• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggal di daerah perkotaan. Di era Globalisasi seperti saat ini perkembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang tinggal di daerah perkotaan. Di era Globalisasi seperti saat ini perkembangan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya pengetahuan akibat minimnya tingkat pendidikan membuat masyarakat tertinggal di zaman yang sudah modern ini, terlebih untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Di era Globalisasi seperti saat ini perkembangan pendidikan sangatlah penting, tidak hanya pendidikan dalam hal pembelajaran tetapi juga pendidikan karakter. Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang kurang mengerti dan memahami tentang pendidikan, hal ini dapat saja disebabkan oleh faktor tempat tinggal yang memang terpencil ataupun faktor lingkungan yang kurang mendukung. Salah satu contohnya seperti yang terjadi di sekitar lingkungan eks-lokalisasi Dolly. Sebelum tempat lokalisasi ini ditutup masyarakat cenderung menggantungkan hidup dari adanya kegiatan di tempat tersebut, hal ini mau tidak mau juga akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, mulai dari kesadaran mereka tentang pendidikan, bagaimana karakter mereka, dan cara berbicara dengan orang lain. Anak–anak sendiri merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa ini, kesadaran kita terhadap pentingnya generasi penerus yang yang memiliki kualitas ini membuat kita terpacu untuk membekali anak-anak saat ini dengan pendidikan yang baik supaya dirinya dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, yang memiliki budi pekerti baik dan melahirkan generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Karena pendidikan adalah alat untuk mengembangkan potensi anak tersebut supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,. 1.

(2) kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri anak dan masyarakat dalam bersosialisasi. Dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat tidak selamanya berjalan dengan lancar, mulus dan bahagia. Ada masyarakat yang kurang sehat sebab dalam dirinya kurang berfungsi pranata sosialnya sebagaimana mestinya, sedangkan warga yang lain ada pula yang memiliki taraf sosial yang baik. Masyarakat yang sedang berkembang biasanya diikuti oleh perubahan – perubahan nilai dalam kehidupan warganya. Lingkungan sekitar lokalisasi misalnya, lingkungan tersebut merupakan tempat yang penuh godaan dan rintangan bagi sebuah keluarga dan masyarakat sekitar. Keberadaan lokalisasi yang kondisi sosialnya sebagian besar kurang memperhatikan norma – norma agama tentu dapat menjadi ancaman bagi pola kembangan anak (Nurhabibah, 2018). Masalah pendidikan anak di lingkungan eks-lokalisasi dapat dikatakan masih dalam perbaikan, hal ini dikarenakan jika tidak ditangani dengan baik mereka dapat terjerumus oleh lingkungan lokalisasi di sekitar tempat tinggalnya walaupun tempat tersebut sudah ditutup. Anak – anak di tempat eks-lokalisasi perlu memperoleh perhatian dari semua kalangan baik pemerintah, relawan, maupun masyarakat setempat, karena perilaku sosial anak sangat dipengaruhi oleh tempat dia tinggal atau bergaul. Hal ini dikarenakan Proses memperkenalkan nilai – nilai moral pada anak seharusnya dimulai melalui pengenalan tentang agama, simbol–simbol agama, dan sebagainya. Diharapkan ketika anak masih dalam masa golden age (0-6 tahun), orangtua dapat memberikan stimulus – stimulus yang tepat kepada anak supaya anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan. 2.

(3) tahapannya (Nuryani, 2015). Hal ini dikarenakan seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut karena adanya proses sosialisasi yang sudah berlangsung sejak masa kanak – kanak tadi, yaitu suatu proses di mana ia belajar mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain daripadanya, yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki (Goode, 2002:1). Fungsi sosialisasi yang diperankan oleh keluarga tersebut sangat menentukan bagaimana kepribadian anak akan terbentuk (Ristanti & Hidayat, 2016). Diharapkan dengan adanya tatanan lingkungan sosial yang baik dan sehat dapat membantu anak mengembangan konsep dalam diri anak yang positif serta mendukung proses sosialiasi menjadi optimal (Ariyanto, 2016). Seperti yang kita ketahui, keberadaan lingkungan lokalisasi tersebut banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif, mulai dari anak - anak terbiasa melihat aktifitas PSK, apalagi kalau salah satu diantara anggota keluarga ada yang terlibat dalam aktifitas lokalisasi. Tentu akan memberikan dampak yang tidak baik untuk perkembangan moral anak (Setyawan, 2019). Jika dari kecil anak – anak tersebut sudah mendapat nilai – nilai yang buruk maka akan terus di bawa hingga dia dewasa kelak. Setiap kita pasti menginginkan kelak generasi penerus bangsa ini adalah generasi yang baik tidak hanya baik secara kualitas keilmuan narnun juga baik secara kualitas pribadi, karena hal itu perlu di sikapi. Salah satu modal untuk mewujudkan cita – cita di atas adalah anak, karena pendidikan anak pada masa berkembangnya akan sangat menentukan masa selanjutnya (Ulfa, 2013). Berbagai upaya untuk membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalam lingkungan masyarakat pada umumnya, saat ini telah. 3.

(4) dilaksanakan oleh berbagai lembaga, melalui berbagai program yang telah disiapkan, baik itu lembaga pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga sosial dengan sumber dana dari dalam dan luar negeri, bahkan lembaga pendidikan, yang mana secara keseluruhan tujuan utamanya adalah supaya tercipta sebuah masyarakat madani yang didukung oleh kemandirian melalui penyerapan program yang telah disiapkan (Munawaroh, 2017), seperti yang terjadi pada anak – anak di sekitar tempat eks-lokalisasi gang Dolly Surabaya. Disana ada beberapa mahasiswa dari salah satu Universitas di Surabaya yang sejak tahun 2018 membantu mengajar di rumah belajar dengan konsep belajar menggunakan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris sendiri dipilih untuk menarik minat anak – anak disana supaya mau belajar, selain itu dikarenakan Bahasa Inggris merupakan Bahasa Internasional yang juga dibutuhkan di era modern, dari sini pula di terapkan nilai – nilai atau norma – norma yang baik tujuannya supaya anak – anak di sana dapat belajar mengulang kembali apa yang telah diajarkan di sekolah, belajar menghargai orang lain, dan memahami mana yang salah dan mana yang benar serta supaya dapat memahami norma sedari dini, serta diharapkan anak – anak disana dapat mencintai pendidikan, dan termotivasi untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang terjadi pada delapan penelitian dibawah ini: a) Pengembangan Moral Anak di Lingkungan Lokalisasi Pasar Kembang TK PKK Sosrowijayan Yogyakarta karya Muhammad Syafe’I dan Rukiyati yang membahas pengembangan moral anak dilingkungan lokalisasi di daerah Yogyakarta melalui adanya TK PKK Sosrowijayan.. 4.

(5) b) Pemberdayaan Anak Jalanan Sebagai Upaya Penyadaran Belajar Melalui Pendidikan Kesetaraan di Kota Samarinda karya Kukuh M. Raharjo yang membahas tentang upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi kondisi kehidupan anak jalanan. c) Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Bimbingan Belajar Oleh Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Yogyakarta karya Yudistira Spala Yudha yang membahas tentang adanya rumah belajar sebagai alat untuk memperbaiki perilaku anak jalanan. d) Pendidikan Sosial dan Moral Anak Usia Dini Di Lingkungan Prostitusi karya Irmawati yang membahas pengembangan moral anak di sekitar lingkungan lokalisasi melalui adanya Taman kanak – kanak dan Tempat Pengajian Al – Qur’an. e) Pemberdayaan Anak Jalanan di Rumah Singgah karya Fikriryandi Putra, Desi Hasanah dan Eva Nuriyah yang membahas tentang perbaikan nilai moral dan pendidikan anak jalanan melalui adanya Rumah Singgah. f) Penanaman Nilai Moral Anak di Lingkungan Lokalisasi (Studi Kasus TPQ Ar – Rahman Kalibanteng Kulon Kota Semarang) karya Maulana Arif Setyawan yang membahas mengenai pengembangan moral anak di sekitar lokalisasi di Semarang melalui adanya TPQ Ar – Rahma. g) Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini di Lingkungan Lokalisasi Sunan Kuning Kelurahan Kalibanteng Kulon Kota Semarang karya Sri Nuryani yang membahas tentang penanaman nilai moral yang diajarkan kepada anak – anak di lingkungan eks-lokalisasi Sunan Kuning supaya memiliki pola perilaku yang lebih baik.. 5.

(6) h) Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Pada Anak di Lingkungan PSK (Pekerja Seks Komersial) karya Siti Lailatul Munawaroh yang membahas tentang penanaman nilai-nilai pendidikan kepada anak di lingkungan eks-lokalisasi melalui pembatasan pergaulan dan mengaji. Perbedaan penelitian antara ke-delapan penelitian. yang. dilakukan. oleh. peneliti. penelitian di atas dengan. adalah. terletak. pada. metode. pendidikan/pengajaran materi yang disampaikan. Jika ke-delapan penelitian di atas ada yang melalui taman kanak – kanak saja, ada yang tempat pengajian Al– Qur’an, dan ada yang menggunakan keduanya maupun menggunakan pembatasan pergaulan, dll. Pembedanya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan metode Rumah Belajar yang menggunakan Bahasa Inggris yang dinamakan Dolly English Club dan dilakukan diluar jam sekolah. Dalam kondisi pandemi seperti saat ini kegiatan belajar di rumah belajar Bahasa Inggris ini sedikit mengalami kendala, kegiatan belajar yang biasanya di lakukan dua kali dalam seminggu namun saat ini karena adanya pandemic tidak dapat dilaksanakan, hal ini dikarenakan masyarakat belum mampu mengikuti kelas online karena beberapa alasan, salah satunya ada yang tidak memiliki atau harus bergantin gadget dengan saudaranya. Konsep rumah belajar yang menggunakan Bahasa Inggris ini dipilih untuk menarik minat anak – anak disekitar sana supaya semangat belajar, karena Bahasa inggris dinilai berbeda – dan menarik, selain itu dengan Bahasa Inggris dapat membuat mata mereka akan lebih terbuka tentang segala informasi atau sesuatu secara internasional. Selain itu juga diharapkan mereka dapat menjadi manusia yang handal, karena SDM yang cakap adalah penggagas primer dalam mengembangkan dan membuat SDA yang. 6.

(7) ada memiliki potensi untuk dapat dipakai sebagai keberlangsungan hidup semua orang di dunia ini, situasi ini sinkron dengan arti pendidikan yang dikemukakan oleh M. Ilyas dimana ia mengartikan pendidikan merupakan salah satu alat guna menyiapkan SDM supaya mempunyai bakat dan pengetahuan yang sinkron dengan tujuan dari pembangunan negeri (Umiarso & Zamroni, 2011). Diperlukan upaya untuk menghasilkan SDM yang memiliki tujuan guna menumbuhkan budi pekerti luhur serta menyiapkan bangsa berpendidikan yang mampu menciptakan kapabilitas intelektual, emosional dan spiritual yang mampu berkolaborasi antara satu dengan yang lainnya. Perlu kita ketahui bersama bahwa pendidikan social dan moral untuk anak-anak mulai usia golden age sangatlah diperlukan. Pada konsep pengetahuan social pada masa golden age ini, dalam membentuk kepribadian anak tersebut di support dengan keahlian social mereka di masa yang akan datang. Keahlian sosial tersebut merupakan penerimaan kepabilitas seorang manusia dalam berperilaku menurut tuntunan masyarakat, melalui tindakan yang sesuai dengan tuntunan yang mampu bersinergi dengan masyarakat tersebut seseorang dapat melengkapi syarat yang telah ditentukan oleh kelompok masyarakat serta mempunyai kepribadian yang baik dengan masyarakat sekitar. Kapabilitas pada saat usia golden age dalam berperilaku sosial merupakan suatu pondasi untuk pertumbuhan kapabilitasnya dalam bertindak sesuai dengan tuntutan standard societynya, andaikan dia tidak mempunyai kapabilitas sosial mengakibatkan anak tersebut dapat dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya, kepercayaan diri yang rendah, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, dsb, yang akan berakibat membuat anak tersebut. 7.

(8) akan menghadapi kendala pada proses pembentukan dirinya di masa yang akan datang (Irmawati, 2018).1 Adanya Dolly English Club atau rumah belajar Bahasa inggris ini diperuntukkan semua anak – anak di kawasan eks-lokalisasi gang Dolly Surabaya. Tidak hanya untuk anak – anak usia dini, tetapi juga untuk anak – anak remaja dan umum yang ingin belajar Bahasa Inggris pun dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di rumah belajar ini. Salah satu tujuannya yaitu supaya mereka menyadari pentingnya pendidikan, mengenal Bahasa Inggris dan dunia Internasional, berfikiran terbuka, dan dapat mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki dari mengikuti kelas di Rumah belajar Bahasa Inggris. Rumah belajar ini tidak hanya mengajarkan mereka berbicara Bahasa Inggris saja, tetapi juga diajarkan nilai – nilai moral supaya mereka sebagai bekal mereka di masa depan, sehingga mereka dapat menerapkan di kehidupan mereka yang sesungguhnya. Dengan demikian maka peneliti ingin mengambil judul penelitian “Rekonstruksi Pendidikan Anak di Lingkungan Eks-Lokalisasi Dolly Melalui Pendidikan Rumah Belajar Bahasa Inggris“ dalam kajian sosiologi khususnya dalam perspektif Teori Fenomenologi Alfredz Schutz dan Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pola pikir anak di sekitar gang Dolly dengan adanya Rumah belajar Bahasa Inggris dalam mengubah moral dan mengembangkan serta meningkatkan pendidikan anak di sekitar eks-lokalisasi di jalan Dolly Surabaya. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menyadarkan setiap pembaca bahwa selain orang tua, lingkungan yang kita tinggali juga sangat 1. Irmawati. 2018. Pendidikan Sosial dan Moral Anak Usia Dini di Lingkungan Prostitusi. Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal 1-2.. 8.

(9) berpengaruh terhadap pola fikir dan tumbuh kembang anak, walaupun dampak dari keadaan sosial itu belum terlihat kita harus menanggulanginya supaya moral anak dan masa depan mereka tidak rusak atau bahkan berdampak buruk bagi kelangsungan hidupnya kelak. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana rekonstruksi pendidikan para pendiri rumah belajar ? 2. Apa faktor yang mendorong masyarakat mendukung berdirinya rumah belajar ? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penelitian ini yaitu meliputi : a) Untuk mengetahui rekonstruksi pendidikan para pendiri rumah belajar. b) Untuk mengetahui faktor yang mendorong masyarakat mendukung berdirinya rumah belajar. 1.4 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini secara umum terbagai menjadi dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan juga manfaat praktis : a. Manfaat teoristis: 1.) Hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk memperkuat Teori Konstruksi Sosial – Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dan Teori Fenomenologi – Alfred Schutz.Hasil penelitian ini tentu dapat digunakan sebagai sumbangan ataupun referensi mengenai studi tentang rekonstruksi social Berger dan Luckman dan fenomenologi Alfred Schutz. b. Manfaat secara praktis:. 9.

(10) 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan tema serupa dan dapat bermanfaat juga bagi para akademisi yang telah mendapat ilmu dari bangku kuliah supaya turut berperan dalam memperbaiki kehidupan dan pendidikan anak disekitar tempat lokalisasi. 2) Dapat dijadikan pemerintah atau relawan yang ingin memperbaiki pendidikan sebagai bahan dalam menganalisis kondisi pendidikan anak di lingkungan yang kurang mendukung. 1.5 Definisi Konseptual 1) Rekonstruksi Menurut kamus ilmiah, rekonstruksi merupakan penyusunan kembali, memperagakan (contoh ulang) (menurut perilaku/tindakan dulu), pengulangan kembali (seperti semula)2. Menurut Andi Hamzah pengertian dari rekonstruksi merupakan penyusunan kembali, reorganisasi, usaha memeriksa kembali kejadian terjadinya delik dengan mengulangi peragaan seperti kejadian yang sebenarnya. Hal ni dilakukan baik oleh penyidik maupun oleh hakim, guna memperoleh keyakinan3. Sedangkan Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa rekonstruksi itu mencakup tiga poin penting, yaitu pertama, memelihara inti bangunan asal dengan tetap menjaga watak dan karakteristiknya. Kedua, memperbaiki hal - hal yang telah runtuh dan memperkuat kembali sendi-sendi yang telah lemah. Ketiga, memasukkan beberapa pembaharuan tanpa mengubah watak dan 2. Pius Partanto, M.Dahlan Barry, 2001, Kamus Ilmiah Populer,Surabaya, PT Arkala, Hal. 671 Gesied Eka Ardhi Yunatha, 2010, Analisis Pelaksanaan Rekontruksi Dalam Proses Penyidikan Guna Mengungkap Pemenuhan Unsur Delik Pencurian Dengan Kekerasan, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 3. 10.

(11) karakteristik aslinya4. Kesimpulan dari pengertian mengenai Rekonstruksi dapat kita artikan menjadi suatu upaya dalam memperbaiki kembali nilai guna sesuatu yang telah ada sehingga dapat kembali normal dan dapat menyempurnakan nilai – nilai sebelumnya. 2) Pendidikan Pendidikan dalam Bahasa Yunani disebut dengan “paedagogie” yang dibetuk dari kata “pais” yang memiliki arti anak, serta “again” yang memiliki arti membimbing, sehingga apabila disatukan maka paedagogie memiliki arti bimbingan yang diberikan kepada anak.5 Selanjutnya pada Bahasa Romawi pendidikan disebut dengan “educate” dimana memiliki arti mengeluarkan suatu hal yang berasal dari dalam.6 Sementara itu dalam bahasa Inggris pendidikan sendiri disebut dengan “to educate” di mana memiliki arti memperbaiki moral dan melatih intelektual.7 Dalam bahasa pendidikan didefinisikan sebagai edukasi yang diberikan seseorang yang telah dewasa bagi anak – anak yang meliputi pemberian pelajaran, memperbaiki budi pekerti serta membentuk pengetahuan dan anak-anak tersebut. Edukasi yang diberikan tersebut tidak hanya dilaksanakan melalui sekolah, akan tetapi lingkungan tempat tinggal seperti peran keluarga dan masyarakat dapat menjadi lembaga yang mampu ikut serta dalam menumbuhkan pemahaman dan pengetahuan anak.8 Keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam upaya untuk Yusuf Qardhawi, Problematika Rekonstruksi Ushul Fiqih, 2014, Al-Fiqh Al-Islâmî bayn AlAshâlah wa At – Tajdîd Tasikmalaya 5 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 67. 6 Abdul Kadir, dkk. 2012. Dasar – dasar Pendidikan. Jakarta: Kharisma. hlm. 59. 7 Abdul Kadir, dkk. 2012. Dasar – dasar Pendidikan. Jakarta: Kharisma. hlm. 59. 8 Aas Siti Solichah. 2018. Teori – Teori Pendidikan Dalam Al – Qur’an. Jurnal Pendidikan Islam.Vol. 07, No. 1.Hal. 25 4. 11.

(12) memberikan bimbingan pengetahuan tersebut dapat sejalan dengan definisi pendidikan menurut Edgar Dalle dimana ia menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang dapat berlangsung baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan mereka dalam berbagai lingkungan hidup bermasyarakat secara tetap untuk masa yang akan datang.9 Hal yang sama juga dijelaskan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah dimana ia menjelaskan pendidikan sebagai proses yang dibangun oleh masyarakat untuk membawa generasi-generasi penerus kearah yang lebih baik dan maju melalui kaidah-kaidah tertentu yang sinkron dengan kapabilitas yang bermanfaat agar mereka dapat memenuhi kualitas perkembangan yang amat agung,10 menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan diartikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak supaya anak-anak selaku manusia dan juga anggota masyarakat dapat memenuhi manfaat serta kepuasan setinggi – tingginya11. Maka dari itu pada konsep pendidikan, keluarga, sekolah dan masyarakat tersebut masuk ke dalam tri pusat pendidikan. Ketiganya memiliki kewajiban yang setara guna membimbing anak-anak atau para generasi penerus bangsa menjadi makhluk yang berbudaya dan berpengetahuan.. 9. Dedi Mulyasana. 2012. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: Rosdakarya. Hal. 4. Abdurrahman Saleh Abdullah. 2007. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 15. 11 Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 4 10. 12.

(13) Hal ini dapat disimpulkan bahwa Rekonstruksi Pendidikan adalah suatu upaya dalam memperbaiki kembali nilai guna pendidikan yang dilakuakn oleh seseorang (orang dewasa/relawan) kepada anak – anak di sekitar tempat lokalisasi untuk memberikan pelajaran, perbaikan moral dan melatih intelektual mereka. 3) Eks-Lokalisasi Kawasan lokalisasi yaitu kawasan dimana banyak terdapat PSK serta sering di pandang sebagai kawasan tempat berlangsungnya aktivitas negatif yang lazim disebut prostitusi, selanjutnya di dalam lingkungan ini tidak hanya terdapat “psk” saja, melainkan menjadi satu bersama masyarakat sekitar. Kegiatan tersebut tentu saja dapat berpengaruh terhadap penduduk di lingkungan tersebut seperti anak-anak, para remaja maupun orang dewasa. McHugh (2013) berpendapat ada sejumlah dampak yang dihasilkan tempat lokalisasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu, yang pertama penyebaran penyakit, yang kedua dapat berakibat kepada pertumbuhan baik secara sosial dan ekonomi penduduk sekitar, dan yang ketiga yaitu juga dapat terjadi reaksi di masyarakat itu sendiri. Melalui penjelasan tersebut maka eks-Lokalisasi merupakan hasil dari ditutupnya tempat lokalisasi tersebut, selanjutnya yaitu akibat adanya tempat lokalisasi untuk anak usia remaja disekitar tempat tersebut yaitu dapat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi remaja dalam kehidupan sosialnya, keikutsertaan mereka pada dunia prostitusi dapat menciptakan keberkurangan akhlak di sekitar tempat tersebut (Sitepu,. 13.

(14) 2004). Oleh sebab itu, anak-anak yang bermukim di tempat lokalisasi maupun eks-lokalisasi sudah seharusnya mempunyai kapabilitas yang baik untuk mengatur dirinya sendiri dikarenakan mereka hendak dipertemukan dengan kondisi-kondisi yang bersifat kurang baik untuk diri mereka. Menurut Dimbuene & Defo (2011) terdapat sejumlah komponen yang memiliki. peran. esensial. supaya. mampu. berdiri. kokoh. dalam. menyelesaikan permasalahan serta membentengi keyakinan diri untuk hidup di wilayah yang memiliki resiko : pertama, faktor yang ada pada dalam diri kita yang dapat diartikan sebagai menjaga diri atau beradaptasi, kedua yaitu yang terbentuk dari wilayah itu sendiri serta keluarga kita, pada saat seseorang dalam keadaan yang sedih atau terpukul, beberapa bagian dari dalam diri seseorang yang dapat pergi dari kondisi kurang baik yang membuat dia mampu berdiri dan sembuh seperti semula. Pada kondisi inilah akhirnya dibuktikan bahwa ada potensi spesial yang disebut dengan kemampuan diri mengatasi krisis (resiliensi) itu benar (Chandra, 2007).12 4) Rumah Belajar Bahasa Inggris Rumah belajar Bahasa Inggris ini merupakan tempat belajar yang dibangun untuk anak – anak dilingkungan eks-lokalisasi Dolly supaya mereka dapat lebih memahami arti penting pendidikan dan dapat belajar dengan lebih nyaman. Hal ini dilakukan karena mereka belum dapat menganggap bahwa sekolah formal itu penting, pengenalan pendidikan untuk mereka dapat dimulai dari rumah belajar ini, sehingga pola pikir 12. Any Andriani, Neti Juniarti, dan Efri Widianti. 2017. Gambaran Resiliensi Remaja di Kawasan EksLokalisassi Kota Bandung. Nurse Line Journal. Vol. 2. No.2. Hal 177.. 14.

(15) mereka mengenai pendidikan diharapkan dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu. 1.6 Metode Penelitian Dalam penelitian ini data disajikan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi merupakan ilmu yang berfokus guna memperoleh penjabaran mengenai kenyataan yang terlihat. Kejadian yang terlihat merupakan gambaran dari kenyataan yang ada tidaklah bebas dikarenakan dia mempunyai definisi yang membutuhkan penjelasan yang dalam. Data yang didapat dari metode kualitatif ini diperoleh dengan cara melalui wawancara, data penelitian dengan subjek serta data dokumen yang relevan guna mengetahui dan menggambarkan kejadian sosial yang terjadi. Penelitian kualitatif sendiri acap kali memperoleh kritikan dikarenakan ia condong ke arah yang lebih memihak dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sehingga terlihat tidak terlalu ilmiah (Parker, 2008). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menentukan dan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan. penilitan. yang. dilakukan. dengan. jalan. bekerja. dengan. menggunakan data, mengorganisasikan atau mengolah data, memilah– milahnya menjadi kelompok yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan sesuatu yang penting dan apa yang dapat dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari. 15.

(16) analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusunnya secara lengkap dan terstruktur, mengelola serta menganalisis (Moleong, 2007). Penelitian kualitatif yaitu teknik yang memiliki bermacam-macam sisi inti yang terdiri dari sebuah interpretif, konstruktif, metode naturalistik terhadap subjek tersebut (Trumbull & Watson, 2010). Kondisi ini membuat penelitian kualitatif memiliki makna yaitu mendalami suatu kejadian atau fenomena menurut perspektif realitasnya, menerjemahkan, serta mengamati fenomena tersebut pada sisi yang dapat dimengerti oleh seseorang atau masyarakat. Penelitian kualitatif juga mendalami bagian kenyataan kehidupan di muka bumi, mendeteksi dengan cara apa seseorang melewati suatu peristiwa yang terjadi serta bertumbuh pada kondisi yang ada, sehingga dapat menjelaskan aktivitas masyarakat secara konteks (Yin, 2011, p.6). Denzin & Lincoln (1994), Patton (2002) mengatakan penelitian kualitatif yaitu mencakup penelitian yang memakai serta menggabungkan berbagai studi kasus tujuan empiris, pengalaman pribadi seseorang, introspektif, cerita kehidupan seseorang, wawancara, observasi, histori, interaksi, dan teks visual yang dinilai dapat menjelaskan kejadian yang terjadi yang merupakan kebiasaan dan permasalahan, serta arti dari perjalan hidup seseorang (Trumbull & Watson, 2010; p.62). Penelitian kualitatif mempunyai keanekaragaman dikarenakan dia sinkron dengan bidang ilmu dan pekerjaan yang beragam. Yin (2011, p.7) menggambarkan bahwa diversitas pemikiran dalam penelitian kualitatif ini mampu dikarakterkan dalam lima konsep yaitu : Pertama, mendalami arti hidup dari seorang individu menggunakan keadaan realitanya. Hubungan sosial. 16.

(17) hendak terjadi melalui adanya godaan setidaknya oleh kebijakan-kebijakan penelitian yang tidak alami dan masyarakat boleh berbicara apapun yang masyarakat tersebut ingin sampaikan tanpa adanya batas untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukkan oleh peneliti. Begitu juga, subjek-subjek tersebut tidak dihalangi oleh adanya sekat-sekat seperti ruang. Kedua, penelitian kualitatif berbeda karena penilitian ini memiliki kemampuan yang menunjukkan sebuah pandangan dan perspektif seorang partisipan dalam suatu studi. Tujuan utama dari penelitian kualitatif yaitu memperoleh perspektif tersebut. Peristiwa-peristiwa dan pemikiran yang diterima saat penelitian kualitatif menggambarkan arti dari peristiwa asli yang dihadapi oleh individu, bukan nilai, prasangka, atau arti yang ada di dalam pemikiran peneliti. Ketiga, penelitian kualitatif meliputi kondisi kontekstual dalam kehidupan seorang manusia. Ke-empat, penelitian kualitatif dapat memberikan pengetahuan mengenai ide yang tampak atau yang terbentuk di mana sepertinya dapat menolong untuk menggambarkan tindakan sosial individu. Ke-lima, penelitian kualitatif berupaya untuk memakai berbagai sumber data dibandingkan menggantungkan sumber data tunggal saja (Azmi, Nasution, & Wardayani, 2018). 1. Jenis Penelitian Ditemukan sejumlah jenis metode kualitatif yang dapat digunakan oleh peneliti yang terdiri dari fenomenologi, grounded theory, etnography, studi kasus, dan biographic (Trumbull dan Watson, 2010). Penentuan metode tersebut tergantung dari jenis serta lingkup permasalahan yang akan di pecahkan, tercatat diantaranya penyuluhan serta pengetahuan dari. 17.

(18) peneliti, kemampuan merespon seseorang terhadap topik yang dikaji, jenis subjek yang ditentukan dan teknik yang digunakan (Azmi et al., 2018). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi, di mana penelitian fenomenologi yaitu suatu penelitian yang mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena dari sebuah pengalaman yang di dasari atas realitas kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang sedang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), pendekatan fenomenologi menunda seluruh penilaian tentang sikap yang alami hingga ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi dari peneliti. Konsep epoche menjadi pusat di mana peneliti menyusun serta mengelompokkan dugaan awal mengenai fenomena yang terjadi guna memahami tentang apa yang dikatakan oleh subjek (Rahmat, 2009). Menurut Armada Riyanto riset fenomenologis menaruh minat juga pada persoalan “kearifan lokal”. Dengan “kearifan lokal” (local wisdom), yang. meliputi. kesadaran-kesadaran. pikiran,. perasaan,. nilai-nilai. kebersamaan, nilai religius, nilai rekonsiliatif, nilai kultural-relasional, nilai organisasional gerakan terkait dengan relasionalitas dengan sesamanya siapa pun termasuk yang bukan dari komunitas mereka, dengan alam dan lingkungan hidup, dan termasuk juga konsep-konsep kultural terhadap Yang Ilahi atau Sang Pencipta. Ia menyebut fenomenologis, karena hal tersebut berkaitan dengan pengalaman subjek (manusia). Dalam penelitian. 18.

(19) fenomenologis, yang diwawancarai tidak disebut “responden” atau “informan” atau apalagi “sample”, melainkan “subjek penelitian”. Artinya, semua yang dimaksudkan sebagai penjiwaan kearifan lokal, langsung berkaitan dengan realitas pengalaman hidup manusia-manusia setempat. Dalam fenomenologi, manusia adalah sumber ilmu pengetahuan. Manusia adalah pencipta sejarahnya. Manusia adalah mereka yang membangun “pandangan hidup dan dunianya” (Weltanchauung). (Riyanto et al., 2018). Armada Riyanto juga menjelaskan bagaimana cara mendulang data dalam. fenomenologi,. yaitu. “Data”. dalam. konteks. fenomenologi. memaksudkan keseluruhan yang menjadi komponen pengalaman manusia. Artinya, tidak ada distingsi tegas antara yang disebut data primer atau data sekunder (apabila data itu berasal dari subjek yang mengalami). Data primer atau sekunder untuk membedakan data-data yang biasanya berasal dari penelitian jenis yang lain. Cara terbaik mendulang pengalaman dari subjek ialah menjadi one of them. Artinya,observasi dan Indepth-interview jelas sangat diperlukan. Akan tetapi, menjadi “salah satu dari mereka” akan memproduksi temuan-temuan pengalaman yang autentik dan perspektif dia atau mereka yang mengalami. Maka dari itu untuk menjadi one of them, bukankah itu akan menggiring peneliti pada “pemihakan” lantaran peneliti larut dalam solidaritas dengan subjek yang mengalami kejadian tersebut? Seorang kolega Prof. Ramlan Surbakti menegaskan dalam salah satu ujian kandidat doktor, bahwa “pemihakan” bukan sesuatu yang tabu atau bias dalam penelitian ilmiah. (Riyanto et al., 2018). 19.

(20) Moustakas dalam bukunya yang berjudul Phenomenological Research Methods menjelaskan bahwa Penelitian fenomenologi yaitu pengalaman untuk mendapatkan deskripsi komprehensif. Deskripsi ini yang nantinya akan menyediakan dasar untuk menganalisis secara struktural reflektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan esensi pengalaman tersebut. Pertama data asli yaitu terdiri dari deskripsi 'natural' yang didapatkan melalui pertanyaan dan dialog secara terbuka. Kemudian, peneliti menjelaskan rangkaian pengalaman tersebut sesuai dengan penafsiran kejadian yang dialami oleh subjek. Tujuannya yaitu guna memperoleh arti dari sebuah pengalaman yang terjadi bagi orang-orang yang pernah mengalaminya, dari sanalah kemudian arti secara umum didapatkan. Tantangannya yaitu untuk menggambarkan hal-hal sebagaimana adanya, untuk memahami makna dan esensi dalam cahaya intuisi dan refleksi diri. Makna diciptakan ketika objek itu sebagaimana tampak dalam kesadaran kita, menyatu dengan objek di alam: "apa yang tampak dalam kesadaran adalah realitas mutlak sementara apa yang tampak di dunia adalah produk pembelajaran" (HLM. 27). Tindakan kesadaran dan objek kesadaran secara sengaja terkait. Intuisi oleh karena itu penting dalam menggambarkan apa pun yang menyajikan itu sendiri dan dalam falserl transendental lebih suka menggunakan intuisi ketimbang deduksi. Metode dan prosedur penelitian ilmiah manusia termasuk (Moustakas p. 103) : 1. Menentukan topik dan pertanyaan yang memiliki tujuan pada makna dan nilai otobiografi, dan melibatkan makna sosial dan signifikansi.. 20.

(21) 2. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan atau topik untuk menuntun proses wawancara. Moustakas juga menjelaskan mengenai metode perencanaan, yaitu mempelajari ulang metode yang berpengalaman dan riset, seperti membuat pertanyaan penelitian, menjelaskan topik dan pertanyaan penelitian serta menentuka peserta. Dalam penelitian fenomenal, pertanyaan yang diajukan harus memiliki makna secara sosial dan pribadi. Prinsip etika riset untuk manusia perlu dipertimbangkan beserta partisipan hendaknya telah mendapatkan informasi dan dihormati sepenuhnya dalam privasi mereka. Data juga dapat divalidasi oleh subjek tersebut, untuk mengumpulkan data peneliti fenomenal biasanya menggunakan wawancara panjang, ini adalah proses informal, interaktif dan menggunakan komentar beserta pertanyaan terbuka. Ketika peneliti bertanya pada dirinya atau pengalamannya tentang fenomena, mungkin gagsan yang baik yang dapat digunakan yaitu panduan wawancara umum. Organisasi dan analisis data yang diperoleh dimulai dengan setiap pernyataan yang relevan dengan topik yang dibahas memiliki nilai yang sama. Makna dari bagian-bagian yang terdaftar dan dikelompokkan menjadi tema secara umum. Pola-pola ini digunakan guna mengembangkan suatu gambaran tekstur tentang pengalaman pribadi. Dari sinilah integrasi tekstur berupa gambaran fenomena dan struktur fenomena terbentuk ke dalam arti dan dasar dari fenomena dibangun. Penelitian fenomenal mencakup analisis dan contoh, ringkasan, implikasi, dan hasil setelah terorganisasi, menyajikan dan menganalisis data. 21.

(22) yang diringkaskan oleh sang peneliti secara keseluruhan. Dia membedakan temuannya dari penelitian sebelumnya, menyarankan penyelidikan lebih lanjut dan membahas hasil dalam hal makna sosial dan nilai-nilai pribadi dan profesional. Moustakas diakhiri dengan banyak contoh dari proses ini dalam penyelidikan masa lalu. Moustakas juga menjelaskan mengenai metodologi dalam penelitian ini, yaitu meliputi: a) Persiapan untuk mengumpulkan Data 1. Merancang pertanyaan: tentukan persyaratan pertanyaan 2. Memandu tinjauan lektur dan menentukan kebiasaan pelajaran 3. Pengembangan. kriteria. untuk. memilih. subyek:. mendapatkan. persetujuan informasi, memastikan kerahasiaan, Menyepakati untuk tempat dan waktu komitmen, serta mendapatkan izin untuk mencatat dan menerbitkan. 4. Kembangkan panduan pertanyaan atau topik yang diperlukan untuk pelaksanaan wawancara penelitian fenomenal. b) Mengumpulkan Data 1. Keterlibatan dalam proses berlangsungnya Epoche sebagai cara untuk menciptakan suasana dan hubungan baik saat melakukan wawancara. 2. Melakukan wawancara penelitian kualitatif untuk memperoleh penjelasan pengalaman yang meliputi : a. wawancara informal. b. Melakukan organisasi data, menganalisa, dan menyatukan data.. 22.

(23) c) Ringkasan, implikasi, dan hasil Ringkasan keseluruhan studi dapat menghubungkan penciptaan penelaahan. melalui. cara. membedakan. dengan. temuan. kajian. kesusasteraan yang menyatukan penelaahan dengan kemungkinan penelitian di masa yang akan datang dan mengembangkan inti penelitian untuk pembelajaran di masa depan yang menghubungkan penelaahan dengan hasil pribadi, yang nantinya hubungan penelaahan dengan hasil kerja menghubungkan penelaahan dengan makna sosial dan relevansi akan memberikan komentar-komentar penutup: arah dan tujuan masa depan peneliti. (Moustakas, 1994). 2. Lokasi Penelitian Rumah belajar Bahasa Inggris ini salah satunya berada di warung kopi (Warkop) Giras Royal yang terletak di Jl. Jarak no. 47, Putat Jaya, Kec. Sawahan, Kota Surabaya yang diberi nama Dolly English Club. Rumah belajar ini di bentuk sebagai tempat belajar Bahasa Inggris untuk anak – anak. 3. Sumber Data Sumber data mengikuti awal bagaimana dan dimana bukti penelitian ditemukan serta disatukan oleh peneliti. Guna memecahkan masalah dalam penelitian tersebut sangat memungkinkan dibutuhkannya satu ataupun sumber data lainnya. Topik ini bergantung atas kepentingan serta kelengkapan informasi yang digunakan guna menyelesaikan persoalan penelitian. Sumber data inilah yang menetapkan klasifikasi data yang. 23.

(24) didapat, dapatkah dikategorikan data primer atau data sekunder. Dapat dikategorikan data primer, apabila data tersebut didapatkan dari sumber asli/sumber utama, sementara itu dapat dikategorikan data sekunder apabila data tersebut didapatkan bukan dari sumber asli/sumber utama tetapi berasal dari hasil penemuan dari peneliti/sumber lainnya seperti artikel, jurnal, dan lain sebagainya. Pada sub-bab ini sejumlah topik yang harus dijelaskan yaitu siapa dan apa sumber datanya, klasifikasi data yang didapat melalui sumber data, serta dasar penentuan sumber data. Topik seperti itu penting dilaksanakan guna membuktikan data penelitian yang diperoleh sangat terjamin terbukti sebab didapat melalui sumber data yang benar (Wahidmurni, 2017). Dalam penelitian ini digunakan dua data yaitu data primer yang di dapatkan dari pendiri dan para pengajar yang mengajar di rumah belajar Bahasa Inggris ini, dan data sekunder di dapatkan dari jurnal ataupun buku yang relevan dengan topik yang sedang di bahas. Subyek dari penelitian ini yaitu tiga orang mahasiswa yang menjadi relawan di rumah belajar tersebut, penanggung jawab, dua siswa yang belajar di rumah belajar dan dua orang tua siswa. Selain ingin menyadarkan pendidikan bagi anak – anak di sekitar eks-lokalisasi, mereka juga ingin Dolly dikenal dengan image yang baru dan lebih positif. Mereka berusaha untuk membuat rumah belajar ini dapat dikenal lebih luas, selain anak– anak di sekitar lingkungan Dolly ada juga anak – anak dari daerah luar, menurut mereka hal ini juga yang nantinya akan membuat orang – orang luar akan mengenali wajah baru Dolly dengan image yang lebih positif dari pada sebelumnya yang terkenal sebagai tempat lokalisasi. Saat. 24.

(25) ini mereka telah mengumpulkan kurang lebih sebanyak 5 pengajar dan 20 murid yang belajar di rumah belajar tersebut. Mereka terus berjuang supaya anak – anak yang belajar dan pengajar di rumah belajar tersebut semakin bertambah banyak. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang ada maka akan digunakan teknik pengumpulan data Non-Probability. NonProbability adalah teknik pengambilan sampel yang anggota populasinya tidak mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel (Asnawi, 2009: 122). Teknik Non-Probability yang dipilih peneliti dalam penelitian ini yaitu teknik Purposive. Purposive adalah salah satu teknik sampel di mana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Teknik Purposive ini lebih tepat digunakan oleh para peneliti apabila penelitian tersebut memerlukan kriteria khusus supaya sampel yang diambil nantinya sesuai dengan tujuan penelitian dapat memecahkan permasalahan penelitian, sehingga teknik yang diambil dapat memenuhi tujuan sebenarnya dilakukannya penelitian. Dalam hal ini maka digunakan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi, dokumentasi, dan literature. a.) Wawancara : Wawancara dilakukan secara langsung kepada narasumber untuk mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan.. 25.

(26) b.) Observasi : Pada saat penelitian berlangsung, aktivitas observasi ini dilakukan dengan berbincang secara langsung, mencari tahu metode apa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan tambahan dan lain sebagainya. Observasi yang dilakukan terbatas dikarenakan adanya pandemic. yang. mengakibatkan. adanya. pembatasan. dan. Social. Distancing. Observasi pun hanya dilakukan sebanyak dua kali dan tetap dengan menggunakan protokol yang telah ditentukan. c.) Dokumentasi: Dalam penelitian dokumentasi berupa foto, video, rekaman ataupun catatan diperlukan untuk menyimpan/mengabadikan data yang telah diperoleh oleh peneliti selama penelitian berlangsung. d.) Literatur : Dalam riset lapangan, penelusuran pustaka dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian (research design) atau proposal guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam metodologi. Selain itu juga digunakan sebagai riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya selain dari nara sumber, harapannya supaya data yang di dapat lebih banyak/lengkap dan akurat 5. Teknik Pengumpulan Subjek Penentuan subjek penelitian atau narasumber dilakukan dengan cara purposive. Purposive sendiri menurut Djam’an Satori (2007:6) merupakan. teknik. pengambilan. sampel. yang. ditentukan. dengan. menyesuaikan pada tujuan penelitian tersebut atau pertimbangan tertentu. Sehingga, penentuan subjek dengan menggunakan purposive ini dinyatakan. 26.

(27) cocok dengan masalah penelitian yang sedang peneliti bahas, yaitu penentuan subyek didasarkan atas tujuan dari peneliti dalam mengungkap permasalahan yang sedang peneliti kaji. Peneliti menentukan subjek penelitian. berdasarkan. permasalahan. yang. akan. diteliti. dan. mempertimbangkan kriteria subjek sebagai berikut : 1) Subyek penelitian harus mengetahui sejarah berdirinya rumah belajar Bahasa Inggris/sudah lama menjadi relawan di rumah belajar tersebut. 2) Subyek merupakan siswa yang belajar di rumah belajar Bahasa Inggris. 3) Subyek merupakan orang tua murid yang belajar di rumah belajar Bahasa Inggris. Namun karena adanya pandemic ini wawancara dilakukan secara kombinasi yaitu online dan bertemu langsung dengan subyek penelitian. 6. Alat Penelitian Alat – alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu meliputi : a) Note/buku catatan : Untuk mencatat segala informasi yang diberikan oleh narasumber, ataupun mencatat hal – hal penting yang ditemukan di tempat penelitian. b) Camera/HP : Untuk mengabadikan moment di saat penelitian yang dapat digunakan sebagai bukti penelitian, baik berupa foto maupun video. c) Tape Recorder/HP : Untuk merekam apa saja yang disampaikan narasumber, sehingga setiap informasi yang didapatkan dapat terekam dengan baik.. 27.

(28) 7. Teknik Analisis Analisa data pada penelitian kualitatif menggambarkan bagaimana cara pemeriksaan serta penggolongan dengan cara membuat struktur transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainya yang terkumpul untuk membangun pengertian atas cara-cara yang dilakukan. Pada saat analisa data dilaksanakan cara pemilahan informasi yang telah dikumpulkan ke dalam format yang lebih sederhana dan jelas serta mudah dimengerti oleh pembaca. Data yang dihasilkan penelitian kemudian dianalisa menggunakan metode fenomenologi, dimana metode ini berusaha mempresentasikan serta mencerna arti di dalam data yang didapat ke dalam bab-bab yang telah ditentukan. Menurut Creswell metode analisa dan interpretasi data yang kerapkali dipakai yaitu modifikasi metode StevickColaizzi-Keen dari Moustakas. Prosedur analisis dan interpretasi data ini meliputi : 1. Dimulai dengan deskripsi tentang pengalaman yang di rasakan peneliti terhadap phenomenon : wawancara pertama dan kedua dilakukan secara online bersama dengan subjek penelitian, setelah mendapatkan gambaran mengenai awal terbentuknya rumah belajar ini peneliti dan subjek penelitian bertemu secara langsung untuk wawancara, dan melihat kondisi rumah belajar selama pandemic saat ini. 2. Setelah itu peneliti melacak pengakuan (saat wawancara) perihal dengan cara seperti apa subjek-subjek tersebut menjalani kejadian (Phenomenon), kemudian mempersiapkan susunan jawaban dari. 28.

(29) pengakuan subjek tersebut (horizonalization) dan memperlakukan setiap jawaban dengan sama rata (menilai nilai yang sama), serta memperluas data dari jawaban pengakuan yang tidak sama (non-repetitive) atau yang tidak tumpang tindih (non-overlapping) : sebelum wawancara dilakukan peneliti membuat daftar pertannyaan sesuai dengan rumusan masalah yang diambil, dan pada saat wawancara berlangsung peneliti juga mengembangkan lagi jawaban sesuai dengan apa yang disampaikan subjek penelitian, supaya pada saat bertanya kembali pertanyaan serupa tidak muncul lagi. 3. Reduksi Data : Merupakan kegiatan merangkum catatan – catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis supaya memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktuwaktu data diperlukan kembali. Peneliti menggunakan reduksi data dengan tujuan memudahkan dalam pengumpulan data di lapangan : Data yang ada dalam catatan peneliti terdiri dari catatan di notebook dan di rekaman hp, kemudian data-data yang ada dirangkum dibuat menjadi poin-poin dan disusun sesuai dengan pemahaman peneliti supaya lebih mempermudah pemahaman dalam penggolongan data dalam sebuah catatan khusus, sehingga ketika data tersebut diolah akan lebih mudah dipahami dan ketika ada data yang dibutuhkan juga akan mudah di cari. 4. Display data : Berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya. 29.

(30) peneliti dapat menarik kesimpulan dan merefleksikan data berlandaskan deskripsinya sendiri serta memakai imaginative variation atau deskripsi struktural, memperluas kerangka pemahaman dari phenomenon, serta membuat deskripsi dari bagaimana phenomenon tersebut dialami : Setelah mengelompokkan data-data yang diperoleh dalam catatan khusus,. peneliti. membuat. rangkuman. data,. peneliti. kemudian. mendiskripsikan apa yang sudah didapat kedalam sebuah paragraph dengan kalimat sendiri yang ditambahkan dengan data-data tambahan yang diperoleh dari internet ataupun sumber lainnya seperti buku, dan menyusunnya dengan teratur supaya informasi yang didapatkan dapat tersampaikan dengan jelas dan terstruktur. Serta dapat memahami kejadian atau fenomena rumah belajar ini dengan baik. 5. Selanjutnya, peneliti membuat deskripsi secara keseluruhan mengenai arti dan tujuan dari pengalaman : Kemudian setelah semuanya sudah dilakukan peneliti membuat kesimpulan mengenai penelitian ini, supaya makna yang ingin disampaikan dapat diterima oleh pembaca. 6. Dari deskripsi tekstural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap. partisipan,. peneliti. membuat. composite. textural-structural. description dari makna-makna dan esensi pengalaman, mengintegrasikan semua deskripsi tekstural-struktural individual menjadi deskripsi yang universal dari pengalaman, yang mewakili kelompok (subjek penelitian) secara keseluruhan. (Moleong, 2010).. 30.

(31) 8. Validasi Data Pengecekan keaslian data sangat di perlukan supaya data yang diperoleh nantinya dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pemeriksaan ulang keaslian data ini adalah sebuah upaya untuk menurunkan kekeliruan saat proses mendapatkan dan pengolahan hasil penelitian yang nantinya tentu saja dapat berpengaruh pada hasil dari sebuah penelitian. Oleh sebab itu, saat proses pemeriksaan ulang keaslian data dari penelitian diharuskan melewati beberapa teknik pemeriksaan. Salah satu teknik yang dipakai sebagai alat untuk melacak kebenaran suatu data (Lexy J Moleong, 1991: 175), yaitu Triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang digunakan untuk melihat keaslian data yang di mana teknik ini menggunakan hal lain yang berbeda dengan data itu sendiri sebagai kebutuhan untuk mengecek atau alat pembanding terhadap data yang diperoleh, caranya yaitu melalui cara pengecekan sumber yang lain. Triangulasi yang dipakai oleh peneliti adalah : a. Triangulasi Sumber Peneliti : Membandingkan serta memeriksa kembali status keyakinan subjek yang didapatkan dengan melewati waktu dan alat yang tidak sama dengan penelitian kualitatif (Moleong, 2011: 330). Hasilnya akan didapatkan melalui cara membandingkan informasi hasil observasi dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang diucapkan subjek di hadapan publik dengan yang telah ia sampaikan secara pribadi. Triangulasi sumber penelitian yang digunakan yaitu pengajar, dan siswa/anak di lingkungan eks-lokalisasi yang tidak digunakan sebagai narasumber sehingga kita dapat mengetahui jika ada informasi yang. 31.

(32) berbeda : Pada hari pertama dan kedua wawancara yaitu melalui media online google meeting peneliti melakukan wawancara kepada 2 orang subjek penelitian, dan pada saat wawancara secara langsung peneliti kembali menanyakan kebenaran mengenai informasi tersebut, dan hal ini dilakukan secara terus-menerus selama wawancara berlangsung.. 32.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah telah ditata untuk menjadi kota Minapolitan yaitu suatu wilayah dengan konsep pembangunan ekonomi

Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perusahaan berupaya mengatasi konflik yang muncul terkait kegiatan eksplorasi sumur minyak Tapen dan

Puji syukur alhamdulillah atas nikmat, rahmat, dan hidayah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi

Setiap logam memiliki bentuk sel satuan (unit cell) yang berbeda dan asih tergantung pada suhu. Sel satuan merupakan bentuk geometri terkecil dari susunan atom didalam

Persamaan penelitian ini adalah penerapan e-learning dalam proses pembelajarannya akan tetapi perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah subjek yang diteliti yaitu

Sampel salep asam benzoat dilarutkan terlebih dahulu ke dalam kloroform, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan larutan NaOH untuk memisahkan

Lembaga negara yang dapat bersengketa di Mahkamah Konstitusi yaitu: (1) merupakan sengketa kewenangan konstitusional antar lembaga negara, (2) kewenangan diberikan

Menurut penelitian Nurrahman dan Sudarno (2013) kepemilikan saham institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas pengungkapan sustainability