• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing merupakan ternak yang sudah biasa diternakkan oleh masyarakat. Masyarakat umumnya beternak kambing sebagai usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

Kambing di Indonesia beragam, dari mulai kambing impor, lokal maupun persilangan. Salah satu kambing impor yang menjadi pilihan untuk diternakkan yaitu kambing Peranakan Etawah (PE), kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing lokal Indonesia (Kambing Kacang) dengan kambing Etawah, yang dimaksud dengan kambing Etawah di sini adalah kambing Jamnapari yang ditemukan di Distrik Etawah di daerah Uttarbal, India. Kambing ini selain menghasilkan daging juga menghasilkan susu kambing sehingga dapat disebut sebagai kambing dwiguna. Kambing ini memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, tingkat adaptasi yang baik terhadap iklim tropis yang ekstrim, betina yang habis melahirkan mempunyai produksi susu yang tinggi, fertilitas tinggi, dan selang generasi yang pendek serta memiliki kemampuan memakan segala jenis hijauan. Produksi susu kambing PE sebanyak 0,498 – 0,692 liter per ekor per hari, dengan produksi tertinggi dicapai 0,868 liter per hari (Triwulaningsih, 1986).

Susu kambing sudah dikenal masyarakat sebagai susu yang memiliki khasiat menyembuhkan diantaranya penyakit asma, TBC, bronkhitis, dan kelainan ginjal. Secara ilmiah susu kambing perah memiliki keunggulan dibanding susu

(2)

sapi. Susu kambing perah lebih mudah dicerna dibanding susu sapi karena ukuran butir lemak susunya lebih kecil dan dalam keadaan homogen (Jennes, 1980), sehingga harga susu kambing ini di pasaran cenderung lebih tinggi dibanding susu sapi, hal ini menjadi peluang usaha yang cukup potensial bagi peternak kambing PE.

Peningkatan populasi kambing mencapai 60,7% di Jawa Barat hal ini dilihat dari data statistik sejak Tahun 2009 sebanyak 1.600.423 ekor hingga Tahun 2016 sebanyak 2.633.834 ekor (Badan Pusat Statistik, 2016). Data tersebut menunjukkan perkembangan populasi yang terus bertambah dari tahun ke tahun pada ternak kambing. Perkembangan populasi ini memberikan potensi pangsa pasar untuk pengembangan budidaya ternak kambing.

Pengembangan kambing di Jawa Barat banyak dilakukan salah satunya di Kabupaten Garut. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²). Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC (Kabupaten Garut, 2010).

Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan yang sangat baik. Produk unggulan peternakan Kabupaten Garut adalah domba dan kambing. Luas lahan penggembalaan di Kabupaten Garut kurang lebih mencapai 2.651,65 Ha yang menghasilkan produksi pakan ternak sebanyak 93.187,08 Ton, sehingga produktivitas lahan penggembalaan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 Ton/Ha (Kabupaten Garut, 2015).

Garut merupakan salah satu lokasi sentra penghasil ternak yang terkenal dengan ikon domba Garutnya, namun demikian hal tersebut tidak melepas potensi

(3)

daerah tersebut untuk mengembangkan ternak kambing perah. Selain kontes ketangkasan domba Garut, ada juga kontes bibit kambing perah yang telah diselenggarakan di beberapa tempat dengan spesifikasi tertentu yang telah ditentukan, kontes bibit kambing perah ini masih pada bangsa kambing perah PE.

Produksi susu yang lebih tinggi ketimbang bangsa-bangsa kambing perah lain menjadikan kambing ini sebagai bangsa kambing yang dipilih untuk dibudidayakan lebih jauh. Hal tersebut memotivasi kalangan peternak untuk mengembangkan bibit ternak kambing perah PE.

Peternakan bibit kambing perah PE masih jarang dikembangkan oleh peternak kambing rakyat perorangan yang masih menggunakan cara beternak tradisional, hal ini disebabkan peternakan ini memiliki standar spesifikasi kambing yang diarahkan untuk kambing bibit. Bibit kambing yang dijual dimaksudkan untuk dibudidayakan kembali oleh peternak yang membeli bibit kambing tersebut.

Pembibitan kambing perah PE tentunya memerlukan sistem pemeliharaan dan pengawasan yang lebih ketat, serta modal yang lebih tinggi, hal tersebut dapat disiasati dengan adanya kelompok ternak. Kelompok ternak merupakan gabungan para peternak rakyat yang saling bekerja sama membentuk perhimpunan untuk memajukan peternakannya. Salah satu kelompok ternak yang membudidayakan bibit ternak kambing PE yaitu Kelompok Ternak Lebaksiuh.

Kelompok ternak ini terletak di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, telah memiliki anggota sejumlah 60 orang, dengan produk utama yaitu bibit kambing PE yang populasinya pada Tahun 2016 mencapai ±600 ekor.

(4)

Kelompok Ternak Lebaksiuh melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut. Lembaga tersebut menyalurkan dana Bantuan Bibit Ternak dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) Tahun 2012, yang digelontorkan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, kepada Kelompok Ternak yang mengembangkan bibit kambing perah PE.

Kelompok Ternak Lebaksiuh dapat menerima bantuan dana setelah memenuhi kondisi yang dipersyaratkan oleh dinas yang bersangkutan. Kondisi yang dimaksud yaitu Kelompok Ternak Lebaksiuh telah terdaftar dalam Simluhtan (Sistem Informasi Penyuluh Pertanian) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut. Kelompok Ternak Lebaksiuh juga harus merupakan kelompok ternak yang aktif mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut.

Kelompok Ternak Lebaksiuh bekerja sama dengan pedagang besar dalam hal pemasaran bibit kambing PE yang diproduksinya. Pedagang besar mengikuti pelelangan yang diadakan oleh pemerintah untuk pengadaan kambing PE dan Kelompok Ternak Lebaksiuh berperan sebagai pendukung pengadaan ternak yang dilakukan pedagang besar. Kegiatan ini telah secara rutin dilakukan ± 6 bulan sekali. Kelompok Ternak Lebaksiuh selain memasarkan produk utamanya melalui pedagang besar, juga menjual bibit kambing PE yang produksinya kepada pengumpul. Penetapan harga penjualan bibit kambing PE dilakukan dengan cara nego dimana Kelompok Ternak Lebaksiuh sudah memberikan pagu anggaran sebelumnya untuk setiap ekor bibit kambing PE yang dijual.

(5)

Pedagang besar maupun pedagang pengumpul berperan sebagai lembaga pemasaran. Mereka yang menyalurkan dan memasarkan bibit kambing PE yang diproduksi oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh hingga ke tangan konsumen, sehingga bibit kambing PE yang dijual dapat sampai dengan aman.

Lembaga pemasaran memenuhi fungsi-fungsi pemasaran yang terdapat dalam alur distribusi bibit kambing PE. Fungsi pemasaran diantaranya berupa fungsi pengangkutan, informasi pasar dan lain sebagainya, yang mendukung lancarnya pemasaran bibit kambing PE. Lembaga-lembaga pemasaran ini merupakan matarantai yang membentuk saluran pemasaran, yang menghubungkan produsen dengn konsumen sehingga bibit kambing PE dapat tersalurkan.

Harga bibit kambing PE yang beredar di masyarakat, dipengaruhi oleh harga-harga yang diterima oleh setiap lembaga dan pelaku pemasaran. Harga yang diberikan oleh lembaga maupun pelaku pemasaran terdiri dari biaya pemasaran yang dikeluarkan, dan keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran.

Biaya pemasaran dipengaruhi oleh fungsi-fungsi yang ditanggung oleh setiap lembaga pemasaran, semakin banyak fungsi yang ditanggung maka biaya yang harus dikeluarkan pun semakin besar, dan hal tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya margin pemasaran. Biaya dan keuntungan inilah yang membentuk margin pemasaran. Margin pemasaran akan semakin tinggi jika harga yang diterima oleh konsumen semakin tinggi, demikian pula semakin panjang matarantai saluran pemasaran semakin banyak keuntungan yang diambil dan biaya yang dikeluarkan untuk pelaku pemasaran sehingga harga yang sampai ke konsumen semakin tinggi. Bibit kambing PE dengan spesifikasi kambing bibit

(6)

tentunya memiliki harga yang berbeda dengan kambing yang sengaja dipasarkan untuk dipotong. Menelusuri saluran pemasaran akan memberikan gambaran berapa banyak pelaku pemasaran yang berperan. Menganalisis margin pemasaran pada setiap pelaku pemasaran akan memperlihatkan margin pemasaran yang terbentuk pada setiap pelaku pemasaran. Informasi mengenai saluran dan margin pemasaran bibit kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh, diharapkan akan memberikan penjabaran mengenai proses terbentuknya harga kambing PE ini.

Dari ulasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Analisis Margin dan Saluran Pemasaran Usaha Perbibitan Kambing Perah Peranakan Etawah (Studi Kasus Kelompok Ternak Lebaksiuh, Desa Sindanggalih, Kec.

Karangpawitan, Kab. Garut)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat ditarik beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir.

2. Fungsi apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir.

3. Berapa biaya, margin dan keuntungan pemasaran bibit kambing perah PE dari Kelompok Ternak Lebah Siuhe konsumen akhir.

(7)

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pelaksanaan penelitian ini, yaitu :

1. Mengetahui bentuk saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir.

2. Mengetahui fungsi yang dilakukan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir.

3. Mengetahui biaya, margin dan keuntungan pemasaran bibit kambing PE dari Kelompok Ternak Lebaksiuh ke konsumen akhir.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini secara praktis dapat memberikan bahan informasi bagi para lembaga pemasaran, maupun akademisi mengenai margin dan saluran pemasaran bibit kambing PE. Secara teori penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bahan penelitian bagi akademisi yang melakukan penelitian lebih lanjut mengenai margin, saluran dan keuntungan pemasaran pembibitan kambing PE di Indonesia.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kelompok Ternak Lebaksiuh menjual bibit kambing PE melalui pedagang pengumpul dan pedagang besar dengan ikatan yang telah terjalin secara kuat. Para pelaku yang menjalin ikatan dengan Kelompok Ternak Lebaksiuh melakukan pemasaran bibit kambing PE yang diproduksi oleh Kelompok Ternak Lebaksiuh. Para pelaku pemasaran ini memasukkan bibit kambing PE yang dijual

(8)

ke dalam pasar, didalam pasar terjadi tawar-menawar dan apabila terjadi kesepakatan maka proses pertukaran baru dapat terjadi.

Bibit kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh untuk masuk kedalam sistem pemasaran memerlukan bantuan para pelaku pemasaran. Pelaku pemasaran atau juga Lembaga pemasaran berdasarkan tahap proses tataniaga dibedakan atas:

1) Pedagang pengumpul (local assembler), yaitu pedagang yang membeli hasil – hasil pertanian dari petani-petani produsen, kemudian hasil itu dikumpulkan pada suatu tempat atau pada beberapa tempat dan dijual kepada pedagang-pedagang lain; 2) Pedagang penerima dan penyebar (wholesaler), yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari pedagang pengumpul lalu kemudian barang itu disimpan untuk dijual kepada pedagang lain. Mereka yang menerima barang dan kemudian menjualnya ke pedagang pengecer disebut pedagang penyebar atau wholesale distributor sedang mereka yang tidak langsung menjual kepedagang pengecer disebut pedagang penerima atau wholesale receiver.

Keduanya sering juga disebut jobber; 3) Pedagang pengecer (retailer) yaitu pedagang yang secara langsung menjual atau mengecerkan barang kepada konsumen (Hamid, 1972).

Banyaknya lembaga pemasaran dalam setiap sistem pemasaran akan berbeda-beda, hal tersebut ditentukan oleh saluran pemasaran yang terbentuk, yang akan menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran. Tingkatan saluran pemasaran terbagi menjadi 4 jenis yaitu: 1) Saluran nol tingkat (disebut pula saluran pemasaran langsung) terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen; 2) Saluran satu tingkat yang mempunyai satu perantara penjualan; 3) Saluran dua tingkat yang memiliki dua perantara; dan 4) saluran tiga

(9)

tingkat yang memiliki tiga perantara (Kotler, 1988). Semakin tinggi tingkat saluran pemasaran semakin panjang saluran pemasaran yang terbentuk.

Panjangnya saluran pemasaran akan mempengaruhi harga yang diterima oleh konsumen, karena setiap fungsi yang dikeluarkan membutuhkan biaya untuk pelaksanaannya. Panjangnya saluran memperlihatkan banyaknya fungsi pemasaran yang diberikan kepada ternak yang dijual. Fungsi – fungsi pemasaran terdiri atas: 1) Fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian; 2) Fungsi fisik yang terdiri dari fungsi pengangkutan dan penyimpanan; dan 3) Fungsi fasilitas yang terdiri dari standardisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi keterangan pasar (Hamid, 1972). Fungsi – fungsi pemasaran ini dilakukan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam saluran pemasaran bibit kambing PE.

Setiap lembaga pemasaran memiliki peran yang berbeda-beda dalam menjalankan fungsinya. Semakin banyak fungsi yang dilakukan semakin banyak biaya pemasaran yang dikeluarkan. Biaya-biaya pemasaran ini bersama dengan keuntungan yang didapatkan oleh setiap lembaga pemasaran membentuk margin pemasaran. Margin pemasaran dapat menjadi tolak ukur efisiensi pemasaran apabila terbagi secara adil pada setiap lembaga pemasaran. Pembagian yang adil ini berarti sesuai dengan beban fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran tersebut. Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada bagan ilustrasi no 1.

(10)

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Tahun 2017. Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Lebaksiuh, yang bertempat di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Pedagang Pengumpul 1 (Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh)

Pedagang Besar Pedagang Pengumpul 2

Pedagang Perantara

Konsumen (Anggota Kelompok Ternak Lebaksiuh)

Konsumen

Gambar

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Promosi Sms Broadcast adalah suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan untuk memperkenalkan produk dari perusahaannya terhadap konsumen dengan

Hasil ini juga didukung oleh statistik deskriptif pada tabel 4, baik responden yang melakukan penghentian prosedur maupun yang tidak melakukan penghentian prosedur

Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi

Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas

PROBOLINGGO GKMI SEKAR KEDATON 457 LIHAYANATUL FAJRIYAH 15052002820156 MIS Miftahul Ulum Kuripan KAB.. PROBOLINGGO GKMI SEKAR KEDATON

Keluarga mengalami pertumbuhan spiritual yang terwujud dalam bentuk pemerolehan makna dan cara pandang baru, perubahan prioritas hidup berupa meningkatnya kemauan untuk

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat

Walaupun majoriti dalam setiap kumpulan ini berpendapa t bahawa pinjaman biasa lebih menguntungkan berbanding pinjaman TPKSK, peratusan yang berpendapat demikian adalah jauh