• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. Produktivitas = 6. Thomas (2000) menyatakan bahwa produktivitas didefinisikan sebagai jam kerja dibagi hasil kerja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. Produktivitas = 6. Thomas (2000) menyatakan bahwa produktivitas didefinisikan sebagai jam kerja dibagi hasil kerja."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pengertian Produktivitas

Produktivitas memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang produktivitas, adapun berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut: (Trisiany dan Halim, 2006)

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu; daya produksi.

2. Concise Oxford Dictionary, (9

th

edition) mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk memproduksi, keadaan produktif, keefektifan dalam mengusahakan produktivitas khususnya di area industri.

3. Olomolaiye (1998) menyatakan bahwa produktivitas dapat diuraikan sebagai suatu perbandingan antara total output yang berupa barang maupun jasa pada waktu tertentu dibagi dengan total inputnya yang berupa manpower, material, money, method, machine selama periode yang bersangkutan dalam satuan unit.

4. Pilcher (1992) menyatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara kegiatan (output) dan masukan (input).

Produktivitas = input output

5. Boy (1986) (dalam bidang konstruksi) menyatakan bahwa produktivitas adalah hubungan antara barang yang dihasilkan (output) dan jumlah tenaga kerja, modal, tempat, dan sumber daya lain yang tersedia untuk menghasilkan barang (input).

Produktivitas =

kerja jam

kerja hasil

6. Thomas (2000) menyatakan bahwa produktivitas didefinisikan sebagai jam kerja dibagi hasil kerja.

2.2. Pengertian Jam Kerja Normal dan Overtime

Jam kerja normal adalah 40 jam kerja per minggu (Hanna, Taylor, dan

Sullivan, 2005). Thomas dan Raynar (1997), juga menyatakan jam kerja normal

(2)

adalah 40 jam per minggu. Jam kerja per minggu yang lebih dari 40 jam kerja dianggap sebagai overtime. Hanna, Taylor, dan Sullivan (2005) menyatakan bahwa overtime dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Thomas dan Raynar (1997), menyatakan bahwa overtime yang dilakukan lebih dari tiga sampai empat minggu secara berturut–turut dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja.

Di Surabaya, khususnya pada proyek konstruksi jam kerja normal dan overtime diartikan berbeda dengan dinyatakan oleh Thomas dan Raynar (1997) serta oleh Thomas dan Raynar (1997). Definisi jam kerja normal pada perusahaan konstruksi adalah sebagai berikut:

- Untuk staf tetap, umumnya 5 hari kerja x 7 jam kerja + 5 jam kerja pada hari Sabtu. Hal ini berarti jam kerja normal adalah 40 jam kerja per minggu.

- Untuk pekerja lepas seperti mandor dan tukang, umumnya 7 jam kerja x 7 hari kerja. Hal ini berarti jam kerja normal adalah 49 jam kerja per minggu.

Jam kerja inilah yang digunakan sebagai acuan jam kerja normal pada penelitian ini.

Jam kerja overtime pada perusahaan konstruksi di Surabaya adalah sebagai berikut :

- Untuk staf tetap, jam kerja overtime adalah jam kerja yang lebih dari 40 jam kerja per minggu.

- Untuk pekerja lepas seperti mandor dan tukang, jam kerja overtime diartikan sebagai jam kerja yang lebih dari 7 jam per hari atau lebih dari 49 jam per minggu. Satu hari overtime umumnya didefinisikan sebagai 5 jam kerja, atau jam kerja overtime sama dengan 5 jam per hari. Jam kerja inilah yang digunakan sebagai acuan jam kerja overtime pada penelitian ini.

2.3. Pengukuran Produktivitas

Randolph Thomas dalam bukunya menyatakan (Thomas, 2000) untuk

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, kontraktor harus memahami

produktivitas tenaga kerja. Pertama harus mampu mengukur produktivitas tenaga

kerja. Pengukuran harus akurat dan juga haruslah sebanding dengan usaha yang

dibutuhkan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan

(3)

untuk tujuan penelitian haruslah lebih akurat dan tepat dibandingkan dengan data yang dikumpulkan oleh kontraktor untuk tujuan pengendalian atau pengawasan.

Kontraktor pada umumnya mengontrol kemajuan proyek pada tiap minggu, dua minggu, atau tiap bulan. Menurut Thomas (2000), data harian sangat tepat dan akurat, sedangkan data yang dikumpulkan tiap jamnya atau kurang akan menunjukkan ketidaktepatan dan ketidakakuratan, maka data untuk tujuan penelitian diambil dari data harian. Pengumpulan data dari pengukuran kuantitas (volume) pekerjaan dan jam kerja dilaksanakan pada akhir hari pelaksanaan kerja.

Dari pendekatan ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan: berapa banyak kuantitas (volume) pekerjaan yang dihasilkan dan berapa jam kerjanya ?

2.4. Metode Pengukuran Produktivitas

Produktivitas dapat digunakan sebagai alat untuk mengontrol pekerjaan proyek. Produktivitas diukur dengan mengukur jam kerja dan volume hasil kerja.

Pengukuran produktivitas di lapangan diusahakan seefektif dan seefisien mungkin. Antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain mempunyai metode pengukuran yang berbeda-beda. Ada beberapa metode pengukuran produktivitas antara lain : (Thomas, 2000)

1. Units Completed

Metode ini sangat cocok digunakan untuk jenis pekerjaan yang tidak memiliki sub pekerjaan atau memiliki sedikit sub pekerjaan dan hasil pekerjaannya mudah dan cepat diukur atau dihitung. Pekerjaan yang mempunyai durasi yang pendek dalam penyelesaian masing-masing unit outputnya. Contoh aplikasinya seperti pekerjaan galian.

2. Percent Complete

Metode ini sangat cocok unutk jenis pekerjaan yang memiliki sedikit sub

pekerjaan atau bahkan tidak punya sub pekerjaan dan dapat dengan mudah

diperkirakan persen penyelesaian pekerjaan atau sub pekerjaan. Contoh aplikasi

metode ini adalah pada pekerjaan pengecatan, pengecoran, pemasangan bata

dinding, dan lain sebagainya.

(4)

3. Level of effort

Metode ini digunakan pada pekerjaan yang mempunyai jumlah sub pekerjaan yang cukup banyak (umumnya antara 3 sampai dengan 5 sub pekerjaan) dan diantara sub pekerjaan tersebut saling overlapping (sub pekerjaan yang satu dapat dikerjaakan bersama dengan sub pekerjaan yang mendahuluinya tanpa harus menunggu pekerjaan yang mendahuluinya tersebut selesai dikerjakan). Disamping itu, metode ini cocok digunakan untuk jenis pekerjaan yang memiliki durasi yang panjang. Contoh aplikasinya adalah pekerjaan pembesian dan bekisting.

4. Incremental milestones

Metode ini cocok digunakan untuk jenis pekerjaan yang terdiri dari sedikit sub pekerjaan dan masing-masing sub pekerjaan sulit untuk diukur volumenya, namun dapat dengan mudah ditentukan intermediate milestone pada pekerjaan tersebut . Umumnya diantara sub pekerjaan yang satu dengan sub pekerjaan yang lain saling berurutan dan tidak saling overlapping artinya sub pekerjaan yang satu dapat dikerjakan setelah sub pekerjaan yang mendahuluinya selesai (saling berurutan). Contoh aplikasinya seperti pada pekerjaan pintu dan jendela.

5. Start finish percentage

Metode ini sangat cocok digunakan pada pekerjaan yang memiliki sedikit sub pekerjaan yang sulit ditentukan intermediate milestonenya. Sub pekerjaan yang ada juga sulit diukur volumenya. Contoh aplikasinya pada pekerjaan pembersihan dan pembuangan sisa kontruksi (pecahan beton, pecahan bata, dan sisa ayakan yang tidak terpakai).

Pada penelitian ini dipilih metode level of effort karena pekerjaan bekisting

mempunyai banyak sub pekerjaan dan mudah ditentukan dan dapat dengan mudah

diukur hasil (volume) masing-masing sub pekerjaan tersebut. Sub pekerjaan pada

pekerjaan bekisting juga saling overlapping (antara sub pekerjaan yang satu

dengan sub pekerjaan yang lain dapat dikerjakan secara bersama-sama tanpa harus

menunggu sub pekerjaan yang satu selesai dahulu). Thomas (2000) menganjurkan

pengukuran produktivitas pekerjaan bekisting menggunakan metode level of

effort.

(5)

2.5. Level Of Effort

Level of effort merupakan suatu metode pengukuran produktivitas yang memberikan bobot pada pekerjaan yang selesai sebagian (partially completed work) yang mempunyai beberapa sub pekerjaan, contohnya pekerjaan bekisting mempunyai beberapa sub pekerjan yaitu pembuatan, pamasangan, dan pembongkaran. (Thomas, 2000). Metode ini menggunakan pembobotan pada masing-masing sub pekerjaannya yang lebih dikenal dengan rules of credit. Rules of credit akan dibahas pada sub bab 2.3.

Metode level of effort sangat cocok digunakan pada pekerjaan yang memiliki sejumlah sub pekerjaan. Sub pekerjaan tersebut boleh mempunyai lebih dari satu kelompok pekerja / kru, tetapi yang penting setiap sub pekerjaan harus dapat diukur. Metode ini cocok untuk pekerjaan yang sedang dalam pengerjaan (in progress). Metode ini juga tidak mengharuskan data diambil dari awal proyek sampai dengan akhir proyek. (Thomas, 2000). Metode ini menganjurkan data lapangan diukur harian. Data lapangan yang diukur berupa jumlah tenaga kerja sebagai input dan volume hasil kerja sebagai output.

Menurut Randolph Thomas (Thomas, 2000), keuntungan metode level of effort adalah dapat memperoleh hasil yang sangat obyektif dan akurat, sedangkan kerugian utama penggunaan metode ini adalah dapat meningkatkan kompleksitas dalam pembuatan laporan.

2.6. Rules Of Credit

Rules of credit merupakan suatu nilai pembobotan yang diberikan kepada setiap sub pekerjaan terhadap total pekerjaan yang diteliti. Menurut Thomas (Thomas, 2000) Rules of credit menunjukkan bobot setiap sub pekerjaan terhadap total pekerjaan (Persamaan 2.1). Bobot tersebut dapat diartikan sebagai kontribusi masing-masing sub pekerjaan terhadap total pekerjaan. Jumlah dari rules of credit untuk semua sub pekerjaan adalah 1 (satu), jika tidak sama dengan satu berarti kemungkinan ada kesalahan dalam perhitungan rules of credit. Rules of credit dapat digunakan untuk proyek yang satu ke proyek yang lain yang mempunyai jenis pekerjaan dan jenis bangunan yang sama tanpa mengalami perubahan.

(Thomas, 2000)

(6)

Rules of credit X = Work hour X Total Work Hour

(2.1)

Keterangan :

ƒ Work hour X = jumlah jam kerja sub pekerjaan X

ƒ Total work hour = jumlah jam kerja semua sub pekerjaan yang ada

= jumlah jam kerja pada pekerjaan tersebut

2.7. Daily Productivity

Daily productivity merupakan produktivitas harian yang dihasilkan pekerja di lapangan. Daily productivity sangat penting untuk mempelajari fluktuasi produktivitas kelompok pekerja di lapangan. Fluktuasi produktivitas di lapangan sangat berguna sebagai alat pengawasan dan juga berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menghitung harga satuan tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas antara lain faktor cuaca, pengawasan / supervision, dan perbedaan lantai (Thomas, 1994). Daily productivity dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada Persamaan 2.2.

Daily Productivity = Daily Work Hour Daily Quantity

(2.2)

2.8. Baseline Productivity

Gangguan yang terjadi di lapangan dapat berdampak turunnya

produktivitas tenaga kerja. Nilai produktivitas standar dapat terjadi ketika tidak

ada atau hanya ada sedikit gangguan yang terjadi di lapangan. Nilai produktivitas

yang inilah yang disebut baseline productivity. Baseline productivity

menunjukkan nilai produktivitas standar yang menjadi target kontraktor dalam

bagian dari suatu proyek. (Thomas, 2000). Baseline productivity merupakan

kondisi produktivitas yang optimal yang dapat dicapai. Kontraktor berupaya agar

daily productivity dapat mencapai dan menyamai baseline productivity.

(7)

Baseline productivity dapat dihitung setelah daily productivity dihitung telebih dahulu. Langkah-langkah untuk menghitung baseline productivity.

(Thomas, 1999 dan Thomas, 2000) :

1. Menentukan 10% dari total hari pengamatan yang selanjutnya disebut sebagai baseline subset (n).

2. Banyaknya baseline subset tidak boleh kurang dari 5 hari pengamatan, jika kurang dari 5 hari pengamatan maka diambil minimal 5 hari pengamatan.

3. Dari keseluruhan hari pengamatan itu, diambil output harian yang terbesar sejumlah n buah hari pengamatan.

4. Tentukan daily productivity untuk masing-masing n hari pengamatan tersebut.

5. Nilai produktivitas tersebut kemudian diurutkan mulai yang terbesar ke yang terkecil, nilai tengah dari n nilai produktivitas harian tersebut merupakan baseline productivity.

2.9. Total Productivity

Total productivity adalah produktivitas total dari suatu pekerjaan selama hari pengamatan. Produktivitas ini digunakan untuk melihat produktivitas pekerja rata-rata selama hari pengamatan. Produktivitas ini digunakan sebagai acuan produktivitas pekerja di lapangan dan produktivitas inilah yang seharusnya digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kontraktor dalam menghitung harga satuan tender. Total productivity dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3.

Total Productivity = Total Work Hour Total Quantity

(2.3)

2.10. Cumulative Productivity

Cumulative productivity merupakan kumpulan seluruh work hours

pekerjaan dibagi dengan jumlah total yang terpasang (Thomas. 2000). Perhitungan

cumulative productivity menggunakan rumus pada Persamaan 2.4. produktivitas

ini digunakan untuk melihat kurva pembelajaran (learning Curve) pada proyek

tersebut. Kurva pembelajaran tersebut menunjukkan kecenderungan produktivitas

pekerja di lapangan. Kurva pembelajaran yang semakin naik dari hari ke hari

(8)

menunjukkan bahwa pekerja mempelajari pekerajaan yang dihadapinya dari hari ke hari sehingga pekerjaan yang dikerjakan menjadi semakin cepat. Kurva pembelajaran yang baik adalah kurva pembelajaran yang semakin meningkat dan pada titik tertentu akan menjadi cenderung konstan (seperti grafik fungsi eksponensial).

2.11. Productivity Waste

Productivity Waste merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menunjukkan performance produktivitas tenaga kerja (Thomas,1999). baseline productivity diambil sebagai acuan dalam perhitungan productivity waste, sehingga produktivitas yang kurang dari baseline productivity dianggap mengalami penurunan produktivitas dan penurunan performance. Semakin besar productivity waste menunjukkan semakin rendahnya produktivitas. Penurunan produktivitas pekerjaan di lapangan disebabkan oleh gangguan (disruption) yang terjadi di lapangan (Thomas, 2000). Perhitungan productivity waste seperti pada Persamaan 2.5.

Productivity Waste = Baseline Productivity – Cumulative Productivity [2.5]

Baseline Productivity

2.12. Harga Satuan Tenaga Kerja

Harga satuan penawaran pekerjaan merupakan faktor yang memegang peranan yang sangat penting dalam tender. Harga satuan penawaran tersebut terdiri dari dua unsur yaitu harga satuan tenaga kerja dan harga satuan material konstruksi. Menurut Hanna, Taylor, dan Sullivan (2005) biaya tenaga kerja menghabiskan 33 – 50 % dari total biaya proyek. Harga satuan tenaga kerja dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas kerja dapat menurunkan harga satuan tenaga kerja sehingga dapat menurunkan harga satuan penawaran dan meningkatkan kemungkinan memenangkan proyek.

Cumulative Quantity Cumulative Work Hour

Cumulative Productivity = (2.4)

(9)

2.13. Tingkat Produktivitas Tenaga kerja Bekisting Menurut SNI

SNI 2002 ini adalah standar produktivitas bagi pekerjaan konstruksi yang berlaku di seluruh Indonesia. SNI 2002 ini memuat indeks bahan bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang bersangkutan. Sasaran SNI 2002 ini lebih luas yaitu untuk bangunan gedung dan perumahan sebagai penyempurnaan dari SNI 1991-1992 yang hanya dapat digunakan untuk bangunan perumahan sederhana.

Dari SNI 2002 didapatkan landasan teori yang menyatakan bahwa 1 hari adalah 5 jam kerja efektif dan berikut di bawah ini adalah tabel perhitungan produktivitas pekerjaan bekisting baik pelat, balok, maupun kolom (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Tabel Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja Pekerjaan Bekisting Pelat, Balok, Dan Kolom menurut SNI 2002.

Koefisien SNI setiap 1 m2 Output

Tukang Pembantu Produktivitas Jenis

Pekerjaan (Hari Orang/ m2) (Hari Orang/ m2)

Total Man

Day / m2 m2 / MH

(1) (2) (3) (4) (5)

Pelat 0.33 0.32 0.65 0.31

Balok 0.33 0.32 0.65 0.31 Kolom 0.33 0.32 0.65 0.31

Dalam penelitian ini SNI 2002 juga digunakan sebagai pembanding dengan hasil pengamatan lapangan. Dengan SNI 2002 dapat diketahui komposisi pekerja dan manhour yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan tertentu. Pada SNI 2002 nilai manhour yang dicantumkan masih dalam bermacam-macam jabatan, tetapi pada penelitian ini hanya digunakan tukang dan pembantu tukang saja yang digunakan sebagai acuan karena yang berpengaruh langsung terhadap pekerjaan adalah tukang dan pembantu tukang, sedangkan kepala tukang dan mandor hanya melakukan suprvisi saja.

Perhitungan untuk mendapatkan produktivitas standar pada pekerjaan bekisting untuk 1 m

2

bekisting :

1 hari = 5 jam kerja efektif

Total Man Day / m

2

= 0,33 + 0,32

= 0,65 man day / m

2

Produktivitas = (1 / 0,65) / 5 jam kerja

= 0,31 m

2

/ man hour

(10)

2.14. Tingkat Produktivitas Tenaga kerja Bekisting Menurut Buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan.

Ir. Soedrajat Sastraatmadja dalam bukunya Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan menyatakan bahwa analisa harga satuan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu proyek, dimana analisa tersebut dipengaruhi oleh bebeerapa lima hal yang salah satunya adalah produktivitas tenaga kerja. Biaya buruh sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam hal antara lain panjangnya jam kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan, keadaan tempat pekerjaan, ketrampilan dan keahlian buruh yang bersangkutan. Umumnya dipakai cara harian sebagai unit waktu dan banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu hari, tetapi pada buku tersebut digunakan produktivitas setiap jam kerja sebagai acuan. Buku tersebut memuat indeks bahan bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang bersangkutan. Produktivitas pekerjaan bekisting menurut buku tersebut adalah pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Tabel Jam Kerja Yang Dibutuhkan Pada Pekerjaan Bekisting Pelat, Balok, Dan Kolom Menurut Sastraatmadja (1994).

Jam kerja / 10 m2

Menyetel Memasang

Membuka dan Membersihkan Jenis

Pekerjaan Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pelat 3 8 2 4 2 4

Balok 6 10 3 4 2 5

Kolom 4 8 2 4 2 4

Tabel 2.3. Tabel Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja Pekerjaan Bekisting Pelat, Balok, Dan Kolom menurut Sastraatmadja (1994)

Produktivitas

Rendah Tinggi Jenis

Pekerjaan m2 / MH m2 / MH (1) (2) (3) Pelat 0.63 1.43

Balok 0.53 0.91 Kolom 0.63 1.25

Contoh Perhitungan Tabel 2.3 untuk mendapatkan produktivitas standar

pada pekerjaan bekisting pelat untuk 10 m

2

bekisting :

(11)

Produktivitas Rendah = 10 m

2

/ (8 + 4 + 4) jam kerja

= 0,63 m

2

/ man hour

Dalam penelitian ini produktivitas menurut buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaaan juga digunakan sebagai pembanding dengan hasil pengamatan lapangan. Jam kerja “cepat” (Tabel 2.2) merupakan jam kerja paling cepat untuk menyelesaikan 10 m

2

bekisting menurut buku tersebut, sedangkan jam kerja

“lambat” merupakan jam kerja paling lambat untuk menyelesaikan 10 m

2

bekisting. Produktivitas rendah merupakan produktivitas yang paling rendah dan

perhitungannya menggunakan jam kerja lambat, sedangkan produktivitas tinggi

merupakan produktivitas yang paling tinggi dan perhitungannya menggunakan

jam kerja cepat.

Gambar

Tabel 2.1. Tabel Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja Pekerjaan Bekisting  Pelat, Balok, Dan Kolom menurut SNI 2002
Tabel 2.2. Tabel Jam Kerja Yang Dibutuhkan Pada Pekerjaan Bekisting Pelat,  Balok, Dan Kolom Menurut Sastraatmadja (1994)

Referensi

Dokumen terkait