• Tidak ada hasil yang ditemukan

CVw = 3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis Location Quotient ( LQ ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CVw = 3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis Location Quotient ( LQ )."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kinerja Perekonomian Propinsi Jambi 2009

( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi, Kota Sungai Penuh )

Oleh : Bhian Rangga Prodi Geografi FKIP UNS

A. Pendahuluan

Pembangunan di suatu daerah merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi pembangunan haruslah dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pada umumnya difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu alat untuk mengetahui struktur ekonomi suatu wilayah, diyakini masih merupakan indikator penting dalam menentukan arah pembangunan. Dengan memperhatikan besarnya peranan masing-masing dalam PDRB, skala prioritas pembangunan dapat ditentukan. Berdasarkan sumber data PDRB di suatu daerah maka akan membantu dalam menganalisis kinerja perekonomian suatu daerah Provinsi Jambi Tahun 2009.

Penyusunan analisis kinerja perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2009 ini berisi pengklasifikasian wilayah berdasarkan tipologi Klassen, distribusi pendapatan antar daerah melalui indeks Williamson, analisis ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar kabupaten, penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, analisis tingkat spesialisasi daerah dengan menggunakan indeks Krugman serta keterjangkauan antar wilayah.

B. Metodologi

Penentuan tempat dalam menganalisis kinerja perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2009 mengambil daerah ( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi, Kota Sungai Penuh ). Data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh BPS Provinsi

(2)

Jambi dan BPS, dan Bappeda di kabupaten / kota tersebut melalui searching internet. Data yang diperlukan antara lain: PDRB ADHK Provinsi Jambi tahun 2009, PDRB ADHK menurut kabupaten / kota tahun 2009, Jumlah Penduduk Provinsi Jambi 2009, Jumlah Penduduk kabupaten/kota di Provinsi Jambi 2009.

Adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing – masing daerah adalah analisis tipologi klassen. Dengan menentukan rata – rata pertumbuhan ekonomi sebagai suatu sumbu vertikal dan rata – rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah cepat-maju dan cepat tumbuh ( high growth and high income), daerah maju tapi tertekan(high income but low growth), daerah berkembang cepat ( high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal ( low growth and low income ) ( syafrizal, 1997: 27-38;Kuncoro, 1993;Hill, 1989 )

2. Analisis distribusi pendapatan antar daerah dengan menggunakan indeks Williamson. Indeks Williamson tersebut dapat diistilahkan dengan Weighted Coeffisien of Variation ( CVw ).

CVw = (𝑌𝑖 − 𝑌𝑘

2 𝑥( 𝑃𝑜𝑝𝑗 / 𝑃𝑜𝑝𝑘 )

𝑌𝑘

Keterangan :

CV w = koefisien variasi yang menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah

Yi = pendapatan domestik regional bruto per kapita msing – masing wilayah Yk = pendapatan domestik bruto per kapita provinsi

Popj =jumlah penduduk masing – masing wilayah kabupaten / kota Popk = jumlah penduduk provinsi

Nilai koefisien atau indeks williamson terletak antara nol sampai satu. Jika mendekati nol, maka tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah relatif rendah ( cenderung merata ), namun jika mendekati satu, maka tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah relatif tinggi ( cenderung timpang ).

3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis Location Quotient ( LQ ).

(3)

𝐿𝑄 = 𝑋𝑟/𝑅𝑉𝑟

𝑋𝑛/𝑅𝑉𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐿𝑄 =

𝑋𝑟/𝑋𝑛 𝑅𝑉𝑟/𝑅𝑉𝑛 Keterangan :

Xr : nilai produksi subsektor I pada daerah kabupaten RVr : total PDRB kabupaten

Xn : nilai produksi subsektor I pada kawasan RVn : total PDRN pada kawasan andalan

4. Analisis spesialisasi regional, untuk penentuan tingkat spesialisasi wilayah. 𝑆𝐼𝑗𝑘 = 𝐸𝑖𝑗 𝐸𝑗 − 𝐸𝑖𝑘 𝐸𝑘 𝑛 𝑖=1

5. Analisis keterjangkauan antar wilayah dengan menggunakan indeks gravitasi. Ig= k.N1.N2/D2

Indeks grafitasi adalah hasil perkalian PDRB dua kabupaten / kota dibagi jarak kuadrat dua kabupaten / kota

(4)

C. Hasil Analisis

Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )

TABEL 2. Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi 2008-2009( % )

Kabupaten / kota Rata-rata

Kab. Muaro Jambi 5.52

Kota Sungai Penuh 6.30

Kota Jambi 6.85

Kab. Tanjung jabung timur 5.00

Kab. Tebo 5.01

Kab. Batanghari 5.14

Provinsi Jambi 6.39

Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )

Nb : Untuk gambar Grafik Tipologi Klassen Propinsi Jambi 2009

( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi, Kota Sungai Penuh ) dapat dilihat pada makalah yang sudah disusun

TABEL 1. PDRB Perkapita ADHK Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi 2008-2009 Kabupaten / kota PDRB 2008 PDRB 2009 Jumlah penduduk 2008 jumlah penduduk 2009 Pendapatan perkapita 2008 Pendapatan Perkapita 2009 Rata - rata Kab. Muaro Jambi 1059163.69 1117610.66 310676 314598 3.409223 3.552504 3.480863 Kota Sungai Penuh 487873.49 518618.13 68672 78102 7.104402 6.640267 6.872334 Kota Jambi 2863622.22 3059810.48 467408 476038 6.126601 6.427660 6.277130 Kab. Tanjung jabung

timur 2163480.17 2271694.46 211789 213781 10.215262 10.626269 10.420766 Kab. Tebo 817651.46 858592.23 253373 257267 3.227066 3.337359 3.282212 Kab. Batanghari 1069406.74 1124399.43 219181 222841 4.879103 5.045748 4.962425 Provinsi Jambi 15297770.57 16274907.72 2788269 2834164 5.486476 5.742402 5.614439

(5)

Sebagai daerah cepat maju dan cepat tumbuh, Kota Jambi memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten / kota di Provinsi Jambi. Dilihat dari PDRB subsektor lapangan usaha, pertumbuhan PDRB didorong oleh sumbangan terbesar pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Kota Sungai Penuh dan Kab. Tanjung Jabung Timur berada pada klasifikasi maju tapi tertekan, pada dasarnya memiliki pendapatan perkapita tinggi dan laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi, kecuali kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan pertumbuhan ekonomi hanya 5.01%. Kabupaten Muaro Jambi, Tebo, dan BatangHari merupakan daerah yang berada pada klasifikasi daerah relatif tertinggal karena pembangunan di wilayah tersebut terlambat.

Berdasarkan pembahasan klasifikasi posisi perekonomian Tipologi Klassen, maka keberadaan kota Jambi sebagai daerah maju dan cepat tumbuh. Sehingga pada daerah tersebut, segala aktivitas pembangunan perekonomian, bahkan pembangunan jaringan komunikasi maupun IT berkembang pesat. Sedangkan pada Kabupaten Tebo, Muaro Jambi, dan Batang Hari merupakan daerah relatif tertinggal disebabkan lambatnya pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut. Sehingga pemerintah daerah setempat perlu adanya untuk melakukan usaha pembangunan, sehingga kesejahteraan dapat tercapai.

2. Indeks Williamson

Tabel 3. Indeks williamson

Kabupaten / kota PDRB PERKAPITA 2009 ( Yi ) PDRB PROVINSI

( yk ) Yi-Yk ( Yi-Yk )2 Popj popk popj/popk

(yi-Yk)2 * (popj/popk) Kab. Muaro Jambi 3.552504021 16274907.72 -16274904.17 264872505661178 314598 2834164 0.111002045 29401389805246 Kota Sungai Penuh 6.640266959 16274907.72 -16274901.08 264872405155096 78102 2834164 0.027557333 7299176966267 Kota Jambi 6.427660145 16274907.72 -16274901.29 264872412075405 476038 2834164 0.167964169 44489074485299 Kab. Tanjung jabung timur 10.62626922 16274907.72 -16274897.09 264872275411527 213781 2834164 0.075430003 19979316620263 Kab. Tebo 3.337358581 16274907.72 -16274904.38 264872512664121 257267 2834164 0.090773505 24043406350360 Kab. Batanghari 5.045747551 16274907.72 -16274902.67 264872457056390 222841 2834164 0.078626713 20826050716509 Jumlah (yi-Yk)2 * (popj/popk) 146038414943943 Akar (yi-Yk)2 * (popj/popk) 12084635.49 Indeks williamson 0.742531737

(6)

Berdasarkan tabel indeks williamson di tas dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, nilai indeks williamson sebesar 0,7425. Sehingga secara umum terjadi kesenjangan pendapatan antar wilayah di provinsi Jambi. ( karena nilai tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah mendekati satu ), sehingga dapat dikatakan bahwa kesenjangan pendapatan antar wilayah relatif tinggi ( cenderung tertimpang ). Adapun secara umum penyebab ketimpangan antar wilayah kabupaten / kota di Provinsi Jambi adalah faktor kepemilikan sumberdaya alam dan persebaran penduduk. Beberapa kabupaten / kota seperti Batanghari, Muaro Jambi, tanjung Jabung Timur, Kota Jambi memiliki sumber migas, sedangkan kabupaten Sungai Penuh tidak memiliki migas. Seperti diketahui, komoditas migas produksinya agak sulit diprediksi, begitu juga dengan harganya. Dari sinilah ketimpangan antar wilayah berasal.

3. Analisis LQ

Tabel 4. Tabel LQ subsektor Pertanian Kabupaten / kota nilai subsektor pertanian tiap kabupaten PDRB 2009 xr/RVr Nilai subsektor pertanian propinsi Total pdrb Xn/RVn

Kab. Muaro Jambi 89032.13 1117610.7 0.079663 5003441.11 8950725 0.558998

Kota Sungai Penuh 70404.64 518618.13 0.135754 5003441.11 8950725 0.558998

Kota Jambi 66128.79 3059810.5 0.021612 5003441.11 8950725 0.558998

Kab. Tanjung jabung timur 633022.26 2271694.5 0.278656 5003441.11 8950725 0.558998

Kab. Tebo 423709.2 858592.23 0.493493 5003441.11 8950725 0.558998

Kab. Batanghari 350296.02 1124399.4 0.311541 5003441.11 8950725 0.558998

Kabupaten / kota LQ

Kab. Muaro Jambi 0.14

Kota Sungai Penuh 0.24

Kota Jambi 0.04

Kab. Tanjung jabung timur 0.50

Kab. Tebo 0.88

Kab. Batanghari 0.56

(7)

Berdasarkan tabel LQ tersebut dapat diketahui bahwa sektor pertanian di setiap daerah / kota memiliki nilai LQ sebesar 0,14-0,88. Berdasarkan kriteria pengukuran LQ menurut Bendavis-Val( 1991:74) yaitu bila LQ>1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasiona. Bila LQ<1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional, bila LQ=1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama nasional. Bila LQ > 1 berarti subsektor tersebut merupakan subsektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ < 1 berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat jelas bahwa jika LQ <1, , maka subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai perekonomian daerah. Hal ini berarti subsektor pertanian disetiap kabupaten / kota di Provinsi Jambi bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Salah satu hal yang mendasari adalah daerah tersebut secara fisik kurang cocok untuk daerah pertanian. Masyarakat Jambi umumnya fokus bekerja di sektor pertambangan, perdagangan, ataupun jasa.

4. Indeks spesialisasi

Tabel 5. Indeks Spesialisasi

Kabupaten / kota PDRB sektor

pertanian Total PDRB kabupaten pdrb sektor pertanian dibagi total pdrb kabupaten

Kab. Muaro Jambi 89032.13 1117610.66 0.079662921

Kota Sungai Penuh 70404.64 518618.13 0.135754298

Kota Jambi 66128.79 3059810.48 0.021612054

Kab. Tanjung jabung timur 633022.26 2271694.46 0.278656426

Kab. Tebo 423709.2 858592.23 0.493492936

(8)

Kabupaten / kota Kab. Muaro Jambi Kota Sungai Penuh

Kota Jambi Tanjungjabung

Timur Kab. Tebo Kab.batanghari rata-rata

Kab. Muaro Jambi -0.06 3.69 0.29 0.16 0.26 0.87

Kota Sungai Penuh 6.28 0.49 0.28 0.44 1.87

Kota Jambi 0.08 0.04 0.07 0.06

Kab. Tanjung jabung

timur 0.56 0.89 0.73

Kab. Tebo 1.58 1.58

Kab. Batanghari 0.69

Rata-rata 0.97

Kriteria pengukuran indeks spesialisasi menurut Kim ( 1995: 883 ) adalah “ bila indeks spesialisasi regional mendekati nol maka kedua daerah tersebut tidak memiliki spesialisasi, dan bila indeks spesialisasi regional mendekati dua, maka kedua daerah tersebut memiliki spesialisasi.

Kenaikan spesialisasi kab. Muaro jambi terhadap kota Jambi, menunjukkan terspesialisasinya subsektor usaha kab. Muaro jambi terhadap kota Jambi. Sedangkan penurunan spesialisasi terhadap kab. Sungai kota penuh, tanjung jabung timur, tebo, batanghari menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kab. Muaro jambi terhadap keempat kabupaten tersebut.

Kenaikan spesialisasi kab. Sungai penuh terhadap kota Jambi, menunjukkan terspesialisasinya subsektor usaha kab. Muaro jambi terhadap kota Jambi. Sedangkan penurunan spesialisasi terhadap, tanjung jabung timur, tebo, batanghari menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kab. Sungai penuh terhadap ketiga kabupaten tersebut.

Sedangkan penurunan spesialisasi kota Jambi terhadap tanjung jabung timur, tebo, batanghari menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kota Jambi terhadap ketiga kabupaten tersebut. Penurunan spesialisasi kab. tanjung jabung timur terhadap kab. tebo, batanghari menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kab.tanjungjabung timur terhadap kedua kabupaten tersebut. Kenaikan spesialisasi kab. tebo terhadap kab.batanghari menunjukkan terspesialisasinya subsektor usaha kab. kab. tebo terhadap kab.batanghari.

(9)

5.Indeks Grafitasi

Tabel 6. Indeks Grafitasi

Kabupaten / kota Total PDRB

kabupaten

Kab. Muaro Jambi 1117610.66

Kota Sungai Penuh 518618.13

Kota Jambi 3059810.48

Kab. Tanjung jabung timur 2271694.46

Kab. Tebo 858592.23 Kab. Batanghari 1124399.43 Hasil perkalian pdrb Kabupaten / kota Kab. Muaro Jambi Kota Sungai

Penuh Kota Jambi

Tanjungjabung

Timur Kab. Tebo Kab.batanghari

Kab. Muaro Jambi 579613150557.27 579613150557.27 2538869944758.94 959571828841.17 1256640789065.92

Kota Sungai Penuh 1586873189292.00 1178141932776.56 445281496755.13 583133929759.67

Kota Jambi 6950954516065.94 2627129503400.57 3440449159620.03

Kab. Tanjung

jabung timur 1950459212290.05 2554291955958.16

Kab. Tebo 965400614014.43

Kab. Batanghari

Jarak antar kabupaten/kota( di peta dalam cm )

Kabupaten / kota Kab. Muaro

Jambi Kota Sungai Penuh Kota Jambi

Tanjungjabung

Timur Kab. Tebo Kab.batanghari

Kab. Muaro Jambi 20.00 3.00 5.00 12.00 14.00

Kota Sungai Penuh 18.00 21.00 10.00 7.00

Kota Jambi 4.00 11.00 11.00

Kab. Tanjung jabung

timur 11.00 14.00

Kab. Tebo 5.00

(10)

Jarak sesungguhnya antar kabupaten/kota( dalam km )

Kabupaten / kota Kab. Muaro

Jambi Kota Sungai Penuh Kota Jambi

Tanjungjabung

Timur Kab. Tebo Kab.batanghari

Kab. Muaro Jambi 275.00 41.25 68.75 165.00 192.50

Kota Sungai Penuh 247.50 288.75 137.50 96.25

Kota Jambi 55.00 151.25 151.25

Kab. Tanjung jabung

timur 151.25 192.50

Kab. Tebo 68.75

Kab. Batanghari

jarak kuadrat kabupaten

Kabupaten / kota Kab. Muaro

Jambi Kota Sungai Penuh Kota Jambi

Tanjungjabung

Timur Kab. Tebo Kab.batanghari

Kab. Muaro Jambi 75625.00 1701.56 4726.56 27225.00 37056.25

Kota Sungai Penuh 61256.25 83376.56 18906.25 9264.06

Kota Jambi 3025.00 22876.56 22876.56

Kab. Tanjung jabung

timur 22876.56 37056.25 Kab. Tebo 4726.56 Kab. Batanghari Indeks Grafitasi Kabupaten / kota Kab. Muaro Jambi Kota Sungai

Penuh Kota Jambi

Tanjungjabung

Timur Kab. Tebo Kab.batanghari

Kab. Muaro Jambi 7664306.12 340635827.69 537149343.68 35245980.86 33911709.61 Kota Sungai Penuh 25905490.29 14130373.06 23552079.17 62945811.27 Kota Jambi 2297836203.66 114839347.19 150391876.39 Kab. Tanjung jabung timur 85260152.71 68930125.31 Kab. Tebo 204250047.26 Kab. Batanghari

Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )

Berdasarkan indeks tersebut dapat diketahui bahwa setiap kota / kabupaten memiliki indeks grafitas yang berbeda – beda. Indeks grafitasi yang paling besar adalah indeks grafitasi antara kota jambi dengan kab. Tanjung jabung timur. Sedangkan indeks grafitasi yang terkecil adalah kota sungai penuh dan kab. Muaro jambi. Sehingga jika indeks grafitasi tinggi maka dapat

(11)

diperkirakan bahwa kedua daerah tersebut merupakan daerahyang maju, karena pdrb kedua daerah tersebut hampir sama, sedangkan jika indeks grafitasi kecil maka dapat diperkirakan bawa kedua daerah tersebut meruakan daerah reatif tertinggal. Karena dengan adanya indeks grafitasi, kita dapat mengetahui hubungan kedua daerah tersebut, sehingga dengan adanya hubungan kedua daerah tersebut dimungkinkan untuk melakukan kerjasama baik dalam bidang perekonmian maupun bidang – bidang lain.

D. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan :

Berdasarkan klasifikasi posisi perekonomian Tipologi Klassen, maka keberadaan kota Jambi sebagai daerah maju dan cepat tumbuh. Sehingga pada daerah tersebut, segala aktivitas pembangunan perekonomian, bahkan pembangunan jaringan komunikasi maupun IT berkembang pesat. Sedangkan pada Kabupaten Tebo, Muaro Jambi, dan Batang Hari merupakan daerah relatif tertinggal disebabkan lambatnya pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut. Sehingga pemerintah daerah setempat perlu adanya untuk melakukan usaha pembangunan, sehingga kesejahteraan dapat tercapai.

Berdasarkan indek wiliamson, analisis LQ, provinsi Jambi kurang berpotensi untuk dikembangkan dalam susektor pertanian, karena provinsi Jambi lahannya kurang cocok untuk pertanian. Masyarakat cenderung ke sektor pertambngan ataupun jasa. Berdasarkan indeks spesialisasi, setiap daerah / kabupaten memiliki indeks spesialisasi sendiri – sendiri. Sedangkan berdasarkan indeks grafitasi, hubungan / keterkaitan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya berbeda – beda tergantung pdrb dan keterjangkauan antar wilayah tersebut.

Sehingga dengan adanya pengukuran – pengkuran tersebut bahwa pemerintah provinsi setempat berserta pemerintah daerah setempat hendaknya mengevaluasi kinerja perekonomian masing – masing wilayah. Hal ini dikarenakan potensi / kinerja masing – masing wilayah di provinsi Jambi tergantung pdrb perkapita dan jumlah penduduk. Serta peranan pemerintah beserta masyarakat dalam membangun perekonomian daerahperlu ditingkatkan, jangan sampai pada zaman sekarang masih ada daerah yang masih tertinggal. Oleh karena itu perlu adanya komitmen bersama – sama antara pemerintah dan masyarakat untuk membangun perekonomian daerahnya masing – masing, khususnya di provinsi Jambi.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Propinsi Jambi. Jambi : BPS http://bpsprovjambi.go.id/index.php?option=com_content&view=category&id=38&Itemi

d=41 diunduh 8 Oktober 2011

Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kota Jambi. Jambi : BPS http://jambi.bps.go.id/ diunduh 8 Oktober 2011

Badan Pusat Statistik, 2009, Kab.Muaro Jambi Dalam Angka 2009. Sengeti : BPS

Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kota Sungai Penuh. Sungaipenuh : BPS

Badan Pusat Statistik, 2009, Kab. Tanjungjabung TimurDalam Angka 2009. Muarasabak : BPS Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kab. tebo. Muaratebo : BPS http://tebo.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kab. batanghari. Bangko : BPS http://batanghari.bps.go.id/, diunduh 8 Oktober 2011

Gambar

TABEL 2. Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK Kabupaten /  Kota di Provinsi Jambi 2008-2009( % )
Tabel 3. Indeks williamson
Tabel 4. Tabel LQ subsektor  Pertanian  Kabupaten / kota  nilai subsektor pertanian tiap  kabupaten  PDRB 2009  xr/RVr  Nilai  subsektor pertanian  propinsi  Total  pdrb   Xn/RVn

Referensi

Dokumen terkait

untuk menjadi lebih baik. Elfa Music School Jln Griya Utara dibuka pada tahun 1993 didirikan oleh Bpk. Addo Nugraha, dia sebagai Branch Manager dan sebagai

Apakah terdapat pengaruh signifikan positif elemen ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek terhadap minat membeli

Dari beberapa definisi tentang anak usia dini di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang umur nol sampai delapan tahun yang

Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Location Quotient (LQ) dan analisis shift share menunjukkan bahwa yang menjadi subsektor unggulan di wilayah

1 1 Nopember 2018  Menghadiri Rapat Koordinasi Persiapan Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2018, bertempat di Ruang Kerja Kepala Bagian Kesra Setda Karanganyar..  Rapat

Keefektifan dari bahan dan teknik enkapsulasi yang digunakan untuk menghasilkan probiotik terenkapsulasi dapat dievaluasi dari beberapa parameter kualitatif,

“…Kalau untuk saya untuk mandi itu sumur tapi untuk keperluan lain ada ledeng dari PAM (Perusahaan Air Minum/ Ledeng), sampai dengan agak tinggi kemudian ada