PERENCANAAN SALURAN DRAINASE
KAWASAN PASIR SEBELAH KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG
Zory Fahmil, Nazwar Djali, Indra Khaidir
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, Padang
E-mail : fahmil_zory@yahoo.co.id,
Nazwardjali@yahoo.com, khaidirindra@yahoo.co.id
Abstrak
Kawasan Pasir Sebelah Kecamatan Koto Tangah merupakan salah satu kawasan yang berada diKota Padang, kawasan ini sering terjadi banjir dan genangan air apabila hujan dengan durasi yang lama. Genangan yang terjadi di kawasan ini disebabkan oleh belum adanya bangunan saluran drainase yang permanen. Oleh karena itu, direncanakan saluran drainase yang memadai agar genangan air dapat ditampung dan dialirkan. Untuk merencanakan saluran drainase, digunakan data Geografis, peta Topografi, data Curah Hujan dan data Jumlah Penduduk. Penulis menggunakan metode Poligon Thiessien untuk mendapatkan curah hujan maksimum rata-rata dan untuk perhitungan curah hujan rencana digunakan Distribusi Log Person III. Untuk perhitungan debit rencana digunakan metode Rasional.
Berdasarkan perhitungan direncanakan saluran drainase yang ekonomis yaitu saluran berbentuk Persegi dan Trapesium. Untuk saluran Sekunder dengan Penampang Persegi, tinggi saluran 1,48 meter, lebar saluran 2,36 meter, penampang Trapesium tinggi saluran 1,78 meter, lebar saluran 1,71 meter dan talud 0,86 meter. Untuk saluran Tersier penampang persegi tinggi saluran 0,79 meter, lebar saluran 1,18 meter, penampang Trapesium tinggi saluran 0,94 meter, lebar saluran 0,85 meter dan talud 0, 43 meter. disarankan kepada Instansi terkait untuk dapat membuatkan saluran drainase dikawasan Pasir Sebelah ini.
Kata Kunci: Drainase, Curah Hujan, Banjir, Saluran
PLANNING DRAINAGE CHANNELS
REGION PASIR SEBELAH DISTRICT KOTO TANGAH PADANG CITY
Zory Fahmil, Nazwar Djali, Indra Khaidir
Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University, Padang
E-mail: fahmil_zory@yahoo.co.id,
nazwardjali@yahoo.com, khaidirindra@yahoo.co.id
Abstract
Region Pasir Sebelah District Tangah Koto is one area within the city of Padang, this area frequently floods and when rain puddles with long duration. Inundation occurred in this region due to the lack of a permanent building drainage channels. Therefore, the plan adequate drainage to prevent water can be accommodated and fed. To plan a drainage channel, used Geographic Data, Topographic maps, the data Rainfall and Population Data.
The author uses Thiessien polygon method to get the maximum rainfall and the average rainfall for the calculation of a plan to use Distribution Log Person III. Used for the calculation of the discharge plan Rational method. Based on the calculation of planned drainage channels namely economical Square and Trapezoid-shaped channel. For Secondary channel with Rectangular Cross-section, channel height of 1.48 meters, 2.36 meters wide channel, the channel cross-section height Trapezoid 1.78 meters, 1.71 meters wide channel and talud 0.86 meters. Tertiary channel cross section for the channel height of 0.79 square meters, 1.18 meters wide channel, the channel cross-section Trapezoid 0.94 meters high, 0.85 meters wide and talud channel 0, 43 meters. Advised the relevant authorities to be able to make Drainage Sebelah Pasir this region.
Keywords: Drainage, Rainfall, Floods, Channel
1. PENDAHULUAN
Secara umum drainase didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.
Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi;
pemukiman, kawasan industri &
perdagangan, sekolah, rumah sakit, &
fasilitas umum lainnya, lapangan olahraga, lapangan parkir, pelabuhan udara, pelabuhan laut/sungai serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota (Gunadharma,drainase perkotaan 1997:3).
Kawasan Pasir Sebelah Kecamatan Koto Tangah merupakan salah satu kawasan yang berada diKota Padang, pada kawasan ini sering terjadi banjir dan genangan air apabila terjadi hujan dengan durasi yang lama. Tidak hanya kawasan perumahan warga yang mengalami banjir, tetapi juga akses jalan utama di kawasan ini juga mengalami banjir, hal tentu saja ini berakibat kepada terganggunya kenyamanan masyarakat dalam beraktifitas. Genangan yang terjadi di kawasan ini disebabkan oleh belum adanya bangunan saluran drainase yang permanen yang dapat menjadi solusi untuk penanganan banjir yang sering terjadi dikawasan ini.
2. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah studi literatur dan analisa data. Kegiatan yang dilakukan secara garis besar dibedakan menjadi :
1. Studi Literatur
Dalam literatur ini didapatkan teori- teori untuk menganalisa hidrologi dan analisa dimensi saluran.
2. Pengumpulan data.
Data-data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain, data curah hujan, peta kawasan Kecamatan Koto Tangah, peta Kota Padang, peta topografi kota Padang, data lokasi dan data-data lainnya yang dianggap perlu. Data diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Ketaping, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Sumatera Barat dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat.
3. Perhitungan data
Berdasarkan data-data yang diperoleh dilakukan pengolahan data, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan dimensi saluran.
3. TINJAUAN PUSTAKA 1. Analisa Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air yang ada dipermukaan bumi mulai dari kejadiannya, peredarannya, pendistribusian, sifat-sifat
fisik dan kimiawi serta reaksinya terhadap lingkungan, termasuk hubungannya dengan kehidupan.
A. Analisa Curah Hujan
Analisa curah hujan merupakan istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengalami kondensasi dan jatuh dari atmosfer bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi.
Ada tiga cara umum yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Metode Rata-rata Aljabar
Metode ini didasari pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara dengan persamaan :
n Pi n
P P
P P P
n
i
n
1 2 3 .... 1
Dimana :
Pi = Curah hujan harian (mm) n = banyak pengamatan 2. Poligon Thiessen
Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos pengakar hujan untuk mengakomodasi ketidak seragaman jarak.
Persamaannya yaitu :
n
i i
i n
i i
i i
A A Pi A
A A
A P A
P A P P
1 1 2
1 2 2 1 1
....
....
Dimana :
Pi = jumlah curah hujan harian (mm) Ai = jumlah luas areal polygon n = banyak pos penangkar hujan
3. Metode Isohyet
Metode isohyet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari 5.000 km2. Persamaanya yaitu :
Total
A P A P
P
2
2 1
Dimana :
P = Curah hujan harian (mm) A = Luas derah rencana (Km) B. Analisa Curah Hujan Rencana
Untuk perhitungan curah hujan rencana ini menggunakan metode Log Person III
Dengan rumus:
S K X Log X
Log T . Dimana:
XT = Besarnya curah hujan rencanana untuk periode ulang T tahun (mm)
x= Curah Hujan Rata-rata (mm) K = Variabel standar
S = Standar Deviasi C. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan (I) adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada satu satuan waktu. Persamaannya adalah :
I = 24 0.67
24
tc
R (mm/jam)
tc = 0.385 jam
xS xL 1000
87 . 0
Dimana :
I = Intensitas curah hujan selama waktu kosentrasi (mm/jam)
R= Hujan harian dengan priode ulang tahun dalam (mm)
tc = Waktu tempuh aliran disalurkan (jam) S = Kemiringan lahan
D. Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana didapat dari hasil penjumlahan debit air hujan ditambah debit air buangan.
1. Debit Air Hujan Persamaannya adalah : Q = f CIA
Dimana :
Q = Debit air (m3/dt)
I = Intensitas hujan (mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2) f = Faktor konversi sebesar 0.278 2. Debit air buangan
Debit air buangan/kotor adalah debit yang berasal dari buangan aktivitas penduduk seperti, mandi, cuci dan lain-lain baik dari lingkungan rumah tangga, bangunan (fasilitas) umum atau instansi, bangunan komersial dan sebagainya.
E. Penampang Terbaik Saluran
Adapun persamaan penampang saluran dapat ditabelkan :
F. Tinggi Jagaan (Freeboard)
Adapun persamaan penampang saluran dapat ditabelkan :
G. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Hidrologi
Perhitungan curah hujan kawasan dilakukan untuk mendapatkan curah hujan maksimum dari stasiun penakar curah hujan, data curah hujan yang digunakan didapat dari Dinas Pengendalian Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat dan BMKG Tabing. Dalam perhitungan curah hujan rencana penulis mengambil data curah hujan selama kurun waktu 10 tahun, yaitu dari tahun 2003 s/d 2012 dari tiga buah stasiun penakar curah hujan diantaranya Stasiun Gunung Sarik, Stasiun Kasang Dan Stasiun Tabing. Data curah hujan harian maksimum dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Curah Hujan Harian Maksimum
Tahun Tabing (mm)
2003 260
2004 130
2005 298
2006 195
2007 230
2008 163
2009 172
2010 234
2011 176
2012 247
Sumber:BMKG Tabing
Tabel 4.2 Curah Hujan Harian Maksimum
Tahun Gunung Sarik (mm)
2003 290
2004 207
2005 500
2006 500
2007 325
2008 89
2009 82
2010 215
2011 154
2012 117
Sumber:Dinas PSDA Sumbar
Tabel 4.3 Curah Hujan Harian Maksimum
Tahun Kasang (mm)
2003 180
2004 219
2005 200
2006 200
2007 290
2008 187
2009 240
2010 260
2011 200
2012 145
Sumber:Dinas PSDA Sumbar 1. Analisa Curah Hujan Rencana
Untuk mencari curah hujan rencana maka data curah hujan dari poligon thiessen yang dipakai karena adanya keseragaman jarak antara ketiga stasiun curah hujan sehingga didapatkan:
B. Analisa Curah Hujan Rencana
- Perhitungan Frekwensi Curah Hujan Untuk menganalisa frekwensi curah hujan dengan cara mengurutkan data curah
hujan harian maksimum mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, selanjutnya dihitung deskriptor statistiknya, yaitu:
Setiap data pengamatan mempunyai distribusi tertentu yang sesuai, berikut ini adalah salah satu cara untuk memilih distribusi yang sesuai yaitu dimana harus memenuhi persyaratan-persyaratan masing-masing distribusi yaitu:
Distribusi Normal
= -0,1 < Cs < 0,1 dan 2,7 < Ck < 3,3
Distribusi Gumbel = Cs ≈ 1,13 dan Ck ≈ 5,4
Distribusi Log Person III
= Ck ≈ 1,5 Cs2 + 3
Sebelum perhitungan dilakukan, elemen-elemen deskriptor statistik terlebih dahulu ditabelkan sebagai berikut:
2. Perhitungan Periode Ulang Hujan dari hasil penentuan, distribusi Log Person III yang paling sesuai untuk
digunakan. Perhitungan periode ulang digunakan rumus-rumus Log Person III sebagai berikut:
S K X Log X
Log T . Dimana:
XT = Besarnya curah hujan rencanana untuk periode ulang T tahun (mm) x= Curah Hujan Rata-rata (mm)
K = Variabel standar S = Standar Deviasi
Setelah Perhitungan Periode Ulang Hujan didapatkan hasil Curah Hujan Rencana sebagai berikut:
C. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan dihitung menggunakan rumus Mononobe dimana adanya pengaruh waktu konsentrasi.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
L S H
S t L
t I R
c
c
385 . 2 0 3 2
* 1000
* 87 . 0
24 24
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) tc = Waktu konsentasi (jam)
S = Kemiringan saluran (m)
Perhitungan untuk saluran drainase Sekunder ruas T1-T2
Diketahui :
Panjang saluran (L) = 38,23m Kemiringan saluran (S) = 0,001116m
0,001116 23
, 38
04 .
0
S
Maka 2 0.3 8 5
* 1000
* 87 .
0
S tc L
385 . 2 0
001116 ,
0
* 1000
23 , 38
* 87 .
0
tc
=0,2503jam
3 2 3
2
0,2503 24 24
46 , 216
24 24
I
tc I R
I = 188,92 mm/jam
D. Debit Banjir Rencana 1. Perhitungan Debit Air Hujan Persamaannya adalah :
Q = f CIA Dimana :
Q = Debit air (m3/dt)
I = Intensitas hujan (mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2) f = Faktor konversi sebesar 0.278 didapatkan hasilnya:
Perhitungan debit air hujan untuk Saluran Sekunder ruas T1-T2
Intensitas air hujan (I)=188,39mm/jam
Luas daerah pengaliran (A)=
0,001492Km2 Maka:
Qah = 0,278. C .I.A
Qah = 0,278 x 0,75 x 188,39 x 0,001492 Qah = 0,0587m3/dt
L S H
2. Perhitungan Debit Air Buangan
Dalam menghitung debit air buangan kita juga harus memperhatikan jumlah penduduk untuk tahun mendatang.
Untuk itu diperlukan data jumlah penduduk tahun sebelumnya untuk menentukan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Dalam hal ini digunakan persamaan laju pertumbuhan geometrik dan laju pertumbuhan eksponensial.
Didapatkan hasilnya:
Setelah proyeksi pertumbuhan penduduk diketahui, maka perkiraan
jumlah air buangan atau debit air buangan sudah dapat dihitung dengan jumlah penduduk tertinggi. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah air kotor dapat dihitung menggunakan rumus :
A xKab Qak Pnx80%
Dimana :
Qak = Debit air kotor (m3/dt)
Pn = Jumlah penduduk tertinggi (jiwa) 80% = Asumsi jumlah air yang akan
masuk kedalam saluran
Kab = Kebutuhan air bersih (144 lt/hari/jiwa) (Survey Direktorat Pengembangan Air Minum,
Ditjen Cipta Karya pada tahun 2006)
A = Luas area kawasan (0,71 Km2) Perhitungan kebutuhan air bersih,
Kab = 144 lt/hari/jiwa
60 60 24
144 x Kab x
jiwa dt
lt Kab0,0016667 / /
A
xKab Qak Pnx 80 %
71 , 0
0016667 ,
0
% 80 10530x x Qak
2
3
/ /
0198 ,
0 m dt km
Qak
Besarnya debit untuk masing-masing saluran dapat dihitung dengan persamaan : Qak sal = Qak x Luas daerah layanan Untuk perhitungan debit air kotor saluran Sekunder ruas T1-T2
Qak sal = 0,0188 x 0,00149 Qak sal =0,0000281m3/det.
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
3. Perhitungan Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Qbr = Qah + Qak
Dimana :
Qbr = debit banjir rencana
Qah = debit air hujan rencana
Qak = debit air kotor atau air buangan Untuk perhitungan Debit Banjir Rencana saluran Sekunder ruas T1-T2
Qbr = 0,05876 + 0,0000281 =0,058789
Untuk perhitungan debit rencana dapat dilihat pada tabel berikut:
Dalam menentukan debit total rencana, dapat dihitung dengan menjumlahkan debit saluran itu sendiri ditambah debit air yang masuk kedalam saluran tersebut Dalam menghitung debit rencana total digunakan rumus:
Qtotal = Q banjir rencana + Q tambahan Perhitungan Debit Total rencana untuk saluran Tersier T2 - T3
Qtotal = Q banjir rencana + Q tambahan
Qtotal = 0,046760 + 0,058789 Qtotal = 0,105549 m3/det
Untuk perhitungan selanjutnya dapat lihat pada tabel berikut:
E. Perencanaan Dimensi Saluran 1. Penampang Segi Empat
Q = V x A
Q = R S A
n 2
1 3
1 2
Dimana:
Q = Debit saluran (m3/dt) n = angka kekasaran saluran R = jari-jari hidrolis saluran (m) S = kemiringan saluran
V = kecepatan aliran (m/det) A = luas penampang basah (m2) Perhitungan saluran drainse Sekunder ruas T1-T2 :
Data :
Q = 0,05878908m3/dt n = 0,020
S = 0,001116 b = 2h
Luas (A) = b x h Luas (A) = 2h x h
Keliling basah (P) = b + 2h Jari-jari hidrolis (R) =
h b
bxh P
A
2
Kecepatan aliran (V) = 2
1 3
1 2
S nR
Debit (Q) = V x A
Q = R S A
n 2
1 3
1 2
Sehingga :
Q =
2 23 1 2
) 3 (
1 h S h
n
0,058789 = 2 2
3 1 2 2
2 0,001116 4
2 025 , 0
1 h
h
h
0,058789= 0,001116 .
4 2 2
025 , 0
1 21
3 2 3 2 3 2 4 3 2
h h h
0,058789 = 2
1 3
8
0,001116 025 2
, 0
1 h
3 8
h =
2 1
0,001116 .
2
025 , 0 0,058789
h = 8
3
2 1
0,001116 2
025 , 0 0,058789
h = 0,22 m maka :
Tinggi muka air (h) = 0,22 m
Lebar dasar saluran (b) = 2 x h = 2 x 0.22 m = 0,44 m Dari hasil diatas diperoleh :
Luas penampang basah (A) A = b x h
= 0,44 x 0,22 = 0.1 m2
Keliling basah saluran (P) P = b + 2h
= 0,44 + (2 x 0.22) = 0,88 m
Jari-jari hidrolis (R)
m R
P R A
11 . 88 0 , 0
1 .
0
Kecepatan aliran (V)
dt m V
V
S n R V
/ 38 . 0
0,001116 11
. 02 0 , 0
1 1
2 1 3
2 2 1 3 2
Tinggi jagaan (freeboard) diambil 0,2m
Tinggi saluran (H) H = h + F
= 0,22 m + 0,2 m = 0.42 m
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
2 Penampang Trapezium
Perhitungan dimensi saluran drainase sekunder pada ruas T1-T2
Data :
Q = 0,58789 m3/dt n = 0,020
S = 0,001116
58 , 0 57735 , 0 3 1 3
1
m
Dengan menggunakan persamaan Manning:
Q = A x V
2 ) (1 ) 3
( 2
3 1 2
2 h xS
x n
h
Maka :
Q = 2
3 1 2 2
2 31 h xS
h n
0,58789= 3
212
2 0,001116
2 02 , 0
3 1 h x
x
h
0,58789=
3
1 0,02 = 3
212
2 0,001116 2 x
h h
3 8
h =0,58789 3 1 0,02
0,001116
211 32
2
( 3
8
h )8
3
=
8 3
3 2
2 12 0,001116 02 1
, 30 1 0,58789
h=
8 3
3 2
2 1 2 0,001116 02 1
, 30 1 0,58789
h = 0,28 m diperoleh :
Lebar dasar (B) 3 3 2h
3 28 , 30
2
= 0,32 m
Dari hasil diatas sehingga diperoleh:
Lebar talud (t) = m x h
= 0,28 3
1 x
= 0,16 m Luas penampang basah (A)
= ( b + mh) h
= (0,32 + (0,58 x 0,28)) 0,28
=0,13m²
Keliling penampang basah (P)
= b + 2h 1 + 𝑚2
= 0,32 + 2(0,28) 1 + 0,582
= 0,96 m Jari-jarihidrolis (R)
= A / P = 0,12 / 0,96
= 0.14 m
Kecepatan aliran (V) = 2
1 3
1 2
S n R
= 2
1 3
2
0.001116 14
, 02 0 , 0
1
= 0,45 m/dt
Tinggi jagaan (freeboard) (F)=0,2 m Tinggi saluran (H) = h + F
= 0,28 m + 0,2 m = 0,48 m
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
F. Perhitungan Gorong-Gorong
Perhitungan gorong-gorong dilakukan dengan menggunakan formula Henderson (1966) yaitu sebagai berikut:
gH CDH
Q 3
2 3
2 Dimana :
Q = Debit aliran melalui gorong-gorong (m3/dt)
C = Koefisien kontraksi pada sisi-sisi pemasukan. ujungnya dibulatkan maka C = 1
H = Tinggi permukaan air (m) D = Diameter Gorong-gorong g = Gaya grafitasi (9,81)
Untuk perhitungan gorong-gorong ruas T3-S1
Q = 0,0587 m3/dt
C = 1 (untuk ujungnya bulat) H = diambil 0,9 D
gH CDH
Q 3
2 3
2
H g H
C D Q
3 2 3
2
D dt
m D
dt D m
9 , 0 / 81 , 3 9 9 2
, 0 ) 1 3 ( 2
/ 05878908 ,
0
2 2
dt m D
m
dt D m
/ 4261 , 2 6
, 0
/ 05878908 ,
0
32
2
32
4557 , 1
05878908 ,
0
D D
D = 0,34 m
H air =0,34 x 0,9 = 0,31 m
Untuk perhitungan selanjutnya ditabelkan sebagai berikut:
5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, yaitu mulai dari pengolahan data, sampai pada tahap perhitungan dimensi saluran, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Analisa Hidrologi
a. Besarnya curah hujan rencana maksimum yang dihitung dengan metode log pearson III untuk kala ualang 2 tahun adalah 216,46 mm, sedangkan untuk kala ulang 5 tahun adalah 308,72 mm
b. Untuk kala ulang 5 tahun laju Pertumbuhan penduduk adalah sebesar :
- Secara geometrik = 0,0164 - Sacara exsponensial = 0,0162 c. Dari hasil perhitungan didapat Q yang terbesar adalah :
-Q Sekunder = 5,214004622 m3/dt -Q Tersier = 1,089540907 m3/dt
2. Dari hasil perhitungan debit saluran didapatkan saluran yang dipakai adalah saluran Persegi dan Trapesium yang di pertimbangkan dapat menghemat lahan serta mudah dalam pemeliharaan.
Didapatkan dimensi saluran.
Untuk saluran Sekunder:
- Segi empat, H = 1,48 meter B = 2,36 meter - Trapesium, H = 1,78 meter
b = 1,71 meter t = 0,86 meter Untuk saluran Tersier:
- Segi empat, H = 0,89 meter B = 1,18 meter - Trapesium, H = 0,94 meter
b = 0,85 meter t = 0,43 meter.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Pasir Sebelah perlu rasanya mendapat perhatian dari Pemerintah atau Dinas terkait untuk dapat membuatkan saluran drainase. Karena daerah ini rawan terhadap genangan air yang sangat mengganggu aktifitas warga.
2. Masyarakat harus berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi penggunaaan lahan yang tidak perlu agar daerah resapan air Dikawasan Pasir Sebelah ini tetap terjaga, guna mengurangi dampak dari genangan air.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penyusun berikan kepada Allah SWT.Atas segala nikmat dan kemudahan yang telah diberikan. Terima kasih kepada ayah dan ibu beserta semua keluarga besar penulis atas kasih sayang dan dukungan selama ini. Terima kasih kepada Bapak Drs.Nazwar Djali, ST, SP-1, Bapak Indra Khaidir, ST, Msc selaku pembimbing. Dan kapada semua teman- teman yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini semoga amal baiknya di balas oleh Allah SWT.Amin 7. DAFTAR PUSTAKA
Dr.Ir.Suripin,M.ENG. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Departemen Pekerjaan Umum. 2006.
Perencanaan Sistem Drainase Jalan.
Jakarta
Penataran Dosen Pergutuan Tinggi Swasta.
1997. Darianse Perkotaan. Jakarta:
Universitas Gunadharma
Ven Te Chow. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga
Kustamar. 2008. Kajian Sistem Jaringan Drainase Guna Menanggulangi Genangan Air Hujan Daerah Gading-Bareng. Malang : tidak diterbitkan