• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENYITAAN ASET TERPIDANA KORUPSI SEBAGAI UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA (STUDI DI KEJAKSAAN NEGERI PALEMBANG) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENYITAAN ASET TERPIDANA KORUPSI SEBAGAI UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA (STUDI DI KEJAKSAAN NEGERI PALEMBANG) SKRIPSI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENYITAAN ASET TERPIDANA KORUPSI

SEBAGAI UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA (STUDI DI KEJAKSAAN NEGERI PALEMBANG)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mendapat Gelar Sarjana Pada Bagian Program Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya Oleh: M.Isa Ahtairi 02011281722256 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hidup Itu Pilihan, dan Pilihan itu Datang Dengan Tanggung Jawab”

Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk : ❖ Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Amir Hasan Dan Ibunda Yurizawati

❖ Saudara-Saudaraku M. Ikhwan

Batari Dan M.Ikhsan Irza Sezuli ❖ Keluarga-Keluargaku

❖ Guru-guru Serta Dosen-Dosenku ❖ Orang-Orang Terdekatku

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kekuatan, dan kesehatan serta atas segala berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan penelitiann skripsi ini dengan mengangkat judul mengenai

“PELAKSANAAN PENYITAAN ASET TERPIDANA KORUPSI

SEBAGAI UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA (STUDI DI KEJAKSAAN NEGERI PALEMBANG)”. Penelitian skripsi ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Kelancaran penelitian skripsi ini selain atas limpahan karunia dari Allah SWT, juga atas dukungan orang tua, pembimbing, dan juga teman-teman sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penelitian skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan melindungi kita semua Amin.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Inderalaya, 2021

M. Isa Ahtairi NIM 02011281722256

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, bimbingan, dan saran yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini, antara lain :

1. Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan karunia yang telah diberikan skripsi ini dapat penulis kerjakan sampai dengan selesai. Shalawat setra salam senantiasa terlimpah kepada rasullulah muhammad SAW, keluarga dan Para sahabat-sahabat beliau;

2. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

3. Bapak Dr. Mada Apriandi Zuhir, S.H., M.Cl, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

4. Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

5. Bapak Drs. H. Murzal Zaidan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

6. Ibu DR. HJ. NASHRIANA S.H., M.Hum, selaku pembimbing utama yang telah memberikan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Ibu VERA NOVIANTI S.H., M.Hum, selaku pembimbing pembantu yang juga memberikan waktunya untuk membimbing saya menyelesaikan skripsi ini;

(7)

vii

8. Ibu HELENA PRIMADIANTI SULISTYANINGRUM, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik penulis yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

9. Kedua orang tua saya, Ayahanda Amir Hasan dan Ibunda Yurizawati, terima kasih atas segala cinta kasih yang telah diberikan selama ini beserta doa, dukungan moril maupun materil, serta motivasi yang tak kunjung putus kepada saya;

10. Adik-adik saya M. Ikhwan Batari, M.Ikhsan Irza Sezuli, terima kasih atas segala hiburan, semangat, dan doa yang selalu diberikan kepada saya;

11. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang dengan sabar memberikan ilmu kepada mahasiswa, serta selalu memberi dukungan untuk terus mengejar cita-cita dan menjadi insan yang berguna di masa mendatang; 12. Seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang

dengan sabar melayani mahasiswa, memberikan kemudahan, dan kelancaran sarana prasarana selama penulis menjalani perkuliahan;

13. Sahabat-Sahabat serta Teman-Teman selama saat saya menempuh pendidikan menjadi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, yang selalu membantu menyemangati dalam tahap pembuatan skripsi ini yang mohon maaf sebesar-besarnya tidak dapat saya sebutkan satu persatu, cukup tersimpan di hati dan pikiran saya, terima kasih kepada kalian atas doa, waktu, dukungan dan semangat yang diberikan satu sama lain dan selalu ada untuk saya dalam kondisi apapun;

(8)

viii

14. .Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu dalam skripsi ini, yang telah banyak membantu baik secara moril dan materil dalam menyelesaikan skripsi ini, nama kalian tetap tertulis di dalam hati saya.

Semoga amal baik yang diberikan semua pihak mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Inderalaya, 2021

M. Isa Ahtairi NIM 02011281722256

(9)

ix

Daftar Isi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix ABSTRAK ... xii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……...1 B. Rumusan Masalah………...10 C. Tujuan Penelitian………...10 D. Manfaat Penelitian………...10 E. Kerangka Teori………....11

F. Ruang Lingkup Penelitian………...…18

G. Metode Penelitian………..…..18

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi ... 23

1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ... 23

(10)

x

B. Tinjauan Umum Tentang Kedudukan Jaksa Dalam Penuntutan Perkara

Dalam Peradilan Pidana... 33

1. Pengertian Jaksa dan Kedudukan Jaksa Menurut Hukum Pidana ... 33

2. Penuntutan, Tugas dan Wewenang Jaksa Menurut Hukum Pidana ... 35

C. Tinjauan Umum Tentang Penyitaan ... 40

1. Pengertian Penyitaan ... 40

2. Tujuan Penyitaan ... 42

3. Bentuk dan Tata Cara Penyitaan ... 42

4. Kewenangan Penyitaan ... 45

D. Tinjauan Umum Tentang Pengembalian Kerugian Keuangan Negara ... 46

1. Pengertian Kerugian Keuangan Negara ... 46

2. Bentuk Dan Tata Cara Pengembalian Kerugian Keuangan Negara ... 48

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pelaksanaan Penyitaan Aset Terpidana Korupsi Yang Dilakukan oleh Jaksa di Kejaksaan Negeri Palembang ... 53

1. Kajian empiris perkara korupsi yang telah dilakukan penyitaan oleh Kejaksaan Negeri Palembang terhadap aset-aset terpidana korupsi ... 53

2. Mekanisme Pelaksanaan Penyitaan Aset Terpidana Korupsi Sebagai Upaya Pengembalian Kerugian Negara ... 60

B. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penyitaan Aset Terpidana Korupsi Sebagai Upaya Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara ... 65

1. Faktor hukum ... 68

(11)

xi

3. Faktor fasilitas dan sarana ... 69 4. Faktor budaya hukum ... 69 5. Faktor masyarakat ... 70

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 75 Daftar Pustaka………...76

(12)
(13)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Korupsi merupakan masalah yang sudah lama ada di Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan hingga sekarang korupsi terus berkembang di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan adanya suatu tradisi atau kebiasaan memberikan upeti oleh masyarakat kepada penguasa menjadi satu bukti bahwa korupsi telah ada sejak dahulu. Tindak pidana korupsi yang kerap di artikan selaku bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan serta keuntungan individu, yang pada dasarnya adalah permasalahan ketidakadilan sosial yang mengecam seluruh aspek kehidupan1.

Bagi Kepala Desa, aparat setingkat Camat, bahkan aparat setingkat Gubernur, Menteri bahkan Kepala Negara, korupsi merupakan persoalan moral. Hal ini terlihat pada pemberitaan terkini (melalui media elektronik atau cetak), yang memberitakan kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat negara. Di Indonesia sendiri Tindak pidana korupsi telah di golongkan sebagai perbuatan yang mengancam, yang bisa mengganggu sendi- sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta bernegara sehingga penanggulangannya harus

1 Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi , Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 3

(14)

2

dilakukan dengan aspek yuridis yang luar biasa (extra ordinary enforcement) dan tindakan-tindakan yang luar biasa pula (extra ordinary measures).2

Saat ini di Indonesia tindak pidana korupsi terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga menyebabkan terpuruknya sistem perekonomian di Indonesia yang bukan saja merugikan kondisi keuangan Negara melainkan juga melanggar hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat luas.3 Begitu juga yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan, dimana pada setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan pada kasus korupsi. Sebagaimana data dari website Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang penulis ambil bahwa di Pengadilan Negeri Palembang terhitung mulai dari tahun 2018 terdapat 22 kasus yang teregistrasi , sementara pada tahun 2019 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana jumlahnya mencapai 34 kasus. Sedangkan untuk tahun tahun 2020 sampai dengan saat ini yang telah teregistrasi di Pengadilan Negeri Palembang terdapat 12 Kasus tindak pidana korupsi. Sementara itu untuk Kasus yang telah diputus atau yang telah memiliki kekuatan hukum tetap juga mengalami peningkatan pada setiap tahunnya yang mana pada tahun 2018 terdapat sebanyak 14 kasus yang meningkat pada tahun 2018 menjadi 27 kasus, begitu juga jumlah kasus korupsi yang telah diputus Pengadilan Palembang pada tahun 2020 ini telah mencapai 28 kasus. Dari data yang penulis ambil di atas terlihat jelas bahwa kasus korupsi yang

2 Likik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Normatif,Teoretis,Praktik dan Masalahnya, PT.Alumni, Bandung, 2015

3 Ayu Puspita Sari Situmeang, Dewa Gede Sudika Mangku, Ni Putu Rai Yuliartini, Pengembalian Aset Negara Yang Dicuri Sebagai Hasil Tindak Pidana Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana Indonesia, Jurnal Hukum, Volume 3 No. 1 Tahun 2020, Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum, hlm. 1, diakses pada hari Senin 12 Oktober 2020 pukul 20:30 WIB.

(15)

3

terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yang di tangani oleh Pengadilan Negeri Palembang terus bertambah pada setiap tahunnya4.

Korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Jo. Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pemberantasan korupsi menitikberatkan pada tiga inti yakni pencegahan, pemberantasan dan pengembalian hasil korupsi. (asset recovery).5 Perkembangan ini berarti pemberantasan korupsi tidak hanya berfokus pada upaya pencegahan dan penghukuman bagi para koruptor, tetapi juga mencakup tindakan-tindakan yang dapat memulihkan kerugian finansial negara. Upaya pengembalian aset milik negara yang dicuri (stolen assets recovery) melalui korupsi seringkali tidak mudah. Pelaku tindak pidana korupsi memiliki jalan yang tidak biasa dan sulit didapat dalam proses menyembunyikan atau mencuci uang dari tindak pidana korupsi yang dilakukannya.6. Permintaan masyarakat yang kuat meminta pemerintah untuk serius memberantas korupsi akhirnya ditanggapi pemerintah dengan membuat berbagai kebijakan, yaitu dengan memperbaharui UU No 3/ 1971 yang dimana UU tersebut dinilai sangat lemah terutama dalam hal kriminalitas dan pemidanaan. Selain pemberian sanksi pidana denda . kegiatan pidana lainnya juga mencakup pembayaran ganti rugi saat korupsi terjadi.

4Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia,

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/index/pengadilan/pnpalembang/kategori/korupsi-1.html . Diakses pada hari Rabu 25 November 2020 Pukul 20:00 WIB.

5 Saldi Isra, Asset Recovery Tindak Pidana Korupsi Melalui Kerjasama Internasional, diakses melalui http://www.saldiisra.web.id/index.php/21-makalah/makalah1/47-asset-recovery-tindak-pidana-korupsi-melaluikerjasama-internasional.html pada hari minggu 13 September 2020 Pukul 23:45 WIB.

(16)

4

Keputusan Nomor 31 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (PTPK).

Pasal 18 ayat 1 UU PTPK Nomor 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 , disebutkan bahwa Ketentuan tambahan (pidana) dalam Tipikor yang pada intinya ialah:

1. Penyitaan benda berwujud, tidak berwujud, atau tidak bergerak yang digunakan dalam tindak pidana atau yang diperoleh darinya, termasuk perusahaan yang dimiliki oleh terpidana , dan barang dagangan yang menggantikan benda tersebut,

2. Pembayaran uang pengganti dengan jumlah yang sebanyak-banyaknya sama dengan aset yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,

3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun,

4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana,

5. Jika dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terpidana tidak membayar uang pengganti, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk memenuhi uang pengganti tersebut.

(17)

5

Pengembalian/pemulihan kerugian keuangan negara hasil korupsi menggunakan hukum pidana dilakukan melalui suatu mekanisme penyitaan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat 2 UU PTPK No.31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001. Bahwa penyitaan dapat dilakukan:

1. Terhadap harta yang digunakan untuk melakukan atau hasil tindak pidana korupsi korupsi.

2. Penyitaan baru dapat dilakukan jika dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusan pengadilan inkrah dan jika uang pengganti tidak dibayarkan oleh terpidana.

Penyitaan tersebut tidak membutuhkan izin dari ketua pengadilan negeri setempat karena penyitaan dilakukan dalam rangka penegakan putusan pengadilan. Serta juga dilakukan kepada aset-aset terpidana yang tersisa. Skenario Penyitaan menurut Pasal 18 ayat 2 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi ini tidaklah sama dengan skenario penyitaan dalam Pasal 39 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Aset-aset yang boleh untuk dilakukan peyitaan jika melihat pada Pasal 39 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yaitu:

a. Semua atau sebagian dari benda tersangka atau terdakwa yang diduga diperoleh dari dan / atau sebagai akibat dari tindak pidana tersebut. b. Barang yang langsung digunakan untuk kejahatan dan / atau persiapan

(18)

6

c. Barang yang langsung digunakan untuk mencegah investigasi kriminal.

d. Benda yang dibuat khusus atau dimaksudkan untuk melakukan tindak pidana

e. Objek lain yang berhubungan langsung dengan kejahatan yang dilakukan

Penyitaan yang diatur dalam Pasal 39 KUHAP itu sendiri dilakukan terhadap harta benda yang diperoleh atau digunakan untuk penyidikan tindak pidana dalam kegiatan pidana, dan tidak dilakukan dalam rangka pelaksanaan putusan pengadilan. Penegakan putusan menuntut adanya izin dari ketua pengadilan.7

Berikut ini merupakan beberapa kasus korupsi yang telah memperoleh kekuaatan hukum tetap dan telah dilakukan penyitaan terhadap aset terpidana tindak pidana korupsi, sebagai upaya untuk pengembalian kerugian keuangan Negara :

1. Kasus Sutiyono (Putusan PT Palembang No 3 /PID.SUS-TPK/2017/PT.PLG) Aset yang disita antara lain bangunan dan tanah milik Setiyono yang telah disita oleh JPU.Informasi lengkapnya adalah: 1 bidang tanah dan satu bangunan dengan luas 50 × 50 meter, dan 1 bidang tanah dengan bangunan terletak. di Desa Mekar Wangi Dusun IV Areal penanaman karet 50 × 100

7 Nur Syarifah, Mengupas Permasalahan Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti dalam Perkara Korupsi, diakses melalui https://leip.or.id/mengupas-permasalahan-pidana-tambahan-pembayaran-uang-pengganti-dalam-perkara-korupsi/ pada hari Senin, tanggal 14 September 2020, pukul 00:46 WIB.

(19)

7

berlokasi di Dusun II Desa Mekar Wangi, 2 toko, 1 bangunan sarang burung berada di Pasar Dusun II Desa Mekar Wangi, terdapat 1 buah tanah dan bangunan rumah. Letaknya juga di Desa Dusun II Mekar Wangi, di No. 47 Satu areal perkebunan kelapa sawit dan satu hektar lahan dan kompleks kebun karet berada di Desa Dusun II Mekar Wangi. Kemudian ada sebidang tanah karet (Ogan Komering Ilir) di Dusun I, Desa Mekar Wangi, Mesuji,OKI, Sumsel.8

2. Kasus Nyoman Suwarjana (Pengadilan Negeri Mataram Nomor : 40/PID.SUS.TPK/2015/PN.MTR) Adapun Aset terpidana yang disita adalah berupa Tanah dan Bangunan Ruko yang ada di Provinsi Bali di 3 (tiga) lokasi yang berbeda.9

3. Kasus Sunarko (Direktur PT Bima Prima Taruna) Terpidana kasus korupsi kontruksi runwey Bandara Moa Tiakur Kabupaten Maluku Barat Daya. Kejaksaan Melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan senilai Rp 3,1 miliar dari terpidana korupsi Sunarko. Harta sitaan itu akan digunakan untuk membayar uang pengganti dan denda yang dijatuhkan Mahkamah Agung (MA) RI kepada Sunarko.10

8 Harta Sutiyono Dirampas Untuk Negara, diakses melalui

https://www.radarsriwijaya.com/2017/09/11/harta-sutiyono-dirampas-untuk-negara pada Hari Rabu Tanggal 25 November 2020 pukul 22:11 WIB.

9

Akhyar Rosidi, Harta terpidana korupsi Terminal Bandara Lombok disita Kejaksaan Praya, diakses melalui https://mataram.antaranews.com/berita/135625/harta-terpidana-korupsi-terminal-bandara-lombok-disita-kejaksaan-praya pada hari Rabu tanggal 25 November pukul 22:30 WIB.

10 Ruzady, Tersangka Korupsi Pembangunan Runway Bandara Moa Dijebloskan ke Lapas, Kejati Maluku Sita Harta Senilai Rp 3,1 Miliar, diakses melalui

(20)

https://www.teras.id/news/pat-38/272328/tersangka-korupsi-pembangunan-runway-bandara-moa-8

Penyitaan aset adalah tindakan yang dirancang untuk melindungi atau mencegah pengalihan aset dari perbuatan korupsi. Penyitaan aset dimulai dengan proses penelusuran aset yang dilakukan pada tahap investigasi. Kemudian, jika terpidana korupsi tidak mampu membayar biaya tambahan yang ditentukan hakim, aset tersebut akan disita oleh pengadilan untuk membayar kerugian negara akibat tindak pidana korupsi. Memulihkan kekayaan negara atau kerugian negara akibat tindak pidana korupsi merupakan terobosan baru dalam sistem peradilan pidana Indonesia.11 Mencari aset hasil korupsi bukanlah tugas yang mudah, untuk mempermudah proses pengembalian kerugian negara dalam Pasal 38B UU PTPK Nomor 20 / 2001 menerapkan sistem pembuktian terbalik yang mewajibkan setiap orang yang di dakwa melakukan tindak pidana korupsi harus (wajib) membuktikan bahwa harta benda miliknya bukan karena tindak pidana korupsi, apabila terdakwa tidak mampu membuktikan bahwa harta benda tersebut bukan karena atau hasil tindak pidana korupsi, maka dianggap sebagai harta benda hasil korupsi, hakim berwanang merampas aset-aset terdakwa hasil korupsi untuk dikembalikan untuk mengembalikan kerugian keuangan negara.12

Permasalahan tersebut di atas pada dasarnya terkait dengan peran kejaksaan dalam penyitaan harta kekayaan terpidana korupsi guna memulihkan kerugian negara. Dalam menangani tindak pidana korupsi di bidang pidana, Jaksa berfungsi sebagai penuntut, eksekutor dan pelaksana putusan pengadilan,

dijebloskan-ke-lapas-kejati-maluku-sita-harta-senilai-rp-31-miliar pada Hari Rabu tanggal 25 November 2020 pukul 22:48 WIB.

11

Rudi Pardede, Proses Pengembalian Kerugian Negara Akibat Korupsi, Genta Publishing,Yogyakarta, 2017, hlm. 114

(21)

9

pengawas pelaksanaan pidana bersyarat, pengawas pidana dan pelepasan pidana bersyarat, hingga sebagai penyidik. Sekarag ini pengadilan telah banyak memutus kasus korupsi, namun pengembalian kekayaan negara oleh oknum koruptor belum maksimal. Pasca hukuman, pelaku korupsi tidak bisa mengembalikan kerugian negara yang diderita karena harta kekayaan terpidana korupsi ternyata sudah habis atau telah berpindah kepada pihak lain.

Kejaksaan mengalami kendala dalam memenuhi kewajiban pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana korupsi, namun Kejaksaan harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk berhasil memulihkan kekayaan negara. Oleh karena itu, sebagai penyidik, jaksa bertanggung jawab atas pelaksanaan putusan hakim dan berperan penting dalam memulihkan kekayaan negara akibat korupsi. Yang dimana telah dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Palembang, dalam tahun anggaran 2019 telah berhasil mengembalikan aset Negara sebesar Rp. 1,2 Milyar dari 9 perkara tindak pidana korupsi yang telah ditangani di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Palembang.13 Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk

meneliti dan akan menuangkan hasil penelitian tersebut dalam skripsi berjudul : Pelaksanaan Penyitaan Aset Terpidana Korupsi Sebagai Upaya Pengembalian Kerugian Keuangan Negara (Studi di Kejaksaan Negeri Palembang).

13 Kejari Palembang Kembalikan Uang Negara Rp. 1,2 Milyar Selama 2019, diakses melalui https://sriwijayatv.com/2020/01/30/kejari-palembang-kembalikan-uang-negara-rp-12-milyar-selama-2019/ pada hari Senin, tanggal 21 September 2020, Pukul 21:55 WIB.

(22)

10

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis bahas dalam tulisan ini ialah menyinggung terhadap pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi sebagai upaya untuk mengembalikan kerugian keuangan negara. Adapun permasalahan yang akan penulis bahas dalam tulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi yang dilakukan oleh jaksa pada Kejaksaan Negeri Palembang?

2. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi sebagai upaya mengembalikan kerugian keuangan negara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah agar memberikan jawaban yang jelas dan tepat terhadap permasalahan yang ada, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mekanisme pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi yang dilakukan oleh jaksa sebagai upaya untuk mengembalikan kerugian keuangan Negara.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor - faktor penghambat pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi sebagai upaya untuk mengembalikan kerugian keuangan Negara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:

(23)

11

a. Manfaat teoritis:

1. Manfaat bagi mahasiswa, bahwa hasil penulisan skripsi ini dapat berguna sebagai sumber referensi dan juga informasi.

2. Manfaat bagi Universitas Sriwijaya, dapat berguna sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan juga sebagai bahan bacaan di perpustakaan Universitas Sriwijaya.

3. Manfaat bagi penulis, kegiatan penulisan skripsi ini penulis mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi yang telah dipelajari di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

b. Manfaat praktis, bagi pihak-pihak yang berkepentingan harapannya agar hasil penulisan skripsi ini mampu berkontribusi untuk penulisan ataupun penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori

1. Teori Penegakan Hukum

Dalam bahasa Indonesia dikenal beberapa istilah di luar penegakan hukum, seperti penerapan hukum . Tetapi istilah penegakan hukum adalah yang paling sering digunakan. Dalam bahasa asing kita juga mengenal berbagai peristilahan dari penegakan hukum, yaitu : rechtstoepassing, rechtshandhaving ( Belanda), law enforcement (Amerika).14

(24)

12

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah sejumlah peraturan perundang-undangan demi keteraturan dan keharmonisan kehidupan bermasyarakat.15

Penegakan hukum merupakan suatu penerapan hukum pidana secara konkrit yang dilakukan aparat penegak hukum. Dengan kata lain penegakan hukum adalah pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, penegakan hukum merupakan penyatuan antara nilai dan perilaku dan nilai manusia. Prinsip-prinsip ini kemudian akan menjadi pedoman untuk perilaku dan tindakan yang sesuai. Tindakan dan tindakan ini dirancang untuk menciptakan, memelihara, dan memelihara kedamaian dan ketenangan..

Menurut Moeljatno, yang menguraikan berdasarkan dari pengertian istilah hukum pidana, yang menyatakan bahwa penegakan hukum adalah keseluruhan bagian dari hukum negara saat ini yang menetapkan elemen dan aturan, yakni:16

a. Menetapkan tindakan yang tidak boleh dilakukan, dilarang, dan disertai dengan bentuk tindak pidana tertentu berupa ancaman atau sanksi,

b. Menetapkan siapa yang melanggar larangan dan dalam keadaan apa yang dapat diancam dan dihukum.

c. Menetukan cara seseorang yang diduga melanggar larangan dapat melakukan kejahatan.

15 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Depok, 2019, hlm. 5

(25)

13

2. Teori Kebijakan Hukum Pidana

Upaya mewujudkan negara yang sejahtera, adil, dan makmur membutuhkan kondisi baik dalam segala aspek, termasuk juga aspek hukum. Barda Nawawi Arief berpendapat, Jika langkah-langkah hukum pidana atau metode hukum pidana digunakan dalam kebijakan pencegahan kejahatan, Kemudian kebijakan hukum pidana harus diarahkan pada target dari pada kebijakan sosial, yang meliputi upaya kesejahteraan sosial dan kebijakan atau Upaya perlindungan masyarakat .17 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

tujuan utama dari politik kriminal adalah untuk melindungi masyarakat dan mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu hukum pidana digunakan sebagai sarana untuk mengatasi permasalahan sosial yang merupakan kejahatan di sini, termasuk dalam bidang penegakan hukum, seringkali dikatakan bahwa kebijakan politik atau hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum. Teori kebijakan pidana yang dikemukakan oleh Mare Ancel dan A. Mulder diikuti oleh Sudarto menunjukkan bahwa ruang lingkup hukum pidana dan budaya politik sangat luas, yang dapat diringkas sebagai berikut:18

1) Kebijakan Eksekutif 2) Kebijakan Legislatif 3) Kebijakan Yudikatif

Mengenai kebijakan legislatif ini terkait dengan kekosongan hukum dalam UU Acara Pidana, UU Kejaksaan RI, dan UU Tipikor. UU tersebut tidak

17 Barda Nawawi Arief , Masalah Penegak Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2014 hlm. 73-74

(26)

14

mengatur bahwa JPU harus mengambil tindakan hukum saat tidak dapat menjalankan penuntutan. Kedepannya, lembaga legislatif harus merumuskan aturan sebagai referensi dasar jaksa dalam peraturan perundang-undangan pidana yang relevan, dan memberikan dasar hukum bagi jaksa untuk merumuskan aturan hukum, sehingga dapat mengambil tindakan hukum untuk melaksanakan putusan hakim.

Kejaksaan merupakan lembaga penegak hukum yang menegakkan putusan hakim atas tindak pidana korupsi dengan mengembalikan kerugian ekonomi negara, dan memiliki dasar hukum yang jelas. Apalagi terkait dengan kuasa harta terpidana yang dialihkan kepada orang lain atau keadaan sudah habis, dalam hal ini tujuannya bukan untuk merugikan kepentingan negara, dan Dana negara dapat dikembalikan dan digunakan untuk kesejahteraan. orang-orang. Kebijakan pidana berupa perumusan kebijakan untuk mengisi kesenjangan norma hukum yang belum terpantau. Tentunya akan sulit bagi aparat penegak hukum, terutama jaksa, untuk mengimplementasikan perangkat penegakan hukum.

3. Teori Tujuan Pemidanaan

Ada beberapa teori mengenai tujuan dijatuhkannya hukuman (tujuan pemidanaan), Secara umum dikenal tiga teori pemidanaan, yaitu :

a. Teori Absolut / pembalasan (absoluut theorieen)

Teori ini disebut juga sebagai teori pembalasan karena pada dasarnya tujuan dari adanya pemidanaan menurut teori ini adalah pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah

(27)

15

dilakukan. Pendekatan teoritis absolut menekankan pada gagasan menjatuhkan hukuman berat dengan alasan bahwa karena seseorang bertanggung jawab atas tindakannya, dia harus dihukum olehnya19. Dasar pembenar dari teori ini adalah terjadinya kejahatan itu sendiri. Menurut teori absolut, tujuan kriminal utama Johannes Andenaes (primer) adalah untuk memenuhi persyaratan keadilan (memenuhi persyaratan keadilan), dan efek menguntungkan bukanlah tujuan utama (sekunder).

Mengenai apa yang dimaksud dengan pembalasan Negar Walker memberi tiga pengertian, yaitu20 :

1. Retaliatory retribution, Dengan sengaja menimbulkan penderitaan yang pantas pada penjahat, dan juga agar penjagat tersebut dapat menyadari bahwa beban penderitaan adalah akibat dari kejahatannya.

2. Distributive retribution, Dengan melakukan pembatasan terhadap jenis-jenis pidana yang dibebankan secara tegas terhadap mereka yang telah melakukan kejahatan.

3. Quantitative retribution, Membatasi bentuk kejahatan lain selain tujuan balas dendam agar kejahatan tersebut tidak melebihi kekejaman yang berlaku untuk kejahatan yang dilakukan.

b. Teori Relatif / tujuan (doel theorieen)

19 Ibid, hlm. 187

(28)

16

Teori relatif atau teori tujuan ini pada prinsipnya menekankan bahwa penjatuhan pidana dan pelaksanaan pidana memiliki tujuan untuk pencegahan baik pencegahan khusus maupun pencegahan umum. Yang dimaksud pencegahan khusus (special prevention) adalah mencegah pelaku tindak pidana untuk mengulangi untuk melakukan tindak pidana di masa yang akan datang dan yang dimaksud dengan pencegahan umum (general prevention) adalah untuk meminimalisir kemungkinan untuk masyarakat dari melakukan berbagai macam tindak pidana tindak pidana yang telah pernah dilakukan maupun tindak pidana baru lainnya.

Teori relatif mengajarkan bahwa hukuman tidak berarti memenuhi persyaratan keadilan yang absolut. Jadi dasar pembenaran dari penjatuhan pidana menurut teori ini terletak pada tujuannya, yakni agar orang tidak boleh melakukan kejahatan21. Adapun karakteristik dari teori relatif, yaitu: a) Pencegahan (prevention)

b) Tujuan utama/akhir adalah untuk kesejahteraan masyarakat. c) Hanya pelanggaran hukum yang bisa disalahkan pada pelakunya. d) Hukuman ditentukan berdasarkan tujuannya sebagai alat untuk pencegahan kejahatan.

e) Pidana bersifat prospektif, pidana dapat mengandung unsur pencegahan, tetapi jika unsur pencegahan dan pembalasan tidak dapat membantu

21 Hambali Thalib, Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertanahan: Kebijakan Alternatif Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Luar Kodifikasi Hukum Pidana, Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 22

(29)

17

kepentingan masyarakat untuk menguntungkan kejahatan tersebut, hal tersebut tidak dapat diterima

c. Teori Gabungan (verinigings theorieen)

Gabungan yang terdapat dari kedua teori yang disebutkan diatas. Dalam teori ini pemberian hukuman pidana selain dimaksudkan untuk membalas akibat perbuatan pelaku, juga dimaksudkan untuk mengajarkan/memperbaiki pelaku sehingga dapat diterima kembali oleh masyarakat. Menurut pendapat Vos di dalam teori gabungan terdapat tiga aliran yaitu:22

a) Teori gabungan yang menitikberatkan pembalasan tetapi dengan maksud sifat pidana pembalasan itu untuk melindungi ketertiban umum.

b) Teori gabungan yang menitikberatkan pada perlindungan ketertiban masyarakat, dalam teori ini dianut oleh Simons yang menggunakan jalan pikiran bahwa secara prevensi umum terletak pada ancaman pidananya dan secara prevensi khusus terletak pada sifat pidana menakutkan, memperbaiki, dan membinasakan dan selanjutnya secara absolut pidana itu disesuaikan dengan kesaran hukum anggota masyarakat.

c) Teori gabungan yang dititikberatkan sama antara pembalasan dan perlindungan kepentingan umum.

22 Ibid, hlm. 23

(30)

18

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dari isu-isu yang diangkat dalam tulisan ini, maka perlu ditetapkan batasan-batasan lingkup permasalahan tersebut agar pembahasan dalam tulisan ini dapat lebih terarah dan terfokus pada topik yang sedang dibahas. Ruang lingkup masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah mekanisme pelaksanaan penyitaan aset terpidana korupsi yang dilakukan Jaksa di Kejaksaan Negeri Palembang sebagai upaya mengembalikan kerugian keuangan negara.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Didalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan 2 (dua) jenis penelitian, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. penelitian hukum yuridis normatif, ialah Dengan melihat dan meneliti buku, dokumen serta peraturan lain yang berlaku terkait dengan judul pembahasan yang diteliti, juga menggunakan jenis penelitian hukum yuridis empiris, jenis penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian lapangan. Penelitian hukum yuridis empiris dilakukan dengan mempelajari teori-teori, konsep-konsep, dan peraturan-peraturan yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas, serta mengadakan penelitian lapangan, yaitu dengan melihat fakta-fakta yang ada di lapangan.23

2. Pendekatan Penelitian

(31)

19

Jenis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (The statue approach), pendekatan fakta ( the fact approach), pendekatan kasus ( the case approach) dan pendekatan analisis konsep hukum (analitical and the conceptual approach). Yang pertama yaitu pendekatan perundang-undangan dimana dilakukan dengan menganalisis semua peraturan perundang-undangan yang masih memiliki hubungan dengan masalah hukum yang sedang diteliti24. Pendekatan fakta adalah pendekatan dengan menggunakan metode yang digunakan berdasarkan fakta terkait penyitaan harta kekayaan para pelaku tindak pidana korupsi. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kasus-kasus yang masih memiliki hubungan dengan masalah yang sedang dihadapi, dan telah menjadi putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap25. Pendekatan analisis konsep hukum adalah analisis konsep hukum merupakan metode yang dilaksanakan dengan memahami konsep, pandangan dan doktrin hukum yang masih berkaitan dengan korupsi dan tindak pidana dalam ilmu hukum.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Data kulitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk verbal, bukan dalam bentuk numerik. Data ini menggunakan kata-kata untuk menggambarkan suatu fakta dan fenomena yang diamati. Yang bersumber pada:

a) Data Primer

24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm.133

(32)

20

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari penelitian di lapangan melalui interview atau wawancara langsung dengan responden.26 Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan studi lapangan di Kejaksaan Negeri Palembang.

b) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporam skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan Perundang-undangan.27 Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang masih berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kejaksaan Negeri Palembang, yang ber Alamat di Jalan Gubernur H.Bastari, RT. 26/06, 22 Ilir, Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

5. Sampel dan Populasi Penelitian

Sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan cara Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu memperoleh data dari instansi dengan cara melakukan wawancara dan juga menetapkan kelompoknya.28

Penelitian ini Dilakukan Di Kejaksaan Negeri Palembang dengan cara Purposive

26 Burhan Asofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 91 27 Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum ( Legal Research ), Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 48

(33)

21

Sampling . Adapun sampel ini adalah jaksa yang terkait menangani kasus tindak pidana korupsi. Terdiri dari 2 orang jaksa dari Kejaksaan Negeri Palembang yaitu:

a. 1 orang Jaksa Kepala Seksi Pidana Khusus b. 1 Orang Jaksa Fungsional

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu : studi kepustakaan dan studi lapangan.

a. Studi Kepustakaan

Data kepustakaan yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang bersumber dari Peraturan Perundang-Undangan, dokumen resmi, majalah, hasil penelitian dan segala bahan penelitian guna mengumpulkan data-data sekunder.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan di dilakukan dengan mengumpulkan data-data primair yang didapat secara langsung dari narasumber. Dalam mengumpulkan data-data primer tersebut maka dilakukanlah wawancara langsung dengan narasumber.

7. Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang di peroleh akan memberikan gambaran tentang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya. Data-data yag sudah terkumpul tersebut kemudian akan dijabarkan untuk

(34)

22

memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam tulisan skripsi ini. Kemudian dari data yang sudah dianalisis ini maka akan dituliskan dalam bentuk penjelasaan-penjelasan.

8. Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan dalam skripsi ini akan memakai metode induktif, Cara berpikir didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat lebih umum atau lebih luas, dan kemudian kesimpulan khusus diambil.

(35)

75

Daftar Pustaka A. Buku Buku

Bambang Waluyo, 2016, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi , Jakarta : Sinar Grafika,

Barda Nawawi Arief, 2014, Masalah Penegak Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana

Bima Priya Santosa, dkk, 2010, Lembaga Pengelola Aset Tindak Pidana, Jakarta: Paramadina Public Policy Institute.

BPHN, 1975, Simposium Pembaharuan Pendidikan dan Pembinaan Profesi Hukum, Bandung: Binacipta.

Burhan Asofa, 2002, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Chatrina Darul Rosikah dan Dessy Marliani Listianingsih, 2016, Pendidikan Anti Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika.

Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, 2004, Penelitian Hukum ( Legal Research ), Jakarta : Sinar Grafika.

Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika.

Evi Hartanti, 2007, Pengertian Tindak Pidana Korupsi, ed. kedua, Jakarta: Sinar Grafika.

Hambali Thalib, 2009, Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertanahan: Kebijakan Alternatif Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Luar Kodifikasi Hukum Pidana, Jakarta : Prenada Media Group.

Hartono. 2010, Penyidikan Dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Progresif, Jakarta: sinar Grafika.

Ilham Gunawan, 1993, Penegak Hukum dan Penegakan Hukum, Bandung : Angkasa.

Ilham Gunawan, 1994, Peran Kejaksaan dalam Menegakkan Hukum dan Stabilitas Politik, Jakarta : Sinar Grafika.

Jawade Hafidz Arsyad, 2017, Korupsi dalam Perspektif HAN, Jakarta: Sinar Grafika

(36)

76

Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006, Memahami untuk membasmi, KPK, Jakarta.

Lilik Mulyadi, 2015, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia

Normatif,Teoretis,Praktik dan Masalahnya, Bandung : PT.Alumni. Moeljatno, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. M. Yahya Harahap. 2016, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika. M. Yahya Harahap, 2007, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang

Perdata. Jakarta : PT. Sinar Grafika.

Peter Mahmud Marzuki, 2014, Penelitian Hukum, Jakarta : Prenadamedia Group.

Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi IV, Jakarta: Gramedia.

Ratna Nurul Afiah, 1988, Barang Bukti dalam Proses Pidana, Jakarta : Sinar Grafika.

Rianto Adi, 2004, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit. Robert Klitgaard, 2001, Membasmi Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rudi Pardede, 2017, Proses Pengembalian Kerugian Negara Akibat Korupsi,

Yogyakarta : Genta Publishing.

Ruslan Renggong, 2016, Hukum Pidana khusus, Memahami Delik-Delik di Luar KUHP, Jakarta : Prenanda Group.

Soerjono Soekanto, 2019, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Depok : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudarsono, 1994, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung dan Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Rineka Cipta.

Suryono Sutarto, Sari Hukum Acara Pidana I, Semarang : Yayasan Cendekia Purna Dharma.

Tim Redaksi Sinar Grafika, 2001, Undang-Undang Kejaksaan, Jakarta : Sinar Grafika.

(37)

77

B. Peraturan Perundang-Undangan

UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU 20/2001, tentang Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi

Undaung-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

C. Jurnal

Ayu Puspita Sari Situmeang, Dewa Gede Sudika Mangku, Ni Putu Rai Yuliartini. (2020). Pengembalian Aset Negara Yang Dicuri Sebagai Hasil Tindak Pidana Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana Indonesia. E-journal Hukum, Volume 3 No. 1 Tahun 2020, Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum.

Bambang Hartono, 2011, Analisi Pidana Ganti Kerugian (Denda) Dalam Tindak Pidana Korupsi , Volume 2 No. 1, Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, hlm. 3

Guntur Rambey, 2016, Pengembalian Kerugian Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi Melalui Pembayaran Uang Pengganti dan Denda , Volume 1 No. 1 Januari – Juni 2016, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Normina, 2014, Masyarakat dan Sosialisasi, Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 12 No. 22 Oktober 2014,

Noldi Panauhe (2014), AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN, Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014, https://media.neliti.com/media/publications/3118-ID-akibat-hukum-peralihan-tanggung-jawab-penyidik-atas-benda-sitaan.pdf Diakses pada Rabu, tanggal 30 Desember 2020, pukul 20:19 WIB

D. Internet

Akhyar Rosidi, Harta terpidana korupsi Terminal Bandara Lombok disita

Kejaksaan Praya, diakses melalui

(38)

https://mataram.antaranews.com/berita/135625/harta-terpidana-korupsi-78

terminal-bandara-lombok-disita-kejaksaan-praya pada hari Rabu tanggal 25 November pukul 22:30 WIB.

Denda (Def. 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui https://kbbi.web.id/denda, pada hari Kamis 31 Desember 2020 pada pukul 20:07 WIB.

Desky Wibowo, Pengembalian Aset Negara Melalui Gugatan Perdata dalam Tindak Pidana Korupsi , hlm. 4-5 Diakses melalui

https://media.neliti.com/media/publications/190550-ID-pengembalian-aset-negara-melalui-gugatan.pdf Pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2020, pukul 20:18 WIB.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia,

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/index/pengadilan/pn-palembang/kategori/korupsi-1.html Diakses pada hari Rabu 25

November 2020 Pukul 20:00 WIB.

Eddy Suhartono, Perihal Ketentuan-Ketentuan Tindak Pidana Korupsi, Buletin Pengawasan No. 28 dan 29 Th. 2001, diakses melalui .

https:///www/google.com/korupsi , Pada Senin tanggal 28 Desember 2020 Pukul 19:40 WIB

Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum, Diakses melalui

http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf pada hari sabtu, 16 Januari 2021 pada pukul 23.52 WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses melalui https://kbbi.web.id/budaya pada hari sabtu 16 Januari 2021, pada pukul 23:26 WIB.

Nur Syifa, Mengupas Permasalahan Pidana Tambahan Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi diakes melalui

https://leip.or.id/mengupas-permasalahan-pidana-tambahan pembayaran- uang-pengganti-dalam-perkara-korupsi/ pada Senin, tanggal 14

September 2020, pukul 00:46 WIB.

Ruzady, Tersangka Korupsi Pembangunan Runway Bandara Moa Dijebloskan ke Lapas, Kejati Maluku Sita Harta Senilai Rp 3,1 Miliar, diakses melalui

https://www.teras.id/news/pat-38/272328/tersangka-korupsi- pembangunan-runway-bandara-moa-dijebloskan-ke-lapas-kejati-maluku-sita-harta-senilai-rp-31-miliar pada Hari Rabu tanggal 25 November 2020 pukul 22:48 WIB.

Saldi Isra, Asset Recovery Tindak Pidana Korupsi Melalui Kerjasama Internasional, http://www.saldiisra.web.id/index.php/21-

makalah/makalah1/47-asset-recovery-tindak-pidana-korupsi-melaluikerjasama-internasional.html diakses pada Minggu, tanggal 13 September 2020 Pukul 23:45 WIB.

(39)

79

Harta Sutiyono Dirampas Untuk Negara , diakses melalui

https://www.radarsriwijaya.com/2017/09/11/harta-sutiyono-dirampas-untuk-negara pada Hari Rabu Tanggal 25 November 2020 pukul 22:11 WIB.

Kejari Palembaang Kembalikan Uang Negara Rp. 1,2 Milyar Selama 2019 ,

https://sriwijayatv.com/2020/01/30/kejari-palembang-kembalikan-uang-negara-rp-12-milyar-selama-2019/ diakses pada Senin, tanggal 21 September 2020, Pukul 21:55 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dimulai dari tahap perencanaan untuk melakukan identifikasi dampak yang timbul pada pelaksanaan rantai pasok obat herbal melalui diskusi dan wawancara

[r]

serta Pengharmonisasian, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi.Lebih lanjut substansi yang sama yakni tentang tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

Berdasarkan jawaban responden yang terdiri dari inspektorat berbagai daerah kota dan kabupaten di Provinsi Sumatera Utara diperoleh berbagai kelemahan pengendalian

Penelitian ini adalah merupakan bagian dari penelitian R n D yaitu pada tahap analisis kebutuhan, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kadar air silase pada umur penyimpanan 4 minggu tidak berpengaruh nyata terhadap pH, jumlah koloni bakteri asam

ANALISIS SIFAT OPTIK DARI LAPISAN TIPIS Fe 3 O4 YANG DIPREPARASI DARI PASIR BESI PANTAI TIRAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN.. SUMATERA BARAT DENGAN METODA SOL-GEL

124 asuransi syariah ( Ta’min , Takaful , Tadhamun ) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset