PEMBEKALAN HUKUM CALON PESERTA PEMILUKADA
Dr. Humphrey R Djemat, S.H., L.LM., FCB. Arb
DASAR HUKUM KEPENGURUSAN DPP PPP ROMAHURMUZY
1. Surat Keputusan Menkumham Nomor: M-HH-07.AH.11.01 TAHUN 2014 Tanggal 28 Oktober 2014 yang mengesahkan susunan kepengurusan hasil Muktamar Surabaya Tahun 2014.
§ Surat Keputusan ini telah dinyatakan batal (nietig) dengan segala akibat hukumnya berdasarkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor: No. 217/G/2014/PTUN-JKT tanggal 27 Februari 2015 Jo.
Putusan Mahkamah Agung R.I. No. 504 K/TUN/2015 Tanggal 20 Oktober 2015.
§ Dalam memberikan amar putusan tersebut, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memberikan pertimbangan hukum yang penting sebagai berikut :
Halaman 342
“Menimbang, bahwa oleh karena pengesahan Perubahan Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Hasil Muktamar VIII di Surabaya tanggal 15-17 Oktober 2014 oleh Tergugat dalam keputusan Objek Sengketa a quo dilakukan tanpa adanya Putusan Pengadilan Negara yang berkekuatan hukum tetap menyangkut Perselisihan Internal Partai Persatuan Pembangunan, maka secara konkrit dalam sengketa tata usaha negara ini, Pengadilan tidak dapat membenarkan sikap Tergugat yang inkonsisten, yaitu sikap yang berbeda dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada saat dijabat Amir Syamsudin
2. SK Menkumham Nomor M.HH-06.AH.11.01 TAHUN 2016 Tanggal 27 April 2014 yang mengesahkan susunan kepengurusan hasil “Muktamar” Ishlah atau Muktamar Illegal di Pondok Gede Tahun 2016.
§ SK tersebut mengesahkan hasil kegiatan yang diselenggarakan berdasarkan SK Menkumham Nomor:
M.HH-03.AH.11.01 TAHUN 2016 Tanggal 17 Februari 2016 yang mengesahkan kembali susunan kepengurusan DPP PPP hasil Muktamar VII PPP di Bandung.
§ Dengan demikian dasar penyelenggaraan kegiatan “Muktamar” Ishlah atau Muktamar Illegal di Pondok Gede Tahun 2016 cacat hukum karena bertentangan dengan Putusan Mahkamah Agung R.I. 601 K/
Pdt.Sus-Parpol/2015 Tanggal 2 November 2015. Dalam Putusan Mahkamah Agung R.I. tersebut memberikan pertimbangan hukumnya telah dengan tegas menyatakan sebagai berikut:
Ø Bahwa dengan adanya saling pecat-memecat antara kubu Ketua Umum DR.H. Suryadharma Ali, M.Si., dengan kubu Sekretaris Jenderal Ir. H.M. Rohmahurmuziy, MT. yang kedua orang tersebut merupakan hasil Muktamar Partai PPP VII DPP Partai Persatuan Pembangunan tahun 2011-2015 di Bandung, oleh karena itu kepengurusan hasil Muktamar Partai Partai Persatuan Pembangunan di bandung telah tidak efektif lagi dan tidak mempunyai eksistensi berdasarkan putusan Mahkamah Partai.”
BAGAIMANA KEDUDUKAN HUKUM DPP PPP ROMAHURMUZY?
1. Kedudukan Hukum DPP PPP Romahurmuzy sangat lemah karena didasarkan pada SK Menkumham yang bertentangan dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
2. Lemahnya kedudukan hukum DPP PPP Romahurmuzy terlihat dari beberapa putusan pengadilan
yang diajukan oleh pendukung Romahurmuzy diantaranya; Pengadilan Negeri Serang dengan
registrasi No.96/Pdt.G/2016/PN.SRG dan pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan registrasi
No. 588/Pdt.G/2016/PN.JKT.PST. Hasilnya, Gugatan di Pengadilan Negeri Surabaya dan
Pengadilan Negeri Serang TELAH DIKALAHKAN. Adapun gugatan di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat masih menunggu putusan.
DASAR HUKUM KEPENGURUSAN DPP PPP DJAN FARIDZ
1. Putusan Mahkamah Agung R.I. 601 K/Pdt.Sus-Parpol/2015 Tanggal 2 November 2015.
§ Amar Putusan:
1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2) Menyatakan susunan kepengurusan PPP hasil Muktamar VIII PPP pada tanggal 30 Oktober sampai 2 November 2014 di Jakarta sebagaimana ternyata dalam Akta Pernyataan Ketetapan Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 30 Oktober sampai 2 November 2014 di Jakarta mengenai susunan personalia Pengurus Dewan Pimpinan Partai Persatuan Pembangunan masa bhakti Periode 2014 sampai 2019 Nomor 17 tanggal 7 November 2014 yang dibuat dihadapan H. Teddy Anwar, S.H., SpN. Notaris di Jakarta merupakan susunan kepengurusan PPP yang sah;
3) Menyatakan susunan kepengurusan hasil Muktamar VIII PPP di Surabaya pada tanggal
15-18 Oktober 2014 tidak sah dan batal demi hukum dengan segala akibat hukumnya
2. Serangkaian Upaya Hukum Dalam Rangka Penegakan Putusan Mahkamah Agung R.I. 601 K/Pdt.Sus- Parpol/2015
§ Oleh karena Pemerintah cq. Menteri Hukum dan HAM tidak kunjung menindaklanjuti Putusan Mahkamah Agung R.I. 601 K/Pdt.Sus-Parpol/2015 dengan memberikan pengesahan kepada kepengurusan DPP PPP hasil Muktamar Jakarta, bahkan menyokong “Muktamar Ishlah” di Pondok Gede dengan mengaktifkan kembali kepengurusan hasil Muktamar Bandung, sehingga bertentangan dengan Putusan Mahkamah Agung R.I. 601 K/Pdt.Sus-Parpol/2015, maka DPP PPP di bawah H. Djan Faridz melakukan beberapa tindakan hukum sebagai berikut:
A. Mengajukan Pemohonan Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik di Mahkamah Konstitusi yang terrigtrasi dengan No. 35/PUU-XIV/2016. Permohonan ini meminta penafsiran konstitusional sebagai berikut:
a) Pasal 23 ayat (3) bersifat konstitusional apabila dimaknai tercantum frasa "atau setelah diterimanya putusan Mahkamah Partai Politik atau putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dalam hal terjadinya perselisihan partai politik”.
b) Pasal 33 bersifat konstitusional apabila dimaknai tercantum frasa "putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah berkekuatan hukum tetap wajib dilaksanakan oleh Menteri dan susunan pengurus sesuai putusan Mahkamah Partai Politik atau putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang tidak dilaksanakan oleh Menteri dalam waktu 7 hari setelah diterimanya putusan dinyatakan sebagai susunan pengurus yang sah
B. Mengajukan Gugatan Tata Usaha Negara terhadap SK Menkumham Nomor M.HH-06.AH.11.01 TAHUN 2016 Tanggal 27 April 2014 yang mengesahkan susunan kepengurusan hasil “Muktamar”
Ishlah atau Muktamar Illegal di Pondok Gede Tahun 2016. Gugatan ini terdaftar dengan registrasi Nomor 97/G/2016/PTUN-JKT di Pengadilan Tata usaha Negara Jakarta. Tuntutan dalam Gugatan tersebut adalah sebagai berikut:
DALAM POKOK PERKARA:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.HH-06.AH.11.01 TAHUN 2016 Tentang Pengesahan Susunan Personalia Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Masa Bakti 2016-2021 tanggal 27 April 2016;
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-06.AH.11.01 TAHUN 2016 Tentang Pengesahan Susunan Personalia Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Masa Bakti 2016-2021 tanggal 27 April 2016;
4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.”
C. Pengajuan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap Pemerintah Republik Indonesia di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang terdaftar dengan registrasi perkara nomor 92/PDT.G/2016/
PN.JKT.PST
PERBANDINGAN KEKUATAN HUKUM
DPP PPP Djan Faridz
1. Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum (Inkracht)
Apabila putusan yang dijatuhkan oleh hakim melalui peradilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap (gezag van gewijsde, res judicata), putusan itu tidak dapat diganggu gugat lagi. Siapapun tidak ada yang dapat mengubahnya. Putusan itu mesti dilaksanakan walaupun hal itu kejam dan tidak menyenangkan
2. Keputusan Menteri Tidak Boleh Bertentangan Dengan Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum (Inkracht)
Oleh karena telah diakui secara luas, betapa tingginya derajat Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum (Inkracht), maka keputusan yang dibuat oleh pejabat/instansi pemerintahan (termasuk Menteri Hukum dan HAM) tidak boleh bertentangan dengan Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum (Inkracht). Apabila bertentangan, maka Pejabat Pemerintahan tersebut dikategorikan telah bertindak sewenang-wenang. (Pasal 18 ayat 3 UU No. 30 Tahun 2014
DPP PPP Romahurmuzy
1. SK Menkumham Nomor M.HH-06.AH.11.01 TAHUN 2016 Tanggal 27 April 2014 yang mengesahkan kepengurusan hasil
“Muktamar” Pondok Gede
SK tersebut dihasilkan dari serangkaian kegiatan yang bertentangan dengan Putusan Mahkamah Agung R.I.
601 K/Pdt.Sus-Parpol/2015, maka kedudukan hukum SK tersebut menjadi sangat rentan secara hukum.
Terlebih dengan mengingat sedang diajukannya gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
IMPLIKASI JIKA MENGGUNAKAN REKOMENDASI DPP PPP
ROMAHURMUZY DALAM PILKADA
Jika menggunakan Rekomendasi DPP PPP Ramahurmuzy dalam mengikuti Pemilukada maka rekomendasi tersebut cacat secara hukum sehingga rekomendasi yang
diperoleh tidak akan memiliki legitimasi secara hukum.
Apabila tidak memiliki legitimasi secara hukum maka dikedepan hari pencalonan
dalam pemilukada dapat dibatalkan atau batal demi hukum karena tidak sejalan
dengan hukum yang berlaku.
INKONSTITUSIONALITAS NORMA DALAM UU
PEMILUKADA
§ Pasal 40A ayat (3) Undang-undang No. 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Undang-undang No. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang mengatur sebagai berikut:
“Jika masih terdapat perselisihan atas putusan Mahkamah Partai atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepengurusan Partai Politik tingkat Pusat yang dapat mendaftarkan pasangan calon merupakan kepengurusan yang sudah memperoleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.”
§ Ketentuan hukum tersebut jelas bertentangan dengan asas tingginya derajat suatu
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) yang dapat
disamakan dengan putusan Tuhan, karena menambahkan adanya syarat berupa
pendaftaran dari Kementerian Hukum dan HAM R.I. hal ini sama saja dengan
menafikkan kekuatan putusan pengadilan serta membuka ketidakpastian hukum.
§
Karena adanya ruang ketidakpastian hukum atas norma Pasal 40 ayat (3) tersebut maka akan bertentangan dengan konstitusi UUD 1945, adapun Pasal yang bertentangan tersebut ialah sebagai berikut:
Pasal 1 ayat (3)
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum.”
Pasal 24 ayat (1)
“Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
Peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”Pasal 28D ayat (1)
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.Ӥ