• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan Emosi pada Investor dalam bertransaksi Saham

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kecerdasan Emosi pada Investor dalam bertransaksi Saham"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

bertransaksi Saham

Abstract

The purposes of this research are to know and to analyze emotional intellegence among investor in stock trading. Individual investor is a person who invests his capital into effect form that is stock in the bursary effect by buying or selling-back that stock. All of the risks and benefits in stock trading will be taken by an individual investor. Emotional intelligence that is intended is a set of skill, competence, and non cognitive qualification that influence the personal skill to weather claim and pressure ambient. Emotional intelligence was devided as follow intrapersonal, interpersonal, adaptation, stress and mood control. This research has been done with intrinsic case study. To determine the subject using combination technique between purposive and accidental so that selected three subjects, that have been determined by informed consent and suitability of the characteristic of subject. Experience and information of subject have been explorated using depth interview as the primary data collection. The techniques of data analysis that have been used in this research were tematic analysis. Field note was also used. The result of research showed that there are three domains that arose to the individual investor that are intrapersonal, control stress area and mood area. Emotions at the time make stock investors when the stock price analysis. Domain which does not appear fully on the subject of research changed the theme interpersonal to be communication interpersonal and adaptability become problem focused coping.

Keywords: emotional intelegence, individual investor, stock Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Korespondensi: Fendy Suhariadi, Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl.

Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910, E-mail:

fendy_s66@unair.ac.id

Arlita Lusiana Wardani Fendy Suhariadi

Derasnya arus globalisasi dan informasi yang masuk ke Indonesia di berbagai bidang, menimbulkan berbagai macam dampak yang cukup mempengaruhi, baik dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Dampak yang paling besar dirasakan dari bidang ekonomi, dimana dengan adanya arus globalisasi yang makin deras ini perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mengadakan perbaikan dan peningkatan kualitas agar mampu bersaing

dengan perusahaan-perusahaan asing sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang tidak siap dengan perubahan akan mengalami banyak kekecewaan karena efek negatif yang dihasilkan, tak terkecuali dalam dunia pasar modal.

Perkembangan pasar modal saat ini, memungkinkan investor, baik investor individu maupun investor institusi untuk melakukan investasi di perusahaan yang melakukan

(2)

penawaran umum (go public) dalam bentuk saham atau obligasi. Penawaran umum ini akan memudahkan investor dalam menetapkan pemilihan saham yang akan dibeli di pasar modal (Anoraga & Pakarti, 2006:18).

Pasar modal terkait dengan perdagangan saham atau bursa efek maupun valuta asing yang t i d a k d a p a t d i l e p a s k a n d a r i t i n g g i nya ketidakpastian (economic risk taking). Berbisnis ala bursa efek dan valuta asing tidak jauh berbeda dengan judi yang memperhitugkan probabilitas dan prediksi. Analisis yang dilakukan investor (shareholders) memperhitungkan situasi sosial yang mempengaruhi naik turunnya saham atau nilai tukar tertentu. Ketidakteraturan fluktuasi nilai tukar dan harga saham dapat membentuk pola tertentu yang dapat diprediksikan menjadi keteraturan pola dari waktu ke waktu.

Pengambilan keputusan dan pengelolaan emosi oleh investor saham merupakan proses pembelajaran terhadap pola fluktuasi ekonomi.

Investor menggunakan analisis masa lalu untuk memprediksikan kondisi ekonomi ke depan (Bhrem & Kassim, 1996:392).

Seorang investor saham tidak selalu mendapatkan keuntungan yang tinggi, resiko yang tinggi dalam permainanan saham juga selalu mengikuti mereka. Guncangan harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat terjadi kapan saja. Bahkan tidak hanya di Indonesia, krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat di akhir tahun 2008, berimbas pada perekonomian dunia internasional. Secara tidak langsung, hal ini akan berimbas pada pengelolaan emosi investor saham dalam mengambil keputusan ("Bursa Efek Berikan Sinyal Positif", 2008, 14 Oktober).

Investor yang tidak dapat bertahan dengan tingginya tekanan dalam pasar modal, dapat mengambil jalan pintas dan terburuk. Jesse Livermore seorang investor saham legendaris di Wall Street di tahun 1923. Ia meraih reputasi sebagai spekulan terbaik sepanjang masa, bagaimana ia meraup dan secara menyedihkan kehilangan miliaran berkali-kali. Namun, 25 tahun kemudian, Jesse meninggal mengenaskan dengan cara bunuh diri ketika mengalami kebangkrutan untuk kesekian kalinya. Kejadian bunuh diri yang menimpa Jesse ini, kemudian diikuti oleh seorang investor saham di Jakarta, Julianus Indrayana, Bimal S Gandhi, seorang

pialang saham berusia 40 tahun dari Mumbai, juga harus mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri pada Mei 2001 di apartemennya yang mewah di Harbour Height di Colaba, Mumbai ("Harian Investor Indonesia", 2003, 9 April). Kejadian yang sama juga menimpa, Zanuar Stefanus, 38 tahun, di bulan September 2008 lalu. Ia melakukan aksi bunuh diri dengan menggunakan pisau setelah ia membunuh istri dan anaknya. Motif pembunuhan dan bunuh diri tersebut, disebabkan Zanuar tertekan jiwanya akibat kalah dalam permainan valuta asing (valas) dan bursa saham, yang diketahui dari data-data di laptopnya ("Indofx- trader", 2008, 27 September).

Perilaku seperti penyesalan akan keputusan yang telah diambil hingga bunuh diri menunjukkan bahwa saat investor melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, membuatnya tidak bisa menerima secara baik kehidupan setelah mengalami kebangkrutan, menyerah akan kehidupannya, serta merasa diri tidak berdaya sehingga akan memperlambat perbaikan dan pemulihan kondisi kehidupan.

Sebaliknya, bila individu mampu menerima segala perubahan hidup akibat turunnya kehidupan, individu akan lebih mudah melanjutkan hidup, cenderung mengarahkan diri pada penyelesaian permasalahan yang ia hadapi saat ini dan ke depannya (Trimulyaningsih & Syifa'a, 2008:17).

Hal di atas memperlihatkan bahwa kecerdasan dalam berinvestasi terkadang belum cukup menjadi modal dalam melakukan pengambilan keputusan yang tepat bagi investor.

Kecerdasan intelektual dalam berinvestasi berkaitan dengan kemampuan, kepiawaian, strategi, teknik, dan teori-teori investasi sehingga seorang investor dapat mengukur besarnya risiko atau menghitung probabilitas keberhasilan harga saham. Namun kecerdasan intelektual ini seringkali tergantikan dengan ketidakstabilan emosi. Tanpa memiliki keseimbangan emosi, investor akan melakukan keputusan investasi secara emosional sehingga kecerdasan emosi menjadi faktor yang penting dalam bermain saham. Pola investasi investor memperlihatkan bahwa kecerdasan emosi lebih dominan dibandingkan pertimbangan intelektual investasi.

Investor terkadang menjadi penakut, tapi terkadang menjadi sangat berani, dan kadang- kadang menjadi tamak bahkan serakah

(3)

("Manajemen Emosi: Investasi Luar Biasa", 2009, 15 Maret).

Investor yang cerdas dalam melakukan pengambilan keputusan akan menggunakan pertimbangan rasional, bukan emosional seperti kebanyakan investor yang banyak mengalami kegagalan saat ini. Kecerdasan emosi ini yang akan mendorong kualitas keputusan investasi yang diambil. Dengan demikian, suatu saat cerita yang menyenangkan mengenai kesuksesan dalam ber investasi lebih dominan daripada cerita duka mengenai kegagalan investasi (Tendi, 2009, 25 Juli).

Kecerdasan emosi pada investor akan membantu individu lebih mampu dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Melalui kecerdasan emosi tersebut, individu dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati sehingga potensi tersebut akan membantu individu dalam keberhasilan mencapai prestasi dan kesuksesan dalam segala aspek kehidupan.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengelola emosi dengan baik yang berperan pada pengarahan perilaku dan pikirannya (Uno, 2006:89).

Kecerdasan Teori Reuven Bar-On

Teori kecerdasan emosi yang ada, pada dasanya tidak ada yang lebih baik atau yang lebih buruk, namun semuanya saling berkaitan dan mendukung. Perspektif teoritis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teori kecerdasan emosi yang dijelaskan Steven J. Stein dan Howard E. Book (dalam Uno, 2006:76) berdasarkan penemuan oleh Reuven Bar-On yang kemudian dirangkum dan dibagi ke dalam lima area atau ranah yang menyeluruh, dan 15 subbagian atau skala. Penggunaan perspektif teori dari Reuven Bar-On, dikarenakan teori ini m e n c e r m i n k a n b a g a i m a n a i n d i v i d u menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam tuntutan lingkungan dan situasi yang segera, dalam hal ini adalah ketika individu menghadapi perubahan pergerakan saham.

Kelima area atau ranah kecerdasan tersebut, yaitu (1) ranah intrapribadi, (2) ranah antarpribadi, (3) ranah penyesuaian diri, (4) ranah

pengendalian stres, dan (5) ranah suasana hati umum, yang kemudian muncul 15 skala atau subbagian kecerdasan emosional.

Kelima area atau ranah kecerdasan emosional kemudian muncul menjadi 15 skala atau subbagian kecerdasan emosional, antara lain (Uno, 2006:77-83):

1. Ranah Intrapribadi

Ranah intrapribadi terkait dengan kemampuan individu untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah kecerdasan emosional ini terkait pula dengan apa yang biasanya disebut sebagai "inner-self". Dunia intrapribadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan individu, seberapa puas individu terhadap diri sendiri dan prestasi dalam hidup.

Sukses dalam ranah ini berarti bahwa individu bisa mengungkapkan perasaannya, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinannya.

Ranah intrapribadi ini melingkupi lima subbagian atau skala, yaitu sebagai berikut:

a. Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku kita terhadap orang lain.

b. Sikap asertif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan secara jelas pikiran dan p e r a s a a n k i t a , m e m b e l a d i r i d a n menyampaikan pendapat. Sikap ini meliputi tiga komponen dasar, yaitu: (1) kemampuan mengungkapakan perasaan; (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka; (3) kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi pribadi.

Individu yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung) tanpa bertindak agresif atau melecehkan.

c. Kemandirian, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara e m o s i o n a l . I n d i v i d u y a n g m a n d i r i mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan

(4)

penting.

d. Penghargaan diri, yaitu kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita, dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memilih kelemahan. Penghargaan diri adalah kemampuan mensyukuri berbagai aspek dan kemungkinan positif yang kita serap dan juga menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri kita dan tetap menyukai diri kita. Individu yang memiliki penghargaan diri yang bagus akan merasa puas dengan diri mereka sendiri.

e. A k t u a l i s a s i d i r i , y a i t u ke m a m p u a n mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi. Aktualisasi diri adalah suatu proses perjuangan berkesinambungan y a n g d i n a m i s , d e n g a n t u j u a n mengembangkan kemampuan dan bakat kita secara maksimal, serta berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri kita secara menyeluruh.

2. Ranah Antarpribadi

Berkaitan dengan "keterampilan bergaul"

yang kita miliki, kemampuan kita beratraksi dan bergaul dengan orang lain. Individu yang berperan baik dalam ranah ini biasanya bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Individu memahami, beratraksi, dan bergaul secara baik dengan orang lain dalam berbagai situasi. Individu juga dapat membangkitkan kepercayaan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai bagian dari suatu kelompok.

Ranah antarpribadi ini terdiri dari tiga skala, yaitu sebagai berikut:

a. Empati, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Empati adalah "menyelaraskan diri"

(peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana individu tersebut merasakan dan memikirkannya. Individu yang empatik peduli pada orang lain dan memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka.

b. Tanggung jawab sosial, yaitu kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok

masyarakatnya. Individu yang mempunyai rasa tanggung jawab sosial memiliki kesadaran sosial dan sangat peduli pada orang lain. Individu yang tidak mempunyai tanggung jawab sosial akan menunjukkan sikap antisosial, bertindak sewenang-wenang pada orang lain, dan memanfaatkan orang lain.

c. Hubungan antarpribadi, mengacu pada kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan dan ditandai oleh saling memberi dan menerima serta rasa kedekatan emosional. Unsur kecerdasan emosinal ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut, serta memiliki harapan positif yang menyangkut atraksi sosial.

3. Ranah Penyesuaian Diri

Terkait dengan kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Keberhasilan dalam ranah ini mengandung arti bahwa individu dapat memahami masalah dan merencanakan pemecahan yang ampuh.

Ranah penyesuaiaan diri ini meliputi tiga skala, yaitu sebagai berikut:

a. Uji realitas, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau takuti. Aspek ini meliputi kemampuan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian ketika berusaha menilai dan menghadapi situasi yang ada di depan kita. Secara sederhana, uji realitas adalah kemampuan untuk secara akurat

"menilai situasi" yang ada di depan kita.

b. Sikap fleksibel, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah- ubah. Unsur ini mencakup seluruh kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak biasa, tidak terduga, dan dinamis. Individu yang fleksibel adalah orang yang tangkas, mampu bekerja sama yang menghasilkan sinergi, dan dapat menanggapi perubahan secara luwes.individu seperti ini bersedia berubah pikiran jika ada

(5)

bukti yang menunjukkan bahwa mereka salah.

c. Pemecahan masalah, yaitu kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat. Kemampuan ini juga berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan menghadapi, bukan menghindari masalah.

4. Ranah Pengendalian Stres

Terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls.

Keberhasilan dalam ranah ini berarti bahwa kita biasanya dapat tetap tenang, jarang bersikap impulsif, dan mampu mengatasi tekanan. Ranah ini memiliki dua skala berikut:

a. Ketahanan menanggung stres, adalah kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, serta secara konstruktif bertahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapai konflik emosi.

Individu yang tahan menghadapi stres akan menghadapi, bukan menghindari krisis dan masalah, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa.

b. Pengendalian impuls, yaitu kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak. Pengendalian impuls ini mencuatkan kemampuan menampung impuls agresif, tetap sabar dan mengendalikan sikap agresif, permusuhan serta perilaku yang tidak bertanggung jawab.

5. Ranah Suasana Hati Umum

Berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Ranah ini memiliki dua skala yaitu sebagai berikut:

a. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit.

Dalam pengertian luas, optimisme bermakna kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun berada dalam kesulitan.

b. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat dan bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.

Individu yang bahagia sering merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada waktu luang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Tipe studi kasus yang akan digunakan adalah studi kasus instrumental. Tipe ini digunakan karena ketertarikan penulis untuk mengeksplorasi tema yang dianggap penting dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosi pada investor yang dapat bertahan dalam menghadapi pergerakan saham.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi dan investor saham jangka pendek. Sedangkan investor saham dalam penelitian ini berdasarkan pengertian dari Schweser (dalam Huda & Edwin, 2007:12-13) yaitu investor individu jangka pendek. Investor individu adalah seseorang yang menanamkan modalnya dalam bentuk efek yaitu saham di bursa efek dengan membeli atau menjual kembali saham tersebut. Segala risiko dan keuntungan dalam perdagangan saham tersebut akan ditanggung sendiri oleh investor individual.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini dalam menentukan subjek menggunakan teknik kombinasi antara purposive dan accidental. Fenomena awal dalam penelitian ini adalah pada pemain saham yang melakukan aksi bunuh diri, tapi penulis lebih menekankan pada investor yang tetap bertahan dalam menghadapi pergerakan saham. Kriteria utama subjek dalam penelitian ini adalah: telah bekerja.

Dengan asumsi mampu membiayai diri sendiri, investor saham individu di perusahaan sekuritas, merupakan investor jangka pendek (short term investment), telah menjadi investor individu minimal 1 tahun. Dengan asumsi masih dalam masa penyesuaian menjadi investor, bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

HASIL DAN BAHASAN

Hasil Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis pengkodean terbuka. Semua data yang didapatkan

(6)

dari penelitian ini akan diberi nama yang berupa tema. Tidak semua indikator muncul pada masing-masing subjek. Berikut pembahasan tematik dari masing-masing tema yang ada pada tiga subjek penelitian ini:

1. Kesadaran diri

K e s a d a r a n d i r i b e r k a i t a n d e n g a n kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku kita terhadap orang lain.

Kesadaran diri ini tampak pada ketiga subjek.

Subjek IP merupakan tipe investor yang memilih cara aman dalam bertransaksi. IP, tidak berani mengambil resiko yang besar dalam bermain saham karena cara tidak aman akan menjadi beban pikiran baginya.

Pada HRS, yang pernah mengalami kegagalan di forex, tidak membuat subjek subjek menjauhi bursa saham. HRS tetap berinvestasi di bidang saham, karena kegagalan yang dialaminya sebagai suatu titik peluang.

Sedangkan pada NS, tipe individu yang moody. Selama seminggu, selalu ada beberapa kali NS tidak bertransaksi saham. Jika NS memaksa untuk bertransaksi, maka diperoleh hasil yang tidak maksimal.

2. Sikap asertif

Sikap asertif merupakan kemampuan untuk menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan menyampaikan pendapat.

Sikap ini meliputi tiga komponen dasar, yaitu: (1) kemampuan mengungkapakan perasaan (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka; (3) kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi pribadi. Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung) tanpa bertindak agresif atau melecehkan.

Saat teman-teman IP memberikan saran untuk membeli suatu saham, jika saran tersebut tidak sesuai dengan keinginan IP, maka IP tidak mengikuti saran tersebut. IP akan tetap mengikuti pendapatnya sendiri.

Meminta saran kepada broker hanya dilakukan oleh HRS ketika ia meminta kepada

brokernya untuk memberikan saran. HRS mengungkapkan, saran tersebut tidak harus diturutinya, karena jika dia mengalami kekalahan, ia menjaga diri agar tidak menyalahkan brokernya.

Menurut HRS, prinsip dalam bertransaksi saham terletak pada investor sebagai pengambil keputusan.

Sedangkan pada NS lebih pada seringnya sharing bersama dengan teman-temannya s e b e l u m m e n g a m b i l ke p u t u s a n d a l a m bertransaksi.

3. Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.

Orang yang mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan penting.

Ketika memutuskan untuk membeli atau menjual saham, IP jarang meminta saran dari orang lain. Kebanyakan IP menganalisa dan atas kemauannya sendiri untuk membeli saham.

Beberapa kali IP bertukar pendapat dengan brokernya, yang sudah mengenal dekat dirinya, namun hal ini juga jarang terjadi.

Tidak jauh berbeda dengan HRS, NS saat pertama kali masuk ke bursa, ia masih meminta saran dalam mengambil keputusan. Namun saat ini tidak lagi, karena NS sedikit banyak telah mengerti untuk memutuskan transaksi.

Berdasarkan hal di atas, ditemukan bahwa ke t i g a s u b j e k d a p a t m e m p e r t a h a n k a n pendapatnya ketika terjadi perbedaan pendapat.

Kemandirian ini mencerminkan keinginan yang mengakar untuk mengatur diri sendiri, mengikuti pemikiran sendiri dan berusaha mewujudkan keinginan yang ditentukan sendiri.

4. Penghargaan diri

Penghargaan diri merupakan kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita, dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memilih kelemahan. Penghargaan diri adalah kemampuan mensyukuri berbagai aspek dan kemungkinan positif yang kita serap dan juga menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri kita dan tetap menyukai diri kita.

Orang yang memiliki penghargaan diri yang bagus akan merasa puas dengan diri mereka sendiri.

(7)

I P m e r a s a d i r i n y a k u r a n g b e r a n i dibandingkan dengan investor yang lain. Namun k e l e m a h a n n y a i n i s e k a l i g u s m e n j a d i kelebihannya, yang membuat dirinya lebih perhitungan dan tidak terburu-buru. Selain itu, pilihan IP untuk tidak menggunakan fasilitas margin atau hutang membuatnya lebih senang karena dapat bertransaksi secara save (aman).

Kelebihan pada NS yaitu hanya dengan melihat grafik selama 5 menit, ia telah dapat menghasilkan keuntungan. Kelebihannya ini membuat NS dapat memprediksi terjadinya krisis global dengan melihat pada grafik. Sedangkan kekurangan NS, pada kurangnya kesabaran dalam bertransaksi. Seperti, ketika sahamnya menunjukkan keuntungan, NS terburu-buru untuk menjualnya. Padahal saham tersebut masih dapat naik keesokan harinya.

Informasi yang masih kurang lengkap menurut HRS menjadi penghambat dirinya dalam mengambil keputusan. Selain itu, waktu yang dirasakan sedikit bagi HRS untuk lebih banyak berada di bursa, hanya sesekali saja ia datang. Hal ini dikarenakan, HRS juga sebagai karyawan di Jasamarga yang memiliki banyak kesibukan.

Sedangkan kelebihan HRS jika dibandingkan dengan teman-temannya di Jasamarga ia lebih canggih, dengan adanya HDX mobile, yang membantunya dalam mengambil keputusan.

5. Aktualisasi diri

Aktualisasi merupakan kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

Aktualisasi diri adalah suatu proses perjuangan berkesinambungan yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita secara maksimal, serta berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri kita secara menyeluruh. Banyak informasi yang diperoleh oleh IP mengenai saham, perusahaan, pemilik perusahaan, induk perusahaan, laba yang dicapai, cost yang digunakan dalam menjalankan perusahaan dan masih banyak lagi. Tapi bagi IP, masih banyak yang harus dipelajari IP dalam menganalisa dan mengambil keputusan dengan lebih baik.

Kebangkrutan yang pernah dialami HRS, menurutnya menjadi satu titik peluang yang harus

nampak. Filsafat Cina inilah yang membuat HRS tetap bertahan walaupun pernah mengalami rasa sakit di forex. Karena menurutnya, ia memiliki faktor ketahanan usaha yang cukup baik.

Pergerakan saham yang f luktuatif menjadi pembelajaran bagi HRS, yaitu learning by doing.

HRS dapat belajar mengenai saham dan juga bekerja. Saham yang selalu aktif, membuat HRS tidak hanya sekedar mengetahui tapi juga terpacu untuk benar-benar memahami trend-trend saham saat ini. Selain itu, HRS menuturkan, bahwa dirinya sebagai satu-satunya karyawan Jasamarga yang dapat mengikuti pelatihan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga analisa saham HRS dibandingkan dengan teman-temannnya di Jasamarga lebih baik karena HRS juga memadukan dengan pengetahuannya di bidang komputer.

Berbeda dengan NS. Saat masih kuliah, NS pernah mempekerjakan 5 orang untuk mengawasi pergerakan sahamnya, karena kuliahnya tidak dapat ditinggalkan. Selain itu, NS menuturkan bahwa dirinya dapat memprediksikan saham melalui grafik. Prediksi saham yang dilakukan NS ini bahkan hingga mencapai 3 bulan kedepan.

6. Empati

Kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Empati adalah "menyelaraskan diri" (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Orang yang e m p a t i k p e d u l i p a d a o r a n g l a i n d a n memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka. NS merasa ketakutan saat mengetahui bahwa temannya ada yang mengalami kerugian hingga 1 M. NS merasa kasihan melihat hal tersebut, apalagi teman NS tersebut tidak bisa menerima kerugiannya dan marah pada brokernya.

Saat terjadi krisis global, saham jasamarga juga tidak luput dari dampak tersebut. HRS melihat teman-temannya di Jasamarga yang merasa frustasi, khawatir dan negative thinking saat sahamnya jatuh. Sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan lebih tentang saham, HRS memberikan saran kepada teman-temannya bahwa setiap investasi selalu ada resiko, yaitu baik

(8)

keuntungan meupun kerugian.

Sedangkan pada IP, ia lebih memberikan dukungan pada temannya yang sahamnya jatuh.

Karena IP juga pernah mengalami dan merasakan mempunyai saham yang sama.

7. Tanggung jawab sosial

Kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya. Orang yang mempunyai rasa tanggung jawab sosial memiliki kesdaran sosial dan sangat peduli pada orang lain. Orang yang tidak mempunyai tanggung jawab sosial akan menunjukkan sikap antisosial, bertindak sewenang-wenang pada orang lain, dan memanfaatkan orang lain.

Pada tema ini, yang terlihat hanya pada NS.

NS ingin agar semua masyarakat Indonesia hingga pedagang kaki lima dapat bertransaksi saham.

Saham tidak hanya pada orang-orang tertentu saja, tapi pada seluruh masyarakat Indonesia, seperti yang terjadi di Cina.

8. Hubungan antarpribadi

Me n g a c u p a d a ke m a m p u a n u n t u k menciptakan dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan dan ditandai oleh saling memberi dan menerima serta rasa kedekatan emosional. Unsur kecerdasan emosinal ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut, serta memiliki harapan positif yang menyangkut atraksi sosial.

NS tergabung dalam komunitas IDIC (investment direct investor club) di Surabaya.

Komunitas tersebut telah terorganisir, dimana NS sebagai salah satu anggotanya. Dalam komunitas tersebut, setiap satu bulan sekali diadakan pertemuan untuk membahas permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan bursa saham.

Sedangkan pada HRS, ia lebih sering berbagi informasi dengan teman-temannya yang pernah mengikuti pelatihan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai adanya akan adanya pelatihan.

Pada IP, saling memberikan saran dengan teman-temannya membuat IP memperoleh banyak informasi. Secara tidak langsung informasi tersebut memberikan keuntungan bagi IP.

Walaupun terkadang terjadi perbedaan pendapat antara subjek dengan teman-temannya, namun hal ini masih bisa diselesaikan dengan baik dan saling menghargai keputusan masing-masing.

9. Uji realitas

Kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau takuti. Aspek ini meliputi kemampuan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian ketika berusaha menilai dan menghadapi situasi yang ada di depan kita. Secara sederhana, uji realitas adalah kemampuan untuk secara akurat "menilai situasi" yang ada didepan kita.

Situasi yang tidak disukai HRS adalah saat ia mengambil keputusan untuk melakukan cut loss karena HRS melakukan kesalahan dalam bertransaksi. Hal ini berarti, HRS telah mengalami kerugian. Namun bagi HRS, tidak menjadi masalah, agar tidak mengalami kerugian yang lebih besar lagi.

Bagi IP, investasi saham memberikan keuntungan yang besar dengan resiko yang juga besar. Setiap saham itu terkadang terdapat keuntungan dan deviden sehingga IP tidak selalu mendapat hasil dari kedua hal tersebut.

Pada NS, ia dapat menilai dan memprediksi akan terjadinya krisis global. Sehingga NS dapat m e l a k u k a n l a n g k a h a n t i s i p a s i u n t u k mengatasinya, yaitu dengan menjual beberapa sahamnya.

10. Sikap fleksibel

Kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah. Unsur ini mencakup seluruh kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak biasa, tidak terduga, dan dinamis. Orang yang fleksibel adalah orang yang tangkas, mampu bekerja sama yang menghasilkan sinergi, dan dapat menanggapi perubahan secara luwes.orang seperti ini bersedia berubah pikiran jika ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka salah. Rutinitas bursa sebenarnya membuat IP terkadang bosan. Namun pergerakan saham yang berubah setiap hari, membuat IP menganggap bahwa saham lebih berwarna. Jika sahamnya tiba- tiba turun IP akan sabar menunggu sahamnya naik, yang kesemuanya itu tergantung dari market.

Emosi subjek terlihat pada pergerakan saham yang

(9)

naik turun. Ketika saham naik dapat membuat IP senang, tapi dapat tidak senang, karena terlanjur dijual, karena keesokan harinya harga saham masih bisa naik.

Menghadapi kondisi bimbang, HRS dengan membuat keputusan awal, yang artinya jika masih salah masih dapat diperbaiki.Ketika menghadapi situasi dan kondisi apapun, HRS berusaha untuk tidak terbawa emosi secara berlebihan. HRS dalam menyikapi kondisi kegagalan, tidak mengangaap sebagai ketakutan tapi tantangan. Sehingga saat HRS kalah bermain saham jangan sampai membuat terpengaruh emosi, tapi harus menghasilkan keuntungan.

Pada NS, penulis belum menemukan sikap fleksibel NS dari pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan data, NS sebagai pribadi moody, sehingga ia sulit untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah-ubah.

11. Pemecahan masalah

Kemampuan untuk mendef inisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat. Kemampuan ini juga berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan menghadapi, bukan menghindari masalah.Cara IP mengatasi sahamnya turun adalah dengan menahan atau menunggu hingga harga sahamnya kembali, average down dan cut loss.

Sedangkan pada HRS, ketika saham subjek menghunjam turun, subjek akan melakukan cut loss agar tidak mengalami kerugian yang lebih besar. HRS juga melakukan prediksi perencanaan ketika akan membeli atau menjual saham agar dapat mengambil keutusan dengan baik.

Berbeda dengan NS, ketika sahamnya turun ia akan sharing dan bertanya kepada teman-teman di komunitasnya.

12. Ketahanan menanggung stres

Kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, serta secara konstruktif bertahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapai konflik emosi. Orang yang tahan menghadapi stres akan menghadapi, bukan menghindari krisis dan masalah, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa. IP menghindari stres saat indeks sahamnya merah dengan mencari banyak informasi. Dalam menanggapi sahamnya turun, IP bersikap tenang,

sabar dan menunggu.

Lalu pada HRS, ia dapat mengatasi rasa down dan stres karena belajar dari pengalaman.

Menurut HRS kalah bermain saham jangan sampai membuat terpengaruh emosi, tapi harus menghasilkan keuntungan.

NS menyikapi kondisi kegagalan, tidak mengangaap sebagai ketakutan tapi tantangan.

Cara NS menyikapi kebimbangan dengan bersikap tenang, bertanya, dan sharing selain itu ia menghadapi kemungkinan terburuk dengan tidak panik dan sharing.

13. Pengendalian impuls

Kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak. Pengendalian impuls ini mencuatkan kemampuan menampung impuls agresif, tetap sabar dan mengendalikan sikap agresif, permusuhan serta perilaku yang tidak bertanggung jawab. Pada IP, ia cenderung menahan sahamnya lama karena tidak mau mengambil resiko.Selain itu, IP dapat menahan diri untuk tidak menggunakan fasilitas hutang.

Tidak menggunakan fasilitas hutang membuat IP tidak menjadi beban pikiran nya.

Sedangkan pada HRS, ia akan menahan diri untuk tidak menjual sahamnya hingga harganya naik. HRS mengalami masalah komunikasi dengan broker, ketika tidak dapat mengorder jual saham. Saham HRS kemudian turun dan subjek hanya dapat menunggu hingga sahamnya naik.

Pada NS ia akan menahan diri untuk bertransaksi saat sedang tidak mood karena akan membuat dirinya tidak dapat fokus dan berkonsentrasi.

14. Optimisme

Kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme bermakna kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun berada dalam kesulitan.Saat sahamnya turun, IP sempat merasa takut, tapi IP tetap meyakini jika sahamnya akan naik kembali.IP merasa bahwa dirinya harus tenang dan yakin jika harga sahamnya akan naik dengan cara melihat fundamental perusahaan tetap baik dan tidak ada permasalahan, yang terbukti dengan laba yang dihasilkan.

Sedangkan pada HRS, subjek memutuskan

(10)

membeli saham dengan keyakinan bahwa sahamnya akan naik berdasarkan analisa prediksi yang masih dipertimbangkan subjek.

Lalu pada NS, ia yakin jika harga sahamnya sahamnya akan kembali asalkan tetap menunggu.

15. Kebahagiaan

Kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat dan bergairah dalam melakukan setiap kegiatan. Orang yang bahagia sering merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada waktu luang. Bagi IP keuntungan transaksi saham membuat dirinya senang dan bersyukur.

Kepuasan dam kesenangan transaksi saham tersebut ketika IP bisa mendapat keuntungan minimal 1% perhari.

Menurut HRS, keuntungan adalah selisih nilai beli dan nilai capital bertambah, dan adanya kepuasaan bahwa analisanya tepat. Proses kebahagiaan bermain saham HRS saat kejelian bertranksaksi benar yaitu mendapatkan keuntungan. HRS memutuskan membeli saham dengan keyakinan bahwa sahamnya akan naik.

Sedangkan pada NS, ia merasa senang saat mendapat keuntungan. Keuntungan menurut subjek adalah keuntungan besar yang diraih orang banyak dan nilai deviden bertambah. Keuntungan menurut NS adalah keuntungan besar yang diraih orang banyak dan nilai deviden bertambah. NS merasa senang ketika tergabung dalam suatu komunitas dan mempunyai banyak teman.

Kepuasan subjek bermain saham adalah uang.NS juga merasa senang saat prediksi grafiknya benar yang dapat memberikan keuntungan.

Bahasan

Pada ranah Bar-On yang pertama yaitu ranah intrapribadi. Ranah yang terkait dengan kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah kecerdasan emosional ini terkait pula dengan apa yang biasanya disebut sebagai "inner-self". Dunia intrapribadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam ranah ini berarti bahwa individu bisa mengungkapkan perasaan, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinannya (Uno,

2006:77).

Kecerdasan emosi pada ranah yang pertama ini, terlihat pada ketiga subjek yang memiliki semua ranah ini. Melalui hasil análisis terlihat bahwa semua tema muncul yaitu tema kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Subjek IP, mengetahui bahwa dirinya termasuk tipe investor yang bertransaksi saham secara aman sehingga IP tidak berani mengambil resiko yang besar. Pada subjek HRS, pernah mengalami kegagalan di forex namun hal tersebut tidak membuat HRS menjauhi dunia saham. HRS tetap berinvestasi di bidang saham, karena HRS menganggap bahwa kegagalan sebagai suatu peluang sehingga HRS tetap bertahan. Selain itu, pergerakan saham yang fluktuatif sebagai pembelajaran learning by doing bagi subjek. Sedangkan pada subjek NS, sebagai pribadi yang moody sehingga dalam waktu seminggu, beberapa kali NS tidak melakukan transaksi saham.

Ranah antarpribadi berkaitan dengan

"keterampilan bergaul" yang kita miliki, kemampuan individu beratraksi dan bergaul dengan orang lain. Mereka yang berperan baik dalam ranah ini biasanya bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Mereka memahami, beratraksi, dan bergaul secara baik dengan orang lain dalam berbagai situasi. Mereka membangkitkan kepercayaan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai bagian dari suatu kelompok (Uno, 2006:79).

Pada ranah ini, terdapat tiga tema yaitu empati, tanggung jawab sosial dan hubungan antar pribadi. Subjek IP dan HRS tidak termasuk dalam tema tanggung jawab sosial. Dua tema yang muncul yakni empati dan hubungan antar pribadi, penulis memberikan nama atau tema yang lain yakni komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal lebih pada hubungan subjek secara personal, tidak melibatkan masyarakat secara luas. Berdasarkan data di lapangan, IP dan HRS lebih menitikberatkan pada keuntungan.

Sementara pada NS, ia berkeinginan agar semua masyarakat Indonesia dapat mengetahui tentang saham, hingga pada pedagang kaki lima tidak hanya pada kalangan tertentu.

Ranah penyesuaian diri terkait dengan kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang

(11)

muncul. Keberhasilan dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita dapat memahami masalah dan merencanakan pemecahan yang ampuh (Uno, 2006:79-80). Ranah ini terdiri dari uji realitas, sikap fleksibel dan pemecahan masalah. Pada subjek IP dan HRS, termasuk dalam tiga tema ini. Bagi IP, investasi saham selain memberikan keuntungan yang besar juga memberikan resiko yang juga besar. HRS menganggap bahwa dalam situasi dan kondisi bertansaksi saham, berusaha untuk tidak terbawa emosi. Sedangkan pada NS, tidak termasuk dalam sikap f leksibel karena NS memilih untuk menghindari atau tidak melakukan transaksi ketika suasana hati NS sedang tidak baik. Penulis memberikan nama atau tema lain pada NS yaitu problem focused coping. Problem focused coping ini melibatkan penggunaan strategi yang realistis yang dapat membuat perbedaan yang nyata dalam situasi yang menekan. NS dapat mengubah perilaku, keyakinan, atau harapan mengenai peristiwa dan mengurangi reaksi tertekan dalam bertransaksi saham.

Kemudian pada ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan aktif dan positif mengatasi stres. Ketahanan menanggung stres berarti memiliki segudang tanggapan yang sesuai untuk menghadapi situasi yang menekan. (Uno, 2006:81). Ranah ini terdiri dari ketahanan menanggung stres dan pengendalian impuls. Pada ranah ini, ketiga subjek termasuk dalam ketiga tema. Berdasarkan data di lapangan ketiga subjek mampu untuk tetap tenang, jarang bersikap impulsif, dan mampu mengatasi tekanan. Subjek IP menghindari stres saat indeks sahamnya berada pada angka merah dengan mencari banyak informasi, sabar untuk menunggu dan bersikap tenang menyikapi hal tersebut. HRS menyikapi kondisi kegagalan dengan belajar dari pengalaman dan menganggap sebagai tantangan bukan ketakuutan. Sedangkan pada NS, ketika sahamnya turun, NS akan melakukan sharing dengan teman- temannya dan bersikap tidak panik menghadapi kondisi tersebut.

Ranah kecerdasan emosi yang terakhir, yaitu ranah suasana hati umum yang berkaitan dengan pandangan individu tentang kehidupan,

kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang dirasakan individu (Uno, 2006:82).

Pada ranah ini, terdiri dari optimisme dan kebahagiaan. Ketiga subjek termasuk dalam ranah ini, karena berdasarkan data di lapangan, semua subjek menilai pada keuntungan yang telah diperoleh. Kepuasan IP bertransaksi saham, ketika IP memperoleh keuntungan sebesar 1% setiap harinya. HRS lebih melihat adanya selisih nilai beli dan jual sehingga nilai kapitalnya bertambah.

Sedangkan pada NS, keuntungan merupakan keuntungan yang diperoleh banyak orang secara bersama-sama dan niai deviden yang bertambah.

Kecerdasan emosi pada ketiga subjek ini memiliki arti pada saat melakukan analisa. Setiap subjek memiliki perbedaan dalam menganalisa saham. Pada IP, ketika melihat pergerakan saham merupakan suatu hal yang menimbulkan emosi pada dirinya. Proses kenaikan saham tersebut, membuat IP merasa senang, namun dibalik kesenangan tersebut juga terdapat rasa tidak senang. Hal ini dikarenakan, IP sudah terlanjur menjual sahamnya sedangkan harga saham masih dapat mengalami kenaikan. Sedangkan pada HRS, kejelian saat melakukan analisa. Jika transaksi saham tersebut dapat membeli saham pada harga yang rendah, lalu dijual dengan harga tinggi akan menimbulkan kepuasan bagi HRS. Bagi NS, ketepatan melakukan analisa dengan benar akan menimbulkan keuntungan dan rasa senang.

Sebalikya, jika prediksi yang dilakukan masih salah dan menimbulkan kerugian akan menimbulkan rasa tidak senang dan menyesal pada NS.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut.

Kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain:

1. Kecerdasan emosi investor dalam bertransaksi saham menggunakan lima ranah dari Reuven Bar-On. Berdasarkan lima ranah yang digunakan investor untuk kecerdasan emosi dalam bertransaksi, terdapat tiga ranah, selebihnya tidak muncul utuh pada subjek penelitian. Sehingga investor dalam bertransaksi saham dengan cara yang aman,

(12)

dapat menggunakan tiga ranah yakni ranah intrapribadi, ranah pengendalian stres dan ranah suasana hati umum.

2. Emosi pada saat bertransaksi saham terlihat ketika investor melakukan analisa harga saham. Jika analisa yang dilakukan benar maka akan menimbulkan kepuasan dan rasa senang karena memperoleh keuntungan. Sebaliknya j i k a a n a l i s a te r s e b u t b e l u m b e n a r, menimbulkan rasa tidak senang pada investor karena mengalami kerugian.

3. Pada ranah yang tidak muncul, yakni ranah antarpribadi dan ranah penyesuaian diri, tapi masih terdapat tema yang ada, penulis memberikan tema lain. Ranah antarpribadi

menjadi komunikasi interpersonal dan ranah penyesuaian diri menjadi problem focused coping.

Saran yang penulis rekomendasikan adalah:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian studi kasus ini masih banyak kekurangan terutama dari segi pengungkapan informasi. Pemilihan subyek yang lebih v a r i a t i f s e r t a p e n g g u n a a n m e t o d e pengumpulan data yang beragam akan memperkaya informasi yang diperoleh.

2. Bagi investor

Dapat menggunakan dan memainkan kecerdasan emosi dari Bar-On yang bermanfaat bagi dirinya dalam bertransaksi

PUSTAKA ACUAN

Anoraga dan Pakarti. (2006). Pengantar pasar modal. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bar-On, Reuven. The bar-on model of emotional-social intelligence (ESI). Consortium for Research on Emotional Intelligence in Organization Issues in Emotional Intelligence. University of Texas Medical Branch

"Bursa efek berikan sinyal positif". (2008, Juli). Diakses pada tanggal 16 Maret 2009 dari http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/14/07143388/bursa.efek.berikan.sinyal.positif

Brehm and Kassin. 1996. Social Psychology Third Edition. New Jersey: Houghton Mifflin Company

Harian Investor Indonesia. (2003, April). Diakses pada tanggal 16 Maret 2009 dari http://rzagana.blogspot.com/2003/04/akhir-dari-wall-street-wonder_09.html

Huda, Nurul dan Edwin, Nasution. (2007). Investasi pada pasar modal syariah. Jakarta: Kencana Indofx-trader. (2008, September). Diakses pada tanggal 16 Maret 2009 dari

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla:en- US:official&q.www.indofx-trader.net+indofx-trader-investor+saham

"Kecerdasan investasi, butuh keseimbangan emosi" (2005, Juni). Koran republika online. Diakses pada tanggal 16 Maret 2009 dari http://www.republika.co.id/koran/122/16096

Siamat, Dahlan. (2004). Manajemen lembaga keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tarumingkeng, R. C. (2000, Februari). Kuliah perdana manajemen sumber daya manusia, program pascasarjanamagister manajemen, Universitas Kristen Krida Wacana Antologi UKRIDA 7:1-9. Diakses pada tanggal 1 Maret 2009 dari http://tumoutou.net/STRAT_PSDM.htm

Trimulyaningsih, Nita dan ratna syifa'a rachmahana. (2008). Positive religious coping style dan penerimaan diri pada survivor gempa Yogyakarta. Jurnal psikologi, volume I, nomor 1, juni 2008

Uno, B. Hamzah. (2006). Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. Jogkakarta: PT Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan penelitian Long dan Andrews (1990) pada sejumlah pasangan suami istri berkaitan dengan kecerdasan emosi dan penyesuaian perkawinan, menunjukkan bahwa

Berdasarkan perbincangan diatas berkaitan isu kecerdasan emosi yang mempengaruhi gejala delinkuensi dalam kalangan remaja, pembolehubah-pembolehubah yang berkaitan dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan self-control secara bersama-sama berpengaruh pada sikap terhadap periaku seksual pranikah, akan tetapi secara parsial,

33 Saya sulit mendapatkan persahabatan yang erat dengan rekan kerja di instansi lain. 34 Saya bekerja bukan hanya sekedar keinginan, tetapi juga sebuah kebutuhan 35

Sebaliknya, kecerdasan emosi yang rendah pula mempunyai impak kesignifikanan berkaitan dengan masalah tingkah laku seperti agresif dan kemurungan (Liau et al., 2003;

Untuk siswa yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah sebaiknya membina hubungan baik seperti bersahabat atau bergaul dengan orang tua, guru dan teman sebaya,

Para pakar kecerdasan spiritual mengatakan bahwa kecerdasan spiritual berasal dari otak, karena seperti sudah dijelaskan bahwa otak itu tidak hanya dapat berpikir, tetapi

Mahasiswa, dengan berbagai kegiatan yang dilakukannya, membutuhkan berbagai kemampuan yang tidak hanya melulu membutuhkan IQ saja, tetapi lebih pada kemampuan emosional yang