• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT TONGKONAN DESA SA DAN KECAMATAN BALUSU KABUPATEN TORAJA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT TONGKONAN DESA SA DAN KECAMATAN BALUSU KABUPATEN TORAJA UTARA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT TONGKONAN DESA SA’DAN KECAMATAN BALUSU

KABUPATEN TORAJA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Muhammad Paisyal Ramli NIM 10541 00348 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(2)

i

MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT TONGKONAN DESA SA’DAN KECAMATAN BALUSU

KABUPATEN TORAJA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Muhammad Paisyal Ramli NIM 10541 00348 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

:MaknaSimbolikJenisdanFungsiRagamHiasRumahAdatTon gkonanDesaSa’danKecamatanBalusuKabupatenToraja Utara Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : MUHAMMAD PAISYAL RAMLI

NIM : 10541 00348 10 Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Setelahdiperiksadanditeliti,

makaskripsiinitelahmemenuhipersyaratandanlayakuntuk di ujikan.

Makassar November 2015 Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Abdul Kahar Wahid Drs. Benny Subiantoro, M. Sn. NIP. 1301628755 NIP. 19540525 198203 1 002

Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Program Studi Unismuh Makassar Pendidkan Seni Rupa

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas,S.Pd., M.Sn. NBM. 858 625 NBM. 431 879

(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi

:MaknaSimbolikJenisdanFungsiRagamHiasRumahAdatTon gkonanDesaSa’danKecamatanBalusuKabupatenToraja Utara

Nama : MUHAMMAD PAISYAL RAMLI

NIM : 10541 00348 10 Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Setelah diperiksa danditeliti,

makaskripsiinitelahmemenuhipersyaratandanlayakuntuk di ujikan.

Makassar November 2015 Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Abdul Kahar Wahid Drs. Benny Subiantoro, M. Sn. NIP. 1301628755 NIP. 19540525 198203 1 002

Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Program Studi Unismuh Makassar Pendidkan Seni Rupa

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn. NBM. 858 625 NBM. 431 879

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

v

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad PaisyalRamli Stambuk : 10541 00348 10

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul Skripsi : MaknaSimbolikJenisdanFungsiRagamHiasRumahAdatTongkonan DesaSa’dan KecamatanBalusuKabupatenToraja Utara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, November 2015 Yang Membuat Pernyataan

(6)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad PaisyalRamli Stambuk : 10541 00348 10

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir 1,2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, November 2015 Yang Membuat Perjanjian

(7)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(8)
(9)
(10)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukur-sukurnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. ( Ibu Kartini )

“Maha suci Engkau. Dunia ini bagaikan samudera tempat banyak ciptaan-ciptaanNya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menybut nama Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu , logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu dan sabar sebagai jangkar dalam setiap badai dan cobaan”. ( Ali bin Abi thalib ra )

Perjuangan merupakan pengalaman

berharga yang dapat menjadikan kita

manusia yang berkualitas.

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku,

saudaraku , sahabatku yang selalu setia mendukung serta nasihatnya yang menjadi jembatan perjalanan hidupku.

(11)

vii ABSTRAK

MUHAMMAD.PAISYAL.RAMLI. 105410034810. 2015. “Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara”. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data akurat makna simbolik jenis dan fungsi ragam hias ruamah adat Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini bersipat deskriptif, yakni berusaha mengungkapkan makna simbolik jenis dan fungsi ragam hias rumah adat Tongkonan di Desa Sa’dan, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya beberapa bentuk ragam hias rumah adat Tongkonan antara lain Pa’barre Allo, Pa’bulu Londong, Pa’tedong , Pa’bombo Uai, Pa’sekong Kandaure, Pa’erong, Pa’re’po Sangbua, Pa’tedong Tumuru, Pa’tangke Lumu’, Pa’takku pare, Pa’barra’barra’. Kesemua jenis ragam hias rumah adat Tongkonan (tongkonan layuk) tersebut memiliki makna dan simbol-simbol tertentu bagi pemilik rumah adat tersebut.

(12)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR SKEMA ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ... 6

(13)

x BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 33

C. Definisi Overasional Variabel ... 34

D. Objek dan Subjek Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Penyajian Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 54 RIWAYAT HIDUP ... 61 xi

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Rumah Adat Tongkonan ... `12

Gambar 2. Rumah Adat Nangroeh Aceh Darrusalam ... 15

Gambar 3. Rumah Adat Sumatra Barat... 15

Gambar 4. Rumah Adat Bengkulu ... 6

Gambar 5. Rumah Adat Betawai ... 16

Gambar 6. Rumah Adat Bali ... 17

Gambar 7. Rumah Adat Kalimantan Barat ... 17

Gambar 8. Rumah Adat Sulawesi Utara ... 18

Gambar 9. Rumah Adat Sulawesi Tengah ... 18

Gambar 10. Rumah Adat Gorontalo ... 19

Gambar 11. Rumah Adat Bugis Makassar ... 19

Gambar 12. Rumah Adat Bola Soba Kab. Bone ... 20

Gambar 13. Rumah Adat Polewali Mandar ... 20

Gambar 14. Ragam Hias Pada Bubungan Atas Rumah Adat Bantaeng ... 25

Gambar 15. Ragam Hias Pada Jendela Rumah Adat barru ... 25

Gambar 16. Ragam Hias Pada Bubungan Atap rumah adat jeneponto ... 25

Gambar 17. Ragam Hias Pada bubungan Atap Rumah Adat Kajang ... 26

Gambar 18. Ragam Hias pada bubungan Atap Rumah Adat Selayar ... 26

Gambar 19. Ragam Hias pada Rumah Adat Bulukumba ... 26

Gambar 20. Ragam Hias Pa’bulu londong ... 34

Gambar 21. Ragam Hias Pa’tedong ... 35

Gambar 22. Ragam Hias Pa’kapu baka... 36

(15)

xiv

Gambar 24. Ragam Hias Pa’sekong kandaure ... 37

Gambar 25. Ragam Hias Pa’tangke Lumu ... 37

Gambar 26. Ragam Hias Pa’daun Bolu ... 38

Gambar 27. Tampak Depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 51

Gambar 28. Tampak Depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 51

Gambar 29. Tampak Samping Kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 52

Gambar 30. Tampak Samping Kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 52

Gambar 31. Tampak Samping Kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 52

Gambar 32. Tampak Samping Kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 53

Gambar 33. Tampak Belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ... 53

(16)

viii KATA PENGANTAR

   

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan segala karunia-Nya. Atas perkenan-Nya pula sezarrah kuasa-Nya ini dinisbikan dari ketiadaan, sebagai suatu ujian, pelajaran dan menjadi satu ruas jalan penghambaan diri ini untuk selalu bersyukur atas segala anugerah yang diberikan. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Salam kemuliaan bagi kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW., sebagai suri teladan umat hingga akhir zaman, yang telah memberi pencerahan kepada umat manusia untuk ke luar dari peradaban jahiliah dan memegang teguh Islam di dalam kehidupan ini. Semoga tercurah pula untuk keluarga, para sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.

Skripsi yang ideal, seperti yang sering kita dengar bahwa sedikit banyak seharusnya bisa menunjukkan siapa kita, dan apa saja yang telah kita peroleh selama sekian tahun kuliah. Setelah melalui proses panjang kuliah di Program Studi pendidikan Seni Rupa tentunya memiliki kemampuan tersendiri dalam menggambar. Oleh karena itu penulis mencoba membuat skripsi ini sebagai sebuah karya “seni lukis” untuk memudahkan proses penyusunannya. Ilustrasi yang tentunya sejalan dengan studi khusus yang pernah menjadi tugas terberat penulis sebelum terjun pada penulisan skripsi. Sebagai sebuah karya “seni lukis” seharusnya, di skripsi ini tertuang ide-ide penulis sesuai dengan pengalaman seni, persepsi penulis dalam

(17)

ix

memaknai kehidupan, dan mengandung warna-warna yang penulis sukai, yang sekaligus dapat menggambarkan ciri dan karakter “seni lukis” penulis.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Hanya Allah Subehanahu Wa Ta’ala yang dapat membalas kebaikan dan bantuannya. Oleh karena itu, secara khusus dalam lembaran ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT. Terima kasih kepada orang-orang yang penulis hormati dan cintai, yang telah bersedia membiarkan dirinya menjadi jalan kehendak-Nya bagi penulis menjadi cermin untuk lebih mengenal dan memperbaiki diri, yang tetap berani berkata benar dan jujur sekalipun menyakitkan, menuntun penulis dalam membentuk fondasi yang benar untuk berjalan mengabdi pada-Nya, dengan segala hormat khususnya kedua orang tua Ramli dan Ruhati yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada adik tersayang Muh.Fahrul dan Muh.Farhan, kakanda Rati, S.S., para keluarga yang tidak hentinya memberikan motivasi, dan kepada Drs. H. Abdul Kahar Wahid selaku pembimbing I dan Drs. Benny Subiantoro, M.Sn. pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penulisan skripsi ini dengan sepenuh hati.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; (1) Dr. H. Irwan Akib, M. Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr. A. Syukri Syamsuri, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(18)

x

Universitas Muhammadiyah Makassar, (3) Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa, dan (4) Muhammad Thahir, S. Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa, serta seluruh dosen dan staf dalam lingkup Program Studi Pendidikan Seni Rupa.

Dan, orang-orang spesial yang dihadirkan-Nya dalam kehidupan penulis, untuk mengajari penulis mensyukuri anugerah kehidupan dengan mencoba berani terjun ke dalamnya tanpa perlu banyak berkata-kata, terima kasih kepada sahabat-sahabat terdekat penulis, keluarga besar kelas C rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Unismuh Makassar, Sahabat, (intuisi team work), Sahabat Seni Rupa (ex-project), serta sahabat di kontrakan Pao-Pao beserta rekan-rekan lainnya yang tidak sempat disebutkan seluruhnya, dari anda semualah penulis belajar tersenyum tulus dan tetap bersyukur dalam menjalani hidup pemberian-Nya.

Tidak akan cukup terima kasih penulis buat anda semua. Semoga Allah SWT, Sang Maha Pemberi, yang selama ini memenuhi harapan dan keinginan penulis dengan kebijaksanaan-Nya, ke-Pemurahan-Nya, ke-Maha kayaan-Nya, dan kasih sayang-Nya berkenan menggantinya berlipat ganda dengan sesuatu yang lebih baik. Amin.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa ini bukanlah karya “seni lukis” terbaik penulis karena ketidaksesuaian dengan target dan jadwal penyelesaian serta tidak

(19)

xi

semua ide berhasil tertuang ke dalam “kertas”. Tentunya karya ini masih sangat jauh dari tingkat masterpiece. Untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi perbaikan yang akan datang. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Makassar, 28 November 2015

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing yang dijadikan sebagai pedoman dalam melangsungkan aktivitas di dalam kehidupannya. Apabila masyarakat tidak mampu menjaga dan melestarikan kebudayaannya maka secara perlahan kebudayaan tersebut akan pudar dan berangsur-angsur menghilang. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh modernisasi yang semakin mengglobal. Namun, solidaritas yang sangat kuat dalam kebudayaan masyarakat tersebut bisa mempertahankan Tradisi atau adat yang diyakini. (Lumowah Benny,1978:12)

Rumah adat Tongkonan peninggaalan suku Toraja yang merupakan rumah adat masyrakat Toraja atapnya melengkung menyerupai perahu atau tanduk kerbau terdiri atas susunan bambu, dibagian depan terdapat deretan tanduk kerbau sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai kandang kerbau memiliki keunikan

bentuk tersendiri. Hampir semua suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan memiliki

interpretasi simbolik terhadap Rumah Adat, diantaranya adalah dimaknainya rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal semata, tetapi rumah juga memiliki fungsi komunikatif terhadap status sosial dari si pemilik rumah kepada orang lain. Bagian-bagian rumah yang paling sering memiliki simbol komunikatif status sosial si pemilik terdapat pada bentuk tangga (baik ukuran maupun jumlah anak tangganya), besaran rumah,bentuk atap, jendela dan berbagai ukiran dan aksesoris yang melekat di dalam maupun di luar rumah. Dengan melihat

(21)

2

bagian rumah yang ada maka siapapun (baik orang Toraja sendiri, orang luar ataupun peneliti) yang memiliki nilai budaya dari hasil internalisasi seperti yang dimiliki oleh orang Toraja akan dengan mudah mengetahui status kebangsawanan seseorang. Setiap orang tidak diperkenangkan membuat rumah dengan mengambil simbol-simbol status sosial orang lain, jika tidak memiliki garis genealogis atas garis keturunan yang tegas dengan status sosial yang termaknai dalam bentuk rumah, maka hal tersebut diposisikan sebagai suatu bentuk pelanggaran adat dan akan dikenakan sanksi, karena hal tersebut telah diatur (meminjam istilah muhannis ) aturan adat . (Lumowah Benny,1978:12)

Rumah dalam terminologi Toraja disebut dengan banua. Namun banua dewasa ini menjadi bahasa umum yang mencoba ditarik kewilayah tanpa kelas, kecuali pada generasi sosial yang didasarkan pada ekonomi. Padahal ada dua istilah penyebutan untuk tempat tinggal yang didalamnya memiliki makna status sosial. Banua lebih diartikan sebagai Rumah menurut cerita dari mulut ke mulut bentuk rumah yang sekarang ini adalah bentuk keempat dari perkembangannya. Bentuk rumah yang pertama adalah Banua pandokodena’. rumah ini bentuknya agak bundar dengan dinding terbuat dari daun-daunan dan atapnya terbuat dari rumput seperti sarang burung pipit, dari bentuk inilah kemudian dikenal dengan sebutan Pandoko kena, yang berarti Pandoko (kubu) Dena’ (burung pipit). Ada juga cerita yang beredar bahwa rumah-rumah ini pada mulanya juga tergantung seperti sarang burung dan dari sinilah ada juga menyebutnya Banua di toke’. Tetapi sampai beberapa jauh hubungan kedua bentuk rumah ini dengan kedatangan dan asal usul nenek moyang suku ini masih perlu pengkajian yang lebih dalam.

(22)

3

Banua lentonga’pa adalah bentuk lanjutan rumah di Toraja. Lentong berarti tiang, sedang Apa’ berarti empat jadi artinya rumah tiang empat yang artinya rumah ini sudah menggunakan empat tiang meski dinding masih daun-daun dan atap rumput. Bentuknya tetap segi empat persegi panjang, Banua lentongapa’ ini kini lebih banyak digunakan untuk kandang ternak. Bersamaan dengan timbulnya bentuk rumah ini masyarakat Toraja mulai mengenal peralatan logam. Diperkirakan jaman ini di Toraja kedatangan suku bangsa yang berpindah dari semenanjung Indo Cina, hal ini jelas sekali terlihat dari ciri-ciri kepercayaan yang berkembang yang dikenal dengan nama “AlukTodolo”. .(Lumowah Benny,1978:14)

Perkembangan selanjutnya adalah Banua Tamben yang bangunannya terdiri adanya kayu-kayu yang disusun berselang seling dalam bentuk empat persegi panjang. Semua sisi bangunan ini sudah dibangun dari kayu yang diselang seling, jadi tidak lagi dari daun-daunan, hanya atapnya saja yang masih dibuat dari rumput.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan untuk meneliti “Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara”. Penelitian ini mencoba untuk mengulas secara mendalam tentang makna, jenis dan fungsi ragam hias rumah adat tongkonan layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara.

(23)

4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, dapat diuraiakan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana jenis ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara ?

2. Bagaimana fungsi ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara ?

3. Apa makna simbolik ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan memperoleh data akurat, jelas dan benar atas masalah yang dirumuskan, Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan fungsi ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu’ Kabupaten Toraja Utara. 2. Untuk mendeskripsikan bentuk ragam hias Rumah Adat Tongkonan

Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara. 3. Untuk mendeskripsikan makna simbolik ragam hias Rumah Adat

Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara.

(24)

5

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi peneliti

a. Peneliti ingin menambah pengetahuan dan wawasan tentang ragam hias. b. Peneliti dapat memberikan petunjuk adanya makna, jenis dan fungsi ragam

hias..

2. Bagi Mahasiswa

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan refrensi di bidang seni, khususnya seni rupa.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai data awal untuk melakukan penelitian yang lebih berkualitas tentang seni rupa.

3. Bagi lembaga Universitas Muhammadiyah Makassar

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya jurusan seni rupa, dalam menentukan langkah kedepan mencapai tujuan yang diinginkan.

(25)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa hal yang merupakan landasan teori yang dijadikan bahan dalam penelitian ini, mengingat hal tersebut maka keseluruhan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dengan demikian berguna untuk dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam mencari titik permasalahan seputar objek penelitian yang relevan dengan objek penelitian.

Sebagai dasar penelitian ini penulis mengutip teori atau pendapat yang berhubungan dengan penelitian yaitu:

1. Pengertian Makna dan Simbol a. Pengertian Makna

Menurut Aryadin (2014:17) Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengn bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu ( Tjiptadi, 1984:19 )

Sedangkan menurut Poerwadarminta (1978) Makna arti atau maksud suatu tulisan atau gambar.

(26)

7

b. Pengertian Simbol

Kata “simbol” berasal dari kata Yunani yaitu “symbolos” yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.

Menurut Bahari dalam Suandi (2009: 109) simbol adalah suatu tanda di mana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi).

Menurut Said dalam Suandi (2004: 5). simbol adalah tanda yang diwujudkan sebagai bentuk visual bagi sesuatu makna tertentu yang abstrak, yang bersifat komunikatif bagi masyarakat tertentu, namun tidak bagi masyarakat lain. Hal ini mengandung pengertian bahwa simbol dalam masyarakat tidak dapat dilepaskan dari ketentuan normatif dalam kesatuan sosial masyarakat tersebut (kecuali untuk beberapa simbol yang universal yang telah dipergunakan secara meluas dikalangan masyarakat lain).

2. Rumah Adat Tongkonan

Rumah adat Toraja dikenal dengan sebutan Tongkonan memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah adat dari suku yang lain (Sumatera dan Kalimantan). Tongkonan merupakan rumah adat yang berbentuk rumah panggung dari kayu. Kolong di bagian bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau, babi atau ternak. Bentuk atap rumah tongkonan melengkung dan dilapisi ijuk hitam. Rumah tongkonan yang berdiri berjejer akan mengarah ke Utara dengan ujung atap yang runcing ke atas melambangkan leluhur mereka yang berasal dari Utara. (Lumowah:1978). Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas suku Toraja ini?

(27)

8

Rumah adat Toraja dengan manusia dan bumi sangat eratnya sehingga cara dan waktu pembangunan memerlukan peraturan tertentu, yang semuanya berhubungan erat dengan ajaran Aluk Todolo. Dari bentuknya yang selalu harus persegi panjang dan tidak dapat dirobah sampai cara pemasangan kayu (silongko) yakni perpotongan kayu yang saling mengait dan kayu (siamma’) yang merupakan pemasangan kayu di atas ke dalam kayu yang di bawahnya dengan ketentuan tidak boleh memakai paku ataupun pasak.

Hal-hal yang harus diperhatikan dan menjadi patokan dasar pada pembangunan rumah adat Toraja adalah:

1 Rumah harus selalu berbentuk persegi empat panjang. 2 Bangunan rumah harus selalu menghadap ke Utara.

3 Bangunan rumah harus dibangun serasi dengan peralatan yang merupakan pelengkap atau hiasan seperti pemasangan ukiran-ukiran. 4 Ukuran panjang,lebar dan tinggi bangunan harus seimbang sesuai dengan

adat dan dalam penentuan ukuran lebar bangunan harus ditetapkan lebih dulu.

5 Semua kayu yang digunakan, sewaktu akan menentukan letaknya selalu harus menjaga dan memperhatikan pangkal kayu dan ujung kayu. Berikut ini adalah bagian-bagianutama pada rumah adattongkonan :

a. Garopang, yakni tiang induk padabanguanan yang ditempatkan ditiap sudut bangunan sebagai tempat perpotongan semua sulur dan dikenal dengan nama sulur, dan umumnya untuk sebuah bangunan seperti Banua TallungLanta’ semuanya berjumlah 8 buah dengan ukuran :

(28)

9

Ujung bagian bawah (pangkal atau pokok) 22 x 22 Cm. Ujung bagian atas (penghujung) 20 x 20 Cm. Tinggi tiang maksimum 3,25

b. LentongAlla’ atau Lentong Bamban yakni tiang yang ada antara tiang gero pada semua sisi bangunan termasuk tiang depan dan belakang yang seluruhnya berjumlah 23 tiang,dengan ukuran : Ujung bagian bawah (pangkal atau pokok) 22 x 20 Cm. Ujung bagian atas (penghujung) 20 x 18 Cm. Tinggi tiang maksimum 3,25 M

c. Tulak Somba, yakni tiang penopang yang berada di ujung Utara dan ujung Selatan bangunan diberi nama Longa berukuran : Ujung tiang bagian atas (penghujung) 20 x 20 Cm. Ujung bagian bawah (pangkal atau pokok) 35 x 35 Cm. Tinggi 7,00 M sampai 8,00

Tiang-tiang tersebut dihubungkan oleh kayu yang mempunyai arti sangat penting karena merupakan kunci kekuatan berdirinya tiang-tiang tersebut. Kayu ini yang jumlahnya 3 buah setiap susunan dikenal dengan sebutan Sulur dan di beri nama Roroan ada dua macam yang semuanya bertemu pada tiang garopang, masing-masing yang pendek berada di Utara dan Selatan bangunan dengan yang panjang di sisi atau sebelah Timur dan Barat bangunan membujur dari Utara ke Selatan berukuran :

a) RoroanLembe’ yakni sulur yang menghubungkan tiang pada sisi bangunan menjulur dari Utara ke Selatan : tebal 18 x 4 Cm, panjang 10 M, jumlah seluruhnya 6 batang

(29)

10

b) Roroan Baba yakni sulur yang menghubungkan tiang-tiang pada bagian Utara dan Selatan (muka dan belakang) bangunan membujur dari Timur ke Barat : Tebal 18 x 4 Cm. Panjang 5 M. Jumlah seluruhnya 6 batang Ujung tiang dihubungkan oleh balok-balok yang membujur Timur ke Barat dan melintang Utara ke Selatan dikenal dengan sebutan :

a. TangdanLambe’ kayu yang melintang dari Utara ke Selatan berukuran tebal 20 x 8 Cm. Panjang 9,50 M. Iumlah 4 batang

b. Pata’ yakni balok yang berukuran lebih besar dari TangdanLambe’ lainnya berukuran : Tebal 20 x 15 Cm. Panjang 9,50 M

Jumlah kedua bentuk kayu ini adalah 4 batang sehingga seluruhnya berjumlah 8 batang sedangkan kayu yang membujur dari Timur ke Barat berjumlah 12 batang disebut Tangdan Baba berukuran : Tebal 20 x 8 Cm. Panjang 4,50 M

Gambar1.Rumah adatTongkonandi Bonoran, Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara

(www.Kebudayaan Indonesia.net)

Mengapa orang Toraja suka dengan arsitektur rumah yang memiliki kolong?.Tongkonan adalah rumah adat dengan ciri rumah panggung dari kayu dan kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau.Atap rumah dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu

(30)

11

telungkup.Ada juga yang mengatakan bentuknya seperti tanduk kerbau.Sekilas mirip bangunan rumah gadang di Minang atau Batak.

Sebenarnya bukan karena itu, kolong rumah adat di Toraja dipakai sebagai kandang kerbau,babi atau ternak sebagai penanda jika ada musuh yang datang. Struktur rumah adat Tongkonanberdasarkan elemen-elemen bangunan rumah sebagai berikut:

a. Tandok,adalah bagian depan rumah Tongkonan. Tondok digunakan sebagai tempat ruang tidur keluarga.

b. Sali’, terletak di bagian tengah rumah Tongkonan. Sali’ digunakan sebagai tempat berkumpul dengan keluarga juga digunakan sebagai dapur dan tempat untuk pembuatan kerajinan tangan.

c. Sumbu, terletak di bagian belakang rumah Tongkonan. Biasanya Sumbu digunakan sebagai tempat barang atau sebagian kamar untuk orang tidur (mayat)

3. Bentuk Rumah Adat

a. Pengertian Bentuk Rumah Adat

Menurut Situmorang (2008: 34) bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia dapat merujuk pada penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Ia juga bisa secara tidak langsung merujuk pada suatu kondisi khusus dimana sesuatu bertindak atau memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita membicarakan tentang air di dalam bentuk es atau uap.

(31)

12

Darsono dalam Meisar Ashari (2013: 4) menjelaskan bahwa bentuk ada dua macam, yang pertama adalah bentuk visual (visual forms), yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Selanjutnya adalah bentuk khusus (special forms), yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional.

Berdasarkan beberapa defenisi, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bentuk rumah adat adalah keseluruhan konstruksi bangunan mulai dari atap, badan rumah, sampai pada tiang-tiang dan tangga rumah dengan bentuknya yang khas dan dilengkapi dengan berbagai jenis ragam hias.

b. Bentuk-Bentuk Rumah Adat di Nusantara

Setiap wilayah di Nusantara memiliki corak kebudayaannya masing-masing. Keberagaman tersebut melahirkan karya-karya yang beragam pula, salah satunya rumah adat. Berikut ini gambar-gambar bentuk rumah adat di Nusantara:

Gambar 2. Rumah adat Nangro Aceh Darussalam (Krong Bade) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

(32)

13

Gambar 3. Rumah adat Sumatra Barat (Rumah Gadang) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

Gambar 4. Rumah adat Bengkulu (Rumah Rakyat) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

(33)

14

Gambar 5. Rumah adat Betawi (Rumah Kebaya) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

Gambar 6. Rumah adat Bali (Rumah Gapura) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

(34)

15

Gambar 7. Rumah adat Kalimantan Barat (Istana Kesultanan Pontianak) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

Gambar 8. Rumah adat Sulawesi Utara (Rumah Pewaris) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

(35)

16

Gambar 9. Rumah adat Sulawesi Tengah (Rumah Tambi) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)

Gambar 10. Rumah adat Gorontalo (Dolohupa) Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com c. Bentuk Rumah Adat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat pada dasarnya memiliki kesamaan konsep struktur bangunan meskipun dari segi bentuk berbeda. Gambar-gambar berikut merupakan beberapa jenis rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan maupun di Sulawesi Barat,

(36)

17

Gambar 11. Rumah adat Bugis Makassar (Balla lompoa), Sulawesi Selatan Sumber: (Foto Wandi, 2014)

Gambar 12. Bola Soba Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan Sumber: (Foto Abdi, 2015)

Gambar 13. Rumah Adat Polewali Mandar Sumber: (Foto Abdi, 2015)

(37)

18

4. Pengertian Ragam Hias a. Pengertian Ragam Hias

Pengertian ragam hias menurut Gustami S.P adalah :

Ragam hias ialah tiap bentuk yang merupakan komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan atau untuk menambah indahnya suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik. (1980 : 27). Menurut Kasiyan ragam hias mempunyai istilah lain yakni ornamen. Perkataan ornamen berasal dari kata “Ornare” (bahasa latin) yang berarti menghiasi. Ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya, yang dibuat pada suatu bentuk dasar darihasil kerajinan tangan dan arsitektur. a. Fungsi Ragam Hias

Sebagai sebuah karya seni, ragam hias pada rumah adat Toraja merupakan wujud produk kesenian masa lampau. Sebagai sebuah warisan kebudayaan fisik, wujud ragam hias merupakan manifestasi ekspresi masyarakat setempat dalam menata pranata sosial lingkungannya. Secara teoritis keberadaan ragam hias sebagai karya seni pada rumah adat mempunyai tiga macam fungsi, seperti yang dikemukakan oleh Edmund B.Feldman dalam Meisar Ashari(2013: 19-20) yaitu meliputi, fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik.

1). Fungsi Personal (personal functions).

Gambar visual ditulis dengan didahului bahasa sebagai alat komunikasi.Akan tetapi, seni melampaui komunikasi informasi, tetapi juga mengungkapkan seluruh dimensi kepribadian manusia, atau psikologis, keadaan tertentu. Seni adalah lebih dari simbol standar dan tanda-tanda yang digunakan karena pembentukan unsur-unsur, seperti: garis, warna, tekstur, mengirim subliminal makna luar informasi dasar. Keberadaan unsur-unsur ini memberikan maksud dan makna kepada artis dan penonton.

(38)

19

2). Fungsi Sosial (social functions)

Seni melakukan fungsi sosial jika: (1) mempengaruhi kelompok manusia; (2) hal ini dibuat untuk dapat dilihat atau digunakan dalam situasi umum; (3) ini menggambarkan aspek-aspek kehidupan bersama oleh semua sebagai lawan jenis pengalaman pribadi.

3). Fungsi Fisik (physical functions)

Seni dalam ikatan “fungsi fisik” merujuk pada benda-benda yang dibuat untuk digunakan sebagai alat atau wadah.Sebagai sebuah contoh, pada desain industri, mereka menciptakan benda industri, yang dibuat dan dijual untuk konsumen. Seni saling berhubungan dan bertanggung jawab terhadap cakupan wilayah atau lingkungan, baik tampilannya dan cara kerjanya. Selanjutnya di sini, seni berarti lebih daripada menghiasi atau memperindah pada pengertian dasarnya.

Konsepsi terhadap ketiga fungsi keberadaan karya seni tersebut menjadi sebuah rujukan untuk dapat memahami dan menjelaskan ragam hias pada rumah adat Mandar.

b. Jenis Relief Ragam Hias

Jenis-jenis relief ragam hiasseperti yang dijelaskan oleh Meisar Ashari (2013:72) ada 5 jenis relief, antara lain, (1) relief rendah (low relief; stacciato relievo), (2) relief sedang (bas relief; bassa relivo), (3) relief tinggi (high relief; alto relivo), (4) relief cekung (uncreaux relief), dan (5) relief terawang atau tembus (a your relief).

1). Relief Rendah (low relief; stacciato relievo)

Relief rendah adalah golongan jenis relief yang teknis pengerjaannya menggunakan teknik yang sederhana dan termasuk tidak memiliki tingkat kerumitan, sebab menampilkan jenis pola yang berupa garis, baik garis lengkung maupun garis lurus. Jenis relief rendah umumnya dimanfaatkan pada tepi motif ragam hias, yaitu sebagai perantara pola motif satu dengan pola motif lainya.

(39)

20

2). Relief Sedang (bas relief; bassa relivo)

Relief sedang merupakan jenis relief yang tingkat kerumitannya sesuai dengan desain, namun teknis pengerjaan tidak serumit relief tinggi sehingga jenis relief sedang ini banyak diaplikasikan pada jenis motif atau pola yang umum dijumpai.

3). Relief Tinggi (high relief; alto relivo)

Pola-pola motif yang digunakan juga tergolong pola yang rumit sehinggaimplementasinya banyak didapatkan sebagai penggabungan jenis-jenis relief seperti, relief rendah, sedang, dan cekung. Untuk itu jenis relief tinggi tergolong jenis relief yang tingkat kerumitannya lebih sulit dibanding dengan jenis relief lainnya sebab pada teknis pengerjaannya lebih menonjol jika dibandingkan dengan relief sedang 4). Relief Cekung (uncreaux relief)

Jenis relief cekung dimanfaatkan sebagai pendukung pola-pola hias yang rumit dan terlihat lebih sulit dan menarik.

5). Relief Terawang (a your relief)

Disebut relief terawang karena gambarnya menembus bidang datar, sehingga berupa lubang-lubang gambar atau terawangan.

Kelima jenis relief tersebut adalah jenis-jenis relief yang diaplikasikan pada ragam hias untuk merealisasikan ide serta gagasan berdasarkan pola dan motif hias.Merealisasikan bentuk dan struktur ragam hias akan berdasar pada pola dan motif, begitu juga dalam merealisasikan pola atau motif hias akan menyesuaikan jenis pola yang akan digunakan.

(40)

21

c. Motif dan Pola Ragam Hias

Motif dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam ragam hias, motif merupakan bentuk dasar dalam penciptaan atau perwujudan bentuk ragam hias. Sedangkan pola merupakan hasil susunan atau pengorganisasian dari motif-motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula.

Secara umum, ragam hias dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu ragam hias organis dan ragam hias inorganis. Ragam hias organis menurut Guntur dalam Meisar Ashari (2013: 82-83) adalah jenis ragam hias yang dalam tampilan-tampilannya menggunakan elemen-elemen atau organ-organ hayati, baik yang berasal dari tanaman, binatang, maupun manusia. Selanjutnya, ragam hias inorganis adalah perwujudan ragam hias yang bersumber dari fenomena alam yang tidak hidup (Nirhayati), yaitu tampak seperti, awan, bintang, bulan, matahari, sungai, karang dan lain-lain.

Dalam ragam hias, pola merupakan bentuk pengulangan motif, artinya sejumlah motif yang diulang-ulang secara struktural dipandang sebagai pola. Jika sebuah motif misalnya berupa sebuah garis lengkung, kemudian diatur dalam ulangan tertentu, maka susunannya akan menghasilkan suatu pola, yaitu merupakan penyebaran garis dan warna dalam ulangan tertentu(Ashari, 2013: 77-78).

(41)

22

Berikut beberapa jenis ragam hias yang terdapat pada rumah adat, yaitu:

Gambar 14. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Bantaeng Sumber: (Foto Abdi, 2015)

Gambar 15. Ragam hias pada bagian jendela rumah adat Barru Sumber: (Foto Abdi, 2015)

Gambar 16. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Jeneponto Sumber: (Foto Abdi, 2015)

(42)

23

Gambar 17. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Kajang Sumber: (Foto Abdi, 2015)

Gambar 18. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Selayar Sumber: (Foto Abdi, 2015)

Gambar 19. Ragam Hias pada rumah adat Bulukumba Sumber: (Foto Abdi, 2015)

(43)

24

B. Kerangka Pikir

Macam-macam bentuk rumah adat dapat ditemui diseluruh penjuru Nusantara, dan memiliki ciri-ciri dan kekhasan yang berbeda-beda. Bentuk yang dibuat tidak hanya untuk kegiatan adat, tetapi mengandung makna–makna yang menjadi acuan kebudayaan setempat. Bentuk rumah adat merupakan simbol yang memiliki arti tertentu, dan tidak hanya untuk tempat kegiatan ritual belaka, tetapi juga untuk kebutuhan lain yang berhubungan dengan ekstetika kegiatan kegiatan sosial.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk rumah adat tidak hanya sebagai tempat kegiatan ritual saja tetapi mengandung makna simbolik tertentu, namun disetiap daerah mungkin memiliki arti yang berbeda-beda mengenai arti dari bentuk rumah adat tersebut, hal ini disebabkan karena perbedaan kejiwaan, kepercayaan, maka dari itu tidak menutup kemungkinan ada yang sama dan ada yang tidak dalam cara memandang bentuk rumah adat tersebut atau makna simboliknya.

Berdasarkan uraian dan tinjauan pustaka, maka dibuat skema yang dijadikan sebagai kerangka pikir.

(44)

25

Skema 2.1. Kerangka Pikir Jenis Ragam Hias

Rumah Adat Tongkonan

Makna Simbolis Ragam Hias Rumah

AdatTongkonan

Hasil Penelitian Rumah AdatTongkon

an

Fungsi Ragam Hias Rumah Adat

(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yang artinya metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti berperan sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2011 : 15). Dalam arti lain yakni bagaimana cara memberikan pemaparan suatu objek berdasarkan kenyataan yang ada mengenai Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu’ Kabupaten Toraja Utara. Denzin dan Lincoln (Moleong, 2006: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Teknik yang digunakan dalam memilih sumber data informan dalam penelitian, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:219). Adapun bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh secara terperinci sesuai permasalahan yang ditetapkan dalam penelitian ini (Moleong, 2006).

(46)

27

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu’ Kabupaten Toraja Utara.

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel

Dalam Kamus Bahasa indonesia (1999:459) variabel merupakan variasi, berubah-ubah, bermacam-macam; berbeda-beda sesuai standar. Dari sini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel yang dimaksud adalah apa saja yang ingin diteliti didalam penelitian ini. Adapun variabelnya adalah sebagai berikut:

a. Jenis ragam hias rumah adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara

b. Makna simbolik fungsi dan bentuk ragam hias ruamah adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara

2. Desain Penelitian

Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi dari desain penelitian adalah untuk mengatur setting penelitian dan sebagai kerangka acuan dalam penelitian.Maka dari itu untuk membuat penelitian ini menjadi mudah dan baik haruslah memiliki desain penelitian yang baik pula.Adapun desain penelitian ini sebagai berikut:

(47)

28

Skema 3.1 Desain penelitian.

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas ruang lingkup variabel, penulis mengemukakan definisi sebagai acuan di dalam mengumpulkan data. Definisi yang dimaksud sebagai berikut:

1. Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan.

Bentuk ragam hias yang dimaksudkan adalah keseluruhan ragam hias yang digunakan pada bangunan baik ragam hias berfungsi aktip seperti tiang, atap maupun ragam hias yang berfungsi pasif berupa ukiran-ukiran yang melekat pada dinding dari tiap bangunan.

Makna Simbolis Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Jenis Ragam Hias Rumah

Adat Tongkonan

Penyajian Data

Analisis Data

Kesimpulan

Pengumpulan Data Fungsi Ragam Hias Rumah

(48)

29

2. Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan.

Fungsi ragam hias yang dimaksud adalah keseluruhan ragam hias yang ada pada stuktur bangunan rumah adat Tongkonan.

3. Makna simbolis yang terkandung pada struktur bangunan Tongkonan yang meliputi atap dari setiap senti seluruh ragam hias yang ada pada rumah Tongkonan yang menjadi objek peneliti.

D. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara adalah tokoh masyarakat, ketua adat yang diyakini mengetahui permasalahan yang akan diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menyangkut cara yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi dalam kaitannya dengan penelitian. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penjelasan ketiga teknik ini diuraikan sebagai berikut:

1. Teknik observasi

Teknik ini digunakan dengan cara mendatangi subjek yang akan diteliti dan mengamati secara langsung subjek yang akan diteliti tersebut, guna mendapatkan data yang akurat dan pasti

2. Teknik wawancara

Dalam teknik ini penulis akan mengadakan dialog langsung dengan subjek yang akan diteliti, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang akan

(49)

30

dijawab langsung oleh narasumber yang diteliti, di mana penulis akan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian dan hal–hal lain yang dianggap penting oleh penulis. Narasumber yang akan diwawancarai adalah tokoh masyarakat di desa sa’dan.

3. Studi Dokumentasi

Pada teknik ini penulis akan melakukan pemotretan, pencatatan dan sketsa gambar, guna dapat mengambil gambar tentang objek yang diteliti, dan kemudian akan disesuaikan dengan data – data apa saja yang dibutuhkan di dalam penelitian ini

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian mengenaiyaitu Makna Simbolik Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja yaitu:

1. Data hasil observasi, Interview/wawancara dan dokumentasi dikumpulkan dan diperiksa kembali.

2. Menganalisis permasalahan yang ada serta menyusun kembali untuk dikaji lebih lanjut.

3. Mengadakan kategorisasi data dan membuat kriterianya baik data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, maupun hasil dokumentasi. 4. Teknik analisis data adalah non statistik atau analisis kualitatif karena

data yang terkumpul merupakan data kualitatif.

(50)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi terdapat banyak jenis ragam hias yang terdapat pada rumah adat tongkonan layuk. Namun dalam penelitian ini hanya ragam hias yang bersifat sakral saja diantaranya ragamhias Pa’Bulu Londong, Pa’ Tedong, Pa’kapu Baka, Pa’ bombouai, Pa’sekongkandaure, Pa’tangke lumu’, Pa’daun bolu, Pa’daun bolu.

1. Jenis Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara

a. Ragam Hias Pa’Bulu Londong bulatan warna merah, putih, hitam dan kuning menyatu membuat bentuk keindahan yang terdapat pada ragam hias Pa’Bulu Londong warna dari motipnya merupakan penggabungan antara lingkaran dan garis. Bentuk dari ragam hias ini seperti sayap serangga yang tersusun rapi juga terlihat seperti daun.

Gambar 20. Ragam Hias Pa’ bulu londong Sumber: Hasil penelitian

b. Ragam Hias Pa’ Tedong sangat indah dilihat dari segi pencampuran antara warna merah, kuning dan hitam karena Pa’ Tedong ini adalah

(51)

32

gambar kerbau. Bentuknya sangat floral dan rapi untuk dilihat dari segi gaya dapat dilihat bahwa Pa’ Tedong ini seperti kerbau yang memiliki dua mata Ragam Hias Pa’ Tedong sangat indah dilihat dari segi pencampuran.

Gambar 21. Ragam Hias Pa’ tedong Sumber: Hasil Penelitian

c. Ragam Hias Pa’kapu Baka dari segi warna ragam ini sangat bagus dan menarik gradasi warnanya dan indah sehingga memunculkan sesuatu karya yang menarik serta hiasan seperti warna putih menjadikan ragam hias ini menjadi sangat unik. Bentuk dari Pa’kapu Baka yaitu geometris yang berbentuk layaknya segi empat, bentuknya menggambarkan pencampuran antar bentuk lengkung serta bentuk lurus.

(52)

33

Gambar 22. Ragam Hias Pa’kapu Baka Sumber: Hasil Penelitian

d. Ragam Hias Pa’ bombouai sangat unik karena memiliki nama bombo artinya binatang air. Garis-garisnya besar dan lengkungannya jelas.

Gambar 23. Ragam Hias Pa’bombouai Sumber: Hasil Penelitian

(53)

34

e. Ragam Hias Pa’sekongkandaure dari segi bentuk ragam hias ini memiliki bentuk yang sangat unik dilihat karna memiliki garis-garis yang tersusun rapi menyerupai labirin.

Gambar 24. Ragam Hias Pa’sekongkandaure Sumber: Hasil Penelitian

f. Ragam Hias Pa’tangke lumu’ motif ukiran ini menyerupai tumbuhan laut yang tumbuh saling berkaitan dan tak terputus. Dari segi warna ragam hias Pa’tangke lumu’ sangat mengesankan karena adanya gradasi warna merah dan putih yang saling mengikat satu sama lain, warna emas yang menjadi daya tarik tersendiri pada ragam hias ini

Gambar 25. Ragam Hias Pa’tangkelumu’ Sumber: Hasil Penelitian

(54)

35

g. Ragam Hias Pa’daun bolu dalam bahasa toraja berarti daun bolu (sirih) dari segi bentuk ragam hias ini sangat unik memiliki garis warna merah yang melengkung dan warna putih yang menyerupai daun sirih.

Gambar 26. Ragam Hias Pa’daun bolu Sumber: Hasil Penelitian

Kesemua jenis atau bentuk ragam hias pada tiap-tiap bagian rumah adat Tongkonan di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara yang telah disebutkan satu-persatu, menandakan bahwa rumah adat Tongkonan di desa tersebut secara khusus dan Kabupaten Toraja Utara memiliki kekayaan jenis ukiran setiap jenis ukiran yang terdapat di setiap rumah adat Tongkonan memiliki warna dan karakter yang mewakili dinamika kehidupan masyarakat.

(55)

36

2. Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara

Berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber pada tanggal 04 November 2015 maka dapat disimpulkan bahwa ragam hias yang terdapat di rumah adat tongkonan Desa Sa’dan memiliki tiga macam fungsi yakni fungsi personal, fungsi social dan fungsi fisik.

- Menurut Suriah fungsi ragam hias untuk memperindah rumah adat Tongkonan. (fungsi fisik)

- Menurut Lius Suba fungsi ragam hias untuk membedakan status sosial masyarakat dan sebagai penghormatan terhadap leluhur. (fungsi sosial)

- Menurut Markus Anton fungsi ragam hias untuk melambangkan kekuatan dan kesuburan. (fungsi personal)

- Menurut Sarung Allo fungsi ragam hias untuk memperindah dan memiliki makna yang bersumber dari adat istiadat, agama maupun system sosial. (fungsi fisik dan fungsi sosial)

3. Makna Simbolik Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara

Mengenai makna ragam hias rumah adat tongkonan di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara berikut ini penulis terlebih dahulu menyebutkan nama Tongkonan dan pemiliknya sebagai sampel penelitian ini sebagai berikut:

- Tongkonan Layuk atas nama Suriyah dan Sa’bulompo

Berikut ini akan diuraikan mengenai makna yang terkandung pada tiap-tiap jenis ukiran atau ragam hias pada bagian-bagian rumah adat tongkonan sebagai status sosial masyarakat sebagai berikut:

- Pa’buluLondong :Bermakna melambangkan keperkasaan dan kearifan.(Gambar 28. Halaman 37)

- Pa’ Tedong: Memiliki dua makna yakni; 1. Melambangkan kesejahteraan bagi masyarakat Toraja 2. Rumpun keluaraga diharapkan dapat menternakkan kerbau. (Gambar 29. Halaman 38)

(56)

37

- Pa’ Kapu baka. Makna sebagai tanda harapan agar keluarga senantiasa hidup rukun, damai sejahtera, bersatu padu bagaikan harta benda yang tersimpan dengan aman dalam sebuah bakul. (Gambar 30. Halaman 39). - Pa’bomboUai: Memiliki dua makna yakni; 1.Kita (manusia) harus cepat

bekerja, tepat waktu dan membawa hasil yang baik. 2. Manusia harus mempunyai keterampilan dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan sehingga dapat memberikan hasil yang berlipat ganda dan memuaskan semua pihak. (Gambar 31. Halaman 38)

- Pa’sekongKandaure: Mengandung makna agar keturunan atau anak cucu kiranya agar selalu hidup dalam kebahagiaan bagaikan cahaya dari perhiasan tersebut (kandaure). (Gambar 32. Halaman 40)

- Pa’tangkeLumu’ : Makna diharapkan agar kaum keluarga, anak cucu turun-temurun senantiasa berada dalam mata rantai yang tak terpisahkan, dan saling bersalahan pendapat serta saling berjauhan dalam kehidupan sehari-hari bagi kaum keluarga adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji. (Gambar 33. Halaman 40)

- Pa’daun Bolu : Menurut kepercayaan yang masih menganut paham alukTodolo, merupakan simbol bagi manusia agar selalu mendapat perlindungan dan berkat dari penciptanya. (Gambar 34. Halaman 41) Demikianlah uraian dari keseluruhan bentuk ragam hias rumah adat Tongkonan yang memiliki makna dari tiap bagiannya.Sehingga dengan demikian, bahwa keanekaragaman bentuk ragam hias rumah adat Tongkonan di desa tersebut juga menandakan adanya keanekaragaman makna baik berupa nasehat, larangan maupun himbauan yang diukirkan pada setiap bagian rumah adatnya.

B. Pembahasan

Sebagai hasil penelitian pada penyajian analisis data maka telah didapatkan sejumlah data mengenai Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara.

1. Jenis Ragam Hias

Adapun jenis ragam hias yang terdapat di rumah adat Tongkonan desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara memiliki nama atau sebutan sesuai dengan arti dan makna yang terkandung pada tiap-tiap ukiran atau ragam hias tersebut. Jenis ragam hias tersebut antara lain Pa’barre Allo,

(57)

38

Pa’buluLondong, Pa’tedong, Pa’bomboUai, Pa’sekongKandaure, Pa’erong, Pa’re’poSangbua, Pa’tedongTumuru, Pa’tangkeLumu’, Pa’takku Pare, Pa’ barra’barra’.

Kesemua jenis ragam hias yang telah disebutkan di atas memiliki motif menyerupai benda-benda baik yang terdapat di alam, maupun sebagai hayalan menurut kepercayaan orang Toraja. Sehingga dengan demikian, keanekaragaman jenis ragam hias yang terdapat pada tiap-tiap bagian rumah adat Tongkonanakan menambah nilai seni yang juga menjadi simbol-simbol tertentu berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya.

2. Fungsi Ragam Hias

Fungsi ragam hias yang terdapat di rumah adat Tongkonan desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara memiliki fungsi sebagai untuk menambahkan nilai estetik berdasarkan status sosial pemilik rumah adat bersumber dari adat istiadat, maupun sistem sosial. Sedangkan fungsi ragam hias rumah adat daerah lain hanya sebagai wujud fisik suatu bangunan.

3. Makna Ragam Hias

Penduduk atau suku asli yang mendiami Tanah Toraja sejak dahulu dikenal berasal dari Toraja Selatan Atau Toraja Sa’dan atau Toraja Tae’. Di dalam mengatur sandi-sandi kehidupan dan kebudayaan dahulu kala orang Toraja dalam masyarakat mengenal empat statifikasi atau pelapisan masyarakatnya yang disebut tana’ yaitu:

- Tana’ Bulaan: yaitu lapisan bangsawan tinggi di Tallulembangnadisebut Puang.

(58)

39

- Tana’ Bassi: yaitu lapisan bangsawan menengah di Tallulembangnadisebut Tomakaka.

- Tana’ Karurung: yaitu lapisan kebanyakan di Tallulembangnadisebut kaunan.

- Tana’ Kuakua: yaitu lapisan terendah di Tallulembangnadisebut tai manuk.

Hal ini sampai sekarang tercermin pada ragam hias yang terdapat pada tiap-tiap bagian rumah adatnya.Masyarakat yang berada pada statifikasi pertama dan kedua mutlak memiliki ragam hias pada rumah adatnya.Masyarakat yang berada pada statifikasi ketiga boleh menghiasi rumah adatnya dengan ukiran atau ragam hias, boleh juga tidak menghiasinya.Tetapi masyarakat yang berada pada statifikasi keempat tidak boleh mengukir atau menghiasi rumah adatnya.Sehingga dengan demikian, nampaklah perbedaan status sosial masyrakat yang tercermin pada bangunan rumah adat yang mereka miliki.

Ada beberapa ragam hias ruamah adat Toraja tetapi berdasarkan hasil penelitian di Sa’dan hanya memiliki beberapa jenis ragam hias. Ragam hias adalah bercorak dekoratif. Artinya ragam hias terdiri dari goresan warna yang bila tak memiliki goresan atau memiliki warna artinya adalah lukisan di atas kayu.

Makna yang terkandung pada tiap-tiap rumah adat Toraja (Tongkonan) di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara mengandung berbagai lambang atau simbol baik berupa nasehat, larangan, perintah maupun pemberi motivasi dalam kehidupan. Hal ini disebutkan di Tana Toraja dahulu hingga sekarang menganut aliran kepercayaan yang disbut “AlukTodolo”. Kepercayaan ini bagi masyarakat Toraja dijadikan cerminan kehidupannya. Sehingga makna

(59)

40

yang terkandung pada penggambaran setiap jenis ragam hias rumah adatnya biasanya berpatokan pada aliran kepercayaannya serta berbagai hal yang berkaitan pada gerak-geriknya dalam kehidupan sehari-hari hingga persiapannya menuju ke alam arwah atau biasa disebut “Puya”.

Disamping makna yang terkandung pada tiap-tiap bentuk ragam hias rumah adatnya, terdapat pula makna yang terkandung pada warna yang dimilikinya. Warna-warna yang dimiliki pada ragam hias rumah adat Tongkonan ada empat macam yakni: warna merah yang bermakna darah orang Toraja dengan ungkapan berani mempertahankan kebenaran, warna kuning yang bermakna kebangsawanan orang Toraja, warna putih yang bermakna mengingatkan bagi orang Toraja supaya tidak melanggar Aluk(aturan-aturan dalam masyarakat), dan warna hitam yang bermakna perjalanan hidup manusia (khususnya orang Toraja dalam kedukaan atau kesedihan).

Dengan adanya berbagai makna yang terkandung pada tiap-tiap bagian rumah adat Toraja memiliki nilai tersendiri bagi pemiliknya dan memiliki keunikan serta rasa seni yang tinggi bagi yang melihatnya, baik wisatawan manca negara maupun para wisatawan domestik.

Warna yang digunakan hanya terdiri atas empat macam yang mengandung arti empat asal manusia yakni manusia berasal dari tanah (warna hitam), berasal dari api (warna merah), berasal dari air (warna kuning), berasal dari udara atau angin (warna putih). Warna-warna itu diperoleh dari bahan alami.Misalnya warna putih dari batu kapur, warna merah dari tanah merah, warna kuning juga dari tanah sedangkan warna hitam campuran dari jelaga dengan tuak cuka (ballo).

(60)

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang ragam hias rumah adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis ragam hias rumah adat Tongkonan yang terdapat di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara antara lain Pa’barre Allo (menyerupai bulatan matahari), Pa’bulu Londong(menyerupai bulu ayam jantan), Pa’tedong (menyerupai kepala kerbau), Pa’bombo Uai (menyerupai binatang yang larinya bagaikan angin di air), Pa’sekong Kandaure (menyerupai manik-manik), Pa’erong (menyerupai peti mati), Pa’re’po Sangbua (menyerupai garis siku-siku), Pa’tedong Tumuru (menyerupai kerbau yang duduk di dalam air sambil kepalanya muncul di permukaan), Pa’tangke Lumu’(menyerupai cabang lumut), Pa’takku pare (menyerupai padi yang runduk), Pa’barra’barra’ (menyerupai beras yang banyak)

2. Fungsi ragam hias rumah adat Tongkonan yang terdapat di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara berdasarkan pendapat narasumber yakni untuk menambahkan nilai estetis dan sebagai simbol status sosial pemilik rumah adat.

(61)

42

3. Makna yang terkandung pada tiap-tiap rumah adat Toraja (Tongkonan) yang terdapat di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara. Mengandung berbagai lambang atau simbol, baik berupa nasehat, larangan, perintah maupun berbagai pemberi motivasi dalam kehidupan ini. Adanya berbagai makna yang terkandung dalam tiap ukiran Toraja menandakan adanya perbedaan status sosial masyarakatnya.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas maka melalui

penelitian ini disarankan:

1. Kepada pemerintah daerah Toraja Utara, kiranya senantiasa menghimbau masyarakat Tana Toraja pada umumnya dan masyarakat Dsa Sa’dan pada khususnya, agar selalu menjaga kelestarian budaya, memprioritaskan pembangunan dibidang kepariwisataan dmi member motivasi wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Kepada pemilik rumah adat Tongkonan agar senantiasa menjaga dan memperbaiki kelestarian rumah adatnya demi menjaga kelestarian budaya leluhurnya.

2. Kepada Mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa, agar hasil penelitian ini menjadi bahan informasi untuk dipelajari.

(62)

43

DAFTAR PUSTAKA

Alexnova-Alex.Blogspot.Com//Rumah Adat// di Sulawesi Selatan.(Online).Diakses tanggal 24 Agustusr 2015.

Aryadi, 2014. Kajian Bentuk “Uma Jompaa” Desa Ndano Na’e Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Proposal. Makassar. FKIP UNISMUH Makassar.

Gustami, S.P 1980. Seni Ornamen Indonesia, Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Jogjakarta: ASRI.

Hamid, Abu. 1986.Bingkisan budaya Sulawesi Selatan. Makassar: Antropologi Universitas Negeri Hasanuddin.

Ixe.11. Blog Spot. Com // Pengertian Adat. (Online) diakses tanggal 24 Agustus 2015.

Kebudayaan Indonesia.Com // Rumah Adat Tongkonan // di Sulawesi Selatan (Online) diakses tanggal 24 Agustus 2015.

Lumowah Benny. 1978. Anjungan Sulawesi Selatan”TONGKONAN” (Rumah Adat Toraja). Jakarta: PT AKSARA BARU.

Lysen, A. 1976. Individu dan Masyarakat. Bandung : Sumur Bandung.

Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Suntingan pusat

Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Jakarta: Balai Pustaka.

Rumpe.1999. Ragam Hias Rumah Adat Toraja (Tongkonan dan Lumbung) Sebagai Simbol Status Sosial Masyarakat Desa Kesu’ Kecamatan Sanggalangi’ Kabupaten Tana Toraja.Makassar : FSD Universitas Negeri Makassar.

Siti Nur Aryani. Oposisi Pasca Tradisi. Islam Agama Perlawanan.(Online), diakses tanggal 24 Agustus 2015.

Suandi. 2015. Analisis bentuk bangunan dan ragam hias rumah adat Mandar di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Proposal. Makassar. FKIP UISMUH Makassar.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Prasada

(63)

44

Syamsuri,Sukri. A, dkk. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIPUNISMUH Makassar.

Tasikuban .wordpress. Com /…/ Pengertian Tradisi 30 November 2012. (Online) diakses tanggal 24 Agustus 2015.

Wojowasito S.1999. “Kamus Bahasa Indonesia(Edisi Revisi). C.V. Pengarang. Malang

(64)

45

(65)

46

FORMAT WAWANCARA

Wawancara ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dalam penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara”.

Adapun proses pertanyaan dalam format wawancara yang akan diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Rumah adat Tongkonan ? 2. Bagaimana cara pembuatan Rumah adat Tongkonan ?

3. Bagaimana jenis pemilihan jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan Rumah adat Tongkonan?

4. Berapa jumlah tiang yang dipakai dalam pembuatan Rumah adat Tongkonan ?

5. Apakah ada maknanya mengapa dibagian depan Rumah Adat Tongkonan terdapat tanduk kerbau ?

6. Mengapa atap rumah Adat Tongkonan harus berbentuk melengkung ? 7. Apa yang dipakai dalam pembuatan atap rumah Adat Tongkonan ? 8. Ada berapa jenis ragam hias Rumah Adat Tongkonan ?

9. Apasaja makna simbolis dan ragam hias Rumah Adat Tongkonan ? 10. Pewarna apakah yang dipakai dalam pembuatan ragam hias Rumah Adat

(66)

47

DAFTAR RESPONDEN

1. Nama Lengkap : Suriah

Umur : 51 thn

Agama : Kristen

Pekerjaan : Tani / Tokoh Masyarakat Waktu Wawancara : 06 November 2015

2. Nama Lengkap : Lius Suba

Umur : 45 thn

Agama : Kristen

Pekerjaan : Tani / Pengrajin Waktu Wawancara : 07 November 2015

3. Nama Lengkap : Markus Anton

Umur : 35 thn

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pembuat Ragam Hias

Waktu Wawancara : 07 November 2015

4. Nama Lengkap : Sarung Allo

Umur : 63 thn

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pembuat Rumah Adat Tongkonan Waktu Wawancara : 07 November 2015

(67)

48

STUDI DOKUMENTASI

Gambar 39. Tampak depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli,06 November 2015)

Gambar 40. Tampak depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

(68)

49

Gambar 41. Tampak samping kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

Gambar 42. Tampak samping kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

Gambar 43. Tampak samping kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

(69)

50

Gambar 44. Tampak samping kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

Gambar 45. Tampak belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

Gambar 46. Tampak belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan (Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)

Gambar

Gambar 2. Rumah adat Nangro Aceh Darussalam (Krong Bade)  Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 3. Rumah adat Sumatra Barat (Rumah Gadang)  Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 5. Rumah adat Betawi (Rumah Kebaya)  Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 7. Rumah adat Kalimantan Barat (Istana Kesultanan Pontianak)  Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Presentasi Diri Wujud Panggung Utama Aktor Politik Kajian Dramaturgi Erving Goffman pada Permadi Sebagai Penyambung Lidah Bung

menguasai sedikit bidang dalam menyelesaikan suatu tugas, keyakinan diri self efficacy yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang dalam menyelesaikan suatu tugas, pelajar

Untuk menguatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai kepemimpinan, siswa kemudian diajak untuk mengamati gambar sekelompok angsa terbang yang terdapat di dalam buku siswa dan

Telah dilakukan pemantauan korosi pada sistem pendingin Sekunder Reaktor RSG-GAS dengan cara pengamatan terhadap laju korosi dengan menggunakan coupon corrotion yang dipasang

Keterbatasan penggunaan keterampilan dalam kerangka referensi seseorang, dan kemudian mendorong klien untuk menghadapi (atau berfantasi) kadang kala hal itu sangat

“Rumah Adat Tongkonan Orang Toraja Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan”... Mangrara (Penahbisan): Tongkonan Kesu’, Tongkonan To’ Kaluku, Tongkonan To’

Memimpin eskalasi isu yang telah disepakati pada MUNAS BEM SI dalam ruang lingkup wilayah terutama dalam hal hubungan eksternal seperti menjadi representasi BEM SI pada