• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROFESI DAN PEMBINAAN KARIR GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KOTA SERANG Apud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PROFESI DAN PEMBINAAN KARIR GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KOTA SERANG Apud"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN PROFESI DAN PEMBINAAN KARIR GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DI KOTA SERANG

Apud

Abstrak. Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Mutu proses dan hasil tersebut sangat ditentukan oleh profesionalisme guru yang dicerminkan tingkat kompetensi dan karir yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan profesi guru melalui peningkatan kompetensi guru dan pembinaan karir guru melalui penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan profesi dan karir guru. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, pengamatan, dan pendokumentasian. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

pengembangan profesi guru berupa peningkatan kompetensi-kompetensi dilakukan melalui KKG, MGMP, seminar, pelatihan, workshop, dan supervisi akademik dan monitoring; Pembinaan karir guru berupa penugasan menjadi wakil kepala madrasah, pembina OSIS, instruktur pramuka, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Setelah guru melaksanakan tugas keprofesian tersebut guru berhak mengajukan kepangkatan fungsional dan mendapatkan promosi jabatan; Faktor pendukungnya adalah jumlah guru yang memadai, hampir semua guru memiliki kualifikasi S1, dan guru mengajar didasarkan atas panggilan jiwa dan motif beribadah (religious awareness). Sedangkan penghambatnya adalah guru mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi akademiknya, pendanaan yang terbatas, dan akses pengembangan diri terbatas; Upaya yang dilakukan adalah membuat rencana strategis, membuat alokasi anggaran, memperluas kemitraan madrasah dengan lembaga pemerintah dan suasta.

Kata Kunci: Pengembangan profesi, pembinaan karir, guru MI

PENDAHULUAN

Aktor utama dalam proses pendidikan adalah guru. Perannya sangat strategis dalam menentukan kualitas proses dan hasil belajar. Keberadaannya di ruang kelas dengan multi peran yang dilakukannya sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, dan juga motivator menjadikan proses-proses pembelajaran menjadi menarik dan tentu bermutu. Hal tersebut menuntut guru bersikap profesional dan kompeten dalam menjalankan profesinya.

Kemampuan guru dalam meningkatkan kompetensinya mendorong dirinya menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Fakta empiris menunjukkan bahwa kualitas guru secara nasional belum menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) pada 2 bidang yang diujikan, yaitu pedagogik dan profesional tahun 2012 dan 2015. Pada tahun 2012 dari 30.800 peserta yang ikut UKG hanya 7.000 saja yang dinyatakan lulus. Ini berarti bahwa sekitar 75% guru di provinsi Banten tidak lulus.1 Pada tahun 2015 juga belum menunjukkan

1 Hasil UKG terbaik diraih Propinsi Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06). Lih.

http//:m.beritasatu.com/megapolitan/78500-kepala-sekolah-di-banten-tidak lulus-uji-kompetensi.html (23-03- 2016). Pada Uji Kompetensi tahun 2015 Rata-rata Hasil UKG untuk kedua bidang tersebut (Pedagogik dan

(2)

2

hasil yang memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuh provinsi2 yang mendapatkan nilai terbaik, banten belum masuk ke dalam katagori tersebut.

Peningkatan kompetensi bagi guru adalah sebuah keniscayaan sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Biroraksi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Pasal 1 ayat (5) menyebutkan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Pasal 11, ayat (a): Pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi: Pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.3

Kompetensi bagi guru menjadi penanda profesionalisme, artinya seorang guru dianggap profesional apabila memiliki standar kompetensi yang dipersyaratkan. Undang- undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengharuskan adanya pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru4 seperti yang tercantum dalam pasal 32 ayat (1), (2), (3), dan (4). Yang menjelaskan bahwa pembinaan dan pengembangan profesi guru5 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dan dilakukan melalui jabatan fungsional. Sedangkan pembinaan dan pengembangan karier guru6 meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Pengembangan profesi dan pembinaan karir guru merupakan suatu keharusan dan telah menjadi kesadaran kolektif agar para guru dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat merespon berbagai perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan dinamika yang berkembang di masyarakat, sekaligus mampu pengembangan diri secara berkelanjutan. Pengembangan diri guru merupakan bagian dari kebijakan strategis nasional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional yang penyelenggaraan ditetapkan oleh peraturan menteri. Kegiatan pengembangan diri tersebut secara personal dapat dilakukan oleh guru itu sendiri dan juga oleh para pihak yang bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan, yaitu: pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.

profesional) rata-rata berada pada angka 53,02. Sedangkan propinsi yang berada di atas rata-rata Nasional, yaitu:

Propinsi Kepulauan Riau (54,72), Sumatera Barat (54,68), dan Kalimantan Selatan (53,15).

2Tujuh provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06). Selain tujuh provinsi di atas yang mendapatkan nilai sesuai standar kompetensi minimum (SKM), ada tiga provinsi yang mendapatkan nilai di atas rata-rata nasional. Yaitu Kepulauan Riau (54,72), Sumatera Barat (54,68), dan Kalimantan Selatan (53,15).http://www.radarbanten.co.id/tujuh-provinsi-yang-raih-nilai-ukg-baik-banten-masuk-gak. 6/10/2017.

3 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Biroraksi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 11, ayat (a)

4 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 32 Ayat (1).

5 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 32 Ayat (2) dan (3).

6 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 32 Ayat (4).

(3)

3

Pada tingkat satuan pendidikan pengembangan profesi guru secara personal dapat dilakukan oleh guru itu sendiri, tapi secara kolektif tugas tersebut juga menjadi tanggung jawab lembaga dalam hal ini sekolah atau madrasah. Kepala sekolah atau madrasah sebagai representasi dari lembaga bertanggung jawab terhadap pengembangan profesi tersebut sebagai bagian dari program pengembangan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan diawali dengan melakukan pemetaan tingkat profesionalisme guru melalui penilaian kinerja dan supervisi guru. PK Guru dan supervisi merupakan proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki dari performa guru. 7 Supervisi yang pelaksanaannya dapat melalui: (1) supervisi informal, (2) supervisi dan penilaian kinerja guru (PK Guru) formatif, serta (3) PK Guru sumatif.

Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Hasil PK guru merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru. 8 Hasil PK Guru juga dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah/madrasah untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).9 Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya.

Dalam melaksanakan tugas profesi, seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, personal, sosial, dan profesional untuk memastikan bahwa proses pembelajaran yang dilakukannya bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Oleh karena itu, tuntutannya tidak terletak pada terselenggaranya proses pembelajaran tapi pada hadirnya sebuah proses pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Pada tahap ini, guru dituntut untuk memiliki kemmpuan penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

7 USAID PRIORITAS, “Praktek yang Baik di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Modul III 2015.

8Undang- undang No. 14 / 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 20 ayat (b) mengamanatkan:

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Lih. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 / 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Pasal 1 ayat (5).

9 Muh.Abduh Makka http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view

=article&id=163:penilaian-pk-guru&catid =42:widyaiswara&Itemid=203 (15-03-2016).

(4)

4

Salah satu bentuk kontrol mutu (quality control) pembelajaran adalah kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah atau madrasah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus mampu melakukan supervisi akademik dalam bentuk bimbingan, arahan dan pembinaan bagi guru dalam mengimplementasikan kurikulum. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam proses pembelajaran. Penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru dan memperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan profesi guru, pembinaan karir guru, faktor pendukung dan hambatan madrasah ibtidaiyah dalam pengembangan profesi dan karir guru, serta strategi dan upaya yang dilakukan Madrasah Ibtidaiyah dalam pengembangan profesi dan pembinaan karir guru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau penelitian kasus dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan profesi dan dan pembinaan karir guru dengan lokus penelitian di madrasah ibtidaiyah di Kota Serang. Penelitian dilakukan di tiga madrasah ibtidaiyah (MI) di Kota Serang, yaitu: MI Islamiyah Ciwaru Kecamatan Cipocok Jaya, MI Al Khaeriyah Badamussalam Kecamatan Kasemen, dan MI Al Falah Andamui Kecamatan Curug. Jumlah madrasah ibtidaiyah di Kota Serang sebanyak 21 madrasah yang seluruhnya berstatus madrasah swasta. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu: kepala madrasah, wakil kepala, dan guru. Untuk mendapatkan data kualitatif peneliti melakukan pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan, dan pendokumentasian. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman, yaitu: mengolah data kualitatif dan mendeskripsikannya melalui alur berpikir induktif dengan langkah: (1) Analisis data, (2) Reduksi data, (3) Penyajian data, dan (4) Penarikan kesimpulan /verifikasi.

Untuk menjamin keabsahan data penguji melakukan triangulasi data. Pengujian tingkat validitas data dilakukan melalui uji kredibilitas, dependabilitas, dan komfirmabilitas yang dilakukan melalui triangulasi, membercheck, dan audit trail. Teknik sampling menggunakan

(5)

5

sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu: informan yang sangat mengetahui permasalah tersebut mulai kepala bidang pendidikan madrasah, ketua pokja pengawas madrasah, kepala madrasah, dan guru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan profesi dan pembinaan karir guru berkelanjutan bagi lembaga pendidikan merupakan keniscayaan untuk meningkatkan profesionalisme guru agar pendidikan bermutu. Purnomo (2005) dalam riset disertasinya menemukan enam faktor yang memiliki daya dukung tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, yaitu: Profesionalisme ketenagaan (guru dan staf), manajemen madrasah, sumber belajar, kepemimpinan, kurikulum, dan akuntabilitas madrasah. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui pengembangan profesi. Pengembangan profesi dan pembinaan karir guru harus dilakukan secara sistematis, terencana, dan terukur agar guru semakin berdaya (powerful) dengan segenap kompetensi yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terhadap tiga MI di Kota Serang tentang pengembangan profesi dan pembinaan karir guru dideskripsikan sebagai berikut:

Pengembangan Profesi dan Pembinaan Karir Guru MI di Kota Serang

Pengembangan dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terukur untuk memberikan nilai tambah berupa kemampuan teoritis, konseptual, praktis, dan moral melalui proses pendidikan dan pelatihan. Hasibuan menekankan pengembangan tersebut dilakukan pada upaya meningkatkan aspek teoritis, konseptual, teknis, dan moral. Profesi adalah pekerjaan yang memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan pekerjaan lainnya berdasarkan pada pengetahuan teoretis dan praktis.

Sedangkan guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana (S1/D4), dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang- undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.10 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.11

10 https://id.wikipedia.org/wiki/Guru, 18/09/2017

11 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1Ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 1 ayat (1).

(6)

6

Jumlah guru di tiga madrasah ibtidaiyah yang menjadi lokus penelitian sebanyak 40 orang dengan rincian MI Islamiyah Ciwaru 10 orang, MI Al-Khaeriyah Badamussalam 21 orang, dan MI Al-Falah Andamui 9 orang. Guru yang sudah tersertifikasi pada tiga madrasah ibtidaiyah tersebut MI Islamiyah Ciwaru 8 orang, MI Al-Khaeriyah Badamussalam 15 orang, dan MI Andamui 3 orang. Dengan melihat data ini dapat disimpulkan bahwa jumlah guru tersertifikasi lebih banyak jumlahnya dibandingkan yang belum disertifikasi kecuali MI Al- Falah Andamui. Hal ini menunjukkan bahwa secara faktual MI Islamiyah dan MI Al- Khaeriyah memiliki guru profesional yang cukup. Walaupun demikian guru sebagai profesi harus terus dikembangkan. Pengembangan profesi guru didasarkan pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Depdiknas (2004) menyebut kompetensi ini berkaitan dengan kompetensi merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

Pengembangan profesi guru di Madrasah Ibtidaiyah Kota Serang dilakukan secara sistemik dan terstruktur mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pengembangan profesi tersebut dilakukan dengan meningkatkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional. Secara sistemik dimaksudkan bahwa kegiatan tersebut mengikuti alur input- process-output. Sedangkan secara terstruktur bahwa kegiatan tersebut dilakukan dengan mengikuti alur top and down, yakni: di mulai dari kegiatan pada tingkat Kelompok Kerja Madrasah (KKM) di tingkat Kota Serang, kelompok kerja guru (KKG) di tingkat kecamatan, dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

Kelompok kerja madrasah (KKM) di sebagai forum kepala madrasah dijadikan wadah untuk mendiskusikan berbagai hal terkait dengan 8 standar nasional pendidikan (SNP), yang terdiri atas: Standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Juga merumuskan kebijakan, strategi, dan operasionalisasi pelaksanaannya.

Implementasi kebijakan yang diambil KKM Kota Serang terkait dengan pengembangan profesi guru pada aspek kompetensi pedagogik dilakukan oleh kelompok kerja guru (KKG) yang pelaksanaannya dibagi ke dalam empat zona, yaitu: zona Cipocok Jaya-Walantaka, Serang-Curug, Kasemen, dan Taktakan. Setiap zona melakukan kegiatan pengembangan kompetensi guru sebanyak enam kali pertemuan berupa pelatihan penyusunan program tahunan, program semesteran, penyusunan rencana program pembelajaran (RPP);

(7)

7

mendiskusikan model pembelajaran, metode pembelajaran, strategi dan media pembelajaran;

dan latihan penyusunan perencanaan penilaian, cara menyusun kisi-kisi, membuat soal ujian, dan menganalisis butir soal, dan menyusun rubrik penilaian. Kegiatan pengembangan profesi guru juga dilakukan secara mandiri di madrasah masing-masing. Kegiatan mandiri di tingkat madrasah biasanya dilakukan tidak secara formal dalam bentuk pelatihan ataupun workshop tapi dilakukan secara informal oleh para guru di sela-sela kegiatan rutin mengajar dalam bentuk diskusi tentang kurikulum, silabus, penyusunan RPP, dan penyusunan soal-soal ujian.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan forum yang digunakan guru- guru mata pelajaran yang sejenis untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.

Pengembangan profesi guru pada aspek kompetensi profesional di MI Kota Serang belum dilakukan secara terstruktur. Padahal amanat Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sangat jelas bahwa guru harus memiliki kompetisi profesional agar memiliki kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Peningkatan kompetensi profesional di sekolah/madrasah dapat dilakukan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hasil penelitian terhadap tiga madrasah ibtidaiyah tersebut ternyata MGMP belum diberdayakan. MGMP belum merancang kegiatan yang mendorong guru untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran bahkan cenderung vacuum. Di samping itu, kehadiran organisasi PGMI pada tingkat kabupaten/kota dan sejatinya dapat menginisiasi program-program peningkatan kompetensi profesional guru. Sedangkan dua kompetensi yang lain, yaitu:

kompetensi kepribadian dan sosial belum ada wadah atau program yang dibuat dalam rangka meningkatkannya.

Adapun pembinaan karir guru MI di Kota Serang secara keseluruhan belum dilakukan secara seragam dan terencana dengan baik. Karir bagi guru, seperti yang dijelaskan dalam dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 32 ayat (4) menjelaskan bahwa pembinaan dan pengembangan karier guru meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai professional, guru berhak untuk mendapatkan pembinaan karir dari lembaga pendidikan tempat bekerja. Seorang guru berhak mendapatkan penugasan, memperoleh kenaikan pangkat, dan mendapatkan promosi jabatan.

Kegiatan penugasan bagi guru di madrasah ibtidaiyah di Kota Serang dilakukan dalam bentuk pemberian kepada guru sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Selain menjalankan tupoksinya guru juga mendapatkan tugas tambahan seperti menjadi pembina OSIS, pembina pramuka, kegiatan-kegiatan ekskul lainnya, panitia ujian, utusan untuk mengikuti kegiatan diklat, dan lain-lain. Sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (1) dan (2) dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang

(8)

8

profesional, guru memiliki beban kerja yang mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta menjalankan tugas tambahan dengan beban kerja sekurang- kurannya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 minggu.

Karir kenaikan pangkat guru swasta di madrasah ibtidaiyah Kota Serang belum ada aturan yang dikeluarkan oleh Yayasan yang mendirikannya yang mengatur tentang jenjang kepangkatan guru. Kenaikan pangkat guru di MI Swasta Kota Serang yang ada adalah program in-passing bagi guru-guru yang telah memiliki kualifikasi akademik S1 (sarjana) dan in-passing bagi guru-guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik. Menurut peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 Tahun 2009, Jenjang kepangkatan guru pegawai negeri sipil (PNS) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Jenjang Kepangkatan Guru

No Golongan /ruang Jenjang Pangkat Jenjang Jabatan*

Sekarang Dulu

1 III/a Penata Muda Guru Pertama Guru Madya

2 III/b Penata Muda Tk.I Guru Pertama Guru Madya Tk.I

3 III/c Penata Muda Tk.I Penata Guru Dewasa

4 III/d Penata Tk.I Guru Muda Guru Dewasa Tk.I

5 IV/a Pembina Guru Madya Guru Pembina

6 IV/b Pembina Tk.I Guru Madya Guru Pembina Tk.I

7 IV/c Pembina Utama Muda Guru Madya Guru Utama Muda

8 IV/d Pembina Utama Madya Guru Utama Guru Utama Madya

9 IV/e Pembina Utama Guru Utama Guru Utama Madya

Karir promosi guru MI Swasta di Kota Serang belum ada aturan yang secara jelas mengaturnya. Dari ketiga madrasah ibtidaiyah Swasta di Kota Serang yang menjadi lokasi penelitian tidak ditemukan pedoman ataupun aturan yang mengatur karir guru terkait dengan promosi jabatan baik pengangkatan kepala madrasah ataupun wakil kepala madrasah dan jabatan lainnya. Kepala madrasah misalnya diangkat oleh yayasan dan diberhentikan oleh yayasan, tetapi yayasan belum membuat aturan tentang promosi jabatan baik persyaratan, tatacara pemilihan, maupun lamanya menjabat. Termasuk penunjukkan wakil kepala madrasah juga ditetapkan oleh kepala madrasah berdasarkan hasil musyawarah tapi itupun belum dibuat mekanismenya termasuk hak dan kewajiban yang mengikutinya.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Profesi dan Karir Guru MI di Kota Serang

(9)

9

Madrasah Ibtidaiyah di Kota Serang yang berjumlah 21 madrasah seluruhnya bestatus madrasah ibtidaiyah swasta. Madrasah ini tumbuh dan berkembah di tengah-tengah masyarakat atas prakarsa masyarakat dengan modal yang terbatas. Kesadaran pentingnya menyiapkan generasi penerus yang cerdas, berakhlak mulia, dan terampil mendorong masyarakat untuk bahu membahu mendirikan lembaga pendidikan di tengah-tengah keterbasan sumber daya yang dimilikinya termasuk sumber daya manusia (SDM) guru.

Kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah untuk berkontribusi terhadap pembangunan generasi yang bermutu dan berakhlak mulia. Hal tersebut terlihat dari tetap berjalannya proses penyelenggaraan pendidikan di madrasah ibtidaiyah tersebut.

Sumber daya guru di madrasah masih harus mendapatkan perhatian serius. Karena guru memiliki peranan penting (important role) dan strategis dalam proses pembelajaran di madrasah. Perannya bukan hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai pendidik yang bertugas untuk melakukan transfer pengetahuan dan nilai (transfering knowledge and values).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah ibtidaiyah di Kota Serang diketahui bahwa faktor pendukung pengembangan profesi dan pembinaan karir guru adalah: (1) adanya motivasi mengabdi yang tinggi dari guru-guru dalam melaksanakan tugas. Orientasi pengajar mereka bukan semata-mata mencari nafkah tapi juga didorong oleh kesadaran keagamaan (religious awareness). Dari sisi honor yang diterima masih jauh dari cukup bahkan jauh di bawah umpah minimum regional (UMR) tapi mereka tetap semangat menjalankan tugasnya sebagai guru; (2) Rasa kebersamaan yang tinggi di antara warga madrasah; (3) Jumlah guru yang memadai dan telah memenuhi kualifikasi pendidikan sarjana; (4) Adanya organisasi atau forum yang secara khusus berfungsi untuk mengembangkan mutu madrasah ibtidaiyah yaitu: Organisasi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGM), Kelompok kerja madrasah (KKM), kelompok kerja guru (KKG), dan musyawarah guru mata pelajaran (PGMI); dan (5) Adanya program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah berupa sertifikasi guru melalui PLPG/ PPG, pendidikan dan pelatihan (diklat), pelatihan, workshop, dan seminar yang melibatkan guru-guru madrasah.

Sementara faktor penghambat dalam pengembangan profesi dan pembinaan karir guru adalah: (1) Masih rendahnya budaya akademik di kalangan guru, (2) Ketersediaan pendanaan untuk pengembangan guru sangat terbatas, (3) Sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi guru belum memadai, (4) Madrasah tidak memiliki sumber dana lain yang tetap kecuali dari dana biaya operasional madrasah (BOM), dan (4) masih rendahnya kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan metode dan strategi pembelajaran.

(10)

10

Upaya dan langkah Strategi Madrasah Ibtidaiyah di Kota Serang dalam Pengembangan Profesi dan Karir Guru

Madrasah ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan formal dasar yang memiliki ciri khas keislaman. Sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan didirikan oleh pemerintah ataupun masyarakat memiliki visi dan mencerdaskan kehidupan bangsa hari ini dan masa depan. Untuk mencapai visi dan misi tersebut perlu upaya dan langkah strategis yang memungkinkan lembaga dapat merespon kebutuhan masyarakat dan perubahan global serta tuntutan pengguna pendidikan yakni output pendidikan yang bermutu. Peran guru cukup strategis dalam hal ini untuk mengantarkan lulusan yang bermutu. Pada titik ini tentu guru pun dituntut untuk dapat merespon berbagai perubahan global dengan meningkatkan kompetensi masing-masing.

Melihat kepada kekuatan dan kelemahan sumber daya guru Madrasah Ibtidaiyah di Kota Serang melakukan beberapa langkah strategis, yaitu:

1. Membuat Rencana Kerja Madrasah yang didahului oleh kegiatan analisis SWOT terhadap delapan standar pendidikan, menganalisa kebutuhan warga madrasah, membuat visi misi, menentukan target dan tuajuan madrasah, menyusun program (tahunan, semesteran), melaksanakan program yang telah disusun, dan melakukan evaluasi;

2. Memperkuat peran kelompok kerja madrasah (KKM) dengan melakukan koordinasi dan konsultasi secara terus-menerus antarkepala madrasah dalam mengembangkan madrasah terutama pengembangan profesi dan karir guru MI di Kota Serang;

3. Memberdayakan kelompok kerja guru (KKG) melalui pelatihan dan workshop dalam rangka meningkatkan profesionalismenya;

4. Menjalin kerjasama dengan lembaga pemerintah atau lembaga non pemerintah untuk mendapatkan akses dalam peningkatan kompetensi guru;

5. Memperbaiki kinerja guru melalui kegiatan supervisi akademik dan monitoring secara berkelanjutan.

KESIMPULAN

Pengembangan profesi guru merupakan keniscayaan bagi lembaga pendidikan agar guru menjadi professional. Profesionalisme guru dibangun melalui peningkatan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Peningkatan tersebut dapat dilakukan secara

(11)

11

formal melalui KKM, KKG, MGMP dalam bentuk workshop, pelatihan, dan seminar atau melalui kegiatan in-formal di madrasah. Sedangkan pembinaan karir dilakukan melalui tiga jenis, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Faktor pendukung pendukung pengembangan profesi berupa ketersediaan guru dengan kualifikasi S1 yang memadai, adanya dorongan motivasi yang kuat untuk mengabdi, adanya organisasi yang memfasilitasi guru untuk mengembangkan diri, dan adanya kebijakan yang berpihak kepada guru. Hambatannya adalah masih rendahnya budaya literasi di kalangan guru, pendanaan yang belum memadai, sarana dan prasarana yang masing kurang, dan belum optimalnya fungsionalisasi organisasi atau forum guru.

Upaya dan langkah strategis dilakukan melalui penyusunan RKM/RKA yang di dalamnya mengalokasikan pendanaan untuk pengembangan profesonalisme guru. Melakukan analisis SWOT terhadap delapan standar nasional pendidikan (SNP) dan memberdayakan organisasi atau forum yang berkaitan dengan pengembangan profesi dan karir guru.

REFERENSI

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Yogyakarta.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2001.Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, Enco. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Poster, Cyril. 2000. Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul. Bandung: Lembaga Indonesia Adidaya.

Purwanto, Ngalim.1998. Admintrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2000. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production.

http://www.radarbanten.co.id/tujuh-provinsi-yang-raih-nilai-ukg-baik-banten-masuk-gak.

6/10/2017.

(12)

12

Muh.Abduh Makka http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view

=article&id=163:penilaian-pk-guru&catid =42:widyaiswara&Itemid=203 (15-03- 2016).1

https://id.wikipedia.org/wiki/Guru, 18/09/2017

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Biroraksi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya.

Undang- undang No. 14 / 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 20 ayat (b) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 / 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

USAID PRIORITAS, “Praktek yang Baik di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Modul III 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah bermain badan menjadi kotor, kita harus .... Menggosok gigi

Dari keterangan tersebut di atas, dapat dilihat manfaat dari shampo cairan batang pisang yang dapat dimaanfaatkan oleh masyarakat.. untuk menyuburkan rambut, shampo cairan

IFE dalam pemasaran Mobile Accounting untuk UMKM dapat dilihat pada

layanan yang dapat di-align sedekat mungkin dengan strategi dan aktivitas bisnis dalam hal ini adalah aktivitas belajar mengajar, dimana siswa layaknya

Analisis status keberlanjutan kawasan permukiman di Cisauk dengan metode MDS (multidimension scalling) terhadap atribut-atribut yang tercakup dalam tiga dimensi

didik memang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin dan tanggung jawab tentu saja proses pendidikan tidak.. akan

Dari berbagai kriteria yang muncul, peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana perspektif tuan guru tentang konsep nikah sirri, kemudian bagaimana latar belakang

• Apabila terjadi perdarahan post partrum plasenta belum lahir diusahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera, jika plasenta telah lahir perlu dibedakan antara perdarahan