TUGAS
MANAJEMEN PATIENT SAFETY (CACING)
Dosen : Ns.AZMA ULIA,S.Kep,M.Kep OLEH :
KELOMPOK 6
DEVIRA INDAH STIPALI ILASTRI
MARIA ULFA PUTRI NANDA ROSI ARMAYANTI USNATUL HASANAH
AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI
SUNGAI PENUH
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sungi Penuh,. 10 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...4
B. Rumusan masalah...4
C. Tujuan ...4
BAB. II PEMBAHASAN A. Jenis-jenis cacing...5
B. Siklus hidup cacing...6
C. Cara cacing berkembang biak...9
D. Penyakit yang di sebabkan cacing dan penularanya...10 BAB. III PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas
penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Jenis-jenis cacing 2. Siklus hidup cacing 3. Cara berkembang biak 4. Cara penularan
5. Penyakit yang di sebabkan oleh cacing C. Tujuan
Memahami Pengertian cacing, siklus hidup, cara penularan, penyebab dan bagaimana cara pengobatan penderita cacing pada umumnya. Serta berusaha sebaik mungkin untuk mencegah terinfeksi cacing.
D. Metode pengumpulan data
Data-data penunjang makalh ini diperoleh dari buku-buku mikrobiologi yang menjelaskan tentang cacing.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Cacing tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta,
Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
1.2 Cacing tambang
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus.
Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.
3. Cacing pita
Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
• Cacing pita sapi (Taenia sagita)
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen- segmen berukuran 1X1,5 cm.
• Cacing pita babi (Taenia solium)
Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup hampir sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya).
• Cacing pita ikan
Infeksi Cacing Pita Ikan (Difilobatriasis) merupakan infeksi usus karena cacing pita dewasa Diphyllobothrium latum.
4. Cacing Pipih
Tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Filum ini terdiri atas 6000 spesies yang digolongkan menjadi tiga yaitu
1. kelas Turbellaria 2. Kelas termatoda 3. Kelas cestoda
5. Cacing Filaria
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria.
6. Cacing Kremi
Cacing yang memegang peranan disini adalah Enterobius vermikularis yang sering banget terjadi pada anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar. Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang merupakan tempat bertelur yang paling ideal.
7. Cacing Gelang
Biasanya disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia bagian atas
8. Cacing Cambuk
Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran.
Cacing jantung atau nama ilmiahnya Dirofilaria immitis merupakan penyakit serius bagi anjing dan kucing dan sering kali membawa maut bila tak dirawat. Cacing yang disebar melalui vektor nyamuk Anopheles, tinggal di dalam arteri pulmonari menyebabkan kerusakan kepada jantung dan paru-paru.
B. Siklus hidup cacing 1. Siklus hidup cacing tanah
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi
mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme.
2. Siklus hidup cacing tambang
Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari, Larva kemudian menjadi dewasa dalam
seminggu.
Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur.
3. siklus hidup cacing kremi
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan melalui kotoran manusia. Ketika tangan yang tercemar masuk ke mulut, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing kremi melekat pada dinding usus
dan makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar anus.
4. Siklus hidup cacing pita
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif
(manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi
sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
5. Siklus hidup cacing cambuk
Manusia terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari.Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular.
6. Siklus hidup cacing filaria
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Jika ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
7. Siklus hidup cacing pipih
Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang.
Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing pita. Cacing pita tidak memiliki alat
pencernaan dan indra, hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup secara bebas.
C. Cara berkembangbiak cacing A. Dengan cara Aseksual
Aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan meiosis, ploidi pengurangan, atau fertilisasi. Sebuah definisi yang lebih ketat adalah agamogenesis yang adalah reproduksi tanpa fusi gamet. Yaitu dengan cara membelah diri, ini terjadi ketika saat keadaan tidak
mengguntungkan. Beberapa jenis cacing yang bereproduksi dengan cara aseksual adalah cacing pipih (planaria) berkembang biak dengan cara membelah diri. cacing pita berkembang biak dengan cara pertunasan.Cacing kadang terpotong menjadi dua karena sesuatu, bagian cacing yang terpotong akan hidup dan menjadi individu baru.
B.Dengan Cara Seksual (Kawin)
Perkembang biakan seksual merupakan proses perkembang biakan yang melibatkan terjadi nya proses pembuahan pada organisme.perkembang biakan seksual membutuhkan keterlibataan individu biasanya dari jenis kelamin yang berbeda,contoh cacing yang berkembang biak secara seksual adalah cacing tanah.
D. Penyakit yang disebabkan oleh cacing dan cara penularannya 1. Cacing Gelang
Menyebabkan penyumbatanpenyumbatan, juga komplikasi seperti ileus,
appendicitis dan pancreatitis. Penularan terjadi melalui makanan yang terinfeksi oleh telur dan larvanya. Pengobatan dengan obat pilihan pertama yaitu mebendazol, albendazol, pirantel, atabrin, Librax, niclosamide dan Praziquantel.
cacing kermi yang menimbulkan gatal disekitar anus dan kejang hebat pada anak- anak. Adakalanya infeksi ini mengakibatkan radang umbai-usus buntu akut (appedencitis) Pada wanita, biasanya cacing ini merambat genital dan seterusnya kerongga perut. Penularan berlansung dari orang ke orang berupa sentuhan dari kulit yang terdapat telur atau larva cacing kermi. Pengobatan dengan mabendazol, albendazol dan pirantel
3. Cacing Pita
Cacing pita jarang menyebabkan penyakit yang serius. Penderita biasanya mengeluh karena merasa nyeri seperti lapar yang tajam dan menusuk-nusuk, tetapi cepat sekali hilang sesudah makan. Penularannya terjadi karena memakan daging yang dimasak belum cukup lama atau mentah yang mengandung mengandung larva. Pengobatan dengan praziquantel (10mg/kg single dose) atau niklosamida (2 x 1g denganan selingan waktu 2 jam).
Pemberian suatu laksan sesudahnya di anggap tidak perlu.
4. Cacing Tambang
Cacing tambang dapat menimbulkan anemia karena cacing ini menghisap darah.
Penularan melalui larva yang memasuki kulit kaki yang terluka dan menimbulkan reaksi lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju ke paru- paru dan bronchi, akhirnya kesaluran cerna. Pengobatan diarahkan kepada dua tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah
(makanan yang bergizi dan senyawa besi) dan memberantas cacing. Mebendazol dan pirantel merupakan obat pilihan pertama.
5. Cacing Benang
Dapat menimbulkan gatal hebat dibagian bokong bersifat sementara, juga gangguan perut dan iritasi saluran pernapasan (batuk, enggap) akibat migrasi cacing. Penularan lewat larva yang berbentuk benang kulit. Pengobatan menggunakan obat Tiabendazol dan invermectin.
6. Cacing Cambuk
Menyebabkan kerusakan dan peradangan pada sistem pencernaan. Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi. Pengobatan efektif dengan mebendazol, pirantel dan albendazol.