UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN
TASIKMALAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Oleh
Yeti Supartika 0900164
JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN
TASIKMALAYA
Oleh Yeti Supartika
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Yeti Supartika 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
YETI SUPARTIKA
UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK SUKAPURA
DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN TASIKMALAYA
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Drs. Maman Tocharman, M. Pd NIP.194812251974121001
Pembimbing II
Dra. Tity Soegiarti, M. Pd. NIP. 195509131985032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
YETI SUPARTIKA
UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN TASIKMALAYA
Disetujui dan disahkan oleh penguji :
Penguji I
Dr. Ayat Suryatna, M. Si NIP. 196401031989011001
Penguji II
Drs. Taswadi, M. Sn. NIP. 196501111994121001
Penguji III
Bandi Sobandi, M. Pd. NIP. 197206131999031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK………….………... i
KATA PENGANTAR……….……… ii
UCAPAN TERIMAKASIH………... iii
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR GRAFIK ……….... viii
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. x
DAFTAR GAMBAR ………... xi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang………. 1
B. Perumusan Masalah………. 3
C. Tujuan Penelitian………. 3
D. Manfaat Penelitian………... 4
E. Struktur Organisasi Skripsi……….. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 7
A. Konsep Melestarikan Batik……..………... 7
1. Pengertian Melestarikan……….... 7
2. Pengertian Batik……… 7
3. Sejarah Perkembangan batik………. 8
4. Fungsi Batik……….. 14
5. Teknik Batik……….. 19
6. Ragam Hias Batik Nusantara……….... 23
7. Warna……… 32
B. Konsep Mempromosikan Batik………... 41
1. Pengertian Promosi……… 41
2. Pameran Sebagai Media Promosi...………... 42
3. Pengelolaan Usaha Kecil…..……… 49
BAB III METODE PENELITIAN……….. 53
A. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 53
1. Lokasi Penelitian………. 53
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Waktu Penelitian………. 54
B. Metode Penelitian………. 54
C. Definisi Operasional………. 55
D. Instrument Penelitian……… 56
1. Draf Wawancara………. 56
2. Catatn dan Alat Dokumentasi (Kamera)………. 57
E. Teknik Pengumpulan Data……… 58
1. Observasi………. 58
2. Wawncara……… 59
3. Studi Dokumentasi……….. 61
F. Teknik Analisis Data………. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….... 63
A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 63
1. Gambaran Lokasi Penelitian……….... 63
2. Kondisi Batik Sukapura dan Pembatiknya..……….... 70
3. Upaya Perajin dalam Mempertahankan Eksistensi Batik Sukapura……… 74
4. Upaya Perajin Batik dalam Mempromosikan Batik Sukapura………. 88
B. Pembahasan Hasil Penelitian……..………. 98
1. Kondisi Batik Sukapura dan Pembatiknya……… 98
2. Upaya Perajin dalam Mempertahankan Eksistensi Batik Sukapura…. 99 3. Upaya Perajin dalam Mempromosikan Batik Sukapura………... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 112
A. Kesimpulan……… 113
B. Saran dan Rekomendasi... 115
DAFTAR PUSTAKA………. 117
DAFTAR ISTILAH……… 119
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Judul : UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK
SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN
TASIKMALAYA
Batik Sukapura merupakan salah satu batik tulis asal Kabupaten Tasikmalaya yang sudah ada sejak abad ke 19. Batik Sukapura memiliki ciri khas yang berbeda dari batik Tasikmalaya lainnya yakni dari segi pewarnaannya didominasi oleh warna-warna gelap seperti warna merah, hitam, putih, coklat, dan putih. Keberadaannya batik Sukapura di Kabupaten Tasikmalaya ini, menjadi sebuah daya tarik bagi penulis untuk meneliti dan menggali lebih mendalam tentang berbagai upaya perajin batik dalam melestarikan batik Sukapura. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya”. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu perajin batik di Kampung Pasarkolot yakni Bapak Enung yang beralamat di Jl. Pasarkolot No. 53 Desa Sukapura. Disamping itu ada pula tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa upaya perajin batik dalam melestarikan batik Sukapura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan metode deskriftif. Dikarenakan dalam penelitian ini data yang diperlukan berupa data-data tertulis dan dokumentasi-dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini di antaranya menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitan ini dapat penulis simpulkan bahwa: batik Sukapura hingga saat ini masih diproduksi oleh beberapa perajin di Desa Sukapura. Karya batik yang diproduksi para perajin walaupun sudah ada pengembangan, namun ciri khas batik Sukapura tetap dipertahankan yakni warna-warna gelap seperti merah tua, coklat, dan hitam. Kini, perajin batik di Desa Sukapura tersisa hanya 10 orang lagi, itupun sudah tergolong warga yang sudah lanjut usia. Adapun upaya perajin dalam mempertahankan eksistensi karya batik Sukapura di antaranya mempertahankan motif, warna, fungsi tradisional kain batik Sukapura yang dipakai sejak dulu. Selain itu, terdapat juga upaya perajin dalam mengembangkan motif batik Sukapura yang meliputi pengembangan motif, warna, dan teknik batik. Selanjutnya upaya yang dilakukan perajin dalam mempromosikan karya batik Sukapura selain pemasaran di daerah setempat juga adanya promosi batik melalui kegiatan pameran. Setelah diteliti, ditemukan salah satu faktor menurunnya pamor batik Sukapura yakni kurangnya pengelolaan dan pengembangan perajin dalam membentuk usaha dengan memiliki nama sentra batik di desa Sukapura. Karena hal ini dapat meningkatkan promosi batik Sukapura.
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Title: EFFORTS BATIK ARTISANS OF PRESERVING BATIK SUKAPURA IN SUKARAJA DISTRICT DISTRICT TASIKMALAYA TALBOT
Batik Sukapura is one of the origins of batik Tasikmalaya district which has existed since the 19th century Sukapura Batik has a characteristic that is different from the other Tasikmalaya batik dyeing terms dominated by dark colors such as red, black, white, brown, and white. Its presence in Tasikmalaya batik Sukapura this, became an attraction for writers to research and dig deeper about the various efforts to preserve batik batik artisans in Sukapura. Therefore, this study entitled "Preserving Efforts Craft Batik In Sukapura In District Tasikmalaya Talbot". This study was conducted in one of the batik artisans in the village Pasarkolot Mr. Enung is located at Jl. Pasarkolot No. 53 Village Sukapura. Besides, there is also the purpose of this study was to determine some of the efforts to preserve batik batik artisans in Sukapura. The method used in this research is descriptive method qualitative approach. Because in this study the necessary data in the form of written data and documentations. Data collection techniques in the study of which uses interviews and observation techniques. The results of this research can be the authors conclude that: batik Sukapura is still produced by some artisans in the village of Sukapura. The work produced batik crafters although there has been development, but characteristic of batik Sukapura maintained that dark colors such as dark red, brown, and black. Now, batik artisans in the village of just 10 people remaining Sukapura again, that would have been classified as residents who are elderly. The efforts of artisans in maintaining the existence of batik works Sukapura them maintain motif, color, function Sukapura traditional batik cloth worn long ago. In addition, there are also efforts in developing batik artisans Sukapura which includes the development of motifs, colors, and batik techniques. Furthermore, the efforts made in promoting the work of batik artisans Sukapura besides marketing presence in the local area also through the promotion of batik exhibitions. After investigation, it was discovered one of the factors decreasing prestige batik Sukapura the lack of management and development of artisans in shaping the business by having the name of the village center of batik in Sukapura. As this can increase the promotion of batik Sukapura.
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman
kekayaan alam, kesenian, dan budaya yang masih dipelihara dan dilestarikan oleh
masyarakatnya. Salah satu warisan budaya Indonesia yang harus tetap
dipertahankan oleh bangsa Indonesia ialah batik. Sebagaimana kita ketahui bahwa
batik Indonesia telah berkembang di berbagai pelosok Nusantara. Beberapa
daerah penghasil batik di Jawa Barat ialah Cirebon, Indramayu, Garut, Ciamis,
dan Tasikmalaya.
Batik Tasikmalaya umumnya “…memiliki corak berbagai variasi parang
dengan warna sogan kemerah-merahan dan hitam dengan latar kuning muda
kemerah-merahan…di samping masyarakat Sunda menyukai warna-warna cerah –
maka lahirlah kreasi-kreasi menurut selera setempat” (Djoemena, 1990, hlm. 26).
Oleh karena itu, tidak heran bila masyarakat Tasikmalaya saat ini lebih
mengedepankan warna-warna cerah untuk karya batiknya, karena pada dasarnya Tasikmalaya merupakan warga Tatar Sunda “…yang kreatif dan dinamis” (Djoemena, 1990, hlm. 26). Dari Sekian banyak jenis batik khas Tasikmalaya
yang diproduksi oleh beberapa kecamatan di Tasikmalaya, terdapat salah satu
jenis batik dari kecamatan Sukaraja yaitu batik tulis Sukapura. Disamping itu,
Tasikmalaya juga dikenal sebagai penghasil berbagai kerajinan tangan.
Batik Sukapura merupakan batik tulis yang memiliki motif tidak jauh
berbeda dengan batik tulis pesisir Jawa Tengah seperti pada batik Banyumas dan
Pekalongan. Karena dalam perkembangannya batik Sukapura mendapat pengaruh
dari batik-batik Jawa tengah. Berdasarkan hasil temuan bapak Ucu Husaeni dalam
2
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“...batik Sukapura dibuat dengan cara tradisional, hanya saja warna-warna yang digunakan pada kain batik Sukapura cenderung warna-warna gelap dan mampu bertahan lama. Dikarenakan kain bahan dasar direndam dalam campuran minyak kacang tanah dan sapu merang (sapu yang terbuat dari tangkai padi) selama kurang lebih dua pekan” (Husaeni, 2010, hlm. 3).
Berdasarkan hasil penemuan di atas, dapat dipahami bahwa keberadaan
batik Sukapura merupakan warisan budaya Indonesia turun-temurun yang perlu
dilestarikan dan dipertahankan eksistensinya oleh masyarakat Tasikmalaya pada
khusunya serta masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dari waktu ke waktu, pemasaran batik di Indonesia memiliki peran penting
terhadap perkembangan batik, khususnya pada batik Sukapura. Sebagaimana
diberitakan oleh media cetak Kompas Cirebon pada awal tahun 2013 (Senin, 22
Maret 2013, hlm. 22) bahwa “...Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menargetkan
peningkatan produksi batik Sukapura menjadi 100 persen pada 2014. Caranya
dengan meningkatkan promosi melalui pameran dan pelatihan bagi perajin batik”.
Berdasarkan berita tersebut, perlunya upaya meningkatkan promosi batik
Sukapura akan membawa dampak positif terhadap perkembangan batik Sukapura
di masa yang akan datang. Dan kunci berkembangnya batik Sukapura tersebut
tergantung bagaimana kepedulian masyarakat setempat terhadap batik Sukapura.
Berdasarkan pemaparan di atas, masalah-masalah tersebut harus
dipublikasikan kepada masyarakat melalui berbagai media informasi atau dengan
cara mengangkat kembali nama batik Sukapura ke dalam sebuah karya tulis
ilmiah. Hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji masalah tersebut dan
mengangkatnya ke dalam rumusan masalah penelitian, dikarenakan apabila
masalah-masalah ini dibiarkan dan tidak diteliti akan semakin tidak diketahui oleh
masyarakat umum serta batik Sukapura dapat terancam punah.
Adapun dampak positif apabila kondisi batik dan pembatiknya (perajin),
serta upaya perajin dalam mempertahankan juga mempromosikan batik Sukapura
3
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
khususnya serta warga Indonesia pada umunya, bahwa masyarakat desa Sukapura
merupakan warga yang peduli terhadap batik yakni sebagai warisan budaya
bangsa yang patut dilestarikan dan dikembangkan.
Sebaliknya, jika beberapa permasalahan di atas dibiarkan, akan berdampak
pada kelangsungan batik Sukapura di perindustrian batik Nusantara. Salah satunya
ada penurunan pamor atau eksistensi batik Sukapura dan perkembangan promosi
yang masih berkisar dalam lingkungan pasar daerah setempat.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa seni rupa yang sadar akan budaya
bangsa, penulis berminat meneliti batik Sukapura untuk dijadikan sebuah karya
tulis skirpsi. Selain penulis tertarik terhadap keunikan karya batik Sukapura, juga
berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengangkat kembali eksistensi batik
Sukapura di wilayah Nusantara. Dengan demikian, penelitian ini akan diberi judul “UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN TASIKMALAYA.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis akan
membuat perumusan masalahnya berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi pembatik Sukapura dan hasil karyanya?
2. Bagaimana upaya perajin dalam mempertahankan eksistensi karya batik
Sukapura?
3. Bagaimana upaya promosi yang dilakukan perajin batik untuk mencapai
sasaran/cita-citanya?
C. Tujuan Penelitian
Setelah menemukan beberapa permasalahan di atas, selanjutnya penulis
akan merumuskan tujuan mengadakan penelitian ini di antaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi pembatik Sukapura dan hasil karyanya.
4
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Mengetahui upaya promosi yang dilakukan perajin dalam mencapai sasaran
atau cita-citanya.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis, lembaga pendidikan, sentra atau perajin batik dan
masyarakat.
1. Bagi Penulis
a. Dapat mengetahui kondisi pembatik Sukapura dan hasil karyanya.
b. Dapat mengetahui berbagai upaya perajin dalam mempertahankan eksistensi
batik Sukapura.
c. Dapat mengetahui berbagai upaya promosi yang dilakukan perajin dalam
mencapai sasaran atau cita-citanya.
d. Dapat menjalin kerjasama antara peneliti dengan lembaga pendidikan,
lembaga pemerintahan, dan kriyawan.
2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa
a. Sebagai referensi untuk bahan ajar kriya batik atau kepustakaan tentang
“UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK
SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN
TASIKMALAYA”.
b. Menjadikan Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI sebagai salah satu jurusan
dari perguruan tinggi negeri di Indonesia yang menjungjung serta
mengangkat warisan budaya bangsa, salah satunya budaya batik.
3. Bagi Pengusaha, Pengelola, Perajin Batik
5
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Dapat memperkenalkan beberapa pengusaha, pengelola, ataupun perajin batik
Sukapura kepada masyarakat Indonesia.
4. Bagi Pemerintah Daerah
a. Agar termotivasi untuk melestarikan batik Sukapura dengan melibatkan
pendidikan, seperti mengadakan workshop batik kepada siswa-siswi SD,
SMP, dan SMA.
b. Agar mengetahui perkembangan kerajinan batik yang ada dikawasan
Tasikmalaya khususnya wilayah perajin batik Sukapura.
4. Bagi masyarakat.
Diharapkan dengan banyaknya referensi tentang kerajinan batik di Indonesia
khususnya di daerah Tasikmalaya, masyarakat dapat tergugah dan termotivasi
untuk ikut serta dalam melestarikan dan mengembangkan budaya batik Sukapura
agar pamor batik Sukapura pada beberapa puluh tahun kebelakang yang sudah
dikenal oleh masyarakat luar pulau Jawa dapat terulang kembali.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penyususnan karya tulis ini, peneliti akan menguraikan struktur
organisasi skripsi sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, bab ini berisi tentang uraian Latar Belakang Masalah
Penelitian yang akan di teliti. Kemudian menentukan Rumusan Masalah,
menuliskan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi
Skripsi.
BAB II: Kajian Pustaka, bab ini menguraikan landasan teori atau kajian
pustaka sebagai landasan teoritik untuk menganalisis temuan hasil penelitian yang
akan diuraikan pada Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan. Adapun teori yang
akan dipaparkan pada bab ini meliputi teori-teori serta dalil-dalil hasil temuan
6
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III: Metodologi Penelitian, pada bab ini akan diuraikan secara rinci
mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis sesuai jenis penelitiannya.
Selanjutnya menguraikan cara-cara yang akan ditempuh peneliti ketika
melaksanakan penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga menjelaskan bagaimana
peneliti menentukan Lokasi dan Subjek penelitian, Definisi Operasional,
Instrument Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menjelaskan pemaparan
dan pembahasan data hasil penelitian tentang Upaya Perajin Batik dalam
Melestarikan Batik Sukapura di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.
Pada bagian pemaparan, penulis menjelaskan ringkasan singkat hasil temuan
selama penelitian di lapangan, juga menuliskan kembali tujuan penelitian.
Selanjutnya pada bagian pembahasan, penulis membahas hasil temuan di
lapangan dengan cara menghubungkan data penelitian dengan teori yang telah
ditulis pada Bab Kajian Pustaka.
BAB V: Kesimpulan Dan Saran (rekomendasi), dalam bab ini menguraikan
ringkasan singkat atau intisari dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada rumusan
masalah. Selain itu menguraikan beberapa saran dan rekomendasi dari penulis
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Daerah yang dipilih penulis untuk dijadikan tempat penelitian ialah
Kampung Pasarkolot, Desa Sukapura, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Tasikmalaya. Di daerah tersebut terdapat beberapa perajin batik tulis Sukapura
yang sudah berkarya sejak lama. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan
penelitian di Kampung Pasarkolot ini yang nantinya akan di angkat ke dalam
sebuah karya tulis ilmiah skripsi.
2. Subjek Penelitian
Saat ini perajin batik Sukapura di Kampung Pasarkolot, Desa Sukapura,
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, yang masih menekuni batik tersisa
hanya 10 orang lagi. Itu pun rata-rata sudah berusia di atas 50 tahun, di antaranya
adalah Pak Enung, Ibu To’ah, Pak Uyung Sopyan, Ibu Uun, Pak Dadan, Ibu Siti,
Pa Amun, Pa Barjah, Ibu Nonok, dan Ibu Jua.
Untuk menentukan subjek penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan
wawancara kepada pihak pemerintah Desa Sukapura mengenai beberapa perajin
batik Sukapura yang berada di Kampung Pasarkolot. Usai wawancara, penulis
meminta rekomendasi dari pihak pemerinatah untuk dipilihkan perajin sebagai
tempat penelitian yang berharap dapat menjawab semua rumusan masalah
penelitian . Berdasarkan rekomendasi dari pemerintah desa Sukapura, perajin
yang dipilih sesuai kriteria tersukses dalam melestarikan batik Sukapura ialah
Bapak Enung.
Dengan demikian, penulis memilih Bapak Enung sebagai subjek penelitian
karena beliau diketahui memiliki perbedaan dalam melestarikan batik Sukapura
pertanyaan-54
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan rumusan masalah penelitian ini. Adapun tempat tinggal Pak Enung
tepatnya di Jalan Pasarkolot No. 53, dan letak geografis tempat tinggal beliau
cukup strategis, karena lokasi rumahnya berada di pinggir jalan Pasar Kolot,
sehingga dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Hal ini dapat memberi
kemudahan bagi penulis selama melakukan penelitian.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih enam bulan, mulai dari bulan Agustus
2013 sampai bulan Januari 2014. Waktu penelitian terhitung sejak penulis
melakukan observasi ke lokasi penelitian sampai dengan selesai penelitian dan
menyusun laporan. Penulis mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan SK
(Surat Keputusan) mengenai pengesahan Judul Skripsi dari Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni (FPBS) UPI. Dengan adanya Surat Keputusan (SK) tersebut,
dapat memudahkan penulis untuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Ciri-ciri penelitian kualitatif dapat dilihat dari sifat
dan bentuk laporannya. Dimana, laporan tersebut merupakan laporan yang berisi
pemaparan kajian hasil penelitian. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif
disusun dalam bentuk narasi yang bersifat deskripsi dan menampilkan
dokumentasi hasil penemuan-penemuan selama penelitian.
Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, penulis dianjurkan untuk
mengetahui serta memahami terlebih dahulu bagaimana definisi dan sifat metode
penelitian yang dipilih. Hal ini dilakukan agar pada saat terjun ke lapangan tidak
lagi kebingungan untuk melakukan penelitian, karena sebelumnya penulis sudah
mempelajari jenis dan sifat penelitian yang dipakai. Metode penelitian yang
dimaksud, dikemukakan oleh Nazir (1988, hlm. 64) bahwa penelitian deskriptif :
55
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kerja peneliti, bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan schedule questionair ataupun interview guide.
Berdasarkan pendapat di atas, metode deskriptif dibutuhkan dalam
penelitian ini. Karena pada proses penelitiannya, penulis akan meneliti
permasalahan-permasalahan di suatu kelompok masyarakat mengenai upaya yang
dilakukan perajin batik di desa Sukapura dalam melestarikan batik Sukapura.
Sebagaimana dijelaskan dalam kutipan di atas, bahwa penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif umumnya penulis dapat memberikan gambaran terhadap
fenomena-fenomena di lapangan. Selain itu teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara dan survei atau observasi.
Untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian kualitatif, di sini penulis
akan mengumpulkan data-data faktual melalui wawancara dan observasi. Penulis
dapat mengumpulkan berbagai data mulai dari dokumen yang relevan dalam
bentuk hasil wawancara, dokumentasi foto, dan hasil rekaman. Data tertulis yang
didapat penulis tidak hanya dari pemberi informan, tetapi ada sebagian data dari
pihak pemerintah setempat yakni Desa Sukapura, dan dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (DISPARBUD) Kabupaten Tasikmalaya. Kemudian pada tahap
akhir, data penelitian akan dianalisis dan dibahas sesuai rumusan masalah.
C. Definisi operasional
Untuk mmperjelas judul penelitian, penulis akan merumuskan definisi
operasionalnya atau penjelasan istilah sebagai berikut :
1. Upaya
Maksud dari kata upaya dalam penelitian ini adalah usaha dari beberapa
perajin dalam melestarikan atau mempertahankan eksistensi batik.
56
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Merupakan seseorang atau sekelompok orang yang menekuni kerajinan
batik dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghasilkan kain batik baik
itu jenis batik tulis maupun batik cap.
3. Melestarikan
Melestarikan adalah upaya sekelompok orang, masyarakat atau lembaga
dalam menjaga dan mempertahankan sesuatu hal yang berharga dan bernilai untuk
dipelihara juga dikembangkan. Dalam judul penelitian ini, yang dimaksud
melestarikan ialah bagaimana cara perajin dalam melestarikan budaya membatik
agar kerajinan batik tidak punah. Karena pada dasarnya, batik merupakan warisan
budaya turun temurun dari nenek moyang yang harus dilestarikan dari masa ke
masa.
4. Batik Sukapura
Batik Sukapura merupakan salah satu jenis batik tulis asli dari Tasikmalaya
yang sudah ada sejak zaman penjajahan hingga sekarang, denga ciri khas
warna-warna gelap seperti warna-warna hitam, biru tua, coklat, dan soga (merah).
5. Desa Sukapura
Desa sukapura adalah salah satu desa yang berada dikecamatan Sukaraja
Kabupaten Tasikmalaya. Daerah tersebut menjadi lokasi penelitian, karena di
dalamnya terdapat beberapa perajin batik Sukapura.
D. Instrumen Penelitian
Pada sebuah penelitian, instrumen sangat dibutuhkan karena merupakan
salah satu alat untuk mengumpulkan data-data yang sesuai dengan kenyataan di
lapangan. Beberapa instrumen yang digunakan oleh penulis selama penelitian
ialah sebagai berikut :
57
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Draft wawancara di sini diartikan sebagai serangkaian pertanyaan yang
sudah disusun penulis sebelumnya, agar pada saat wawancara berlangsung penulis
mempunyai acuan topik pertanyaan yang akan diberikan kepada narasumber.
Sehingga tidak keluar dari permasalahan-permasalahan yang ingin di tanyakan.
Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada dua belah pihak yakni
dari pihak pemerintah desa Sukapura dan perajin batik Sukapura. Tujuan penulis
dalam mwawancarai pihak pemerintah desa ialah untuk mendapatkan
rekomendasi perajin batik yang akan dijadikan objek penelitian. Adapun daftar
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun penulis, antara lain sebagai berikut :
a. Daftar pertanyaan untuk perajin batik Sukapura
1) Sejak kapan bapak/ibu mulai membatik?
2) Apakah ada upaya yang bapak/ibu lakukan dalam melestarikan batik
Sukapura sehingga batik Sukapura ini masih bertahan hingga sekarang?
3) Apakah ada kendala pada saat melakukan upaya pelestarian batik Sukapura ?
4) Bagaimana menghadapi beberapa kendala yang ditemui pada saat melakukan
upaya pelestarian batik Sukapura?
5) Apakah ada pelatihan membatik dari ibu/bapak kepada keluarga dan
masyarakat?
6) Kemana saja bapak/ibu memasarkan kain batik Sukapura?
7) Upaya apa saja yang bapak/ibu lakukan dalam mempromosikan batik
Sukapura selain memasarkan di pasar lokal?
b. Daftar Pertanyaan untuk informan dari desa Sukapura
1) Menurut catatan pemerintah desa, jumlah perajin batik yang ada di Desa
Sukapura ada berapa?
2) Dari sekian banyak perajin, ada berapa perajin batik yang masih aktif
menekuni batik Sukapura hingga sekarang?
3) Menurut hasil survei dari desa, perajin mana yang paling maju atau sukses
58
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Catatan dan Alat Dokumentasi (kamera)
Selain menggunakan draft wawancara, pada penelitian ini penulis juga
menggunakan catatan kecil untuk menulis keterangan atau jawaban dari
narasumber. Selanjutnya, alat yang digunakan adalah kamera. Alat ini berfungsi
untuk mengambil gambar dalam bentuk foto dan merekam video apabila
diperlukan.
E. Teknik Pengumpula Data
Agar data-data penelitian dapat terkumpul dengan lengkap, sesuai jenis
penelitian ini yakni penelitian kualitatif maka penulis menggunakan teknik
observasi dan wawancara.
1. Observasi
Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan pada tahap awal sebelum
melakukan wawancara. Melalui observasi, penulis dapat menemukan objek
penelitian yang akan diwawancara. Observasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah observasi langsung ke lapangan. Sebagaimana dikemukakan Nazir (1988,
hlm. 212) bahwa ”Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan terbesut”.
Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini ketika penulis melakukan
observasi dapat mengamati langsung bagaimana keadaan objek yang akan diteliti
di lapangan. Menurut Nazir (1988, hlm. 213), menggunakan pengamatan
langsung dapat memberikan keuntungan bagi penulis antara lain sebagai berikut :
a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi.
59
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena itu melalui kegiatan observasi yang dijelaskan pada kutipan di
atas, penulis dapat menemukan gambaran umum keadaan di lapangan.
Selanjutnya, data-data yang tidak diduga bisa saja diketahui setelah melakukan
observasi langsung.
Cara yang paling efektif dalam menggunakan metode observasi adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi.
Pengamatan langsung dalam penelitian ini dilakukan kepada salah satu
perajin batik Sukapura yakni bapak Enung. Lokasinya di Jalan Pasarkolot No. 53,
Desa Sukapura, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Melalui kegiatan
wawancara dengan perajin tersebut, penulis dapat mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya. Tetapi sebelumnya, penulis terlebih dahulu melakukan observasi
kepada pemerintah desa untuk meminta rekomendasi perajin mana yang akan
dijadikan tempat penelitian. Adapun data yang didapat oleh penulis merupakan
data penting mengenai penjelasan-penjelasan upaya perajin batik dalam
melestarikan batik Sukapura. Kemudian dengan pengamatan ini, penulis juga bisa
mendapatkan dokumentasi-dokumentasi yang di ambil dari perajin. Di samping
itu juga mendapatkan data-data tertulis lain yang berkenaan dengan jumlah perajin
batik Sukapura beserta potensi-potensinya, serta data dari pemerintah desa
setempat.
2. Wawancara
Pada sebuah penelitian, hal utama yang dibutuhkan oleh penulis ialah data.
Begitu juga dalam prosesnya, penulis harus meneliti sedalam-dalamnya objek
penelitian. Sehingga pada saat melaksanakan penelitian, masalah yang diteliti
dapat terjawab. Melalui teknik wawancara, penulis dapat mengumpulkan data dari
60
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Ratna (2010, hlm. 222) dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya
mengemukakan bahwa “Wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh
data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok”.
Berdasarkan pandangan tersebut, bisa dipahami bahwa ketika melakukan
wawancara selama penelitian, komponen yang dibutuhkan di antaranya topik
wawancara, jumlah responden yang siap diwawancarai, penetapan waktu sesuai
kesiapan narasumber atau responden.
Maksud dari responden dalam penelitian ini yaitu meliputi pihak-pihak yang
dinilai dapat memberikan informasi secara relevan (valid) tentang batik Sukapura
dan upaya pelestariannya. Adapun pihak-pihak responden yang dapat memberikan
informasi selama penelitian ini di antaranya dari pihak perajin batik Sukapura
(Bapak Enung), Pemerintah Desa Sukapura, Dinas KOPERINDAG (Koperasi,
Perindustrian, dan Perdagangan) san DISPARBUD (Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan) Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk melancarkan kegiatan wawancara, penulis terlebih dahulu membuat
rancangan poin-poin inti percakapan dalam bentuk beberapa pertanyaan dengan
bahasa yang sederhana. Tujuannya ialah untuk mempermudah narasumber ketika
menjawab beberapa pertanyaan dari peneliti. Suasana wawancara yang diciptakan
penulis tidak formal melainkan seperti obrolan-obrolan santai, agar poin-poin dari
pertanyaan bisa dikembangkan mengikuti alur pembicaraan. Meski bentuk
wawancaranya seperti obrolan biasa, namun penulis tetap membatasi obrolan
dengan narasumber agar topik pembicaraannya tidak keluar dari apa yang sudah
direncanakan.
Sebelum penulis memulai wawancara, terdapat beberapa hal yang
dipersiapkan penulis demi kelancaran kegiatan wawancara yakni meliputi catatan
kecil untuk menulis, pedoman wawancara berupa draft pertanyaan, dan biodata
61
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ada pun beberapa hal yang dilakukan penulis sebelum memulai wawacara
di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Menerangkan tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis.
b. Memberikan penjelasan mengapa narasumber menjadi pilihan yang
diwawancara.
c. Menjelaskan kepada narasumber bahwa hasil wawancara akan diangkat ke
dalam sebuah karya tulis skripsi.
Setelah menjelaskan beberapa hal tersebut, kemudian penulis memulai
kegiatan wawancara dengan memberikan pertanyaan demi pertanyaan
sebagaimana rancangan dalam pedoman wawancara.
3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (2013, hlm. 329) mengemukakan bahwa studi
dokumentasi/dokumen merupakan “…pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif”. Sasaran dari studi ini ialah
dokumen. Kembali dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm. 329) bahwa :
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Pada penelitian ini, tentunya sangat membutuhkan studi dokumentasi,
karena dalam pelaksanaannya banyak hal yang harus didokumentasikan yaitu
berupa foto serta rekaman suara atau video.
Maka dari itu, dalam menggunakan metode penelitian ini, peneliti dapat
meneliti dokumen-dokumen penting kemudian mencatat benda-benda tertulis
62
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dokumen-dokumen yang didapatkan oleh penulis tidak hanya dari perajin
batik saja, tetapi ada pula dari Dinas KOPERINDAG (Koperasi, Perindustrian,
dan Perdagangan), DISPARBUD (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) Kabupaten
Tasikmalaya. Dokumen yang didapat dari kedua Dinas ini, kaitannya erat dengan
batik Sukapura yakni data-data perajin batik dan sejarah perkembangan batik
Sukapura. Selanjutnya penulis mendapat dokumen dari pemerintah Desa
Sukapura.
F. Teknik Analisis Data
Hal terpenting dalam sebuah penelitian disamping teknik pengumpulan data
ialah teknik analisis data. Dikarenakan teknik analisis data dalam sebuah
penelitian merupakan kegiatan memeriksa keabsahan data-data yang sudah
terkumpul sebelum data tersebut disusun menjadi laporan. Di sini, penulis dapat
memeriksa ulang apakah data yang dikumpulkan selama penelitian di lapangan itu
dapat menjawab rumusan masalah penelitian atau sebaliknya.
Menurut Arikunto (2010, hlm. 280) mengemukakan bahwa “Analisis data
adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerjakan (ide) seperti yang disarankan oleh data”. Dengan demikian dalam
menganalisis data, penulis akan menyusun data-data yang sudah dikumpulkan
sesuai dengan perumusan masalah.
Selanjutnya penulis dapat melakukan analisis data, melalui tahapan-tahapan
berikut :
1. Mengumpulkan seluruh data hasil temuan di lapangan.
2. Sebelum disusun dengan sistematis, data-data hasil penelitian dicek ulang dan
dibandingkan dengan data hasil penemuan orang lain.
3. Mengelompokkan data sesuai rumusan masalah penelitian. Tujuannya agar
63
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menganalisis keterkaitan antara data yang satu dengan yang lainnya. Apabila
ditemukan data yang kurang akurat atau diragukan, maka akan dilakukan
pengecekan ulang ke lapangan.
5. Setelah penyaringan dan pengelompokkan data, kemudian di susun kedalam
sebuah laporan secara sistematis, dengan cara membahas dan mendeskripsikan
hasil temuan di lapangan yang sesuai dengan perumusan masalah sehingga
menjadi sebuah laporan yang ilmiah dan relevan.
6. Selanjutnya, menyimpulkan hasil dari penelitian sesuai poin-poin dalam
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Batik merupakan salah satu budaya khas Indonesia yang patut dijaga,
dikembangkan, dilindungi, dan dilestarikan. Sebagai warga Indonesia yang peduli
terhadap budaya, senantiasa harus memajukan batik baik dari segi motif dan
ragam hiasnya, atau pun memperluas kembali pemasarannya. Hal ini tentunya
akan berpengaruh terhadap kelangsungan batik Indonesia kedepannya.
Berkaitan dengan hal itulah penulis meneliti tentang “ Upaya Perajin Batik
dalam Melestarikan Batik Sukapura di Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Tasikmalaya”. Berdasarkan hasil penelitian mengenai judul tersebut, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Kondisi Batik dan Pembatik Sukapura
a. Kondisi Batik Sukapura
Batik Sukapura merupakan jenis batik tulis khas Tasikmalaya yang
diperkirakan mulai ada sejak tahun 1819 (abad ke 19) dengan penamaan batiknya
merujuk kepada sebuah tempat yakni Desa Sukapura. Batik ini masih tergolong
batik tradisional, dikarenakan pada proses pembuatannya alat-alat dan samara
(racikan warna) yang digunakan oleh perajin batik Sukapura masih tradisional.
Hingga sekarang batik ini diproduksi oleh beberapa perajin di Kampung
Pasarkolot, Desa Sukapura. Adapun motif-motif batik Sukapura yang tetap
diproduksi hingga saat ini didominasi motif yang sudah ada sejak dahulu dari
leluhurnya. Walaupun ada sedikit pengembangan pada motif, namun ciri khas
batik Sukapura tetap dipertahankan yakni didominasi warna-warna gelap seperti
114
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Kondisi Pembatik Sukapura
Status perajin batik Sukapura hingga kini masih dikategorikan sebagai home
Industry. Adapun perajin yang masih berkarya hingga saat ini kurang lebih 10
orang, hal ini dikarenakan kurangnya regenerasi dari para pemuda-pemudi warga
Desa Sukapura. Perajin yang masih aktif memproduksi batik Sukapura sampai
saat ini rata-rata berusia di atas 50 tahun atau bisa disebut warga lanjut usia.
Beberapa perajin tersebut di antaranya adalah Bapak Enung, Ibu To’ah, Bapak
Uyung Sopyan, Ibu Uun, Bapak Dadan, Ibu Siti, Bapak Amun, Bapak Barjah, Ibu
Nonok, dan Ibu Jua.
2. Upaya Perajin Batik Dalam Mempertahankan Eksistensi batik Sukapura
Upaya yang dilakukan bapak Enung selaku perajin batik Sukapura dalam
mempertahankan Eksistensi Batik Sukapura di antaranya adalah mempertahankan
fungsi tradisonal kain batik Sukapura, mempertahankan motif batik Sukapura
yang sudah ada sejak dulu, dan mempertahankan warna khas batik Sukapura.
Pada zaman dahulu, fungsi kain batik sukapura ialah sebagai keperluan
snadang seperti sarung dan kain panjang (Sinjang). Adapun motif-motif batik
Sukapura yang masih dipertahankan oleh Bapak Enung hingga saat ini di
antaranya motif kumeli, motif kupat beulah, motif suplir, motif pisang bali, Motif
rereng jaksa, motif balimbing ombak banyu, Motif daun taleus, motif gambir
saketi, dan motif renville. Selain itu warna yang digunakan oleh nenek moyang
perajin batik Sukapura pada zaman dahulu ialah warna merah, hitam, putih, dan
biru.
Disamping perajin mempertahan motif, warna, dan fungsi yang sudah
dipakai oleh terdahulunya juga mengembangkan dan menciptakan motif batik
Sukapura. Upaya pengembangan motif batik Sukapura yang dilakukan Bapak
115
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
batiknya terdapat dua teknik yang berbeda, adanya menambahkan warna dengan
warna cerah, dan menciptakan motif baru yang terinspirasi dari lingkungan sekitar
desa Sukapura.
Perlu diketahui juga bahwa dalam mempertahankan batik tidak hanya
mempertahankan motif saja. Tetapi pengelolaan usaha batik juga diperlukan, agar
batik dapat dipasarkan dengan baik. Mengingat hal ini, pada tahun 2012 Bapak
Enung mendirikan sebuah nama usaha batik yaitu “Sabda Palon”. Dua kata ini di
ambil dari Gunung Sabda dan nama istilah dari leluhur batik.
3. Upaya Perajin Batik dalam Mempromosikan Batik Sukapura
Salah satu upaya mempromosikan batik Sukapura yang dilakukan oleh
bapak Enung selaku perajin Batik Sukapura selain memasarkan batik di
lingkungan pasar setempat ialah melalui media pameran. Jenis pameran yang
diikutinya umunya meliputi pameran lokal dan pameran Nasional. Disamping itu,
motif yang sering diikutsertakan ke dalam pameran merupakan motif-motif yang
sudah ada sejak zaman nenek moyang perajin batik Sukapura.
Adapun keuntungan dari mempromosikan batik Sukapura melalui media
pameran yakni dapat memperkenalkan batik Sekpaura kepada masyarakat di luar
Tasikmalaya, mendapatkan keuntungan jika ada yang melelang kain batik, dan
tentunya menabah link dengan Dinas Perbatikan yang ada di Indonesia.
B. Saran dan Rekomendasi
Setelah melakukan penelitian mengenai batik Sukapura, didalamnya masih
banyak yang perlu diteliti oleh peneliti selanjutnya. Oleh karena itu, dalam tulisan
ini penulis akan menguraikan saran dan rekomendasi di bawah ini.
a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
mengenai upaya pelestarian batik Sukapura.
b. Bagi Jurusan Pendidikan seni rupa, diharapkan hasil penelitian ini dapat
116
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi peneliti lainnya, yang berminat meneliti batik ini disarankan untuk
mengkaji lebih dalam mengenai seluk-beluk batik Sukapura.
d. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi untuk
mengembangkan inovasi baru mengenai produk batik dari segi motif dan
teknik pengerjaan.
e. Bagi pemerintah daerah, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan
masukan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya dan kerajinan
yang ada di kabupaten Tasikmalaya. Dan hal ini perlu dukungan dari
pendidikan formal mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah menengah
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: PT. Rineka Cipta.
Banawati. (2010). Kajian Visual Motif “Batik Tradisiku” di Kota Bogor. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Darmaprawira, S. (2002). Teori Warna dan Kreatifitas Penggunaannya. Bandung: ITB.
Djoemena, S. Nian. (1990). Batik dan Mitra. Jakarta : Djambatan Anggota IKAPI
Erlangga, N. Y. (2010). Kajian Estetik Motif Batik Paseban Cigugur. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Evelina, L. (2005). Event Organizer Pameran. Jakarta: PT INDEKS
Handoyo, Joko Dwi dan Suci Taswati. (2008). Batik dan Jumputan. Yogyakarta: KTSP.
Hasanudin. (2001). Batik Pesisiran, Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Hoop, D. V. (1949). Ragam-ragam Perhiasan Indonesia. Bandung: Gedrukt door N. V. v/h A. C. Nix & Co.
Husaeni, U. (2010). Kajian makna Simbolik Motif Batik Tulis Sukapura (Studi Kasus Motif Batik Tulis Karya Perajin Batik Tulis Sukapura Kampung Pasar kolot, Desa Sukapura, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya). Tesis pada Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Johar, M. (2000). Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta : KAINSIUS
Kartadinata, S. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Musman, A. dkk. (2011). Batik Adiluhung Nusantara. Yogyakarta : C.V ANDI OFSET.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia, Indonesia.
Ratna, K. N. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Denpasar : Pustaka Pelajar
Situngkir, H. dkk. (2009). Fisika Batik (Implementasi Keatif Melalui Sifat Fraktal pada Batik Secara Komputasional). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suhersono, H. (2009). Desain Bordir Motif Batik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa Wajah & Tata Pameran Seni Rupa. Yogyakarta: Galang Press (Anggota IKAPI).
Swasty, W. (2010). A-Z Warna Interior Rumah Tinggal. Bandung: PT. Niaga Swadaya.
Tim Beranda Agency. (2009). Desain Kaos Batik dengan CorelDRAW. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wulandari, A. (2011). Batik Nusantara: makna filosofis, cara pembuatan &industry batik. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET
Dari Internet
Yeti Supartika, 2014
Upaya Perajin Batik Dalam Melestarikan Batik Sukapura Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya