

Keywords : Economic Value of Land, Agriculture, Shifts in Land Use

Universitas Sumatera Utara

(11)

iii DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 7

1.3 Tujuan penelitian ... 7

1.4 Manfaat penelitian ... 7

BAB II ... 9

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perencanaan wilayah ... 9

2.2 Fungsi lahan ... 10

2.3 Sumberdaya lahan dalam pengembangan wilayah ... 12

2.4 Penggunaan lahan ... 14

2.5 Sistem informasi geografis (SIG) ... 20

2.6 Perubahan penggunaan lahan ... 22

2.7 Nilai ekonomi lahan (land rent) ... 23

2.7.1 Teori Ricardian Rent ... 26

2.7.2 Teori lokasi Von Thunen ... 27

2.7.3 Teori nilai lahan pertanian (agricultural rent) ... 29

2.7.4 Konversi lahan berdasarkan teori land rent ... 29

2.8 Penelitian terdahulu ... 32

2.9 Kerangka penelitian ... 38

BAB III ... 40

Universitas Sumatera Utara

(12)

iv

METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 40

3.2 Jenis penelitian ... 40

3.3 Jenis dan sumber data ... 41

3.4 Populasi dan sampel ... 41

3.4.1 Populasi ... 41

3.4.2 Sampel ... 42

3.5 Teknik pengumpulan data ... 43

3.6 Teknik analisis data ... 43

3.6.1 Menganalisis perubahan penggunaan lahan pertanian ... 43

3.6.2 Analisis ekonomi lahan (land rent) ... 43

3.6.3 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) ... 44

3.7 Menguji model Dan hipotesis ... 48

BAB IV ... 52

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran umum ... 52

4.1.1 Letak geografis dan administratif ... 52

4.1.2 Penduduk ... 55

4.1.3 Ketenagakerjaan ... 56

4.1.4 Pertanian ... 56

4.1.5 Pengunaan lahan ... 58

4.2 Perubahan penggunaan lahan pertanian ... 63

4.3 Nilai ekonomi lahan (land rent) ... 71

4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian... 77

4.4.1 Uji multikolinieritas ... 77

4.4.2 Uji heterokedastisitas ... 78

4.4.3 Uji koefisien determinasi ( R2) ... 79

Universitas Sumatera Utara

(13)

v

4.4.4 Uji simultan (uji F) ... 80

4.4.5 Uji parsial (uji t) ... 80

BAB V ... 88

KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

Universitas Sumatera Utara

(14)

vi

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1.1

4.1 4.2

4.3

4.4

4.5 4.6 4.7

4.8

4.9 4.10

4.11

4.12 4.13 4.14 4.15

Jumlah penduduk di kecamatan Tahun 2017 – 2019 luas wilayah Kabupaten Deli Serdang ...

Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang ...

Jumlah penduduk berdasarkan jenjang usia di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020 ...

Jumlah penduduk yang berkerja berdasarkan lapangan usaha di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020 ...

Luas panen dan produksi tanaman holtikultura menurut jenis tanaman di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020 ...

Penggunaan lahan tahun 2009 di Kabupaten Deli Serdang ...

Penggunaan lahan tahun 2019 di Kabupaten Deli Serdang ...

Perubahan penggunaan lahan pertanian Tahun 2009 – Tahun 2019 di Kabupaten Deli Serdang ...

Kesesuaian perubahan penggunaan lahan pertanian terhadap RTRW Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021-2041 ...

Nilai land rent lahan pertanian di Kabupaten Deli Sedang ...

Klasifikasi nilai land rent lahan pertanian di Kabupaten Deli Sedang ...

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Deli Serdang atas harga konstan menurut lapangan usaha Tahun 2016-2020 ...

Hasil uji multikolinieritas ...

Koofisien determinasi ...

Hasil uji simultan (uji F) ...

Hasil uji parsial (t) ...

5 53

55

56 57 59 61

64 68 71

72

75 77 79 80 81

Universitas Sumatera Utara

(15)

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 2.2 2.3 2.4 4.1 4.2 4.3 4.4

4.5

4.6

4.7

Perbedaan land rent ...

Pengaruh jarak terhadap biaya transportasi dan land rent ...

Segitiga land rent ...

Skema kerangka berpikir ...

Peta administrasi Kabupaten Deli Serdang ...

Peta penggunaan lahan Kab. Deli Serdang, Tahun 2009 ...

Peta penggunaan lahan Kab. Deli Serdang, Tahun 2019 ...

Peta perubahan penggunaan lahan pertanian Kabupaten Deli Serdang ...

Peta kesuaian perubahan penggunaan lahan pertanian terhadap RTRW Kabupaten Deli Serdang ...

Klasifikasi nilai land rent lahan pertanian di Kabupaten Deli Sedang ...

Grafik scatterplots (land rent) lahan pertanian ...

27 29 31 39 54 60 62

66

70

73 78

Universitas Sumatera Utara

(16)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1 2

3 4 5

Peta rencana pola ruang RTRW Kabupaten Deli Serdang ...

Perhitungan land rent lahan pertanian di Kabupaten Deli

Serdang ...

Hasil analisis regresi ...

Gambar foto dokumentasi ...

Kuesioner lahan pertanian ...

95

96 98 102 104

Universitas Sumatera Utara

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan adalah keseluruhan lingkungan yang menyediakan kesempatan bagi manusia menjalani kehidupannya. Lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukkannnya dan umumnya ada pemiliknya, baik perorangan atau lembaga.

Berdasarkan pada dua pengertian tersebut, maka dapat diartikan bahwa lahan merupakan bagian dari ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sebagai ruang maupun sumber daya, karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupan, yaitu dengan mencari nafkah melalui usaha tertentu selain sebagai pemukiman (Budiono, 2008).

Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap sebagian fisik permukaan bumi. Faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk, sedangkan luas lahannya tetap. Pertambahan penduduk dan perkembangan tuntutan hidup akan menyebabkan kebutuhan ruang sebagai wadah semakin meningkat. Perubahan fungsi lahan ini merupakan suatu transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan/fungsi kepada penggunaan lainnya dikarenakan adanya faktor internal maupun eksternal.

Menurut Bintarto (1983) dalam Budiono (2008), mengungkapkan bahwa telah terjadi gerakan penduduk yang terbalik yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah termasuk wilayah desa. Daerah pinggiran kota sebagai daerah yang

Universitas Sumatera Utara

(18)

2

memiiliki ruang relatif masih luas memiliki daya tarik bagi penduduk dalam memperoleh tempat tinggal.

Akhir-akhir ini, sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan terbukanya kesempatan untuk menciptakan peluang kerja yang ditandai oleh banyaknya investor ataupun masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pembangunan, semakin meningkatkan kebutuhan akan lahan. Salah satu pemicu aktivitas pembangunan adalah meningkatnya jumlah penduduk di berbagai wilayah, sementara ketersediaan dan luas lahan bersifat tetap. Kepadatan penduduk di perkotaan memberikan pengaruh terhadap peningkatan penduduk di wilayah yang dekat dengan pusat pertumbuhan kota. Untuk negara yang masih dalam tahap berkembang seperti Indonesia, tuntutan pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, pemukiman, maupun kawasan industri, turut mendorong permintaan terhadap lahan.

Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi petani dalam melakukan kegiatan pertanian. Lahan yang luas akan semakin memperbesar harapan petani untuk dapat hidup layak. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, keberadaan lahan terutama lahan pertanian menjadi semakin terancam dikarenakan desakan kebutuhan akan lahan yang lebih banyak. Sementara jumlah tanah yang tersedia tidak bertambah. Keterbatasan lahan yang terjadi menyebabkan penduduk mengonversi beberapa fungsi lahan menjadi fungsi lainnya yang lebih dibutuhkan, termasuk konversilahan pertanian menjadi nonpertanian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

Universitas Sumatera Utara

(19)

3

bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani.

Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten yang dalam pembangunannya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat disebabkan karena Kabupaten Deli Serdang berbatasan langsung dengan Kota Medan yang merupakan Ibukota Provinsi serta sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, dan perdagangan. Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Kota dan Kabupaten lainnya yang mengelilingi Kota Medan seperti Binjai, dan Karo merupakan daerah pheriphery yang berfungsi sebagai kawasan tempat tinggal atau perumahan bagi yang bekerja di Kota Medan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Deli Serdang, fungsi kawasan yang ditetapkan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan konservasi dan kawasan lindung. Sedangkan pada kawasan budi daya yaitu kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan peruntukan industri, kawasan permukiman, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan transportasi.

Dengan semakin berkembangnya pembangunan dan meningkatnya pertambahan penduduk di Kabupaten Deli Serdang maka lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan nonpertanian seperti permukiman, perdagangan, dan industri semakin meningkat serta sering terjadi benturan kepentingan fungsi lahan. Alih fungsi lahan cenderung tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan perkembangan

Universitas Sumatera Utara

(20)

4

nilai lahan yang lebih tinggi dibandingkan produktivitas pertanian, yang semakin memicu perubahan tataguna lahan pertanian. Jumlah penduduk yang terus meningkat juga mempengaruhi peningkatan kebutuhan tempat tinggal dan fasilitas penunjangnya seperti rumah sakit, jalur transportasi, areal industri, dan lain-lain yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengurangan jumlah luas wilayah pertanian.

Perubahan struktur perekonomian akibat dari berkembangnya suatu wilayah berdampak kepada perubahan nilai ekonomi lahan. Nilai ekonomi lahan yang lebih tinggi pada kegiatan nonpertanian seperti permukiman, perdagangan, dan industri dibandingkan pada kegiatan pertanian mengakibatkan meningkatnya perubahan fungsi lahan pertanian. Hilangnya lahan pertanian akibatnya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap berbagai aspek pembangunan. Salah satu dampak negatifnya yaitu terganggunya ketahanan pangan suatu wilayah akibat berkurangnya kapasitas produksi pangan. Kesempatan kerja pertanian juga akan berkurang, padahal sektor lain diluar pertanian secara umum belum mampu menyediakan kesempatan kerja secara memadai. Permasalahan lingkungan juga akan timbul akibat adanya konversi lahan pertanian, misalnya intensitas banjir yang cenderung meningkat.

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan yang pengembangan tata ruangnya menunjukkan pola pengembangan baru atau ekstensifikasi. Pola tersebut merubah bentuk pemanfaatan atau memperkenalkan bentuk pemanfaatan baru.

Dengan pola ini diharapkan muncul simpul pelayanan baru yang akan mengarah menjadi kota. Pemanfaatan ruang di Kabupaten Deli Serdang terbagi menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan holtikultura,

Universitas Sumatera Utara

(21)

5

kawasan perkebunan, kawasan hutan produksi, kawasan permukiman perdesaan, kawasan pengembangan perkotaan, kawasan industri, kawasan transportasi dan kawasan pertahanan keamanan.

Berdasarkan peta penggunaan lahan Kabupaten Deli Serdang 2019 terlihat bahwa sebagian besar lahan digunakan untuk penggunaan lahan pertanian yaitu perkebunan dan lahan sawah, sedangkan berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Deli Serdang (Lampiran I) terdapat beberapa Kecamatan yang lebih difungsikan sebagai lahan pertanian yaitu kawasan perkebunan dan kawasan pertanian tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena keberadaan lahan pertanian memberikan manfaat yang sangat luas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di KabupatenDeli Serdang Tahun 2017 – 2019 No. Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 2017 2.114.627 847

2 2018 2 155.625 863

3 2019 2.195.709 879

Sumber : BPS, Kabupaten Deli Serdang dalam Angka tahun 2020

Peningkatan penduduk yang cukup signifikan tiap tahunnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 pada tahun 2017 jumlah penduduk sebanyak 2.114.627 jiwa dengan kepadatan penduduk 827 Jiwa/Km2 dan mengalami peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 2.195.709 jiwa dengan kepadatan penduduk 879 Jiwa/Km2. Ini merupakan faktor utama yang menyebabkan Kabupaten Deli Serdang mengalami perubahan peruntukan lahan pertanian.

Dari sisi ekonomi lahan merupakan input tetap utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian. Pada umumnya permintaan komoditas pertanian

Universitas Sumatera Utara

(22)

6

terutama komoditas pangan kurang elastis terhadap pendapatan dibandingkan permintaan komoditas nonpertanian. Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas nonpertanian dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan permintaan komoditas pertanian.

Semakin meningkatnya kebutuhan dan persaingan lahan baik itu untuk pertanian maupun untuk kegiatan lainnya, sehingga memerlukan pemikiran dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas untuk masyarakat dan lingkungan setempat di masa sekarang dan akan datang.

Peningkatan pendapatan penduduk juga akan menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan nonpertanian dengan laju yang lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan lahan pertanian, sehingga nilai ekonomi lahan pertanian menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan lahan nonpertanian. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan. Untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan yang tinggi dan cepat, banyak petani pemilik lahan menjual atau mengkonversi lahannya menjadi lahan nonpertanian. Alih fungsi lahan pada kawasan pertanian beririgasi teknik maupun kawasan yang potensial untuk irigasi teknik mengakibatkan investasi yang sudah dikeluarkan cukup besar hilang dan dapat menurunkan produksi dan produktivitas pertanian.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Pada Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang”

Universitas Sumatera Utara

(23)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah:

1. Bagaimana perubahan pengunaan lahan kegiatan pertanian antara tahun 2009 – 2019 ?

2. Bagaimana analisis nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rend) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan kegiatan pertanian tahun 2009 – 2019.

2. Menganalisis dan menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

3. Menganalisis dan menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti dan menjadi sarana yang bermanfaat dalam pengetahuan penulis tentang nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

(24)

8 2. Pemerintah daerah

Sebagai bahan masukan, informasi dan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang;

a. Sebagai sumbangan informasi bagi pemerintah dalam persebaran lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

b. Sebagai bahan masukan dan perencanaan penggunaan lahan dan juga sebagai masukan dalam penerapan kebijakan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

c. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam dasar NGOP dan nilai-nilai lahan lainnya

Universitas Sumatera Utara

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Wilayah

Menurut Friedman,Tarigan (2004:4) dalam Yulianto (2009), perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatudi masa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program, sehingga diperlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan caramemperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.Hal ini berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Perencanaan yang ideal setidaknya harus memiliki 3 (tiga) prinsip (Friedman dalam Yulianto 2009) adalah sebagai berikut:

1. Proses perencanaan haruslah melibatkan atau mengikutsertakan masyarakat didalamnya, disamping juga masyarakat memperoleh manfaat dari apa yang direncanakan tersebut (prinsip partisipatif);

2. Perencanaan merupakan proses yang terus berlanjut dan tidak berhenti pada satu tahap, sehingga terjamin dicapainya kemajuan atau keberhasilan, bukan kemunduran atau ketertinggalan (prinsip kesinambungan dan keberhasitan) 3. Masalah yang dijadikan dasar datam perencanaan sebaiknya tidak hanya

dilihat dari satu sisi atau sektor, melainkan juga harus memperhatikan semua aspek, serta mengacu pada kesatuan konsep yang menyeluruh, ternasuk dalam pelaksanaan nantinya (prinsip hotistik).

Universitas Sumatera Utara

(26)

10

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Dalam wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di mana komponen- komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional.

Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu ( Febrianty et al, 2015).

Menurut Sirojuzilam (2005), pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

2.2 Fungsi Lahan

Menurut Vink (1979), Ritohardoyo (2002) dalam Purnawan (2014), Lahan sebagai suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, meliputi atmosfer, tanah, dan batuan

Universitas Sumatera Utara

(27)

11

induk, topografi, air, tumbuh-tumbuhan dan binatang, serta akibat-akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang, yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa datang. Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan, termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang.

Lahan mengandung pengertian ruang atau tempat maka lahan mengandung makna yang lebih luas dari tanah atau topografi. Mabbut (1968), Ritohardoyo (2009) dalam Nugroho (2016) mengemukakan batasan arti lahan sebagai gabungan dari unsur-unsur permukaan dan dekat dengan permukaan bumi yang penting bagi manusia. Dari definisi di atas lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, lahan sangat penting mengingat kebutuhan penduduk baik untuk melangsungkan hidupnya maupun kegiatan kehidupan sosio-ekonomi dan sosio-budayanya. Lahan digunakan manusia sebagai tempat aktivitasnya, sehingga manusia selalu mengolah lahan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah merupakan salah satu bagiannya, makna lahan dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaatbagi manusia baik yang sudah ataupun belumdikelola.

2. Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang mempengaruhi (letak, kesuburan, lereng, danlainnya)

Universitas Sumatera Utara

(28)

12

3. Lahan bervariasi dengan faktor topografi, iklim, geologi, tanah, dan vegetasi penutup.

4. Lahan merupakan bagian permukaan bumi dan segala faktor yang mempengaruhi.

5. Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk berbagai macam kebutuhan.

6. Lahan merupakan permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia terbentuk secara kompleks oleh faktor-faktor fisik maupun nonfisik yang terdapat di atasnya.

Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luasdalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia dari sisi ekonomi lahan merupakaninput tetap yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian dannon- pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk setiap kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu perkembagan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi akan ditentukan oleh perkembagan jumlah permintaan setiap komoditas ( Adetiya, 2019).

2.3 Sumberdaya Lahan Dalam Pengembangan Wilayah

Lahan merupakan sumber daya, wadah, dan faktor produksi strategis bagi pembangunan untuk kesejahteraan manusia. Menurut Jayadinata, lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya (perorangan atau lembaga). Oleh sebab itu, lahan merupakan nilai investasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Jayadinata (1999) dalam Putra (2014) sumberdaya lahan adalah bagian dari bentang lahan (land scape) yang mencakup

Universitas Sumatera Utara

(29)

13

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/ relief, hidrologi, termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Suparmoko (1989) dalam Pambudi (2008) menyatakan sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, hal ini karena sumberdaya lahan merupakan masukan/input yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti untuk pertanian, industri, permukiman, transportasi, rekreasi, dan lain-lain. Lahan juga merupakan faktor produksi yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki lahan yang subur sangatlah mungkin memiliki tingkat produktivitas pertanian yang tinggi pada tahap awal dari pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain seperti sektor industri dan jasa pada tahap perkembangan ekonomi lebih lanjut.

Budiharsono (2005) dalam Nurhaida (2016) menyebutkan bahwa pengembangan wilayah merupakan wahana lintas disiplin yang terdiri dari berbagai teori maupun ilmu terapan antara lain perencanaan daerah, geografi, ekonomi, ilmu politik, sosiologi, matematika, ilmu lingkungan dan sebagainya.

Pengembangan Wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 aspek yaitu : a. Aspek biogeofisik, aspek ini meliputi kandungan sumber daya hayati,

sumber daya nirhayati, sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut.

b. Aspek ekonomi, aspek ini meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan disekitar wilayah.

c. Aspek sosial dan budaya, aspek ini meliputi budaya, politik, dan pertahanan

Universitas Sumatera Utara

(30)

14

dan keamanan atau (Hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia.

d. Aspek kelembagaan, aspek ini meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak.

e. Aspek lokasi, aspek ini menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran.

f. Aspek lingkungan, aspek ini meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.

2.4 Penggunaan Lahan

Dalam Ritohardoyo (2013) dalam Nugroho (2016) beberapa pengertian mengenai penggunaan lahan pada dasarnya sama, yakni megenai kegiatan manusia di muka bumi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa definisi penggunaan lahan ditunjukan sebagai berikut:

1. Penggunaan lahan adalah suatu bentuk atau alternatif kegiatan usaha atau pemanfaatan lahan (contoh: pertanian, perkebunan, padang rumput).

2. Penggunaan lahan adalah usaha manusia memanfaatkan lingkungan alamnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam kehidupan dan keberhasilannya.

3. Penggunaan lahan adalah interaksi manusia dan lingkungannya, di manafokus lingkungan adalah lahan, sedangkan sikap dan tanggapan manusia terhadap lahan akan menentukan langkah-langkah aktifitasnya,

Universitas Sumatera Utara

(31)

15

sehingga akan meninggalkan bekas di atas lahan sebagai bentuk penggunaan lahan.

4. Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengantujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya ( Nugroho, 2016).

Disamping unsur-unsur alami seperti tanah, air, iklim, dan vegetasi, aktivitas manusia sangat penting dikaji dari aspek kehidupannya baik secara individu maupun kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, kajian penggunaan lahanperlu memperhatikan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap pilihan terbaik dalam menggunakan lahan untuk tujuan tertentu. Penggunaan lahan pada umumnya digunakan untuk mengacu pemanfaatan lahan masa kini, karena aktivitas manusia bersifat dinamis, sehingga perhatian kajian seringkali diarahkan pada perubahan-perubahan penggunaan lahan (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) atau segala sesuatu yang berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Utomo dkk (1992), Munir (2008) dalam Nugroho (2016) menjelaskan bahwa secara garis besar penggunaan lahan dikelompokan menjadi dua, yaitu:

1. Penggunaan lahan dalam kaitan dengan pemanfaatan potensi alaminya,seperti kesuburan, kandungan mineral atau terdapatnya endapan bahan galiandi bawah permukaannya.

2. Penggunaan lahan dalam kaitan dengan pemanfaatan sebagai ruang pembangunan, dimana tidak memanfatkan potensi alaminya, tetapi

Universitas Sumatera Utara

(32)

16

lebih ditentukan oleh adanya hubungan-hubungan tata ruang dengan pengunaan-penggunaan lain yang telah ada, diantaranya ketersediaan prasarana danfasilitas umum lainnya.

Faktor-faktor yang menentukan karakteristik penggunaan lahan, antara lain:

1. Faktor sosial dan kependudukan, faktor ini berkaitan erat dengan peruntukanlahan bagi pemukiman atau perumahan secara luas. Secara khusus mencakuppenyediaan fasilitas sosial yang memadai dan kemudahan akses akan saranadan prasarana kehidupan, seperti sumber ekonomi, akses transportasi, akseslayanan kesehatan, rekreasi, dan lain- lain.

2. Faktor ekonomi dan pembangunan; faktor ini apabila dilihat lebih jauh mencakup penyediaan lahan bagi proyek-proyek pembangunan pertanian,pengairan, industri, penambangan, transmigrasi, perhubungan, dan pariwisata.

3. Faktor penggunaan teknologi; faktor ini dapat mempercepat alih fungsi lahanketika penggunaan teknologi tersebut bersifat menurunkan potensi lahan.Misalnya penggunaan pestisida dengan dosis yang terlalu tinggi di suatu kawasan dapat menyebabkan kerusakan lahan tersebut sehingga perlu untukdialih fungsi.

4. Faktor kebijaksanaan makro dan kegagalan institusional; kebijakan makroyang diambil oleh pemerintah akan sangat mempengaruhi seluruh jalannya sistem kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Penggunaan lahan sekarang ini merupakan pertanda adanya dinamika eksploitasi oleh manusia (baik perorangan atau masyarakat) terhadap sekumpulan

Universitas Sumatera Utara

(33)

17

sumber daya alam. Penggunaan lahan timbul sebagai akibat adanya kebutuhan dari aktivitas hidup manusia. Aktivitas manusia ini berupa tempat tinggal, mata pencaharian, transportasi dan lain-lain. Contohnya daerah perkotaan biasanya banyak dibuat permukiman, perkantoran, dan industri. Berbeda dengan daerah pedesaan yang biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan. Penggunaan lahan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik lahan tersebut. Penduduk akan merubah penggunaan lahan yang dimilikinya agar dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Dari sudut hukum suply and demand pemanfaatan ruang, terdapat ketidak seimbangan antara permintaan dan ketersediaan lahan. Permintaan akan ruang untuk pemanfaatan lahan meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi seperti pendapatan per kapita, dan industrialisasi.

Sedangkan ketersediaan lahan dalam arti ruang tidak bertambah atau tetap (Skole and Tucker, 1993 dalam Taufik, 2007).

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumberdaya lahan baik yang bersifat menetap (permanen) maupun daur (siklus) yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spriritual. Penggunaan lahan pada umumnya tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan atas sifat-sifat yang merupakan penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air, dan tingkat erosi yang telah terjadi.

Penggunaan-penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi khususnya untuk

Universitas Sumatera Utara

(34)

18

daerah-daerah permukiman, untuk lokasi-lokasi industri, maupun untuk daerah- daerah rekreasi.

Penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk sektor pertanian yang meliputi penggunaan untuk pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman keras, untuk kehutanan, maupun untuk ladang pengembalaan dan perikanan. Tetapi untuk daerah kota, penggunaan lahan yang utama adalah untuk permukiman, industri, serta perdagangan. Penggunan lahan untuk rekreasi juga menempati urutan yang tinggi karena meliputi pantai, pegunungan, dan danauekonomi (Suparmoko, 1989 dalam Pambudi,2008).

Menurut Harsono dalam Pambudi (2008), Penggunaan lahan secara garis besar dibedakan menjadi dua golongan :

1. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan potensi alaminya, seperti kesuburan tanah, kandungan mineral, atau terdapatnya endapan bahan galian pertambangan di bawah permukaannya.

2. Penggunaan tanah dalam kaitannya dengan pemanfaatannya sebagai ruang pembangunan yang secara tidak langsung tidak memanfaatkan potensi alami dari tanah, tetapi lebih ditentukan oleh adanya hubungan-hubungan antara tata ruang dengan penggunaan-penggunaan lain yang telah ada, diantaranya ketersediaan prasarana dan fasilitas umum lainnya.

Menurut Arsyad (2004) dalam Pambudi (2008), penggunaan lahan dibagi ke dalam dua kelompok utama yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan nonpertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam peggunaan lahan pertanian seperti tegalan, sawah, kebun karet, hutan produksi, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat

Universitas Sumatera Utara

(35)

19

dibedakan atas penggunaan kota dan desa (permukiman), industri, rekreasi, dan sebagainya. Barlowe (1978) dalam Pambudi (2008) membagi penggunaan lahan untuk (1) lahan permukiman, (2) lahan industri dan perdagangan, (3) lahan bercocok tanam, (4) lahan peternakan dan penggembalaan, (5) lahan hutan, (6) lahan mineral/pertambangan, (7) lahan rekreasi, (8) lahan pelayanan jasa, (9) lahan transportasi, dan (10) lahan tempat pembuangan.

Menurut Barlowe (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor fisik-biologis, faktor pertimbangan ekonomi, dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik-biologis berkaitan dengan lingkungan fisik dimana manusia berada. Faktor ini memberikan dukungan sifat-sifat alamyang sesuai dengan letaknya, keadaan bahan penunjang untuk kegiatan manusia, dan komunitas manusia, diantaranya mencakup keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi meliputi produktivitas, pemasaran, transportasi, dan kebutuhan yang dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Untuk faktor kelembagaan dicirikan oleh ada tidaknya hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, dan tidak bertentangan dengan keadaan sosial budaya serta kepercayaan yang secara empirik dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat.

Menurut Rahim (2007) dalam Pambudi (2009), secara teoritis alokasi pemanfaatan lahan dapat dilaksanakan melalui beberapa mekanisme, yaitu :

1. Penataan ruang oleh pemerintah melalui undang-undang 2. Melalui mekanisme pasar

3. Kombinasi antara pengaturan pemerintah dan mekanisme pasar

Universitas Sumatera Utara

(36)

20

Penggunaan lahan oleh masyarakat pada suatu wilayah merupakan pencerminan dari kegiatan manusia pada wilayah yang mendukungnya.

Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan bertujuan untuk menghasilkan barang-barang pemuas kebutuhan manusia yang terus meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi (Suparmoko, 1989).

Saefulhakim dan Nasoetion (2005) dalam Pambudi (2008), menyatakan bahwa penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan yang terus menerus, sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Hal ini mengakibatkan masalah yang berkaitan dengan lahan merupakan masalah yang kompleks. Penggunaan lahan merupakan refleksi perekonomian dan preferensi masyarakat. Berhubung perekonomian dan preferensi masyarakat ini bersifat dinamis sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan dinamika pembangunan, maka penggunaan lahanpun bersifat dinamis bisa berkembang ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat dan juga sebaliknya.

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Murai (1999), SIG adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

Wahyudi (2019) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang berguna dalam melakukan pemetaan (mapping) dan

Universitas Sumatera Utara

(37)

21

analisis berbagai hal dan peristiwa yang terjadi diatas permukaan bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi basis data seperti query dan analisis statistik dengan visualisasi yang unik serta analisis spasial yang ditawarkan melalui bentuk peta digital. Kemampuan tersebutlah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lain dan membuat SIG lebih bermanfaat dalam memberikan informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan strategis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting.

Penanganan dan analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan kunci dari SIG. Oleh karena itu data yang digunakan dan dianalisa dalam suatu SIG berbentuk data peta (spasial) yang terhubung langsung dengan data tabular yang mendefinisikan geometri data spasial SIG merupakan sebuah sistem yang saling berangkaian satu dengan yang lain. Badan Informasi Geospasial atau dulunya Bakosurtanal menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel yang didesain untuk

analisis spasial dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada data spasial. Data spasial adalah data yang bersifat keruangan. Contoh pada fungsi analisis spasial adalah classification (untuk mengklasifikasikan jenis penggunaan lahan di suatu wilayah), network (merujuk pada titik atau garis sebagai satu kesatuan jaringan yang tidak terpisahkan), overlay (fungsi analisis untuk setiap layer, untuk menghasilkan data spasial yang baru dari beberapa data spasial yang ada).

Penentuan zonifikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan dapat dikerjakan dengan bantuan sistem informasi geografis dalam pembuatan

Universitas Sumatera Utara

(38)

22

perencanaan pengelompokan lahan tertentu berdasarkan karakteristiknya di masing-masing wilayah tersebut. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, sistem informasi geografis juga dapat membantu dalam hal penataan ruang.

Tujuannya agar penentuan pola pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif dan efisien. Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan, permukiman, kawasan industri, dan lainnya.

Analisis spasial dalam sistem informasi geografis begitu banyak, salah satunya overlay yang diyakini mampu mempermudah pekerjaan dalam menganilisis berbagai data spasial. Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda, secara singkatnya overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut 2.6 Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Mclauglin (1996), Ritohardoyo ( 2013) dalam Nugroho (2016) Penggunaan lahan dan administrasi pertanahan di Indonesia, seperti halnya dinegara-negara yang sedang berkembang lainnya menghadapi banyak masalah.

Misalnya, ketidak selarasan antar berbagai kepentingan terutama dengan berbagai sektor ekonomi, yang pada selanjutnya terjadi kerawanan konflik dan counter productive satu dengan lainnya. Selain itu, masalah lahan timbul akibat sistem

peraturan yang pada umumnya sangat kompleks, sehingga sering tidak relevan lagi dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Akibatnya, sistem pengelolaan lahan terhambat dan pemanfaatannya tidak berkelanjutan.

Menurut Ritohardoyo (2013) dalam Nugroho (2016) Kebutuhan lahan yang semakin meningkat untuk keperluan masyarakat maupun pembangunan, telah

Universitas Sumatera Utara

(39)

23

meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya lahan di Indonesia. Pemecahan masalah tersebut memerlukan rencana strategis penataan danadministrasi pertanahan, sehingga keberlanjutan penggunaan lahan dapat terkendali dan mencegah dampak negatif. Salah satu kendala dalam penataan lahan, adalah terbatasnya ketersediaan informasi lahan secara akurat. Informasi lahan khususnya sistem registrasi antara lain mencakup data kadaster, pemilikan serta jenis hak lahan, dan data pemilik lahan.

2.7 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent)

Lahan memiliki nilai ekonomi dan nilai pasar yang berbeda-beda. Lahan di perkotaan yang digunakan untuk kegiatan industri dan perdagangan memiliki nilai pasar yang tertinggi karena di tempat tersebut terletak tempat tinggal dan sumber penghidupan manusia yang paling efisien dan memberikan nilai produksi yang tertinggi. Para pemilik sumberdaya lahan cenderung menggunakan lahan untuk tujuan-tujuan yang memberikan harapan untuk diperolehnya penghasilan yang tertinggi. Mereka akan menggunakan lahannya sesuai dengan konsep penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Konsep ini memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan, seperti aksebilitas serta kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan. Penggunaan yang terbaik dan tertinggi biasanya untuk daerah industri dan perdagangan, menyusul untuk daerah permukiman, kemudian untuk daerah pertanian, dan yang terakhir untuk ladang penggembalaan dan daerah liar yang tidak ditanami (Suparmoko, 1989).

Menurut Hardjowigeno dalam Pambudi (2008), lahan paling sedikit mempunyai tiga jenis nilai dalam ekonomi lahan, yaitu :

1. Ricardian rent, nilai lahan yang berkaitan dengan sifat dan kualitas tanah.

Universitas Sumatera Utara

(40)

24

2. Locational rent, nilai lahan sehubungan dengan sifat lokasi relatif dari lahan

3. Enviromental rent, sifat tanah sebagai komponen utama ekosistem.

Menurut Barlowe (1978) nilai ekonomi lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Sewa lahan (contract rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.

2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan surplus pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.

Salah satu cara untuk menentukan nilai faktor produksi yang berasal dari alam seperti lahan adalah dengan menggunakan konsep land rent. Land rent merupakan konsep yang penting dalam mempelajari penerimaan ekonomi dari penggunaan sumberdaya lahan untuk produksi. Land rent dapat didefinisikan sebagai surplus ekonomi yaitu merupakan kelebihan nilai produksi total di atas biaya total (Suparmoko, 1989).

Sementara menurut Nasution dalam Pambudi (2008), land rent merupakan pendapatan bersih yang diperoleh suatu pelaku ekonomi melalui kegiatan yang dilakukan pada suatu unit ruang dengan teknologi dan efisiensi manajemen tertentu dan dalam suatu kurun waktu tertentu secara formal (biasanya satu tahun).

Oleh karena itu, suatu bidang lahan tidak mempunyai nilai ekonomi lahan selama tidak melakukan usaha atau kegiatan pada lahan tersebut. Mubyarto (1985)

Universitas Sumatera Utara

(41)

25

menjelaskan pula bahwa sewa ekonomi lahan merupakan bagian dari nilai produksi lahan yang merupakan bagian dari nilai produksi secara keseluruhan sebagai hasil usaha yang dilakukan pada lahan tersebut. Jasa produksi lahan tersebut merupakan jasa yang diperoleh dari pengelolaan lahan bukan jasa karena pemilikan lahan tersebut. Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan surpuls ekonomi karena lokasi ekonomi.

David Ricardo memberikan konsep sewa atas dasar perbedaan dalam kesuburan lahan terutama pada masalah sewa di sektor pertanian. Teori sewa model Ricardo ditentukan berdasarkan perbedaan dalam kualitas lahan yang hanya melihat faktor-faktor kemampuan lahan untuk membayar sewa tanpa memperhatikan faktor lokasi lahan. Faktor lokasi dalam menetukan nilai sewa lahan diamati oleh Von Thunen yang menemukan bahwa sewa lahan di daerah yang dekat dengan pusat pasar lebih tinggi daripada daerah yang lebih jauh dari pusat pasar. Menurut Von Thunen sewa lahan berkaitan dengan perlunya biaya transport dari daerah yang jauh ke pusat pasar (Suparmoko, 1989)

Lahan yang lokasinya dekat pasar oleh masyarakat digunakan untuk daerah pusat kegiatan ekonomi yang akan memberikan pendapatan dan kapasitas sewa yang tinggi untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti untuk industri-industri atau kegiatan lain yang lebih menguntungkan. Bila mekanisme pasar terus berlangsung, maka penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih besar relatif mudah menduduki lokasi utama dan menekan serta menggantikan posisi penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih kecil. Secara umum besaran land rent dari berbagai kegiatan dapat diurutkan sebagai berikut : Industri

Universitas Sumatera Utara

(42)

26

> Perdagangan > Permukiman > Pertanian Intensif > Pertanian Ekstensif (Barlowe, 1978). Hal ini dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor yang komersial produksi secara keseluruhan sebagai hasil usaha yang dilakukan pada lahan tersebut. Jasa produksi lahan tersebut merupakan jasa yang diperoleh dari pengelolaan lahan bukan jasa karena pemilikan lahan tersebut. Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan surpuls ekonomi karena lokasi ekonomi.

Menurut Mubyarto (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi land rent adalah :

1. perbedaan kesuburan tanah 2. perbedaan jarak dari pasar 3. perbedaan biaya produksi

4. perbedaan lahan yang terbatas (scarsity of land) sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan tersebut

2.7.1 Teori Ricardian Rent

David Ricardo dalam Pambudi (2008), mengemukakan bahwa sewa tanah dapat didefinisikan sebagai surplus ekonomi atas tanah tersebut. Artinya, keuntungan yang didapat atas dasar produksi dari tanah tersebut setelah dikurangi biaya. Adanya perbedaan surplus ekonomi yang didapat pada suatu tanah dikarenakan perbedaan tingkat kesuburan. Andaikan ada tiga jenis lahan dengan tingkat kesuburan yang berbeda dipergunakan untuk memproduksi komoditas yang sama dan menggunakan faktor-faktor lain yang sama. Menurut teori ini, karena perbedaan kesuburan lahan, maka pada tingkat harga output dan input yang sama akan diperoleh surplus yang berbeda seperti dijelaskan pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

(43)

27 Gambar 2.1 Perbedaan Land Rent

sumber : Pambudi, (2008)

Gambar 2.1 Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan

keterangan gambar : P1 : Harga produksi

C1, C2, C3 : Biaya produksi X1, X2, X3 : Tingkat produksi AC : Biaya rata-rata

MC : Biaya marginal

2.7.2 Teori lokasi Von Thunen

Berdasarkan teori lokasi Von Thunen dalam Suparmoko (1989), bahwa surplus ekonomi suatu lahan banyak ditentukan oleh lokasi ekonomi (jaraknya ke kota). Menurut Von Thunen, bahwa biaya transportasi dari lokasi suatu lahan ke kota (pasar) merupakan input produksi yang penting, makin dekat lokasi suatu lahan ke kota maka makin tinggi aksesibilitasnya atau biaya transport makin rendah, oleh karena itu sewa lahan akan semakin mahal berbanding terbalik

Universitas Sumatera Utara

(44)

28

dengan jarak. Semakin jauh jarak ke pusat pasar maka biaya transportasi semakin mahal sehingga land rent semakin turun sejalan dengan semakin meningkatnya biaya transportasi. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.2, misalkan pada jarak 0 km (tepat di lokasi pasar) biaya transportasi tidak ada, maka biaya total produksi sebesar OC (land rent tinggi), kemudian pada jarak OM biaya transportasi meningkat menjadi BA sehingga biaya total produksi menjadi MA sehingga land rent-nya menjadi lebih rendah. Pada jarak OK biaya transportasi sebesar UT, sehingga biaya total produksi sebesar KT, pada kondisi demikian tidak mendapatkan surplus. Oleh karena itu land rent berbanding terbalik dengan jarak, semakin besar jarak maka land rent semakin kecil seperti dijelaskan pada Gambar 2.2;

Gambar 2. 2 Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent sumber : Pambudi (2008)

keterangan gambar : 0 : Pusat pasar P : Harga produk C : Biaya produksi M, K, L : Jarak

Universitas Sumatera Utara

(45)

29

2.7.3 Teori nilai lahan pertanian (agricultural rent)

Teori lain yang menjelaskan tentang land rent dikembangkan oleh Dunn dan Isard (Alonso, 1964). Menurut teori ini land rent di setiap lokasi adalah sama dengan nilai dari produk dikurangi biaya produksi dan biaya transportasi. Dalam teori ini diasumsikan hanya ada satu pasar dimana produk-produk pertanian dapat dijual, dan hanya ada satu jenis produk pertanian.

Rentang nilai antara penerimaan dan biaya dalam kegiatan pertanian merupakan sewa ekonomi dan juga dapat menjadi sewa yang dibayarkan oleh penggarap kepada pemilik lahan. Land rent pada setiap lokasi dapat diformulasikan sebagai berikut :

pc(t) = N [ Pc – C – kc(t) ] dimana :

pc(t) : land rent per satuan unit lahan pada jarak t dari pasar N : jumlah produk yang diproduksi per satuan unit lahan Pc : harga produk per unit di pasar

C : biaya produksi

Kc(t) : biaya transportasi satu unit produk pada jarak t ke pasar 2.7.4 Konversi lahan berdasarkan Teori Land Rent

Menurut Barlowe (1978), proses konversi lahan dapat dijelaskan berdasarkan teori atau konsep land rent. Dalam pemilihan penggunaan lahan diantara berbagai alternatif biasanya mencerminkan faktor-faktor seperti keahlian, selera, serta modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh berbagai alternatif tersebut. Para pemilik lahan selalu konsentrasi pada penggunaan yang

Universitas Sumatera Utara

(46)

30

memberikan keuntungan terbesar pada lokasi tertentu dan dengan kombinasi- kombinasi tertentu dari faktor-faktor produksi.

Pemilik lahan selalu membandingkan pendapatan yang dapat dihasilkan pada berbagai alternatif penggunaan lahan. Perbandingan ini berdasarkan pada pengamatan secara umum dan juga berdasarkan perhitungan dari kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperkirakan dapat dihasilkan dari masing-masing penggunaan lahan tersebut. Perbandingan ini, terutama sekali melibatkan faktor penggunaan dan lokasi, serta dapat dilihat dari segitiga land rent masing-masing penggunaan lahan.

Pada Gambar 2.3 segitiga land rent dapat dilihat mulai dari segitiga EOP’, yang menggambarkan land rent dari penggunaan A, sampai segitiga HOT, yang menggambarkan penggunaan D.Keempat segitiga land rent pada Gambar 2.3 (EOP’, FOR’, GOS’, dan HOT) dapat digunakan untuk menjelaskan persaingan antara empat jenis penggunaan lahan. Empat penggunaan tersebut dapat mewakili penggunaan untuk industri, permukiman, pertanian, dan kehutanan. Dengan masing-masing contoh tersebut, penggunaan yang menghasilkan land rent tertinggi biasanya menjadi kapasitas penggunaan lahan yang tertinggi di suatu area tertentu.

Universitas Sumatera Utara

(47)

31 LAND RENT

E A F

ab

G

B bc C H

Cd D

O P P’ R R’ S S T

PENURUNAN KAPASITAS PENGGUNAAN LAHAN Gaambar 2.3 penurunan kapasitas penggunaan lahan sumber : Pambudi, (2008).

Pada Gambar 2.3, sisi miring dari masing-masing keempat segitiga land rent menggambarkan batas intensif untuk penggunaan lahan tertentu. Batas

intensif untuk penggunaan A digambarkan oleh garis EP’ dan batas intensif untuk penggunaan B, C, dan D digambarkan oleh garis FR’, GS’, dan HT. Titik perpotongan antara batas intensif disebut batas konversi. Perpotongan antara batas intensif untuk penggunaan A dan B berada pada titik ab (titik P). Pada titik ini lebih menguntungkan untuk mengkonversi lahan menjadi penggunaan B dibandingkan melanjutkan penggunaan A. Batas konversi lain berada di titik bc atau R dimana di titik ini lebih menguntungkan untuk mengkonversi lahan menjadi penggunaan C dibandingkan melanjutkan penggunaan B, dan di titik cd

Batas konversi antara A dan B Zona konversi dari A ke B Tidak ada rent dari A Batas konversi antara B dan C Zona konversi dari B ke C Tidak ada rent dari B Batas konversi antara C dan D Zona konversi dari C ke D Tidak ada rent dari C Tidak ada rent dari D

Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi laju alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian di Kabupaten Bogor, menganalisis faktor – faktor apa saja

Witjaksono (2006), menyatakan alasan ekonomi senantiasa melatarbelakangi dan menjadi faktor pendorong terjadinya konversi lahan pertanian.. a) nilai land rent yang diperoleh

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengidentifikasi tipe-tipe penggunaan lahan di Desa Tugu Utara, (2) mengidentifikasi pola distribusi spasial

Analisis Perubahan peng- gunaan Lahan dari Per- tanian ke Non Pertanian di Kecamatan Wonosari tahun 1996-2005. Tujuan • Mengetahui variasi perubahan penggunaan lahan dan agihan

Perubahan penggunaan lahan antara tahun 2006- 2019 yang paling luas terjadi pada Kawasan Pertanian, yaitu pada Kawasan Perkebunan, Kawasan Pertanian Lahan Basah dan

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi sosial ekonomi petani, megetahui dinamika sosial yang terjadi dalam konversi

Hasil analisis citra periode Tahun 2009 dan 2019 menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada DTA Danau Kerinci berupa tubuh air, hutan primer, hutan sekunder, pertanian lahan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui jenis penggunaan lahan dan perubahannya di Kecamatan Dramaga, (2) mengetahui tingkat perkembangan desa di Kecamatan